Anda di halaman 1dari 14

tidak seorangpun yang

Pelatihan melakukan hal tersebut


Dasar maka seluruh bahagian
kampung dan penduduk
Memandikan di sekitar kediaman
jenazah tersebut akan
Jenazah berdosa.
Didalam syariat Islam
seseorang yang telah Oleh karena itu,
meninggal dunia memandikan jenazah
haruslah kembali dalam merupakan keharusan
keadaan suci karena yang mesti dikerjakan.
ingin bertemu dengan Dan apabila hal tersebut
Tuhannya. Seperti orang telah dilaksanakan,
yang hidup, Jenazah pun maka putuslah
harus dimandikan kewajiban penduduk
sebelum dishalatkan dan muslim setempat,Dalil
dikuburkan. mengenai kewajiban
Memandikan jenazah seorang muslim untuk
merupakan bahagian memandikan jenazah
dari fardhu kifayah terdapat dalam hadis
dalam mengurus yang disabdakan
jenazah. Sebagaimana Rasulullah Saw yaitu:
yang kita ketahui bahwa
Dari Abu Hurairah r.a
fardhu kifayah
berkata, aku mendengar
merupakan sebuah Rasulllulah saw
kewajiban yang harus bersabda, “hak seorang
dilaksanakan, apabila Muslim yang lain ada
lima hal: menjawab Sebelum Jenazah
salam, membesuk orang dishalatkan, maka yang
sakit, mengantar harus dilakukan adalah
jenazah, mendatangi memandikannya.
undangan, dan Memandikan jenazah
menjawab orang dimaksudkan agar
bersin.” (HR Bukhari) segala bentuk hadas dan
najis yang ada pada
Walaupun kata jenazah tersebut hilang
memandikan dalam dan bersih, sehingga
hadis diatas tidak ada, jenazah yang akan
namun sebagaimana dikafani terus
yang diketahui bahwa dishalatkan telah suci
memandikan jenazah dari hadas dan najis.
merupakan bahagian Pada dasarnya
fardhu kifayah dalam memandikan jenazah
pengurusan jenazah. sama saja dengan
Itulah sebabnya mandinya orang yang
memandikan jenazah hidup, namun
merupakan kewajiban perbedaannya adalah
yang harus dilaksanakan orang yang hidup mandi
dengan segera. sendiri sedangkan
jenazah harus
dimandikan.

Walaupun demikian ada


Makalah Tata Cara sedikit perbedaan dalam
Memandikan Jenazah: memandikan jenazah,
tidak saja meratakan air
1.Mengurus Jenazah keseluruh tubuh, namun
dalam memandikannya
juga harus dengan hati- dari badan mayat
hati dan lemah lembut. terlebih dahulu, dan
tidak adanya penghalang
Memandikan jenazah yang dapat mencegah
adalah hal yang harus sampainya air ke kulit
dilakukan atas jenazah mayat, semua itu harus
seorang muslim, dipenuhi dalam
sebelum ia dishalatkan. memandikan mayat[4].
Mandi ini dilakukan
dengan cara
membersihkan segala 2.Syarat Memandikan
najis yang ada di Jenazah
badannya dahulu,
utamanya bagian Adapun syarat wajib
kemaluan, kemudian memandikan jenazah
meratakan air ke seleruh yaitu :
tubuhnya, ini harus di
usahakan dengan hati- a. mayat itu islam
hati upaya mayat b. Lengkap tubuhnya
tersebut tidak membawa atau ada bahagian
kotoran ke hadapan tubuhnya walaupun
Allah[3]. sedikit
c. Jenazah tersebut
Dalam memandikan bukan mati syahid (mati
mayat wajib adanya niat dalam peperangan
mendekatkan diri membela agama Allah).
kepada Allah SWT,
karena ia termasuk 3.Hukum Memandikan
bagian dari ibadah. Jenazah
Demikian pula muthlak,
suci dan halalnya air. Jumhur Ulama atau
Menghilangkan najis golongan terbesar dari
ulama berpendapat yang meninggal bukan
bahwa memandikan karena mati syahid di
mayat muslim, Medan pertempuran[6]
hukumnya adalah fardhu
kifayah artinya bila telah b. Jenazah yang tidak
dilakukan oleh sebagian perlu dimandikan
orang maka gugurlah
kewajiban seluruh Jenazah yang tidak
mukallaf[5]. boleh dimandikan
adalah jenazah yang
4.Klasifikasi Dalam mati syahid di medan
Memandikan Jenazah pertempuran karena
setiap luka atau setetes
Klasifikasi ini bertujuan darah akan semerbak
untuk memberikan dengan bau wangi pada
perbedaan dalam hari Kiamat[7].
memandikan jenazah.
Hal ini disebabkan Jenazah orang kafir
bahwa tidak semua tidak wajib dimandikan.
jenazah yang ada dapat Ini pernah dilakkan Nabi
atau harus dimandikan. saw terhadap paman
Berikut 2 hal yang perlu beliau yang kafir [10].
untuk diperhatikan Juga berdasarkan firman
dalam memandikan Allah SWT: “Dan
jenazah. janganlah sekali-kali
kamu menyalatkan
a. Jenazah yang boleh jenazah salah seorang
dimandikan yang mati diantara
mereka, dan janganlah
Jenazah yang wajib kamu berdiri
dimandikan adalah (mendoakan) di
orang Islam dan orang kuburnya[8].”
 Apabila mayat
Janin yang dibawah usia itu laki-laki,
empat bulan tidak perlu hendaklah
dimandikan, dikafani, memandikannya
dan dishalatkan. Cukup laki-laki pula,
digali lubang dan perempuan tidak
dikebumikan. boleh
memandikan
mayat laki-laki,
c. Orang Yang Berhak kecuali istri dan
Memandikan muhrimnya. Jika
mayat
Tidak semua orang perempuan,
berhak dalam hendaklah
memandikan jenazah, dimandikan
hal ini dimaksudkan permpuan pula,
untuk menjaga laki-laki tidak
kerahasian aib atau cacat boleh
penyakit yang masih ada memandikan
di dalam tubuh jenazah mayat
tersebut. Tujuan perempuan
menjaga dan membatasi kecuali suami
bagi orang yang ingin atau
memandikan jenazah muhrimnya[9].
adalah agar tidak terjadi  Orang Yang
fitnah yang dapat berhak
memalukan keluarga memandikan
jenazah tersebut. Jenazah adalah
Adapun Orang yang orang yang telah
berhak memandikan ditunjuk oleh si
Jenazah Adalah: mayit sendiri
sebelum
wafatnya tidak ada yang
(berdasarkan membuatmu
wasiatnya)[10] gundah, sebab
 Kemudian jika kamu wafat
bapaknya, sebab sebelumku,
ia tentu lebih akulah yang
tahu mengenali memandikan
si mayit daripada jenazahmu” [12]
anak si mayit
tersebut.
Kemudian 5.Tata Cara Dalam
keluarga terdekat Memandikan Jenazah
si mayit.
 Jenazah wanita a. Persiapan Sebelum
dimandikan oleh Memandikan Jenazah
pemegang
wasiatnya[11] . Sebelum Memandikan
Kemudian jenazah, Maka harus
ibunya lalu anak dilakukan beberapa
perempuannya Persiapan, adapun Hal-
setelah itu hal yang perlu
keluarga dipersiapkan sebelum
terdekat. proses pemandian
 Seorang suami adalah:
boleh
memandikan  Masker dan kaos
jenazah istrinya tangan untuk
berdasarkan memandikan
sabda Nabi saw jenazah agar
kepada’Aisyah terhindar dari
Radhiallahu kuman jika si
‘Anha: “Tentu
jenazah memiliki  Handuk untuk
penyakit. mengeringkan
 Sabun atau tubuh dan
bahan lainnya rambut si
untuk jenazah.
membersihkan  Kapas, kapur
tubuh si jenazah barus, daun
 Sampo untuk bidara, atau
mengeramasi wewangian yang
rambut si lain serta bedak.
jenazah agar  Dipersiapkan
bersih dari kain kafan
kuman dan tergantung jenis
kotoran kelamin.
 Air secukupnya
untuk proses b. Proses dan Tata Cara
memandikan. Memandikan Jenazah
Boleh memakai
air yang dialiri  Meletakkan
oleh selang, jenazah diatas
boleh juga dipan atau meja,
menyiapkan air usahakan kepala
sebanyak tiga lebih tinggi dari
ember besar. kaki
 Meja besar atau  Tempat jenazah
dipan yang harus tertutup,
cukup dan kuat baik dinding
serta tahan air maupun atapnya
untuk tempat agar aurat dan
meletakkan cela jenazah
jenazah ketika tidak terlihat.
dimandikan
 Menutup aurat cara
jenazah dengan berwudhu.[15]
handuk besar dan  Siram dari mulai
kain. Untuk yang kanan
jenazah putra anggota wudhu
dari pusar dengan bilangan
sampai lutut, gasal
sedangkan untuk menggunakan air
jenazah dan daun bidara,
perempuan dari kemudian
dada sampai seluruh tubuh
mata kaki. jenazah diberi
 Bersihkan sabun termasuk
kotoran dengan pada lipatan-
cara mengangkat lipatan yang ada.
pundak dan  Bersihkan
kepala sambil tubuhnya dengan
menekan perut air dan
dan dada miringkan ke
 Memiringkan ke kanan serta ke
kanan dan ke kiri kiri.
sambil ditekan  Selama
dengan memandikan,
mempergunakan aurat jenzah
sarung tangan harus senantiasa
atau kain perca agar tidak
dan disiram terlihat
berkali-kali agar  Kemudian,
kotoran hilang. rambut jenazah
 Basuhlah dikeramas dan
jenazah disiram agar
sebagaimana bersih. Dan jika
jenazahnya meratakan air ke
wanita, setelah seluruh tubuh
rambutnya atau sebaiknya
dikeringkan tiga kali yaitu
kemudian dengan air yang
dipintal menjadi bersih, air sabun
tiga.[16] dan air yang
 Siramkan pada bercampur
siraman yang dengan kapur
terakhir dengan barus. Apabila
kapur barus dan sudah selesai
miringkan ke kesemuanya
kanan dan ke kiri yang terakhir
agar air keluar adalah di
dari mulutnya wudhukan.
dan dari lubang
yang lain.  Setiap mayat
 Setelah selesai, muslim itu wajib
badannya di mandiakn
dikeringkan dengan tiga kali ;
dengan handuk, pertama dengan
kewmudian air yang
ditutup dengan dicampur sedikit
kain yang kering kapur dan bidara
agar auratnya ; kedua dengan
tetap tertutup. air yang dicapur
 Bersihkan segala sedikit kapur
najis yang ada di kecuali yang
badannya, mati dalam
utamanya bagian keadaan ihram,
kemaluan, maka tidak boleh
kemudian dicampur dengan
kapur ; ketiga Pekerjaan yang pertama-
dengan aiir tama dilakukan dalam
murnbi tanpa menyelenggarakan
dicampur urusan mayit adalah
apapun. Daun memandikannya, yang
bidara dan kapur mempunyai dua macam
yang dicampur cara.[4]
dengan air itu
jangan terlalu 1. yaitu cara, asal
banyak, karena memenuhi arti mandi
dikhawatirkan yang dengan demikian
air tersebut maka terlepaslah kita
menjadi air dari dosa, inilah asal
mudhaf, najis yang barangkali
sehingga tidak ada pada tubuh si mayat
dapat hilang, kemudian
menyucikan.[3] siramlah seluruh
Antara tiga kali tubuhnya dengan air
mandi tersebut, secara merata.
diwajibkan pula
tertib antara 2. yaitu cara yang
anggota tubuh sempurna sehingga
yang tiga, yakni memenuhi as-sunnah
dimulai dengan yakni agar orang
kepala berikut memandikan mayit
leher, lalu melakukan hal-hal
anggota tubuh berikut :
yang kanan, dan
ketiga anggota a. letakkanlah mayit di
tubuh yang kiri. tempat kosong, diatas
tempat yang tinggi,
papan umpamanya, dan
tutuplah auratnya yang panjang, dan kalau
dengan kain atau ada yang tercabut, maka
semisalnya. rambut itu harus
dikembalikan dan
b. Mayat didudukkan di ditanam bersamanya.
temapt mandi, condong
ke belakang, sedang d. Sisi kanan mayat
kepalanya di sandarkan sebelah depan terlebih
pada tangan kirinya, dahului, barulah
menekan keras-keras kemudian sisi depan
perut si mayat, supaya sebelah kiri, sesudah itu
isinya yang mungkin basuh pula sisi kanannya
masih tersisa keluar. sebelah kiri, sesudah itu
Sesudah itu balutlah basuh pula sisi kanannya
tangan kiri itu dengan sebelah belakang,
kain atau sarung tangan kemudian sisi belakang
dan dibasuh sebelah kiri, dengan
kemaluannya dan dubur demikian seluruh
si mayat, kemudian tubuhnya bisa di ratai
dibersihkan pula mulut air.
dan lubang hidungnya
lantas diwudhukan C. PENUTUP
seperti wudhu orang 1. Kesimpulan
yang hidup.
Di dalam memandikan
c. Kepala dan wajah si mayat harus teliti supaya
mayat di basuh dengan mayat itu tidak
sabun atau bisa juga membawa kotoran ke
digunakan dengan hadapan Allah. Perut si
pembersih lainnya. mayat harus di tekan,
Dilepas rambutnya kalau karena di dalam
dia mempunyai rambut
perutnya itu mungkin
masih ada kotoran.

Di dalam memandikan
mayat terlebih dahulu
adalah niat, karena niat
adalah bahagian dari
ibadah. Kemudian
siramlah tubuhnya
sebelah kanan baru
sebelah kiri sampai air
itu merata dalam
tubuhnya, setelah
semuanya siap, lalu
mayat tersebut
diwudhukan.

Demikianlah isi makalah


saya ini dan sebelumnya
penulis terlebih dahulu
mohon maaf kepada
bapak atas kekurangan
yang terdapat di dalam
makalah saya ini. Dan
saya berterima kasih
atas bapak yang sudi
memberikan judul ini
terhadap saya, karena
saya sudah mengetahui
lebih jelas lagi tentang
cara-cara memandikan
mayat.
 Munir, A dan
Sudarsono.
Dasar-Dasar
Agama Islam,
Jakarta : Rineka
cipta, 1992.
 Sitanggal, Umar
Anshary. Fiqih
Syafi`I
DAFTAR PUSTAKA Sistematis,
Semarang : CV
 Al-Atsari, Abu Asy Syifa`,
Hasan Al- 1992.
Maidani. Shalat  Muqhniyah,
Jenazah, Solo: Jawab,
At-Tibyan, 2001. Muhammad.
 Sumaji, Fiqih Imam
Muhammad Anis Ja`far Shadiq,
dan Salmah, Af Jakarta : lentera,
Idah, Panduan 1995.
Praktis  Sabiq, Sayyid.
Pengurusan Fiqih Sunnah,
Jenazah, Solo: Bandung : PT
Tinta Medina, Al-ma`arif,
2011 1994.
 Tohaputra,
Ahmad.. Al- ________________
Qur’an dan [1] Abu Ihsan Al-Maidani
Terjemahannya. Al-Atsari, Shalat Jenazah
Semarang: CV (TP, TT, 2001), h 10
Asy Syifa’, 1998 [2] Ibrahim Lubis adalah
Mahasiswa Pascasarjana
IAIN-SU Medan yang saat [11] Abu Ihsan Al-Maidani
ini sedang meyelesaikan Al-Atsari, Shalat Jenazah,
tugas akhir yaitu 2001, hlm 10-13
Membuat tesis [12] Ibid
[3] A. Munir dan
Sudarsono. Dasar-Dasar
Agama Islam, (Jakarta :
Rineka Cipta, 1992), hlm.
134
[4] Muhammad Jawab
Mughniyah. Fiqih Iman
Ja`far Shadiq, (Jakarta :
Lentera, 1995), hlm. 90
[5] Sayyid Sabiq. Fiqih
Sunnah, (Bandung : PT Al-
ma`arif, 1994), hlm. 78
[6] Muhammad Anis
Sumaji, Panduan
Pengurusan Shalat
Jenazah, 2011, hlm. 13-18
[7] Muhammad Anis
Sumaji, Panduan
Pengurusan Shalat
Jenazah, 2011, hlm. 22-23
[8] QS At-Taubah-84
[9] A. Munir dan
Sudarsono. Op. cit, hlm.
135
[10] Abu Ihsan Al-Maidani
Al-Atsari, Shalat Jenazah,
2001, hlm 10-13

Anda mungkin juga menyukai