Hukum memandikan jenazah adalah fardhu kifayah, artinya jika sudah ada satu
orang yang memandikan jenazah, maka kewajiban bagi yang lain telah gugur.
Sebaliknya, jika belum ada seorang pun yang menanganinya maka semua
orang di kampung atau di desa itu berkewajiban melakukannya (baca:
memandikan jenazah yang ada di desa atau di kampung tersebut).
2. Hadits dari Abdullah Ibnu ‘Abbas ra., diriwayatkan oleh banyak imam hadits,
di antaranya ialah Imam al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasa`i, Ibnu Majah,
Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Bazzar. Berikut bunyi hadits tersebut:
Seorang lelaku berihram (haji) dijatuhkan untanya dan ia meninggal karena
patah tulang lehernya, dan kami bersama Nabi ﷺ, kemudian Nabi bersabda,
“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara, dan kafankanlah ia dengan dua
kain (ihram).”
Ada dua jenazah yang tidak dimandikan, yaitu orang yang mati syahid (gugur
saat berperang melawan orang kafir dalam rangka membela agama Islam), dan
bayi yang meninggal keguguran saat di dalam kandungan. Kedua jenazah ini
tidak boleh dimandikan dan juga tidak boleh dishalati, melainkan cukup
dikafankan dan dikuburkan.
Muslim.
Berakal.
Balig.
Jujur dan saleh.
Terpercaya, amanah, tahu hukum memandikan jenazah, tahu tata cara
memandikan jenazah, dan mampu menutupi aib si jenazah.
Siapakah yang harus memandikan jenazah?
Sudah diketahui sebelumnya bahwa hukum memandikan jenazah adalah
fardhu kifayah. Artinya, siapa pun berhak memandikannya, selama memenuhi
syarat. Walau demikian, terdapat urutan mengenai siapa yang paling berhak
dalam memandikan jenazah. Penjelasan tentang urutan tersebut adalah
sebagai berikut:
Laki-laki yang masih ada hubungan keluarga, seperti kakak, adik, orang tua,
atau kakek.
Istri. Seorang istri diperbolehkan memandikan jenazah suaminya.
Laki-laki lain yang tidak ada hubungan kekerabatan.
Perempuan yang masih mahram (haram dinikahi oleh si jenazah semasa masih
hidup).
Jika jenazahnya perempuan, maka urutannya:
2. Menyiapkan peralatan
Peralatan yang harus disiapkan adalah sebagai berikut:
Tempat atau alas untuk memandikan jenazah. Usahakan agar tempat atau alas
pemandian agak miring ke arah kakinya, tujuannya agar air dan semua yang
keluar dari jasadnya bisa mengalir ke bawah dengan mudah.
Air secukupnya
Sabun
Air kapur barus
Wangi-wangian
Sarung tangan untuk memandikan
Potongan atau gulungan kain kecil-kecil
Kain basahan
Handuk
Setelah tempat dan peralatan yang dibutuhkan tersedia, maka tibalah saatnya
memandikan jenazah.
Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini
karena Allah Ta’ala.
Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini
karena Allah Ta’ala.
membasuh jenazah
Image by Azami Adiputera via Shutterstock
Setelah itu, bersihkan qubul (kemaluan depan) dan dubur (kemaluan belakang)
jenazah agar tidak ada kotoran yang menempel di sekitar bagian tersebut.
Dalam membasuh jenazah mulailah dari anggota tubuh sebelah kanan, mulai
dari kepala, leher, dada, perut, paha sampai kaki paling ujung.
Saat membasuh jenazah, sambil dituangkan air ke tubuh jenazah, bagian tubuh
jenazah juga digosok dengan menggunakan sarung tangan atau kain handuk
yang halus.
memandikan jenazah
Image by Azami Adiputera via Shutterstock
Pastikan saat menggosok badan jenazah, tidak dilakukan dengan kasar atau
keras, melainkan dengan lembut.
Memandikan jenazah boleh dilakukan lebih dari satu kali, tergantung
kebutuhan.