Anda di halaman 1dari 22

PENYELENGARAAN JENAZAH

OLEH

KELOMPOK 2:

1.Abyan Tsany(217714)

2.Daramaigus Santika(217768)

3.Fathiya Ikhsanul Naila(217793)

4.Mohamad Haryadi Agus(217849)

5.Vanisa Issafitri(217958)

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

KEJURUAN SMK-SMAK PADANG 2022/2023

1
DAFTAR ISI

Contents
BAB I........................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................3


1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................4
1.3 TUJUAN..........................................................................4
BAB II.......................................................................................5
2.1 PENGERTIAN...................................................................5
2.2 TAHAPAN PENYELANGGARAAN JENAZAH.......................6
VIDEO PENDEK TENTANG....................................................12
PENYELENGGARAAN JENAZAH............................................12
BAB III....................................................................................13
3.1 KESIMPULAN.................................................................13
3.2 SARAN...........................................................................13
3.3 DAFTAR PUSTAKA.........................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik
ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat
menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang
menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan
perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup. Dalam ketentuan hukum
Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah atas
orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu
memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah
meninggal tersebut. islam menganjurkan umatnya agar selalu ingat akan mati, Islam
juga
menganjurkan umatnya untuk mengunjungi orang yang sedang sakit,
menghibur dan mendo’akannya. Apabila seseorang telah meninggal dunia,
hendaklah keluarga dekatnya melakukan kewajiban yang mesti dilakukan
terhadap jenazah, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkannya.
Mengurus jenazah, yaitu sejak dari menyiapkannya, memandikannya,
mengkafaninya, menshalatkannya, membawanya ke kubur sampai kepada
menguburkannya adalah perintah agama yang ditujukan kepada kaum
muslimin sebagai kelompok masyarakat. Apabila perintah itu telah dikerjakan
oleh sebagian mereka sebagaimana mestinya, maka kewajiban melaksanakan
perintah itu berarti sudah terbayar. Kewajiban yang demikian sifatnya dalam
istilah agama dinamakan fardhu kifayah.
Karena semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka
mempelajari ilmu tentang peraturan-peraturan di sekitar penyelenggaraan
pengurusan jenazah itupun merupakan fardhu kifayah juga. Sehingga akan
berdosalah seluruh anggota suatu kelompok kaum muslimin apabila dalam
kelompok tersebut tidak terdapat orang yang berilmu cukup untuk
melaksanakan fardhu kifayah di sekitar penyelenggaraan pengurusan jenazah
itu

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyelenggaraan jenazah ?
2. Mengapa Penyelenggaraan jenazah itu wajib ?
3. Apa saja tata penyelenggaraan jenazah

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui maksud dari penyelengggaraan jenazah
2. Supaya memahami bahwa penyelengaraan jenazah itu wajib
3. Dapat mengetahui tata cara penyelenggaraan jenazah

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Penyelenggaraan jenazah adalah pengurusan jenazah seorang muslim atau muslimat
dengan cara memandikan, mengafani, menyolatkan, menguburkannya. Mengurus jenazah
hukumnya fardhu khifayah. Artinya, jika sebagian kaum muslim sudah melaksanakannya,
kaum muslimin yang lainnya tidak terkena kewajiban atau dosa. Akan tetapi, jika diantara
kaum muslimin yang tidak ada yang melaksanakannya, seluruh kaum muslimin yang
mengetahui kejadian itu mendapatkan dosa.

‫ُك ُّل َن ْف ٍس َذ اِئَقُة اْل َمْو ِتۗ َو ِإَّن َم ا ُتَو َّفْو َن ُأُج وَر ُك ْم َيْو َم اْلِقَي اَم ِةۖ َفَم ْن ُز ْح ِز َح َع ِن الَّن اِر َو ُأْد ِخَل اْل َج َّن َة َفَقْد َفاَز ۗ َو َم ا اْل َح َي اُة الُّد ْن َي ا‬
‫ِإاَّل َم َت اُع اْلُغ ُر وِر‬

Artinya: "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah
diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan.(Q.R Ali-imran 185)

secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup Penyelenggaraan
jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin, khususnya penduduk
setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah. Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah
itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo9akan dan meminta ampunkan atas dosanya. 2. Dilemaskan
tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan. 3. Mengatupkan rahangnya
atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya mulutnya tidak
menganga/terbuka. 4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah
utaradan badannya diselubungi dengan kain. 5. Menyebarluaskan berita kematiannya
kepada kerabat- kerabatnya dan handai tolannya. 6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan
segera jika ia punya hutang. 7. Segerakanlah fardu kifayahnya. Menurut syari9at Islam,
fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam, yaitu :

1. Memandikan jenazah

2. Mengkafani jenazah

3. Mensalatkan jenazah

4. Menguburkan jenazah

5
2.2 TAHAPAN PENYELANGGARAAN JENAZAH
1.MEMANDIKAN JENAZAH

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang syahid.
Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah.
Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

A.Syarat-syarat jenazah yang dimandikan

1) Islam
2) Didapati tubuhnya walaupun sebagian
3) Bukan karena mati syahid

B. Cara memandikan jenazah

1) Jenazah dibaringkan ditempat yang lebih tinggi, terhindar dari hujan, matahari, dan
tertutup (tidak terlihat kecuali oleh orang yang memandikan dan mahramnya
2) Jenazah ditutupi kain agar auratnya tertutup
3) Membersihkan kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah.
Mengeluarkan kotoran bagian dalam perut adalah dengan cara menekan bagian
bawah perut dan mengangkat sedikit bagian kepala serta badan yang mungkin ada
dalam perut dapat keluar
4) Menyiram air keseluruh badan secara merata dari kepala sampai kaki dengan
mendahulukan anggota badan sebelah kanan, lalu bagian sebelah kiri
5) Setelah semua bersih, mewudukan jenaza sebagaimana wudu akan shalat
6) Terakhir, disirami dengan larutan kapur barus dan harum haruman, sebagaiman
sabda rasullulah SAW:

6
C. Orang yang berhak memandikan jenazah

1) Keluarga yang mengetahui tata cara dan mampu memandikan jenazah


2) Berjenis kelamin sama, yaitu jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki dan jenazah
perempuan dimandikan oleh perempuan atau mahram jenazah
3) Orang islam yang berakal sehat dan baliq
4) Dapat menjaga kerahasiaan jenazah (amanah)

2.MENGAFANI JENAZAH

antara batas minimal dan batas sempurna. Kain kafan yang dipergunakan hendaknya
berwarna putih dan diberi wewangian, bila mengkafani lebih dari ketentuan batas, maka
hukumnya makruh, sebab dianggap berlebihan. Batas minimal mengafani jenazah, baik laki-
laki maupun perempuan, adalah selembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh jenazah,
sedangkan batas sempurna bagi jenazah laki-laki adalah 3 lapis kain kafan.

Sementara, untuk jenazah perempuan adalah 5 lapis: terdiri 2 lapis kain kafan, ditambah
kerudung, baju kurung dan kain.

1) Hal-hal yang Disunnahkan dalam Mengkafani Jenazah

a) Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi
seluruh tubuh jenazah.
b) Kain kafan hendaknya berwarna putih.
c) Jumlah kain kafan untuk jenazah laki-laki hendaknya 3 (tiga) lapis, sedangkan bagi
jenazah perempuan 5 (lima) lapis yang mana sesuai dengan sabda nabi yang Artinya:
Dari ‘Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw (saat wafat) dikafani jasadnya dengan 3
(tiga) helai kain yang sangat putih, terbuat dari katun dari negeri Yaman, dan tidak
dikenakan padanya baju dan serban (tutup kepala). (HR. Bukhari) Sebelum kain
kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan
hendaknya diberi wangiwangian terlebih dahulu. Tidak berlebih-lebihan dalam
mengkafani jenazah.

7
2) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengafani jenazah

a) Hukum dan syarat orang yang menfafani sama dengan ketentuan memandikan
jenazah
b) Kain kafan diperoleh dengan cara halal, yakni dari harta peninggalan jenazah, ahli
waris, diambil dari baitul mal (jika tersedia, atau dibebankan kepada orang islam
yang mampu
c) Kain kafan hendaknya bersih, berwarna putih, dan sederhana (tidak terlalu mahal
dan tidak terlalu murah)
d) Kain kafan minimal satu lapis untuk menutupi seluruh tubuh. Bagi jenazah laki-laki
sebaiknya dibungkus tiga lapis tanpa ditambahkan serban, sarung, kopiah, dan
sebagainanya, adapun untuk jenazah perempuan, sebaikanya lima lapis, termaksuk
baju bagian bawah dan jilbab

3.MENYOLATKAN JENAZAH

Proses ketiga setelah jenazah itu dikafani adalah menyalatkan. Adapun ketentuannya
sebagai berikut:

1) Pihak yang paling utama menyalatkan jenazah Urutan pihak yang paling utama untuk

melaksanakan shalat jenazah adalah: (a)orang yang diwasiatkan oleh si jenazah dengan
syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah; (b) ulama atau pemimpin terkemuka di tempat
tinggal jenazah; (c) orang tua si jenazah dan seterusnya ke atas; (d) anak-anak si jenazah dan
seterusnya ke bawah; (e) keluarga terdekat, dan (f) kaum muslim seluruhnya.

2) Syarat Shalat Jenazah

a) Syarat shalat jenazah seperti pelaksanaan shalat biasa, yakni: suci dari hadats besar
dan kecil, suci badan dan tempat dari najis, menutupi aurat dan menghadap kiblat
b) Jika jenazah laki-laki, posisi imam berdiri sejajar dengan kepalanya. Sebaliknya, jika
jenazah perempuan, posisi berdirinya sejajar dengan perutnya.
c) Jenazah diletakkan di arah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali shalat di atas
kubur atau shalat gaib.

8
3) Sunat Shalat Jenazah

a) Mengangkat tangan setiap kali takbir


b) Merendahkan suara bacaan (sirr), seperti bacaan pada Shalat Dzuhur atau Ashar
c) Membaca ta’awwudz terlebih dahulu.
d) Disunatkan banyak jama’ahnya (makmum), minimal 3 shaf (jika tempatnya
memungkinkan, tetapi jika tidak memungkinkan boleh lebih dari 3 shaf, bahkan jika
jamaahnya sedikit, tetap dibuat 3 shaf)

4) Rukun Shalat Jenazah

a) Berniat
b) Berdiri bagi yang mampu (kecuali bila ada udzurnya).
c) Melakukan 4 kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).
d) Setelah takbir pertama, membaca Q.S. Al-Fatihah.
e) Setelah takbir kedua, membaca shalawat Nabi Saw
f) Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah.
g) Salam setelah takbir keempat.

5) Tata Cara Shalat Jenazah

a) Berniat (di dalam hati) shalat jenazah. Boleh juga dilafalkan bagi
yang terbiasa melakukannya. Adapun contohnya sebagai berikut:
‫ُأَص ِّلي َع َلى هذا الـَمِّي ت َفْر ًض ا ماموما ِهلل َت َع اَلى‬

Artinya: Saya berniat shalat jenazah dengan 4 kali takbir karena


Allah.
b) Takbiratul Ihram (takbir pertama), setelah itu membaca Q.S. alFātihah
c) Lakukan takbir yang kedua, lanjutkan membaca shalawat atas Nabi
Muhammad Saw. (usahakan membaca shalawat yang lengkap seperti bacaan
shalat pada tahiyyat akhir).
d) Takbir lagi yang ketiga, lalu berdoa kepada jenazah, bacaannya adalah:

9
‫َب اَألْبَيَض ِمَن الَّد َن ِس َو َأْب ِد ْلَه ا َد اًر ا َخ ْيًر ا ِمْن َد اِر َها َو َأْه ًال َخ ْيًر ا ِمْن َأْه ِلَه ا َو َز ْو ًج ا َخ ْيًر ا ِمْن َز ْو ِجَه‬

‫َو َأْد ِخْلَه ا اْلَج َّن َة َو َأِع ْذ َها ِمْن َع َذ اِب اْلَقْب ِر َأْو ِمْن َع َذ اِب الَّن اِر‬
Artinya: “Ya Allah ampunilah ia, rahmatilah ia, selamatkanlah ia, maafkanlah
ia, muliakanlah ia, lapangkanlah tempatnya, dan jadikan surga sebagai
tempat kembalinya.”

e) Lanjutkan takbir yang keempat, yang diiringi dengan doa:

‫الَّلُهَّم َال َت ْح ِر ْم َن ا َأْج َر ُه َو َال َت ْف ِتَّن ا َبْع َد ُه َو اْغ ِفْر َلَن ا َو َلُه‬
Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan cobai kami

sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.”

f) Diakhiri dengan membaca salam.

4. MENGUBURKAN JENAZAH
1. Waktu
Menguburkan jenazah boleh kapan saja, namun ada 3 waktu yang sebaiknya
dihindari, yakni: - Matahari baru saja terbit, tunggu sampai meninggi. -
Matahari saat berada di tengah-tengah (saat panas terik yang menyengat/saat
waktu dzuhur tiba), sampai condong ke barat. - Saat matahari hampir
terbenam, hingga ia terbenam sempurna.
2. Urutan dan tahapannya
 Jenazah diangkat untuk diletakkan di dalam kubur. Lakukan
secara perlahan
 Jenazah dimasukkan ke dalam kubur, dimulai dari kepala terlebih
dahulu dan dilakukan lewat arah kaki. Jika tidak memungkinkan,
boleh menurunkannya dari arah kiblat.
 Di dalam liang lahat, jenazah diletakkan dalam posisi miring di
atas lambung kanan bagian bawah, dan menghadap kiblat.
 Pipi dan kaki jenazah supaya ditempelkan ke tanah dengan
membuka kain kafannya. Begitu pula tali-tali pengikat dilepas.
 Waktu menurunkan jenazah ke liang lahat, hendaknya membaca
doa sebagai berikut:
‫ الَّلُهَّم اْف َت ْح َأْبَو اَب الَّس َماِء ِلُر وِحِه‬، ‫ُس َّن ِة َر ُس وِل ِهللا‬/‫ِبْس ِم ِهللا َو َع َلى ِم َّلِة‬
‫َو َأْك ِر ْم ُنُز َلُه َو َو ِّس ْع َم ْد َخ َلُه َو َو ِّس ْع َلُه ِفي َقْب ِر ِه‬
Artinya: Dengan nama Allah dan atas agama rasul-Nya. Ya Allah,
bukalah pintu-pintu langit untuk roh jenazah, muliakanlah
tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, dan lapangkanlah alam
kuburnya
 Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahat, dan tali-
temali selain kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahat
tersebut ditutup dengan papan kayu/bambu dari atasnya

10
 Setelah itu, keluarga terdekat memulai menimbun kubur dengan
memasukkan 3 genggaman tanah, yang dilanjutkan penimbunan
sampai selesai.
 Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal, sebagai tanda
agar tidak dilanggar kehormatannya
 Kemudian ditaburi dengan bunga sebagai tanda sebuah makam
dan diperciki air yang harum dan wangi
 Setelah selesai penguburan diakhiri dengan doa yang isinya,
antara lain memohon: ampunan, rahmat, keselamatan, dan
keteguhan (dalam menjawab beberapa pertanyaan dari malaikat
Munkar dan Nakir).
 Rasulullah Saw. mengingatkan agar tidak membuat bangunan di
atas kuburan tersebut, seperti diberi semen, marmer atau batu
pualam yang harganya mahal.

5.TAKZIYAH
Takziyah berarti menghibur, yaitu mengunjungi dan menghibur keluarga yang
ditinggalkan sebelum jenazah dikuburkan atau dalam waktu tiga sesudahnya. Hukum
takziyah adalah sunnah dan tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Memberi bantuan moril dan material untuk mengurangi kesulitan bagi keluarga
jenazah
2. Menghibur dan menguatkan agar keluarga jenazah sabar dan tabah menerima
musibah
3. Mendoaakan yang meninggal agar diampuni segala dosanya
4. Sebagai pelajaran dan koreksi bahwa setiap yang bernyawa pasti mati

6.ZIARAH KUBUR
Ziarah kubur adalah mengunjungi kuburan kaum muslimin atau muslimat
dengan tujuan dapat melihat, membersihakan kuburan, dan mendoakan ahli kubur
Doa ziarah kubur sebagai berikut

‫الَّس الُم َع َلْي ُك ْم َأْه َل الِّد يار مَن اْلُم ْؤ ِمِنيَن والُم سلمين وإنا إن شاء هللا بكم الحقون َت ْس َأُل هللا َلَن ا َو َلُك ُم‬
‫اْلَع اِفية‬
Artinya: "Keselamatan semoga tetap tercurahkan kepada para penghuni kubur dari
golongan orang-orang mukmin dan orang-orang muslim, dan sesungguhnya Insya Allah
kami akan menyusul kalian. Kami memohon kepada Allah keselamatan untuk kamu dan
untuk kalian semua."

11
VIDEO PENDEK TENTANG
PENYELENGGARAAN JENAZAH

12
BAB III
PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah :
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat


diambil dari tata cara
pengurusan jenazah, antara
lain :
1. Memperoleh pahala yang
besar.
2. Menunjukkan rasa
solidaritas yang tinggi diantara
sesame muslim.

13
BAB III
PENUTUPAN

3. Membantu meringankan
beban kelurga jenazah dan
sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah
yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan
menyadarkan manusia bahwa
setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya
mempersiapkan bekal untuk
hidup setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa
manusia adalah makhluk yang
paling mulia, sehingga

14
BAB III
PENUTUPAN

apabila salah seorang


manusia meninggal dihormati
dan diurus dengan
sebaik-baiknya menurut aturan
Allah SWT dan RasulNya.
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain :
1. Memperoleh pahala yang besar.
2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya

menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

3.2 SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,
pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian
dan mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu,
pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik
ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang

15
BAB III
PENUTUPAN

Sepanjang uraian diatas dapat


diambil kesimpulan
bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi
Allah SWT dan untuk
menghormati kemuliannya itu
perlu
mendapat perhatian khusus
dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah
seorang muslim itu hukumnya
adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan
kepada seluruh mukallaf di
tempat itu, tetapi jika telah
16
BAB III
PENUTUPAN

dilakukan oleh sebagian orang


maka gugurlah kewajiban
seluruh mukalla
Sepanjang uraian diatas dapat
diambil kesimpulan
bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi
Allah SWT dan untuk
menghormati kemuliannya itu
perlu
mendapat perhatian khusus
dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah
seorang muslim itu hukumnya
adalah fardhu kifayah. Artinya,
17
BAB III
PENUTUPAN

kewajiban ini dibebankan


kepada seluruh mukallaf di
tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang
maka gugurlah kewajiban
seluruh mukalla

18
3.3 DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta: Amzah
bd. Ghoni Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah M. Rizal Qasim.
2000.
Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru
Algensindo Bandung. 1994 Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka
Media Perintis Bandung. 2011

19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai