Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Pendidikan Agama Islam: Tata Cara Pengurusan Jenazah
Guru Pembimbing :
Rudianto SP.d.

Disusun oleh :
1. Indah Lufitasari (11)
2. Isma Aulia (13)
3. Martanabila Isarohmah (15)
4. Revina Alifia Dewi Arum (27)
5. Silvia Safa Dhiyaan (29)
6. Yunita Fivi Dwiashari (35)

SMAN NEGERI 3 MAGETAN


Jl. Raya Sarangan No.45 Telp/0351895528
Magetan, Jawa Timur 63319
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memnuhi salah satu tugas agama
islam, yang berisikan tentang tata cara pengurusan jenazah. Sebelumnya kami
ucapan terimakasiih kepada bapak mata pelajaran yang telah ememberikan
bimbinganya. Dan kami sebelumnya menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayahnya selalu. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Pengertian Jenazah......................................................................................... 2
1. Hal-hal yang harus dilakukan sesudah meninggal .................................... 2
B. Memandikan Jenazah..................................................................................... 2
1. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah ........................................... 3
2. Mayat yang wajib dimandikan .................................................................. 3
3. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum memandikan jenazah ............. 3
4. Tatacara memandikan jenazah .................................................................. 4
5. Orang yang berhak memandikan jenazah ................................................. 5
C. Mengkhafani Jenazah .................................................................................... 6
1. Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkhafani jenazah ........................... 6
2. Cara mengkhafani jenazah perempuan ..................................................... 6
3. Cara mengkhafani jenazah laki-laki.......................................................... 7
4. Membaikkan pemakaian kain kafan ......................................................... 8
D. Menyalatkan Jenazah ..................................................................................... 8
1. Syarat-syarat shalat jenazah ...................................................................... 8
2. Rukun shalat jenazah ................................................................................ 9
3. Sunah shalat jenazah ................................................................................. 9
4. Cara melaksanakan shalat jenazah ............................................................ 9
E. Menguburkan Jenazah ................................................................................. 11
F. Berbagai Tata Cara Berkaitan Dengan Kuburan ......................................... 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
A. Kesimpulan .................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk
sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi,
maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia.
Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah
meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang
masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia
maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup
untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani,
menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk
lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan
dalam penjelasan berikut ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jenazah?
2. Bagaimana tatacara memandikan jenazah?
3. Siapa yang berhak memandikan jenazah?
4. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
5. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?
6. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian jenazah
2. Untuk mengetahui tatacara memandikan jenazah
3. Untuk mengetahui siapa yang berhak memenadikan jenazah
4. Untuk mengetahui tatacara mengkafani jenazah
5. Untuk mengetahui tatacara menshalatkan jenazah
6. Untuk mengetahui tat cara menguburkan jenazah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah
Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dan
menjadi turunan dari isim mashdar yang diambil dari fi‟il madhi janaza-
yajnizu-janazatan wa jinazatan. Bila huruf jim dibaca fathah (janazatan,kata
ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Namun bila huruf jimnya dibaca
kasrah, maka kata ini berarti orang yang mengantuk. Lebih jauh, jenazah
menurut Ibnu Mas‟ud dan Zainal Abidin S., mengartikan jenazah sebagai orang
yang telah meninggal yang diletakkan dalm usungan dan hendak dibawa ke
kubur untuk dimakamkan.
1. Hal-hal yang harus dilakukan sesudah meninggal
a. Hendaklah dipejamkan (ditutupkan) matanya, menyebut kebaikan,
mendoakan, meminta ampun atas dosanya.
b. Hendakalh ditutup seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan
kepadanya dan supaya tidak terbuka „auratnya.
c. Tidak ada halangan untuk mencium mayat bagi keluarganya atau
sahabat-sahabatnya yang sangat sayang dan berdukacita sebab matinya.
d. Ahli mayat yang mampu hendaklah dengan segera membayar utang si
mayat jika ia berutang, baik dibayar dari harta peninggalannya atau dari
pertolongan keluarga sendiri.

B. Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani
dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-
orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut
jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan
kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian
orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang
menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW. Yakninya:

2
‫ فى ا لز ي سقط عه س ا حلتً فما ت ا غسلى‬:‫عه ا به عبا س ا ن ا لىبً صلى ا هلل علًٍ و سلم قا ل‬
)‫ي بما ء و سذ س (سواي ا لبخشو مسلم‬
“dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah tentang orang yang jatuh
dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah air dan daun bidara.” (H.R
Bukhari dan Muslim)
1. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah
a. Muslim, berakal, dan baligh
b. Berniat memandikan jenazah
c. Jujur dan sholeh
d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan
memandikan sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutup
aib si mayat.
2. Mayat yang wajib dimandikan
a. Mayat seorang muslim bukan kafir
b. bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah
meninggaltidak dimandikan
c. ada sebagian tubuh mayat yang dapat dimandikan
d. bukan mayat yang mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela
agama Allah)
3. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum memandikan jenazah
Siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
keperluan mandinya, sepert:
a. Tempat memandikan pada ruangan tertutup.
b. Ember, gayung, dan air.
c. Kapas.
d. Kapur barus.
e. Daun bidara/ sidr.
f. Kaos tangan dan sarung tangan kain sesuai dengan jumlah petugas yang
memandikan.
g. Kain penutup mayat 5-6.
h. Handuk.
i. Sabun (lebih baik cair), shampoo, cutton buds.

3
j. Minyak wangi.
k. Tempat sampah untuk membuang kotoran
l. Kafan yang menyesuaikan keadaan dan jenis kelamin jenazah.
Sebelum memandikan jenazah ada baiknya kita memenuhi aturan
sebelum memandikan jenazah yaitu:
a. Mengikat kepala mayit.
b. Meletakkan kedua tangan diaatas perut (seperti orang yang melakukan
shalat).
c. Mengikat dan menyatukan persendian lutut.
d. Menyatukan kedua ibu jari kaki.
e. Menghadpkan mayyit kearah kiblat.
4. Tatacara memandikan jenazah
a. Pada mulanya kita sediakan air sebanyak mungkin, air kapur barus, dan
sabun, kain. Kemudian lakukan bacaan niat, ketentuan bacaan niat yaitu:
1) Jika mayat laki-laki dewasa, lafadz niatnya adalah: (Nawaitul ghusla
lihaadzal mayyit fardhal kifaayati lillaahita‟ala).
2) Jika mayat perempuan dewasa: (Nawaitul ghusla lihaadzal mayyitati
fardhal kifaayati lillaahita‟ala)
3) Jika mayat kanak-kanak laki-laki: (Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit
tifli fardhal kifaayati lillahita‟ala)
4) Jika mayat kanak-kanak perempuan:
(Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tiflati fardhal kifaayati lillahita‟ala)
b. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.
Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut
jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudian siramkan.
c. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh
jenazah.
d. Setelah itu dudukkan mayit dan tekan-tekan perut, agar kotoran dalam
perut keluar. Dan bersihkan dubur mayit dengan niat istinja‟ bagi mayit.
Bacaan niat: nawaitul istinjaa-i minal mayyit frdhan „alayya
lillahita‟ala. Dan ketika membersihkan “auratnya”, hendaklah tangan

4
orang yang memandikan dilapisi dengan kain, karena menyentuh aurat
itu hukumnya haram.
e. Kemudian ambilkan wudhu bagi simayit, dengan bacaan niat: (nawaitul
wudhu-a lihaadzal mayyit lillaahita‟ala).
f. Setelah itu hendaklah dimandikan tiga kali dengan air sabun atau dengan
air bidara, dengan memulainya bagian yang kanan. Dan seandainya tiga
kali tidak cukup, misalnya belum bersih maka hendaklah dilebihinya
menjadi lima atau tujuh kali. Rasulullah SAW bersabda:
ً ‫ثالثا ً او خم‬: ًّ ‫اغسلىهاوتشا‬
‫ اواكثش مه رلك ان ساٌته‬: ‫سا او سبعا‬
“mandikanlah jenazah-jenazah itu secara (hitungan) ganjil, tiga, lima,
tujuh kali. Atau boleh lebih jika kau pandang perlu”.
g. Jika telah selesai memandikan mayat, hendaklah tubuhnya dikeringkan
dengan kain atau handuk yang bersih, agar kain kafannya tidak basah,
lalu ditaruh, diatas minyak wangi. tetapi kalau mayit meninggal ketika
sedang ihram, maka harus dimandikan seperti biasa tanpa dikenai kafur
atau lainnya yang berbau harum.
5. Orang yang berhak memandikan jenazah
Kalau mayat itu laki-laki, hendaklah yang meamandikannya laki-laki
pula, tidak boleh perempuan memandikan mayat laki-laki kecuali istri dan
muhrimnya. Sebaliknya jika mayat itu perempuan, hendaklah dimandikan
oleh perempuan pula, tidak boleh laki-laki memandikan perempuan kecuali
suami dan muhrimnya. Jika suami dan muhrim sama-sama ada, suami lebih
berhak untuk memandikan istrinya, begitu juga jika istri dan muhrim sama-
sama ada, maka istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.
Bila meninggal seorang perempuan, dan ditempat itu tidak ada
perempuan, suami, atau muhrimnya pun tidak ada, maka mayat itu
hendaklah “ditayammumkan” saja., idak dimandikan oleh laki-laki yang
lain. Begitu juga jika meninggal seorang laki-laki, sedangkan disana tidak
ada laki-laki, istri atau muhrimnya, maka mayat itu hendaklah
ditayammumkan saja. Kalau mayat kanak-kanak laki-laki, maka boleh
perempuan memandikannya, begitu juga kalau mayat kanak-kanak
perempuan, boleh pula laki-laki memandikannya.

5
Jika ada beberapa orang yang berhak yang memandikan, maka yang
lebih berhak ialah keluarga yang terdekat kepada mayat kalau ia mengetahui
akan kewajiban mandi serta dipercayai. Kalau tidak, berpindahlah hak
kepada yang lebih jauh yang berpengetahuan serta amanah (dipercayai).

C. Mengkhafani Jenazah
Mengkhafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah
dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain.
Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu
kifayah. Kafan diambilkan dari harta si mayat sendiri jika ia meninggalkan
harta, kalau ia tidak meninggalkan harta, maka kafannya wajib atas orang yang
wajib memberi belanjananya ketika ia hidup. Kalau yang wajib memberi
belanja itu tidak pula mampu, hendaklah diambilkan dari baitul mal, dan diatur
menurut hukum agama islam. Jika baitul mal tidak ada atau tidak teratur, maka
wajib atas orang muslim yang mampu. Demikian pula belanja lain-lain yang
bersangkutan dengan keperluan mayat.
1. Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkhafani jenazah
a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih,
dan menutupi seluruh tubuh mayat.
b. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis kain,
tiap-tiap lapis menutupi sekalian badannya. Sebagian ulama berpendapat,
satu dari tiga lapis itu hendaklah izar (kain mandi), dua lapis menutupi
sekalian badannya.
2. Cara mengkhafani jenazah perempuan
a. Dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan diatas tiap-tiap lapis itu
harum-haruman seperti kapur barus dan sebagainya.
b. Lantas mayat diletakkan diatasnya sesudah diberi kapur barus dan
sebagainya. Kedua tangannya diletakkan diatas dadanya, tangan kanan
diatas tangan kiri, atau kedua tangan itu diluruskan menurut lambungnya
(rusuknya).

6
c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selmbar
dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain
kafan tiga atau lima ikatan.
f. Untuk kain kafan mayat perempuan terdiri dari 5 lembar kain kafan,
yaitu terdiri dari:
1) Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
2) Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
3) Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
4) Lembar keempat berfungsi sebagai untuk menutup pinggang hingga
kaki.
5) Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
3. Cara mengkhafani jenazah laki-laki
a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing
bagian dengan tertib.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan
diatas kain kafan sejajar, serta taaburi dengan wangi-wangian atau kapur
barus.
c. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
d. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
e. Pakaikan sarung.
f. Pakaikan baju kurung.
g. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
h. Pakaikan kerudung.
i. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
j. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

7
4. Membaikkan pemakaian kain kafan
Kafan yang baik maksudnya baik sifatnya dan baik cara
memakainya, serta terbuat dari bahan yang baik. Sifat-sifatnya telah
diterangkan, yaitu kain yang putih, begitu pula cara memakaikannya dengan
baik. Adapun baik yang tersangkut dengan dasar kain ialah, jangan sampai
berlebih-lebihan memilih dasar kain yang mahal-mahal harganya. Sabda
rasulullah saw:
‫ التغالىافى الكفه فاوً ٌسلب‬:‫عه على به ابى طالب قال سسىل هللا صلى الهً علًٍ وسلم‬
‫ سواي أبىداود‬.‫سشٌعا‬
Dari „ali bin abi thalib: “Berkata Rasulullah saw: Janganlah kamu
berlebih-lebihan memilih kain yang mahal-mahal untu kafan, karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan seegera.

D. Menyalatkan Jenazah
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang
dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.
Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya jika dalam
suatu wilayah tak ada seorang pun yang menyelenggarakan shalat
jenazah,maka seluruh penduduk wilayah itu akan menanggung dosa. Akan
tetapi jika ada beberapa orang saja yang menyelenggarakannya, maka
penduduk yang lain bebas akan kewajiban tersebut. Jenazah yang boleh di
shalati adalah jenazah orang islam yang bukan mati syahid (yaitu mati dalam
keadaan melawan orang kafir atau orang musyrik). Sedangkan orang yang mati
syahid dan bayi yang gugur dalam kandungan (atau sejak dilahirkan, sebelum
mati,belum dapat bersuara atau menangis) tidak boleh di sholati, juga tidak
boleh dimandikan. Shalat jenazah ini boleh dikerjakan di setiap waktu, karena
shalat ini termasuk shalat yang mempunyai sebab. Shalat jenazah boleh
dikerjakan kaum wanita. Beberapa jenazah boleh di shalati secara
bersamasama.
1. Syarat-syarat shalat jenazah
a. Suci dari hadast besar atau kecil, badan, pakaian atau tempat suci dari
najis, menghadap kiblat, serta menutup aurat.

8
b. Shalat jenazah baru didirikan jika jenazah sudah selesai dimandikan dan
dikafani.
c. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan.
2. Rukun shalat jenazah
a. Niat
b. Berdiri bagi yang mampu
c. Empat kali (termasuk takbiratul ikhram)
d. Membaca surat Al-fatihah setelah takbir yang pertama (takbiratul
ikhram)
e. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, setelah takbir kedua
f. Membaca do‟a untuk jenazah setelah takbir yang ketiga
g. Membaca do‟a untuk jenazah dan orang yang menyhalatinya setelah
takbir yang keempat
h. Membaca salam ke kanan dan ke kiri
3. Sunah shalat jenazah
a. Mengangkat kedua tangan saat bertakbir
b. Merendahkan suara pada setiap bacaan (israr)
c. Membaca isu‟adzah (A‟uudzu billaahi minasy syaithaanir rajlim)
d. Disamping itu, posisi imam hendaknya didekat kepala jenazah laki-laki
atau didekat pinggul jenazah perempuan
e. Shaf hendaknya dijadikan 3 shaf atau lebih. Satu shaf sekurang-
kurangnya 2 orang.
4. Cara melaksanakan shalat jenazah
a. Berdiri tegak menghadap kiblat, kedua belah tangan berada disamping
sejajar dengan pinggul,menghadap kiblat, sedangkan kepala agak tunduk
ke sajadah.
b. Hati dan fikiran berkonsentrasi,lalu membaca lafal shalat jenazah,yaitu
membaca niat , setelah selesai membaca lafal niat tersebut, kedua belah
tangan diangkat, sejajar dengan kedua bahu sambil mengucap “allahu
akbar”. Pada saat tangan diangkat dan mulut mengucapkan kalimat
takbir ini,dihati mengatakan: “aku niat shalat atas jenazah ini, 4 takbir,
fardhu kifayah mengikuti imam, karna Allah Ta‟ala.

9
c. Setelah takbir pertama membaca surat Al-fatihah
d. Setelah takbir kedua membaca shalawat kepada Nabi SAW : Shalawat
yang lengkap
e. Setelah selesai membaca shalawat, dilanjutkan dengan bertakbir yang
ketiga, dan membaca do‟a yang ditujukan untuk jenazah:
1) Jika jenazah laki-laki:

Allahummagfir lahu warhamhu wa 'afihi wa 'fu'anhu wakrim


nuzulahu wa wasi' madkholahu wagsilhu bilma'i watsalju wal bardi
wa naqqihi minadzunubi walkhotoyaya kama yunaqqi
atssaubulabyadhu binaddanasi wa abdilhu daaron khoiron min daarihi,
wahlan khoyron min ahliho, wa zaujan khoyron min zaujihi waqihi
fitnatalqobri wa 'adzabi nnar.
2) Jika jenazah perempuan:

.
Allohummaghfirlahaa warhamhaa wa'aafihaa wa'fu 'anhaa wa
akrim nuzulahaa wawassi' mudkholahaa waghsilhaa bil maa-i wats
tsalji wal barod. Wa naqqihaa minal khothooyaa kamaa naqqoitats
tsaubal abyadho minad danas. Wa abdilhaa daaron khoiron min
daarihaa wa ahlan khoiron min ahlihaa wa zaujan khoiron min
zaujihaa wa adkhilhal jannata wa a'idzhaa min 'adzaabin qobri au min
'adzaabin naar.
f. Setelah membaca do‟a untuk jenazah, dilanjutkan dengan takbir yang
keempat sambil mengangkat kedua tangan,tanpa ruku‟ dan membaca:

Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinnaa ba‟dahu waghfir


lanaa wa lahu. Jika ingin lebih sempurna maka di tambah dengan lafal:

10
"Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinnaa ba'da - hu
waghfir lanaa walahu wali ikhwaaninal ladziina saba- quuna bil iimaani
walaa taj'al fii quluubinaa ghillan lil- ladziina aamanuu rabbanaa innaka
ra'uu fur rahiimun".
g. Setelah itu dilanjutkan dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan
dan ke kiri

E. Menguburkan Jenazah
Menguburkan jenazah merupakan fardhu kifayah. Adapun yang wajib
dilakukan,paling sedikit dengan membaringkannnya dalam sebuah lubang lalu
menutup kembali lubang tersebut dengan tanah,sehingga tidak terlihat lagi
jasadnya,tidak tercium baunya,dan terhindar dari binatang buas dan
sebagainya. Akan tetapi yang lebih sempurna ialah dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan
tanah.
2. Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad) , yaitu
liang yang bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat,dan setelah jenazah
dibaringkan disana,liang tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang di
tegakkan,kemudian di timbun dengan tanah. Akan tetapi jika tanah kuburan
itu kurang keras,dan dikhawatirkan dapat longsor boleh juga menguburkan
jenazah dengan membaringkannya ditengah-tengah lubang kemudian
menutupinya dengan papan,ranting dan dedaunan seperti di atas.
3. Ketika memasukkan mayit kedalam kubur,sebaiknya membaca Bismillah
wa „ala millati Rasulillah atau Bismillah wa „alasunnati Rasulillah.
Kemudian meletakannya dengan tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan
dan wajahnya menghadap kiblat.Disamping itu,para ulama menganjurkan
agar kepala si mayitdi letakkan diatas bantal dari tanah liat atau
batu,kemudian ikatan-ikatan kafannya dilepaskan,dan bagian dari kafannya
di pipinya dibuka sedikit agar pipinya itu menempel danga tanah.Dianjurkan

11
pula bagi yang menghadiri penguburan,menebarkan sedikit tanah kearah
kepala si mayitsetelah dibaringkan kedalam kuburannya sebanyak 3
kali,sambil mengucapkan bagian dari ayat al-qur‟an,pada kali pertama :
Minha Khalaqnakum (yang artinya: Dari tanah Kami menciptakanmu); pada
yang kedua : wa fihanu‟idukum (artinya : dan kepada tanah Kami
mengembalikanmu); dan pada yang ketiga: wa minha nukhrijukum taratan
ukhra(artinya :dan dari tanah pula Kami mengeluarkanmu lagi).
4. Selesai penguburannya,yaitu ketika lubang telah ditimbuni kembali dengan
tanah,hendaknya mereka yang hadir mendo‟akan bagi mayit tersebut dan
memohon ampunan baginya dari Allah SWT.Sebagian ulama terutama dari
kalangan madzhab Syafi‟i,menganjurkan agar dibacakan talqin(do‟a yang
biasa di baca di atas kuburan guna menuntun si mayit untuk menjawab
pertanyaan malaikat).

F. Berbagai Tata Cara Berkaitan Dengan Kuburan


1. Menurut Syafi‟i dalam Al-Mukhtashar,sebaiknya tidak menggunakan tanah
tambahan untuk menimbuni kuburan,selain yang telah dikeluarkan ketika
menggalinya.
2. Dibolehkan menaikkan kuburan kira-kira sejengkal lebih tinggi dari
permukaan tanah,sematamata agar diketahuibahwa itu adalah
kuburan,sehingga tidak diinjak atau diduduki.
3. Dianjurkan memercikkan air serta meletakkan kerikil(batu-batu kecil)
diatas kuburan Kemudian meletakkan sepotong batuatau kayu dan
sebagainya diatas kuburan sebagai tanda agar diketahui oleh para peziarah.
4. Sebaiknya tidak membuat bangunan diatas kuburan ataupun memoles
permukaannya dengan plester semen,kapur dan sebagainya. Sebagian ulama
mengharamkan hal itu,dan sebagiannnya lagi meski tidak mengharamkan
namun menegaskan bahwa perbuatan seperti itu tidak disukai.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia
sebagai makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati
kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya
adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun 4 perkara yang menjadi
kewajiban adalah memandikan, mengkhafani, menshalatkan, dan
menguburkan. Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan
jenazah, antara lain:
1. Memperoleh pahala yang besar.
2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan
sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

13

Anda mungkin juga menyukai