Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TATA CARA MENGURUS JENAZAH

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama dan Budi pekerti
Guru pengajar : Oscar Prima Nugraha, S.Sos

Disusun oleh :
Syuqiya Hidayah Nur Alam

YAYASAN PENDIDIKAN RADITA YUDHA


SMK RADITA YUDHA
PAGADEN
TAHUN AJARAN 2022-2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Semesta Alam atas rahmat-
Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah “Tatacara Mengurus
Jenazah” ini.
Dalam kehidupan di dunia ini semua yang bernyawa pasti akan meninggal
tidak terkecuali manusia. kita sering menjumpai orang-orang di sekitar kita
meninggal dunia bahkan orang-orang yang kita sayangi meninggal dunia, entah
karena sakit ataupun karena hal lain, semuanya akan tiada pada waktunya.
Untuk hal ini kita selaku umat islam harus mengetahui kaifiyah-kaifiyah
dan tatacara megurus jenazah dalam segala aspeknya, maka dari itu makalah ini
dibuat untuk kita kaji, supaya kita dapat memahami dan mengetahui serta
mengamalkannya.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam
karya tulis yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan
tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna
meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Cipunagara,10 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian Jenazah....................................................................................2
2.2 Cara Memandikan Jenazah........................................................................4
2.3 Cara Mengkafani Jenazah.........................................................................7
2.4 Cara Mensholati Jenazah...........................................................................9
2.5 Cara Menguburkan Jenazah....................................................................11
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................................15
3.2 Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan di dunia ini semua yang bernyawa pasti akan meninggal
tidak terkecuali manusia. kita sering menjumpai orang-orang di sekitar kita
meninggal dunia bahkan orang-orang yang kita sayangi meninggal dunia,
entah karena sakit ataupun karena hal lain, semuanya akan tiada pada
waktunya.
Agama Islam mempunyai tata cara tersendiri dalam mengurus jenazah.
Hukum mengurus jenazah dalam Islam sendiri, masuk ke dalam fardhu
kifayah. Untuk lebih jelasnya pemakalah akan menjelaskan persoalan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian jenazah?


2. Bagaimana cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana cara mengkafani jenazah?
4. Bagaimana cara mensholati jenazah?
5. Bagaimana cara menguburkan jenazah?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian jenazah.


2. Untuk mengetahui dan memahami cara memandikan jenazah.
3. Untuk mengetahui dan memahami cara mengkafani jenazah.
4. Untuk mengetahui dan memahami cara mensholati jenazah.
5. Untuk mengetahui dan memahami cara menguburkan jenazah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum


muslimin, khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal
yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke
dagu supaya mulutnya tidak menganga/terbuka.
4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan
badannya diselubungi dengan kain.
5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan
handai tolannya.
6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang Segerakanlah
fardu kifayahnya.
Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada
empat macam, yaitu :
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

2.1 Pengertian Jenazah

Kata jenazah, bila ditinjau dari segi bahasa (etimologis), berasal dari bahasa
Arab dan menjadi turunan dari isim masdar (adjective) yang diambi dari fi’il madi
janaza-yajnizu-janazatan wa jinazatan. Bila huruf jim dari kata tersebut dibaca
fathah (janazatan), kata ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Namun bila
huruf jim-nya dibaca kasrah, maka kata ini memiliki arti orang yang mengantuk.
Demikian keterangan yang dijelaskan oleh sang penulis kitab Matali’ al-Anwar
(An-Nawawi t.th, 104).
Dalam kamus al-Munawwir, kata jenazah diartikan sebagai “seseorang yang
telah meninggal dunia dan diletakkan dalam usungan” (Munawwir 1997, 215).
Kata ini bersinonim dengan al-mayyit (Arab) atau mayat (Indonesia) (Departemen

2
Agama 1993, 516). Karenanya, Ibn al-Faris memaknai kematian (al-mawt)
sebagai peristiwa berpisahnya nyawa dari badan atau jasad (an-Nawawi t.th, 105).
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa jenazah adalah seseorang yang telah meninggal dunia
dengan berpisahnya antara ruh dengan badan dan telah terputus hubungannya
dengan dunia ini, tak ada yang dapat dibawa selain amal ibadahnya selama hidup
didunia.
Prosesi tajhiz mayit ada empat (4)
1. Memandikan
2. Mengafani
3. Mensholati
4. Menguburkan
Cara mengurus mayit berbeda-beda sesuai dengan statusnya.
Apabila mayit :
1. Muslim atau syahid Akhirat maka wajib dilaksanakan 4 hal tersebut di atas.
2. Kafir murtad atau kafir harbi (yang memusuhi), Maka : Haram Mensholati,
Boleh memandikan, mengafani dan menguburkan.
3. Kafir dzimmiy, musta’man dan mu’ahhad ( orang kafir yang tidak memusuhi),
Maka : Wajib mengafani dan menguburkan, Haram mensholati, Boleh
memandikan.
4. Sayhid dunia akhirat dan Syahid dunia, Maka: Wajib mengafani dan
menguburkan, Haram memandikan dan mensholati.
5. Siqthu ( Bayi / janin keguguran), Maka: Bila sudah mencapai usia 6 bulan,
maka wajib dilakukan 4 hal sebagaimana mayit dewasa, meskipun belum
tampak tanda-tanda kehidupan ketika dilahirkan seperti tidak bernafas, tidak
bergerak dan lain-lain.
Bila belum mencapai usia 6 bulan, maka di rinci sebagai berikut :

 Bila sudah Nampak tanda-tanda kehidupan seperti bernafas dan bergerak


walau sebentar, maka wajib dilakukan 4 hal sebagaimana mayit dewasa.
Bila belum Nampak tanda-tanda kehidupan maka dirinci sebagai berikut:

 Jika sudah jelas bentuknya, maka : Wajib memandikan, mengafani dan


menguburkan, Haram mensholati
 Jika belum jelas bentuknya, maka: Tidak ada kewajiban apapun, Boleh
memandikan, Sunnah mengafani dan menguburkan, Haram mensholati.

3
Apabila menemukan sebagian anggota badan manusia maka perincian hukum
berdasarkan wajib dan tidaknya tajhiz adalah sebagai berikut:
Apabila diyakini anggota tersebut adalah milik orang yang masih hidup,
maka;

 Tidak wajib dimandikan.


 Tidak wajib disholati.
 Sunnah dikuburkan dan membungkus dengan kain.

Apabila diyakini anggota badan tersebut adalah milik orang yang sudah mati,
maka wajib ditajhiz sebagaimana mayat utuh.

2.2 Cara Memandikan Jenazah

1. Perlengkapan
Air kembang (Air daun bidara/Air sabun), air kapur wangi (kapur barus),
air jernih, bangku(plang/dipan), beberapa potong kain/pipih, baju kurung
(gamis yang agak lebar, sudah usang dan jarang tenunannya).
2. Tempat Memandikan
Tempat yang beratap (tertutup) serta di beri wewangian dan sepi dari
selain orang yang memandikan, orang yang membantunya dan wali si mayit.
3. Orang yang Memandikan
1) Orang yang amanah (tidak suka memberitakan berita buruk si mayit,
tetapi sebaliknya/memberitakan kebaikannya).
2) Orang yang memandikan wajib satu jenis kelamin dengan mayit
kecuali mahram atau suami-istri.
Jika mayit laki-laki, maka yang lebih utama dalam memandikan adalah
orang yang `alim fiqih (dalam bidang memandikan, kemudian orang `alim
fiqih yang lebih tua, kerabat mayit dari waris `ashobah dengan urutan sebagai
berikut :
a) Ayah
b) Kakek dan seatasnya
c) Anak laki-laki
d) Cucu dan sebawahnya
e) Sudara laki-laki sekandung
f) Saudara laki-laki seayah
g) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
h) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah

4
i) Saudara ayah sekandung
j) Saudara ayah seayah
Jika mayit perempuan, maka yang lebih utama dalam memandikan adalah
wanita yang masih mahromnya dari waris `ashobah, kemudian kerabat
wanitanya, kemudian mahrom dari mertua.
Catatan :
Dalam memandikan mayit, di usahakan untuk tidak memandang tubuh mayit
apalagi auratnya, kecuali yang diperlukan.
4. Cara Memandikan
Memandikan dapat dilakukan dengan menyangga atau memangku mayit
atau dengan membaringkanya di atas bangku (dipan atau sejenisnya).
1) Batas minimal/mencukupi
Mengguyurkan air ke seluruh tubuh mayit (termasuk kemaluan dan lipatan-
lipatan badan) setelah menghilangkan najis dan kotoran-kotoranya terlebih
dahulu.
2) Cara yang lebih sempurna
a) Tubuh mayit dipakaikan gamis (sebagaimana perlengkapan di atas)
atau hanya ditutup dengan kain.
b) Mayit diletakkan di atas  tempat yang agak tinggi (di atas bangku,
dipan dan sejenisnya), dengan menghadap kiblat kemudian bagian
kepala agak ditinggikan supaya air basuhan mudah turun dan tidak
masuk kemulut mayit. Atau dengan cara dipangku oleh tiga atau empat
orang , sementara kaki kanan orang yang memangku bagian kepala
diganjal dengan semisal batu dan punggung mayit disandarkan pada
lutut kanan, sementara posisi kaki orang yang memangku bagian
tengah (sejajar dengan dubur mayit) direnggangkan agar kotoran mayit
bisa keluar.
c) Tangan kanan orang yang memandikan yang paling ujung atau yang
mebantunya diletakkan diantara kedua pundak mayit, sedangkan ibu
jari berada di tengkuk, guna menyangga kepala mayit. Sementara
tangan kiri mengusap sambil menekan perut mayit berulang-ulang agar
kotorannya bisa keluar, kemudian dibersihkan.
d) Kedua kemaluan mayit dibersihkan dengan menggunakan tangan kiri
(jari telunjuk) yang dibungkus kain (pipih) sebagaimana orang istinja’
(hal ini juga bisa dilakukan dengan posisi setelah mayit dibaringkan
terlentang).

5
Catatan : Kain yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi tetapi
dibuang dan tangan kiri (telunjuk) orang yang memandikan dibasuh atau
dibersihkan.
e) Menyiwakinya dengan telunjuk tangan kiri yang dibungkus kain basah
dan diupayakan agar gigi mayit tetap terkatup.
f) Membersihkan hidung mayit dengan jari kelingking tangan kiri yang
di bungkus kain basah lainnya.
g) Membersihkan kotoran yang berada di bawah kuku dan telinga dengan
memakai kayu yang lentur (semisal cotton bud).
h) Mewudlui mayit sebagaimana wudlunya orang yang masih hidup
(termasuk madlmadloh’, istinsyaq dan dan tatslits) lalu mayit diusap
dengan kain. Contoh niatnya adalah :
‫تعالى‬ ‫هلل‬ ‫سنة‬ ‫الميتة‬ ‫لهذه‬ \ ‫الميت‬ ‫لهذا‬ ‫الوضوء المسنون‬ ‫نويت‬ 

 Saat me-wudlu-i sebaiknya membaca do`a-do`a yang terlaku pada wudlu.


 Saat mewudlui, hendaknya kepala mayit tertunduk/miring agar air tidak
masuk ke dalam perut.
 Jika mayitnya perempuan, maka bagian-bagian Qubul (vagina) yang
tampak ketika duduk juga harus dibasuh.
 Jika mayitnya laki-laki yang belum khitan, maka bagian-bagian yang
berada di bawah qulfah (kunclup) juga harus dibasuh.
 Jika terdapat najis yang sulit dihilangkan, semisal najis di bawah kunclup,
Maka setelah dimandikan, mayat langsung dimakamkan
tanpa disholati terlebih dahulu. Namun ada yang berpendapat bahwa
bagian anggota tubuh mayat yang tidak terbasuh, bisa diganti dengan
Tayamum.
Adapun cara menayamuminya sama dengan tayamum pada umumnya di sertai
dengan niat :
 ‫نويت التيمم عما تحت قلفة هذا الميت هلل تعالى‬
Atau jika mayit tidak bisa dimandikan , semisal bila dimandikan dagingnya
rontok, maka cukup ditayammumi saja. Adapun niatnya sebagai berikut :
 ‫ عليها هلل تعالى‬/ ‫ هذه الميتة الستباحة الصالة عليه‬/ ‫نويت التيمم عن هذا الميت‬
a) Membasuh kepala, kemudian jenggot dengan air kembang atau sejenisnya.
b) Menyisir rambut dan jenggot yang lebat secara pelan-pelan dengan sisir
yang renggang, kemudian diluruskan kembali (bila ada yang rontok, maka
harus di kuburkan).

6
c) Mebasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kanan dengan air daun
bidara/air sabun, mulai dari leher sampai telapak kaki.
d) Membasuh sisi tubuh bagian depan, sebelah kiri sebagai mana sisi kanan.
e) Memiringkan tubuh mayit ke arah kiri, lalu membasuh sisi tubuh bagian
belakang sebelah kanan dengan daun bidara/air sabun, mulai tengkuk
hingga telapak kaki.
f) Memiringkan tubuh mayit kearah kanan lalu membasuh sisi tubuh bagian
belakang sebelah kiri sebagaimana membasuh bagian kanan (usahakan
agar kepala mayit jangan sampai terjungkal ).
g) Tubuh mayit dilentangkan kembali, kemudian disiram dengan air bersih
secara merata sebagaimana cara di atas mulai ujung rambut hingga ujung
kaki.
h) Menyiramkan air yang dicampur sedikit kapur wangi (kapur barus), juga
mulai ujung rambut hingga ujung kaki. Dan sunnah di beri niat. yaitu : 
‫تعالى‬ ‫هلل‬ ‫فرضا‬ ‫الميتة‬ ‫هذه‬ /‫الميت‬ ‫هذا‬ ‫عن‬ ‫الغسل‬ ‫أداء‬ ‫عن‬ ‫نويت‬
Catatan:
1) Semua cara-cara di atas baru dinamakan satu kali mandian, dan di
sunahkan mengulangi prosesnya secara ganjil (tiga/lima kali).
2) Setelah selesai prosesi memandikan, hendaknya persendian mayit di
lemaskan pelan-pelan dan diusap dengan kain kering/handuk.
3) Bagi orang yang memandikan atau yang membantunya disunahkan
memakai tutup wajah(cadar).
4) Bila setelah selesai memandikan ada kotoran yang keluar, maka cukup
dibersihkan saja, tidak perlu mengulangi prosesi memandikan.
5) Apabila mayit mati dalam keadaan ihrom (belim tahallul awal) maka tidak
boleh mencampur air dengan segala jenis wewangian.

2.3 Cara Mengkafani Jenazah

1. Perlengkapan

1) Meja atau sejenisnya, kapas, kapur wangi dan minyak wangi.


2) Untuk mayit laki-laki diperlukan tiga potong kain kafan/mori serta juga
bisa di tambah gamis (baju kurung) dan ‘imamah (surban).
3) Untuk mayit perempuan dan khuntsa (yang statusnya laki-laki atau
perempuannya belum jelas) diperlukan dua potong kain kafan/mori, gamis,
tapih dan kerudung.
4) Beberapa utas tali dari kain.

7
Kain kafan sebaiknya terbuat dari kapas yang berwarna putih dan pernah
dicuci(bukan yang baru).
2. Cara Mengkafani

1) Kafan yang paling baik serta paling lebar dibeber dahulu di atas tali
pengikat.
2) Setiap lapis kais kafan diperciki minyak wangi dan ditaburi kapur barus
yang telah ditumbuk.
3) Mayit diletakkan terlentang di atas lapisan kain kafan dengan bagian kafan
yang berada diatas kepala lebih dibuat lebih panjang daripada yang berada
di bawah kaki, kemudian tubuhnya diperciki minyak wangi dan ditaburi
kapur barus.
4) Kedua tangan mayit disedekapkan di antara dada dan pusar dengan posisi
tangan kanan menumpang tangan kiri.
5) Di antara kedua pantat mayit diberi kapas yang sudah diperciki minyak
wangi dan ditaburi kapur barus (kapas jangan sampai masuk pada lubang
anus).
6) Menutup semua lubang yang ada pada tubuh mayit baik yang asal maupun
yang baru serta ketujuh anggota sujud dengan menggunakan kapas yang
sudah diperciki minyak wangi dan ditaburi kapur barus.
7) Lapisan kafan yang paling atas yang sebelah kiri mayit diselimutkan ke
tubuh mayit sampai menutupi seluruh tubuhnya (terutama bagian kanan).
8) Lapisan kafan yang paling atas sebelah kanan mayit diselimutkan ke tubuh
mayit sampai menutupi seluruh tubuhnya (terutama bagian kiri), begitu
juga dengan kafan lapisan kedua dan ketiga.
9) Setelah selesai kemudian diikat di bagian bawah kaki, perut dan atas
kepala agar kafan tidak terlepas(udar jw.) saat jenazah diusung.
10) Keterangan di atas adalah cara mengkafani mayit laki-laki.
11) Adapun cara mengkafani mayit perempuan atau khuntsa, caranya ialah :

 Dipakaikan tapih yang diikat diantara pusar dan dada.


 Dipakaikan gamis.
 Dipakaikan kerudung yang bisa menutup kepala.
 Dikafani dengan dua lapis kafan (caranya seperti halnya mayit laki-laki).
 Diikat pada bagian bawah kaki, perut, atas kepala seperti pada mayit laki-
laki dan ditambah pada bagian dada/payudara (dengan kain yang agak
lebar).

8
1. Tata cara ini adalah tata cara yang lebih sempurna dalam mengkafani
mayit laki-laki dan perempuan serta khuntsa yang tidak sedang dalam
keadaan ihrom.
2. Adapun batas minimal mencukupi dalam mengafani mayit laki-laki,
perempuan serta khuntsa yaitu satu lembar kain yang bisa menutupi
seluruh badan mayit.
3. Adapun untuk mayit yang ihrom, caranya sama hanya saja tidak boleh
menggunakan wewangian dan tanpa ada ikatan simpul, serta bagi mayit
laki-laki tidak boleh menutup kepalanya, sedangkan mayit perempuan
atau khuntsa tidak boleh menutup wajahnya.

3. Cara Membuat Gamis


Kain kafan dilubangi pada bagian tengahnya (bisa dengan melipat kain ke 
arah bawah dan menyamping, lalu dipotong sudutnya) serta bagian depannya
(dada) di gunting sedikit.
Catatan :   

1) Untuk mayit laki-laki tidak boleh menggunakan sutera.


2) Haram menulis ayat-ayat Al Qur`an atau asma-asma Allah pada kafan
dengan memakai sesuatu yang dapat meninggalkan bekas.

2.4 Cara Mensholati Jenazah

Dalam mensholati mayit ada beberapa hal yang harus diperhatikan


diantaranya:
1. Syarat-syarat mensholati mayit.
Sama dengan syarat-syarat sholat lain, hanya saja ditambah beberapa syarat
yaitu :

1) Mayit yang hendak disholati telah disucikan (dimandikan) serta perkara


yang bersentuhan dengan si mayit juga harus suci.
2) Mayit berada didepan musholli (dalam sholat mayit hadir).
3) Dilakukan di suatu tempat yang tidak ada penghalang
antara musholi dengan mayit dan jika dilakukan di luar masjid, maka
jaraknya tidak melebihi 300 dzira` / ±150 m (dalam sholat mayit hadir)

2. Kesunahan sebelum melaksakan sholat mayit

1) Sholat mayit dilaksanakan dimasjid.

9
2) Shof / barisan jama’ah minimal dijadikan 3 (tiga) baris.
3) Posisi kepala mayit laki-laki berada di selatan, sementara posisi imam
atau munfarid lurus kepala mayit. Bila mayit perempuan, maka posisi
kepala mayit berada diutara, sedangkan posisi imam atau munfarid sejajar
dengan pantan mayit.

3. Tata cara sholat mayit/jenazah

1) Berdiri bagi yang mampu sebagaimana sholat-sholat yang lain.


2) Niat bersamaan takbiratul ihram, lafadznya ialah :

‫أصلى على هذا الميت (هذه الميتة) أربع تكبيرات فرض كفاية مستقبل القبلة مأموما (إماما) هلل تعالى‬
3) Mengangkat tangan hingga sejajar telinga saat takbiratul ihram dan takbir-
takbir yang lain.
4) Meletakkan tangan di antara pusar dan dada.
5) Membaca ta`awudz dan surat al Fatihah dengan pelan (sirri).
6) Jika ma`mum lebih dulu selesai dalam membaca fatihah, sebaiknya ia
berdo`a bagi mayit.
7) Takbir yang kedua.
َ ‫اللَّ ُه َّم‬ dan yang
َ ‫ص ِّل َعلَى‬
8) Membaca shalwat nabi SAW, minimalnya ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬
lebih utama ialah dengan sholawat ibrahim yaitu :

َ ‫اللَّ ُه َّم‬
َ ‫ص{ ِّل َعلَى‬
‫س{يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد وعلى آل س{يدنا محم{{د كم{ا ص{{ليت على س{يدنا إب{{راهيم وعلى آل س{يدنا‬
 ‫ كم{{ا ب{اركت على س{يدنا إب{راهيم وعلى آل‬ ‫وب{{ارك على س{يدنا محم{د وعلى آل س{يدنا محم{{د‬ ‫إبراهيم‬
‫سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد‬

9) Takbir yang ketiga.


10) Berdo`a khusus bagi si mayit, minimalnya ‫اللهم اغفرله‬ dan yang lebih
utama:

،‫ واغسله بالماء والثلج والبرد‬،‫ وأكرم نزوله ووسع مدخله‬،‫ وعافه واعف عنه‬،‫اللهم اغفرله وارحمه‬
‫ وأهال خ{{يرا من‬،‫ وأبدل{{ه دارا خ{{يرا من داره‬،‫ونق{{ه من الخطاي{{ا كم{{ا ينقى الث{{وب األبيض من ال{{دنس‬
‫ اللهم إغف{{ر لحيّن{{ا‬.‫ ومن ع{{ذاب الن{{ار‬،‫ وأع{{ذه من ع{{ذاب الق{{بر وفتنت{{ه‬،‫ وزوجا خيرا من زوج{{ه‬،‫أهله‬
‫على اإلس{{الم‬  ‫ أللهم من أحييت{{ه منّ{{ا فأحي{{ه‬.‫وميّتنا وشاهدنا وغائبنا وصغيرنا وكبيرنا وذكرن{{ا وأنثان{{ا‬
‫ وال تضلّنا بعده‬, ‫ الله ّم ال تحرمنا أجره‬.‫ومن توفّيته منّا فتوفّه على اإليمان‬
Jika mayitnya belum baligh, maka sebaiknya doanya ditambah :
‫اللهم اجعله فرط ألبويه وسلفا وذخرا وعظة واعتبارا وشفيعا وثقّل به موازينهما وأف{{رغ الص{{بر على‬
‫وال تفتنهما بعده واغفر لنا ولهما ولجميع المؤمنين‬ ‫ وال تفتنهما بعده و التحرم هما أجره‬،‫…قلوبهما‬.

11) Takbir kempat.

10
12) Membaca do`a :‫وله‬ ‫لنا‬ ‫واغفر‬ ‫وغيره‬ ‫بعده‬ ‫تفتنّا‬ ‫وال‬ ‫أجره‬ ‫التحرمنا‬ ‫اللهم‬
13) Salam, caranya sama dengan salam pada sholat lain hanya saja ditambah
lafadz‫وبركاته‬   menjadi ‫سالم‬
ّ ‫ال‬ ‫ورحمة هللا وبركا ته‬ ‫عليكم‬

Catatan :

1. Tidak disunahkan mengeraskan do`a dalam shalat mayit/jenazah.


2. Hendaknya imam mengeraskan suaranya saat takbir dan salam.
3. Jika mayitnya perempuan tunggal, maka dlomir dalam lafadz ‫له‬ diganti
lafadz ‫لها‬   jika dua orang memakai lafadz ‫لهما‬  jika laki-laki banyak
memakai lafadz  ‫لهم‬ jika perempuan jama` memakai lafadz . ّ‫لهن‬

2.5 Cara Menguburkan Jenazah

1. Perlengkapan
Alat penggali kubur seperti cangkul, skop dan sejenisnya, keranda mayit,
nisan, papan penutup, dan bantalan dari tanah sebesar batu bata.
2. Liang kubur  :

1) Batas Minimal yaitu : Liang yang bisa mencegah menyebarnya bau mayit,
dan bisa menjaga dari binatang buas.
2) Cara yang lebih sempurna : liang yang ukurannya sepanjang tubuh mayit
di tambah dua jengkal dan lebarnya sekira orang yang memakamkan bisa
leluasa (±100 cm), serta dalamnya tidak kurang dari ±4,5 dzira` (±200
cm).

Dalam penguburan mayit dikenal 2(dua) jenis liang kubur :


a. Liang Cempuri
Yaitu liang kuburan yang digali bagian tengahnya (seperti menggali parit)
untuk meletakkan mayit yang ukurannya sekira papan penutup tidak tersentuh
tubuh mayit ketika melepuh. Hal ini diperuntukkan bagi tanah yang lunak
(gembur).
b. Liang Lahat, (Luang landak ; jw)
Yaitu liang kuburan yang sisi sebelah baratnya (arah kiblat) digali sekira
cukup untuk meletakkan mayit.
3. Prosesi Pemberangkatan Jenazah

1) Janazah diusung menggunakan keranda (bandoso ; jw).

11
2) Ketika akan meletakkan janazah ke dalam keranda, hendaknya
mebaca basmalah.
3) Sebelum diberangkatkan, jenazah dimintakan persaksian kepada khalayak
umum tentang kebaikannya (dengan catatan tanpa adanya dusta dan cerita
atau ucapan yang dibuat-buat)
4) Dido`akan ampunan, rahmat serta ketetapan iman, dan dimintakan
kebebasan hak adamiy, seperti ghibah (ngrasani-jw.) , hutang dan lain-lain
serta pemberitahuann tentang pengalihan hutang-piutang kepada ahli
warits.
5) Yang lebih utama janazah diusung oleh lima orang atau lebih sesuai
kebutuhan dengan menggunakan.
6) Posisi kepala mayit berada di depan.
7) Hendaknya mengusungnya dengan cara sekira tidak merendahkan
martabat mayit, serta jalan kaki dan hendaknya yang mengusung adalah
orang laki-laki.
8) Disunahkan bagi pengiring jenazah untuk jalan kaki dan berada didepan
serta dekat keranda dan baru pulang saat mayit telah selesai dikuburkan.
9) Berjalan dengan cepat, dan tidak bersuara riuh (berteriak-riak).
10) Berdzikir lirih untuk menghindari ghibah.
11) Hindari membawa api atau sejenisnya kecuali untuk penerangan.
12) Bagi orang yang melihat jenazah yang di usung/diberangkatkan
disunahkan memuji kebesaran Allah SWT. dan berdo`a seperti:

‫ ه{{ذا م{{ا وع{{دنا هللا‬ ‫ هللا ورسوله‬ ‫سبحان الحي الذى ال يموت أو سبحان الملك القدّوس هللا أكبر صدق‬
‫ورسوله الله ّم زدنا ايمانا و تسليما‬

1. Kesunnahan mengiring jenazah hanya berlaku untuk laki-laki, sedangkan


bagi perempuan hukumnya 

4. Prosesi pemakaman

1) Setelah sampai di pemakaman, keranda diletakkan di pinggir makam


bagian selatan dengan posisi membujur ke utara.
2) Jenazah dikeluarkan dari keranda diawali dari bagian kepala sambil
membaca do`a :

ّ ‫بسم هللا وعلى ملة رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم اللهم افتح ابواب السماء لروحه وأكرم نزله وو‬
‫سع‬
‫سع له فى قبره‬
ّ ‫مدخله وو‬

3) Kemudian diterima orang yang berada di dalam makam dengan membaca


do`a :

12
‫ اللهم اسلمه إليه االش{حاء من ول{ده وأهل{ه‬،‫بسم هللا وعلي ملة (سنة) رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
،‫وقرابته واخوانه وفارقه من كان يحب قربه وخرج من سعة ال{{دنيا والحي{{اة إلى ظلم{{ة الق{{بر وض{يقه‬
‫ونزل بك وأنت خير منزول به ان عاقبته فبذنب وان عفوت فأهل العفو انت غني عن عذابه وهو فقير‬
‫اللهم تقبّل حسنته واغف{{ر س{{يئته وأع{{ده من ع{{ذاب الق{{بر واجم{{ع ل{{ه برحمت{{ك األمن من‬ ،‫إلي رحتمك‬
‫ اللهم واخلفه فى تركته فى الغابرين وارفع{{ه فى علّيّين وع{{د علي{{ه‬،‫ دون الجنة‬ ‫عذابك واكفه ك ّل هول‬
‫بفضل رحمتك يا أرحم الراحمين‬..

4) Jenazah di letakkan miring pada sisi tubuh bagian kanan dengan


menghadap arah kiblat
5) Wajah dan kedua kakinya di sandarkan pada dinding makam sehingga
seperti posisi orang yang hampir ruku`
6) Punggungnya di ganjal dengan bantalan dari tanah agar tidak terlentang
7) Semua Ikatan tali bagian luar dilepas terutama bagian kepala mayit agar
kafan dapat di singkap, kemudian kepalanya di bantali dengan tanah agar
jenazah tidak terjungkal, dan pipinya ditempelkan pada tanah
8) Liang lahat di tutup dengan papan atau sejenisnya
9) Makam ditimbun atau diurug dengan tanah hingga kira-kira setinggi satu
jengkal merata lalu dipasang nisan.
10) Diperbolehkan juga menggunduk, tetapi meratakan tanah lebih baik dari
pada menggunduknya.
11) Nisan sebaiknya dari kayu (jangan dari bahan yang permanen).
12) Bagi pengiring agar menburkan tanah ke makam tiga kali dengan berdo`a :
13) Untuk taburan pertama :                     ‫ اللهم لقّنه عند المسألة حجته‬،‫منها خلقناكم‬
14) Untuk taburan kedua :                   ‫ اللهم افتح ابواب السما ء لروحه‬،‫وفيها نعيدكم‬
15) Untuk taburan ketiga :     ‫ اللهم جافّ األرض عن جنبيه‬،‫ومنها نخرجكم تارة أخرى‬

16) Kemudian mentalqin mayit, mendo`akan dan memintakan ampun atas


dosa-dosanya.

Contoh lafadz talqin :


‫وأنّ مح ّم{دا‬  ‫يا عبد هللا ابن أ ّم{ة هللا أذك{ر م{ا خ{رجت علي{ه من دار ال{دنيا ش{هادة ان الإل{ه إال هللا‬
‫ وأنّ هللا يبعث من فى‬،‫ وأنّ الس{{اعة أتي{ة ال ريب فيه{{ا‬،ّ‫ وأنّ النار حق‬،ّ‫ وأنّ الجنّة حق‬،‫رسول هللا‬
‫ وب{{القرآن‬،‫ وبمح ّم{{د ص{لّى هللا علي{{ه وس{لّم نبيّ{{ا‬،‫ وباإلس{{الم دين{{ا‬،‫ رضيت باهلل ربّ{{ا‬ ‫ وأنّك‬،‫القبور‬
‫ وبالمؤمنين إخوانا‬،‫ وبالكعبة قبلة‬،‫إماما‬
Catatan :

1. Dalam mentalqin bisa langsung menggunakan nama shorih (nama mayit


dan nama ibunya) bila di ketahui.
2. Utamanya bagi Mulaqqin (orang yang mentalqin) adalah duduk di sisi
kepala mayit, sedangkan jama`ah (hadirin) berdiri.

13
3. Sunnah mengulangi talqin sampai tiga kali.
4. Haram mencabuti rerumputan yang masih basah di atas kuburan, kecuali
rumput tersebut telah kering.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jenazah adalah seseorang yang telah meninggal dunia dengan berpisahnya


antara ruh dengan badan dan telah terputus hubungannya dengan dunia ini, tak
ada yang dapat dibawa selain amal ibadahnya selama hidup didunia.
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum
muslimin, khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah
ada empat macam, yaitu :
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Menshalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

3.2 Saran

Dalam hal ini kita harus mengerti dan paham semua kriteria yang telah di
paparkan serta harus memperbaiki niat kita. Adapun kedepannya kita perlu
meningkatkan kualitas keilmuan kita khususnya dalam tata cara mengurus
jenazah ini.
Ada beberapa hal yang harus kita benahi dalam persoalan ini diantaranya:
1) Memandikan jenazah harus dengan tatacara dan adab seperti apa yang
telah di jabarkan di atas, tidak asal-asalan.
2) Membaca doa-doa yang telah tertulis di atas saat menyolatkan jenazah.
3) Mendoakan jenazah.
4) Mengikuti kesunahan dalam mengurus jenazah.
5) Mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari dan mempraktekkannya
khususnya pada tata cara mengurus jenazah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kitab matan Ghoyah wa Taqrib fashl 38-39 Al-Qadhi Abu Syuja’


Kitab fathul qorib al mujiib hal.21 karangan Ahmad bin Husain bi abi Syuja’
https://krowe.magetan.go.id/portal/berita?id=2028
https://alazharmemorialgarden.com/pengertian-menguburkan-jenazah-dalam-
islam/
https://islam.nu.or.id/jenazah

16

Anda mungkin juga menyukai