Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PERAWATAN JENAZAH

DISUSUN OLEH :

1. ANGGUN KHARISMA ANANDA (011191098)


2. AVENT LINO RIDO PUTRA SAHU (011191104)
3. SHELLA SELINA (011191014)

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya baik
itu berupa sehat fisik maupun pikiran, sehingga penyusun mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul
“Perawatan Jenazah Sesuai Dengan Syariat Islam.”

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Ungaran, 27 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………………… i

Kata Pengantar ………………………………………………………………………...…. ii

Daftar Isi …………………………………………………………………………………. iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………... iv


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….. v
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………… v

BAB II Pembahasan

2.1 Etika Menghadapi Kematian ………………………………………………. vi

2.2 Cara Memandikan Jenazah ………………………………………………… vii

2.3 Mengkafani Jenazah ……………………………………………………….. viii

2.4 Mensholatkan Jenazah ……………………………………………………... viii

2.5 Menguburkan Jenazah ……………………………………………………... x

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… xii

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………... xiii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam menganjurkan umatnya agar selalu ingat akan mati, Islam juga menganjurkan
umatnya untuk mengunjungi orang yang sedang sakit, menghibur dan mendoakannya.
Apabila seseorang telah meninggal dunia, hendaklah seorang dari mahramnya yang paling
dekat dan sama jenis kelaminnya melakukan kewajiban yang mesti dilakukan dilakukan
terhadap jenazah, yaitu memandikan, mengkafani, menyembahyangkan, dan
menguburkannya.

Menyelenggarakan jenazah, yaitu sejak dari menyiapkannya, memandikannya,


mengkafaninya, menshalatkannya, membawanya ke kubur sampai kepada menguburkannya
adalah perintah agama yang ditujukan kepada kaum muslimin sebagai kelompok. Apabila
perintah itu telah dikerjakan oleh sebahagian mereka sebagaimana mestinya, maka kewajiban
melaksanakan peintah itu berarti sudah terbayar. Kewajiban yang demikian sifatnya dalam
istilah agama dinamakan fardhu kifayah.

Karena semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari ilmu
tentang peraturan-peraturan disekitar penyelenggaraan jenazah itupun merupakan fardhu
kifayah juga.

Akan berdosalah seluruh anggota sesuatu kelompok kaum muslimin apabila dalam
kelompok tersebut tidak terdapat orang yang berilmu cukup untuk melaksanakan fardhu
kifayah disekitar penyelenggaraan jenazah itu.

iv
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sikap dan etika seorang muslim dalam menghadapi kematian?
1.2.2 Bagaimana cara-cara pemandian jenazah?
1.2.3 Bagaimana cara mengkafani jenazah?
1.2.4 Bagaimana cara menshalati jenazah?
1.2.5 Bagaimana cara menguburkan jenazah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat menjelaskan sikap dan etika seorang muslim dalam menghadapi
kematian
1.3.2 Mahasiswa mengetahui cara-cara pemandian jenazah
1.3.3 Mahasiswa mengetahui cara mengkafani jenazah
1.3.4 Mahasiswa mengetahui cara menshalati jenazah
1.3.5 Mahasiswa mengetahui cara menguburkan jenazah

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika Menghadapi Kematian

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam
surge, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185)

Ayat diatas secara tegas menjelaskan bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan bagi
setiap yang berjiwa. Allah mentakdirkannya sebagai sarana perpindahan kea lam barzah, dan
untuk seterusnya kea lam akhirat.

Dari sisi ini, membicarakan tentang kematian, sebenarnya membicarakan tentang hal
lumrah yang pasti akan terjadi. Tapi, masalahnya tidak sesederhana itu. Karena kematian juga
memiliki akibat-akibat yang mengiringinya sebagai konsekuensi berpisahnya ruh dari jasad
manusia.

Menurut Syaikh Utsaimin, bagi hamba yang beriman kematian adalah hakim yang skan
menguak rahasia amal ibadahnya secara nyata di akhirat nanti.

Allah berfirman dalam Q.S. Ali-Imran: 175 “Dan takutlah kepada-Ku, jika kalian benar-
benar orang-orang yang beriman.”

Manusia adalah khalifah di muka bumi yang diberikan kemuliaan dan keistimewaan oleh
Allah SWT. Oleh karena itu tidak heran jika setelah meninggal, Allah pun memerintahkan
kepada yang masih hidup untuk memperlakukan orang yangsudah meninggal dunia dengan
perlakuan yang baik.

Syariat Islam menetapkan bahwa setiap orang Islam yang meninggal dunia, jenazahnya
harus dirawat oleh orang islam yang hidup. Hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya suatu
kewajiban apabila telah dilaksanakan oleh satu orang muslim maka gugurlah suatu kewajiban itu
terhadap yang lain.

Kewajiban seorang muslim merawat jenazah yaitu:

1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Menshalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

vi
2.2 Cara Memandikan Jenazah

Memandikan jenazah adalah membersihkan jasmani jenazah dan najis serta kotoran
dengan cara menyiramkan air suci ke seluruh tubuh jenazah hingga merata. Memandikan jenazah
ini, harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

1. Jenazah beragama Islam


2. Jenazah tidak mati syahid
3. Jenazah ketika lahir masih ada tanda-tanda kehidupan

Orang yang berhak memandikan jenazah adalah jika jenazah laki-laki, maka yang
memandikan kaum laki-laki saja, tidak boleh kaum wanita kecuali istri dan muhrimnya.
Sebaliknya, jenazah wanita yang memandikan adalah kaum wanita pula kecuali suami dan
muhrimnya.

Jika suami dan muhrimnya ada semua, maka suami berhak memandikan istrinya,
demikian juga jika istri dan muhrim ada maka mereka yang berhak memandikan suaminya.

Jika jenazah masih anak-anak baik laki-laki atau perempuan, boleh dimandikan oleh laki-
laki atau perempuan tetapi di utamakan keluarga yang dekat dengan jenazah dengan syarat ia
mengetahui cara memandikan dan dapat dipercaya.

Tata cara memandikan jenazah:

a. Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan


b. Tutup seluruh anggota tubuh mayat kecuali muka
c. Semua bilal hendaklah memakai sarung tangan sebelah kiri
d. Sediakan air sabun
e. Sediakan air kapur barus
f. Angkat sedikit bagian kepalanya
g. Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan
serta kotoran dalam mulutnya dengan menggunakan kain alas agar tidak tersentuh
auratnya
h. Siram dan basuh dengan air sabun
i. Kemudian gosok giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari
tangan dan kakinya, dan rambutnya
j. Selepas itu siram atau basuh seluruh anggota tubuh mayat dengan air sabun juga
k. Kemudian bilas dengan air bersih seluruh anggota tubuh mayat sambil berniat
Nawaitul husli lihadzal mayyitti lillahi ta’ala (untuk jenazah laki-laki)
Artinya: “Saya berniat untuk memandikan jenazah ini karena Allah Ta’ala”
Nawaitul husli lihadhihil mayyitati lillahi ta’ala (untuk jenazah perempuan)
Artinya: “Saya berniat untuk memandikan jenazah (perempuan) ini karena Allah
Ta’ala”

vii
l. Telentangkan mayat, siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki tiga kali dengan
air bersih
m. Selesai memandikan, terakhir disiram dengan air berbau harum, seperti kapur barus.
Air yang digunakan untuk memandikan jenazah harus air suci
n. Setelah selesai dimandikan dengan baik dan sempurna hendaklah dilapkan
menggunakan tuala pada seluruh badan mayat

2.3 Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah adalah membungkus jenazah dengan daun kafan. Mengkafani


jenazah harus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut:

a. Syarat sah mengkafani jenazah:


1. Kafan dapat membungkus seluruh tubuh jenazah sekurang-kurangnya satu lapis
2. Jenazah sudah dimandikan
b. Kain yang diperlukan untuk kafan:
Kain yang digunakan untuk kain kafan ialah kain putih yang terbuat dari kapas
(katun) baik dan bersih. Jika jenazahnya laki-laki diharamkan memakai kafan
sutera, jika perempuan diperbolehkan memakai kain kafan sutra, tetapi hukumnya
makruh. Batas minimal kain kafan adalah satu lembar atau menutup seluruh
anggota badan jenazah.
c. Tatacara mengkafani jenazah:
1. Jenazah laki-laki dikafani dengan menggunakan tiga lapis kain dengan ketentuan
sebagai berikut;
 1 lapisan sebagai sarung yang menutup tubuh antara pusar sampai kedua lutut
 1 lapis menutup tubuh antara leher sampai mata kaki
 1 lapis menutup seluruh anggota tubuh jenazah (sebagai pembungkus)
2. Jenazah perempuan dikafani dengan menggunakan lima lapis kain dengan ketentuan
sebagai berikut;
 1 lapis sebagai sarung
 1 lapis sebagai penutup kepala
 1 lapis sebagai baju/baju kurung
 2 lapis sebagai pembungkus seluruh anggota tubuh jenazah

2.4 Mensholatkan Jenazah


Sholat jenazah ialah sholat empat kali takbir tanpa diserta ruku’ dan sujud,
dilakukan jika ada orang Islam yang meninggal dunia, untuk mendoakan agar sang
jenazah diampuni dosanya oleh Allah SWT.
Hukum sholat jenazah adalah fardhu kifayah sebagaimana memandikan jenazah
dan mengkafani.

viii
a. Syarat-syarat sholat jenazah sebagai berikut
1. Menutupi aurat, suci dari hadas besar dan hadas kecil, bersih badan,
pakaian, dan tempat dari najis serta menghadap kiblat
2. Jenazah telah dimandikan dan dikafani
3. Letakkan jenazah disebelah kiblat orang yang mensholati, kecuali sholat
jenazah diatas kubur atau sholat ghaib
b. Rukun sholat jenazah sebagai berikut
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbir 4 kali
4. Membaca surah Al-Fatihah
5. Membaca sholawat atas nabi
6. Mendoakan jenazah
7. Mengucapkan salam
c. Tatacara mensholatkan jenazah
1. Meletakkan jenazah diarah kiblat
2. Posisi imam (jika berjamaah) berdiri menghadap kiblat (diarah kepala
jenazah jika jenazah tersebut laki-laki, dan arah pinggang jenazah jika
jenazahnya perempuan)
3. Membaca ta’awuz
4. Membaca Basmallah
5. Mengucapkan lafal niat;
 Untuk jenazah laki-laki:
“Usalli ‘alaa haadzihil mayyiti arba’a takbiratatin fardhol
kifayaatai ma’muuman lillahi ta’alla.”
Artinya: “Saya berniat sholatkan mayit laki-laki ini dengan empat
kali takbir fardhu kifayah sebagai ma’mum karena Allah ta’ala.”
 Untuk jenazah perempuan:
“Usalli ‘alaa haadzihil mayyitati arba’a takbiratatin fardhol
kifayaatai ma’muuman lillahi ta’alla.”
Artinya: “Saya berniat sholatkan mayit perempuan ini dengan
empat kali takbir fardhu kifayah sebagai imam/ma’mum karena
Allah ta’ala.”
 Untuk sholat ghaib (jenazah tidak ada), nama jenazah hendak
disebutkan dan ditambahkan dengan kata “Ghaibaan” jika
menyatakan laki-laki, dan kata “Ghaaibah” jika menyatakan
perempuan
6. Membaca takbiratul ihram (takbir pertama) sambil mengangkat kedua
tangan kemudian bersedekap
7. Membaca surah Al-Fatihah dengan didahului bacaan ta’awuz

ix
8. Membaca takbir kedua dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap
disertai bacaan sholawat atas Nabi Muhammad SAW
9. Membaca takbir ketiga dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap
disertai doa Allahumma firlahu warhamhu waafihi wafuanhu, artinya “Ya
Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah
dia.”
10. Membaca takbir keempat dengan mengangkat kedua tangan lalu
bersedekap lagi dan membaca doa Allahumma latahrimna ajrahu
walataftina ba’dahu wafirlana wallahu, artinya “Ya Allah janganlah
engkau rugikan kami dari mendapat pahalanya dan janganlah engkau
member kami fitnah sepeninggalannya dan ampunilah kami dan dia.”
11. Memberi salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri

2.5 Menguburkan Jenazah


Jenazah yang telah dimandikan, dikafani, dan dishalatkan segera dibawa ke kubur
untuk berpulang ke hariban Allah swt.
Adab membawa jenazah ke kubur :
Ketika jenazah hendak dibawa ke liang lahat, sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :
1. Hendaknya jenazah ditutup dengan kain
2. Jenazah dipikul dengan empat penjuru menuju ke kubur sebagai penghormatan
terakhir.
3. Orang-orang yang mengantar jenazah hendaknya berjalan di depan
4. Dilarang membawa kemenyan
5. Orang yang bertemu atau melihat jenazah yang dibawa ke kubur hendaknya berhenti
dan berdoa :
“Subhanal hayyilladzi laa yamuutu” artinya “Maha Suci Zat yang Maha Hidup dan
tidak akan mati.”

Tata Cara Menguburkan Jenazah

1. Setelah sampai ke tempat pemakaman, keranda jenazah diletakkan di arah liang lahat,
lubang kubur dipayungi kain
2. Dua orang turun ke liang lahat untuk menerima jenazah
3. Jenazah dimasukkan ke dalam kubur sambil membaca “Bismillahi ‘alaa millati
rasuulillahi”
4. Jenazah dimiringkan kea rah kiblat, diganjang dengan bola tanah pada hati,
punggung, dan kepala agar jenazah tetap miring
5. Melepaskan tali-tali kain kafan. Kafan yang menutupi telinga dibuka dan telinga
menempel ke tanah
6. Jenazah diadzani

x
7. Lubang kubur ditutup dengan papan, kemudian ditutup dengan tanah dan diberi tanda
dari batu atau kayu dan jenazah di doakan agar diampuni dosanya.

xi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini agar ia bertanggung
jawab dan menyadari segala perbuatan yang telah dilakukannya. Sebab hanya Allah SWT yang
dapat menciptakan makhluk hidup dan segala yang ada di bumi, kepada-Nya kita kembali.

Suatu proses dimana kehidupan dan kematian telah diatur oleh Sang Pencipta, Allah
SWT. Orang mukmin memiliki empat kewajiban terhadap mayit mukmin, yaitu:

1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Mensholati
4. Menguburkan

Dengan demikian tugas sebagai orang muslim menjadi lengkap tatkala ia mampu peduli
kepada sesame muslim, sebab selain mengutamakan kewajiban kaum muslim juga bisa belajar
dan mengambil hikmah dari setiap proses peristiwa yang telah terjadi.

xii
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu › MAKALAH_PERAWATAN_JENAZAH
https://www.academia.edu/38584770/MAKALAH_TATA_CARA_PENGURUSAN_JENAZAH

xiii

Anda mungkin juga menyukai