PERAWATAN JENAZAH
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya baik
itu berupa sehat fisik maupun pikiran, sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul
“Perawatan Jenazah Sesuai Dengan Syariat Islam.”
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Karena semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari ilmu
tentang peraturan-peraturan disekitar penyelenggaraan jenazah itupun merupakan fardhu
kifayah juga.
Akan berdosalah seluruh anggota sesuatu kelompok kaum muslimin apabila dalam
kelompok tersebut tidak terdapat orang yang berilmu cukup untuk melaksanakan fardhu
kifayah disekitar penyelenggaraan jenazah itu.
iv
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sikap dan etika seorang muslim dalam menghadapi kematian?
1.2.2 Bagaimana cara-cara pemandian jenazah?
1.2.3 Bagaimana cara mengkafani jenazah?
1.2.4 Bagaimana cara menshalati jenazah?
1.2.5 Bagaimana cara menguburkan jenazah?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat menjelaskan sikap dan etika seorang muslim dalam menghadapi
kematian
1.3.2 Mahasiswa mengetahui cara-cara pemandian jenazah
1.3.3 Mahasiswa mengetahui cara mengkafani jenazah
1.3.4 Mahasiswa mengetahui cara menshalati jenazah
1.3.5 Mahasiswa mengetahui cara menguburkan jenazah
v
BAB II
PEMBAHASAN
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam
surge, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185)
Ayat diatas secara tegas menjelaskan bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan bagi
setiap yang berjiwa. Allah mentakdirkannya sebagai sarana perpindahan kea lam barzah, dan
untuk seterusnya kea lam akhirat.
Dari sisi ini, membicarakan tentang kematian, sebenarnya membicarakan tentang hal
lumrah yang pasti akan terjadi. Tapi, masalahnya tidak sesederhana itu. Karena kematian juga
memiliki akibat-akibat yang mengiringinya sebagai konsekuensi berpisahnya ruh dari jasad
manusia.
Menurut Syaikh Utsaimin, bagi hamba yang beriman kematian adalah hakim yang skan
menguak rahasia amal ibadahnya secara nyata di akhirat nanti.
Allah berfirman dalam Q.S. Ali-Imran: 175 “Dan takutlah kepada-Ku, jika kalian benar-
benar orang-orang yang beriman.”
Manusia adalah khalifah di muka bumi yang diberikan kemuliaan dan keistimewaan oleh
Allah SWT. Oleh karena itu tidak heran jika setelah meninggal, Allah pun memerintahkan
kepada yang masih hidup untuk memperlakukan orang yangsudah meninggal dunia dengan
perlakuan yang baik.
Syariat Islam menetapkan bahwa setiap orang Islam yang meninggal dunia, jenazahnya
harus dirawat oleh orang islam yang hidup. Hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya suatu
kewajiban apabila telah dilaksanakan oleh satu orang muslim maka gugurlah suatu kewajiban itu
terhadap yang lain.
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Menshalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah
vi
2.2 Cara Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah adalah membersihkan jasmani jenazah dan najis serta kotoran
dengan cara menyiramkan air suci ke seluruh tubuh jenazah hingga merata. Memandikan jenazah
ini, harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
Orang yang berhak memandikan jenazah adalah jika jenazah laki-laki, maka yang
memandikan kaum laki-laki saja, tidak boleh kaum wanita kecuali istri dan muhrimnya.
Sebaliknya, jenazah wanita yang memandikan adalah kaum wanita pula kecuali suami dan
muhrimnya.
Jika suami dan muhrimnya ada semua, maka suami berhak memandikan istrinya,
demikian juga jika istri dan muhrim ada maka mereka yang berhak memandikan suaminya.
Jika jenazah masih anak-anak baik laki-laki atau perempuan, boleh dimandikan oleh laki-
laki atau perempuan tetapi di utamakan keluarga yang dekat dengan jenazah dengan syarat ia
mengetahui cara memandikan dan dapat dipercaya.
vii
l. Telentangkan mayat, siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki tiga kali dengan
air bersih
m. Selesai memandikan, terakhir disiram dengan air berbau harum, seperti kapur barus.
Air yang digunakan untuk memandikan jenazah harus air suci
n. Setelah selesai dimandikan dengan baik dan sempurna hendaklah dilapkan
menggunakan tuala pada seluruh badan mayat
viii
a. Syarat-syarat sholat jenazah sebagai berikut
1. Menutupi aurat, suci dari hadas besar dan hadas kecil, bersih badan,
pakaian, dan tempat dari najis serta menghadap kiblat
2. Jenazah telah dimandikan dan dikafani
3. Letakkan jenazah disebelah kiblat orang yang mensholati, kecuali sholat
jenazah diatas kubur atau sholat ghaib
b. Rukun sholat jenazah sebagai berikut
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbir 4 kali
4. Membaca surah Al-Fatihah
5. Membaca sholawat atas nabi
6. Mendoakan jenazah
7. Mengucapkan salam
c. Tatacara mensholatkan jenazah
1. Meletakkan jenazah diarah kiblat
2. Posisi imam (jika berjamaah) berdiri menghadap kiblat (diarah kepala
jenazah jika jenazah tersebut laki-laki, dan arah pinggang jenazah jika
jenazahnya perempuan)
3. Membaca ta’awuz
4. Membaca Basmallah
5. Mengucapkan lafal niat;
Untuk jenazah laki-laki:
“Usalli ‘alaa haadzihil mayyiti arba’a takbiratatin fardhol
kifayaatai ma’muuman lillahi ta’alla.”
Artinya: “Saya berniat sholatkan mayit laki-laki ini dengan empat
kali takbir fardhu kifayah sebagai ma’mum karena Allah ta’ala.”
Untuk jenazah perempuan:
“Usalli ‘alaa haadzihil mayyitati arba’a takbiratatin fardhol
kifayaatai ma’muuman lillahi ta’alla.”
Artinya: “Saya berniat sholatkan mayit perempuan ini dengan
empat kali takbir fardhu kifayah sebagai imam/ma’mum karena
Allah ta’ala.”
Untuk sholat ghaib (jenazah tidak ada), nama jenazah hendak
disebutkan dan ditambahkan dengan kata “Ghaibaan” jika
menyatakan laki-laki, dan kata “Ghaaibah” jika menyatakan
perempuan
6. Membaca takbiratul ihram (takbir pertama) sambil mengangkat kedua
tangan kemudian bersedekap
7. Membaca surah Al-Fatihah dengan didahului bacaan ta’awuz
ix
8. Membaca takbir kedua dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap
disertai bacaan sholawat atas Nabi Muhammad SAW
9. Membaca takbir ketiga dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap
disertai doa Allahumma firlahu warhamhu waafihi wafuanhu, artinya “Ya
Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah
dia.”
10. Membaca takbir keempat dengan mengangkat kedua tangan lalu
bersedekap lagi dan membaca doa Allahumma latahrimna ajrahu
walataftina ba’dahu wafirlana wallahu, artinya “Ya Allah janganlah
engkau rugikan kami dari mendapat pahalanya dan janganlah engkau
member kami fitnah sepeninggalannya dan ampunilah kami dan dia.”
11. Memberi salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri
1. Setelah sampai ke tempat pemakaman, keranda jenazah diletakkan di arah liang lahat,
lubang kubur dipayungi kain
2. Dua orang turun ke liang lahat untuk menerima jenazah
3. Jenazah dimasukkan ke dalam kubur sambil membaca “Bismillahi ‘alaa millati
rasuulillahi”
4. Jenazah dimiringkan kea rah kiblat, diganjang dengan bola tanah pada hati,
punggung, dan kepala agar jenazah tetap miring
5. Melepaskan tali-tali kain kafan. Kafan yang menutupi telinga dibuka dan telinga
menempel ke tanah
6. Jenazah diadzani
x
7. Lubang kubur ditutup dengan papan, kemudian ditutup dengan tanah dan diberi tanda
dari batu atau kayu dan jenazah di doakan agar diampuni dosanya.
xi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini agar ia bertanggung
jawab dan menyadari segala perbuatan yang telah dilakukannya. Sebab hanya Allah SWT yang
dapat menciptakan makhluk hidup dan segala yang ada di bumi, kepada-Nya kita kembali.
Suatu proses dimana kehidupan dan kematian telah diatur oleh Sang Pencipta, Allah
SWT. Orang mukmin memiliki empat kewajiban terhadap mayit mukmin, yaitu:
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Mensholati
4. Menguburkan
Dengan demikian tugas sebagai orang muslim menjadi lengkap tatkala ia mampu peduli
kepada sesame muslim, sebab selain mengutamakan kewajiban kaum muslim juga bisa belajar
dan mengambil hikmah dari setiap proses peristiwa yang telah terjadi.
xii
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu › MAKALAH_PERAWATAN_JENAZAH
https://www.academia.edu/38584770/MAKALAH_TATA_CARA_PENGURUSAN_JENAZAH
xiii