GURU PEMBIMBING
Diana Herawati S,Sos
DISUSUN OLEH
• Chelsea Olivia
• Isye Noviliani
• Ikhsan Fauzi
• M Faizal Sidik
XI IPS 6
Latar Belakang
Dalam syariat Islam diajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang tidak pernah
diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada
derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh
sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan
perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Sebagai Umat Beraga Islam, Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah saw. Dalam masalah penanganan
jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-umat lainnya.
Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan yang memperhatikan sang
mayat. Termasuk member tuntunan yaitu bagaimana sebaiknya keluarga dan kerabatnya
memperlakukan jenazah/mayat. Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw.
Dalam mengurus jenazah ini merupakan aturan yang paling sempurna bagi sang mayat. Aturan yang
sangat sempurna dalam mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk kemudian bertemu
dengan Rabbnya dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya itu, keluarga , orang-orang yang terdekat
dan para tetangga sang mayat pun disiapkan sebagai barisan orang-orang yang memuji Allah SWT dan
memintakan ampunan serta Rahmat-Nya bagi yang meninggal dunia.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah
atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan,
mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.
KATA PENGANTAR
Bismilahirahmanirrahim
Alhamdulillahirrabil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada AllahSWT yang telah memberikan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Memahami Pengurusan
Jenazah” dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang selalu menjadi suri tauladan bagi umatnya. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Siti
Johariyah selaku dosen matakuliah.
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah adalah sebagai bacaan alternatif
bagi para pembaca agar dapat lebih memahami khususnya dalam pengurusan jenazah. Penyusun
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan agar penyusunan makalah
selanjutnya lebih baik lagi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR ISI
C.Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan .................................................................................... 20
B.Saran ............................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang berkaitan dengan pengurusan
jenazah, antara lain :
1.Apa pengertian jenazah ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah Kepemimpinan Pendidikan yaitu untuk mengetahui :
1.Pengertian jenazah
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang beararti tubuh mayat dan berarti menutupi. Jadi, secara
umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup.
Yang wajib dalam memandikan jenazah itu ialah menyampaikan air satu kali ke seluruh tubuhnya,
walaupun ia sedang junub atau haidh sekalipun. Lebih utama meletakan mayat di tempat yang
ketinggian, di tinggalkan pakaiannya dan ditaruh diatasnya sesuatu yang dapat menutupi auratnya. Ini
jika mayat itu bukan mayat seorang anak kecil.
C.Memandikan Jenazah
Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki. Utamanya untuk memandikan jenazah dengan orang
yang terpercaya dan mengerti hukum-hukum dan tata cara memandikan mayit karena memandikan
mayit memiliki hukum syar’i dan sifat (tata cara) yang khusus.
Diutamakan dalam memandikan mayit adalah orang yang disebutkan dalam wasiatnya jika mayit telah
berwasiat agar dimandikan oleh orang tertentu. Setelah wasiat itu orang berikutnya adalah ayah mayit.
Dia adalah orang yang paling utama untuk memandikan anaknya karena dia memiliki hal yang khusus
dalam menyayangi dan belas kasih (lembut) kepada anaknya.
Kemudian berkutnya adalah kakeknya karena ia sama dengan seorang ayah hal-hal sebagai yang telah
disebutkandisusul kemudian oleh orang yang lebih dekat dan lebih dekat dari kerabatnya yang
menerima ashabah dalam warisan baru kemudian orang asing di luar kerabatnya. Masing-masing dari
sepasang suami istri boleh saling memandikkan. Suami boleh memandikan istrinya dan istri boleh
memandikan istrinya. Dikarenakan abu bakar Radhiallahu anhu berwasiat agar jasadnya dimandikan
oleh istrinya.Dikarenakan abu bakar Radhiallahu anhu berwasiat agar jasadnya dimandikan ol. Pria
maupun wanita boleh memandikan mayit anak dibawah umur tujuh tahun, baik mayit laki-laki maupun
perempuan.
Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia tidak
mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya
perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah SAW, yakninya:
Artinya:
-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan- perempuan dan tidak
ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya
sama seperti tidak mendapat air.”(H.R Abu Daud dan Baihaqi)
1.Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Memandikan Jenazah
3)Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah)
Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal ini disebabkan
bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal yang perlu untuk
diperhatikan dalam memandikan jenazah.
1)Jenazah yang boleh dimandikan Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang
meninggal bukan karena mati syahid di Medan pertempuran.
2)Jenazah yang tidak perlu dimandikan Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati
syahid di medan pertempuran karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi
pada hari Kiamat. Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan Nabi saw terhadap
paman beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan
dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan.
c.Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya tertutup atau amandari
pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di halaman rumah namun dibatasi dengan tutup. Usahakan
mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena percikan air. Juga dianjurkan
membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk menolak bau yang dimungkinkan keluar dari
badan mayit. Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit.
Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan). Dianjurkan menggunakan air laut, karena bisa
memperlambat proses pembusukan. Namun, bila berada di daerah yang sangat dingin, atau di tubuh
mayit terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, maka lebih baik menggunakan air hangat.
2)Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh selang, boleh
juga menyiapkan air menggunakan ember besar asal cukup.
3) Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuat serta tahan air.
5)Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
Tambahan (jika diperlukan) : Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari
kuman jika si jenazah memiliki penyakit.
Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kerahasiaan aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan menjaga
dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak terjadi fitnah yang dapat
memalukan keluarga jenazah tersebut.
Adapun Orang yang berhak memandikan Jenazah adalah: Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang
memandikan laki-laki. Bila perempuan, maka yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan
suami-istri, suami memandikan istri yang meninggal, begitu pula sebaliknya. Adapun yang lebih utama
memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling mengerti masalah agama dan yang paling punya
rasa belas kasih syafaqah).
Sedangkan yang paling utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang
semahram dengan jenazah. Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang
memangku di atas bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada yang
menggosok tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal yang diperlukan.
3.Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk dimandikan. Namun yang
sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini memudahkan orang yang
memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.
5) Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan dan kaki
dan rambutnya, sebaiknya memakai sarung tangan.
6) Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lalu mengeluarkan kotoran dalam perutnya
dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan
dengan tangan kirinya, dianjurkan memakai sarung tangan yang sudah diganti. Dalam hal ini boleh
memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran jenazah.
7) Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
8) Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat
9) Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
12) Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang.