Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH

Disusun oleh :

Muhammad Aprianto Miza


Muhammad Hessel
Bona Parta Astagara
Sarip Rahmad Hidayatullah

SMK Muhammadiyah Loa Janan


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita haturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada
terkira besarnya, Tak lupa shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke
alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah menuju ke alam yang penuh berkah
ini.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak. Dr. H. Zaenal
Arifin. AR.S.Ag., M.Pd.I. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah PRAKTEK IBADAH
Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan
bantuannya berupa materiil maupun non materiil, karena tanpa bantuan pihak-pihak
tersebut kami semua tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami
pun mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang kami kutip tulisannya sebagai
bahan rujukan penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Tata Cara Pengurusan Jenazah” Mata Kuliah “Praktek Ibadah”
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini
bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang
lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah,
berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan
yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya buat kami tim penyusun. Amin
ya Robbal alamin
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Loa Duri, 15 Februari 2023


Penyusun
i
DAFTAR ISI

Halaman
Cover .............................................................................................................
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Is ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2
2.1. Pengertian Jenazah ................................................................................. 2
2.2. Memandikan Jenazah ............................................................................. 3

1. Orang yang utama memandikan jenazah .......................................... 3

2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah ................................... 4

3. Mayat yang wajib untuk dimandikan ................................................ 5

4. Tatacara memandikan jenazah .......................................................... 5


2.3. Mengkafani Jenazah ............................................................................... 6

1. Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah ..................... 7

2. Tata cara mengkafani jenazah ........................................................... 7

2.4 Menshalatkan Jenazah ............................................................................. 9

1. Orang yang paling utama untuk melaksanakan Shalat Jenazah ........ 9

2. Rukun shalat jenazah ......................................................................... 10

3. Tata Cara Melakukan Shalat Jenazah ................................................ 10

2.5 Menguburkan Jenazah ............................................................................. 12


BAB III PENUTUP ..................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
3.2 Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 19
i
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik
ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat
menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang
menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan
perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan
tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan berikut ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian jenazah?
2. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
4. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah? 5. Bagaimana tata cara
menguburkan jenazah?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa pengertian jenazah
2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara memandikan jenazah
3. Untuk mengetahui bagaimana tata cara mengkafani jenazah
4. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menshalatkan jenazah
5. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menguburkan jenazah

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jenazah

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat dan
kata ‫ جن ذ‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh
mayat yang tertutup
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin,
khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang
harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.

2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.


3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu
supaya mulutnya tidak menganga/terbuka.

4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya


diselubungi dengan kain.

5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai


tolannya.

6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.


7. Segerakanlah fardu kifayahnya.

Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada


empat macam, yaitu :

1. Memandikan jenazah
2. Mengkafani jenazah
3. Mensalatkan jenazah
4. Menguburkan jenazah

2
2.2. Memandikan Jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati
syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah
fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat
itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh
mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat
dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:

‫ فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلته فما‬:‫عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم قا ل‬


(‫ت ا غسلو ه بما ء و سد ر )رواه ا لبخرو مسلم‬
Artinya : “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang
yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan
daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang
perlu diperhatikan yaitu :

3
5. Orang Yang Utama Memandikan Jenazah

a. Untuk mayat laki-laki


Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang
yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya
dan istrinya.

b. Untuk mayat perempuan


Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,
keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan


Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan
sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya


hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-
laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak
mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis
tangan.[3] Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya :

‫ا ء ليس‬pp‫اذ ما تت ا لمر أ ة مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر أ ة غير ها و ا لر جل مع النس‬


‫ا ء )رواه ه‬pp‫د ا لم‬pp‫ة من لم يج‬pp‫معهن ر جل غيره فأ نهما ييممان و يد فنا ن و هما بمنز ل‬
‫بو‬
(‫داود و ا لبيحقى‬
Artinya : “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada
perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan
4
dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu
dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R
Abu Daud dan Baihaqi)

6. Syarat Bagi Orang Yang Memandikan Jenazah

a. Muslim, berakal, dan baligh

b. Berniat memandikan jenazah

c. Jujur dan sholeh

d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan


memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi
aib si mayat.

7. Mayat Yang Wajib Untuk Dimandikan

a. Mayat seorang muslim dan bukan kafir

b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal
tidak dimandikan

c. Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan

d. Bukan mayat yang mati syahid

8. Tatacara Memandikan Jenazah


Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu :

a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala


sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:

1. Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.

2. Air secukupnya.

3. Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.

4. Sarung tangan untuk memandikan.

5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.


5
6. Kain basahan, handuk, dll.

b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya
tidak kelihatan.

c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.

d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.

e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan
perutnya perlahan-lahan.

f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.

g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut
jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.

h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah

i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir
dicampur dengan wangi-wangian.

j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota


tubuhnya.

k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya


itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam
bilangan ganjil.

l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai
badannya, wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di
atas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang
najis itu saja.

m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan


menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan
dengan handuk dan dikepang.

n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak


membasahi kain kafannya.

o. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak


mengandung alkohol.

6
2.3. Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu


yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah
muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist
diriwayatkan sebagai berikut :

‫ا على‬pp‫ع ا جرن‬pp‫و ق‬pp‫ها جر نا سع ر سو ل ا هلل صلى ا هلل عليه و سلم كلتمس و جه ا هلل ف‬
‫د فلم‬pp‫و م ا ح‬pp‫ل ي‬pp‫ير قت‬pp‫عب ا بن عم‬pp‫أ منهم مص‬pp‫هللا فمنا من ما ت لم يأ كل من ا جر ه ش‬
‫ا ر‬pp‫ا به‬pp‫ و ا ذا غطين‬,‫ر جت ر جال ه‬pp‫ه خ‬pp‫ ا ذا غطينا بها ر أ س‬,‫نجد ما لكفنه ا ال بر د ة‬
‫ه و ا ن‬p‫لم ا ن نغطي ر أ س‬p‫ه و س‬p‫لى ا هلل علي‬p‫بي ص‬p‫ا ا لن‬p‫ر ن‬p‫أ م‬p‫ه ف‬p‫جليه حر ج ر أ س‬
‫نجعل على‬
(‫ر جليه من ا ال ذ خر )رواه ا لبخا ر ى‬

Artinya : “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan


Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena
diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi
sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh
diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain
burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya
tertutup, maka
tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi
kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.”
(H.R Bukhari)

1. Hal-hal Yang Disunnahkan dalam Mengkafani Jenazah adalah :

a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.

b. Kain kafan hendaknya berwarna putih.

7
c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.

d. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah,


kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.

e. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

2. Tata Cara Mengkafani Jenazah Adalah Sebagai Berikut :

A. Untuk Mayat Laki-Laki

a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih
lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan


diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.

c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang


mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi
selembar dengan cara yang lembut.

e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain


kafan tiga atau lima ikatan.

f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup
dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain
kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa
saja yang ada.

B. Untuk Mayat Perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang
terdiri dari:

a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.


8
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.

e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:

a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing


bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi
dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.

b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran


dengan kapas.

c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

d. Pakaikan sarung.

e. Pakaikan baju kurung.

f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.

g. Pakaikan kerudung.

h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan


kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.

i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

2.4 Menshalatkan Jenazah

9
Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu
kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi :

(‫صلو ا على مو تا كم )رواه ابن ما جه‬


Artinya : “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah,
yaitu :

a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di


depan orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya
sebelah kanan dan kaki sebelah kiri imam.

b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan
apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang
jenazah.
c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

1. Orang Paling Utama Untuk Melaksanakan Shalat Jenazah Yaitu:


a. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli
bid’ah.

b. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.

c. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.

d. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.

e. Keluarga terdekat.

f. Kaum muslimim seluruhnya.

10
2. Rukun Shalat Jenazah Ialah :

a. Berniat menshalatkan jenazah.

b. Takbir empat kali.

c. Berdiri bagi yang kuasa.

3. Tata Cara Melakukan Shalat Jenazah adalah sebagai berikut :

1. Niat shalat jenazah


Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah SWT.
Sebelum shalat jenazah dilakukan maka kepada imam dan seluruh makmum
hendaknya berwudhu dan menutup aurat. Untuk menyalatkan mayat laki-laki
imam berdiri sejajar dengan kepala si mayat, sedangkan untuk mayat
perempuan, imam berdiri di tengah-tengah sejajar pusat si mayat.

Lafal niat shalat jenazah :

a. Untuk mayat laki-laki

‫ ا ما ما هلل تعا لى‬/‫ا صلى على هذ اا لميت ار بع تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما‬


“Sengaja aku berniat shalat atas mayat laki-laki empat takbir fardhu kifayah
menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”

‫ ا‬b. Untuk mayat perempuan


‫ ا ما ما هلل تعا لى‬/‫صلى على هذ اا لميتة ار بع تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما‬
“Sengaja aku berniat shalat atas mayat perempuan empat takbir fardhu kifayah
menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”

2. Takbir 4 kali

a. Takbir pertama dimulai dengan mengangkat tangan dan membaca


AlFatihah.

11
Artinya:
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang,

2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,

3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,

4. Yang menguasai di hari Pembalasan,

5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah


kami meminta pertolongan,

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,

7. (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada


mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.

b. Takbir kedua dan membaca shalawat

‫ا للهم صل على محمد و على ا ل محمد كما صليت على ا بر ا هيم و على ا ل ا براهيم‬
‫ر هيم‬pp‫و با رك على محمد و على ا ل محمد كما با ر كت على ا بر ا هيم و على ا ل ا ب‬
.‫فى ا لعا لمين ا نك حميد مجيد‬

Artinya : “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan


keluarganya, sebagaimana engkau telah
memberikan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarganya.
Berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau
telah memberkati Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya
Engkau Maha terpuji lagi bijaksana”

c. Takbir ketiga dan membaca do’a untuk si mayat

‫ز‬p‫ر م ن‬p‫ا( و ا ك‬p‫ه )ه‬p‫ف عن‬p‫ا( و ا ع‬p‫ه)ه‬p‫ا ف‬p‫ا( و ع‬p‫ه )ه‬p‫ا للحم ا غفر له )ها( و ا ر حم‬
‫ا‬pp‫له )ها( ووسع مد خله )ها( و ا غسله )ها( بما ء و ثلج و بر د و نقه )ها( من ا لخطا ي‬
‫يرا‬pp‫ا( و ا هال خ‬pp‫يرا من دا ر ه )ه‬pp‫ا( دا را خ‬pp‫كم ينقى ا لثو ب من ا لد نس و ا بد له )ه‬
.‫من ا هله )ها( و ادخله )ها( ا لجنة و ا عنذ ه )ها( من عذا ب ا لقبر و عذا ب ا لنا ر‬
Artinya : “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan
sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah
kuburnya, sucikanlah dia dengan air embun dan es, sucikanlah
dia dari kesalahannya, sebagaimana sucinya kain putih dari
kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik
daripada rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan
12
keluarga yang lebih baik, masukkan ia kedalam syurga, dan
jauhkan ia dari siksa kubur dan siksa neraka.”

d. Takbir keempat lalu diam sejenak dan membaca do’a

(‫ا للحم ال تحر منا ا جر ه )ها( وال تفتنا بعد ه )ها( و ا غفر لنا و له )ها‬
Artinya : “Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan
janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami
setelah kepergiannya”

2.5 Menguburkan Jenazah

Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di


atas pundak dari keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus


tergesagesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di
samping kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.

13
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari
jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita
(non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
“Ahkamul Janaaiz” hal. 145)

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar
kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.

Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).

Langkah-Langkah :
 Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

14
 Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

 Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke


liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara
perlahan.
Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

 Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan:


“BISMILLAHI WA‘ALAMILLATI RASULILLAHI”
(Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur.
Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan


jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya
selain tali kepala dan kedua kaki.

15
 Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya,
sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap
wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram
sebagaimana yang telah dijelaskan.

 Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala
dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau
papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

 Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

 Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke


dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang

16
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan
(diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.

 Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak


dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah
bentuk makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).

 Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan
diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam
(dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat
“Irwa’ul
Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah
dikenali.

 Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi


batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta
bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah
melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)

 Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam


menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena
ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka
disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti
sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan
secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa
mendapatkan manfaat dari doa mereka. Wallahu a’lam bish-shawab.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah :

1. Memandikan

2. Mengkafani

3. Menshalatkan

4. Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain :

1. Memperoleh pahala yang besar.

2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.

3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan


belasungkawa atas musibah yang dideritanya.

4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati


dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.

5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan
sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

18
3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,
pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan
mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga
berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua
serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa
yang akan datang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta:


Amzah
Abd. Ghoni Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah
M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai Sulaiman
Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994
Ali Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media Perintis
Bandung. 2011
Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012
Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN SU Medan. 2012

Sumber Lain :
Jurnal Salafiyun
https://fadhlihsan.wordpress.com/2011/08/01/tata-cara-pengurusan-jenazah-
disertaigambar/ (diakses pada tanggal 19 Maret 2018 Pukul 02:00 )

20

Anda mungkin juga menyukai