Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENYELENGGARAN JENAZAH
MAPEL PAI

O
L
E
H

NAMA: FAREL AGUS PRAMUDYA


KELAS: XII IPS

SMA S PSM BUKITTINGGI


TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PENYELENGGARAAN JENAZAH” Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada Ibu mata kuliah PAI Yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan
kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik Dan tidak lupa penulis
mengucapkan banyak terimakasih. Kelompok menyadari betul bahwa memang makalah ini
belum sempurna seutuhnya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Bukittinggi, 10 Februari es2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah
B. Hukum Memandikan Jenazah
C. Syarat-Syarat Memandikan Jenazah
D. Tahapan Pelaksanaan Penyelenggaraan Jenazah .....................................................................

BAB III SIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................

A. Simpulan ...................................................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian (ajal) adalah hal yang pasti terjadi pada setiap makhluk yang bernyawa,
tidak ada yang mengetahui kapan dan di mana manuasia akan menemui ajal, dalam
keadaan baik atau buruk. Bila ajal telah tiba maka tidak ada yang bisa memajukan
ataupun mengundurkannya. Kematian merupakan takdir yang tidak dapat dihindari oleh
manusia. Bagi umat islam, ada beberapa hal yang harus dilakukan terhadap orang yang
telah meninggal dunia, satu di antaranya, memandikannya.
Memandikan jenazah menjadi tindakan pertama yang harus dilakukan umat islam,
sebelum mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah. Dalil mengenai kewajiban
seorang muslim untuk memandikan jenazah terdapat dalam hadits yang disabdakan
Rasulullah SAW : Dari Abu Hurairah R.A berkata, aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda.”hak seorang muslim yang lain ada lima hal: menjawab salam, membesuk orang
sakit, mengantar jenazah, mendatangi undangan, dan menjawab orang bersin.” (HR
Bukhari).
Walaupun kata memandikan dalam hadits diatas tidak ada, namun sebagaimana
yang diketahui bahwa memandikan jenazah merupakan bagian fardhu kifayah dalam
pengurusan jenazah. itulah sebabnya memandikan jenazah merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan dengan segera. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fardhu kifayah
merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan apabila tidak ada seorangpun yang
melakukan hal tersebut maka seluruh penduduk di sekitar kediaman jenazah tersebut
akan berdosa.
Oleh karena itu, memandikan jenazah merupakan keharusan yang mesti
dikerjakan. Dan apabila hal tersebut telah dilaksanakan, maka putuslah kewajiban
penduduk muslim setempat. Adapun karakter yang harus dimiliki oleh yang memandikan
adalah sehat jasmani dan rohani, kuat dan Tangguh, cakap dan sigap, terampil, berani,
cerdas, bijaksana, dan Amanah. Melihat dari fenomena yang ada, tidak adanya regenerasi
penerus dalam hal perawatan, persiapan dan praktek memandikan jenazah belum terlihat
dan sangat diperlukan dalam melakukan penyuluhan, pelatihan untuk mengenalkan
kepada generasi muda.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Cara Menjalankan perawatan, persiapan dan praktek memandikan jenazah?

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui cara menjalankan perawatan, persiapan dan praktek memandikan jenazah.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian jenazah

Kata jenazah, bila ditinjau dari segi bahasa (etimologis), berasal dari bahasa Arab dan
menjadi turunan dari isim masdar (adjective) yang diambi dari fi‟il madi janaza-yajnizu-
janazatan wa jinazatan. Bila huruf jim dari kata tersebut dibaca fathah (janazatan), kata ini
berarti orang yang telah meninggal dunia. Namun bila huruf jim-nya dibaca kasrah, maka
kata ini memiliki arti orang yang mengantuk. Demikian keterangan yang dijelaskan oleh
sang penulis kitab Matali‟ al-Anwar (An-Nawawi t.th, 104).

Dalam kamus al-Munawwir, kata jenazah diartikan sebagai “seseorang yang telah
meninggal dunia dan diletakkan dalam usungan” (Munawwir 1997, 215). Kata ini
bersinonim dengan al-mayyit (Arab) atau mayat (Indonesia) (Departemen Agama 1993, 516).
Karenanya, Ibn al-Faris memaknai kematian (al-mawt) sebagai peristiwa berpisahnya nyawa
dari badan atau jasad (an-Nawawi t.th, 105). Luis Ma‟luf di dalam kitab al-Munjid
mendefenisikan jenazah sebagai berikut: Artinya: seseorang yang berpisah dengan
kehidupan(Ma‟luf 1986, 779)

B. Hukum memandikan jenazah


Hukum Memandikan Jenazah Apabila ada seseorang yang meninggal dunia, maka
kewajiban bagi sekelompok orang adalah untuk segera menyelenggarakan jenazahnya,
salah satu diantara poin tersebut adalah memandikan jenazah. Adapun hukum
memandikan jenazah ini, Imam al-Syairazi dalam kitabnya alMuhazzab menjelaskan
bahwa hukumnya adalah fardhu kifayah : Memandikan mayat fardhu kifayah hukumnya
(al-Syairazi t.th, 112).
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW : Dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhai
keduanya, bahwa Nabi SAW telah besabda mengenai orang yang jatuh dari kendaraannya
lalu meninggal dunia, Lalu Rasulullah bersabda: mandikanlah ia dengan air daun bidara,
kafanilah ia dengan dua lapis kain(HR. Muttafaqun‟alaihi)(ash-Shan‟ani t.th, 191).
Muhammad bin Isma‟il ash-Shan‟ani, menjelaskan: ‫ ال‬Hadis ini menjadi dalil wajibnya
memandikan jenazah (ash-Shan‟ani t.th, 191)
Selanjutnya Imam al-Nawawi, menjelaskan: Imam al-Nawawi berkata : sepakat
para ulama bahwa memandikan jenazah hukumnya fardhu kifayah (ash-Shan‟ani t.th,
191) Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa hukum memandikan jenazah itu
fardu kifayah bagi kaum muslimin yang masih hidup. Sebagaimana dijelaskan Imam al-
Nawawi dalam Kiatabnya al-Majmu‟: Dan memandikan mayat itu adalah fardhu kifayah
dengan kesepakatan kaum muslimin dan maknanya fardhu kifayah bahwasannya apabila
dilakukan dari padanya memandikan jenazah maka kifayah baginya dan terlepas dari
orang yang meniggalkannya dan bagi setiap mereka yang tidak mengerjakannya maka
berdosa mereka semuanya dan saya mengetahui memandikan mayat dan mengafankan
dan menyalatkan dan menguburkan juga fardhu kifayah (al-Nawawi t.th, 113)
Maksudnya adalah apabila ada sebagian dari mereka yang melakukannya maka
gugurlah kewajiban tersebut dari yang lain, termasuk juga pada hal mengkafankan,
menshalatkan dan menguburkan jenazah hukumnya juga fardhu kifayah. Artinya, jika
sebagian orang telah melakukannya maka yang lain sudah terwakili. Ini merujuk kepada
perintah 17 Rasulullah saw., dan selalu dilaksanakan oleh kaum muslimin (Sabiq 2010,
44).
C. Syarat syarat memandikan jenazah
1. Beragama Islam. Tidak dianjurkan yang memandikan jenazah adalah orang kafir,
karena memandikan jenazah termasuk dalam ritual ibadah yang mana seharusnya
dilakukan oleh orang Islam.
2. Membaca niat. Sebagaimana terkandung dalam hadis, “setiap pekerjaan itu
tergantung niatnya”.
3. Berakal. Orang yang tidak berakal tidak mampu untuk berniat sehingga tidak sah.
4. Jika jenazahnya laki-laki, maka yang berhak memandikannya adalah anak laki-
lakinya, laki-laki lain, sementara itu perempuan tidak diperbolehkan memandikan
jenazah laki-laki kecuali istri, anak perempuannya atau mahramnya.
5. Jenazah perempuan harus dimandikan oleh anak perempuannya atau perempuan lain,
adapun laki-laki yang boleh memandikannya adalah suami, anak laki-lakinya atau
mahramnya.
6. Jika jenazahnya adalah anak-anak, maka yang memandikannya boleh orang laki-laki
atau perempuan, dianjurkan yang merupakan kerabat atau keluarga jenazah.
7. Apabila orang yang memandikan jenazah mendapatkan cacat pada tubuh jenazah,
maka harus merahasiakan hal tersebut, demi menjaga nama baik keluarga jenazah.
Kecuali hal tersebut merupakan hal yang dapat memotivasi seseorang agar meniru
perilaku terpuji jenazah.

Selain syarat-syarat untuk orang yang memandikan jenazah, adapun jenazah yang
dimandikan memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

1. Jenazah adalah orang muslim, tidak wajib hukumnya memandikan jenazah orang
kafir.
2. Tidak wajib memandikan bayi yang meninggal karena keguguran dan belum
berumur empat bulan.
3. Anggota badan jenazah masih ada, sekalipun sedikit atau sebagian.
4. Bukan jenazah orang yang mati syahid, yang terbunuh di peperangan melawan
orang kafir. Orang yang mati syahid tidak boleh dimandikan karena mereka
memiliki keistimewaan di mata Allah SWT.

Kemudian dilakukan langkah-langkah memandikan jenazah sebagai berikut:

1. Membersihkan segala kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan
jenazah.
2. Mengurut perut jenazah agar kotoran yang ada di perutnya keluar.
3. Membersihkan kotoran yang terdapat pada kuku-kuku jari, serta kotoran yang ada
di mulut dan gigi jenazah.
4. Membaca niat memandikan jenazah.
5. Menyiram air ke seluruh badan sampai merata, sambil berdoa atau berzikir.
6. Mendahulukan anggota wudu dan anggota tubuh bagian kanan ketika menyiram
air.
7. Menyiram dan memandikan jenazah disunahkan tiga kali dengan urutan: seluruh
tubuh disiram air, membersihkan jenazah dengan sabun dan sampo, lalu
mewudukannya, dan yang terakhir menyiram jenazah dengan air yang sudah di
campur dengan kapur barus atau bahan wangian yang tidak mengandung alkohol.
8. Membaca doa setelah memandikan jenazah.
9. Disunahkan untuk memandikan jenazah sebanyak tiga, lima, atau tujuh kali.
D. Cara penyelenggaraan jenazah
Dalam Perawatan, Persiapan Dan Memandikan Jenazah Ada Beberapa Tahapan :
1. Tahapan Pertama
ketika mayat baru meninggal ; Memejamkan mata sijenazah, Mengikat dagu sampai
keatas kepala dengan kain yang lebar, Melepas pakaian jenazah, Mengikat telapak kaki
jenazah, Meletakan tangan jenazah (sedakep) sepert posisi sholat, Meletakan jenazah
diatas ranjang (dipan) dalam keadaan terlentang dengan menghadapkan kaki kearah
qiblat, Meletakan benda diatas perut jenazah, Bersegera membebaskan semua
tanggungan jenazah , Memintakan maaf buat si jenazah dari kesalahan, Memenuhi atau
melaksanakan wasiat nya, Mengumumkan kematian nya melalui masjid-masjid.

2. Tahapan Kedua
proses dan cara aturan memandikan jenazah ; Menyiapkan alat, proses memandikan,
memposisikan jenazah ditempat pemandian dengan kaki menghadap kiblat sampai
dengan mewudhukan.

3. Tahapan Ketiga Mengkafani Jenazah


siapkan kain kafan seperti gambar dibawah
:
Ketentuan dalam Mengkafani Jenazah
1. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.
2. Kain kafan hendaklah berwarnah putih.
3. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedangkan perempuan lima
lapis.
4. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-
wangian. 5. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.
5. Dalam mengkafani juga sebaiknya ada tambahan kapas secukupnya yang telah diberi
wewangian pada anggota tubuh yang berlubang meliputi:
a) Mata
b) Lubang hidung
c) Telinga d. Mulut
d) Dubur
Demikian juga pada anggota sujud, meliputi:
a) Jidat
b) Hidung
c) Kedua siku
d) Telapak tangan
e) Jari-jari telapak kaki

 Tata Cara Mengkafani Jenazah Laki-Laki


a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas.
Sebaiknya masing-masing helai diberi kapur barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain
kafan memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau
lima ikatan. Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang lahat.
f. Jika kain kafan tidak cukup menutupi seluruh badan jenazah, tutupkanlah bagian
auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu
atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup
auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain
kafannya sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan.
Kemudian, kuburkan dalam satu liang lahat, sebagaimana dilakukan terhadap
syuhada‟ dalam perang uhud.
g. Membaca Doa Selesai mengkafani dilanjutkan dengan membaca doa

 Ketentuan Mengkafani Jenazah Perempuan Kain kafan perempuan terdiri atas lima
lembar kain kafan putih, yaitu:
a. Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih
lebar.
b. Lembar kedua untuk kerudung kepala.
c. Lembar ketiga untuk baju kurung.
d. Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
e. Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.

4. Tahapan Keempat Mensholati Jenazah


Setelah mengkafani jenazah kewajiban selanjutnya adalah mensholatinya,sholat jenazah
dianggap sah apabila memenuhi syarat-syarat serta rukun-rukunnya,sedangkan syarat-
syaratnya adalah sama seperti sholat yang lain,cuma dalam mensholati jenazah
disyaratkan lagi jenazahnya harus suci dari najis,adapun rukun-rukun dalan sholat
jenazah adalah sebagai berikut : Niat sholat jenazah, berdiri bagi yang mampu, membaca
takbir empat kali

Niat

Karena niat termasuk rukun maka tentu wajib diikut sertakan dalam pelaksanaan sholat
jenazah. Boleh dibaca namun jangan hanya selesai sampai bacaan saja ikutkan niat
sampai akhir sholat jenazah. Yakni niat sholat karena Allah SWT.
 Membaca Takbir Pertama / Takbirotul Ihrom

Setelah niat maka langsung membaca takbirotul ihrom layaknya seperti sholat pada
umumnya. Kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah :

ِ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ مٰ ِن الر‬


‫َّحي ِْم‬
َ‫اَ ْال َح ْم ُد هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِم ْين‬
ِ ‫اَلرَّحْ مٰ ِن الر‬
‫َّحي ِْم‬
‫ك يَوْ ِم ال ِّدي ِْن‬
ِ ِ‫مٰ ل‬
ُ‫اِيَّاكَ نَ ْعبُ ُد َواِيَّاكَ نَ ْست َِعيْن‬
‫اِ ْه ِدنَا الصِّ َراطَ ْال ُم ْستَقِ ْي َم‬
َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َوالَ ٱلضَّآلِّ ْين‬
ِ ‫ض‬
ْ‫ُو‬ ْ
‫غ‬ ‫م‬ ْ
‫ٱل‬
َ ِ ‫ْر‬
‫ي‬ َ
‫غ‬ ۙ ْ ِ ‫ص َراطَ الَّ ِذ ْينَ اَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي‬
‫م‬ ‫ه‬ ِ
Artinya

1. Dengan nama Allah YangMaha Pemurah lagi Maha Penyayang


2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang Menguasai hari pembalasan.
5. Hanya Engkaulah Yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka
yang sesat.

 Membaca Takbir Kedua

Disunnahkan untuk mengangkat tangan sampai menyentuh telinga dan meletakkannya


kembali ke pusar.

Kemudian membaca sholawat nabi Muhammad SAW


َ ‫اَل ٰلَهُ ُّم‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬

Artinya:
"Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad."

Atau lebih lengkap dengan bacaan shalawat:


‫ار ْك ع َٰلى ُم َح َّم ٍد َوع َٰلى ٰا ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ٰ ٰ ٰ ٰ َ ‫اَل ٰلَهُ ُّم‬
َ ‫صلِّ ع َٰلى ُم َح َّم ٍد َوع َٰلى ٰا ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬
ِ َ‫ اَللَهُ َّم ب‬،‫صلَّيْتَ عَلى ِإب َْرا ِه ْي َم َوعَلى ا ِل ِإب َْرا ِه ْي َم ِإنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
ٰ ٰ ٰ
‫بَا َر ْكتَ عَلى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوعَلى ا ِل ِإبَ َرا ِه ْي َم ِإنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬.
BACA JUGA
Qur'an Per Kata Surat Al-Baqarah Ayat 229-231
Qur'an Per Kata Surat Al-Baqarah Ayat 222-228
Bacaan Shalat Ghaib (Tulisan Arab) dan Arti-nya
Artinya:
"Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan kepada keluarga
Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia, dan berikanlah berkah kepada
Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan berkah
kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia
 Membaca Takbir Ketiga

Setelah membaca sholawat nabi maka dilanjutkan dengan takbir yang ketiga sama seperti
takbir sebelumnya.

Kemudian membaca Doa Jenazah yang diriwayatkan oleh muslim dalam sebuah hadis
shohih.

‫هُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ (لَهَا) َوارْ َح ْمهُ (هَا) َوعَافِ ِه (هَا) َواعْفُ َع ْنهُ (هَا‬

Artinya:
“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia."

Atau doa yang lebih panjang dengan bacaan:

‫ َونَقِّ ِه‬،‫ج َو ْالبَ َر ِد‬ ٰ


ِ ‫ َوا ْغ ِس ْلهُ (هَا) بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل‬،)‫ َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَهُ (هَا‬،)‫ َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ (هَا‬،)‫اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ (لَهَا) َوارْ َح ْمهُ (هَا) َوعَافِ ِه (هَا) َواعْفُ َع ْنهُ (هَا‬
‫ َو َزوْ جًا خَ ْيرًا‬،)‫ َواَ ْهاًل َخ ْيرًا ِم ْن اَ ْهلِ ِه (هَا‬،)‫َار ِه (هَا‬ ِ ‫ َوَأ ْب ِد ْلهُ (هَا) دَارًا خَ ْيرًا ِم ْن د‬،‫َس‬ ِ ‫والخَ طَايَا َك َما يُنَقَّى الثَّوْ بُ اَأْل ْبيَضُ ِمنَ ال َّدن‬
ْ ‫ب‬ ِ ‫(هَا) ِمنَ ال ُّذنُو‬
َّ
‫ب النار‬ َ ْ ْ
ِ ‫ َوقِ ِه (هَا) فِتنَةَ القَب ِْر َو َعذا‬،)‫ِم ْن َزوْ ِج ِه (هَا‬

Artinya:
“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia. Berilah kehormatan
untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air, salju, dan embun.
Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran.
Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, isteri yang lebih baik dari isterinya. Dan
peliharalah ia (lindungilah) dari azab kubur dan azab neraka.
 Membaca Takbir Keempat

Jika sudah membaca doa untuk jenazah maka dilanjutkan kembali membaca takbir
dengan cara seperti takbir sebelumnya.

Kemudian membaca doa kembali untuk jenazah dengan doa seperti dibawah ini :
ُ‫اَ ٰللّهُ َّم اَل تَحْ ِر ْمنَا اَجْ َرهُ َواَل تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ َوا ْغفِرْ لَنَا َولَه‬

Artinya:
"Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami (janganlah Engkau meluputkan
kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah
kami dan dia."

Atau doa yang lebih lengkap:

‫َّح ْي ٌم‬ ٌ ‫اَ ٰللّهُ َّم اَل تَحْ ِر ْمنَا اَجْ َرهُ َواَل تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ َوا ْغفِرْ لَنَا َولَهُ َواَل ِ ْخ َوا نِنَا الَّ ِذ ْينَ َسبَقُوْ نَا ِبااْل ِ ْي َما ِن َواَل تَجْ َعلْ فِ ْي قُلُوْ بِنَا ِغاًّل لِّلَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َربَّنَااِنَّكَ َر‬
ِ ‫ُؤف ر‬

Artinya:
"Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami, dan janganlah Engkau memberi
kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia, dan bagi saudara-saudara kita yang
mendahului kita dengan iman, dan janganlah Engkau menjadikan gelisah dalam hati kami dan bagi
orang-orang yang beriman. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang."

Mengucapkan Salam
Setelah keempat takbir tersebut dibaca semua berikut doa yang ada didalamnya maka
jangan lupa untuk mengucapkan Salam.
ُ‫ت هّٰللا ِ َوبَ َركَاتُه‬
ُ ْ‫اَل َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرح‬

Artinya:
"Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian."

Demikian bacaan dan tata cara shalat jenazah dengan bacaan doa dalam tulisan Arab disertai
terjemahnya. Jangan lupa saat kita melakukan takziah untuk selalu menyempurnakannya dengan
men-shalatkan jenazah dan mengiringinya ke tempat pemakaman. Semoga apa yang kami tulis ini
bermanfaat

5. Tahapan pemakaman
Mengubur jenazah di pekuburan lebih utama daripada di tempat khusus. Dalam
membawa jenazah ke pekuburan disunnahkan menaruh posisi kepala di arah depan
walaupun bukan arah kiblat.
Sedangkan lubang kubur, minimal harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya:
1. Bisa menutupi dari bau busuknya jenazah dan bisa melindungi jenazah dari binatang
buas (tidak bisa digali dan dimakan binatang buas)
2. Berupa galian, tidak cukup jika berupa bangunan di atas tanah sekalipun bisa
melindungi dari binatang buas. Sedangkan yang paling utama yaitu membuat galian
yang luas dan dalam setinggi orang normal berdiri dengan mengangkat tangannya ke
atas atau sekitar 4 ½ dzira‟ atau 2,25 M

Galian ini bisa berbentuk dua macam yaitu:


a) Lahd, yaitu melubangi bagian bawah dari lubang kubur pada sisi arah kiblat
setelah menggali sedalam 2,25 M. Ini lebih utama (afdol) di daerah dengan
struktur tanah yang keras.
b) Syaq, yaitu membuat galian di tengah-tengah lubang kubur seperti galian sungai.
Ini lebih utama(afdol) di daerah dengan struktur tanah yang gembur dan lunak.
Tata cara penguburan jenazah yang paling sempurna dan sesuai dengan
kesunahan adalah sebagai berikut :
 Meletakkan jenazah sebelum dimasukkan ke liang kubur di posisi kaki kubur
(sebelah selatan liang lahat).
 Mengangkat jenazah, lalu diturunkan ke liang kubur dengan posisi kaki
terlebih dahulu.
 Dikubur tanpa memakai alas, bantal atau peti. Hukum menggunakan ini
semua makruh kecuali dalam keadaan darurat seperti ketika lahatnya berair.
 Orang yang masuk ke dalam liang lahat disunnahkan ganjil, afdolnya tiga
orang.
 Menutup liang kubur dengan kain ketika prosesi pemakaman supaya tidak
terlihat aurat jenazah jika terbuka. • Jenazah diletakkan berbaring miring dan
sisi tubuh bagian kanan (lempeng kanan) menempel di tanah, makruh bila
menggunakan sisi tubuh bagian kiri. Adapun menghadapkan ke kiblat
hukumnya wajib.
 Sunnah bagi yang menguburkan

 Melepas ikatan kafan jenazah pada kepala jenazah dan membuka kafan yang
menutupi pipi jenazah lalu menempelkannya ke tanah.
 Meletakkan bantalan dari tanah (biasanya berbentuk bulat) pada bagian
belakang tubuh jenazah seperti belakang kepala dan punggung, kemudian
menekuk sedikit bagian tubuh jenazah ke arah depan supaya tidak mudah
untuk terbalik atau menjadi terlentang.
 Adzan dan iqomah dengan lirih, lalu menutup liang dengan papan sebelum
ditutup dengan tanah.
 menaikkan sedikit urukan tanah setinggi jengkal.
 Setelah proses penguburan selesai, berdiam sebentar untuk dibacakan talqin
serta memperbanyak istighfar bagi jenazah. Dari kelima tahapan dalam
perawatan, persiapan dan praktek memandikan jenazah tahapan pertama
sampai dengan ketiga harus difahami lebih lanjut karena dalamtahapan ini
hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memenuhi persyaratan.
Adapun persyaratan untuk memandikan :
1) beragama islam, baligh, berakal atau sehat mental.
2) berniat memandikan jenazah.
3) mengetahui hukum memandikan jenazah.
4 ) Amanah dan mampu menutupi aib jenazah.
5) yang masih ada hubungan keluarga dan mahram.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagai makhluk
yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemulianya itu perlu mendapat perhatian
khusus dalam hal penyelenggaraan jenazah .dimana penyelenggaraan jenazah seorang muslim itu
hukumnya adallah fardu kifayah.artinya,kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di
tempat itu ,tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurla kewajiban seluruh
mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
1. memandikan
2. mengkafani
3. mensholatkan
4. menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurus jenazah ,antara lain:
1. memperoleh pahala yang besar
2. menunjukan rasa solidaritas yang tinggi di antara sesama muslim
3. membantu meringankan beban jenazah dan sebagai ungkapan balasungkawa atas musibah
yang diderita
4. mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati
5. sebagai bukti bahwa manusia adallah makhluk yang palimg mulia,sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik baiknya menurut aturan
Allah SWT dan rasulnya.

B. Saran

Dengan pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemkalah berharap kepada
kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk menyambut kematian
itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat mengubah wawasan dan
pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://an-nur.ac.id › cara-mengkafani-jenazah

https://muslim.or.id › ... › Fikih › Fiqh dan Muamalah

Hukum dan Doa Mengkafani Jenazah Beserta Tata

Caranyahttps://kumparan.com Praktek-Penyelenggaraan-Jenazah-

FSH.pdfhttps://htn.uin-suska.ac.id ›

Anda mungkin juga menyukai