Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGAMA

TENTANG TATA CARA


MEMANDIKAN
JENAZAH

DISUSUN OLEH :
1. ANISSATUL CHUSNA (05)
2. NURUL SETYO ASIH (39)
3. SOFIARRIDHA NUR AYUNI (45)
4. TINA CHUSNIYA PUTRI (46)

XI MIPA 4
SMA ANTARTIKA SIDOARJO
TAHUN AJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena hanya dengan
berkat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
alam gelap ke alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah ke alam yang penuh berkah ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Ulya Harris selaku guru Agama Islam . Dan saya
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya berupa
materiil maupun non materiil, karena tanpa bantuan pihak-pihak tersebut saya tidak mungkin
dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, saya pun mengucapkan terima kasih kepada para
penulis yang saya kutip tulisannya sebagai bahan rujukan.
Saya menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh dan semampu saya. Saya berharap
dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengalaman maupun pelajaran yang berarti bagi
siapa saja yang membacanya.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas Agama Islam Makalah ini saya buat satu jilid
yang berisi tentang “TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH”.
Dalam tiap subbab yang dibahas merupakan informasi yang sesuai dengan materi yang
sedang dibahas.
Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Sidoarjo,26 September 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .……………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian Jenazah………………………………..…………………………… 2
2.2.  Syarat yang dimandikan dan yang memandikan …….…………….……………….. 2
2.3 Alat-alat untuk memandikan jenazah …………………………………………………. 3
2.4 Tata cara / urutan memandikan jenazah ………………………………………………. 3

BAB III
PENUTUP
3.1.      Kesimpulan ………………………………………………….……………………… 4
3.2.      Saran ………………………………………………………………………………… 4

DAFTAR
PUSAKA ............................................................................
............ 5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang
tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan
ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah
meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah
meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara,
yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal
tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba
menguraikan dalam penjelasan berikut ini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian jenazah?
2. Apa syarat jenazah yang dimandikannya dan apa syarat orang yang memandikanya?
3. Apa saja alat yang dibutuhkan untuk memandikan jenazah?
4. Bagaimana tata cara / urutan memandikan jenazah?
BAB II
PEMBAHASAN

    2.1. Pengertian Jenazah

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat dan kata ‫جن‬
‫ذ‬   yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang
tertutup

2.2. Syarat yang di Mandikan dan yang Memandikan Jenazah

Syarat Jenazah yang dimandikan :

a. Jenazah itu orang muslim atau muslimat


b. Jenazah itu bukan karena mati syahid (mati dalam peperangan membela agama). Hadis
rasulullah SAW menyatakan artinya sebagai berikut: “Dari Jabir, sesungguhnya nabi
Muhammad SAW telah memerintahkan terhadap orang-orang yang gugur dalam perang
uhud supaya dikuburkan dengan darah mereka, tidak dimandikan dan tidak
dishalatkan.” (HR Bukhari)
c. Badan atau anggota badannya masih ada walaupun hanya sebagian yang
tinggal(apabila karena kecelakaan atau hilang)

Syarat Orang yang Memandikan Jenazah :

1. a. Muslim, berakal, balig.


b. Berniat memandikan jenazah.
c. Jujur dan saleh.
d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan mampu menutupi aib
si mayat.
2. Apabila Jenazah Laki-laki : Maka yang berhak memandikan adalah laki-laki dari
keluarga terdekatnya dengan urutan Anak ,ayah atau kakek,baru kemudian
saudara/keluarga  laki-laki lainya, jika dari pihak keluarga (laki-laki) tidak bisa, maka
bisa di wakilkan kepada  orang lain (laki-laki) yang bisa memandikan jenazah . Jika tidak
ada seorangpun dari laki-laki. maka yang diutamakan adalah Istrinya dan perempuan-
perempuan yang menjadi mahramnya (orang yang haram untuk di nikahi).
3. Apabila Jenazah Perempuan : Maka yang berhak memandikan adalah perempuan dari
keluarga terdekatnya dengan urutan anak,ibu atau nenek,baru kemudian kelurga/saudara
perempuan lainya, jika tidak ada maka boleh di wakilkan kepada orang lain (perempuan)
yang bisa memandikan, jika tidak ada maka di utamakan adalah suaminya dan laki-laki
dari mahramnya.
4. Apabila Jenazahnya seorang Istri sedangkan suaminya masih ada : maka suami adalah
yang paling berhak untuk memandikan jenazah Istrinya, jika tidak mampu/tidak ada, baru
di berikan kepada kerabat terdekatnya seperti yang di sebutkan dalam point 2.
5. Apabila jenazahnya seorang suami sedangkan istrinya masih ada : maka istri adalah
yang paling berhak memandikan, jika tidak ada/tidak mampu baru di berikan kepada
kerabatnya yang lain seperti yang disebutkan dalam point 1.
6. Apabila jenazah perempuan dan tidak memiliki suami kemudian di daerah tersebut
penduduknya laki-laki semua : maka jenazah tersebut tidak dimandikan melainkan
ditayamumkan (tangan yang memandikan dilapisi sarung tangan) 
7. Apabila jenazahnya anak kecil (dibawah usia 7 tahun)  : maka laki-laki ataupun
perempuan diperbolehkan memandikan jenazahnya dengan urutan diutamakan dari pihak
keluarga terlebih dahulu.

2.3. Alat – alat untuk Memandikan Jenazah


1. Tempat untuk memandikan / balai-balai
2. Air
3. Gayung
4. 3 ember ( Ember 1 : air bersih ; Ember 2 : air sabun ; Ember 3 : air kapur barus + bunga )
5. Sabun , shampoo, kapur barus, bunga
6. Sarung tangan
7. Kain penutup / sewek
8. Handuk
9. Gunting , potong kuku
10. Sisir
11. Kapas

2.4. Tata Cara / Urutan Memandikan

1. Melunakkan persendian jasad tersebut terlebih dahulu. apabila kuku jenazah panjang,
hendaklah memotongnya, begitu juga dengan bulu ketiaknya, adapun bulu kelamin, maka
jangan mendekatinya, karena merupakan aurat besar.

2. Kepala jenazah diangkat sampai setengah duduk dan mengurut perutnya dengan
perlahan hingga semua kotoran dalam perutnya keluar.

3. Orang yang memandikan jenazah hendaknya memakai sarung tangan maupun kain untuk
membersihkan qubul dan dhuburnya tanpa harus melihat maupun menyentuh auratnya
4. Mewudlukan jenazah yaitu bagian muka, tangan, dan kaki dengan air bersih.
Disiramkannya dari kanan dulu lalu kiri.

5. Membersihkan bibir jenazah, menggosok gigi dan kedua lubang hidungnya hingga
bersih.

6. Membasuh jenazah disunnahkan untuk mendahulukan anggota badan sebelah kanan.


Pertama membasuh tekuknya yang sebelah kanan, kemudian bahu dan tangan kanannya,
kemudian betis, paha dan telapak kaki sebelah kanannya.

7. Membalikkan tubuhnya dengan posisi miring ke sebelah kiri, kemudian membasuh


belahan punggungnya sebelah kanan. Setelah anggota tubuh sebelah kanan telah selesai,
kemudian dengan cara yang sama membasuh anggota badan yang sebelah kiri.

8. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menjulur ke
belakang, setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang

9. Jenazah diwudlukan lagi dengan air kapur barus.

10. Keringkan tubuh jenazah seteah dimandikan dengan handuk sehingga tidak membasahi
kain kafannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk
yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian
khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang
muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a.       Memandikan
b.      Mengkafani
c.       Menshalatkan
d.      Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a.       Memperoleh pahala yang besar.
b.      Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c.       Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
d.      Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-masing
supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e.       Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah
SWT dan RasulNya.

3.2 SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara memandikan jenazah ini, pemakalah berharap
kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk menyambut
kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah
menjadi seorang guru di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5070080328265217955#_ftn2
Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta: Amzah
Abd. Ghoni Asyukur. 1989.  Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah
M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan Fikih I.   Jakarta: Tiga Serangkai

Anda mungkin juga menyukai