Anda di halaman 1dari 13

PRAKTEK MEMANDIKAN JENAZAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Ibadah


Dosen pengampu : Bapak Didin Syafrudin, M.Pd

Disusun Oleh :
Ani Suarni (0106.2001.042)
Nadia Pratanti Sunardi (0106.2001.030)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
DR KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas membuat makalah yang berjudul “Praktek
Memandikan Jenazah” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai
kewajiban untuk memenuhi tugas.
Dalam kesempatan ini, penulis menghanturkan terima kasih yang dalam kepada
semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnya makalah. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk
mewujudkan kesempurnaan tugas makalah ini penulis sangat menghargai.
Penulis berharap bahwa ini bisa bermanfaat, dan masih jauh dari kata sempurna
ataupun berkualitas yang begitu sempurna nya, dengan adanya makalah ataupun tugas
ini mendorong kami agar menjadi lebih bertekad dan kuat dalam menanamkan iman
yang kokoh. Demikian yang dapat kami sampaikan, dan mengucapkan segala hormat
kepada pihak dosen mata kuliah ini, dan juga rekan rekan sekalian yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Purwakarta, 2 Mei 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan ....................................................................................................................... 1

D. Manfaat Penulisan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Pengertian Jenazah.................................................................................................... 3

B. Kewajiban Memandikan Jenazah ............................................................................. 3

C. Siapa Yang Memandikan Jenazah............................................................................ 5

D. Tata Cara memandikan Jenazah.................................................................................8

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 9


A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9
B. Kritik dan Saran ........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam
sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu,
menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia
mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup. Dalam
ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan
4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang
yang telah meninggal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Jenazah?
2. Apa Kewajiban Memandikan Jenazah?
3. Siapa yang Memandikan Jenazah?
4. Bagaimana Tata cara Memandikan Jenazah?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Jenazah.
2. Mengetahui Kewajiban memandikan Jenazah.
3. Mengetahui Siapa yang Memandikan Jenazah.
4. Mengetahui Tata Cara Memandikan Jenazah.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah praktek ibadah.
2. Bagi penulis diharapkan dapat mendatangkan manfaat dan menambah wawasan
serta pengetahuan yang lebih luas.
3. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat sebagai
tambahan informasi serta reverensi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab yang beararti tubuh mayat dan berarti
menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup.
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin,
khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah. Namun,
sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya
diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke
dagu supaya mulutnya tidak menganga/terbuka.
4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan
badannya diselubungi dengan kain.
5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan
handai tolannya.
6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.
7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada


empat macam, yaitu :
1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

2
B. Kewajiban Memandikan Jenazah
Yang wajib dalam memandikan jenazah itu ialah menyampaikan air satu kali ke
seluruh tubuhnya, walaupun ia sedang junub atau haidh sekalipun. Lebih utama
meletakan mayat di tempat yang ketinggian, di tinggalkan pakaiannya dan ditaruh
diatasnya sesuatu yang dapat menutupi auratnya. Ini jika mayat itu bukan mayat
seorang anak kecil.
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani
dandishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang
yang matisyahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur
ulama adalah fardhukifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruhmukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban
memandikan jenazah ini terdapatdalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:

Artinya :
“Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang yang
jatuh dari kendaraannya lalu mati,“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.”
(H.R Bukhari dan Muslim)

C. Siapa yang Memandikan Jenazah


a) Seseorang yang diwasiatkan
Ketika jenazah masih hidup dan beliau mewasiatkan tugas memandikannya
kepada seseorang, maka seseorang tersebut wajib didahulukan.
b) Untuk mayat laki-laki
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah
orangyang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat,
muhrimnya dan istrinya.
c) Untuk mayat perempuan
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya,
neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya

3
d) Untuk mayat anak laki-laki dan perempuan
Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikan ya, dan
sebaliknya untuk anak perempuan boleh laki-laki yang memandikanya
e) Jika seorang perempuan yang meninggal sedangkan yang masih hidup
semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya
seorang laki-laki meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya
perempuan saja dan tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak
dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka
dengan memakai lapis tangan. Hal ini berdasarkan sabda rasulullah yakni:

Artinya : jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak


ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-
perempuan dan tidak ada laki-laki selainya, maka kedua mayat itu di
tayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak
mendapat air (hadist riwayat Abu Daud dan Baihaqi)

D. Tata Cara Memandikan Jenazah


Syarat bagi orang yang memandikan jenazah:
1. Muslim, berakal dan baligh.
2. Berniat memandikan jenazah.
3. Jujur dan Soleh.
4. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan Jenazah dan
memandikanya sebagaimana yang diajarkan Sunnah serta mampu
menutupi aib mayat.

Mayat yang wajib untuk dimandikan


a) Mayat seorang muslim dan bukan kafir.
b) Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan yang sudah
meninggal tidak dimandikan.
c) Bukan mayat yang mati syahid.
d) Ada bagian tubuh jenazah yang dimandikan

4
Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu :
Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala sesuatu
yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:
1) Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.
2) Ember/ wadah untuk menampung air dan gayung.
3) Air bersih secukupnya.
4) Kapas / cottonbud
5) Sabun, shampoo, air kapur barus yang dihaluskan dan wangi-wangian
(daun bidara / jeruk purut).
6) Gunting ( jika diperlukan).
7) Masker dan celemek ( alat pelindung untuk penyelenggara jenazah)
8) Kain penutup
9) Sarung tangan untuk memandikan.
10) Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.
11) Handuk
12) Tempat sampah

Caranya:
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk memandikan jenazah
2. Memandikan jenazah memerlukan sekurangnya 4 orang.
3. Pakai masker, sarung tangan dan celemek agar kotoran jenazah tidak
langsung mengenai kita sebagai penyelenggara jenazah.
4. Baringkan jenazah di tempat mandi yang telah disiapkan. (disarankan tempat
mandi yang digunakan berlubang-lubang sehingga kotoran yang dikeluarkan
akan mudah turun)
5. pakaikan kain penutup atau gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya
tidak kelihatan.

5
6. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
7. Istinjakan jenazah
- Dalam mengistinjakan jenazah kita tidak boleh melihat langsung aurat
jenazah, maka mengistinjakan jenazah dilakukan dibawah kain penutup.
Dan kita tidak boleh menyentuh langsung bagian aurat jenazah maka
harus memakai alas. Dan saat membersihkan, kita sambil mengalirkan air
ke bagian tubuh yang di istinjakan.
- Angkat posisi kepala jenazah sehingga posisi sedikit duduk, sedikit
ditekan di daerah perut dengan perlahan-lahan untuk mengeluarkan sisa
kotoran sambil dibasuh dengan air mengalir. Lalu kita bersihkan area
qubul dan dubur jenazah.
8. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya.
9. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.
10. Kemudian bersihkan gigi jenazah, lubang hidung, lubang telinga, celah
ketiak, celah jari dan rambut menggunakan cottonbud atau kapas secara
perlahan.Siramkan air secara perlahan dari kepala hingga kaki jenazah.
11. Lafazkan niat Memandikan Jenazah:

12. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
13. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya
itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam
bilangan ganjil.

6
14. Siram jenazah dengan air dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki mulai
tubuh jenazah sebanyak 3x dengan air bersih.
15. Siram jenazah dengan air dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki mulai
dr kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah sebanyak
3x dengan air bersih.
16. Miringkan jenazah kesebelah kiri untuk membasuh bagian badan kanan
belakang sebanyak 3x dengan air bersih.
17. Miringkan jenazah kesebelah kanan untuk membasuh bagian badan kiri
belakang sebanyak 3x dengan air bersih secara perlahan.
18. Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki sambil memberikan sabun
keseluruh badan sambil digosok secara perlahan dengan air mengalir.
19. Setelah itu berikan shampoo pada rambut jenazah sambil disiram secara
perlahan.
20. Lalu siramkan air kembali dari kepala hingga ujung kaki secara perlahan.
21. Setelah itu siram jenazah dengan air kapur barus, air bidara dan air jeruk
purut.
22. Setelah itu mewudukan jenazah , dengan niat:

- Setelah itu basuh muka jenazah sebanyak 3x


- Basuh tangan kanan dari ujung jari , sela-sela jari, hingga siku sebanyak
3 x dan lakukan hal yang sama pada tangan kiri
- Basuh kepala jenazah sebanyak 3x
- Basuh telinga jenazah sebanyak 3x
- Basuh kaki kanan jenazah sebanyak 3x dan setelah itu pada kaki kiri.

7
23. Setelah selesai dimandikan, di lap menggunakan handuk pada seluruh badan
jenazah.
24. Ganti kain basah dengan kain kering dengan hati-hati tanpa memperlihatkan
aurat jenazah.
25. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai
badannya,wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di
atas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang
najis itu saja.
26. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan
menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan
dengan handuk dan dikepang
27. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak
mengandung alkohol.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati
kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah
fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di
tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.
B. Kritik dan Saran
Dalam menyusun makalah yang berjudul “Praktek Memandikan Jenazah”
pastilah makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu bagi para mahasiswa,
pembaca dan khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah ini , kami sangat
mengharapkan kritik dan saran.

9
DAFTAR PUSTAKA

- Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta:


- Amzah Abd. Ghoni Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung:
- Sayyidah M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994
- Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media Perintis
Bandung. 2011
- Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012 Praktikum
Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN SU Medan. 2012

10

Anda mungkin juga menyukai