“Fiqh Ibadah”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Adelia Mutiara Yaswindra (22404082)
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat, taufiq serta
hidayah-nya pada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah Fiqh Ibadah yang
berjudul “Pemlasaraan Jenazah”.
Makalah “Pemlasaraan Jenazah” disusun guna memenuhi tugas mata kuliah, yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Fiqh Ibadah, pada Semester I prodi akuntansi
Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri. Kami
menyadari jika masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mohon agar pembaca berkenan untuk memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah .......................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2
A. Memandikan Jenazah ................................................................................................. 2
B. Mengkafani Jenazah ................................................................................................... 4
C. Menshalati Jenazah..................................................................................................... 6
D. Mengebumikan Jenazah .............................................................................................. 9
BAB III ............................................................................................................................... 11
PENUTUP .......................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menganjurkan ummatnya agar apabila seseorang telah meninggal dunia,
hendaklah seorang dari mahramnya yang paling dekat dan sama jenis kelaminnya
melakukan kewajiban yang mesti dilakukan terhadap jenazah.
Menyelenggarakan jenazah sejak dari menyiapkannya, memandikannya,
mengkafaninya, menshalatkannya, membawanya ke kubur sampai kepada
menguburkannya adalah perintah agama yang ditujukan kepada kaum muslimin
sebagai kelompok. Apabila perintah itu telah dikerjakan oleh sebahagian mereka
sebagaimana mestinya, maka kewajiban melaksanakan perintah itu berarti sudah
terbayar.
Kewajiban yang demikian dinamakan fardhu kifayah. Karena semua amal
ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari ilmu tentang peraturan-
peraturan di sekitar penyelengaraan jenazah itupun merupakan fardhu kifayah juga.
Akan berdosalah seluruh anggota sesuatu kelompok kaum muslimin apabila dalam
kelompok tersebut tidak terdapat orang yang berilmu cukup untuk melaksanakan fardhu
kifayah di sekitar penyelenggaraan jenazah itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memandikan jenazah?
2. Bagaimana cara mengkafani jenazah?
3. Bagaimana cara menshalati jenazah?
4. Bagaimana cara mengebumikan jenazah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui cara memandikan jenazah.
2. Untuk mengetahui cara mengkafani jenazah.
3. Untuk mengetahui cara menshalati jenazah.
4. Untuk mengetahui cara mengebumikan jenazah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memandikan Jenazah
Hukum memandikan jenazah adalah fardhu kifayah, artinya jika sudah ada satu
orang yang memandikan jenazah, maka tidak ada kewajiban lagi bagi yang lain untuk
melaksanakannya. Tapi, jika belum ada yang melakukannya, maka semua orang di
daerah tersebut berkewajiban melakukannya.
Namun pada saat memandikan jenazah tidak boleh sembarangan terdapat tata
cara dalam memandikan jenazah yang wajib dilakukan, yaitu: 1
1
Feby saraswati, Ketahuilah Tata Cara Memandikan Jenazah Yang Benar Sesuai Dengan Syariat Islam, (media
Indonesia.com: 16 oktober 2021)
2
b. Orang yang paling utama memandikan dan mengafani jenazah perempuan
adalah ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
c. Yang memandikan jenazah anak laki-laki boleh perempuan, sebaliknya untuk
jenazah anak perempuan boleh laki-laki yang memandikanya.
d. Jika seorang perempuan meninggal, sedangkan yang masih hidup semuanya
hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami. Atau sebaliknya, seorang laki-
laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan tidak
mempunyai istri, jenazah tersebut tidak dimandikan, tetapi cukup
ditayamumkan oleh seorang dari mereka dengan memakai sarung tangan. 2
2
ibid
3
ibid
3
f. Setelah membaca niat, miringkan jenazah ke kanan, basuh bagian lambung
kirinya sebelah belakang.
g. Setalah itu, siram dengan air bersih dari kepala hingga ujung kaki dan siram lagi
dengan air kapur barus.
h. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak
perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis tersebut.
i. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke
belakang. Setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang. keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk
sehingga tidak membasahi kain kafannya.
j. Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air kapur barus. 4
B. Mengkafani Jenazah
1. Hukum Mengkafani Jenazah
Hukum Mengkafani jenazah yaitu fardhu kifayah. Biaya yang diperlukan untuk
kafannya diambil dari harta kekayaan yang ditinggalkannya setelah utang dan
wasiatnya lebih dahulu dilunasi. Jika ternyata hartanya habis untuk melunasi hutang
dan wasiatnya, maka biaya pengkafanannya menjadi tanggung jawab ahli warisnya.
Seandainya tidak ada seorangpun ahli warisnya yang ada, biaya penyelenggaraanya
diambil dari dana Baitullmal, jika dana baitulmal tidak ada, maka menjadi
kewajiban semua umat Islam secara bergotong royong.5
4
Jevi Nugraha, cara memandikan jenazah islam, (merdeka.com : 19 Agustus 2022)
5
Wahbah Zuhayli, Al Fiqh al Islamy wa adilatuh,Jilid II, h. 472
4
3) Laki-laki dikafani dengan tiga lapis kain kafan, sedangkan perempuan
dengan lima lapis.
b. Tata cara mengkafani Jenazah adalah sebagai berikut:
Tata cara mengkafani jenazah Laki-laki dan perempuan itu berbeda berikut
penjelasaannya:
1) Jenazah Laki-laki:
a) Membentangkan tiga kain kafan yang telah ditaburi
dengan wangi-wangian, dan dibawahnya dibentangkan secara
menyilang lima tali pengikat, yaitu pada posisi kepala, dada,
punggung, lutut dan tumit.
b) jenazah secara perlahan diletakkan di atas kain-kain itu dengan
posisi jenazah terlentang, kepala sebelah utara dan kaki sebelah
selatan.
c) menyelimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas,
kemudian ujung lapisan kain sebelah kiri paling atas, dan selanjutnya
disusul dengan lapisan kain berikutnya secara berurutan.
d) apabila ketiga kain itu seluruhnya telah membalut jenazah, maka
berikutnya diikat menggunakan tali-tali yang sudah disiapkan
dibawahnya.6
2) Jenazah Perempuan:
Kain kafan sebaiknya disediakan lima lapis dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Lembaran pertama dibentangkan sebelah bawah (paling bawah)
sebagai pembungkus seluruh jasadnya.
b) Lembaran kedua dibentangkan sebelah kepala bawah sebagai
kerudung, penutup kepala.
c) Lembaran ketiga dibentangkan dari bahu kepinggang sebagai baju
kurung.
d) Lembaran ke empat dibentangkan dari pinggang sampai ke kaki
sebagai kain sarung.
6
A. Rahman Ritonga, Penyelenggaran Jenazah menurut Tuntunan
Rasulullah Saw. Bukit tinggi, h.132
5
e) Lembaran ke-lima dibentangkan pada bagian pinggul yang
berfungsi sebagai rok.
C. Menshalati Jenazah
1. Pengertian Menshalati Jenazah
Shalat Jenazah adalah jenis shalat yang dilakukan untuk Jenazah Muslim.
Setiap muslim yang meninggal baik laki-laki maupun perempuan wajib dishalati
oleh muslim yang masih hidup.
Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat
Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat
jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah
7
Rahman Ritongai, Op.Cit. h. 24-26
8
Sayid Sabiq, Fiqh Al- Sunnah, Jilid I, Beirut, Dar al-Fikri, jilid II, h. 437
6
melaksanakan pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia, maka
tidak ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan
pengurusan jenazah tersebut.9
9
Moh. Rifa’i, Fiqh, h.103.
10
Wahbah Zuhayli., jilid II, h. 483
11
Ibid., h. 484-485
7
3. Syarat-syarat shalat jenazah
Adapun syarat-syarat shalat jenazah adalah sebagai berikut:
a. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat,
suci dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta
menghadap kiblat.
b. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesai dimandikan dan
dikafani.
c. Letak mayit sebelah kiblat orang yang menyalatinya, kecuali kalau shalat
dilakukan di atas kubur atau shalat ghaib.
12
Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Cet. II; Semarang: Karya Toha Putra, 2014), h.73.
13
Atho Mudzhar, Pendidikan Agama Islam, (Cet. VII; Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam),
h.78.
8
untuk jenazah perempuan:
D. Mengebumikan Jenazah
Para ahli fiqh telah sepakat bahwa memakamkan atau menguburkan Jenazah
adalah fardu kifayah sebagaimana halnya memandikan, mengkafani dan mensalatkan.
Kewajiban menguburkan ini ditetapkan berdasarkan ayat Al-Qur’an.
Nabi Saw memerintahkan menguburkan janazah dengan sesegera mungkin.
Hikmah dari pensyariatan penguburan Jenazah itu adalah agar kemuliaan dan
kehormatannya sebagai manusia dapat terpelihara dan tidak menyerupai bangkai
hewan, karena Allah Swt telah menjadikan sebagai makhluk-Nya yang mulia Selain itu
agar manusia yang hidup tidak merasa terganggu oleh bau yang tidak baik yang timbul
dari jasadnya.
Akan tetapi yang lebih sempurna ialah dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan tanah
yang diperkirakan tidak akan tercium bau dari jenazah dan aman bagi jenazah dari
binatang buas.14
2. Lubang untuk menguburkan Jenazah sebaiknya berbentuk lahd (lahad), yaitu liang
yang bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat, dan setelah jenazah dibaringkan
disana, liang tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang di tegakkan,
kemudian di timbun dengan tanah. Akan tetapi jika tanah kuburan itu kurang keras,
dan dikhawatirkan dapat longsor boleh juga menguburkan jenazah dengan
membaringkannya ditengah tengah lubang kemudian menutupinya dengan papan,
ranting dan dedaunan seperti di atas.
14
Sofyan Mokhtar, Pendidikan Agama Islam Xl(Cet ll:Surakarta: Pustaka Firdaus Utama, 2013), h. 39
9
3. Ketika memasukkan Jenazah kedalam kubur, sebaiknya membaca Bismillah wa
‘ala millati Rasulillah atau Bismillah wa ‘alasunnati Rasulillah. Kemudian
meletakannya dengan tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan dan wajahnya
menghadap kiblat. Disamping itu, para ulama menganjurkan agar kepala si jenazah
di letakkan diatas bantal dari tanah liat atau batu, kemudian ikatan-ikatan kafannya
dilepaskan, dan bagian dari kafannya di pipinya dibuka sedikit agar pipinya itu
menempel dangan tanah.
4. Selesai penguburannya, yaitu ketika lubang telah ditimbuni kembali dengan tanah,
hendaknya mereka yang hadir mendo’akan bagi Jenazah tersebut dan memohon
ampunan baginya dari Allah SWT. Sebagian ulama terutama dari kalangan
madzhab Syafi’i, menganjurkan agar dibacakan Talqin.
Amalan Sunnah ketika Penguburan Jenazah:
a. Bagi jenazah perempuan disunnahkan memakai kain penutup pada saat
dimasukkan ke dalam kubur.
b. Menandai kubur dengan batu nisan atau kayu.
c. Menaruh batu kecil (kerikil) di atas kubur.
d. Menyiram kubur dengan air.
e. Mendoakan jenazah sesudah dikubur.
f. Men-talqin jenazah.
Menurut Imam Syafi’i dan Sebagian ulama, men-talqin jenazah adalah Sunnah bagi
jenazah yang sudah mukallaf dan bukan anak kecil.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada dua mayit yang tidak dimandikan: (1) orang yang mati dalam medan perang
(mati syahid), (2) janin yang belum mengeluarkan suara tangisan, ini menurut madzhab
Imam Syafi’i. Sedangkan menurut madzhab Imam Ahmad, yang tidak perlu
dimandikan adalah janin yang keguguran di bawah 4 bulan.
Tata Cara Mengkafani Jenazah. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai,
hingga 3 lapisan. Kain yang paling bawah harus lebih lebar dan luas, serta setiap lapisan
diberi kapur barus. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan
letakkan di atas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum sholat jenazah adalah fardhu kifayah.
Kedalaman lubang kubur harus setinggi orang yang berdiri di dalam dengan tangan
melambai ke atas. Sedangkan untuk lebarnya harus berukuran satu hasta lebih satu
jengkal, setara dengan 50 cm. Lubang kubur yang dalam mencegah bau tidak sedap
dari jenazah yang akan tercium saat proses pembusukan terjadi.
B. Saran
Sebagai penulis tentunya menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat kesalahan
dan sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan isi
materi dari tulisan ini dapat dikembangkan lebih dalam lagi dan dapat dikaji secara
intensif serta dijadikan sebagai bahan acuan dalam pembelajaran mata kuliah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
A.Rahma Ritonga, penyelengara jenazah menurut tuntunan Rasulullah Saw. Bukit tinggi
h.132.
Atho Mudzhar, Pendidikan Agama Islam, (Cet. VII; Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Agama Islam), h.78.
Feby saraswati, Ketahuilah Tata Cara Memandikan Jenazah Yang Benar Sesuai Dengan
Syariat Islam, (media Indonesia.com: 16 oktober 2021)
Jevi Nugraha, cara memandikan jenazah islam, (merdeka.com : 19 Agustus 2022)
Moh. Rifa’i, Fiqh, h.103.
Moh. Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Cet. II; Semarang: Karya Toha Putra, 2014),
h.73.
Rahman Ritongai, Op.Cit. h. 24-26
Sayid Sabiq, Fiqh Al- Sunnah, Jilid I, Beirut, Dar al-Fikri, jilid II, h. 437
Sofyan Mokhtar, Pendidikan Agama Islam Xl(Cet ll:Surakarta: Pustaka Firdaus Utama, 2013),
h. 39
Wahbah Zuhayli, Al Fiqh al Islamy wa adilatuh,Jilid II, h. 472
Wahbah Zuhayli., jilid II, h. 483
12