Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala


yang telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah yang berjudul ”Perawatan Jenazah” ini dibuat untuk
memenuhi syarat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam membuat makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala
kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan pada makalah ini.
Penulis harap makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya, dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Terimakasih.

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
1. Latar Belakang .................................................................................................. 3
2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 17
1. Kesimpulan ....................................................................................................... 17
2. Saran ................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kematian adalah suatu kepastian yang tak dapat dihindari oleh manusia. Semua
makhluk pasti akan mengalami kematian, tak peduli tua maupun muda. Kematian, bagi
seseorang yang telah menemui ajalnya, ini merupakan bukanlah akhir dari segala-
galanya, melainkan adalah awal bagi kehidupan di akhirat. Sedangkan bagi yang masih
hidup, ada kewajiban yang harus dipikul terhadap orang yang telah meninggal,
diantaranya; memandikan, mengkafani, menshalaykan, dan menguburkan. Dalam
makalah ini penulis mencoba untuk mengupas segala masalah kewajiban yang harus
dilakukan oleh orang yang masih hidup terhadap jenazah.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara memandikan jenazah?
b. Bagaimana cara mengkafani jenazah?
c. Bagaimana cara menshalati jenazah?
d. Bagaimana cara menguburkan jenazah?
e. Apa itu takziah?
f. Apa itu ziarah kubur?

3
BAB II
PEMBAHASAN

Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah merupakan bagian dari etika islam yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan
fardhu kifayah, artinya apabila sebagian orang telah melaksanakannya, maka dianggap
cukup atau . Akan tetapi jika tidak ada seorangpun yang melakukannya, maka
berdosalah seluruh masyarakat yang berada di daerah itu, pengurusan jenazah juga
merupakan tanda penghormatan terhadap jenazah. Dalam ajaran islam ada empat
kewajiban bagi setiap muslim terhadap jenazah sesama muslim, yaitu memandikan
jenazah, mengafankan jenazah, menshalatkan jenazah dan menguburkan jenazah.
Sebelum mengetahui pembahasan selanjutnya mengenai keempat kewajiban bagi
setiap muslim terhadap jenazah sesama muslim, ada baiknya kita mengetahui terlebih
dahulu beberapa hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai seorang muslim yang baru
saja meninggal dunia, yaitu :
a. Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata
pelan-pelan.
b. Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan selendang agar tidak kembali
terbuka.
c. Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.

1. Memandikan Jenazah
Sebelum jenazah dikafankan, maka yang harus dilakukan adalah
memandikannya. Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadast dan
najis yang ada pada jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan
dikafani terus dishalatkan telah suci dari hadas dan najis.
Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang
hidup, namun perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah
harus dimandikan. Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan
jenazah, tidak saja meratakan air ke seluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga
harus dengan hati-hati dan lemah lembut.
Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah
SWT, karena ia termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula mutlak, suci dan halalnya
air. Menghilangkan najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya
penghalang yang dapat mencegah sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus
dipenuhi dalam memandikan mayat.

A. Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Memandikan Jenazah

Syarat Memandikan Jenazah


a. Mayat itu islam
b. Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit
c. Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama
Allah).

4
Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah
Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan
jenazah. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus
dimandikan. Berikut 2 hal yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.
a. Jenazah yang boleh dimandikan
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal
bukan karena mati syahid di Medan pertempuran.
b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan
Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan
pertempuran karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi
pada hari Kiamat. Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan
Nabi saw terhadap paman beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak
perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan.

Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya
tertutup atau amandari pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di
halaman rumah namun dibatasi dengan tutup. Usahakan mayit dimandikan di
atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena percikan air. Juga dianjurkan
membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk menolak bau yang
dimungkinkan keluar dari badan mayit.
Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang
memasuki tempat memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan
mayit.

Air untuk Memandikan


Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan). Dianjurkan
menggunakan air laut, karena bisa memperlambat proses pembusukan. Namun,
bila berada di daerah yang sangat dingin, atau di tubuh mayit terdapat kotoran
yang sulit dihilangkan, maka lebih baik menggunakan air hangat.

Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah


Sebelum memandikan jenazah, maka harus dilakukan beberapa persiapan, adapun
hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:
a. Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
b. Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh
selang, boleh juga menyiapkan air menggunakan ember besar asal cukup.
c. Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuat serta tahan air.
d. Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
e. Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
f. Kain kafan, dipersiapkan tergantung jenis kelamin.
Tambahan (jika diperlukan) :
 Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si
jenazah memiliki penyakit.

Orang yang Berhak Memandikan Jenazah


Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan
untuk menjaga kerahasiaan aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh

5
jenazah tersebut. Tujuan menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan
jenazah adalah agar tidak terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah
tersebut. Adapun Orang yang berhak memandikan Jenazah adalah:
Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang memandikan laki-laki. Bila
perempuan, maka yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan suami-istri,
suami memandikan istri yang meninggal, begitu pula sebaliknya.
Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling
mengerti masalah agama dan yang paling punya rasa belas kasih (syafaqah). Sedangkan
yang paling utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang
semahram dengan jenazah.
Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku
di atas bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada
yang menggosok tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal
yang diperlukan.

Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk
dimandikan. Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang.
Posisi ini memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang
ada pada jenazah.

B. Tata Cara Memandikan Jenazah

Cara Dalam Memandikan Jenazah

1. Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.


2. Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3. Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terlihat
4. Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
5. Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya,
celah jari tangan dan kaki dan rambutnya, sebaiknya memakai sarung tangan.
6. Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lalu mengeluarkan kotoran
dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan agar semua
kotorannya keluar, lantas dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan
memakai sarung tangan yang sudah diganti. Dalam hal ini boleh memakai
wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran jenazah.
7. Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
8. Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat
Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :

‫ت هللِ تَ َعالَى‬ ْ َ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ِل َهذ‬


ِ ‫اال َم ِي‬
6
“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “

Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :

‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ِل َه ِذ ِه ْال َميِتَ ِة هللِ تَعَالَى‬


“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “

13. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
14. Siram sebelah kanan 3 kali.
15. Siram sebelah kiri 3 kali.
16. Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah
belakang.
17. Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
18. Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
19. Setelah itu siram dengan air kapur barus.
20. Setelah itu jenazahnya diwudukkan .
Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :

ِ ‫ض ْو َء ِل َهذَاا ْل َم ِي‬
‫ت هللِ تَ َعالَى‬ ُ ‫نَ َويْتُ ا ْل ُو‬
"aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"
Lafaz niat mewudukkan jenazah perempuan :

‫ض ْو َء ِل َه ِذ ِه ا ْل َم ِيتَ ِة هللِ تَ َعالَى‬


ُ ‫نَ َويْتُ ا ْل ُو‬
"aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t"
Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu
mulai dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk
biasanya.
21. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada
seluruh badan mayat.

Hal-hal Penting
Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain :
a. Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.
b. Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah sunnah.
Sebaliknya mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah sedangkan niatnya
wajib.

7
c. Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-seri atau
mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila sebaliknya, maka
harus disimpan tidak boleh diceritakan.
2. Mengkafani Jenazah
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk mengkafaninya
juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang
dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan
sebagai berikut: “Kami hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan
keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena
diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun
juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada
buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan
terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi
saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua
kakinya.” (HR. Bukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau disunnahkan
mengenai kain kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, kering dan
menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut :
Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila salah
seorang kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.” (HR.
Muslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu Dawud).
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain apa saja
yang dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.
A. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah

1. Jenis Kain Kafan


Semua kain yang dipakai oleh mayit ketika masih hidup, boleh dibuat kain kafan.
Mayit laki-laki tidak boleh dikafani dengan kain sutra, sedangkan perempuan
diperbolehkan.
Kain kafan boleh berwarna apa saja. Tetapi yang sunnah adalah kain putih dan yang sudah
dicuci. Adapun yang dimaksud perintah, “Hendaknya memperbagus kain kafan”, adalah
bukan kain yang berharga mahal, tapi kain yang berwarna putih, tebal dan longgar.
2. Ukuran Kafan
Ukuran kafan bagi mayit laki-laki atau perempuan, minimal satu lembar kain yang
dapat menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan yang sunnah adalah : Bagi mayit laki-laki
dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar yang dapat menutupi seluruh tubuh, ditambah
gamis, sorban dam sarung. Untuk mayit perempuan dengan lima lapis, terdiri dari dua

8
lembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh mayit, ditambah dengan gamis,
kerudung dan sampir (Madura : sampér)

B. Tata Cara Mengkafani Jenazah

Adapun tata cara mengkafankan jenazah, yaitu

Untuk mayat laki-laki


a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas
serta setiap lapisan diberi kapur barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan
memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah
kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau
lima ikatan.
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah
bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu,
rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup
auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

Untuk mayat perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan
tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan
diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d. Pakaikan sarung.
e. Pakaikan baju kurung.
f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g. Pakaikan kerudung.
h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain
kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

3. Menshalatkan Jenazah

1. Hukum Shalat Jenazah

9
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Boleh dilakukan oleh orang laki-laki
atau perempuan. Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat mengugurkan
kewajiban adalah orang laki-laki yang baligh.

2. Tempat Shalat Jenazah


Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempat yang suci.
Diutamakan bertempat di mushalla. Sedangkan pengaturannya adalah sebagai
berikut :
a. Bentuk Shaf Shalat Jenazah
Rasulullah bersabda SAW, : “Tidaklah orang muslim meninggal kemudian ia
dishalati oleh tiga shaf dari orang-orang muslim, kecuali ia menghaki masuk
surga”.(HR. Abu Daud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi).
Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda pendapat. Ibnu
Hajar berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurut imam Ramli satu shaf
bisa satu orang. Jadi, untuk mendapat fadhilah shaf, minimal mushalli
berjumlah 6 orang, atau 3 orang. Bentuk shaf seperti ini penting diatur bila
yang menyalati sedikit.
b. Posisi Mayit dan Orang yang Menyalati
Bila laki-laki, maka kepala mayit sunnah berada di sebelah kiri imam.
(nisbat negara Indonesia : arah selatan). Bila mayit perempuan, kepala mayit
diletakkan di sebelah kanan imam (utara). Posisi imam, bila mayit laki-laki,
maka berada didekat kepala mayit. Bila mayit perempuan, maka didekat
pantatnya.
c. Makmum masbuq
Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah bersama
imam. Semisal kita baru takbiratul ihram, sedangkan imam sudah melakukan
takbir yang ketiga. Maka, kita harus langsung membaca surat al-Fatihah. Bila
imam melakukan takbir keempat, maka kita langsung takbir juga, sekalipun
bacaan al-Fatihah belum selesai. Bila imam mengucapkan salam, maka kita
melanjutkan shalat dengan takbir ketiga dan seterusnya dengan mengikuti
rukun dan bacaan yang sudah ada.

A. Syarat-syarat Shalat Jenazah

Bagi yang menyalati, syarat-syaratnya sama seperti shalat yang lain. Sebab
pada dasarnya shalat jenazah sama seperti shalat yang lain.
1. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci
dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap kiblat.
2. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesai dimandikan dan
dikafani.
3. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan., kecuali kalau
melaksanakan shalat gaib.

B. Rukun-rukun Shalat Jenazah

10
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbir empat kali
4. Mengucap salam

C. Tata Cara Shalat Jenazah

1. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki. Jika mayat
perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya.
2. Makmum berdiri di belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih banyak lebih utama.
Jika jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tiga saf. Karena Rasulullah Saw. telah
bersabda, yang artinya : “Apabila seorang mukmin mati dan dishalatkan oleh
sekelompok kaum muslimin hingga tiga saf, maka dosa-dosa si mayat diampuni”. (HR.
Lima ahli hadis, kecuali Nasai)
3. Setelah saf teratur,
4. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram
i. Untuk seorang mayit laki-laki
‫الى‬ َ ‫ت فَ ْر‬
ٰ َ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَع‬ ِ ِ‫لى ه َٰذا ْال َمي‬
ٍ ‫ت أ َ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا‬ َ ُ‫أ‬
ٰ ‫ص ِلى َع‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
ii. Untuk seorang mayit perempuan
ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ ت َ َع‬
‫الى‬ ٍ ‫لى ٰه ِذ ِه ْال َم ِيت َ ِة أ َ ْربَ َع ت َ ْك ِبي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ ٰ ‫لى َع‬
ِ ‫ص‬َ ُ‫أ‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
iii. Untuk seorang mayit anak laki-laki
‫ض‬ ْ َ‫ت ف‬
َ ‫للر‬ َ ‫الْ ْفلل ِل أ َ ْر َبلل َع ت َ ْك ِبي‬
ٍ ‫ْللرا‬ ِ ‫ت‬ ٰ ‫لللى ه‬
ِ ‫َللذا ْال َم ِيلل‬ ٰ ‫لللى َع‬ِ ‫ص‬ َ ُ‫أ‬
ٰ َ‫ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَع‬
‫الى‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
iv. Untuk seorang mayit anak perempuan
‫الى‬ َ ‫ت فَ ْر‬
ٰ ‫ض ِكفَا َي ٍة ِهللِ ت َ َع‬ ِ ‫لى ٰه ِذ ِه ْال َم ِيت َ ِة‬
ٍ ‫الْ ْفلَ ِة أ َ ََ ْر َب َع ت َ ْك ِبي َْرا‬ َ ُ‫أ‬
ٰ ‫ص ِلى َع‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
v. Untuk dua orang mayit
ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ ت َ َع‬
‫الى‬ ٍ ‫لى ٰهذَي ِْن ْال َميِتَي ِْن أ َ ََ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬
ٰ ‫ص ِلى َع‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati
ini”.
vi. Untuk mayit yang banyak
ٍ ‫ت ْال ُم ْس ل ِل ِميْنَ أ َ ْربَ ل َع ت َ ْك ِب ْيل َلرا‬
‫ت‬ ِ ‫ِل َلر ِ ل ْلن أ َ ْ ل َلوا‬
َ َ ‫للى َعلل ٰلى َ ل ْلن‬ َ ُ‫أ‬
ِ ‫صل‬
ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ ت َ َع‬
‫الى‬ َ ‫فَ ْر‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati
ini”.
Lafadz Takbir
“Allah Maha Besar”
5. Takbir empat kali.
a. Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah
b. Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi

11
‫للى ِِب َْلرا ِهي َْم‬
‫ْت َع ٰ‬‫صلَّي َ‬
‫لى آ ِل ُ َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫لى ُ َح َّم ٍد َو َع ٰ‬ ‫ص ِل َع ٰ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫لللى آ ِل ُ َح َّملل ٍد َك َمللا‬
‫لللى ُ َح َّملل ٍد َو َع ٰ‬‫للار ْى َع ٰ‬ ‫ْللرا ِهي َْم َو بَ ِ‬
‫لللى آ ِل ِِب َ‬
‫َو َع ٰ‬
‫للى آ ِل ِِب َْلرا ِهي َْم فِلى ْال َعلالَ ِميْنَ ِِنَّل َ َ ِميْلد‬
‫لى ِِب َْلرا ِهي َْم َو َع ٰ‬
‫ت َع ٰ‬ ‫ار ْك َ‬
‫بَ َ‬
‫َ ِجيْد‪0‬‬
‫‪c. Sesudah takbir ketiga membaca :‬‬
‫‪Untuk Laki-laki:‬‬
‫الَل ُه َّم ا ْغ ِف ْرلَهُ َو ْار َ ْمهُ َو َعافِ ِه َواع ُ‬
‫ْف َع ْنهُ‬
‫‪Untuk Perempuan:‬‬
‫الَل ُه َّم ا ْغ ِف ْرلَ َها َو ْار َ ْم َها َو َعا ِف َها َواع ُ‬
‫ْف َع ْن َها‬
‫‪Lebih sempurnanya ditambah dengan :‬‬
‫اء َوالث َّ ْلجِ َو ْالبَ ْر ِد َون َِق ِه ِ نَ‬
‫َوأ َ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِس ْع َ ْد َخلَهُ َوا ْغس ِْلهُ بِ ْال َم ِ‬
‫ارا َخي ْْلرا‬ ‫م ِ لنَ اللدَّن َِا َوا ْبد ِْللهُ دَ ْ‬ ‫ْايَا َك َما يُنَقَّلى الث َّ ْلو ُ اْبَبْليَ ُ‬ ‫ْال َخ َ‬
‫لن زَ ْو ِجل ِه َوأ َ ْد ِخ ْللهُ‬ ‫ِ ْن دَ ِار ِه ِوا َ ْهالْ َخي ْْرا ِ ْن أ َ ْه ِل ِه َوزَ ْو ْجلا َخي ْْلرا ِ ْ‬
‫ْال َجنَّةَ َوأ َ ِع ْذهُ ِ ْن َعذَا ِ ْالقَب ِْر َو ِ ْن فِتْنَتِ ِه َو ِ ْن َعذَا ِ النَّ ِ‬
‫ار‬
‫‪Jika mayit anak kecil ditambah dengan do’a :‬‬
‫اج َع ْللهُ (هلاَ)‬ ‫اج َع ْلهُ (هاَ) لَ ُهما َ َ‬
‫سللَفْا َو ْ‬ ‫طا َو ْ‬ ‫اف ََ َر ْ‬ ‫اج َع ْلهُ (هاَ) لَ ُه َم َ‬
‫اَلل َه َّم ْ‬
‫لى وُلُ ْو ِب ِه َملا َو َ‬ ‫لَ ُه َما ذُ ْخ ْرا َوث َ ِق ْل ِبه (هلاَ) َ َو ِازنَ ُه َملا َوأ َ ْف ِلراِ ال َّ‬
‫ْلب َْر َع ٰ‬
‫ت َ ْفتِ ْن ُه َما بَ ْعدَه ُ(هاَ) َو َ ت َ ْح ِر ْ ُه َما أ َ ْج َرهُ (هاَ)‬

‫‪d.‬‬ ‫‪Sesudah takbir keempat sebelum salam sunnah membaca :‬‬


‫ألل ُه َّم َ ت َ ْح ِر ْ نَا أَ ْج َرهُ (هَا) َو َ ت َ ْفتِنَّا َب ْعدَهُ (هَا)‬
‫َوا ْغ ِف ْرلَنَا َولَهُ (لَ َها) َو ِإل ْخ َوا ِننَا الَّل ِذيْنَ َ‬
‫سل َبقُ ْونَا ِبا ْ ِإل ْي َملا ِ‬
‫َو َت َ ْجعَ ْل فِى وُلُ ْوبِنَا ِغالًّ ِللَّ ِذيْنَ آ َ نُ ْوا َربَّنَا ِِنَّل َ َرُُوف‬
‫َّر ِ يْم‬
‫‪6.‬‬ ‫‪Kemudian salam :‬‬
‫َ ْالفَل ْللوزَ ِب ْال َجنَّللل ِة)‬ ‫سلللالَ ُم َعلَللل ْي ُك ْم َو َر ْ َملللةُ كِ َو َب َر َكاتُلللهُ (أ َ ْسلللََلُ‬
‫اَل َّ‬
‫النَّ َجللاا َ ِ للنَ النَّل ِ‬
‫لار‬ ‫س لالَ ُم َعلَ ل ْي ُك ْم َو َر ْ َم لةُ كِ َو َب َر َكات ُلهُ (أ َ ْسللََلُ َ‬ ‫اَل َّ‬
‫سا ِ)‬ ‫َو ْال َع ْف َو ِع ْندَ ْال ِح َ‬
‫‪7.‬‬ ‫‪Doa setelah Shalat jenazah‬‬

‫سلللَّ َم َعلل ٰلى َ‬


‫سلليِ ِدنَا ُ َح َّم ل ٍد‬ ‫صلللَّى ك َُو َ‬ ‫ا َ ْل َح ْم لدُ ِهللِ َر ِ ْالعَللالَ ِميْنَ َو َ‬
‫لت‬‫لل ِ نَّللا ِِنَّل َ أ َ ْنل َ‬
‫لحبِ ِه أ َ ْج َم ِع ليْنَ ‪ 0‬اَلل ُه ل َّم َربَّنَللا تَقَبَّل ْ‬
‫صل ْ‬
‫َو َعلل ٰلى آ ِل ل ِه َو َ‬
‫لن َر ْو ِ‬ ‫ِى َخل َلر َ ِ ل ْ‬ ‫لن َع ْب لد َ‬ ‫سل ِلم ْي ُع ْال َع ِل ل ْي ُم اَلل ُه ل َّم ٰه لذَا َع ْب لد َُى َوا ْبل ُ‬
‫ال َّ‬
‫‪12‬‬
‫ظ ْل َمل ِة ْالقَب ِْلر َو َ لا ُه َلو‬ ُ ‫لى‬ ٰ ِِ ‫سعَتِ َه َاو َ ْحبُ ْوبِ َها َوأ َ ِ بَّآئِ ِه فِ ْي َها‬
َ ‫الدُّ ْنيَا َو‬
َّ َ ‫َل ِلر ْي َ لَل َ َوأ‬ َ َ ‫لت َو ْ لدَ َى‬ َ ‫َوِللْ ْي ِه َكللا َ يَ ْدل َهدُ أ َ ْ ه ِِ ٰللهَ ِِ َّ أ َ ْنل‬
َ ‫ اَلل ُهل َّم ِِنَّلهُ نَلزَ َل ِبل‬0‫ت أ َ ْعلَ ُم ِبل ِه‬ َ ‫س ْولُ َ َوأ َ ْن‬ ُ ‫َع ْبد َُى َو َر‬ ‫ُ َح َّمدْا‬
‫لت َغنِل‬ َ ‫للى َر ْ َمتِل َ َوأ َ ْن‬ ٰ ِِ ‫صل َب ََ فَ ِقي ْْلرا‬ ْ َ ‫ت َخي ُْر َ ْن ُز ْو ٍل ِب ِه َوأ‬ َ ‫َوأ َ ْن‬
َ ‫َلفَ َعآ َء لَلهُ اَلل ُهل َّم ِِ ْ َكلا‬ ُ َ ‫َلاى َرا ِغ ِبليْنَ ِِلَيْل‬ َ ‫َع ْن َعذَا ِبل ِه َووَل ْد ِجنْن‬
‫لاو ْز َع ْن لهُ أ َ ْل ِق ل ِه‬
َ ‫سللا ِن ِه َو ِِ ْ َكللا َ ُ ِس ليْنا ْ فَت َ َجل‬ َ ْ ِِ ‫ُ ْح ِس لنْا فَل ِلز ْد ِفللى‬
‫لن َع لذَابِ َ َ تَّللى ت َ ْبعَث َ لهُ ِِلل ٰلى َجنَّتِ ل َ يَللآأ َ ْر َ َم‬ ْ ‫بِ َر ْ َمتِ ل َ اْب َ ْ للنَ ِ ل‬
‫لحبِ ِه‬ ْ ‫صل‬َ ‫سلليِ ِدنَا ُ َح َّم ل ٍد َو َعلل ٰلى آ ِل ل ِه َو‬ َ ‫صلللَّى ك ُ َعلل ٰلى‬ َ ‫الل َّلرا ِ ِميْنَ َو‬
‫ اونتللى فر فللوا لف ل‬،2‫سلللَّ َم (دعللاء اينللى اونتللى يللت كللى‬ َ ‫َو‬
)‫ذكر دا ضمير ذكر دى كنتى ىنث‬
4. Menguburkan Jenazah
1. Pemberangkatan Jenazah
Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti
penghinaan pada mayit. Adapun cara membawa yang sempurna adalah :
a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit adalah
orang baik. Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk mayit
yang jelas fasiq, maka tidak boleh disaksikan baik.
b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh
beberapa orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan
yang membawanya berjumlah ganjil.
c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di depan
(menghadap ke arah tujuan).
d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun
tidak dengan berlari.
e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi
perempuan.
2. Bentuk lubang kubur
Bentuk lubang kubur ada 2 macam :
a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu,
menggali bagian sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk tempat
membaringkan mayit.
b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka berbentuk liang
cempuri. Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang kubur, dengan ukuran bisa
membaringkan mayit, dan di sisi kanan kirinya diberi batu bata.

A. Cara Meletakkan Jenazah kedalam Kubur


a. Keranda diletakkan diarah kaki lubang kubur (nisbat negara Indonesia :
Selatan).

13
b. Mayit dimasukan kedalam lubang kubur dengan perlahan-lahan. Sedangkan yang
menerima, bila mayit perempuan, maka mahram si mayit. Bila laki-laki, maka yang
paling dekat hubungannya dengan si mayit.
c. Ketika memasukkan mayit, sunnah membaca do’a:
ُ ‫لى ِ لَّ ِة َر‬
ِ‫س ْو ِل ك‬ ٰ ‫ِب ْس ِم كِ َو َع‬
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama agama Rasulullah”.
d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib dihadapkan
ke arah kiblat.
e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayit ditempelkan
ke tanah.
f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura : lubelu) (bisa dengan batu atau
kayu), untuk menjaga agar mayit tidak berubah terlentang atau telungkup.
g. Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan kayu atau
lainnya, agar tanah timbunan tidak langsung mengena mayit.
h. Mayit dibacakan adzan dan iqamah.

i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu jengkal
atau ± 25 cm.
j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan
k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.
l. Kuburan diberi batu nisan
m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan bahasa
Arab, dan sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh para
pengantar jenazah
n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah tidak
langsung pulang, tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-Qur’an
mendoakan mayit.

4. Etika orang yang mengantarkan jenazah


a. Tafakkur, meresapi arti sebuah kematian.
b. Berjalan di depan dan di dekat mayit.
c. Dimakruhkan ramai-ramai dan bersuara keras serta membicarakan masalah
dunia.
d. Sunnah dengan jalan kaki. Megantarkan jenazah ke pekuburan dengan naik
kendaraan hukumnya makruh.
e. Mengantarkan jenazah sampai proses penguburan selesai secara sempurna.
Rasulullah SAW bersabda:
‫َ ِهدَهَا َ تَّلى‬ َ ‫ْ ِل َ َعلَ ْي َها فَلَهُ ِوي َْراط َو َ ْن‬ َ ُ‫َ ِهدَ ْال َجنَازَ ا َ َ تَّى ي‬ َ ‫َ ْن‬
َ ‫طللا ِ ل وِيْلل َل َو لللا َ ْال ِقي َْرا‬
‫طللا ِ وَللا َل ل ِ ثْلل ُل ال َجبَلَلللي ِْن‬ َ ‫تُلل ْدفَنَ فَلَللهُ وِي َْرا‬
(‫ْالعَ ِظ ْي َمي ِْن ) تفق عليه‬
Artinya : “Barang siapa yang ikut menyaksikan jenazah terus menyalatinya maka ia
mendapat pahala satu qirath. Jika sampai menyaksikan penguburannya, maka

14
mendapat pahala dua qirath. Nabi ditanyakan apa maksud dua qirath? Nabi menjawab
satu qirath seperti dua gunung yang besar”. (HR. Imam Bukhari-Muslim).

5. TAKZIAH
Takziah artinya melawat atau menjenguk orang yang meninggal dunia untuk
turut mengatakan bela sungkawakepada keluarganya, serta member penghormatan
terakhir kepada orang yang telah dipanggiluntuk menghadap kehadirat Allah SWT.
Takziah dapat dilakukan sebelum dan sesudah jenazah dikuburkan hingga selam
tiga hari. Namun demikian, takziah diutamakan dilakukan sebelum jenazah dikuburkan.

1. Adab dan Etika Takziah


 Apabila kita mendengar kabar ada seseorang yang meninggal dunia, maka hendaklah
mengucapkan:
 Datanglah dengan segera melawat kerumah duka, masuklah kerumahnya dengan
mengucapkan salam dam mendoakan.
 Pada ssaat takziah, hendaklah bersikap dan berpakaian sopan.
 Hendaknya memberikan nasihat untuk tetap sabar dan tabah dalam menghadapi
musibah.
 Hendaklah ikut mengerjakan shalat jenazahdengan ikhlas dan khusyuk.
 Apabila tidak ada uzur, hendaklah kita mengantarkan jenazah itu sampai selesai
dimakamkan.
 Memberikan bantuan materi dan moril kepada keluarga yang ditinggalkan, termasuk
memberoikan makanan , karena mereka sedang mendapat cobaan.

2. Hikmah Takziah
 Dapat meringankan beban keluarga si mayat, terutama dari segi mental, sehingga
merasa sedikit terhibur.
 Tugas dan kewajiban keluarga yang ditinggalkan terbantu.
 Dapat mengingatkan akan kematian
 Penghormatan terakhir pada almarhum/ah
 Ikut mendoakan almarhum/ah
 Mempererat tali persaudaraan umat muslim

6. ZIARAH KUBUR
A. Pengertian dan Hukum Ziarah Kubur
Ziarah kubur adalah datang ke makam keluarga atau bukan keluargadengan
maksud untuk mendoakan agar diterima amalnya dan diampuni dosanya oleh Allah
SWT. Ziarah kubur adalah sunah bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan adalah
makruh. Alasannya dikhawatirkan perempuan akan menambah perasaan sedih.
Ziarah kubur hukumnya disunnahkan, hikmahnya adalah agar menjadi
peringatan dan menyadari bahwa setiap jiwa pasti akan mati serta mengingat
akan adanya alam akhirat.
Sedangkan tatacara ziarah kubur :
1. sebelum duduk dianjurkan mengucapkan salam :

15
َ‫ار ِ لللن‬ ِ َ‫للدي‬ ْ ‫للرا َ ْال َم ْر ُ ْو ِم‬
ِ ‫مال َم ْر ُ ْو َ للل ِة… يَلللا أ َ ْهللل َل الل‬ َ ‫ِل‬ ْ َ ‫سلللالَ ُم َعلَللل ْي ُك ْم يَلللا‬َّ ‫اَل‬
َ ‫ت َوِِنَّا ِِ ْ ََآ َء ك ُبِ ُك ْم َ ِ قُ ْو‬ ِ ‫ت َو ْال ُمىْ ِ نِيْنَ َو ْال ُمىْ ِ نَا‬
ِ ‫ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما‬
2. kemudian membaca al-Qur’an atau Tahlil, serta memohon kepada Allah
agar pahala bacaannya disampaikan pada si mayit. Dan jangan lupa, dalam
do’a tersebut disisipi kalimat :
ٰ ِِ ُ‫ص ْل ث َ َوا َ َ اوَ َرأْنَاه‬
… ‫لى‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم أ َ ْو‬
B. Adab (Etika) Berziarah Kubur
Ada beberapa etika dalam berziarah kubur, yakni sebagai berikut:
1. Peziarah hendaknya mengucapkan salam kepada ahli kubur ketika memasuki area
makam.
2. Membaca doa-doa, istighfar, tahlil, surah yasin, dan lain sebagainya.Dengan harapan
mereka mendapat pengampunan dari Allah SWT.
3. Pada saat berziarah kubur, bersikap sopan dan berhati-hati, jangan duduk diatas
kuburan atau bergurau , bermain-main atau yang tidak sesuai dengan suasana ziarah
kubur.
4. Ziarah kubur orangtuanya atau orang lain bukan untuk meminta sesuatu, tetapi
mendoakan kepada ahli kubur agar mendapat pengampunan dari Allah SWT.
C. Hikmah Ziarah Kubur
Hikmah ziarah kubur diantaranya:
1. Ziarah kubur dapat mengingatkan akan akhirat, maka akan menambah tebalnya iman
kepada Allah SWT dan memperbanyak amal saleh.
2. Kita dapat melakukan kontak batin dengan arwah almarhumah, sekalipun dengan alam
yang berbeda melalui doa.
3. Ziarah kubur adalah perbuatan ibadah karena sunah Rasulullah. Dengan melihat nisan
sebagai saksi bisu akan tumbuh rasa takut kepada Allah SWT.
Pada awalnya ziarah kubur dilarang oleh Rasulullah karena dikhawatirkan
menimbulkan syirik (meminta pada leluhurnya) akantetapi setelah Rasulullah SAW
menilai bahwa tingkat keimanan umat sudah kuat, maka Rasullulah pun memerintahkan
untuk berziarah kubur. Selain itu berziarah kubur banyak lagi hikmah yang dapat digali.

16
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa
atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut
aturan Allah SWT dan RasulNya.

2. SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,
pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan
mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga
berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua
serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa
yang akan datang.

17
DAFTAR PUSTAKA
 http://matlab.blogspot.co.id
 http://auliyaberbagi.blogspot.co.id
 http://idremajaislam.blogspot.co.id

18

Anda mungkin juga menyukai