Cara memandikan jenazah penting diketahui setiap muslim. Hal ini sebagai tindakan untuk
memuliakan dan membersihkan tubuh orang yang sudah meninggal dunia. Adapun tata cara
memandikan jenazah dalam Islam yang benar adalah sebagai berikut:
1. Pertama, letakkan jenazah dengan kepala agak tinggi di tempat yang disediakan. Pastikan
orang yang memandikan jenazah memakai sarung tangan.
2. Ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basahan agar auratnya tidak terlihat.
Bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan, dan kaki
serta rambutnya.
3. Bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar dari depan maupun dari belakang terlebih dahulu.
Caranya, tekan perutnya perlahan-lahan agar apa yang ada di dalamnya keluar. Kemudian siram
atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun
4. Kemudian, siram dengan air yang bersih sambil berniat sesuai jenis kelamin jenazah.
6. Setelah membaca niat, miringkan jenazah ke kanan, basuh bagian lambung kirinya sebelah
belakang. Setalah itu, siram dengan air bersih dari kepala hingga ujung kaki dan siram lagi
dengan air kapur barus.
7. Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum sholat. Perlakukan
jenazah dengan lembut saat membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
8. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib dibuang
dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu diulangi mandinya, cukup
hanya dengan membuang najis tersebut.
9. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke belakang.
Setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang. Keringkan
tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga tidak membasahi kain kafannya.
10. Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol
sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air kapur barus.
Artinya: “Dan sempurnanya memandikan mayit adalah membasuh kedua pantatnya dan
menghilangkan kotoran dari hidungnya mewudhukannya, menggossok badannya dengan daun
bidara, dan mengguyurnya dengan air sebanyak tiga kali.
Jenazah itu bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela islam) karena orang yang mati
syahid tidak boleh dimandikan. Hal sesuai dengan sabda Nabi Saw.:
Artinya: “Janganlah engkau memandikan mereka, karena setiap luka atau setiap darah (yang
menetes) akan berbau wangi kelak di hari kiamat.” (HR. Ahmad).
Di samping itu, selain tidak boleh dimandikan, orang yang mati syahid juga tidak dishalatkan,
jenazahnya langsung dikafani dan dikuburkan.
1. Suami atau istri jenazah atau Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.: Artinya: “Tentu tidak ada
yang membuatmu gundah, sebab jika kamu wafat sebelumku, akulah yang memandikanmu,
mengafanimu, menyalatkanmu dan menguburkanmu.” (HR. Ahmad).
2. Jika diserahkan kepada orag lain maka yang memandikan hendaklah orang- orang yang Jika
jenazah perempuan maka, yang memandikan perempuan dan jika jenazahnya laki-laki maka,
yang memandikan adalah laki- laki.
3. Jika jenzah perempuan dan hanya ada laki-laki yang hidup dan tidak ada suaminya atau
sebaliknya, maka jenazah itu tidak perlu dimandikan, tapi cukup ditayamumkan oleh salah
seorang dengan memakai sarung tangan.
4. Jika yang meninggal anak kecil, maka boleh dimandikan oleh laki-laki atau perempuan karena ia
boleh disentuh dan dipandang, baik anak kecil laki-laki maupun
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan, secukupnya dan mempersiapkan perlengkapan
mandi seperti handuk, sabun, wangi-wangian, kapur barus, sarung tangan, dan peralatan
lainnya.
2. Ruangan untuk memandikan jenazah, adalah ruangan yang terlindung dari pandangan orang
banyak dan yang berada pada ruangan itu hanyalah orang yang akan memandikan dan sanak
famili yang termasuk mahram.
3. Jenazah dibaringkan ditempat yang agak tinggi dan bersih, diselimuti dengan kain agar tidak
terbuka/terlihat auratnya.
4. Letakkan jenazah membujur dengan kepala ke arah utara dan kaki ke arah selatan jika
memungkinkan. Jika tidak bisa maka sesuaikan dengan kondisi
5. Setelah semuanya tersedia, jenazah diletakkan di tempat yang tertutup dan tinggi seperti dipan
atau balai-balai. Cukup orang yang memandikan dan orang yang membantunya saja yang berada
di tempat tersebut.
6. Jenazah diberikan pakaian basahan seperti sarung atau kain agar tetap tertutup auratnya dan
mudah untuk memandikannya.
7. Memasang kain sarung tangan bagi yang memandikan, kemudian memulai membersihkan
tubuh jenazah dari semua kotoran dan najis yang mungkin ada dan melekat pada anggota badan
jenazah, termasuk kotoran yang ada pada kuku, tangan dan Untuk mengeluarkan kotoran dari
rongga tubuhnya dapat dilakukan dengan cara menekan-nekan perutnya secara perlahan.
8. Disiram dengan air dingin, jika dianggap perlu boleh memakai air hangat untuk memudahkan
dan mempecepat menghilangkan kotoran yang masih melekat pada badan mayit.
9. Selama membersihkan badannya, sebaiknya air terus dialirkan mulai dari bagian kepala ke
bagian
10. Cara menyiramnya, dimulai dari lambung sebelah kanan, kemudian lambung sebelah kiri, terus
ke punggung sampai ke ujung kedua
11. Setelah disiram merata keseluruh badan, kemudian memakai sabun mandi, digosok dengan
pelan dan hati-hati. Kemudian disiram lagi dengan air yang suci sampai bersih.
12. Rambut kepala dan sela-sela jari tangan dan kaki harus dibersihkan sampai benar-benar merata
dan bersih.
13. Meratakan air ke seluruh badan mayit, sedikitnya tiga kali atau lima kali atau kalau perlu lebih
dari lima kali.
14. Siraman terakhir dengan air bersih yang telah dicampuri oleh wangi-wangian, misalnya kapur
barus dan sebagainya.
15. Setelah semua badannya dianggap bersih, yang terakhir adalah jenazah diwudhukan dengan
memenuhi rukun-rukun dan sunnah-sunnah wudhu. Niatnya sebagai berikut:
16. Sesuatu yang tercabut atau lepas diwaktu dimandikan, seperti rambut dan sebagainya,
hendaklah disimpan dan diletakkan di dalam kafan bersama dengan jenazah itu. Adapun jenazah
yang tidak mungkin dimandikan karena sesuatu hal misalnya terbakar, maka caranya cukup
ditayammumi sebagaimana tayamun untuk shalat. Tata caranya sebagai berikut:
17. Tebahkan tangan di dinding atau tanah yang bersih, kemudian diusapkan pada muka dan kedua
ujung tangan sampai pergelangan
18. Bagi wanita yang meninggal yang di lingkungan laki-laki atau laki-laki meninggal di kalangan
perempuan sementara orang yang sejenis tidak ada, maka cukup ditayamumkan Orang yang
menayamumkan wajib menggunakan kain pelapis berupa sarung tangan.
Dalam ajaran agama Islam, sudah dijelaskan secara rinci tentang tata cara mengurus jenazah. Mulai dari
memandikan hingga nantinya mengubur jenazah tersebut. Karena itulah, seluruh umat muslim perlu
mengetahui tata cara mengurus jenazah. Lantas, ada berapa syarat jenazah yang dimandikan? Yuk,
simak penjelasan selengkapnya dalam artikel ini.
1. Meletakkan jenazah dengan posisi kepala agak tinggi dan pastikan orang yang memandikan
jenazah memakai sarung tangan.
2. Setelah itu, ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basahan agar auratnya tidak
terlihat.
3. Kemudian bersihkan dengan menggosok lembut giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah
ketiaknya, celah jari tangan, dan juga kaki serta rambutnya.
4. Bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar dari depan maupun dari belakang terlebih dahulu
dengan cara menekan perutnya perlahan-lahan supaya kotoran yang ada di dalamnya keluar.
5. Siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun, lalu dilanjutkan menyiram
dengan air bersih. Siram sebelah kanan dahulu, lalu kiri masing-masing tiga kali.
6. Memiringkan jenazah ke kiri, basuh bagian lambung kanan sebelah belakang dan sebaliknya.
7. Bilas lagi dengan air bersih dari kepala hingga ujung kaki dan siram dengan air kapur barus.
8. Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum sholat.
9. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke belakang.
Setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan terakhir bisa dikepang.
10. Keringkan tubuh jenazah yang sudah dimandikan dengan handuk sehingga tidak membasahi
kain kafannya saat dikenakan.
11. Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol sebelum
dikafani, biasanya menggunakan air kapur barus.
Muhammad Jawad Mughniyah mengatakan dalam Al-Fiqh 'ala al-madzahib al-khamsah, semua
ulama mazhab sepakat bahwa hukum mengkafani jenazah adalah wajib. Adapun, jumlah kain
kafan yang diwajibkan sebanyak sehelai kain yang dapat menutupi semua tubuh jenazah,
sedangkan sunnahnya menggunakan tiga helai kain.
Baca juga:
Hukum Mengurus Jenazah dan Apa yang Harus Dilakukan setelah Seseorang Wafat?
Dalil mengenai kewajiban mengkafani jenazah bersandar pada sabda Rasulullah SAW yang
diriwayatkan Jabir. Rasulullah SAW bersabda,
"Apabila salah seorang dari kamu mengkafani saudaranya, maka hendaklah ia mengkafaninya
dengan baik." (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud)
Tata Cara Mengkafani Jenazah
Melansir buku Panduan Praktis Shalat Jenazah dan Perawatan Jenazah karya Ahmad Fathoni El-
Kaysi, berikut tata cara mengkafani jenazah laki-laki dan perempuan.
1. Jenazah Laki-laki
- Gelar sehelai tikar.
- Letakkan 5 utas tali, yakni 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali panjang digunakan untuk
sikut, pinggang, dan lutut, sedangkan 2 tali pendek untuk mengikat ujung kepala/pocong dan
ujung kaki. Jumlah tali ini bukan wajib, artinya boleh disesuaikan.
-Gelar kain ke-1 (kain pembungkus seluruh tubuh) di atas kelima utas tali tadi. Sehingga,
nantinya setelah jenazah diletakkan di atasnya, kain tersebut terletak di bagian kanan jenazah.
- Gelar kain ke-2 (pembungkus seluruh tubuh) di sebelah kain ke-1 selebar punggung jenazah
dan ditumpangkan di atas tepi kain ke-1. Sehingga, ketika jenazah diletakkan di atasnya, kain
tersebut terletak di bagian kiri badan jenazah.
- Hamparkan kain ke-3 di atas kedua lembar kain yang sebelumnya, dan letakkan pada bagian
pinggang sampai kaki jenazah.
Taruhlah hamparan kapas, serbuk kayu cendana, dan wewangian lain di atas susunan kain
tersebut.
- Kemudian, angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan yang telah disiapkan tadi.
Tutuplah dahi, hidung, dua telapak tangan, lutut, jari-jari kaki jenazah dengan kapas. Termasuk
lubang dubur, lubang hidung, dan kedua telinga.
- Mulailah membungkus jenazah dengan diawali dari kain yang ke-3 (yang paling atas atau
sarungnya) lalu disusul kain ke-2 dan ke-1 secara berurutan.
- Ikat bagian siku, pinggang, lutut, kaki, dan atas kepalanya dengan tali yang telah disiapkan tadi.
Sebaiknya tali pocong diikat ketika jenazah akan diberangkatkan ke pemakaman.
2. Jenazah Perempuan
- Letakkan 5 utas tali, yakni 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali panjang digunakan untuk
sikut, pinggang, dan lutut, sedangkan 2 tali pendek untuk mengikat ujung kepala/pocong dan
ujung kaki.
-Lalu, buka lipatan tersebut dan letakkan di atas kain ke-1 dan ke-2 sebelumnya.
- Gelar kain ke-4 (untuk sarung) dan letakkan di bagian pinggang sampai kaki jenazah.
- Buatlah celana dalam tak berjahit (seperti popok bayi) dan letakkan di atas kain ke-4 searah alat
kelaminnya.
- Taruhlah sedikit kain yang cukup untuk membuat kerudung di atas kain ke-3 atau baju kurung
searah kepalanya.
- Taruhlah hamparan kapas, serbuk kayu cendana, dan wewangian lain di atas susunan kain
tersebut.
- Kemudian, angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan yang telah disiapkan tadi.
- Tutuplah dahi, hidung, dua telapak tangan, lutut, jari-jari kaki jenazah dengan kapas. Termasuk
lubang dubur, lubang hidung, dan kedua telinga.
- Mulailah membungkus jenazah dengan diawali dari mengenakan celana dalamnya, lalu
membungkus dengan sarungnya, mengenakan kerudungnya, memasang baju kurungnya dengan
memasukkan kepala jenazah pada lubang baju kurung dan menutupkan kembali baju kurung
yang telah dibuka bagian depannya. Lalu, bungkus dengan kain ke-2 dan disusul kain ke-1.
- Ikat bagian siku, pinggang, lutut, kaki, dan atas kepalanya dengan tali yang telah disiapkan tadi.
Ada sejumlah hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah. Mulai dari jenis kain kafan
hingga jumlah kain kafan untuk jenazah. Mengutip buku Keutamaan Menjenguk Orang Sakit
dan Tata Cara Mengurus Jenazah karya Husnan M. Thaib, berikut di antaranya:
- Hendaknya menggunakan kain kafan yang bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh mayat.
- Sebaiknya kain kafan berwarna putih.
- Jumlah kain kafan untuk jenazah laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi jenazah
perempuan 5 lapis (pendapat lain menyebut 6 lapis).
- Sebelum menggunakan kain kafan untuk membungkus jenazah, hendaknya diberi wewangian
terlebih dahulu.
- Tidak berlebihan dalam mengkafani jenazah.
Menurut jumhur ulama, jumlah kain kafan jenazah perempuan lebih banyak dari laki-laki.
Ketentuan jumlah kain kafan jenazah dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat yang berasal dari
Aisyah,
ٌْس فِي ِه َّن قَ ِميصٌ َوالَ ِع َما َمة ٍ يض َسحُولِيَّ ٍة ِم ْن ُكرْ س
َ لَي،ُف ٍ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُكفِّنَ فِي ثَالَثَ ِة َأ ْث َوا
ٍ ِب يَ َمانِيَ ٍة ب َ ِ َأ َّن َرسُو َل هَّللا
ADVERTISEMENT
Artinya: "Sesungguhnya, Rasulullah SAW telah dikafani dengan tiga lilitan kain kafan dari
Yaman, berwarna putih buatan Suhul (di Yaman) dari kain katun, tidak ada padanya gamis dan
tidak pula kain serban." (HR Bukhari).
Jumlah kain kafan untuk jenazah laki-laki berbeda dengan perempuan. Merujuk pada hadits di
atas, laki-laki dikafani dengan 3 lapis kain. Sedangkan, menurut jumhur ulama, jenazah
perempuan dikafani dengan 5 lapis kain.
Para ulama berpendapat dibandingkan dengan laki-laki, wanita dikhususkan untuk selalu lebih
menutup aurat dalam berpakaian. Begitu pula setelah ia meninggal dunia. Maka, kain yang
digunakan lebih banyak dari laki-laki.
Dikutip dari buku Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah oleh M. Nashiruddin al-Albani, berikut hal-
hal yang harus diperhatikan ketika hendak mengkafani jenazah:
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam bukunya Tata Cara Mengurus Jenazah
menjelaskan, kain kafan atau pengganti harga kain kafan diambilkan dari harta jenazah jika
memang tidak ada orang lain yang membiayai atau menanggungnya.
Kecukupan kain kafan untuk membungkus jenazah diingatkan Nabi Muhammad SAW dalam
hadits yang diceritakan Jabir bin Abdillah RA,
صلَّى َ فَ َز َج َر النَّبِ ُّي، ض فَ ُكفِّنَ فِي َكفَ ٍن َغي ِْر طَاِئ ٍل َو ُدفِنَ لَ ْياًل َ ِب يَوْ ًما فَ َذ َك َر َر ُجاًل ِم ْن َأصْ َحابِ ِه قُب
َ َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم خَ ط
َ ي َّ َِأ َّن النَّب
ََّ ِإ َذا َكفن:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َّ
َ ال النبِ ُّي َ
َ َوق.ك َ َ َّ َ ْ َأ اَّل
َ ِصلى َعل ْي ِه ِإ ن يُضْ ط َّر الناسُ ِإلى ذل َ َّ َّ َّ ْ ْ َأ َّ َ
َ ُهللاُ َعل ْي ِه َو َسل َم ن يُقبَ َر ال َّر ُج ُل بِالل ْي ِل َحتى ي
َُأ َح ُد ُك ْم َأخَاهُ فَ ْليُحْ ِس ْن َكفَنَه
Artinya: "Sesungguhnya, Nabi SAW suatu hari pernah berkutbah kemudian beliau menceritakan
salah seorang sahabat yang meninggal dunia. Ia dibalut dengan kain kafan yang tidak mencukupi
dan hendak dimakamkan pada malam hari. Namun, beliau melarang untuk memakamkannya
pada malam hari hingga dishalatkan terlebih dahulu, kecuali ia benar-benar dalam kondisi
darurat. Selanjutnya, Nabi SAW bersabda: "Ketika salah seorang di antara kalian mengkafani
saudaranya, perbaguslah dalam mengkafaninya (jika mampu)." (HR Muslim).
Dikutip dari buku Fiqih Islam oleh Saifullah, berikut ketentuan kain kafan jenazah perempuan:
2. Baju kurung yaitu kain yang diberi lubang sebesar ukuran leher dan dirobek bagian depan
dengan cara dipotong sedikit memanjang.
3. Kerudung
1. Lima lembar kain potongan dibentangkan dengan cara disusun yang paling lebar dan panjang
diletakkan paling bawah
2. Sediakan kain untuk tali pengikat sebanyak 3 atau 5 dan letakkan di bawah kain kafan yang
paling bawah yang telah dibentangkan
3. Sediakan kapas secukupnya yang diberi wewangian kayu cendana untuk menutupi anggota
badan seperti muka, kemaluan, kedua buah dada, kedua telinga, kedua tumit, dan kedua siku-siku
tangan
5. Tutupi dengan kapas yang diberi wewangian untuk anggota badan yang telah disebutkan tadi
6. Sarungkan kain penutup dan kedua paha sebagaimana orang memakai kain penutup pinggul
dan kedua paham sebagaimana orang memakai sarung. Demikian juga dengan kain penutup
pinggang sampai kaki
7. Pasangkan baju kurung dan kerudung. Bagi jenazah yang berambut panjang, sebaiknya
dikepang menjadi tiga
8. Bungkus dengan kain yang paling bawah dan paling lebar dan ikatlah dengan kain pengikat
yang telah disediakan.
MENSHOLATI MAYIT
Dalam mensholati mayit ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :
Sama dengan syarat-syarat sholat lain, hanya saja ditambah beberapa syarat
yaitu :
1. Mayit yang hendak disholati telah disucikan (dimandikan) serta perkara yang bersentuhan
dengan si mayit juga harus suci.
2. Mayit berada didepan musholli (dalam sholat mayit hadir).
3. Dilakukan di suatu tempat yang tidak ada penghalang antara musholi dengan mayit dan
jika dilakukan di luar masjid, maka jaraknya tidak melebihi 300 dzira` / ±150 m (dalam
sholat mayit hadir)
Kesunahan sebelum melaksakan sholat mayit
أصلى على هذا الميت (هذه الميتة) أربع تكبيرات فرض كفاية مستقبل القبلة مأموما (إماما) هلل تعالى
3. Mengangkat tangan hingga sejajar telinga saat takbiratul ihram dan takbir-takbir yang
lain.
4. Meletakkan tangan di antara pusar dan dada.
5. Membaca ta`awudz dan surat al Fatihah dengan pelan (sirri).
6. Jika ma`mum lebih dulu selesai dalam membaca fatihah, sebaiknya ia berdo`a bagi mayit.
7. Takbir yang kedua.
َ اللَّ ُه َّمdan yang lebih utama
َ ص ِّل َعلَى
8. Membaca shalwat nabi SAW, minimalnya سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد
ialah dengan sholawat ibrahim yaitu :
َ اللَّ ُه َّم
َ ص ِّل َعلَى
سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم وبارك على سيدنا
سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل محمد وعلى آل سيدنا محمد
ونقه من الخطايا كما، واغسله بالماء والثلج والبرد، وأكرم نزوله ووسع مدخله، وعافه واعف عنه،اللهم اغفرله وارحمه
وأعذه من عذاب، وزوجا خيرا من زوجه، وأهال خيرا من أهله، وأبدله دارا خيرا من داره،ينقى الثوب األبيض من الدنس
أللهم من أحييته. اللهم إغفر لحيّنا وميّتنا وشاهدنا وغائبنا وصغيرنا وكبيرنا وذكرنا وأنثانا. ومن عذاب النار،القبر وفتنته
وال تضلّنا بعده, الله ّم ال تحرمنا أجره.على اإلسالم ومن توفّيته منّا فتوفّه على اإليمان منّا فأحيه
وال تفتنهما،اللهم اجعله فرط ألبويه وسلفا وذخرا وعظة واعتبارا وشفيعا وثقّل به موازينهما وأفرغ الصبر على قلوبهما
…بعده و التحرم هما أجره وال تفتنهما بعده واغفر لنا ولهما ولجميع المؤمنين.
Catatan :
MEMAKAMKAN MAYIT/JENAZAH
Perlengkapan
Alat penggali kubur seperti cangkul, skop dan sejenisnya, keranda mayit, nisan, papan penutup,
dan bantalan dari tanah sebesar batu bata.
Liang kubur :
1. Batas Minimal yaitu : Liang yang bisa mencegah menyebarnya bau mayit, dan bisa
menjaga dari binatang buas.
2. Cara yang lebih sempurna : liang yang ukurannya sepanjang tubuh mayit di tambah dua
jengkal dan lebarnya sekira orang yang memakamkan bisa leluasa (±100 cm), serta
dalamnya tidak kurang dari ±4,5 dzira` (±200 cm).
Liang Cempuri
Yaitu liang kuburan yang digali bagian tengahnya (seperti menggali parit) untuk meletakkan
mayit yang ukurannya sekira papan penutup tidak tersentuh tubuh mayit ketika melepuh. Hal ini
diperuntukkan bagi tanah yang lunak (gembur).
Yaitu liang kuburan yang sisi sebelah baratnya (arah kiblat) digali sekira cukup untuk
meletakkan mayit.
1. Kesunnahan mengiring jenazah hanya berlaku untuk laki-laki, sedangkan bagi perempuan
hukumnya
Prosesi pemakaman
سع له فى ّ بسم هللا وعلى ملة رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم اللهم افتح ابواب السماء لروحه وأكرم نزله وو
ّ سع مدخله وو
قبره
3. Kemudian diterima orang yang berada di dalam makam dengan membaca do`a :
اللهم اسلمه إليه االشحاء من ولده وأهله وقرابته واخوانه وفارقه،بسم هللا وعلي ملة (سنة) رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
ونزل بك وأنت خير منزول به ان عاقبته فبذنب،من كان يحب قربه وخرج من سعة الدنيا والحياة إلى ظلمة القبر وضيقه
اللهم تقبّل حسنته واغفر سيئته وأعده من عذاب القبر،وان عفوت فأهل العفو انت غني عن عذابه وهو فقير إلي رحتمك
اللهم واخلفه فى تركته فى الغابرين وارفعه فى علّيّين وعد، دون الجنة واجمع له برحمتك األمن من عذابك واكفه ك ّل هول
عليه بفضل رحمتك يا أرحم الراحمين..
4. Jenazah di letakkan miring pada sisi tubuh bagian kanan dengan menghadap arah kiblat
5. Wajah dan kedua kakinya di sandarkan pada dinding makam sehingga seperti posisi
orang yang hampir ruku`
6. Punggungnya di ganjal dengan bantalan dari tanah agar tidak terlentang
7. Semua Ikatan tali bagian luar dilepas terutama bagian kepala mayit agar kafan dapat di
singkap, kemudian kepalanya di bantali dengan tanah agar jenazah tidak terjungkal, dan
pipinya ditempelkan pada tanah
8. Liang lahat di tutup dengan papan atau sejenisnya
9. Makam ditimbun atau diurug dengan tanah hingga kira-kira setinggi satu jengkal merata
lalu dipasang nisan.
10. Diperbolehkan juga menggunduk, tetapi meratakan tanah lebih baik dari pada
menggunduknya.
11. Nisan sebaiknya dari kayu (jangan dari bahan yang permanen).
12. Bagi pengiring agar menburkan tanah ke makam tiga kali dengan berdo`a :
13. Untuk taburan pertama : اللهم لقّنه عند المسألة حجته،منها خلقناكم
14. Untuk taburan kedua : اللهم افتح ابواب السما ء لروحه،وفيها نعيدكم
15. Untuk taburan ketiga : اللهم جافّ األرض عن جنبيه،ومنها نخرجكم تارة أخرى
11. Kemudian mentalqin mayit, mendo`akan dan memintakan ampun atas dosa-dosanya.
ّ وأن،ّ وأنّ الجنّة حق،وأنّ مح ّمدا رسول هللا يا عبد هللا ابن أ ّمة هللا أذكر ما خرجت عليه من دار الدنيا شهادة ان الإله إال هللا
وبمح ّمد صلّى، وباإلسالم دينا، رضيت باهلل ربّا وأنّك، وأنّ هللا يبعث من فى القبور، وأنّ الساعة أتية ال ريب فيها،ّالنار حق
وبالمؤمنين إخوانا، وبالكعبة قبلة، وبالقرآن إماما،هللا عليه وسلّم نبيّا
Catatan :
1. Dalam mentalqin bisa langsung menggunakan nama shorih (nama mayit dan nama
ibunya) bila di ketahui.
2. Utamanya bagi Mulaqqin (orang yang mentalqin) adalah duduk di sisi kepala mayit,
sedangkan jama`ah (hadirin) berdiri.
3. Sunnah mengulangi talqin sampai tiga kali.
4. Haram mencabuti rerumputan yang masih basah di atas kuburan, kecuali rumput tersebut
telah kering.
PENGERTIAN TA'ZIYAH
Secara bahasa kata Ta'ziyah adalah bentuk mashdar dari azza-yu’azzi yang artinya menyabarkan,
menghibur dan menawarkan kesedihannya serta memerintahkannya (menganjurkan) untuk bersabar.
*TUJUAN TA'ZIYAH adalah menghibur keluarga yang ditinggal agar tidak meratapi kema- tian dan
musibah yang diterimanya.
Hukum takziah disunahkan (mustahabb) sekalipun kepada seorang zimmi (non muslim yang tidak
memerangi).
ziarah artinya berkunjung, kubur artinya kuburan.ziarah kubur artinya berkunjung ke kuburan dengan
niat mendoakan orang yang sudah meninggal dan mengingat kematian.