Anda di halaman 1dari 16

A.

PENDAHULUAN

Seperti orang yang hidup, Jenazah pun harus dimandikan sebelum dishalatkan dan dikuburkan.
Memandikan jenazah merupakan bahagian dari fardhu kifayah dalam mengurus jenazah.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fardhu kifayah merupakan sebuah kewajiban yang harus
dilaksanakan, apabila tidak seorangpun yang melakukan hal tersebut maka seluruh bahagian
kampung dan penduduk di sekitar kediaman jenazah tersebut akan berdosa, Oleh karena itu,
memandikan jenazah merupakan keharusan yang mesti dikerjakan. Dan apabila hal tersebut
telah dilaksanakan, maka putuslah kewajiban penduduk muslim setempat [1].

Dalil mengenai kewajiban seorang muslim untuk memandikan jenazah terdapat dalam hadis
yang disabdakan Rasulullah Saw yaitu:

Dari Abu Hurairah r.a berkata, aku mendengar Rasulllulah saw bersabda, “hak seorang Muslim
yang lain ada lima hal: menjawab salam, membesuk orang sakit, mengantar jenazah,
mendatangi undangan, dan menjawab orang bersin.” (HR Bukhari)

Walaupun kata memandikan dalam hadis diatas tidak ada, namun sebagaimana yang diketahui
bahwa memandikan jenazah merupakan bahagian fardhu kifayah dalam pengurusan jenazah.
Itulah sebabnya memandikan jenazah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan
segera.

Dalam Makalah ini saya Ibrahim Lubis[2] akan membahas mengenai makalah yang berjudul
“Tata Cara Memandikan Jenazah”

B. PEMBAHASAN
Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah

1. Mengurus Jenazah

Sebelum Jenazah dishalatkan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya.


Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadas dan najis yang ada pada jenazah
tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan telah suci dari
hadas dan najis. Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang
hidup, namun perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus
dimandikan.

Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja meratakan air
keseluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati dan lemah lembut.

Memandikan jenazah adalah hal yang harus dilakukan atas jenazah seorang muslim, sebelum ia
dishalatkan. Mandi ini dilakukan dengan cara membersihkan segala najis yang ada di badannya
dahulu, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air ke seleruh tubuhnya, ini harus di
usahakan dengan hati-hati upaya mayat tersebut tidak membawa kotoran ke hadapan Allah[3].

Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena ia
termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula muthlak, suci dan halalnya air. Menghilangkan najis
dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang dapat mencegah
sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat[4].

2. Syarat Memandikan Jenazah

Adapun syarat wajib memandikan jenazah yaitu :


a. mayat itu islam

b. Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit

c. Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).

3. Hukum Memandikan Jenazah

Jumhur Ulama atau golongan terbesar dari ulama berpendapat bahwa memandikan mayat
muslim, hukumnya adalah fardhu kifayah artinya bila telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf[5].

4. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah

Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal ini
disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal
yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.

a. Jenazah yang boleh dimandikan

Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena
mati syahid di Medan pertempuran[6]

b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan

Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan pertempuran
karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari Kiamat[7].

Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakkan Nabi saw terhadap paman
beliau yang kafir [10]. Juga berdasarkan firman Allah SWT: “Dan janganlah sekali-kali kamu
menyalatkan jenazah salah seorang yang mati diantara mereka, dan janganlah kamu berdiri
(mendoakan) di kuburnya[8].”

Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Cukup
digali lubang dan dikebumikan.

c. Orang Yang Berhak Memandikan

Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kerahasian aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan
menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak terjadi
fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang yang berhak
memandikan Jenazah Adalah:

 Apabila mayat itu laki-laki, hendaklah memandikannya laki-laki pula, perempuan tidak
boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan muhrimnya. Jika mayat perempuan,
hendaklah dimandikan permpuan pula, laki-laki tidak boleh memandikan mayat
perempuan kecuali suami atau muhrimnya[9].

 Orang Yang berhak memandikan Jenazah adalah orang yang telah ditunjuk oleh si mayit
sendiri sebelum wafatnya (berdasarkan wasiatnya)[10]

 Kemudian bapaknya, sebab ia tentu lebih tahu mengenali si mayit daripada anak si mayit
tersebut. Kemudian keluarga terdekat si mayit.

 Jenazah wanita dimandikan oleh pemegang wasiatnya[11] . Kemudian ibunya lalu anak
perempuannya setelah itu keluarga terdekat.

 Seorang suami boleh memandikan jenazah istrinya berdasarkan sabda Nabi saw
kepada’Aisyah Radhiallahu ‘Anha: “Tentu tidak ada yang membuatmu gundah, sebab
jika kamu wafat sebelumku, akulah yang memandikan jenazahmu” [12]

5. Tata cara Dalam memandikan jenazah


a. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah

Sebelum Memandikan jenazah, Maka harus dilakukan beberapa Persiapan, adapun Hal-hal
yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:

 Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si
jenazah memiliki penyakit.

 Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah

 Sampo untuk mengeramasi rambut si jenazah agar bersih dari kuman dan kotoran

 Air secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh selang,
boleh juga menyiapkan air sebanyak tiga ember besar.

 Meja besar atau dipan yang cukup dan kuat serta tahan air untuk tempat meletakkan
jenazah ketika dimandikan

 Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.

 Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.

 Dipersiapkan kain kafan tergantung jenis kelamin.

b. Proses dan Tata Cara Memandikan Jenazah

 Meletakkan jenazah diatas dipan atau meja, usahakan kepala lebih tinggi dari kaki

 Tempat jenazah harus tertutup, baik dinding maupun atapnya agar aurat dan cela
jenazah tidak terlihat.

 Menutup aurat jenazah dengan handuk besar dan kain. Untuk jenazah putra dari pusar
sampai lutut, sedangkan untuk jenazah perempuan dari dada sampai mata kaki.

 Bersihkan kotoran dengan cara mengangkat pundak dan kepala sambil menekan perut
dan dada
 Memiringkan ke kanan dan ke kiri sambil ditekan dengan mempergunakan sarung
tangan atau kain perca dan disiram berkali-kali agar kotoran hilang.

 Basuhlah jenazah sebagaimana cara berwudhu.[15]

 Siram dari mulai yang kanan anggota wudhu dengan bilangan gasal menggunakan air
dan daun bidara, kemudian seluruh tubuh jenazah diberi sabun termasuk pada lipatan-
lipatan yang ada.

 Bersihkan tubuhnya dengan air dan miringkan ke kanan serta ke kiri.

 Selama memandikan, aurat jenzah harus senantiasa agar tidak terlihat

 Kemudian, rambut jenazah dikeramas dan disiram agar bersih. Dan jika jenazahnya
wanita, setelah rambutnya dikeringkan kemudian dipintal menjadi tiga.[16]

 Siramkan pada siraman yang terakhir dengan kapur barus dan miringkan ke kanan dan
ke kiri agar air keluar dari mulutnya dan dari lubang yang lain.

 Setelah selesai, badannya dikeringkan dengan handuk, kewmudian ditutup dengan kain
yang kering agar auratnya tetap tertutup.

 Bersihkan segala najis yang ada di badannya, utamanya bagian kemaluan, kemudian
meratakan air ke seluruh tubuh atau sebaiknya tiga kali yaitu dengan air yang bersih, air
sabun dan air yang bercampur dengan kapur barus. Apabila sudah selesai kesemuanya
yang terakhir adalah di wudhukan.

 Setiap mayat muslim itu wajib di mandiakn dengan tiga kali ; pertama dengan air yang
dicampur sedikit kapur dan bidara ; kedua dengan air yang dicapur sedikit kapur kecuali
yang mati dalam keadaan ihram, maka tidak boleh dicampur dengan kapur ; ketiga
dengan aiir murnbi tanpa dicampur apapun. Daun bidara dan kapur yang dicampur
dengan air itu jangan terlalu banyak, karena dikhawatirkan air tersebut menjadi air
mudhaf, sehingga tidak dapat menyucikan.[3] Antara tiga kali mandi tersebut, diwajibkan
pula tertib antara anggota tubuh yang tiga, yakni dimulai dengan kepala berikut leher,
lalu anggota tubuh yang kanan, dan ketiga anggota tubuh yang kiri.

Pekerjaan yang pertama-tama dilakukan dalam menyelenggarakan urusan mayit adalah


memandikannya, yang mempunyai dua macam cara.[4]
1. yaitu cara, asal memenuhi arti mandi yang dengan demikian maka terlepaslah kita dari dosa,
inilah asal najis yang barangkali ada pada tubuh si mayat hilang, kemudian siramlah seluruh
tubuhnya dengan air secara merata.

2. yaitu cara yang sempurna sehingga memenuhi as-sunnah yakni agar orang memandikan
mayit melakukan hal-hal berikut :

a. letakkanlah mayit di tempat kosong, diatas tempat yang tinggi, papan umpamanya, dan
tutuplah auratnya dengan kain atau semisalnya.

b. Mayat didudukkan di temapt mandi, condong ke belakang, sedang kepalanya di sandarkan


pada tangan kirinya, menekan keras-keras perut si mayat, supaya isinya yang mungkin masih
tersisa keluar. Sesudah itu balutlah tangan kiri itu dengan kain atau sarung tangan dan dibasuh
kemaluannya dan dubur si mayat, kemudian dibersihkan pula mulut dan lubang hidungnya
lantas diwudhukan seperti wudhu orang yang hidup.

c. Kepala dan wajah si mayat di basuh dengan sabun atau bisa juga digunakan dengan
pembersih lainnya. Dilepas rambutnya kalau dia mempunyai rambut yang panjang, dan kalau
ada yang tercabut, maka rambut itu harus dikembalikan dan ditanam bersamanya.

d. Sisi kanan mayat sebelah depan terlebih dahului, barulah kemudian sisi depan sebelah kiri,
sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah kiri, sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah
belakang, kemudian sisi belakang sebelah kiri, dengan demikian seluruh tubuhnya bisa di ratai
air.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan
Di dalam memandikan mayat harus teliti supaya mayat itu tidak membawa kotoran ke hadapan
Allah. Perut si mayat harus di tekan, karena di dalam perutnya itu mungkin masih ada kotoran.

Di dalam memandikan mayat terlebih dahulu adalah niat, karena niat adalah bahagian dari
ibadah. Kemudian siramlah tubuhnya sebelah kanan baru sebelah kiri sampai air itu merata
dalam tubuhnya, setelah semuanya siap, lalu mayat tersebut diwudhukan.

Demikianlah isi makalah saya ini dan sebelumnya penulis terlebih dahulu mohon maaf kepada
bapak atas kekurangan yang terdapat di dalam makalah saya ini. Dan saya berterima kasih atas
bapak yang sudi memberikan judul ini terhadap saya, karena saya sudah mengetahui lebih jelas
lagi tentang cara-cara memandikan mayat.

DAFTAR PUSTAKA

 Al-Atsari, Abu Hasan Al-Maidani. Shalat Jenazah, Solo: At-Tibyan, 2001.

 Sumaji, Muhammad Anis dan Salmah, Af Idah, Panduan Praktis Pengurusan Jenazah,
Solo: Tinta Medina, 2011

 Tohaputra, Ahmad.. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV Asy Syifa’, 1998

 Munir, A dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta : Rineka cipta, 1992.

 Sitanggal, Umar Anshary. Fiqih Syafi`I Sistematis, Semarang : CV Asy Syifa`, 1992.

 Muqhniyah, Jawab, Muhammad. Fiqih Imam Ja`far Shadiq, Jakarta : lentera, 1995.

 Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah, Bandung : PT Al-ma`arif, 1994.

________________
[1] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah (TP, TT, 2001), h 10

[2] Ibrahim Lubis adalah Mahasiswa Pascasarjana IAIN-SU Medan yang saat ini sedang
meyelesaikan tugas akhir yaitu Membuat tesis

[3] A. Munir dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm. 134

[4] Muhammad Jawab Mughniyah. Fiqih Iman Ja`far Shadiq, (Jakarta : Lentera, 1995), hlm. 90
[5] Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah, (Bandung : PT Al-ma`arif, 1994), hlm. 78

[6] Muhammad Anis Sumaji, Panduan Pengurusan Shalat Jenazah, 2011, hlm. 13-18

[7] Muhammad Anis Sumaji, Panduan Pengurusan Shalat Jenazah, 2011, hlm. 22-23

[8] QS At-Taubah-84

[9] A. Munir dan Sudarsono. Op. cit, hlm. 135

[10] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah, 2001, hlm 10-13

[11] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah, 2001, hlm 10-13

[12] Ibid

Makalah atau artikelnya sudah di share, makasih ya !


Mau Makalah Gratis! Silahkan Tulis Email Anda.

 
Print PDF

RELATED POST:

AL-HALLAJ

FUNGSI MAQAMAT BAGI KEHIDUPAN SUFI

Pengertian Masalah Toleransi


GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

KAIDAH-KAIDAH LUGHAWIYAH DALAM MEMAHAMI SUMBER HUKUM ISLAM

Sejarah Perkembangan Akhlak

Biografi Tokoh AT-TUFI dan Pemikirannya

Etika Pendidikan Islam Hasyim Asy'ari|Proposal Penelitian

SISTEM KETATANEGARAAN RI BERDASARKAN PANCASILA DAN UUD 1945


Taat Kepada Pemerintah

Biografi AL-QUSYAIRI

Pendekatan Klarifikasi Dalam Pendidikan Nilai

Next
Makalah Bentuk Ungkapan Hadis Nabi Muhammad Saw

Previous
Makalah Dampak Rokok dan Merokok

ARSIP MAKALAH
Makalah Tentang Agama

1. Agama Islam

2. Antara Manusia Dan Agama

3. Diversifikasi Pendidikan Agama Dan Keagamaan

4. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

5. Islam dan Iman

6. Konsep Ruang Lingkup Pengantar Studi Islam

7. Makalah Agama Islam

8. Makalah Agama Islam | Dinul Islam

9. Makalah Aktivitas Keagamaan

10. Makalah Korupsi Dalam Perspektif Islam

11. Makalah Pendidikan Keagamaan Luar Sekolah

12. Manajemen Pendidikan Agama Islam | Lembaga Non Formal

13. Pelaksanaan Pendidikan Keagamaan

14. Pendidikan Agama Dalam Kebijakan Pendidikan Islam


15. Pendidikan Agama sebagai Pembudayaan Dan Pemberdayaan

16. Pengertian Riddah

17. Psikologi Agama

18. Relasi Negara | Agama dan Pendidikan

19. Ruang Lingkup Pengantar Studi Agama Islam

Makalah Tentang Pendidikan


1. Akar Historis Dualisme Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia

2. Akreditasi Program Studi Pada Program Diploma

3. Arti Pendidikan

4. Bahan Ajar atau Materi Pelajaran

5. Dasar dan Tujuan Pendidikan

6. Dikotomi Dan Dualisme Pendidikan

7. Diversifikasi Pendidikan Agama Dan Keagamaan

8. Dualisme Sistem Pendidikan Islam

9. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

10. Fungsi Keluarga Dalam Pendidikan Budi Pekerti

11. Ganjaran dan Hukuman dalam Pendidikan

12. Hubungan Politik Dan Pendidikan | Makalah

13. Ilmu Pendidikan

14. Ilmu Pendidikan Dan Perpustakaan

15. Integrasi Pendidikan Agama Dan Umum | Dualisme Pendidikan

16. Kepemimpinan Visioner | Kharismatik dan Teori Atribusi

17. Konsep Pendidikan Murtadha Muthahhari

18. Kurikulum Satuan Pendidikan Madrasah Aliyah

19. Landasan Bimbingan dan Konseling

20. Makalah Dampak Rokok dan Merokok

21. Makalah Dualisme Pendidikan

22. Makalah Esensi Manusia dalam Pendidikan Islam


23. Makalah Globalisasi

24. Makalah Hakikat Pendidikan

25. Makalah Hubungan Politik Dengan Pendidikan

26. Makalah Insektisida

27. Makalah Intelegensi dalam Psikologi Pendidikan

28. Makalah Karakteristik Belajar yang Efektif

29. Makalah Kondisi Pembelajaran Efektif

30. Makalah Landasan Pendidikan

31. Makalah Metode Pendidikan Islam

32. Makalah Paragraf Narasi

33. Makalah Pendidikan

34. Makalah Pendidikan Keagamaan Luar Sekolah

35. Makalah Pendidikan Multikulturalisme

36. Makalah Pengertian Paragraf dan Perkembangannya

37. Makalah Peran Pendidikan Anak Usia Dini | PAUD

38. Makalah Strategi Pembelajaran Efektif

39. Makalah Tujuan Pendidikan

40. Makalah Wajib Belajar

41. Makalah Wayang Sebagai Media Pendidikan dan Pengajaran

42. Makna Dan Sejarah Pancasila

43. Mengenal Tujuan Pendidikan

44. Menuju Kehidupan harmonis dalam masyarakat Majemuk

45. Pembangunan Pendidikan Indonesia

46. Pemberantasan Buta Aksara | Wajib Belajar Dan Lainnya

47. Pendidik Dalam Perspektif Filosofis

48. Pendidikan Agama sebagai Pembudayaan Dan Pemberdayaan

49. Pendidikan Anak Usia Dini

50. Pendidikan Dan Pelatihan Prajabatan

51. Pendidikan Di Indonesia


52. Pendidikan IPA Dan Perkembangannya

53. Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup

54. Pendidikan Luar Sekolah | Ilmu Pendidikan

55. Pendidikan Moral

56. Pendidikan Nasional

57. Pendidikan Non Formal

58. Pendidikan Pada Anak Usia Dini Di Indonesia

59. Pendidikan Profetik dalam membangun jati diri

60. Pendidikan Seumur Hidup

61. Pendidikan dalam Ganjaran dan Hukuman

62. Pengaruh Globalisasi Dan Pentingnya Pendidikan Agama Di Sekolah

63. Pengelolaan Kegiatan Di Lembaga Paud

64. Pengertian Ilmu Bahasa | Linguistik

65. Pengertian Pembelajaran Efektif

66. Pengertian Pendidik dan Peserta Didik

67. Pengertian Pendidikan

68. Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter Anak

69. Peran dan Peranan kepemimpinan dalam Pendidikan

70. Peranan Ayah Dalam Pendidikan Anak

71. Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan

72. Problematika Pendidikan Indonesia Dan Ide Paradigma Baru

73. Problematika Sistem Pendidikan Indonesia

74. Psikologi Agama

75. Relasi Negara | Agama dan Pendidikan

76. Ruang Lingkup Pengelolaan Kegiatan Di Lembaga Paud

77. Sistem Kebijakan Pendidikan

78. Teknologi dalam Pendidikan

79. The Centre Of Excellence Pada Madrasah

80. Upaya Memelihara Kondisi dan Suasana Belajar yang Efektif


81. Visi Misi Sistem Pendidikan Nasional

Makalah Tentang Penelitian


1. Anatomi Katak

2. Cara Perawat Dalam Merawat Pasien HIV AIDS

3. Contoh Proposal PTK 2013

4. Investasi Pendidikan dengan Pertumbuhan Ekonomi

5. Makalah Tentang Penelitian Ilmiah

6. Metode Bermain Peran

7. Metode Dalam Penelitian Eksperimen

8. Metode Penelitian Eksperimen

9. Pedoman Penelitian Fakultas Kedokteran

10. Penelitian Tindakan Kelas

11. Penelitian Tindakan Kelas Dan Struktur Penulisannya

12. Penelitian dan Pengembangan Hukum Adat

13. Pengertian Perencanaan

14. Perekonomian Masyarakat melalui Kolam Pemancingan

15. Proposal PTK | Penelitian Tindakan Kelas Terbaru

Makalah Tentang Piqih


1. Fiqih Muammalat | Antara Talfiq dan Tasil

2. Hubungan Syariat Islam dengan Fiqih

3. Hukum Khitan dalam Islam

4. Jual Beli Dalam Islam

5. Makalah Fiqih Mawaris

6. Makalah Fiqih Siyasah

7. Makalah Hukum - Hukum Jenazah

8. Makalah Hukum Rokok Dan Merokok

9. Makalah Khulu | Gugatan Cerai

10. Makalah Pelaksanaan Azan Menurut Ulama


11. Makalah Pembunuhan Menurut Hukum Islam

12. Makalah Pemikiran Fikih

13. Makalah Pengertian Hukum Taklifi

14. Makalah Pengertian Niat | al-Umur Bimaqasidiha

15. Makalah Pernikahan Berbeda Agama

16. Makalah Shalat Dan Hukumnya

17. Makalah Talak dan Hukum Talak

18. Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah

19. Makalah Tentang Asabah

20. Makalah Tentang Fidyah

21. Makalah Wali Nikah

22. Makalah Waris Pada Masa Awal Islam

23. Makna Wakaf Deposito dan Pengelolaannya

24. Mustahiq Dan Pola Distribusi Zakat

25. Panduan Ibadah Haji dan Umrah Lengkap | Buku

26. Puasa Dalam Fiqh kajian Segi Normatif

27. Zakat

28. Zakat Dan Sistem Pajak

29. Zakat Emas | Perak Dan Barang Tambang

KATEGORI
MAKALAH TERLARIS
Copyright © 2012 Aneka Makalah - All Rights Reserved

Anda mungkin juga menyukai