Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH AGAMA ISLAM

KONSEP PENYELENGGARAAN JENAZAH

DISUSUN OLEH:

Kelompok Putera XI MIA 6


Afzico Muhammad Chandra
Andrey Lahnan
Fariz Indra Alhakim
Hafidz Ahmed Jamil
Irwan Lazuardi Saldeni
M.Alfian Agustian
M.Farhan Maulana
M.Rizky Zidane
Yuspril Hagie
Tito Mahmudi
Zein Rinaldi

SMA NEGERI 8 PEKANBARU


T.P. 2016/2017

1|Tata Penyelengaraan Jenazah


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada kehadirat tuhan
YME,karena berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga dapat
menyusun makalah ini.Dalam makalah ini,saya membahas mengenai
Konsep Penyelenggaraan Jenazah.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan berbagai


bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.Oleh karena
itu,kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banya kekurangan yang mendasar


pada makalah ini.Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk
memberikan saran dan kritk yang dapat membangun saya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat meberikan manfaat bagi kita
semua.

Pekanbaru,20 Januari 2017

Penulis

2|Tata Penyelengaraan Jenazah


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................2

Daftar Isi ...............................................................................................3

BAB I Pendahuluan ............................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 4


1.2. Hikmah Penyelenggaraan Jenazah ............................................. 4
1.3. Rumusan masalah ...................................................................... 5

BAB II Pembahasan ...............................................................................6

2.1. Tata Cara Memandikan Jenazah ................................................. 6


2.2. Tata Cara Mengkafani Jenazah. 10
2.3. Tata Cara Menyolatkan Jenazah .................................................. 13
2.4 Tata Cara Menguburkan Jenazah .................................................18
BAB III Penutup .....................................................................................25
3.1 Kesimpulan ..................................................................................25
3.2 Saran ...........................................................................................25
Daftar Pustaka ......................................................................................26

3|Tata Penyelengaraan Jenazah


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Islam mengajurkan kepada ummatnya agar selalu ingat mati. Islam juga mengjurkan
kepada ummatnya untuk mengjungi orang yang sedang sakit menghibur dan mendoakannya.
Apabila seseorang telah meninggal dunia, hendaklah seseorang dari mahramnya yang paling
dekat dan sama jenis kelaminnya melakukan kewajiban yang mesti dilakukan terhadap jenazah
, yaitu memandikan mengkafani,menembahyangkan, dan menguburkannya.

Menyelenggarakan jenazah adalah suatu perntah agama yang ditunjjukan kepada ummat
muslim, Apabilah perintah itu telah dilaksanakan dengan baik dan benar oleh sebhagian
mereka. Maka kewjiban melksanakan perintah itu sudah terbayar. Kewjiban yang demikian
sifatnya dalam istilah agama dinamakan fardhu kifayah.Karena semua amal ibadah harus
dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari ilmu tentang peraturan-peraturan di sekitar
penyelengaraan jenazah itupun merupakan fardhu kifayah juga.Akan berdosalah seluruh
anggota sesuatu kelompok kaum muslimin apabila dalam kelompok tersebut tidak terdapat
orang yang berilmu cukup untuk melaksanakan fardhu kifayah di sekitar penyelenggaraan
jenazah itu.

Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah selanjutnya akan dipaparkan secara
terperinci insya Allah tentang penyelenggaraan jenazah. Di dalam makalah ini akan dijelaskan
hal-hal yang dikerjakan dalam penyelenggaraan jenazah dan juga doa-doa yang diucapkan dari
pemandian hingga pemakaman.

1.2. Hikmah Penyelenggaraan Jenazah


a. Mendapatkan pahala yang besar.
Mengurus jenazah orang yang meninggal telah disyariatkan dalam hukum islam sehingga jika
kita melakukannya akan mendapatkan ganjaran pahalaa yang besar dari Allah swt.

b. Menjaga kehormatan umat islam.

4|Tata Penyelengaraan Jenazah


Seorang muslim yang telah meninggal dunia pun, wajib dijaga kehormatanya. Hal ini ditunjukan
dengan adanya ketentuan bahwa yang berhak untuk memandikan jenazah itu adalah anggota
keluarga, muhrim atau yang berjenis kelamin sama dengan jenazah. Sebagai bukti bahwa
manusia adalah makhluk paling mulia shingga apabila salah seorang manusia meninggal
dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah Swt. dan Rosul-Nya.

c. Menjaga aib jenazah.


Ketentuan memandikan oleh kerabat atau sesama jenis kelamin adalah untuk menjaga aib
jenazah itu sendiri karena hanya kaum kerabatlah yang dapat dipercaya untuk menjaga nama
baik dari si jenazah.

d. Senantiasa mengingat kematian.


Umat manusia pasti akan menemui kematian. Dengan pengurusan jenazah ini umat islam dapat
merefleksikannya untuk mengingat kematian dan memperbanyak perbuatan baik.

e. Meningkatkan kepedulian sosial kepada sesama muslim.


Umat islam adalah satu, maka apabila sesama umat islam mengalami musibah hendaknya turut
bersimpati. Pengurusan jenazah dapat meningkatkan kepekaan sosial dan kepedulian kita
kepada sesama umat islam, dengan penyelenggaraan janazah membantu meringankan beban
keluarga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya.

f. Mengingatkan manusia bahwa manusia diciptakan dari tanah.


Manusia dilarang sombong dan merasa dirinya hebar dan kuat karena pada akhirnya manusia
akan dikembalikan ke asalnya yaitu tanah.

1.3. Rumusan Masalah


1.Bagaimana tata cara memandikan jenazah?
2.Bagaimana tata cara mengakafani jenazah?
3.Bagaimana tata cara menyolatkan jenazah?
4.Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?

5|Tata Penyelengaraan Jenazah


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Memandikan Jenazah


Syarat Wajib Memandikan Jenazah

1. Jenazah tersebut adalah orang Islam. Apapun alirannya, mazhab, suku, ras maupun
profesinya.
2. Didapati tubuhnya walau sedikit.
3. Bukan mati syahid (Mati dalam peperangan membela Agama Islam yang seperti pernah
terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW).

Yang berhak Memandikan Jenazah

1. Jika jenazah tersebut laki-laki, yang memandikannya hendaklah laki-laki pula.


Perempuan tidak dibolehkan untuk memandikan jenazah laki-laki kecuali istri dan
mahramnya.
2. Jika jenazah tersebut perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan pula. Laki-
laki tidak dibolehkan untuk memandikan jenazah perempuan kecuali suami atau
mahramnya.
3. Jika jenazah tersebut seorang Istri, sementara suami dan mahramnya ada semua, maka
suami lebih berhak untuk memandikan istrinya.
4. Jika jenazah tersebut seorang Suami, sementara istri dan mahramnya ada semua, maka
istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.
5. Jika jenazah anak laki-laki masih kecil, perempuan juga boleh untuk memandikannya.
Sama halnya dengan jenazah anak perempuan masih kecil, laki-laki boleh
memandikannya.

Cara Memandikan Jenazah

1. Dilakukan di tempat yang tertutup sehingga yang melihat hanya orang-orang yang
memandikan dan yang mengurusnya saja.
2. Mayat diletakkan di tempat yang lebih tinggi seperti dipan.
3. Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terbuka.
4. Mayat didudukkan/disandarkan pada sesuatu, lalu disapu perutnya dengan ditekan
secara pelan-pelan agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan dengan tangan

6|Tata Penyelengaraan Jenazah


kirinya, dianjurkan untuk mengenakan sarung tangan. Di dalam hal ini, diperbolehkan
menggunakan wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran dari si mayat.
5. Setelah itu, hendak untuk mengganti sarung tangan untuk membersihkan mulut dan gigi
mayat.
6. Membersihkan semua kotoran dan nais.
7. Mewudhukan, lalu setelah itu membasuh seluruh badannya.
8. Disunahkan untuk membasuh 3 hingga 5 kali.

Alat-alat yang digunakan

1. Air.
2. Kapas.
3. Shampo.
4. Kapur barus.
5. Daun bidara.
6. Minyak wangi.
7. Pengusir bau busuk.
8. Sebuah spon penggosok.
9. Penutup aurat jenazah.
10. Dua sarung tangan (Untuk petugas yang memandikan).
11. Alat penggerus (Sebagai penghalus kapur barus dan spon-spon plastik).
12. Masker (Penutup hidung bagi petugas).
13. Gunting (Sebagai pemotong pakaian jenazah)

Jumlah Memandikan Jenazah

Dalam memandikan jenazah diwajibkan satu kali, akan tetapi jika sebanyak tiga kali
dihukumi sebagai sunnah atau lebih baik (Afdhal). Jumlah dalam memandikan jenazah
tergantung pada kotoran yang terdapat pada jenazah.
Apabila satu atau tiga kali kotoran tersebut belum dikatakan suci atau bersih, maka
dapat dimandikan sebanyak tujuh kali mandi.
Disarankan air yang digunakan untuk memandikan yang terakhir kalinya dicampur
dengan kapur barus. Dalam hal ini agar airnya menjadi sejuk dan menimbulkan bau
harum pada jenazah.
Dianjurkan juga untuk menggunakan air yang sejuk, kecuali jika dibutuhkan air panas
untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada jenazah. Diperbolehkan juga
menggunakan sabun dalam menghilangkan kotoran pada jenazah.
Akan tetapi dilarang untuk mengerik atau menggosoknya. Diperbolehkan juga untuk
menyiwaki gigi jenazah dan menyisir rambutnya.
Setelah semua proses pemandian sudah dilaksanakan, kemudian petugas menghanduki
jenazah dengan kain atau semisalnya. Jika menemukan kukunya panjang, hendaklah
dipotong.

7|Tata Penyelengaraan Jenazah


Jika jenazah tersebut perempuan, maka rambut kepalanya dipintal atau dipilah menjadi
tiga pilahan, kemudiann diletakkan di sebelah belakang punggungnya.

Tata Cara Memandikan Jenazah

Menutup Aurat Jenazah

Disarankan ketika jenazah dimandikan, auratnya tertutup dan melepas pakaiannya serta
menutupinya dengan kain agar tidak terlihat oleh orang banyak, karena untuk menjaga
bagian dari jenazah yang tidak patut untuk dilihat.
Diusahakan agar tempat pemandian agak miring ke arah kakinya, tujuannya agar air dan
semua yang keluar dari jasadnya bisa mengalir dengan mudah.
Memandikan Jenazah

Pertama kali yang harus dilakukan oleh petugas yaitu melunakkan persendian jasad
tersebut terlebih dahulu. apabila kuku jenazah panjang, hendaklah memotongnya,
begitu juga dengan bulu ketiaknya, adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya,
karena merupakan aurat besar.
Setelah itu kepala jenazah diangkat sampai setengah duduk dan mengurut perutnya
dengan perlahan hingga semua kotoran dalam perutnya keluar.

8|Tata Penyelengaraan Jenazah


Petugas yang memandikan jenazah hendaknya memakai sarung tangan maupun kain
untuk membersihkan qubul dan dhuburnya tanpa harus melihat maupun menyentuh
auratnya.

Mewudhukan Jenazah

Setelah jenazah dimandikan, kemudian petugas yang memandikan mewudhui jenazah


sebagaimana wudhu sebelum sholat. Dalam mewudhui jenazah tidak perlu
memasukkan air ke dalam hidung dan mulut jenazah,-
akan tetapi petugas cukup membasahi jari yang dibungkus dengan kain, kemudian
membersihkan bibir jenazah, menggosok gigi dan kedua lubang hidungnya hingga
bersih.
Selanjutnya disarankan untuk menyela jenggot dan mencuci rambut jenazah
menggunakan busa perasan daun bidara atau dengan menggunakan perasan sabun,
kemudian sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh sekujur tubuh
jenazah.
Membasuh Tubuh Jenazah

9|Tata Penyelengaraan Jenazah


Membasuh jenazah dusunnahkan untuk mendahulukan anggota badan sebelah kanan.
Pertama membasuh tekuknya yang sebelah kanan, kemudian bahu dan tangan
kanannya, kemudian betis, paha dan telapak kaki sebelah kanannya.
Selanjutnya petugas membalikkan tubuhnya dengan posisi miring ke sebelah kiri,
kemudian membasuh belahan punggungnya sebelah kanan. Setelah anggota tubuh
sebelah kanan telah selesai, kemudian dengan cara yang sama membasuh anggota
badan yang sebelah kiri.

2.2 Tata Cara Mengkafani Jenazah

Ukuran Kain Kafan Yang Digunakan Untuk Jenazah

10 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
Ukurlah lebar tubuh jenazah. Jika lebar tubuhnya 30 cm, maka lebar kain kafan yang disediakan
adalah 90 cm. 1 : 3
Ukuran tinggi tubuh jenazah
1. Jika tinggi tubuhnya 180 cm, maka panjang kain kafannya ditambah 60 cm.
2. Jika tinggi tubuhnya 150 cm, maka panjang kain kafannya ditambah 50 cm.
3. Jika tinggi tubuhnya 120 cm, maka panjang kain kafannya ditambah 40 cm.
4. Jika tinggi tubuhnya 90 cm, maka panjang kain kafannya ditambah 30 cm.
5. Tambahan panjang kain kafan dimaksudkan agar mudah mengikat bagian atas kepalanya dan
bagian bawahnya.

Tata Cara Mengkafani Jenazah laki-laki


Jenazah laki-laki dibalut dengan tiga lapis kain kafan. Berdasar dengan hadits.
Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dikafani dengan 3 helai kain sahuliyah yang putih
bersih dari kapas, tanpa ada baju dan serban padanya, beliau dibalut dengan 3 kain tersebut.

Cara mempersiapkan tali pengikat kain kafan


1. Panjang tali pengikat disesuaikan dengan lebar tubuh dan ukuran kain kafan. Misalnya
lebarnya 60 cm maka panjangnya 180 cm.
2. Persiapkan sebanyak 7 tali pengikat. ( jumlah tali usahakan ganjil). Kemudian dipintal dan
diletakkan dengan jarak yang sama diatas usungan jenazah.
b. Cara mempersiapkan kain kafan.
3 helai kain diletakkan sama rata diatas tali pengikat yang sudah lebih dahulu , diletakkan diatas
usungan jenazah, dengan menyisakan lebih panjang di bagian kepala.

Cara mempersiapkan kain penutup aurat


1. Sediakan kain dengan panjang 100 cm dan lebar 25 cm ( untuk mayyit yang berukuran lebar
60 cm dan tinggi 180 cm), potonglah dari atas dan dari bawah sehingga bentuknya seperti
popok bayi.
2. Kemudian letakkan diatas ketiga helai kain kafan tepat dibawah tempat duduk mayyit,
letakkan pula potongan kapas diatasnya.
3. Lalu bubuhilah wewangian dan kapur barus diatas kain penutup aurat dan kain kafan yang
langsung melekat pada tubuh mayyit.

Cara Memakaikan Kain Penutup Auratnya


1. Pindahkan jenazah kemudian bubuhi tubuh mayyit dengan wewangian atau sejenisnya.
Bubuhi anggota-anggota sujud.
2. Sediakan kapas yang diberi wewangian dan letakkan di lipatan-lipatan tubuh seperti ketiak
dan yang lainnya.

11 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
3. Letakkan kedua tangan sejajar dengan sisi tubuh, lalu ikatlah kain penutup sebagaimana
memopok bayi dimulai dari sebelah kanan dan ikatlah dengan baik.

Cara Membalut Kain Kafan


1. Mulailah dengan melipat lembaran pertama kain kafan sebelah kanan, balutlah dari kepala
sampai kaki .
2. Demikian lakukan denngan lembaran kain kafan yang kedua dan yang ketiga.
f. Cara mengikat tali-tali pengikat.
1. Mulailah dengan mengikat tali bagian atas kepala mayyit dan sisa kain bagian atas yang lebih
itu dilipat kewajahnya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri.
2. Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki dan sisa kain kafan bagian bawah yang lebih itu
dilipat kekakinya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri.
3. Setelah itu ikatlah kelima tali yang lain dengan jarak yang sama rata. Perlu diperhatikan,
mengikat tali tersebut jangan terlalu kencang dan usahakan ikatannya terletak disisi sebelah kiri
tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan kesisi sebelah kanan dalam kubur.
Mengkafani Jenazah Wanita
Jenazah wanita dibalut dengan lima helai kain kafan. Terdiri atas : Dua helai kain, sebuah baju
kurung dan selembar sarung beserta kerudungnya. Jika ukuran lebar tubuhnya 50 cm dan
tingginya 150 cm, maka lebar kain kafannya 150 cm dan panjangnya 150 ditambah 50 cm.
Adapun panjang tali pengikatnya adalah 150 cm, disediakan sebanyak tujuh utas tali, kemudian
dipintal dan diletakkan sama rata di atas usungan jenazah. Kemudian dua kain kafan tersebut
diletakkan sama rata diatas tali tersebut dengan menyisakan lebih panjang dibagian kepala.

Cara mempersiapkan baju kurungnya


1. Ukurlah mulai dari pundak sampai kebetisnya, lalu ukuran tersebut dikalikan dua, kemudian
persiapkanlah kain baju kurungnya sesuai dengan ukuran tersebut.
2. Lalu buatlah potongan kerah tepat ditengah-tengah kain itu agar mudah dimasuki kepalanya.
3. Setelah dilipat dua, biarkanlah lembaran baju kurung bagian bawah terbentang, dan lipatlah
lebih dulu lembaran atasnya (sebelum dikenakan pada mayyit, dan letakkan baju kurung ini di
atas kedua helai kain kafannya ).lebar baju kurung tersebut 90 cm.

Cara mempersiapkan kain sarung


Ukuran kain sarung adalah : lebar 90 cm dan panjang 150 cm. Kemudian kain sarung tersebut
dibentangkan diatas bagian atas baju kurungnya.
c. Cara mempersiapkan kerudung.
Ukuran kerudungnya adalah 90 cm x90 cm. Kemudian kerudung tersebut dibentangkan diatas
bagian atas baju kurung.
d. Cara mempersiapkan kain penutup aurat.
1. Sediakan kain dengan panjang 90 cm dan lebar 25 cm.
2. Potonglah dari atas dan dari bawah seperti popok.
12 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
3. Kemudian letakkanlah diatas kain sarungnya tepat dibawah tempat duduknya, letakkan juga
potongan kapas diatasnya.
4. Lalu bubuhilah wewangian dan kapur barus diatas kain penutup aurat dan kain sarung serta
baju kurungnya.

Cara melipat kain kafan


Sama seperti membungkus mayat laki-laki

Cara mengikat tali


Sama sepert membungkus jenazah laki-laki.
Catatan:
1. Cara mengkafani jenazah anak laki-laki yang berusia dibawah tujuh tahun adalah
membalutnya dengan sepotong baju yang dapat menutup seluruh tubuhnya atau membalutnya
dengan tiga helai kain.
2. Cara mengkafani jenazah anak perempuan yang berusia dibawah tujuh tahun adalah dengan
membaluatnya dengan sepotong baju kurung dan dua helai kain.

2.3. Tata Cara Menyolatkan Jenazah

A. Pengetian Shalat jenazah

Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim jika
ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.

B. Hukum shalat jenazah

Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah bagi semua orang muslim yg hidup. Jika telah
dikerjakan oleh satu orang sekalipun maka gugurlah kewajibannya dari yg lain. Salat ini
mempunyai beberapa syarat rukun dan sunnah serta keutamaan sebagaimana akan kami
sebutkan. Dari Salamah bin Al-Akwa:



:

:

.
.

Dari Salamah bin Al-Akwa,pada suatu saat kami duduk-duduk dekat Nabi Saw.Ketika itu
dibawa seorang mayat, beliau berkata kepada kami, shalakanlah teman kamu.(riwayat
Bukhari)

C. Keutamaan Shalat Jenazah

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah dan Khabab , ia berkata bahwasanya Rasullah
bersabda :
13 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h



,

Siapa yang mengantar jenazah dan menyalatinya, maka baginya satu qirath. Siapa
mengantar jenazah samapai selesai (proses pemakaman), maka baginya dua qirath. Yang
paling kecil adalah seperti gunung Uhud atau salah satu dari keduanya adalah seperti gunung
Uhud.

Ibnu Umar lalu mengirim Khabab kepada Aisyah untuk menanyakan kebenaran perkataan Abu
Hurairah tersebut. Ketika kembali dari rumah Aisyah, Khabab bercerita bahwa apa yang
dikatakan Abu Hurairah itu benar. Mendengar apa yang dikatakan Khabab, Ibnu Umar berkata,
sungguh kami telah kehilangan banyak kesempatan untuk mendapatkan beberapa qirath.

Dari Abdullah bin Abbas, bahwa seorang putranya meninggal di Qalid atau Usfan dan yang
menyalatinya sebanyak empat puluh orang , Rasullah bersabda :



. ,
,

Tidaklah seorang muslim mati lalu jenazahnya di shalatkan empat puluh orang laki-laki yang
tidak menyekutukan Allah, melainkan Allah memberikan syafaat kepadanya lantaran mereka.

D. Syarat Shalat Jenazah

Shalatnya jenazah sebagaimana redaksi shalat lainnya. Shalat jenazah juga memilki beberapa
syarat sebagaimana syarat dalam melaksanakan shalat fardhu yaitu :

1. Badannya suci, suci dari hadats kecil dan besar


2. Menghadap ke kiblat
3. Menutupi aurat
4. Dilakukan setelah mayat dimandikan dan dikafani
5. Letak mayat itu sebelah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali kalau shalat itu
dilaksanakan diatas kubur atau shalat gaib

Yang membedakan shalat jenazah dengan shalat fardhu adalah bahwa shalat jenazah tidak
terikat waktu, shalat jenazah dilakukan kapan saja ketika jenazah tiba, bahkan dalam waktu
yang dilarang pun dapat melaksankan shalat jenazah, menurut Imam Abu Hanifah dan Syafii.
Menurut Imam Ahmad, Ibnu Mubarok dan Ishak berpendapat bahwa melaksanakan shalat

14 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
jenazah saat matahari terbit, tepat berada diatas dan saat tenggelam, hukummnya makruh
kecuali jika tubuh dikhawatirkan akan membusuk.

E. Rukun Shalat Jenazah

1. Niat

Allah SWT berfirman,

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.(Al-Bayyinah:5).

Niat letaknya ada dalam hati, karenanya melafalkan niat disyariatkan. Jadi tidak diharuskan
membaca bacaan shalat jenazah.

2. Berdiri bagi yang mampu

Dalam pandangan mayoritas ulama, berdiri merupakan bagian dari rukun shalat jenazah. Maka,
jika ada yang melakukan shalat jenazah dalam keadaan duduk maka shalatnya tidak sah, karena
ia tidak memenuhi salah satu dari rukun shalat, yaitu berdiri. Pendapat ini sesuai dengan
pandangan Abu Hanifah, Syafii dan Abu Tsaur. Dan dalam hal ini, tidak ditemukannya adanya
perbedaan pendapat.

Pada saat berdiri hendaknya tangan kanan menggenggam tangan kiri. Ada juga yang
mengatakan tidak perlu. Tetapi sebagian besar lebih banyak menerima pendapat yang pertama.

3. Takbir sebanyak empat kali.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah Hadist yang bersumber dari Jabir ra,
bahwasanya Rasulullah SAW melakukan shalat jenazah raja Najasyi dengan emapt takbir.
Tirmizi berkata, shalat dengan 4 takbir merupakan amalan yang dilakukan para sahabat dan
yang lain dengan melihat Rasulullah melakukan shalat jenazah dengan takbir empat kali.
Pendapat ini dikemukakan oleh Syafan, Malik, Ibnu Mubarak, SyafiI, Ahmad dan Ishak.

Mengangkat dua tangan saat takbir

Mengankat dua tangan saat shalat jenazah kecuali hanya pada takbir pertama.Karenanya,
takbir diberlakukan hanya pada saat takbiratul ihram, kecuali jika berpindah dari rukun satu ke
rukun lain sebagaimana yang berlaku dalam shalat selain shalat jenazah. Sementara untuk
shalat jenazah tidak dikenal takbiratul intiqal (takbir yang menandakan perpindahan antara
satu rukun dengan rukun yang lain).

4. Membaca Al-Fatihah

15 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
Tidaklah sah jika shalat jenazah tidak membaca surat Al-Fatihah (menurut ahli hadist).

5. Membaca shalawat atas Rasulullah SAW

Imam syafii berkata, sebagaimana yang tercantum dalam musnadnya, dari Abu
memberitahukan kepadanya bahwa yang disunahkan dalam melaksanakan shalat jenazah
adalah hendaknya imam takbir, lalu diiringi dengan membaca al-Fatihah setelah takbir yang
pertama. Setelah itu membaca shalawat kepada Rasulullah saw. Dan membaca doa untuk
jenazah pada takbir selanjutnya yang disertai dengan keikhlasan.

6. Doa kepada jenazah

Membaca doa setelah shalat jenazah itu merupakan rukunnya.Dari HR.Muslim berkata,
Rasulullah bersabda :

Ya Allah, ampunilah (dosanya), sayangilah dia, maafkanlah (kesalahannya), muliakan


tempatnya, luaskan jalan masuknya, mandikan ia dengan air dan embun, bersihkan dirinya dari
segala kesalahan sebagaimana baju putih yang telah dibersihkan dari segala kotoran, gantilah
rumahnya dengan rumah yang lebih baik dan gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih
baik dan gantilah pasangannya dengan pasangan yang lebih baik, juga selamatkan dari fitnah
kubur dan siksa neraka.

7. Membaca doa setelah takbir keempat

Meskipun sudah membaca setelah takbir ketiga, berdoa setelah takbir keempat juga
dianjurkan. Hal ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan Imam dari Abdullah bin
Aufa.Imam syafii berkata, setelah takbir keempat, hendaknya orang yang shalat membaca doa,

Ya Allah, jangalah Engkau halangi (tutupi) kami dari mendaptkan ganjarannya, janganlah
Engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia(Riwayat Hakim).

Ibnu Abu Hurairah berkata, orang-orang masa dulu setelah takbir keempat sering kali
membaca.

16 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka inilah doa yang sebaik-
baiknya bagi seorang muslim.(Al- Baqarah;201).s

8. Salam

Ibnu Masud berkata, salam dalam shalat jenazah sama halnya dengan salam dalam shalat yang
lain. Adapun lafal salam yang paling sederhana adalah as-Salamualaikum
Warahmatullahhiwabarakatuh.

F. Cara Menyalati Jenazah

Posisi imam saat menyalati jenazah perempuan dan lelaki. Diantara cara yang diajarkan
Rasulullah saw. Bagi imam dalam meyalati jenazah lelaki adalah hendaknya berada persis di
bagian kepala jenazah. Dan untuk jenazah perempuan, hendaknya imam berada di bagian
tengah (perut).

Sebagai landasan atas hal ini adalah sebuah hadits yang bersumber dari Anas ra.bahwasanya
ada seseorang yang melakukan shalat tepat dibagian kepalanya. Setelah jenazahnya dipangkat,
kemudian di datangkan dengan jenazah perempuan dan ia merubah posisinya tepat di bagian
tengah jenazah.(HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah).

G. Hukum menyalati orang yang mati syahid

Syahid adalah orang yang meninggal dunia ditangan-tangan orang-orang kafir saat peperangan.
Ada beberapa hadits yang dengan jelas menyatakan bahwa orang yang syahid tidah perlu
dishslati. Di antaranya adalah;

1. Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bahwasannya Rasulullah saw.memerintahkan


untuk mengebumikan para sahabat yang meninggalkan dunia saat perang Uhud dengan
darah mereka, tidak dimandikan dan tidak dishalati.
2. Imam Ahmad, Abu Daud dan Tirmmidzi meriwayatkan dari Anas ra.bahwasannya
mereka yang syahid di bukit Uhud tidak dishalati , jenazahnya langsung dikebumikan
dengan darahnya dan juga tidak dimandikan.

Adapun juga beberapa hadist yang menjelaskan bahwa jenazah para syuhada tetap dishalati. Di
antaranya adalah:

1. Imam Bukhari meriwayatkan dari Uqbah bin Amar bahwasannya rasulullah saw.pernah
keluar lalu beliu melakukan shalat untuk mereka yang gugur dibukit Uhud sebagaimana
beliu shalat jenazah setelah delapan tahun berlalu layaknya orang yang sedang
berpamitan baik kepada orang yang masih hidup ataupun orang yang sudah meninggal
dunia.

17 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
2. Dari Abu Malik al-Ghifari, ia berkata, mereka yang terbunuh pada saat perang Uhud
sebanyak sembilan orang, sepuluh dengan Hamzah. Mereka dihadapkan kepada
Rasulullah saw.lalu di datangkan sembilan jenazah yang lain, sementara jenazah Hamzah
dibiarkan pada tempat semula.

Kemudian Rasulullah saw.melaksanakan shalat untuk ke sembilan jenazah


tersebut.HR.Baihaki.

G. Bagaimana Masbuq dalam sholat Jenazah

hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

Jika shalat telah didirikan (terdengar iqamat), maka janganlah mendatanginya dengan berlari
(tergesa-gesa). Dan datangilah shalat itu dengan berjalan tenang. Apa yang kamu dapati dari
imam, maka kerjakanlah sepertinya, dan apa yang terlewatkan darimu maka
sempurnakanlah. (HR. Bukhari no. 908 dan Muslim no. 151)

Jika kalian mendatangi shalat, maka janganlah mendatanginya dengan berlari (tergesa-gesa).
Datangilah shalat itu dengan berjalan tenang. Apa yang kamu dapati dari imam, maka
shalatlah (kerjakanlah sepertinya), dan apa yang terlewatkan darimu maka tunaikanlah. (HR.
An-Nasai no. 860, Ahmad no. 7452, Ibnu Hibban no. 518)

Kesimpulan:

1. Orang yang terlambat ikut shalat jenazah hendaknya langsung bertakbir dan shalat
bersama imam, tidak menunggu imam melakukan takbir berikutnya.
2. Orang yang terlambat ikut shalat jenazah tetap harus mengerjakan takbir yang
terlewatkan dan membaca bacaan masing-masing takbir tersebut setelah imam salam.
3. Ada dua pendapat tentang cara makmum masbuq mengejar ketertinggalan dalam shalat
jenazah: (1) Menghitung sesuai kondisinya (takbir lalu membaca Al-Fatihah); (2)
Menghitung sesuai kondisi imam (takbir lalu membaca sesuai bacaan imam). Salah satu
dari kedua pendapat boleh diamalkan tanpa mengingkari orang yang menyelisihi.
4. Riwayat hadits yang menjadi dalil pendapat pertama lebih banyak daripada riwayat
untuk pendapat kedua. Maka menghitung sesuai kondisi diri makmum (takbir lalu
membaca Al-Fatihah) lebih utama dikerjakan.
5. Jika sudah sangat terlambat dan khawatir jenazah akan segera diangkat sebelum
makmum masbuq selesai shalat, maka cukup baginya bertakbir secara berturut-turut
tanpa bacaan lalu salam.

18 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
2.4. Tata Cara Menguburkan Jenazah

Hal yang harus diperhatikan dalam menguburkan jenazah


Sesudah dishalatkan hendaknya jenazah dibawa kepemakaman untuk dikuburkan.
Meskipun demikian ada beberapa waktu yang dianggap makruh oleh ulama untuk
menguburkan jenazah adalah matahari terbit, matahari berada ditengah-tengah dan matahari
terbenam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penguburan jenazah adalah :
1. Waktu Menguburkan
Dilarang mengubur dalam tiga waktu: Yaitu waktu matahani terbit sehingga tampak
setinggi tombak. Ketika matahari berada persis ditengah-tengah sehingga Ia condong. Dan
ketika matahani hendak tenggelam, kira-kira setinggi tombak hingga tenggelam.
2. Jenazah segera dikuburkan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, Hendaklah kamu segerakan mengubur
jenazah, karena jika orang shaleh, maka kamu mendekatkannya pada kebaikan, dan jika ia
bukan orang yang shaleh, supaya kejahatan itu lekas terbuang dari tanggunganmu.
(H.R.Muslim).
3. Liang lahat dan kuburan harus dalam agar Liang lahat tidak dibongkar dengan binatang
buas.
4. Mayat dipikul dari empat penjuru.
Barang siapa yang mengikuti jenazah maka hendaklah memikul pada keempat penjuru
ranjang (keranda) karena sesungguhnya seperti itu adalah dari sunah Nabi. (H.R.Ibnu Majah).
5. Memperhatikan Posisi Jenazah
6. Membuka Tali Pengikat
7. Mendoakan dan memohonkan ampun atas jenazah.
C. Tata Cara Menguburkan Jenazah :
Dalam penguburan jenazah, kita tidak boleh sembarangan. Kita harus mengetahui tata cara
penguburannya. Tata cara tersebut adalah sebagai berikut :
1. Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak dari
keempat sudut usungan.

19 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
2. Waktu Untuk Mengubur Mayat
Mengubur mayat boleh pada siang atau malam hari. Beberapa sahabat Rasulullah saw dan
keluarga beliau dikubur pada malam hari.
3. Memperdalam Galian Lubang Kubur
Maksud mengubur mayat ialah supaya tertutup, tidak nampak jasadnya dan tidak tercium
baunya dan juga agar tidak mudah dimakan burung atau binatang lainnya. Oleh sebab itu,
lubang kubur harus cukup dalam sehingga jasad mayat itu aman dari hal-hal di atas.

4. Tentang Liang Lahad


Ukuran liang :
Panjangnya + sepanjang tubuh jenazah ditambah kira-kira setengah meter;
Lebar atau luasnya + 1 meter;
Kedalamannya setinggi orang berdiri ditambah satu hasta
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya, pada tembok dinding bawah
sebelah barat dilubangi, sekira cukup untuk membaringkan jenazah,atau tidak dilobangi, tapi
mayat disandarkan di tempok barat lalu ditutup papan kayu yang dipasang miring ke timur.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk
huruf U memanjang) pada bagian tengahnya ada lubang semacam parit, sekira cukup untuk
jenazah (+ selebar setengah meter) .
Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non
muslim). (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkamul
Janaaiz hal. 145).
Cara menaruh mayat dalam kubur ada yang ditaruh di tepi lubang sebelah kiblat, kemudian
di atasnya ditaruh semacam bata dengan posisi agak condong, supaya nantinya setelah
ditimbun mayat tidak langsung tertimpa tanah. Cara ini dalam bahasa Arab disebut lahad. Ada
juga dengan menggali di tengah-tengah dasar lubang kubur, kemudian mayat diletakkan di
dalamnya, lalu di atasnya diletakkan semacam bata dengan posisi mendatar untuk penahan
tanah timbunan.

20 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
Cara ini dalam bahasa Arab disebut syaqqu atau dlarhu. Cara lain ialah menaruh mayat
dalam peti dan menanam bersama peti tersebut ke dalam kubur. Atau peti tersebut terlebih
dahulu diletakkan dalam keadaan kosong dan terbuka, kemudian setelah mayat dimasukkan ke
dalam peti lalu peti itu ditutup lalu ditimbun dengan tanah.
5. Cara Memasukkan Mayat ke Dalam Lubang Kubur
Cara terbaik ialah dengan mendahulukan memasukkan kepala mayat dari arah kaki kubur
secara perlahan, karena demikian menurut sunnah Rasulullah SAW. Jika tidak memungkinkan,
boleh menurunkannya dari arah kiblat.
Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan: BISMILLAHI
WA ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam). ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur.
Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
6. Menghadapkan Mayat ke Arah Kiblat
Baik di dalam lahad, syaqqu maupun dikubur di dalam peti, mayat diletakkan miring ke
kanan menghadap kea arah kiblat dengan menyandarkan bagian tubuh sebelah kiri ke dinding
kubur atau dinding peti supaya tidak terlentang kembali.
Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab tidak
ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si
mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan
Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki
dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu
dari atasnya (agak samping).
Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar
kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam Rasulullah
shallallahu alaihi wassalam (HR. Bukhari).
7. Menutupi Kubur Mayat Perempuan Pada Waktu Ia Dimasukkan Kedalamnya.
Bagi mayat perempuan hendaknya dibentangkan kain dan sebagainya di atas kuburnya
pada waktu ia dimasukkan kedalamnya.
8. Mencurah Kubur Dengan Tanah Tiga Kali

21 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
Sesudah mayat diletakkan dengan baik, maka masing-masing orang yang menyaksikan
penguburan itu dianjurkan mencurahi lubang kubur itu dengan tanah tiga kali dengan
tangannya dari arah kepalanya. Sesudah itu, dilanjutkan ditimbun dengan tanah galian kubur
itu sampai cukup.
9. Sunah Menyapu Kubur Dengan Telapak Tangan
Disunahkan bagi orang yang menyaksikan pemakaman mayat, menyapu kubur dari arah
kepala mayat sebanyak tiga kali.
10. Sunah Berdoa Untuk Mayat Seusai Pemakaman
Disunahkan memohon ampun bagi mayat dan minta dikuatkan pendiriannya seusai ia
dimakamkan, karena pada saat itu ia sedang ditanya di dalam kubur
Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu nisan.
Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar padanya. Karena
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)
Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab
pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya
dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai
menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit
(dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!)
D. Penguburan Dalam Kondisi Darurat
1. Memakamkan beberapa mayat dalam satu liang kubur.
Menanam beberapa mayat dalam satu liang hukumnya dimakruhkan , kecuali jika hal itu
mengalami kesulitan, misalnya karena banyaknya mayat, sedikitnya yang menyelenggarakan
penguburan atau lemahnya fisik mereka. Maka dalam kondisi seperti ini, bisa menanam
beberapa mayat dalam satu liang. Berdasarkan hadits yang lalu yang diriwayatkan oleh Ahmad,
juga oleh Turmudzi yang menyatakan sahnya, artinya: " Orang-orang Anshar datang
mendapatkan Nabi saw. waktu perang Uhud, kata mereka: 'Ya Rasulullah, kita telah letih dan
banyak yang luka-luka, bagaimana seharusnya kami lakukan menurut Anda? Ujarnya: "Galilah
kubru-kubur yang dalam dan lebar dan tanam dua atau tiga mayat dalam satu liang 'Tanya
mereka pula:" Siapakah yang harus kami dahulukan'? Ujarnya: 'Yang lebih banyak hafal Al-

22 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
Qur'an'. " Dan diriwayatkan pula oleh Abdur-Razak dari Wasilah bin Asqa ' dengan sanad yang
hasan: " Bahwa pernah seorang laki-laki dan seorang wantia dikuburkan di satu liang, pertama
dimasukkan laki-laki, kemudian di belakangnya wanita, "

2. Mayat ditengah laut.


Berkata direktur buku Al Mughni : " Jika ada yang meninggal di kapal di tengah laut, maka
menurut Ahmad ra harus tertunda penguburannya jika diharapkan ada tempat di darat yang
dapat dicapai dalam waktu sehari-dua, selama tidak dikhawatirkan rusaknya mayat. Jika tak ada
tempat itu harus mayat dimandikan, dikafani, dibalsam dan dishalatkan, kemudian diberati
dengan sesuatu benda lalu dijatuhkan ke air. Juga ini merupakan pendapat 'Atha' dan Hasan .
Kata Hasan : "Dimasukkan ke dalam karung lalu dijatuhkan ke laut."

Menurut Syafi'i , dikebatkan mayat itu antara dua bilah papan agar dibawa ombak ke tepi
pantai. Mungkin ia ditemukan oleh orang-orang yang akan menguburkannya di darat. Tetapi
jika ia dijatuhkan saja, maka ke laut tidaklah berdosa.
Pendapat pertama lebih utama, karena dengan demikian maksud menutupi mayat yang
hendak dicapai dengan menguburkannya telah berhasil. Beda halnya dengan mengikatkannya
pada papan, karena akan menyebabkan busuk atau rusak. Dan mungkin pula mayat itu akan
terdampar di pantai, dalam kondisi memalukan dan telanjang, atau siapa tahu jatu ke tangan
orang-orang musyrik.

E. Doa Setelah Memakamkan Jenazah

Riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang kami jumpai adalah
hadis dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, beliau menceritakan,Nabi shallallahu alaihi wa
sallam apabila selesai memakamkan jenazah, beliau berdiri di samping kuburannya, lalu
bersabda,


Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian, dan mintalah keteguhan untuknya. Karena saat
ini dia sedang diuji. (HR. Abu Daud 3221, al-Hakim 1372, al-Baghawi dalam Syarhus Sunah
1523, dan sanadnya dishahihkan ad-Dzahabi).
Berdasarkan hadis di atas, seusai memakamkan jenazah, kita bisa membaca:

23 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h


ALLAHUM-MAGHFIR LAHUU (Ya Allah, ampunilah dia)

ALLAHUMM TSABBIT HUU (Ya Allah, berilah keteguhan kepadanya).
Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,
Bab tentang berdiri sejenak seusai pemakaman mayit, mendoakannya dan memohonkan
ampunan untuknya. Ketika mayit usai dimakamkan, akan datang dua malaikat yang bertanya:
Siapa Rabmu? Apa agamamu? Dan siapa nabimu? Karena itu, kebiasaan Nabi shallallahu
alaihi wa sallam seusai memakamkan jenazah, beliau diam sejenak di samping kuburan. Lalu
bersabda, Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian, dan mintalah keteguhan untuknya.
Karena saat ini dia sedang ditanya.
Untuk itu, dianjurkan bagi kita seusai memakamkan jenazah, agar kita berdiri di sampingnya
dan membaca:
ALLAHUM-MAGHFIR LAHUU (3 kali), dan ALLAHUMM TSABBIT HUU (3 kali).
Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam seringkali ketika berdoa, beliau ulangi 3 kali. Setelah
itu, beliau meninggalkan tempat itu dan tidak duduk seusai pemakaman. Baik untuk
dzikir,membaca al-Quran, maupun istighfar. Demikian yang sesuai sunnah.
(Syarh Riyadhus Sholihin, 4/562).

24 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Apabila seorang muslim meninggal dunia, ada 4 kewajiban yang harus segera
dilaksanakan oleh pihak yang masih hidup yaitu kewajiban terhadap jenazah yang hukumnya
fardhu kifayah.
1. memandikan jenazah
2. mengkafani (membungkus) jenazah
3. menyalatkan jenazah
4. menguburkan jenazah.
Setelah jenazah tersebut dikuburkan hendaklah keluarga melakukan ziarah kubur yang
hukumnya bagi laki-laki sunat dan bagi wanita makruh, sebab pada umumnya perempuan itu
mudh sedih.

3.2. Saran
Bagi setiap muslim harus mengetahui tata cara dan kewajiban dalam penyelenggaraan
jenazah, dan bagi keluarganya yang masih hidup hendaklah melakukan ziarah kubur.

25 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: https://konsultasisyariah.com/25526-terlambat-shalat-jenazah-bagaimana-mengejar-
takbirnya.html
umy.ac.id/herlinda/2011/11/14/makalah-sholat-jenazah/

26 | T a t a P e n y e l e n g a r a a n J e n a z a h

Anda mungkin juga menyukai