Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG

TATA CARA MEMANDIKAN


DAN MENGKAFANI JENAZAH

Dosen Pengampu :

ABDUL BASIT M.Ed

Disusun Oleh :
1. Aal Santrilva
2. Arsi Andika
3. Dadan Ramu Anarki
4. Fezi Willim Rahmanda
5. Mitra Planza

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

AKADEMI TEKNIK ADIKARYA KERINCI

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGATAR

‫مسب ; الرحمن الرحيم‬

Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul "TATA CARA MEMANDIKAN DAN MENGKAFANI
JENAZAH" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran
AGAMA. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia tentang TATA
CARA MEMANDIKAN DAN MENGKAFANI JENAZAH bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen selaku Mata perkuliahan. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kerinci, 06 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH……………………………………………………..4

TATA CARA MENGKAFANI JENAZAH………………………………………………………8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Seperti orang yang hidup, Jenazah pun harus dimandikan sebelum dishalatkan dan
dikuburkan. Memandikan jenazah merupakan bahagian dari fardhu kifayah dalam mengurus
jenazah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fardhu kifayah merupakan sebuah kewajiban
yang harus dilaksanakan, apabila tidak seorangpun yang melakukan hal tersebut maka seluruh
bahagian kampung dan penduduk di sekitar kediaman jenazah tersebut akan berdosa, Oleh
karena itu, memandikan jenazah merupakan keharusan yang mesti dikerjakan. Dan apabila hal
tersebut telah dilaksanakan, maka putuslah kewajiban penduduk muslim setempat. Dalil
mengenai kewajiban seorang muslim untuk memandikan jenazah terdapat dalam hadis yang
disabdakan Rasulullah Saw yaitu: Dari Abu Hurairah r.a berkata, aku mendengar Rasulllulah
saw bersabda, “hak seorang Muslim yang lain ada lima hal: menjawab salam, membesuk orang
sakit, mengantar jenazah, mendatangi undangan, dan menjawab orang bersin.” (HR Bukhari)
Walaupun kata memandikan dalam hadis diatas tidak ada, namun sebagaimana yang diketahui
bahwa memandikan jenazah merupakan bahagian fardhu kifayah dalam pengurusan jenazah.
Itulah sebabnya memandikan jenazah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan
segera.

PEMBAHASAN

Tata Cara Memandikan Jenazah


1. Mengurus Jenazah

Sebelum Jenazah dishalatkan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya.


Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadas dan najis yang ada pada jenazah
tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan telah suci dari
hadas dan najis. Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang
hidup, namun perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus
dimandikan. Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja
meratakan air keseluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati dan
lemah lembut. Memandikan jenazah adalah hal yang harus dilakukan atas jenazah seorang
muslim, sebelum ia dishalatkan. Mandi ini dilakukan dengan cara membersihkan segala najis
yang ada di badannya dahulu, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air ke seleruh
tubuhnya, ini harus di usahakan dengan hati-hati upaya mayat tersebut tidak membawa kotoran
ke hadapan Allah[3]. Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada
Allah SWT, karena ia termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula muthlak, suci dan halalnya
air. Menghilangkan najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang
dapat mencegah sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan
mayat

4
2. Syarat Memandikan Jenazah

Adapun syarat wajib memandikan jenazah yaitu :

a. mayat itu islam

b. Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit

c. Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).

3. Hukum Memandikan Jenazah

Jumhur Ulama atau golongan terbesar dari ulama berpendapat bahwa memandikan mayat
muslim, hukumnya adalah fardhu kifayah artinya bila telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf

4. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah

Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal ini
disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal
yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.

a. Jenazah yang boleh dimandikan

Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena
mati syahid di Medan pertempuran

b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan

Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan pertempuran
karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari Kiamat.

Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakkan Nabi saw terhadap paman
beliau yang kafir. Juga berdasarkan firman Allah SWT: “Dan janganlah sekali-kali kamu
menyalatkan jenazah salah seorang yang mati diantara mereka, dan janganlah kamu berdiri
(mendoakan) di kuburnya”

Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Cukup
digali lubang dan dikebumikan.

c. Orang Yang Berhak Memandikan

Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kerahasian aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan
menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak terjadi

5
fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang yang berhak
memandikan Jenazah Adalah:

Apabila mayat itu laki-laki, hendaklah memandikannya laki-laki pula, perempuan tidak boleh
memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan muhrimnya. Jika mayat perempuan, hendaklah
dimandikan permpuan pula, laki-laki tidak boleh memandikan mayat perempuan kecuali suami
atau muhrimnya

Orang Yang berhak memandikan Jenazah adalah orang yang telah ditunjuk oleh si mayit sendiri
sebelum wafatnya (berdasarkan wasiatnya)

Kemudian bapaknya, sebab ia tentu lebih tahu mengenali si mayit daripada anak si mayit
tersebut. Kemudian keluarga terdekat si mayit.

Jenazah wanita dimandikan oleh pemegang wasiatnya. Kemudian ibunya lalu anak
perempuannya setelah itu keluarga terdekat.

Seorang suami boleh memandikan jenazah istrinya berdasarkan sabda Nabi saw kepada’Aisyah
Radhiallahu ‘Anha: “Tentu tidak ada yang membuatmu gundah, sebab jika kamu wafat
sebelumku, akulah yang memandikan jenazahmu”

5. Tata cara Dalam memandikan jenazah


a. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah

Sebelum Memandikan jenazah, Maka harus dilakukan beberapa Persiapan, adapun Hal-hal yang
perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:

Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si jenazah
memiliki penyakit.

Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah

Sampo untuk mengeramasi rambut si jenazah agar bersih dari kuman dan kotoran

Air secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh selang, boleh
juga menyiapkan air sebanyak tiga ember besar.

Meja besar atau dipan yang cukup dan kuat serta tahan air untuk tempat meletakkan jenazah
ketika dimandikan

Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.

Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.

Dipersiapkan kain kafan tergantung jenis kelamin.

6
b. Proses dan Tata Cara Memandikan Jenazah

Meletakkan jenazah diatas dipan atau meja, usahakan kepala lebih tinggi dari kaki

Tempat jenazah harus tertutup, baik dinding maupun atapnya agar aurat dan cela jenazah tidak
terlihat.

Menutup aurat jenazah dengan handuk besar dan kain. Untuk jenazah putra dari pusar sampai
lutut, sedangkan untuk jenazah perempuan dari dada sampai mata kaki.

Bersihkan kotoran dengan cara mengangkat pundak dan kepala sambil menekan perut dan dada

Memiringkan ke kanan dan ke kiri sambil ditekan dengan mempergunakan sarung tangan atau
kain perca dan disiram berkali-kali agar kotoran hilang.

Basuhlah jenazah sebagaimana cara berwudhu.

Siram dari mulai yang kanan anggota wudhu dengan bilangan gasal menggunakan air dan daun
bidara, kemudian seluruh tubuh jenazah diberi sabun termasuk pada lipatan-lipatan yang ada.

Bersihkan tubuhnya dengan air dan miringkan ke kanan serta ke kiri.

Selama memandikan, aurat jenzah harus senantiasa agar tidak terlihat

Kemudian, rambut jenazah dikeramas dan disiram agar bersih. Dan jika jenazahnya wanita,
setelah rambutnya dikeringkan kemudian dipintal menjadi tiga.

Siramkan pada siraman yang terakhir dengan kapur barus dan miringkan ke kanan dan ke kiri
agar air keluar dari mulutnya dan dari lubang yang lain.

Setelah selesai, badannya dikeringkan dengan handuk, kewmudian ditutup dengan kain yang
kering agar auratnya tetap tertutup.

Bersihkan segala najis yang ada di badannya, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan
air ke seluruh tubuh atau sebaiknya tiga kali yaitu dengan air yang bersih, air sabun dan air yang
bercampur dengan kapur barus. Apabila sudah selesai kesemuanya yang terakhir adalah di
wudhukan.

Setiap mayat muslim itu wajib di mandiakn dengan tiga kali ; pertama dengan air yang dicampur
sedikit kapur dan bidara ; kedua dengan air yang dicapur sedikit kapur kecuali yang mati dalam
keadaan ihram, maka tidak boleh dicampur dengan kapur ; ketiga dengan aiir murnbi tanpa
dicampur apapun. Daun bidara dan kapur yang dicampur dengan air itu jangan terlalu banyak,
karena dikhawatirkan air tersebut menjadi air mudhaf, sehingga tidak dapat menyucikan. Antara
tiga kali mandi tersebut, diwajibkan pula tertib antara anggota tubuh yang tiga, yakni dimulai
dengan kepala berikut leher, lalu anggota tubuh yang kanan, dan ketiga anggota tubuh yang kiri.

7
Pekerjaan yang pertama-tama dilakukan dalam menyelenggarakan urusan mayit adalah
memandikannya, yang mempunyai dua macam cara.

1. yaitu cara, asal memenuhi arti mandi yang dengan demikian maka terlepaslah kita dari
dosa, inilah asal najis yang barangkali ada pada tubuh si mayat hilang, kemudian
siramlah seluruh tubuhnya dengan air secara merata.
2. yaitu cara yang sempurna sehingga memenuhi as-sunnah yakni agar orang memandikan
mayit melakukan hal-hal berikut :

a. letakkanlah mayit di tempat kosong, diatas tempat yang tinggi, papan umpamanya, dan
tutuplah auratnya dengan kain atau semisalnya.

b. Mayat didudukkan di temapt mandi, condong ke belakang, sedang kepalanya di sandarkan


pada tangan kirinya, menekan keras-keras perut si mayat, supaya isinya yang mungkin masih
tersisa keluar. Sesudah itu balutlah tangan kiri itu dengan kain atau sarung tangan dan dibasuh
kemaluannya dan dubur si mayat, kemudian dibersihkan pula mulut dan lubang hidungnya lantas
diwudhukan seperti wudhu orang yang hidup.

c. Kepala dan wajah si mayat di basuh dengan sabun atau bisa juga digunakan dengan pembersih
lainnya. Dilepas rambutnya kalau dia mempunyai rambut yang panjang, dan kalau ada yang
tercabut, maka rambut itu harus dikembalikan dan ditanam bersamanya.

d. Sisi kanan mayat sebelah depan terlebih dahului, barulah kemudian sisi depan sebelah kiri,
sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah kiri, sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah
belakang, kemudian sisi belakang sebelah kiri, dengan demikian seluruh tubuhnya bisa di ratai
air.

Pengertian dan Hukum Mengkafani jenazah

Mengkafani mayat berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang biasanya
berwarna putih, setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum dishalatkan serta dikubur.
Hukum mengkafani jenazah atau mayat juga fardlu kifayah. Mengkafani mayat sebenarnya
sudah cukup dengan satu lembar kain saja yang dapat menutup seluruh tubuh si mayat. Namun
kalau memungkinkan, hendaknya mengkafani mayat ini dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut: Artinya: Kami hijrah bersama Rasulullah
SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya
dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit
pun juga. Misalnya, Mashab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat
kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya
dan jika kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk
menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya. (H.R Bukhari)

8
Karena itu dalam mengkafani mayat ini ikutilah petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Nabi
Saw., di antaranya adalah sebagai berikut:
a.Kafanilah mayat dengan sebaik-baiknya.
Nabi Saw. bersabda: Apabila salah seorang dari kamu mengkafani saudaranya, maka hendaklah
ia mengkafaninya dengan baik (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud dari Jabir). b. Pakailah kain
kafan yang berwarna putih.
c. Kafanilah mayat laki-laki dengan tiga lapis dan mayat perempuan dengan lima lapis. Lima
lapis ini terdiri dari sarung, baju kurung, kerudung, lalu pembungkus dan kemudian dibungkus
satu lapis lagi.
d. Lulurlah mayat dengan semacam cendana, yaitu wangi-wangian yang biasa untuk mayat,
kecuali mayat yang sedang berihram.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengkafani mayat adalah seperti berikut:
a. Jangan mengkafani mayat secara berlebihan.
b. Untuk mengkafani mayat yang sedang melakukan ihram, maka cukup dikafani dengan kain
yang dipakainya untuk ihram. Bagi laki-laki tidak boleh ditutup kepalanya dan bagi perempuan
tidak boleh ditutup mukanya serta tidak boleh diberi wangi-wangian.
c. Bagi mayat yang mati syahid, cukup dikafani dengan kain yang menempel di tubuhnya ketika
dia meninggal, meskipun banyak darah yang menempel di kainnya.Jika ada pakaian yang terbuat
dari besi atau kulit, maka hendaknya ditanggalkan.
d. Biaya kain kafan yang digunakan hendaknya diambil dari pokok harta peninggalan si mayat.
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:
Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi seluruh
tubuh mayat.
Kain kafan hendaknya berwarna putih.
Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat perempuan 5
lapis.
Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan
hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
2. Alat-alat Perlu Disiapkan Untuk Mengkafani Mayat
di antaranya adalah seperti berikut:
Kain untuk mengafani secukupnya, diutamakan yang berwarna putih
Kain kafan untuk jenazah laki-laki terdiri dari 3 (tiga) lembar, sedangkan kain kafan untuk
jenazah perempuan terdiri dari 5 (lima) lembar kain, terdiri dari:
Kain basahan
Baju kurung
Kerudung
Dua lembar kain penutup.
Sebaiknya disediakan perlengkapan sebagai berikut:
*Tali sejumlah 3, 5,7 atau 9, antara lain untuk :

9
Ujung kepala
Leher
Pinggang / pada lengan tangan
Perut
Lutut
Pergelangan khaki
Ujung kaki
*Kapas secukupnya
*Kapur barus atau pewangi secukupnya.

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:


1. Untuk mayat laki-laki
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta
setiap lapisan diberi kapur barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan
memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri.
Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima
ikatan.
f. Jika kain  kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka bagian kepalanya dan
bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika
seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan
apa saja yang ada.

2. Untuk mayat perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:
Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib.
Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan
sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
Pakaikan sarung.
10
Pakaikan baju kurung.
Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
Pakaikan kerudung.
Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan
kanan lalu digulungkan kedalam.
Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

Adapun cara mengkafani mayat dengan baik dan praktis adalah seperti berikut:
a. Letakkan tali-tali pengikat kain kafan sebanyak 7 helai, dengan perkiraan yang akan ditali
adalah: 1) bagian atas kepala 2) bagian bawah dagu 3) bagian bawah tangan yang sudah
disedekapkan 4) bagian pantat 5) bagian lutut 6) bagian betis 7) bagian bawah telapak kaki.
b. Bentangkan kain kafan dengan susunan antara lapis pertama dengan lapis lainnya tidak
tertumpuk sejajar, tetapi tumpangkan sebagian saja, sedangkan lapis ketiga bentangkan di
tengah-tengah.
c. Taburkan pada kain kafan itu kapus barus yang sudah dihaluskan.
d. Letakkan kain surban atau kerudung yang berbentuk segitiga dengan bagian alas di sebelah
atas. Letak kerudung ini diperkirakan di bagian kepala mayit.
e. Bentangkan kain baju yang sudah disiapkan. Lubang yang berbentuk belah ketupat untuk leher
mayit. Bagian sisi yang digunting dihamparkan ke atas.
f. Bentangkan kain sarung di tengah-tengah kain kafan. Letak kain sarung ini diperkirakan pada
bagian pantat mayit.
g. Bujurkan kain cawat di bagian tengah untuk menutup alat vital mayit.
h. Lalu letakkan mayit membujur di atas kain kafan dalam tempat tertutup dan terselubung kain.
i. Sisirlah rambut mayat tersebut ke belakang.
j. Pasang cawat dan talikan pada bagian atas.
k. Tutuplah lubang hidung dan lubang telinga dengan kapas yang bulat.
l. Sedekapkan kedua tangan mayait dengan tangan kanan di atas tangan kirinya.
m. Tutuplah persendian mayit dengan kapas-kapas yang telah ditaburi kapur barus dan cendana
yang dihaluskan, seperti sendi jari kaki, mata kaki bagian dalam dan luar, lingkaran lutut kaki,
sendi jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, pangkal lengan dan ketiak, leher, dan
wajah/muka.
n. Lipatlah kain sarung yang sudah disiapkan.
o. Kenakan baju yang sudah disiapkan dengan cara bagian sisi yang telah digunting diletakkan di
atas dada dan tangan mayit.
p. Ikatkan surban yang berbentuk segitiga dengan ikatan di bawah dagu.
q. Lipatkan kain kafan melingkar ke seluruh tubuh mayit selapis demi selapis sambil ditarik
ujung atas kepala dan ujung bawah kaki.
r. Kemudian talikan dengan tali-tali yang sudah disiapkan.

DAFTAR PUSTAKA

11
https://www.anekamakalah.com/2012/11/cara-memandikan-jenazah.html

https://mutiarafadhilahnasution.blogspot.com/2019/11/mengkafani-jenazah.html

12

Anda mungkin juga menyukai