Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti


“Kepedulian Umat Islam Terhadap Jenazah”

Disusun oleh

Nama : Siti Khusnul Khotimah

Kelas : XI Multimedia 2

NIS : 4824

Program Keahlian : Multimedia

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1


TONJONG Jl. Raya Kutamendala, Pandansari, Kec.
Tonjong, Kab. Brebes, Jawa Tengah 52271

Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya saya bisa menyusun makalah
dengan tema ‘Khutbah, Tabligh, dan Dakwah’ ini tepat pada waktu yang di tentukan.

Makalah ini saya susun untuk memenuhi persyaratan salah satu tugas mata
pelajaran PABP.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lathifah S.Pd selaku guru mata
pelajaran yang telah memberikan tugas ini kepada saya sehingga saya mendapatkan
banyak tambahan pengetahuan.

Saya selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah saya susun ini bisa
memberikan banyak manfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan. Maka dari itu, saya sangat mengharapkan masukan yang
membangun serta kritikan dari para pembaca.

Tonjong, 1 Maret 2020

Penyusun

Siti Khusnul Khotimah


DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUANiv
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Maksud dan Tujuan

BAB II PEMBAHASAN v
1. Kewajiban Terhadap Jenazah ( Pengertian Kematian )
2. Memandikan Jenazah vi
- Syarat wajib mandi
- Syarat jenazah yang dimandikan
- Syarat orang yang memandikan jenazah
- Cara memandikan jenazah
- Tata cara memandikan jenazah
3. Mengkafani Jenazah vii
- Cara mengkafani jenazah laki-laki
- Cara mengkafani jenazah perempuan
4. Menyalatkan Jenazah viii
5. Menguburkan Jenazah ix
- Ta’ziah
- Waktu Berta’ziah
6. Hukum Tahlilan Dalam Pandangan Agama Islam di Bidang Sosiologis x

BAB III PENUTUP xi


1. Kesimpulan
2. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun tidak akan
pernah diketahui kapan kematian itu tiba. Karena manusia adalah makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah swt dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, Islam sangat
memperhatikan dan menghormati orang-orang yang meninggal dunia.

Orang yang meninggal dunia perlu dihormati karena orang yang meninggal adalah
makhluk Allah swt yang sangat mulia. Oleh sebab itu, menjelang menghadap ke
haribaan Allah swt, orang meninggal perlu mendapat perhatian khusus dari yang
masih hidup.

Pengurus jenazah termasuk syariat Islam yang perlu diketahui oleh seluruh umat
Islam. Hal itu dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan atau pengurusan jenazah
sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Akan tetapi masih banyak masyarakat islam
yang masih belum mengerti tentang apa-apa yang harus dilakukan ketika ada ada
saudara kita yang muslim meninggal dunia. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
mencoba untuk mengupasmasalah kewajiban yang harus di emban oleh orang yang
masih hidup terhadap jenazah.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok
permasalahannya adalah:
1.     Apa kewajiban umat muslim terhadap jenazah ?
2.    Bagaimana memandikan jenazah ?
3.     Bagaimana mengkafani jenazah ?
4.     Bagaimana menshalati jenazah ?
5. Dan bagaimana menguburkan jenazah ?
6. Bagaimanakah hukum tahlilan dalam pandangan agama islam ?

C.   Maksud dan Tujuan


1.     Mengetahui kewajiban umat muslim terhadap jenazah
2.    Mengetahui tata cara memandikan jenazah
3.     Mengetahui tata cara mengkafani jenazah
4.     Mengetahui tata cara menshalati jenazah
5. Mengetahui tata cara mengkuburkan jenazah
6. Mengetahui tata cara hukum tahlilan dalam pandangan Islam
BAB I

PEMBAHASAN

1. Kewajiban Terhadap Jenazah

 Pengertian Kematian

Hidup di dunia adalah sementara karena semua manusia akan menuju alam
akhirat. Untuk menuju ke alam akhirat hanya melalui satu pintu, yaitu. Kematian
atau mati berasal dari bahasa Arab, yaitu maut yang artinya tenang, reda, terputus,
atau meninggalkan kehidupan. Mati biasa diartikan berpisahnya jiwa dari jasad.
Mati dalam terminologi Islam ialah lawan dari hidup.
Allah berfirman dalam surah al-Imran ayat 185.

ُ ‫ة الْموت وإنما توفَّو‬


َ ‫م ال ْ ِقيَا‬
ِ‫مة‬ ْ ُ ‫ورك‬
َ ْ‫م يَو‬ َ ‫ج‬ ُ ‫نأ‬ َ ْ َ ُ َ َّ ِ َ ِ ْ َ ُ ‫ْس ذ َآئ ِ َق‬ ٍ ‫ل نَف‬ ُّ ُ ‫ك‬
ُ ‫حيَاة‬ َ ْ ‫ة فَ َقد ْ فَا َز وَما ال‬ َ ْ ‫ل ال‬
َ َّ ‫جن‬ َ ‫خ‬ِ ْ ‫َن النَّارِ وَأُد‬
ِ ‫حع‬
َ ِ‫حز‬ ْ ‫من ُز‬ َ َ‫ف‬
١٨٥﴿ ِ‫متَاع ُ الْغ ُُرور‬َ َّ ‫﴾الدُّنْيَا إِال‬
“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia
itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. “

Orang yang sudah mati, jasadnya disebut mayat atau jenazah (dalam bahasa
Arab jenazah atau jinazah). Mengurus jenazah merupakan bagian dari adab islam
yang tentunya Nabi saw kepada umatnya.

Untuk mempersiapkan kematian, manusia harus banyak berbuat amal saleh.


Pada hari akhir nanti, setiap amal perbuatan manusia akan mendapat balasan yang
setimpal dari Allah swt. Adapun kewajiban muslim terhadap saudara yang
meninggal dunia ada empat macam, yaitu memandikan, mengafani, mensalatkan,
dan menguburkan.

Para fuqaha sepakat bahwa hokum memandikan, mengafani, mensalatkan, dan


menguburkan jenazah adalah fardhu kifayah.
2. Memandikan Jenazah

Memandikan adalah kewajiban pertama yang harus dilakukan terhadap jenazah


terhadap sebagai upaya menyucikan jenazah. Dalam memandikan jenazah, yang
difardhukan adalah menyiramkan air keseluruh tubuhnya satu kali. Adapun
mengulangnya secara ganjil adalah sunah Nabi Shalallohu alaihi wa salam yang telah
suci dan disucikan juga dimandikan.

 Syarat wajib mandi:


a. Mayat orang Islam
b. Ada tubuhnya walaupun sedikit
c. Mayat itu bukan mati syahid

Berikut beberapa hal yang berkenaan dengan memandikan jenazah.


A. Syarat jenazah yang dimandikan, yaitu sebagai berikut :
a. Beragama islam (muslim).
b. Bukan bayi premature.
c. Ada tubuhnya meskipun sedikit.
d. Bukan mati syahid dalam menegakkan agama Allah swt.

B. Syarat orang yang memandikan jenazah, yaitu sebagai berikut :


a. Laki-laki dewasa dimandikan oleh laki-laki dan mayat perempuan dewasa oleh
perempuan, kecuali muhrim atau suami istri.
b. Sebaiknya yang memandikan adalah keluarga yang terdekat.
c. Jika muhrimnya tidak ada, hendaknya dimandikan oleh orang mengerti dan
dapat dipercaya.
d. Yang memandikan menjaga kerahasiaan mayat dan tidak boleh menceritakan
cacatnya.

C. Cara memandikan jenazah, yaitu sebagai berikut :


Dasar yang digunakan oleh ulama dalam berijtihad tentang cara-cara
memandikan jenazah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Atiah, ia berkata :
“Rasulullah saw. datang kepada kami ketika putrinya meninggal dunia. Nabi saw.
bersabda, ‘Mandikanlah ia tiga kali atau lima kali (siraman), atau lebih dari itu jika
kalian pandang perlu, dengan air dan bidara. Hendaklah siraman terakhir dengan air
kapur barus atau sejenis itu. Apabila kalian sudah selesai memandikannya.’ Kami
memberitahunya, lalu memberikan kain kepadanya, kemudian Nabi saw. bersabda,
‘kenakan kain itu kepadanya’.” (H.R. al-Jamaah).

 Persiapan :
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya, diutamakan air yang
dingin, terkecuali jika diperukan untuk menghilangkan suatu kotoran dari
tubuh mayat atau dalam keadaan dingin, maka tidak mengapa airnya
dihangatkan.
2. Mempersiakan perlengkapan mandi, seperti handuk, sabun, wangi-wangian,
kapur barus, dan lain-lain.
3. Mengusahakan tempat yang tertutup dari pandangan untuk memandikan
mayat sehingga hanya orang-orang yang berkepentingan saja yang ada di situ.
4. Menyediakan kain kafan secukupnya.
 Tata cara memandikan jenazah :
a. Periksa kuku jenazah, apabila panjang sebaiknya dipotong sehingga
ukurannya normal.
b. Periksa rambut ketiak, jika panjang sebaiknya dicukur terlebih dulu. Untuk
rambut kemaluan tidak perlu diperiksa atau dicukur.
c. Selanjutnya, kepala jenazah diangkat sampai setengah duduk kemudian
perutnya ditekan sehingga semua kotoran keluar dari tubuh.
d. Seluruh tubuh jenazah disiram sehingga kotoran yang keluar dari perut tidak
ada yang menempel di tubuh.
e. Kemaluan dan dubur juga harus dibersihkan sehingga tidak ada kotoran yang
menempel di bagian tersebut.
f. Saat membersihkan kemaluan dan dubur sebaiknya menggunakan sarung
tangan supaya tidak menyentuh langsung area privat tersebut.
g. Setelah kotoran dalam perut sudah bersih, tahap selanjutnya adalah
membasuh tubuh korban bagian kanan terlebih dulu mulai dari kepala, leher,
dada, perut, paha, hingga kaki paling ujung.
h. Ketika membasuh, bagian tubuh juga harus digosok perlahan dengan handuk
halus.
i. Jika sudah selesai, orang yang memandikan dapat membantu jenazah wudhu
seperti ketika akan sholat. Namun tidak perlu memasukkan air ke hidung dan
mulut, cukup dengan membasahi bagian tersebut dengan kain atau sarung
tangan. Selanjutnya bibir, gigi, dan kedua lubang hidung jenazah harus
dibersihkan.
j. Jenggot dan rambut jenazah harus dicuci dengan air yang dicampur daun
bidara, yang sisanya bisa digunakan membasuh tubuh jenazah.
k. Jika sudah selesai, tubuh jenazah dikeringkan dengan handuk dan proses
selanjutnya adalah mengkafani jenazah.

Yang wajib dalam memandikan mayat adalah sekali saja jika telah tercapai
tingkat kebersihan, sedangkan memandikan tiga kali adalah sunnah.
Imam Syafi’i berkata: Anas bin Malik berkata:
“Memandikan jenazah tidak memiliki batas akhir, akan tetapi-harus- dimandikan
sampai bersih.”
Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dari Ummu Athiyah, bahwa Rasululloh
Shalalloh alaihi wasalam berkata pada para wanita yang memandikan jenazah
putrinya:
“ Mandikanlah tiga kali, lima kali atau lebih dari itu apabila kalian menganggap hal
itu baik dengan air dan daun pohon bidara, dan akhirilah dengan kapur barus atau
sesuatu dari kapur barus.”
3. Mengkafani Jenazah

Setelah selesai memandikan dan mengeringkan mayit,disyariatkan mengafani


mayit. Dipersyaratkan mengafani agar bisa menutupi. Disunahkan agar bisa
berwarna putih dan bersih baik baru (itu yang afdhal) atau yang baru dicuci.
Batasan/ukuran kafan yang wajib adalah kain yang mentupi seluruh badan mayit.
Disunahkan mengafani mayit laki-laki dengan tiga lapisan kain dan mengafani mayit
perempuan dengan lima lembar kain yang terdiri dari: sarung,kerudung,dan dua
lembar pembungkus.Mayit anak kecil dikafani dengan satu lapis kain dan boleh
dikafani dengan tiga lapis kain.Sedangkan mayit anak kecil wanita dikafani dengan
satu baju dan dua lapis kain.Disunahkan mengharumkan dengan dupa yang dibakar
setelah kain kafan itu diperciki dengan air mawar atau yang lainnya agar baunya
harum dan tetap lengket dengan kain kafan itu.

 Cara mengkafani jenazah laki-laki :

Dengan membeberi tiga lapis kain secara ditumpuk,lalu mayit itu diletakkan
dengan wajib ditutup dengan kain atau semisalnya,lalu diletakkan di atas lapis-lapis
kafan dengan terlentang. Berikutnya diberi wewangian yang diletakkan pada kapas
untuk diletakkan diantara kedua bokongmayit yang diikat denagn sepotong kain.
Kemudian sisa kapas yang diberi wewangian untuk kedua mata,kedua lubang
hidung,mulut,kedua lubang telinga,dan di anggota sujudnya: dahi,hidung kedua
tangan,kedua lutut dan ujung kedua kakinya.

Demikian pula pada lipatan-lipatan tubuh: kedua ketiak,kedua lipatan belakang


lutut,dan pusar. Wewangian diberikan pada kain kafan dan kepala mayit. Ujung
kain kafan lembaran yang paling atas bagian kiri ditutupkan ke bagian kanan
mayit,lalu ujung kain kafan sebelah kanan ditutupkan ke bagian kiri badan mayit.
Demikian pula lembaran kedua dan ketiga. Sisa ujung kain kafan diatas kepala lebih
banyak daripada sisa ujung kain kafan dibawah kedua kakinya.

Ujung kain kafan diatas kepala dikumpulkan dan diarahkan kewajahnya,


sedangkan sisa kain kafan bagian bawah kaki dikumpulkan dan diarahkan keatas
kedua kakinya. Semua lapisan itu diikat dengan pengikat agar tidak pudar dan
terlepas didalam kubur.

 Cara mengkafani jenazah perempuan :


Untuk jenazah perempuan dikafani dengan lima lembar kain:
sarung untuk menyarunginya, dipakaikan baju, dipakaikan kerudung diatas
kepalanya, lalu dibalut dengan dua lembar kain kafan. Orang-orang yang masuk
dalam program taklim punya beban lebih, yaitu belajar dan mendalami masalah
masalah ajaran Islam.
4. Menyalatkan Jenazah
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan
umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan
shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya jika dalam suatu wilayah tak ada
seorang pun yang menyelenggarakan shalat jenazah,maka seluruh penduduk wilayah
itu akan menanggung dosa. Akan tetapi jika ada beberapa orang saja yang
menyelenggarakannya, maka penduduk yang lain bebas akan kewajiban tersebut.
Jenazah yang boleh di shalati adalah jenazah orang islam yang bukan mati
syahid (yaitu mati dalam keadaan melawan orang kafir atau orang musyrik).
Sedangkan orang yang mati syahid dan bayi yang gugur dalam kandungan (atau
sejak di lahirkan, sebelum mati, belum dapat bersuara atau menangis) tidak boleh di
sholati, juga tidak boleh dimandikan. Shalat jenazah ini boleh dikerjakan di setiap
waktu, karena shalat ini termasuk shalat yang mempunyai sebab. Shalat jenazah
boleh dikerjakan kaum wanita. Beberapa jenazah boleh di shalati secara bersama-
sama.

a. Syarat-syarat shalat jenazah


Suci dari hadast besar atau kecil, badan, pakaian atau tempat suci dari najis,
menghadap kiblat, serta menutup aurat.
 Shalat jenazah baru didirikan jika jenazah sudah selesai dimandikan dan
dikafani.
 Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan.

b. Cara Melaksanakan Shalat Jenazah


 Berdiri tegak menghadap kiblat, kedua belah tangan berada disamping sejajar
dengan pinggul,menghadap kiblat, sedangkan kepala agak tunduk ke sajadah.
Hati dan fikiran berkonsentrasi,lalu membaca lafal shalat jenazah, yaitu:
a. Jika jenazah orang laki-laki:
b. jika jenazah orang perempuan:
 Setelah selesai membaca lafal niat tersebut, kedua belah tangan diangkat,
sejajar dengan kedua bahu sambil mengucap “ALLAHU AKBAR”. Pada saat
tangan diangkat dan mulut mengucapkan kalimat takbir ini,dihati
mengatakan: “aku niat shalat atas jenazah ini,4 takbir, fardhu kifayah
mengikuti imam, karna Allah Ta’ala.
 Setelah takbir pertama membaca surat Al-fatihah.
 Setelah takbir kedua membaca shalawat kepada Nabi SAW.
 Selesai membaca shalawat, dilanjutkan dengan bertakbir yang ketiga, dan
membaca do’a yang ditujukan untuk jenazah.
 Setelah membaca do’a untuk jenazah, dilanjutkan dengan takbir yang
keempat sambil mengangkat kedua tangan,tanpa ruku’.
 Setelah itu dilanjutkan dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan dan
ke kiri.
5. Menguburkan Jenazah
Telah disepakati kaum muslimin bahwa menguburkan jenazah merupakan
fardhu kifayah. Adapun yang wajib dilakukan,paling sedikit dengan
membaringkannnya dalam sebuah lubang lalu menutup kembali lubng tersebut
dengan tanah,sehingga tidak terlihat lg jasadnya,tidak tercium baunya,dan terhindar
dari binatang buas dan sebagainya.
Akan tetapi yang lebih sempurna ialah dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan
tanah.
2. Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad) , yaitu
liang yang bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat,dan setelah jenazah
dibaringkan disana,liang tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang di
tegakkan,kemudian di timbun dengan tanah.Akan tetapi jika tanah kuburan
itu kurang keras,dan dikhawatirkan dapat longsor boleh juga menguburkan
jenazah dengan membaringkannya ditengah-tengah lubang kemudian
menutupinya dengan papan,ranting dan dedaunan seperti di atas.
3. Ketika memasukkan mayit kedalam kubur,sebaiknya membaca Bismillah wa
‘ala millati Rasulillah atau Bismillah wa ‘alasunnati Rasulillah.Kemudian
meletakannya dengan tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan dan wajahnya
menghadap kiblat. Disamping itu, para ulama menganjurkan agar kepala si
mayit di letakkan diatas bantal dari tanah liat atau batu,kemudian ikatan-
ikatan kafannya dilepaskan, dan bagian dari kafannya di pipinya dibuka
sedikit agar pipinya itu menempel danga tanah. Dianjurkan pula bagi yang
menghadiri penguburan, menebarkan sedikit tanah kearah kepala si
mayitsetelah dibaringkan kedalam kuburannya sebanyak 3 kali, sambil
mengucapkan bagian dari ayat al-qur’an, pada kali pertama : Minha
Khalaqnakum (yang artinya: Dari tanah Kami menciptakanmu); pada yang
kedua : wa fihanu’idukum (artinya : dan kepada tanah Kami
mengembalikanmu); dan pada yang ketiga: wa minha nukhrijukum taratan
ukhra(artinya : dan dari tanah pula Kami mengeluarkanmu lagi).
4. Selesai penguburannya,yaitu ketika lubang telah ditimbuni kembali dengan
tanah,hendaknya mereka yang hadir mendo’akan bagi mayit tersebut dan
memohon ampunan baginya dari Allah SWT. Sebagian ulama terutama dari
kalangan madzhab Syafi’i, menganjurkan agar dibacakan talqin (do’a yang
biasa di baca di atas kuburan guna menuntun si mayit untuk menjawab
pertanyaan malaikat).

 Ta’ziah (Pernyataan turut Berdukacita)


Ucapan ta’ziah terutama dari para kerabat,kawan-kawan serta para tetangga
yang ditunjukkan kepada keluarga yang kematian salah seorang diantara mereka
adalah perbuatan yang dianjurkan dalam agama. Yaitu demi menghibur keluarga
yang sedang berduka cita dan mendoakan bagi si mayit.

 Waktu Berta’ziah
Sebagian ulama membatasi waktu berta’ziah hanya selama tiga harisetelah
kematian atau setelah mayit dikuburkan dengan maksud agar tidak memperbarui
kenangan duka anggota keluarga yang ditinggalkan. Kecuali bagi orang yang
tidak beradadi kota pada waktu itu,dibolehkan mengucapkan ta’ziah ketika
pulang walaupn setelah lewat tiga hari.
5. Hukum Tahlilan Dalam Pandangan Agama Islam di Bidang Sosiologis

Tahlilan adalah acara ritual (serimonial) memperingati hari kematian yang


biasa dilakukan oleh umumnya masyarakat Indonesia. Acara tersebut
diselenggarakan ketika salah seorang dari anggota keluarga telah meninggal
dunia. Secara bersama-sama, setelah proses penguburan selesai dilakukan,
seluruh keluarga, handai tau-lan, serta masyarakat sekitar berkumpul di rumah
keluarga mayit hendak menye-lenggarakan acara pembacaan beberapa ayat al
Qur’an, dzikir, dan do’a-do’a yang ditujukan untuk mayit di “alam sana” karena
dari sekian materi bacaannya ter-dapat kalimat tahlil ( ‫ ه ) ل ل ا ل إ ل ه إ له إه ل إ‬yang
diulang-ulang (ratusan kali), maka acara tersebut biasa dikenal dengan istilah
“Tahlilan”.
Pada saat itu pula, keluarga mayit menghidangkan makanan serta minuman
untuk menjamu orang-orang yang se-dang berkumpul di rumahnya tersebut.
Biasanya acara seperti itu terus berlangsung setiap hari dari hari pertama hingga
hari ketujuh, kemudian dilanjutkan pada hari ke-40, hari ke-100, hingga
menginjak tempo setahun serta tiga tahun dari waktu kematian.

 Di antara tujuan tahlilan bagi para undangan yang hadir dalam acara ini
adalah:
1. Menghibur keluarga almarhum/almarhumah
2. Mengurangi beban keluarga almarhum/almarhumah
3. Mengajak keluarga almarhum/almarhumah agar senantiasa bersabar atas
musibah yang telah dihadapinya.

 Adapun tujuan tahlilan bagi keluarga almarhum/almarhumah adalah:


1. Dapat menyambung dan mempererat tali silaturahmi antara para undangan
dengan keluarga almarhum/almarhumah.
2. Meminta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat oleh
almarhum/almarhumah semasa hidupnya kepada para undangan.
3. Sebagai sarana penyelesaian terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban
almarhum/almarhumah terhadap orang-orang yang masih hidup.
4. Melakukan amal shaleh dan mengajak beramal shaleh dengan bersilaturahmi,
membaca doa dan ayat-ayat al-Qur’an, berdzikir, dan bersedekah.
5. Berdoa kepada Allah agar segala dosa-dosa almarhum/almarhumah
diampuni, dihindarkan dari siksa neraka dan diberikan tempat terbaik di sisi
Allah.
6. Untuk mengingat akan kematian bagi para undangan dan keluarga almarhum
serta dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun kita
tidak akan pernah mengetahui kapan kematian itu tiba.Manusia adalah
ciptaan Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah swt yang lain. Allah
swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh dan memberi balasan atas
apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat balasan
dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh
akan menerima azab-Nya.
Orang yang meninggal wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt
yang mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju
alam baru (kubur) hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani,
disholatkan, dan dikuburkan. Hukum merawat jenazah dalam islam adalah
fardhu kifayah.

B. Saran
Sebagai seorang muslim apabila ada seseorang yang meninggal dunia
maka disunahkan bagi kita untuk merawat jenazah tersebut mulai dari
memandikannya, mengafani, menyalatkan dan menguburkannya. Oleh
karena itu apabila kita tahu dan mampu maka janganlah ragu untuk
melakukannya serta kita harus senantiasa melakukan amr ma’ruf nahi
munkar dan selalu mengingat bahwa kematian itu dapat datang kapan dan
dimana saja.

Anda mungkin juga menyukai