Disusun oleh
Kelas : XI Multimedia 2
NIS : 4824
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya saya bisa menyusun makalah
dengan tema ‘Khutbah, Tabligh, dan Dakwah’ ini tepat pada waktu yang di tentukan.
Makalah ini saya susun untuk memenuhi persyaratan salah satu tugas mata
pelajaran PABP.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lathifah S.Pd selaku guru mata
pelajaran yang telah memberikan tugas ini kepada saya sehingga saya mendapatkan
banyak tambahan pengetahuan.
Saya selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah saya susun ini bisa
memberikan banyak manfaat serta menambah wawasan dan pengetahuan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan. Maka dari itu, saya sangat mengharapkan masukan yang
membangun serta kritikan dari para pembaca.
Penyusun
BAB II PEMBAHASAN v
1. Kewajiban Terhadap Jenazah ( Pengertian Kematian )
2. Memandikan Jenazah vi
- Syarat wajib mandi
- Syarat jenazah yang dimandikan
- Syarat orang yang memandikan jenazah
- Cara memandikan jenazah
- Tata cara memandikan jenazah
3. Mengkafani Jenazah vii
- Cara mengkafani jenazah laki-laki
- Cara mengkafani jenazah perempuan
4. Menyalatkan Jenazah viii
5. Menguburkan Jenazah ix
- Ta’ziah
- Waktu Berta’ziah
6. Hukum Tahlilan Dalam Pandangan Agama Islam di Bidang Sosiologis x
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun tidak akan
pernah diketahui kapan kematian itu tiba. Karena manusia adalah makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah swt dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, Islam sangat
memperhatikan dan menghormati orang-orang yang meninggal dunia.
Orang yang meninggal dunia perlu dihormati karena orang yang meninggal adalah
makhluk Allah swt yang sangat mulia. Oleh sebab itu, menjelang menghadap ke
haribaan Allah swt, orang meninggal perlu mendapat perhatian khusus dari yang
masih hidup.
Pengurus jenazah termasuk syariat Islam yang perlu diketahui oleh seluruh umat
Islam. Hal itu dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan atau pengurusan jenazah
sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Akan tetapi masih banyak masyarakat islam
yang masih belum mengerti tentang apa-apa yang harus dilakukan ketika ada ada
saudara kita yang muslim meninggal dunia. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
mencoba untuk mengupasmasalah kewajiban yang harus di emban oleh orang yang
masih hidup terhadap jenazah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok
permasalahannya adalah:
1. Apa kewajiban umat muslim terhadap jenazah ?
2. Bagaimana memandikan jenazah ?
3. Bagaimana mengkafani jenazah ?
4. Bagaimana menshalati jenazah ?
5. Dan bagaimana menguburkan jenazah ?
6. Bagaimanakah hukum tahlilan dalam pandangan agama islam ?
PEMBAHASAN
Pengertian Kematian
Hidup di dunia adalah sementara karena semua manusia akan menuju alam
akhirat. Untuk menuju ke alam akhirat hanya melalui satu pintu, yaitu. Kematian
atau mati berasal dari bahasa Arab, yaitu maut yang artinya tenang, reda, terputus,
atau meninggalkan kehidupan. Mati biasa diartikan berpisahnya jiwa dari jasad.
Mati dalam terminologi Islam ialah lawan dari hidup.
Allah berfirman dalam surah al-Imran ayat 185.
Orang yang sudah mati, jasadnya disebut mayat atau jenazah (dalam bahasa
Arab jenazah atau jinazah). Mengurus jenazah merupakan bagian dari adab islam
yang tentunya Nabi saw kepada umatnya.
Persiapan :
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya, diutamakan air yang
dingin, terkecuali jika diperukan untuk menghilangkan suatu kotoran dari
tubuh mayat atau dalam keadaan dingin, maka tidak mengapa airnya
dihangatkan.
2. Mempersiakan perlengkapan mandi, seperti handuk, sabun, wangi-wangian,
kapur barus, dan lain-lain.
3. Mengusahakan tempat yang tertutup dari pandangan untuk memandikan
mayat sehingga hanya orang-orang yang berkepentingan saja yang ada di situ.
4. Menyediakan kain kafan secukupnya.
Tata cara memandikan jenazah :
a. Periksa kuku jenazah, apabila panjang sebaiknya dipotong sehingga
ukurannya normal.
b. Periksa rambut ketiak, jika panjang sebaiknya dicukur terlebih dulu. Untuk
rambut kemaluan tidak perlu diperiksa atau dicukur.
c. Selanjutnya, kepala jenazah diangkat sampai setengah duduk kemudian
perutnya ditekan sehingga semua kotoran keluar dari tubuh.
d. Seluruh tubuh jenazah disiram sehingga kotoran yang keluar dari perut tidak
ada yang menempel di tubuh.
e. Kemaluan dan dubur juga harus dibersihkan sehingga tidak ada kotoran yang
menempel di bagian tersebut.
f. Saat membersihkan kemaluan dan dubur sebaiknya menggunakan sarung
tangan supaya tidak menyentuh langsung area privat tersebut.
g. Setelah kotoran dalam perut sudah bersih, tahap selanjutnya adalah
membasuh tubuh korban bagian kanan terlebih dulu mulai dari kepala, leher,
dada, perut, paha, hingga kaki paling ujung.
h. Ketika membasuh, bagian tubuh juga harus digosok perlahan dengan handuk
halus.
i. Jika sudah selesai, orang yang memandikan dapat membantu jenazah wudhu
seperti ketika akan sholat. Namun tidak perlu memasukkan air ke hidung dan
mulut, cukup dengan membasahi bagian tersebut dengan kain atau sarung
tangan. Selanjutnya bibir, gigi, dan kedua lubang hidung jenazah harus
dibersihkan.
j. Jenggot dan rambut jenazah harus dicuci dengan air yang dicampur daun
bidara, yang sisanya bisa digunakan membasuh tubuh jenazah.
k. Jika sudah selesai, tubuh jenazah dikeringkan dengan handuk dan proses
selanjutnya adalah mengkafani jenazah.
Yang wajib dalam memandikan mayat adalah sekali saja jika telah tercapai
tingkat kebersihan, sedangkan memandikan tiga kali adalah sunnah.
Imam Syafi’i berkata: Anas bin Malik berkata:
“Memandikan jenazah tidak memiliki batas akhir, akan tetapi-harus- dimandikan
sampai bersih.”
Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dari Ummu Athiyah, bahwa Rasululloh
Shalalloh alaihi wasalam berkata pada para wanita yang memandikan jenazah
putrinya:
“ Mandikanlah tiga kali, lima kali atau lebih dari itu apabila kalian menganggap hal
itu baik dengan air dan daun pohon bidara, dan akhirilah dengan kapur barus atau
sesuatu dari kapur barus.”
3. Mengkafani Jenazah
Dengan membeberi tiga lapis kain secara ditumpuk,lalu mayit itu diletakkan
dengan wajib ditutup dengan kain atau semisalnya,lalu diletakkan di atas lapis-lapis
kafan dengan terlentang. Berikutnya diberi wewangian yang diletakkan pada kapas
untuk diletakkan diantara kedua bokongmayit yang diikat denagn sepotong kain.
Kemudian sisa kapas yang diberi wewangian untuk kedua mata,kedua lubang
hidung,mulut,kedua lubang telinga,dan di anggota sujudnya: dahi,hidung kedua
tangan,kedua lutut dan ujung kedua kakinya.
Waktu Berta’ziah
Sebagian ulama membatasi waktu berta’ziah hanya selama tiga harisetelah
kematian atau setelah mayit dikuburkan dengan maksud agar tidak memperbarui
kenangan duka anggota keluarga yang ditinggalkan. Kecuali bagi orang yang
tidak beradadi kota pada waktu itu,dibolehkan mengucapkan ta’ziah ketika
pulang walaupn setelah lewat tiga hari.
5. Hukum Tahlilan Dalam Pandangan Agama Islam di Bidang Sosiologis
Di antara tujuan tahlilan bagi para undangan yang hadir dalam acara ini
adalah:
1. Menghibur keluarga almarhum/almarhumah
2. Mengurangi beban keluarga almarhum/almarhumah
3. Mengajak keluarga almarhum/almarhumah agar senantiasa bersabar atas
musibah yang telah dihadapinya.
A. Kesimpulan
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun kita
tidak akan pernah mengetahui kapan kematian itu tiba.Manusia adalah
ciptaan Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah swt yang lain. Allah
swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh dan memberi balasan atas
apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat balasan
dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh
akan menerima azab-Nya.
Orang yang meninggal wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt
yang mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju
alam baru (kubur) hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani,
disholatkan, dan dikuburkan. Hukum merawat jenazah dalam islam adalah
fardhu kifayah.
B. Saran
Sebagai seorang muslim apabila ada seseorang yang meninggal dunia
maka disunahkan bagi kita untuk merawat jenazah tersebut mulai dari
memandikannya, mengafani, menyalatkan dan menguburkannya. Oleh
karena itu apabila kita tahu dan mampu maka janganlah ragu untuk
melakukannya serta kita harus senantiasa melakukan amr ma’ruf nahi
munkar dan selalu mengingat bahwa kematian itu dapat datang kapan dan
dimana saja.