Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kematian adalah suatu kepastian yang tak dapat dihindari oleh manusia. Semua
makhluk pasti akan mengalami kematian, tak peduli tua maupun muda. Kematian, bagi
seseorang yang telah menemui ajalnya, ini merupakan bukanlah akhir dari segala-
galanya, melainkan adalah awal bagi kehidupan di akhirat. Sedangkan bagi yang masih
hidup, ada kewajiban yang harus dipikul terhadap orang yang telah meninggal,
diantaranya; memandikan, mengkafani, menshalaykan, dan menguburkan. Dalam
makalah ini penulis mencoba untuk mengupas segala masalah kewajiban yang harus
dilakukan oleh orang yang masih hidup terhadap jenazah.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara memandikan jenazah?
b. Bagaimana cara mengkafani jenazah?
c. Bagaimana cara menshalati jenazah?
d. Bagaimana cara menguburkan jenazah?
e. Apa itu takziah?
f. Apa itu ziarah kubur?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah merupakan bagian dari etika islam yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan
fardhu kifayah, artinya apabila sebagian orang telah melaksanakannya, maka dianggap
cukup atau . Akan tetapi jika tidak ada seorangpun yang melakukannya, maka
berdosalah seluruh masyarakat yang berada di daerah itu, pengurusan jenazah juga
merupakan tanda penghormatan terhadap jenazah. Dalam ajaran islam ada empat
kewajiban bagi setiap muslim terhadap jenazah sesama muslim, yaitu memandikan
jenazah, mengafankan jenazah, menshalatkan jenazah dan menguburkan jenazah.
Sebelum mengetahui pembahasan selanjutnya mengenai keempat kewajiban bagi
setiap muslim terhadap jenazah sesama muslim, ada baiknya kita mengetahui terlebih
dahulu beberapa hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai seorang muslim yang baru
saja meninggal dunia, yaitu :
a. Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata
pelan-pelan.
b. Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan selendang agar tidak kembali
terbuka.
c. Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.
1. Memandikan Jenazah
Sebelum jenazah dikafankan, maka yang harus dilakukan adalah
memandikannya. Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadast dan
najis yang ada pada jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan
dikafani terus dishalatkan telah suci dari hadas dan najis.
Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang
hidup, namun perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah
harus dimandikan. Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan
jenazah, tidak saja meratakan air ke seluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga
harus dengan hati-hati dan lemah lembut.
Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah
SWT, karena ia termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula mutlak, suci dan halalnya
air. Menghilangkan najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya
penghalang yang dapat mencegah sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus
dipenuhi dalam memandikan mayat.
4
Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah
Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan
jenazah. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus
dimandikan. Berikut 2 hal yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.
a. Jenazah yang boleh dimandikan
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal
bukan karena mati syahid di Medan pertempuran.
b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan
Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan
pertempuran karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi
pada hari Kiamat. Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan
Nabi saw terhadap paman beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak
perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan.
Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya
tertutup atau amandari pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di
halaman rumah namun dibatasi dengan tutup. Usahakan mayit dimandikan di
atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena percikan air. Juga dianjurkan
membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk menolak bau yang
dimungkinkan keluar dari badan mayit.
Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang
memasuki tempat memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan
mayit.
5
jenazah tersebut. Tujuan menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan
jenazah adalah agar tidak terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah
tersebut. Adapun Orang yang berhak memandikan Jenazah adalah:
Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang memandikan laki-laki. Bila
perempuan, maka yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan suami-istri,
suami memandikan istri yang meninggal, begitu pula sebaliknya.
Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling
mengerti masalah agama dan yang paling punya rasa belas kasih (syafaqah). Sedangkan
yang paling utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang
semahram dengan jenazah.
Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku
di atas bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada
yang menggosok tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal
yang diperlukan.
Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk
dimandikan. Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang.
Posisi ini memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang
ada pada jenazah.
13. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
14. Siram sebelah kanan 3 kali.
15. Siram sebelah kiri 3 kali.
16. Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah
belakang.
17. Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
18. Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
19. Setelah itu siram dengan air kapur barus.
20. Setelah itu jenazahnya diwudukkan .
Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :
ِ ض ْو َء ِل َهذَاا ْل َم ِي
ت هللِ تَ َعالَى ُ نَ َويْتُ ا ْل ُو
"aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"
Lafaz niat mewudukkan jenazah perempuan :
Hal-hal Penting
Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain :
a. Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.
b. Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah sunnah.
Sebaliknya mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah sedangkan niatnya
wajib.
7
c. Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-seri atau
mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila sebaliknya, maka
harus disimpan tidak boleh diceritakan.
2. Mengkafani Jenazah
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk mengkafaninya
juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang
dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan
sebagai berikut: “Kami hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan
keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena
diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun
juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada
buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan
terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi
saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua
kakinya.” (HR. Bukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau disunnahkan
mengenai kain kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, kering dan
menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut :
Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila salah
seorang kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.” (HR.
Muslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu Dawud).
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain apa saja
yang dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.
A. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah
8
lembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh mayit, ditambah dengan gamis,
kerudung dan sampir (Madura : sampér)
3. Menshalatkan Jenazah
9
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Boleh dilakukan oleh orang laki-laki
atau perempuan. Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat mengugurkan
kewajiban adalah orang laki-laki yang baligh.
Bagi yang menyalati, syarat-syaratnya sama seperti shalat yang lain. Sebab
pada dasarnya shalat jenazah sama seperti shalat yang lain.
1. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci
dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap kiblat.
2. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesai dimandikan dan
dikafani.
3. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan., kecuali kalau
melaksanakan shalat gaib.
10
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbir empat kali
4. Mengucap salam
1. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki. Jika mayat
perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya.
2. Makmum berdiri di belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih banyak lebih utama.
Jika jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tiga saf. Karena Rasulullah Saw. telah
bersabda, yang artinya : “Apabila seorang mukmin mati dan dishalatkan oleh
sekelompok kaum muslimin hingga tiga saf, maka dosa-dosa si mayat diampuni”. (HR.
Lima ahli hadis, kecuali Nasai)
3. Setelah saf teratur,
4. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram
i. Untuk seorang mayit laki-laki
الى َ ت فَ ْر
ٰ َض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَع ِ ِلى ه َٰذا ْال َمي
ٍ ت أ َ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا َ ُأ
ٰ ص ِلى َع
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
ii. Untuk seorang mayit perempuan
ٰ ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ ت َ َع
الى ٍ لى ٰه ِذ ِه ْال َم ِيت َ ِة أ َ ْربَ َع ت َ ْك ِبي َْرا
َ ت فَ ْر ٰ لى َع
ِ صَ ُأ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
iii. Untuk seorang mayit anak laki-laki
ض ْ َت ف
َ للر َ الْ ْفلل ِل أ َ ْر َبلل َع ت َ ْك ِبي
ٍ ْللرا ِ ت ٰ لللى ه
ِ َللذا ْال َم ِيلل ٰ لللى َعِ ص َ ُأ
ٰ َِكفَايَ ٍة ِهللِ تَع
الى
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
iv. Untuk seorang mayit anak perempuan
الى َ ت فَ ْر
ٰ ض ِكفَا َي ٍة ِهللِ ت َ َع ِ لى ٰه ِذ ِه ْال َم ِيت َ ِة
ٍ الْ ْفلَ ِة أ َ ََ ْر َب َع ت َ ْك ِبي َْرا َ ُأ
ٰ ص ِلى َع
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
v. Untuk dua orang mayit
ٰ ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ ت َ َع
الى ٍ لى ٰهذَي ِْن ْال َميِتَي ِْن أ َ ََ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا
َ ت فَ ْر َ ُأ
ٰ ص ِلى َع
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati
ini”.
vi. Untuk mayit yang banyak
ٍ ت ْال ُم ْس ل ِل ِميْنَ أ َ ْربَ ل َع ت َ ْك ِب ْيل َلرا
ت ِ ِل َلر ِ ل ْلن أ َ ْ ل َلوا
َ َ للى َعلل ٰلى َ ل ْلن َ ُأ
ِ صل
ٰ ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ ت َ َع
الى َ فَ ْر
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati
ini”.
Lafadz Takbir
“Allah Maha Besar”
5. Takbir empat kali.
a. Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah
b. Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi
11
للى ِِب َْلرا ِهي َْم
ْت َع ٰصلَّي َ
لى آ ِل ُ َح َّم ٍد َك َما َ لى ُ َح َّم ٍد َو َع ٰ ص ِل َع ٰ اَللَّ ُه َّم َ
لللى آ ِل ُ َح َّملل ٍد َك َمللا
لللى ُ َح َّملل ٍد َو َع ٰللار ْى َع ٰ ْللرا ِهي َْم َو بَ ِ
لللى آ ِل ِِب َ
َو َع ٰ
للى آ ِل ِِب َْلرا ِهي َْم فِلى ْال َعلالَ ِميْنَ ِِنَّل َ َ ِميْلد
لى ِِب َْلرا ِهي َْم َو َع ٰ
ت َع ٰ ار ْك َ
بَ َ
َ ِجيْد0
c. Sesudah takbir ketiga membaca :
Untuk Laki-laki:
الَل ُه َّم ا ْغ ِف ْرلَهُ َو ْار َ ْمهُ َو َعافِ ِه َواع ُ
ْف َع ْنهُ
Untuk Perempuan:
الَل ُه َّم ا ْغ ِف ْرلَ َها َو ْار َ ْم َها َو َعا ِف َها َواع ُ
ْف َع ْن َها
Lebih sempurnanya ditambah dengan :
اء َوالث َّ ْلجِ َو ْالبَ ْر ِد َون َِق ِه ِ نَ
َوأ َ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِس ْع َ ْد َخلَهُ َوا ْغس ِْلهُ بِ ْال َم ِ
ارا َخي ْْلرا م ِ لنَ اللدَّن َِا َوا ْبد ِْللهُ دَ ْ ْايَا َك َما يُنَقَّلى الث َّ ْلو ُ اْبَبْليَ ُ ْال َخ َ
لن زَ ْو ِجل ِه َوأ َ ْد ِخ ْللهُ ِ ْن دَ ِار ِه ِوا َ ْهالْ َخي ْْرا ِ ْن أ َ ْه ِل ِه َوزَ ْو ْجلا َخي ْْلرا ِ ْ
ْال َجنَّةَ َوأ َ ِع ْذهُ ِ ْن َعذَا ِ ْالقَب ِْر َو ِ ْن فِتْنَتِ ِه َو ِ ْن َعذَا ِ النَّ ِ
ار
Jika mayit anak kecil ditambah dengan do’a :
اج َع ْللهُ (هلاَ) اج َع ْلهُ (هاَ) لَ ُهما َ َ
سللَفْا َو ْ طا َو ْ اف ََ َر ْ اج َع ْلهُ (هاَ) لَ ُه َم َ
اَلل َه َّم ْ
لى وُلُ ْو ِب ِه َملا َو َ لَ ُه َما ذُ ْخ ْرا َوث َ ِق ْل ِبه (هلاَ) َ َو ِازنَ ُه َملا َوأ َ ْف ِلراِ ال َّ
ْلب َْر َع ٰ
ت َ ْفتِ ْن ُه َما بَ ْعدَه ُ(هاَ) َو َ ت َ ْح ِر ْ ُه َما أ َ ْج َرهُ (هاَ)
13
b. Mayit dimasukan kedalam lubang kubur dengan perlahan-lahan. Sedangkan yang
menerima, bila mayit perempuan, maka mahram si mayit. Bila laki-laki, maka yang
paling dekat hubungannya dengan si mayit.
c. Ketika memasukkan mayit, sunnah membaca do’a:
ُ لى ِ لَّ ِة َر
ِس ْو ِل ك ٰ ِب ْس ِم كِ َو َع
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama agama Rasulullah”.
d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib dihadapkan
ke arah kiblat.
e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayit ditempelkan
ke tanah.
f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura : lubelu) (bisa dengan batu atau
kayu), untuk menjaga agar mayit tidak berubah terlentang atau telungkup.
g. Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan kayu atau
lainnya, agar tanah timbunan tidak langsung mengena mayit.
h. Mayit dibacakan adzan dan iqamah.
i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu jengkal
atau ± 25 cm.
j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan
k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.
l. Kuburan diberi batu nisan
m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan bahasa
Arab, dan sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh para
pengantar jenazah
n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah tidak
langsung pulang, tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-Qur’an
mendoakan mayit.
14
mendapat pahala dua qirath. Nabi ditanyakan apa maksud dua qirath? Nabi menjawab
satu qirath seperti dua gunung yang besar”. (HR. Imam Bukhari-Muslim).
5. TAKZIAH
Takziah artinya melawat atau menjenguk orang yang meninggal dunia untuk
turut mengatakan bela sungkawakepada keluarganya, serta member penghormatan
terakhir kepada orang yang telah dipanggiluntuk menghadap kehadirat Allah SWT.
Takziah dapat dilakukan sebelum dan sesudah jenazah dikuburkan hingga selam
tiga hari. Namun demikian, takziah diutamakan dilakukan sebelum jenazah dikuburkan.
2. Hikmah Takziah
Dapat meringankan beban keluarga si mayat, terutama dari segi mental, sehingga
merasa sedikit terhibur.
Tugas dan kewajiban keluarga yang ditinggalkan terbantu.
Dapat mengingatkan akan kematian
Penghormatan terakhir pada almarhum/ah
Ikut mendoakan almarhum/ah
Mempererat tali persaudaraan umat muslim
6. ZIARAH KUBUR
A. Pengertian dan Hukum Ziarah Kubur
Ziarah kubur adalah datang ke makam keluarga atau bukan keluargadengan
maksud untuk mendoakan agar diterima amalnya dan diampuni dosanya oleh Allah
SWT. Ziarah kubur adalah sunah bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan adalah
makruh. Alasannya dikhawatirkan perempuan akan menambah perasaan sedih.
Ziarah kubur hukumnya disunnahkan, hikmahnya adalah agar menjadi
peringatan dan menyadari bahwa setiap jiwa pasti akan mati serta mengingat
akan adanya alam akhirat.
Sedangkan tatacara ziarah kubur :
1. sebelum duduk dianjurkan mengucapkan salam :
15
َار ِ لللن ِ َللدي ْ للرا َ ْال َم ْر ُ ْو ِم
ِ مال َم ْر ُ ْو َ للل ِة… يَلللا أ َ ْهللل َل الل َ ِل ْ َ سلللالَ ُم َعلَللل ْي ُك ْم يَلللاَّ اَل
َ ت َوِِنَّا ِِ ْ ََآ َء ك ُبِ ُك ْم َ ِ قُ ْو ِ ت َو ْال ُمىْ ِ نِيْنَ َو ْال ُمىْ ِ نَا
ِ ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما
2. kemudian membaca al-Qur’an atau Tahlil, serta memohon kepada Allah
agar pahala bacaannya disampaikan pada si mayit. Dan jangan lupa, dalam
do’a tersebut disisipi kalimat :
ٰ ِِ ُص ْل ث َ َوا َ َ اوَ َرأْنَاه
… لى ِ اَللَّ ُه َّم أ َ ْو
B. Adab (Etika) Berziarah Kubur
Ada beberapa etika dalam berziarah kubur, yakni sebagai berikut:
1. Peziarah hendaknya mengucapkan salam kepada ahli kubur ketika memasuki area
makam.
2. Membaca doa-doa, istighfar, tahlil, surah yasin, dan lain sebagainya.Dengan harapan
mereka mendapat pengampunan dari Allah SWT.
3. Pada saat berziarah kubur, bersikap sopan dan berhati-hati, jangan duduk diatas
kuburan atau bergurau , bermain-main atau yang tidak sesuai dengan suasana ziarah
kubur.
4. Ziarah kubur orangtuanya atau orang lain bukan untuk meminta sesuatu, tetapi
mendoakan kepada ahli kubur agar mendapat pengampunan dari Allah SWT.
C. Hikmah Ziarah Kubur
Hikmah ziarah kubur diantaranya:
1. Ziarah kubur dapat mengingatkan akan akhirat, maka akan menambah tebalnya iman
kepada Allah SWT dan memperbanyak amal saleh.
2. Kita dapat melakukan kontak batin dengan arwah almarhumah, sekalipun dengan alam
yang berbeda melalui doa.
3. Ziarah kubur adalah perbuatan ibadah karena sunah Rasulullah. Dengan melihat nisan
sebagai saksi bisu akan tumbuh rasa takut kepada Allah SWT.
Pada awalnya ziarah kubur dilarang oleh Rasulullah karena dikhawatirkan
menimbulkan syirik (meminta pada leluhurnya) akantetapi setelah Rasulullah SAW
menilai bahwa tingkat keimanan umat sudah kuat, maka Rasullulah pun memerintahkan
untuk berziarah kubur. Selain itu berziarah kubur banyak lagi hikmah yang dapat digali.
16
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa
atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut
aturan Allah SWT dan RasulNya.
2. SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,
pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan
mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga
berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua
serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa
yang akan datang.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://matlab.blogspot.co.id
http://auliyaberbagi.blogspot.co.id
http://idremajaislam.blogspot.co.id
18