Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH PELAKSANAAN PENGURUSAN


JENAZAH

Disusun oleh:
1. FACHRI AZHAR

2. SHINDI ARSINTA

3. RAISYA PUTRI ARDIANINGRUM

4. ZULEIKA

XI IPA 5

SMA NEGERI 6 BINJAI


T. A. 2023 - 2024
KATA PENGANTAR

Bismilahirahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillahirrabil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan


kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Melaksanakan
Pengurusan Jenazah” dengan sebaik -baiknya. Sholawat serta
salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
selalu menjadi suri tauladan bagi umatnya.

Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas


adalah sebagai bacaan alternatif bagi para pembaca agar dapat
lebih memahami khususnya dalam pengurusan jenazah.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan agar
penyusunan makalah selanjutnya lebih baik lagi

Semoga tulisan ini baik bagi kita semua.Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah ...................................................................... 3


B. Kewajiban memandikan jenazah.................................................. 3
C. Memandikan Jenazah................................................................... 3
D. Mengkafani Jenazah .................................................................... 9
E. Menshalatkan Jenazah .............................................................. 12
F. Menguburkan Jenazah ............................................................... 16
G. Hikmah Pengurusan Jenazah ....................................................19

Bab III penutup

A. Kesimpulan ................................................................................. 20

B. Saran .........................................................................................….21

Daftarpusaka……………......………………………………………………………………….22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian adalah sebuah keharusan yang akan dilewati setiap


makhluk hidup di dunia ini, baik dari golongan manusia maupun makhluk
Allah SWT lainnya. Karena yang akan tetap hidup dan kekal selama-
lamanya hanyalah Allah SWT. Dia telah menetapkan takdir kematian setiap
yang bernyawa, kapan dan dimana jiwa ini jiwa ini akan kembali ke asalnya.
Tidak akan ada satupun yang bisa lari dari ajalnya, walaupun benteng
kokoh melindungi jiwa raganya. Allah telah berfirman dalam (Q.S Ali -
Imran:185) Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsapa dijauhkan dari neraka dan da dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.”

B. Rumusan Masalah

1. Apa hukum mengurus jenazah?

2. Apa hukum dan syarat memandikan jenazah?

3. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?

4. Bagaimana hukum dan tata cara mengafani jenazah?

5. Bagaimana hukum, syarat, dan tata cara shalat jenazah?

6. Bagaimana cara menguburkan jenazah?


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JENAZAH

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang beararti tubuh mayat dan
berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh
mayat yang tertutup.

B. KEWAJIBAN MEMANDIKAN JENAZAH

Yang wajib dalam memandikan jenazah itu ialah menyampaikan air


satu kali ke seluruh tubuhnya, walaupun ia sedang junub atau haidh
sekalipun. Lebih utama meletakan mayat di tempat yang ketinggian, di
tinggalkan pakaiannya dan ditaruh diatasnya sesuatu yang dapat menutupi
auratnya. Ini jika mayat itu bukan mayat seorang anak kecil.

C. MEMANDIKAN JENAZAH

Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki. Utamanya untuk


memandikan jenazah dengan orang yang terpercaya dan mengerti hukum-
hukum dan tata cara memandikan mayit karena memandikan mayit
memiliki hukum syar’i dan sifat (tata cara) yang khusus.

Diutamakan dalam memandikan mayit adalah orang yang disebutkan


dalam wasiatnya jika mayit telah berwasiat agar dimandikan oleh orang
tertentu. Setelah wasiat itu orang berikutnya adalah ayah mayit. Dia adalah
orang yang paling utama untuk memandikan anaknya karena dia memiliki
hal yang khusus dalam menyayangi dan belas kasih (lembut) kepada
anaknya. Kemudian berkutnya adalah kakeknya karena ia sama dengan
seorang ayah hal-hal sebagai yang telah disebutkandisusul kemudian oleh
orang yang lebih dekat dan lebih dekat dari kerabatnya yang menerima
ashabah dalam warisan baru kemudian orang asing di luar kerabatnya.
Masing-masing dari sepasang suami istri boleh saling memandikkan.
Suami boleh memandikan istrinya dan istri boleh memandikan suaminya.
Dikarenakan abu bakar Radhiallahu anhu berwasiat agar jasadnya
dimandikan oleh istrinya. Pria maupun wanita boleh memandikan mayit
anak dibawah umur tujuh tahun, baik mayit laki-laki maupun perempuan.

Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup


semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya
seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan
saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan
tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan
memakai lapis tangan hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yakni:

Artinya:

“Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada


perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan- perempuan
dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu
dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.”(H.R
Abu Daud dan Baihaqi).

Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Memandikan Jenazah

a. Syarat Memandikan Jenazah

1) Mayat itu islam

2) Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit

3) Jenazah tersebut bukan mati syahid ( mati dalam perperangan


membela agama)
b. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah

Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan


jenazah. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat
atau harus dimandikan. Berikut 2 hal yang perlu untuk diperhatikan dalam
memandikan jenazah.

1) Jenazah yang boleh dimandikan Jenazah yang wajib dimandikan adalah


orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena mati syahid di Medan
pertempuran.

2) Jenazah yang tidak perlu dimandikan Jenazah yang tidak boleh


dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan pertempuran karena
setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari
Kiamat. Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan
Nabi saw terhadap paman beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia
empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Cukup digali
lubang dan dikebumikan.

c. Tempat Memandikan

Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya


tertutup atau amandari pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di
halaman rumah namun dibatasi dengan tutup. Usahakan mayit dimandikan
di atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena percikan air. Juga dianjurkan
membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk menolak bau
yang dimungkinkan keluar dari badan mayit. Orang yang tidak punya tugas
atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat memandikan
mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit.

d. Air untuk Memandikan

Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan). Dianjurkan


menggunakan air laut, karena bisa memperlambat proses pembusukan.
Namun, bila berada di daerah yang sangat dingin, atau di tubuh mayit
terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, maka lebih baik menggunakan air
hangat.

e.Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah

1. Sebelum memandikan jenazah

Maka harus dilakukan beberapa persiapan, adapun hal-hal yang perlu


dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:

1)Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah

2)Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air


yang dialiri oleh selang, boleh juga menyiapkan air menggunakan ember
besar asal cukup.

3)Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuat serta


tahan air.

4)Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.

5)Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.

6)Kain kafan, dipersiapkan tergantung jenis kelamin.

Tambahan (jika diperlukan): Masker dan kaos tangan untuk memandikan


jenazah agar terhindar dari kuman jika si jenazah memiliki penyakit.

2.Orang yang Berhak Memandikan Jenazah

Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini


dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan aib atau cacat penyakit yang
masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan menjaga dan
membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak
terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun
Orang yang berhak memandikan Jenazah adalah: Secara umum, bila mayit
laki-laki, maka yang memandikan laki-laki. Bila perempuan, maka yang
memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan suami-istri, suami
memandikan istri yang meninggal, begitu pula sebaliknya.
Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang
yang paling mengerti masalah agama dan yang paling punya rasa belas
kasih (syafaqah).

Sedangkan yang paling utama memandikan jenazah perempuan,


adalah orang perempuan yang semahram dengan jenazah. Sebaiknya, yang
bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku di atas
bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada
yang menggosok tubuh jenazah dan ada pula yang membantu
menyediakan hal-hal yang diperlukan.

3.Posisi Jenazah

Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan


untuk dimandikan. Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak
miring ke belakang. Posisi ini memudahkan orang yang memandikan untuk
membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.

4.Tata Cara Memandikan Jenazah Cara Dalam Memandikan Jenazah

1) Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.

2) Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.

3) Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terlihat.

4) Istinjakkan mayat terlebih dahulu.

5) Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah


ketiaknya, celah jari tangan dan kaki dan rambutnya, sebaiknya memakai
sarung tangan.

6) Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lalu mengeluarkan


kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan
agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan dengan tangan kirinya,
dianjurkan memakai sarung tangan yang sudah diganti. Dalam hal ini boleh
memakai wangi wangi an agar tidak terganggu bau kotoran jenazah
7) Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air dan sabun juga.

8) Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil
berniat lafaz niat memandikan jenazah laki laki.

Lafas memandikan jenazah laki laki:

“Aku sengaja memandikan mayit (laki laki) ini karena allah ta’ala”

Lafas memandikan jenazah perempuan:

“Aku sengaja memandikan mayit (perempuan) ini karena allah ta’ala”

9) Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.

10) Siram sebelah kanan 3 kali.

11) Siram sebelah kiri 3 kali.

12) Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan


sebelah belakang.

13) Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.

14) Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.

15) Setelah itu siram dengan air kapur barus.

16) Setelah itu jenazahnya diwudukkan . Lafaz niat mewudukkan jenazah


lelaki :

Niat whudu' mayit laki laki:

‫ﺖ ِﻟَّﻠِﻪ َﺗَﻌاَﻟﻰ‬
ِ ‫ﺿْﻮَء ِﻟَﻬَﺬا اْﻟَﻤِّﻴ‬
ُ ‫ﺖ اْﻟُﻮ‬
ُ ‫َﻧَﻮْﻳ‬
"aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"

Niat whudu' mayit perempuan:

‫ﺿْﻮَء ِﻟَﻬِﺬِه اْﻟَﻤِّﻴِﺘِﺔ ِﻟَّﻠِﻪ َﺗَﻌاَﻟﻰ‬


ُ ‫ﺖ اْﻟُﻮ‬
ُ ‫َﻧَﻮْﻳ‬
"aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t"

Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas


jenazah itu mulai dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana
melaksanakan wuduk biasanya.

17) Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap


menggunakan lap pada seluruh badan mayat. Hal-hal penting yang
berkaitan dengan mayit antara lain :

 Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.

 Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah


sunnah. Sebaliknya mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah
sedangkan niatnya wajib.

 Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-


seri atau mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila
sebaliknya, maka harus disimpan tidak boleh diceritakan.

D. MENGKAFANI JENAZAH

Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk


mengkafaninya juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati
syahid adalah fardhu kifayah. Mengkafani jenazah adalah menutupi atau
membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya
walau hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai
berikut:

“Kami hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan


Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena
diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi
sedikit pun juga.

Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan
tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya
ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul
kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan
menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.”(HR. Bukhari).

Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau


disunnahkan mengenai kain kafannya, diantaranya:

1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih,
kering dan menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist
diriwayatkan sebagai berikut :

Artinya: “

Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila salah


seorang kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.”
(HR. Muslim).

2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.

3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan


bagi mayat perempuan 5 lapis.

4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani


jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.

5.Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan


karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu
Dawud).

Catatan: Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan
kain apa saja yang dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian
dishalatkannya.

1.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah

a.Jenis Kain Kafan

Semua kain yang dipakai oleh mayit ketika masih hidup, boleh dibuat kain
kafan. Mayit laki-laki tidak boleh dikafani dengan kain sutra, sedangkan
perempuan diperbolehkan. Kain kafan boleh berwarna apa saja. Tetapi
yang sunnah adalah kain putih dan yang sudah dicuci. Adapun yang
dimaksud perintah,

“Hendaknya memperbagus kain kafan” adalah bukan kain yang berharga


mahal, tapi kain yang berwarna putih, tebal dan longgar.

b.Ukuran Kafan

Ukuran kafan bagi mayit laki-laki atau perempuan, minimal satu lembar
kain yang dapat menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan yang sunnah
adalah : Bagi mayit laki-laki dengan tiga lapis. Untuk mayit perempuan
dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar kain yang dapat menutupi seluruh
tubuh mayit, ditambah dengan gamis, kerudung dan sampir.

2.Tata Cara Mengkafani Jenazah

Adapun tata cara mengkafankan jenazah, yaitu :

Untuk mayat laki-laki

a)Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih
lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

b)Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan


diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.

c)Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang


mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d)Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi
selembar dengan cara yang lembut.

e)Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain


kafan tiga atau lima ikatan.

f)Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup
dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain
kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa
saja yang ada.

Untuk mayat perempuan

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih,
yang terdiri dari:

a)Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

b)Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.

c)Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

d)Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.

e)Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:

a) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing


bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup
dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan
wangi-wangian atau dengan kapur barus.

b) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran


dengan kapas.

c) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.


d) Pakaikan sarung.

e) Pakaikan baju kurung.

f) Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.

g) Pakaikan kerudung.

h) Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan


kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.

i) Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

E. MENSHALATKAN JENAZAH

1.Hukum Shalat Jenazah

Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Boleh dilakukan oleh orang laki-
laki atau perempuan. Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat
mengugurkan kewajiban adalah orang laki-laki yang baligh.

2.Tempat Shalat Jenazah

Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempat yang


suci. Diutamakan bertempat di mushalla. Sedangkan pengaturannya adalah
sebagai berikut :

a. Bentuk Shaf Shalat Jenazah

Rasulullah bersabda SAW, : “Tidaklah orang muslim meninggal


kemudian ia dishalati oleh tiga shaf dari orang-orang muslim, kecuali ia
menghaki masuk surga”.(HR. Abu Daud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi)At-Tirmidzi.

Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda pendapat.
Ibnu Hajar berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurut imam Ramli
satu shaf bisa satu orang. Jadi, untuk mendapat fadhilah shaf, minimal
mushalli berjumlah 6 orang, atau 3 orang. Bentuk shaf seperti ini penting
diatur bila yang menyalati sedikit.

b. Posisi Mayit dan Orang yang Menyalati

Bila laki-laki, maka kepala mayit sunnah berada di sebelah kiri imam.
(nisbat negara Indonesia : arah selatan). Bila mayit perempuan, kepala
mayit diletakkan di sebelah kanan imam (utara). Posisi imam, bila mayit
laki-laki, maka berada didekat kepala mayit. Bila mayit perempuan, maka
didekat pantatnya.

c. Makmum masbuq

Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah


bersama imam. Semisal kita baru takbiratul ihram, sedangkan imam sudah
melakukan takbir yang ketiga. Maka, kita harus langsung membaca surat al
-Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat, maka kita langsung takbir
juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai. Bila imam mengucapkan
salam, maka kita melanjutkan shalat dengan takbir ketiga dan seterusnya
dengan mengikuti rukun dan bacaan yang sudah ada.

3. Syarat-syarat Shalat Jenazah

Bagi yang menyalati, syarat-syaratnya sama seperti shalat yang lain.


Sebab pada dasarnya shalat jenazah sama seperti shalat yang lain.

a. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus
menutup aurat, suci dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian dan
tempatnya serta menghadap kiblat.

b. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesai


dimandikan dan dikafani.

c. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan., kecuali


kalau melaksanakan shalat gaib.

4. Rukun-rukun Shalat JenazahJenazah

a. Niat
b. Berdiri bagi yang mampu

c. Takbir empat kali

d. Mengucap salam

5. Tata Cara Shalat Jenazah

a. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki.


Jika mayat perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya.

b. Makmum berdiri di belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih banyak


lebih utama. Jika jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tiga saf. Karena
Rasulullah Saw. telah bersabda, yang artinya : “Apabila seorang mukmin
mati dan dishalatkan oleh sekelompok kaum muslimin hingga tiga saf,
maka dosa-dosa si mayat diampuni”. (HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai)

c. Setelah saf teratur

d. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram Untuk seorang mayit laki-
laki.

Niat shalat jenazah mayit laki laki:َُ

‫ِﻟﻠِﻪ َﺗَﻌاَﻟﻰ‬ ‫ض ِﻛَﻔﺎَﻳِﺔ ِاَﻣﺎًﻣﺎ| َﻣْﺄُﻣْﻮًﻣﺎ‬


َ ‫ت َﻓْﺮ‬
ٍ ‫ﺖ َاْرَﺑَﻊ َﺗْﻜِﺒَﺮا‬
ِ ‫ﻫَﺬااْﻟَﻤِّﻴ‬
َ ‫ﻋَﻠﻰ‬
َ ‫ﺻِّﻠﻰ‬
َ ‫ُا‬

"Usholli ‘ala hadzal mayyiti arba’a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma’


muman lillahi ta’ala."

Artinya: “Saya niat sholat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah,
sebagai imam/makmum karena Allah Ta’ala.”

Niat shalat jenazah mayit perempuan:

‫ِﻟﻠِﻪ َﺗَﻌاَﻟﻰ‬ ‫ض ِﻛَﻔﺎَﻳِﺔ ِاَﻣﺎًﻣﺎ| َﻣْﺄُﻣْﻮًﻣﺎ‬


َ ‫ت َﻓْﺮ‬
ٍ ‫ﺻِّﻠﻰ َﻋَﻠﻰ َﻫِﺬِه اْﻟَﻤِّﻴَﺘِﺔ َاْرَﺑَﻊ َﺗْﻜِﺒَﺮا‬
َ ‫ُا‬

"Usholli ‘ala hadzahihil mayyitati arba’a takbirotin fardho kifayatin


imaman/ma’muman lillahi ta’ala."

Artinya: “Saya niat sholat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah,
sebagai imam/makmum karena Allah Ta’ala.”

Niat shalat jenazah mayit anak laki laki:

‫ َﻣْﺄُﻣْﻮًﻣﺎ ِﻟّٰﻠِﻪ َﺗَﻌاَﻟﻰ‬/ ‫ض اْﻟِﻜَﻔﺎَﻳِﺔ ِإَﻣﺎًﻣﺎ‬


َ ‫ت َﻓْﺮ‬
ٍ ‫ﻞ َأْرَﺑَﻊ َﺗْﻜِﺒْﻴَﺮا‬
ِ ‫ﻄْﻔ‬
ِّ ‫ﺖ اﻟ‬
ِ ‫ﻲ َﻋَﻠﻰ َﻫَﺬا اﻟَﻤِّﻴ‬
ْ ‫ﺻِّﻠ‬
َ ‫ُأ‬

Ushollii 'alaa haadzal mayyiti thifli arba'a takbiraatatin fardhol kifaayati


imaaman / ma'muuman lillahi ta'aala

Artinya: "Saya niat sholat atas jenazah anak lali-laki ini empat kali takbir
fardu kifayah, sebagai imam/ makmum hanya karena Allah Ta'ala."

Niat shalat jenazah mayit anak perempuan:

USHOLLI 'ALAA
HAADZIHIL MAYYITATI THIFLI ARBA'A TAKBIRATATIN FARDHOL KIFAYAATAI IMAMAN /
MA'MUUMAN LILLAHI TA'AALA

Artinya: "Saya niat sholat atas jenazah anak perempuan ini empat kali
takbir fardu kifayah, sebagai imam/makmum hanya karena Allah Ta'ala."

Niat shalat jenazah 2 mayit:

"saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada 2 mayit ini"

Niat shalat jenazah untuk mayit banyak:


"saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang orang mati ini"

Lafas Takbir

e. Takbir 4 kali.

• takbir pertama:membaca surah alfatihah

• takbir kedua: membaca sholawat nabi

َ‫ﻫﻴﻢ‬ِ ‫ل ِإْﺑَﺮا‬
ِ ‫ﻋَﻠﻰ آ‬ َ ‫ﻢ َو‬
َ ‫ﻫﻴ‬ ِ ‫ﻋَﻠﻰ ِإْﺑَﺮا‬ َ ‫ﺖ‬
َ ‫ﺻَّﻠْﻴ‬َ ‫ﺤَّﻤٍﺪ َﻛَﻤﺎ‬َ ‫ل ُﻣ‬ ِ ‫ﻋَﻠﻰ ا‬َ ‫ﺤَّﻤٍﺪ َو‬
َ ‫ﻋَﻠﻰ ُﻣ‬ َ ‫ﻞ‬ِّ ‫ﺻ‬َ ‫ﷲ َُّم‬
‫ﻢ ِﻓﻲ‬َ ‫ﻫﻴ‬ ِ ‫ل ِإْﺑَﺮا‬
ِ ‫ﻋَﻠﻰ آ‬َ ‫ﻢ َو‬َ ‫ﻫﻴ‬ ِ ‫ﻋَﻠﻰ ِإْﺑَﺮا‬
َ ‫ﺖ‬ َ ‫ﺤَّﻤٍﺪ َﻛَﻤﺎ َﺑﺎَرْﻛ‬
َ ‫ل ُﻣ‬ِ ‫ﻋَﻠﻰ آ‬ َ ‫ﻋَﻠﻰ ُﻣﺤﻤٍﺪ َو‬ َ ‫ك‬ْ ‫َوَﺑﺎِر‬
‫ﺠْﻴٌﺪ‬
ِ ‫ﺣِﻤﻴٌﺪ َﻣ‬ َ ‫ﻚ‬ َ ‫ﻦ ِإَّﻧ‬
َ ‫اﻟَﻌاَﻟِﻤﻴ‬
• takbir ketiga, setelah membaca shalawat lalu membaca takbir (Allahu
Akbar) lalu membaca do'a:

Untuk laki laki:

Allaahummaghfir lahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu 'anhu

untuk perempuan:

Allaahummaghfirlahaa warhamhaa wa'aafihaa wa'fu 'anhaa

lebih sempurna lagi ditambah dengan:

wa akrim nuzulahu wa wassi' madkhalahu wa aghsilhu bimaa-in wa tsaljin


wa baradin wa naqqihi minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul
abyadhu minad danas, wa abdilhu daaran khairan min daarihi, wa ahlan
khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, wa qihi fitnatal qabri wa
'adzaaban naar

jika mayitnya anak kecil ditambah dengan doa:

• takbir ke empat, sebelum salam disunnahkan membaca do'a:

Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinnaa ba'da - hu waghfir lanaa walahu wali
ikhwaaninal ladziina saba- quuna bil iimaani walaa taj'al fii quluubinaa ghillan lil- ladziina
aamanuu rabbanaa innaka ra'uu fur rahiimun

f. Salam.

g. doa setelah shalat jenazah.


F. MENGUBURKAN JENAZAH

1.Pemberangkatan Jenazah

Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti


penghinaan pada mayit. Adapun cara membawa yg sempurna adalah:

a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit


adalah orang baik. Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk
mayit yang jelas fasiq, maka tidak boleh disaksikan baik.

b. Mayit dibawa dengan memakai keranda,dan dibawa oleh beberapa orang


sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan yang
membawanya berjumlah ganjil.

c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di


depan (menghadap ke arah tujuan).

d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa.


Namun tidak dengan berlari.
e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.

f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh


bagi perempuan.

2.Bentuk lubang kubur

Bentuk lubang kubur ada 2 macam :

a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu,
menggali bagian sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk tempat
membaringkan mayit.

b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka berbentuk


liang cempuri. Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang kubur, dengan ukuran
bisa membaringkan mayit, dan di sisi kanan kirinya diberi batu bata.

3.Cara Meletakkan Jenazah kedalam Kubur

a. Keranda diletakkan diarah kaki lubang kubur.

b. Mayit dimasukan kedalam lubang kubur dengan perlahan-lahan.


Sedangkan yang menerima, bila mayit perempuan, maka mahram si mayit.
Bila laki-laki, maka yang paling dekat hubungannya dengan si mayit.

c. Ketika memasukkan mayit, sunnah membaca do’a:

Artinya : “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama Pagama


Rasulullah”.

d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib


dihadapkan ke arah kiblat.

e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayit
ditempelkan ke tanah.

f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (bisa dengan batu atau kayu),
untuk menjaga agar mayit tidak berubah terlentang atau telungkup.

g. Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan kayu
atau lainnya, agar tanah timbunan tidak langsung mengena mayit.

h. Mayit dibacakan adzan dan iqamah.

i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu jengkal
atau ± 25 cm.

j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air
hujan

k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.

l. Kuburan diberi batu nisan

m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan


bahasa Arab, dan sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh
para pengantar jenazah

n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah


tidak langsung pulang, tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-
Qur’an mendoakan mayit.

4. Etika orang yang mengantarkan jenazah

a) Tafakkur, meresapi arti sebuah kematian.

b) Berjalan di depan dan di dekat mayit.

c) Dimakruhkan ramai-ramai dan bersuara keras keras serta


membicarakan masalah dunia.
d) Sunnah dengan jalan kaki. Megantarkan jenazah ke pekuburan dengan
naik kendaraan hukumnya makruh

e) Mengantarkan jenazah sampai proses penguburan selesai secara


sempurna. Rasulullah SAW bersabda:

‫ﻞ َوَﻣﺎ‬
َ ‫ ِﻗﻴ‬. ‫ن‬ ِ ‫ﻃﺎ‬ َ ‫ن َﻟُﻪ ِﻗﻴَﺮا‬
َ ‫ﻦ َﻛﺎ‬َ ‫ﺣَّﺘﻰ ُﺗْﺪَﻓ‬
َ ‫ﺷِﻬَﺪ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ َوَﻣ‬، ‫ط‬
ٌ ‫ﻋَﻠْﻴَﻬﺎ َﻓَﻠُﻪ ِﻗﻴَﺮا‬
َ ‫ﻰ‬
َ ‫ﺼِّﻠ‬
َ ‫ﺣَّﺘﻰ ُﻳ‬
َ ‫ﺠَﻨﺎَزَة‬
َ ‫ﺷِﻬَﺪ اْﻟ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫َﻣ‬
ِ‫ﻈﻴَﻤْﻴﻦ‬ِ ‫ﻦ اْﻟَﻌ‬
ِ ‫ﺠَﺒَﻠْﻴ‬َ ‫ﻞ اْﻟ‬
ُ ‫ل ِﻣْﺜ‬َ ‫ن َﻗا‬ِ ‫ﻃﺎ‬
َ ‫اْﻟِﻘﻴَﺮا‬

Artinya : “Barang siapa yang ikut menyaksikan jenazah terus menyalatinya


maka ia mendapat pahala satu qirath. Jika sampai menyaksikan
penguburannya, maka mendapat pahala dua qirath. Nabi ditanyakan apa
maksud dua qirath? Nabi menjawab satu qirath seperti dua gunung yang
besar”. (HR. Imam Bukhari no.1325 dan Muslim no.945)

G. HIKMAH PENGURUSAN JENAZAH

Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapat


diambil beberapa hikmah, antara lain:

1. Memperoleh pahala yang besar.

2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.

3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan


belasungkawa atas musibah yang dideritanya.

4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan


mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah
mati.

5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,


sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus
dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia


sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati
kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal
penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang
muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini
dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:

1) Memandikan

2) Mengkafani

3) Menshalatkan

4) Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah,
antara lain:

 Memperoleh pahala yang besar.

 Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.

 Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia


akan mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk
hidup setelah mati.

 Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,


sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan
diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan
RasulNya.
B.SARAN

Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,


pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian
dan mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu,
pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya
dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Ahnan Maftuh. 2002. Risalah Shalat Lengkap. Surabaya : Bintang


Usaha Jaya Ghoni Asyukur Abd. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah.
Bandung: Sayyidah http://novia2.blogspot.co.id/2014/06/makalah-agama-
tata-cara-pengurusan.html. Diakses pada tanggal 24 Februari 2016 Karim
Abdul. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah. Jakarta:
Amzah Lathif Uwaidah Mahmud Abdul. 2008. Al-

Jami ‘u al

-Akhamash-shalat. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah Qasim M. Rizal. 2000.


Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai
Sabiq Sayyid. 1988. Fikih Sunnah 4. Bandung : PT Alma’arif

Zeld Husein. 1994. as Salatu “alal Mazahibil Arba’’ah. Bogor: PT


Pustaka Utera

Antar Nusa.

Anda mungkin juga menyukai