Anda di halaman 1dari 19

KEPEDULIAN UMAT ISLAM TERHADAP

JENAZAH

KELOMPOK 3 :
1. MUFLI FADLA .S
2. ANDIKA BAYANGKARA
3. DEWI RARA
4. KASRIATI
5. HARDIANSYAH HARIS

SMA NEGRI 3 SUNGGUMINASA TAHUN PELAJARAN 2014 - 2015

KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kepedulian Umat
Muslim Terhadap Jenazah dengan waktu yang di tetapkan .
Makalah ini saya susun dengan metode dari guru pembimbing dan kajian pustaka
tentang kepedulian terhadap jenazah dan sumber yang lain .
Saya mengucapkan terimah kasih kepada :

Ibu guru pembimbing


Orang tua , dan
Sahabat - sahabatku

Walupun makalah ini belum sempurna,tetapi saya cukup puas dengan makalah ini. Mudahmudahan karya ilmiah sederhana ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca. Harapan saya,
semoga makalah ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi para penggunanya.

DAFTAR ISI
2

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 3
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Kewajiban Terhadap Jenazah ....................................................................................... 5


Memandikan Jenazah ................................................................................................... 6
Mengafani Jenazah ....................................................................................................... 9
Menyalatkan Jenazah ................................................................................................. 10
Menguburkan Jenazah ................................................................................................ 12
Hukum Tahlilan Dalam Padangan Agama Islam Di Bidang Sosiologis ................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................................. 17
B. Saran............................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun tidak akan pernah
diketahui kapan kematian itu tiba. Karena manusia adalah makhluk sebaik-baik ciptaan Allah
3

swt dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, Islam sangat memperhatikan dan menghormati
orang-orang yang meninggal dunia.

Orang yang meninggal dunia perlu dihormati karena orang yang meninggal adalah
makhluk Allah swt yang sangat mulia. Oleh sebab itu, menjelang menghadap ke haribaan
Allah swt, orang meninggal perlu mendapat perhatian khusus dari yang masih hidup.

Pengurus jenazah termasuk syariat Islam yang perlu diketahui oleh seluruh umat
Islam. Hal itu dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan atau pengurusan jenazah sesuai
dengan tuntunan syariat Islam. Akan tetapi masih banyak masyarakat islam yang masih
belum mengerti tentang apa-apa yang harus dilakukan ketika ada ada saudara kita yang
muslim meninggal dunia. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mencoba untuk mengupas
masalah kewajiban yang harus di emban oleh orang yang masih hidup terhadap jenazah.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok
permasalahannya adalah:
( A)

Apa kewajiban umat muslim terhadap jenazah ?

(B)

Bagaimana memandikan jenazah ?

(C)

Bagaimana mengkafani jenazah ?

(D)

Bagaimana menshalati jenazah ?

(E)

Dan bagaimana menguburkan jenazah ?

(F)

Bagaimanakah hukum tahlilan dalam pandangan agama islam ?

C. TUJUAN MASALAH

Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan di atas, maka makalah ini bertujuan
untuk:
( A)

Mengetahui kewajiban umat muslim terhadap jenazah

(B)

Mengetahui tata cara memandikan jenazah

(C)

Mengetahui tata cara mengkafani jenazah

(D)

Mengetahui tata cara menshalati jenazah

(E)

Mengetahui tata cara menguburkan jenazah

(F)

Mengetahui tata cara hukum tahlilan dalam pandangan agama islam

BAB II PEMBAHASAN

A. KEWAJIBAN TERHADAP JENAZAH

Hidup di dunia adalah sementara karena semua manusia akan menuju alam akhirat. Untuk
menuju ke alam akhirat hanya melalui satu pintu, yaitu kematian. Kematian atau mati berasal
dari bahasa Arab, yaitu maut yang artinya tenang, reda, terputus, atau meninggalkan
kehidupan. Mati bias diartikan berpisahnya jiwa dari jasad. Mati dalam terminologi Islam
ialah lawan dari hidup. Allah berfirman dalam surah al-Imran ayat 185.












)





(



Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.
Orang yang sudah mati, jasadnya disebut mayat atau jenazah (dalam bahasa Arab jenazah
atau jinazah). Mengurus jenazah merupakan bagian dari adab islam yang tentunya Nabi saw.
kepada umatnya.
Untuk mempersiapkan kematian, manusia harus banyak berbuat amal saleh. Pada hari
akhir nanti, setiap amal perbuatan manusia akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah
swt. Adapun kewajiban muslim terhadap saudara yang meninggal dunia ada empat macam,
yaitu memandikan, mengafani, mensalatkan, dan menguburkan. Para fuqaha sepakat bahwa
hokum memandikan, mengafani, mensalatkan, dan menguburkan jenazah adalah fardhu
kifayah.
6

B. MEMANDIKAN JENAZAH
Memandikan adalah kewajiban pertama yang harus dilakukan terhadap jenazah terhadap
sebagai upaya menyucikan jenazah. Dalam memandikan jenazah, yang difardhukan adalah
menyiramkan air keseluruh tubuhnya satu kali. Adapun mengulangnya secara ganjil adalah
sunah. Nabi Shalallohu alaihi wa salam yang telah suci dan disucikan juga dimandikan.

Syarat wajib mandi:


a.

Mayat orang Islam

b. Ada tubuhnya walaupun sedikit


c.

Mayat itu bukan mati syahid

Berikut beberapa hal yang berkenaan dengan memandikan jenazah.


1.

2.

Syarat jenazah yang dimandikan, yaitu sebagai berikut :


a.

Beragama islam (muslim).

b.

Bukan bayi premature.

c.

Ada tubuhnya meskipun sedikit.

d.

Bukan mati syahid dalam menegakkan agama Allah swt.

Syarat orang yang memandikan jenazah, yaitu sebagai berikut :


a.

Mayat laki-laki dewasa dimandikan oleh laki-laki dan mayat perempuan dewasa oleh

perempuan, kecuali muhrim atau suami istri.


b.

Sebaiknya yang memandikan adalah keluarga yang terdekat.

c.

Jika muhrimnya tidak ada, hendaknya dimandikan oleh orang mengerti dan dapat

dipercaya.

d.

Yang memandikan menjaga kerahasiaan mayat dan tidak boleh menceritakan

cacatnya.

3.

Cara memandikan jenazah, yaitu sebagai berikut :


Dasar yang digunakan oleh ulama dalam berijtihad tentang cara-cara memandikan jenazah

adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Atiah, ia berkata : Rasulullah saw. datang
kepada kami ketika putrinya meninggal dunia. Nabi saw. bersabda, Mandikanlah ia tiga kali
atau lima kali (siraman), atau lebih dari itu jika kalian pandang perlu, dengan air dan bidara.
Hendaklah siraman terakhir dengan air kapur barus atau sejenis itu. Apabila kalian sudah
selesai memandikannya. Kami memberitahunya, lalu memberikan kain kepadanya,
kemudian Nabi saw. bersabda, kenakan kain itu kepadanya. (H.R. al-Jamaah).
Persiapan :
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya, diutamakan air yang dingin,
terkecuali jika diperukan untuk menghilangkan suatu kotoran dari tubuh mayat atau dalam
keadaan dingin, maka tidak mengapa airnya dihangatkan.
2. Mempersiakan perlengkapan mandi, seperti handuk, sabun, wangi-wangian, kapur barus,
dan lain-lain.
3. Mengusahakan tempat yang tertutup dari pandangan untuk memandikan mayat sehingga
hanya orang-orang yang berkepentingan saja yang ada di situ.
4. Menyediakan kain kafan secukupnya.

Tata cara memandikan jenazah :


1. Menutup bagian tubuhnya antara pusar hingga kedua lututnya
2. Melepaskan semua pakaiannya serta perhiasan dan gigi palsuny bila memungkinkan
3. Orang yang memandikan mengankat kepala mayat ke dekat tempat duduknya, lalu
mengurut perutnya dan menekannya dengan lembut dan pelan untuk mengeluarkan kotoran
8

yang masih ada dalam perutnya dan hendaknya memperbanyak siraman air untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.
4. Bagi yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya atau
sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur si mayit)
tanpa harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit berusia tujuh tahun ke
atas.
5. Apabila kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya.
Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar
6. Mewudhukan jenazah
Berniat dalam (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca basmalah. Lalu
mewudhukannya sebagaimana wudhu untuk shalat, (kecuali dalam hal kumur-kumur dan
memasukkan air ke dalam hidung, cukup dengan menggosok gigi dan kedua lubang hidung
dengan dua jarinya yang telah dibasahi atau dengan kain yang telah dibasahi.
Selanjutnya, dianjurkan mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun bidara
atau sabundan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh sekujur jasad si
mayit.
7. Membasuh atau memandikan tubuh jenazah
Kemudian membasuh atau mencuci bagian kanan badannya, yakni: dari leher, pundak, tangan
kanan, dadanya bagian kanan, perut bagian kanan, paha kanan betis kanan, dan kaki kanan.
Lalu memiringkannya bertumpu di atas sisi kirinya dan mulai mencuci punggungnya yang
sebelah kanan dan sisi kirinya sekalius. Kemudian dengan cara yang sama membasuhanggota
tubuh mayat yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan
membasuh punggung yang sebelah kiri.
Yang wajib dalam memanikan mayat adalah sekali saja jika telah tercapai tingkat kebersihan,
sedangkan memandikan tiga kali adalah sunnah.
Imam Syafii berkata: Anas bin Malik berkata: Memandikan jenazah tidak memiliki batas
akhir, akan tetapi-harus- dimandikan sampai bersih.
Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dari Ummu Athiyah, bahwa Rasululloh Shalalloh
alaihi wasalam berkata pada para wanita yang memandikan jenazah putrinya:
Mandikanlah tiga kali, lima kali atau lebih dari itu apabila kalian menganggap hal itu baik
dengan air dan daun pohon bidara, dan akhirilah dengan kapur barus atau sesuatu dari kapur
barus.
9

Disunnahkan pada pemandiannya kali terakhir dengan menggunakan kapur barus, karena
berkhasiat memadatkan, menjadikan wangi dan mendinginkan badan mayat.
8. Kemudian mayat dikeringkan dengan kain atau lainnya. Kumisnya dipendekkan.
Kukunya dipotong jika panjang. Bulu ketiaknya dicabut.
Apabila jenazah adalah seorang wanita, maka rambut keplanya dibuat menjadi tiga ikatan;
dua bagian berada pada tepi kepalanya dan yang satu pada bagian ubun-ubun, kemudian
meletakkannya ke bagian belakang tubuhnya.
9. Obat pengawet dan kapur barus diletakkan di atas kapas, kemudian diletakkan pada
kedua lubang hidungnya, mulut, kedua telinga dan duburnya. Apabila si mayat mempunyai
luka yang berlubang, maka diletakkan juga pada lubang yang luka itu.

C. MENGAFANI JENAZAH
Setelah selesai memandikan dan mengeringkan mayit,disyariatkan mengafani mayit.
Dipersyaratkan mengafani agar bisa menutupi. Disunahkan agar bisa berwarna putih dan
bersih baik baru (itu yang afdhal) atau yang baru dicuci.Batasan/ukuran kafan yang wajib
adalah kain yang mentupi seluruh badan mayit.
Disunahkan mengafani mayit laki-laki dengan tiga lapisan kain dan mengafani mayit
perempuan dengan lima lembar kain yang terdiri dari: sarung,kerudung,dan dua lembar
pembungkus.Mayit anak kecil dikafani dengan satu lapis kain dan boleh dikafani dengan tiga
lapis kain.Sedangkan mayit anak kecil wanita dikafani dengan satu baju dan dua lapis
kain.Disunahkan mengharumkan dengan dupa yang dibakar setelah kain kafan itu diperciki
dengan air mawar atau yang lainnya agar baunya harum dan tetap lengket dengan kain kafan
itu.

Cara mengkafani jenazah laki-laki :


10

Dengan membeberi tiga lapis kain secara ditumpuk,lalu mayit itu diletakkan dengan wajib
ditutup dengan kain atau semisalnya,lalu diletakkan di atas lapis-lapis kafan dengan
terlentang.Berikutnya diberi wewangian yang diletakkan pada kapas untuk diletakkan
diantara kedua bokongmayit yang diikat denagn sepotong kain.Kemudian sisa kapas yang
diberi wewangian untuk kedua mata,kedua lubang hidung,mulut,kedua lubang telinga,dan di
anggota sujudnya: dahi,hidung kedua tangan,kedua lutut dan ujung kedua kakinya.
Demikian pula pada lipatan-lipatan tubuh: kedua ketiak,kedua lipatan belakang lutut,dan
pusar.Wewangian diberikan pada kain kafan dan kepala mayit.Ujung kain kafan lembaran
yang paling atas bagian kiri ditutupkan ke bagian kanan mayit,lalu ujung kain kafan sebelah
kanan ditutupkan ke bagian kiri badan mayit.Demikian pula lembaran kedua dan ketiga.Sisa
ujung kain kafan diatas kepala lebih banyak daripada sisa ujung kain kafan dibawah kedua
kakinya.
Ujung kain kafan diatas kepala dikumpulkan dan diarahkan kewajahnya,sedangkan sisa
kain kafan bagian bawah kaki dikumpulkan dan diarahkan keatas kedua kakinya.Semua
lapisan itu diikat dengan pengikat agar tidak pudar dan terlepasdidalam kubur.
Cara mengkafani jenazah perempuan :
Untuk jenazah perempuan dikafani dengan lima lembar kain: sarung untuk
menyarunginya,dipakaikan baju,dipakaikan kerudung diatas kepalanya,lalu dibalut dengan
dua lembar kain kafan.

D. MENYALATKAN JENAZAH
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim
jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah
fardhu kifayah. Artinya jika dalam suatu wilayah tak ada seorang pun yang
menyelenggarakan shalat jenazah,maka seluruh penduduk wilayah itu akan menanggung
dosa. Akan tetapi jika ada beberapa orang saja yang menyelenggarakannya, maka penduduk
yang lain bebas akan kewajiban tersebut.
Jenazah yang boleh di shalati adalah jenazah orang islam yang bukan mati syahid
(yaitu mati dalam keadaan melawan orang kafir atau orang musyrik). Sedangkan orang yang
mati syahid dan bayi yang gugur dalam kandungan (atau sejak dilahirkan, sebelum
11

mati,belum dapat bersuara atau menangis) tidak boleh di sholati, juga tidak boleh
dimandikan. Shalat jenazah ini boleh dikerjakan di setiap waktu, karena shalat ini termasuk
shalat yang mempunyai sebab. Shalat jenazah boleh dikerjakan kaum wanita. Beberapa
jenazah boleh di shalati secara bersama-sama.
a.

Syarat-syarat shalat jenazah

Suci dari hadast besar atau kecil, badan, pakaian atau tempat suci dari najis, menghadap
kiblat, serta menutup aurat.

b.

c.

Rukun shalat jenazah

Niat
Berdiri bagi yang mampu
Empat kali (termasuk takbiratul ikhram)
Membaca surat Al-fatihah setelah takbir yang pertama (takbiratul ikhram)
Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, setelah takbir kedua
Membaca doa untuk jenazah setelah takbir yang ketiga
Membaca doa untuk jenazah dan orang yang menyhalatinya setelah takbir yang

keempat
Membaca salam ke kanan dan ke kiri

Sunah shalat jenazah

d.

Shalat jenazah baru didirikan jika jenazah sudah selesai dimandikan dan dikafani.
Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan.

Mengangkat kedua tangan saat bertakbir


Merendahkan suara pada setiap bacaan (israr)
Membaca isuadzah (Auudzu billaahi minasy syaithaanir rajlim)
Disamping itu, posisi imam hendaknya didekat kepala jenazah laki-laki atau didekat
pinggul jenazah perempuan
Shaf hendaknya dijadikan 3 shaf atau lebih. Satu shaf sekurang-kurangnya 2 orang.

Cara Melaksanakan Shalat Jenazah

Berdiri tegak menghadap kiblat, kedua belah tangan berada disamping sejajar
dengan pinggul,menghadap kiblat, sedangkan kepala agak tunduk ke sajadah. Hati
dan

fikiran

berkonsentrasi,lalu

membaca

lafal

shalat

jenazah,yaitu:

a. Jika jenazah orang laki-laki:


b. jika jenazah orang perempuan:

12

Setelah selesai membaca lafal niat tersebut, kedua belah tangan diangkat, sejajar
dengan kedua bahu sambil mengucap ALLAHU AKBAR. Pada saat tangan
diangkat dan mulut mengucapkan kalimat takbir ini,dihati mengatakan: aku niat

shalat atas jenazah ini,4 takbir, fardhu kifayah mengikuti imam, karna Allah Taala.
Setelah takbir pertama membaca surat Al-fatihah
Setelah takbir kedua membaca shalawat kepada Nabi SAW
Selesai membaca shalawat, dilanjutkan dengan bertakbir yang ketiga, dan membaca

doa yang ditujukan untuk jenazah


Setelah membaca doa untuk jenazah, dilanjutkan dengan takbir yang keempat

sambil mengangkat kedua tangan,tanpa ruku


Setelah itu dilanjutkan dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke
kiri

E. MENGUBURKAN JENAZAH
Telah disepakati kaum muslimin bahwa menguburkan jenazah merupakan fardhu
kifayah. Adapun yang wajib dilakukan,paling sedikit dengan membaringkannnya dalam
sebuah lubang lalu menutup kembali lubng tersebut dengan tanah,sehingga tidak terlihat lg
jasadnya,tidak tercium baunya,dan terhindar dari binatang buas dan sebagainya.Akan tetapi
yang lebih sempurna ialah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.

Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan tanah.

2.

Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad) , yaitu liang yang

bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat,dan setelah jenazah dibaringkan disana,liang


tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang di tegakkan,kemudian di timbun dengan
tanah.Akan tetapi jika tanah kuburan itu kurang keras,dan dikhawatirkan dapat longsor boleh
juga menguburkan jenazah dengan membaringkannya ditengah-tengah lubang kemudian
menutupinya dengan papan,ranting dan dedaunan seperti di atas.
3.

Ketika memasukkan mayit kedalam kubur,sebaiknya membaca Bismillah wa ala

millati Rasulillah atau Bismillah wa alasunnati Rasulillah.Kemudian meletakannya dengan


tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan dan wajahnya menghadap kiblat.Disamping itu,para
ulama menganjurkan agar kepala si mayitdi letakkan diatas bantal dari tanah liat atau
batu,kemudian ikatan-ikatan kafannya dilepaskan,dan bagian dari kafannya di pipinya dibuka
sedikit agar pipinya itu menempel danga tanah.Dianjurkan pula bagi yang menghadiri
13

penguburan,menebarkan sedikit tanah kearah kepala si mayitsetelah dibaringkan kedalam


kuburannya sebanyak 3 kali,sambil mengucapkan bagian dari ayat al-quran,pada kali
pertama : Minha Khalaqnakum (yang artinya: Dari tanah Kami menciptakanmu); pada yang
kedua : wa fihanuidukum (artinya : dan kepada tanah Kami mengembalikanmu); dan pada
yang ketiga: wa minha nukhrijukum taratan ukhra(artinya :dan dari tanah pula Kami
mengeluarkanmu lagi).
4.

Selesai penguburannya,yaitu

ketika

lubang

telah

ditimbuni kembali

dengan

tanah,hendaknya mereka yang hadir mendoakan bagi mayit tersebut dan memohon ampunan
baginya

dari

Allah

SWT.Sebagian

ulama

terutama

dari

kalangan

madzhab

Syafii,menganjurkan agar dibacakan talqin(doa yang biasa di baca di atas kuburan guna
menuntun si mayit untuk menjawab pertanyaan malaikat).
Berbagai Tata Cara Berkaitan Dengan Kuburan
1. Menurut Syafii dalam Al-Mukhtashar,sebaiknya tidak menggunakan tanah tambahan
untuk menimbuni kuburan,selain yang telah dikeluarkan ketika menggalinya.
2. Dibolehkan menaikkan kuburan kira-kira sejengkal lebih tinggi dari permukaan
tanah,semata-mata agar diketahuibahwa itu adalah kuburan,sehingga tidak diinjak atau
diduduki.
3. Dianjurkan memercikkan air serta meletakkan kerikil(batu-batu kecil) diatas kuburan
Kemudian meletakkan sepotong batuatau kayu dan sebagainya diatas kuburan sebagai tanda
agar diketahui oleh para peziarah.
4.Sebaiknya tidak membuat bangunan diatas kuburan ataupun memoles permukaannya
dengan plester semen.,kapur dan sebagainya.Sebagian ulama mengharamkan hal itu,dan
sebagiannnya lagi meski tidak mengharamkan namun menegaskan bahwa perbuatan seperti
itu tidak disukai.
Taziah (Pernyataan turut Berdukacita)
Ucapan taziah terutama dari para kerabat,kawan-kawan serta para tetangga yang
ditunjukkan kepada keluarga yang kematian salah seorang diantara mereka adalah perbuatan
yang dianjurkan dalam agama. Yaitu demi menghibur keluarga yang sedang berduka cita dan
mendoakan bagi si mayit.
Waktu Bertaziah
14

Sebagian ulama membatasi waktu bertaziah hanya selama tiga harisetelah kematian
atau setelah mayit dikuburkan dengan maksud agar tidak memperbarui kenangan duka
anggota keluarga yang ditinggalkan. Kecuali bagi orang yang tidak beradadi kota pada waktu
itu,dibolehkan mengucapkan taziah ketika pulang walaupn setelah lewat tiga hari.

F. HUKUM TAHLILAN DALAM PANDANGAN AGAMA


ISLAM DI BIDANG SOSIOLOGIS
Tahlilan adalah acara ritual (serimonial) memperingati hari kematian yang biasa dilakukan
oleh umumnya masyarakat Indonesia. Acara tersebut diselenggarakan ketika salah seorang
dari anggota keluarga telah meninggal dunia. Secara bersama-sama, setelah proses
penguburan selesai dilakukan, seluruh keluarga, handai tau-lan, serta masyarakat sekitar
berkumpul di rumah keluarga mayit hendak menye-lenggarakan acara pembacaan beberapa
ayat al Quran, dzikir, dan doa-doa yang ditujukan untuk mayit di alam sana karena dari
) yang diulang-ulang (ratusan
sekian materi bacaannya ter-dapat kalimat tahlil (
kali), maka acara tersebut biasa dikenal dengan istilah Tahlilan.
Pada saat itu pula, keluarga mayit menghidangkan makanan serta minuman untuk
menjamu orang-orang yang se-dang berkumpul di rumahnya tersebut. Biasanya acara seperti
itu terus berlangsung setiap hari dari hari pertama hingga hari ketujuh, kemudian dilanjutkan
pada hari ke-40, hari ke-100, hingga menginjak tempo setahun serta tiga tahun dari waktu
kematian.
Di antara tujuan tahlilan bagi para undangan yang hadir dalam acara ini adalah:
1. Menghibur keluarga almarhum/almarhumah
2. Mengurangi beban keluarga almarhum/almarhumah
3. Mengajak keluarga almarhum/almarhumah agar senantiasa bersabar atas musibah yang
telah dihadapinya.
Adapun tujuan tahlilan bagi keluarga almarhum/almarhumah adalah:
1. Dapat menyambung dan mempererat tali silaturahmi antara para undangan dengan
keluarga almarhum/almarhumah.

15

2. Meminta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat oleh almarhum/almarhumah semasa
hidupnya kepada para undangan.
3. Sebagai

sarana

penyelesaian

terhadap

hak-hak

dan

kewajiban-kewajiban

almarhum/almarhumah terhadap orang-orang yang masih hidup.


4. Melakukan amal shaleh dan mengajak beramal shaleh dengan bersilaturahmi, membaca
doa dan ayat-ayat al-Quran, berdzikir, dan bersedekah.
5. Berdoa kepada Allah agar segala dosa-dosa almarhum/almarhumah diampuni,
dihindarkan dari siksa neraka dan diberikan tempat terbaik di sisi Allah.
6. Untuk mengingat akan kematian bagi para undangan dan keluarga almarhum serta dapat
mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Dalil pembolehan perjamuan tahli-lan
Orang yang membolehkan acara per-jamuan tahlilan mempunyai dua argumen yaitu
argumen naqli(nash) dan argumen aqli (akal).
Adapun argumen naqli, mereka berdalil-kan keterangan dari kitab Hasyiyah ala Maraqy al
Falah karangan Ahmad ibn Ismail Ath Thahawy, yaitu (yang artinya):

Dimakruhkannya hukum penghidangan makanan oleh keluarga mayit, bertenta-ngan


dengan keterangan yang diriwayat-kan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dengan
sanad yang shahih dari Ashim bin Kulaib dari bapaknya dari laki-laki Anshar, ia berkata :

r
((

)) r

Kami bersama Rasulullah r keluar menuju pemakaman janazah, sewaktu hendak pulang
muncullah isterinya mayit, mengundang untuk singgah, kemudian ia menghidangkan
makanan. Rasulullah pun mengambil makanan tersebut dan kemu-dian para shahabat turut
mengambil pula dan mencicipinya dan pada mulut Rasulullah r terdapat sekerat daging.
Hadits tersebut menunjukkan bahwa diperbolehkan keluarga mayit menghi-dangkan
makanan, berikut mengundang masyarakat terhadap hidangan tersebut.
Tahlilan dalam pandangan Islam
16

Acara perjamuan tahlilan merupakan hal yang diada-dakan di dalam agama. Hal ini
berdasarkan dalil naqli dan aqli.
Adapun dalil naqli adalah hadits mauquf (atsar) yang shohih dari shahabat Jarir bin Abdullah
t beliau berkata :

((
))
Kami (para shahabat) menganggap kegiatan berkumpul di rumah keluarga mayit, serta
menghidangkan makanan merupakan bagian dari niyahah (mera-tapi mayat) (R. Ibnu
Majah)
Setelah kita perhatikan bersama, dari penjelasan di atas. Ternyata pendapat yang menolak/
melarang acara perjamu-an tahlilan-lah yang memiliki argumen yang kuat ; baik dari segi
naqli maupun aqli. Dengan demikian kesimpulan me-ngenai hukum dari acara perjamuan
tahlilan adalah merupakan perbuatan bidah yang tidak disukai oleh agama. Rasulullah r
bersabda :


(
)
Semua bidah adalah sesat dan semua kesesatan tempatnya di Neraka (HR. An Nasaai)
Dan memang kesan dari acara perjamu-an tahlilan tersebut justru bertentangan dengan pesan
Rasulullah r :

( )

Buatkanlah makanan untuk keluarga Jafar, karena mereka sedang tertimpa masalah yang
menyibukkan (HR. Abu Daud)
Jadi bukan keluarga mayit yang seharus-nya menghidangkan makanan, tetapi kita-lah yang
semestinya mengirim maka-nan kepada mereka, karena dengan de-mikian berarti kita telah
menolong sauda-ra kita yang sedang tertimpa musibah.

BAB III PENUTUP


17

A. KESIMPULAN
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun kita tidak akan
pernah mengetahui kapan kematian itu tiba.Manusia adalah ciptaan Allah swt yang sempurna
diantara ciptaan Allah swt yang lain. Allah swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh
dan memberi balasan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat
balasan dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh akan
menerima azab-Nya.
Orang yang meninggal wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt yang
mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur)
hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan dikuburkan.Hukum
merawat jenazah dalam islam adalah fardhu kifayah.

A. SARAN

Sebagai seorang muslim apabila ada seseorang yang meninggal dunia maka disunahkan
bagi kita untuk merawat jenazah tersebut mulai dari memandikannya,mengafani,menyalatkan
dan menguburkannya.Oleh karena itu apabila kita tahu dan mampu maka janganlah ragu
untuk melakukannya serta kita harus senantiasa melakukan amr maruf nahi munkar dan
selalu mengingat bahwa kematian itu dapat datang kapan dan dimana saja.

DAFTAR PUSTAKA

18

http://awalulmkh.blogspot.nl/2013/03/makalah-perawatan-jenazah.html

http://ukhuwahislah.blogspot.sg/2014/01/makalah-kewajiban-orang-hidup-terhadap.html

http://paixisemester2.blogspot.nl/p/materi-2.html

http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-ali-imran-ayat-185-194.html

19

Anda mungkin juga menyukai