Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FIQH

“SHALAT”

Disusun Oleh Kelompok 4 : 1. Asmarani Putri


2. Bayu Prasetyo
3. Mutiara Aprilia
Prodi : Ekonomi Syariah
Dosen Pengampuh : Mubarik, S.HI., M.Sy

IAI NUSANTARA BATANG HARI


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fiqh,
dengan judul “Shalat”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan kritik dan saran sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Muara Bulian, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………….………. i
Daftar isi …………………………………………………………………….…………. ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………….……………1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….……………2
C. Tujuan ………………………………………………………………………….………..2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sholat ……………………………………………………..……….3
B. Dasar Hukum Sholat ……………………………………………………..………3
C. Syarat Sah Sholat …………………………………………….……….………4
D. Rukun Sholat ………………………………………………………………5
E. Macam-macam Sholat ………………………………………………..…………….9
F. Hal-hal Yang Membatalkan Sholat ………………………………………………11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................14
B. Saran ……………………………………………………………………….………14
C. Daftar Pustaka …………………………………………………………………….…….15
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat islam dan shalat merupakan sarana
komunikasi antara seorang hamba dengan tuhan-Nya sebagai bentuk ibadah yang
didalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan
yang diawali dengan “takbiratul ikhram” dan diakhiri dengan “salam” dan dilakukan
dengan syarat maupun rukun shalat yang telah di tentukan (Imam Assayuthi). Shalat
terdiri dari shalat fardhu (wajib)dan shalat Sunnah. Shalat fardhu terdiri atas 5 waktu yaitu
: shubuh, dzuhur, ashar, magrib, isya. Shalat dapat membentuk kecerdasan spiritual bagi
siapa saja yang melakukannya (Agustina,2001).

Selain itu mempelajari shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, karena shalat
adalah bentuk pengabdian manusia terhadap ALLAH SWT yang wajib dilaksanakan agar
hidupnya di berikan keberkahan, kebaikan, kemudahan, dan jalan keluar dari kesulitan
yang menimpa. Adapun manfaat dari melaksanakan shalat menurut imam Jaifar Al-shadiq
adalah mengajarkan bagaimana kita mengawali suatu perbuatan dengan niat yang baik,
dan ini bisa tercermin dari sebelum memulai shalat kita selalu mengawali dengan niat.
Selain itu manfaat shalat lainnya yaitu memperkuat iman, membangun akhlak yang baik
dan moralitas yang tinggi, mengajarkan tentang kesabaran, serta dapat mencegah segala
perbuatan yang keji dan munkar ( QS. Al-Ankabut 29:45 ).

Anaknya perlu diajarkan untuk mempraktekkan shalat fardhu (wajib) 5 waktu sejak dini.
Hal ini termasuk dalam salah satu ajaran kebaikan sebagai landasan agama dan
pendidikan karakter bagi anak-anak. Tujuan mengajarkan shalat fardhu (wajib) 5 waktu
sejak diniyaitu agar anak menjadi simpatik dan terbiasa melakukan shalat sejak usia dini,
sehingga mudah baginya kelak dalam melaksanakan shalat di usiia dewasa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian shalat ?
2. Bagaimana dasar hukum shalat ?
3. Apa saja syarat sah shalat ?
4. Bagaimana rukun-rukun shalat ?
5. Apa saja macam-macam shalat ?
6. Hal-hal apa saja yang dapat membatalkan shalat ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu shalat.
2. Untuk mengetahui dasar hukum shalat.
3. Untuk mengetahui syarat sah shalat.
4. Untuk mengetahui rukun-rukun shalat.
5. Untuk mengetahui macam-macam shalat.
6. Untuk megetahui hal-hal yang dapat membatalkan shalat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SHALAT
Sholat berasal dari bahasa arab yang artinnya ''do'a''. Sedangkan menurut isltilah sholat
adalah ibadah yang dimulai dengan bacaan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan mengucap
salam dengan syarat dan ketentuan tertentu. Segala perkataan dan perbuatan yang termasuk
rukun sholat mempunyai arti dan makna tertentu yang bertujuan untuk mendekatkan hamba
dengan Penciptannya.

B. DASAR HUKUM SHALAT


Sholat adalah kewajiban kita sebagai manusia kepada Tuhan penciptanNya, dan pada
dasarnya manusia yang membutuhkan Ibadah Sholat. Yang jikerjakan mendapat pahala dan
jika ditinggalkan mendapat dosa. Pahala sholat akan lebih banyak jika dikerjakan berjamaah
daripada sendirian. Kewajiban ini menjadi pondasi seperti tiang. Jika tiangnya roboh maka
seluruh amalan kita juga tidak sempurna. QS. Adz Dzariyat: 56 yang artinya:
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS.
Adz Dzariyat: 56)

Sholat Wajib
Sholat adalah kewajiban yang mempunyai hukum wajib dan sunah tergantung jenis
sholatnya. Solat yang termasuk fardu ada dua yaitu fardu ain yaitu sholat yang wajib
dikerjakan dan tidak boleh digantikan oleh orang lain seperti sholat 5 waktu dan sholat jum’at
bagi laki-laki sedangkan fardu kifayah adalah sholat yang wajib dikerjakan dan tidak berkaitan
dengan dirinnya seperti solat jenazah. Sholat Wajib ada 5 yaitu ; Sholat Subuh, Sholat
Dzuhur, Sholat Ashar, Sholat Magrib, Sholat Isya.

Sholat Sunah
Sedangkan sholat sunah adalah sholat yang dianjurkan jika dikerjakan mendapat pahala jika
ditinggalkan tidak berdosa. Contoh Sholat sunah yang biasanya dilakukan setiap hari
yaitu Sholat Dhuha, Sholat Tahajud dll. Sholat sunah ada dua yaitu sunah muakkad yaitu
sholat yang dianjurkan dengan penekanan kuat seperti sholat di hari raya idul fitri dan idul
adha sedangkan sholat sunah ghairu muakkad adalah solat yang dianjurkan tetapi tidak
dengan penekanan kuat seperti sholat rawatib.
C. SYARAT SAH SHALAT
1. Menutup aurat.
Syarat sah sholat yang pertama yakni menutup aurat. Pastikan jangan sampai ada
pakaian yang tersingkap, seperti pakaian yang kekecilan sehingga dapat terbuka saat
melakukan gerakan sholat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat
memperhatikan penampilan umatnya. Termasuk saat masuk ke dalam masjid. Dalam
Alquran Surah Al-A'raf ayat 31, Allah SWT berfirman:
"Y ban dama khu znatakum 'inda kulli masjidiw"
Artinya: "Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid.
Ayat ini memerintahkan kepada kita untuk tidak sekadar menutup aurat, namun
memerintahkan kita untuk berpenampilan yang baik ketika hendak menjalankan
shalat. Maka sudah semestinya bagi kita untuk berpakaian yang bersih dan rapi ketika
hendak mengerjakannya.
2. Suci dari hadats kecil dan hadats besar.
Hadats kecil ini adalah segala sesuatu yang membatalkan wudhu, seperti kentut,
buang air kecil dan besar. Adapun hadats besar adalah ketika mimpi basah atau junub
(untuk laki-laki dan perempuan) dan haid, nifas, dan setelah melahirkan (khusus
perempuan), dan untuk mensucikan-nya adalah dengan mandi besar atau mandi
junub.
Berdasarkan firman Allah yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah…” (Al-Maa-idah: 6).
Dan hadits Ibnu ‘Umar, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah tidak menerima sholat (yang dikerjakan) tanpa bersuci."
Bersuci dari hadats, baik berupa hadat besar yaitu dengan mandi ataupun hadats
kecil yaitu dengan berwudhu. Akan tetapi dalam keadaan tertentu seseorang diberi
kemudahan untuk bertayammum sebagai pengganti dari berwudhu ataupun mandi.
3. Suci badan, pakaian dan tempat untuk sholat.
Suci dalam hal ini tak hanya pada satu aspek, namun mulai dari tubuh, pakaian dan
tempat sholat juga harus suci dari hadas serta najis. Dalil bahwa sholat harus suci
badan, tempat dan pakaian ini seperti Firman Allah SWT dalam Alquran Surah Al-
Mudatsir ayat 4, yang artinya:
"Dan pakaianmu maka bersihkanlah,"
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda
yang artinya:
"Apabila pakaian salah seorang dari kalian terkena darah haid, hendaklah ia
mengeriknya kemudian membasuhnya dengan air. Setelah itu, ia boleh
mengenakannya untuk sholat."
4. Masuk waktu sholat.
Sholat fardhu terbagi menjadi 5 waktu, di mana ibadah ini sudah ditentukan waktunya.
Yakni Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya. Sebagaimana Allah SWT berfirman
dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 103 berikut ini:
"Fa i qaaitumu-alta fakurullha qiymaw wa qu'daw wa 'al junbikum, fa iama`nantum fa
aqmu-alh, inna-alta knat 'alal-mu`minna kitbam mauqt."
Artinya: "Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat, ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa
aman, maka dirikanlah sholat itu. Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."

5. Menghadap kiblat.
Dalam kitab Manhajus Salikin, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah
menulis bahwa menghadap kiblat menjadi salah satu syarat sahnya sholat. Ini seperti
firman Allah dalam Surah Al-Baqarah Ayat 150 yang artinya:
"Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram."
Sementara itu, syarat wajib shalat berbeda dengan syarat sah shalat. Untuk syarat wajib
ada tiga hal yang mesti diperhatikan yaitu, yakni 1) Islam, 2) Baligh, 3) Berakal.

D. RUKUN SHALAT
1. Rukun pertama: Berdiri bagi yang mampu

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan
duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.”

2. Rukun kedua: Takbiratul ihram

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:


“Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal
di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali
adalah ucapan salam. ”

Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”.
Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan selainnya walaupun
semakna.

3. Rukun ketiga: Membaca Al Fatihah di Setiap Raka’at

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al Fatihah.”

4. Rukun keempat dan kelima: Ruku’ dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada orang yang jelek
shalatnya (sampai ia disuruh mengulangi shalatnya beberapa kali karena tidak
memenuhi rukun),

“Kemudian ruku’lah dan thuma’ninahlah ketika ruku’.”

Keadaan minimal dalam ruku’ adalah membungkukkan badan dan tangan


berada di lutut.

Sedangkan yang dimaksudkan thuma’ninah adalah keadaan tenang di


mana setiap persendian juga ikut tenang. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah mengatakan pada orang yang jelek shalatnya sehingga ia pun
disuruh untuk mengulangi shalatnya, beliau bersabda yang artinya:

“Shalat tidaklah sempurna sampai salah seorang di antara kalian


menyempurnakan wudhu, … kemudian bertakbir, lalu melakukan ruku’ dengan
meletakkan telapak tangan di lutut sampai persendian yang ada dalam keadaan
thuma’ninah dan tenang.”

Ada pula ulama yang mengatakan bahwa thuma’ninah adalah sekadar membaca
dzikir yang wajib dalam ruku’.

5. Rukun keenam dan ketujuh: I’tidal setelah ruku’ dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada orang yang jelek shalatnya,

“Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah.”


6. Rukun kedelapan dan kesembilan: Sujud dan thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada orang yang jelek shalatnya,

“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud.”

Hendaklah sujud dilakukan pada tujuh bagian anggota badan: [1,2] Telapak
tangan kanan dan kiri, [3,4] Lutut kanan dan kiri, [5,6] Ujung kaki kanan dan kiri,
dan [7] Dahi sekaligus dengan hidung.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Aku diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian anggota badan: [1] Dahi
(termasuk juga hidung, beliau mengisyaratkan dengan tangannya), [2,3] telapak
tangan kanan dan kiri, [4,5] lutut kanan dan kiri, dan [6,7] ujung kaki kanan dan
kiri. ”

7. Rukun kesepuluh dan kesebelas: Duduk di antara dua sujud dan


thuma’ninah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud
dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’ninalah
ketika sujud.”

8. Rukun keduabelas dan ketigabelas: Tasyahud akhir


dan duduk tasyahud
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka
ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”.”

Bacaan tasyahud:

“At tahiyaatu lillah wash sholaatu wath thoyyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhan
nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish
sholihiin. Asy-hadu an laa ilaha illallah, wa asy-hadu anna muhammadan
‘abduhu wa rosuluh.” (Segala ucapan penghormatan hanyalah milik Allah, begitu
juga segala shalat dan amal shalih. Semoga kesejahteraan tercurah kepadamu,
wahai Nabi, begitu juga rahmat Allah dengan segenap karunia-Nya. Semoga
kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang shalih.
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan
benar selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya)

Apakah bacaan tasyahud “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi” perlu diganti dengan
bacaan “assalaamu ‘alan nabi”?

Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah ditanya,

“Dalam tasyahud apakah seseorang membaca bacaan “assalamu ‘alaika


ayyuhan nabi” atau bacaan “assalamu ‘alan nabi”? ‘Abdullah bin Mas’ud pernah
mengatakan bahwa para sahabat dulunya sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam wafat, mereka mengucapkan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi”. Namun
setelah beliau wafat, para sahabat pun mengucapkan “assalamu ‘alan nabi”.

Jawab:

Yang lebih tepat, seseorang ketika tasyahud dalam shalat mengucapkan


“assalamu ‘alaika ayyuhan nabi wa rohmatullahi wa barokatuh”. Alasannya, inilah
yang lebih benar yang berasal dari berbagai hadits. Adapun riwayat Ibnu Mas’ud
mengenai bacaan tasyahud yang mesti diganti setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam wafat –jika memang itu benar riwayat yang shahih-, maka itu hanyalah
hasil ijtihad Ibnu Mas’ud dan tidak bertentangan dengan hadits-hadits shahih
yang ada. Seandainya ada perbedaan hukum bacaan antara sebelum
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan setelah beliau wafat, maka pasti
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang akan menjelaskannya pada para
sahabat.

(Yang menandatangani fatwa ini adalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz sebagai
Ketua, Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi sebagai Wakil Ketua, Syaikh ‘Abdullah bin
Qu’ud dan ‘Abdullah bin Ghodyan sebagai anggota)

9. Rukun keempatbelas: Shalawat kepada Nabi setelah


mengucapkan tasyahud akhir
Dalilnya adalah hadits Fudholah bin ‘Ubaid Al Anshoriy. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang yang berdo’a dalam shalatnya
tanpa menyanjung Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lalu beliau mengatakan, “Begitu cepatnya ini.” Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mendo’akan orang tadi, lalu berkata padanya dan lainnya,

“Jika salah seorang di antara kalian hendak shalat, maka mulailah dengan
menyanjung dan memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu berdo’a setelah itu semau kalian.”

Bacaan shalawat yang paling bagus adalah sebagai berikut.


“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala
Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala
Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa barrokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali
Ibrohimm innaka hamidun majiid.”

10 . Rukun kelimabelas: Salam


Dalilnya hadits yang telah disebutkan di muka,

“Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir.


Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”

Yang termasuk dalam rukun di sini adalah salam yang pertama. Inilah pendapat
ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan mayoritas ‘ulama.

Model salam ada empat:

1. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri


“Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
2. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah wa barokatuh”, salam
ke kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
3. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri
“Assalamu ‘alaikum”.
4. Salam sekali ke kanan “Assalamu’laikum”.

11. Rukun keenambelas: Urut dalam rukun-rukun yang


ada
Alasannya karena dalam hadits orang yang jelek shalatnya, digunakan kata
“tsumma“ dalam setiap rukun. Dan “tsumma” bermakna urutan.

E. MACAM MACAM SHALAT


Waktu shalat adalah rentang waktu yang di tentukan Allah untuk dapat melaksanakan
shalat.

Macam-macam shalat wajib / shalat fardhu :

Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat an-nisa ayat 103 Yang artinya
:"Sesungguhnya shalat atas orang-orang mu'min kewajiban yang telah di tentukan
waktunya."
Dalil di atas menunjukan bahwa shalat itu adalah kewajiban bagi orang yang beriman
dan telah di tentukan waktu pelaksanaannya.

Dalil shalat wajib / shalat fardhu surat al-isro' ayat 78 Yang artinya :"Dirikanlah shalat dari
sesudah matahari tergelincir (shalat zuhur dan shalat ashar) sampai gelap malam (shalat
magrib dan shalat isya') dan dirikanlah shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu di
saksikan (oleh malaikat).

1. Shalat subuh
Shalat subuh adalah shalat yang di lakuakan dari terbitnya fajar shodiq sampai terbitnya
matahari.

2. Shalat zuhur
Shalat zuhur adalah shalat yang di lakukan saat matahari tergelincir ke arah barat sampai
datang waktu ashar.

3. Shalat ashar
Shalat ashar adalah shalat yang di lakukan saat bayang-bayang suatu benda sama
panjang dengan benda tersebut / bayang-bayang suatu benda melebihi benda tersebut
sampai datangnya waktu magrib.

4. Shalat magrib
Shalat magrib adalah shalat yang di lakukan saat matahari terbenam sampai datangnya
waktu isya.

5. Shalat isya
Shalat isya adalah shalat yang di lakukan setelang menghilangnya mega merah di ufuk
barat sampai pertengahan malam (sama dengan waktu zuhur pada hari itu).

Macam-macam shalat sunnah :

1. Shalat sunnah tahajud


Shalat sunnah tahajud adalah shalat yang di lakukan di 1/3 malam terakhir (sekitar jam
2-4) berjumlah 11 rokaat. Setiap 2 rokaat 1x salam dan 3 rokaat untuk witir.

2. Shalat sunnah duha


Shalat sunnah duha adalah shalat yang di lakukan ketika matahari baru naik (sekitar jam
7-10) berjumlah 12 rokaat, dan setiap 2 rokaat 1x salam.

3. Shalat sunnah rawatib


Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mendampingi shalat wajib berjumlah
2 rokaat.

 Shalat sunnah rawatib qobliyah subuh (sebelum shalat subuh).


 Shalat sunnah rawatib qobliyah zuhur (sebelum shalat zuhur).

 Shalat sunnah rawatib ba'diyah zuhur (sesudah shalat zuhur).

 Shalat sunnah rawatib ba'diyah magrib (sesudah shalat bagrib).

 Shalat sunnah rawatib ba'diyah isya' (sesudah shalat isya').

4. Shalat sunnah tahiyatul masjid


Shalat sunnah tahiyatul masjid adalah shalat sunnah yang di lakukan sebelum duduk di
mesjid berjumlah 2 rokaat.

5. Shalat sunnah syukur wudhu


Shalat sunna syukrul wudhu adalah shalat sunnah yang di lakukan sehabis berwudhu
berjumlah 2 rokaat.

6. Shalat sunnah hari raya


Shalat sunnah id (hari raya) adalah shalat sunnah yang di lakukan pada hari raya idul fitri
dan idul adha. berjumlah 2 rokaat, rokaat pertama 7x takbir rokaat kedua 5x takbir. Di
lakukan di lapangan.

7. shalat sunnah gerhana


Shalat sunnah gerhana adalah shalat sunnah yang di lakukan saat gerhana matahari /
gerhana bulan, berjumlah 2 rokaat.

8. Shalat sunnah istikhoro


shalat sunnah istikharo adalah shalat yang di lakukan apabila kita kesulitan memilih
sesuatu, berjumlah 2 rokaat. Contoh kasus seperti memilih istri/suami, memilih
pekerjaan, Dll.

9. Shalat sunnah istisqo


Shalat sunnah istisqo adalah shalat sunnah yang di lakukan untuk meminta hujan (pada
saat mengalami kekeringan). berjumlah 2 rokaat di lakukan di lapangan.

F. HAL HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT


Shalat seseorang akan batal apabila ia melakukan salah satu di antara hal-hal berikut ini:

 Makan dan minum dengan sengaja. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Salam :
“Sesungguhnya di dalam shalat itu ada kesibukkan tertentu.” (Muttafaq‘alaih)
Dan ijma’ ulama juga mengatakan demikian.
 Berbicara dengan sengaja, bukan untuk kepentingan pelaksanaan shalat.
“Dari Zaid bin Arqam Radhiallaahu anhu, ia berkata, ’Dahulu kami berbicara di waktu shalat,
salah seorang dari kami berbicara kepada temannya yang berada di sampingnya sampai turun
ayat: ‘Dan hendaklah kamu berdiri karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’([2]), maka
kami pun diperintahkan untuk diam dan dilarang berbicara.” (Muttafaq ‘alaih)
Dan juga sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam :

“Sesungguhnya shalat ini tidak pantas ada di dalamnya percakapan manusia sedikit
pun.” (HR. Muslim)

Adapun pembicaraan yang maksudnya untuk mem-betulkan pelaksanaan shalat, maka hal itu
diperbolehkan seperti membetulkan bacaan (Al-Qur’an) imam, atau imam setelah memberi
salam kemudian bertanya apakah shalatnya sudah sempurna, apabila ada yang menjawab
belum, maka dia harus menyempurnakannya. Hal ini pernah terjadi terhadap Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam , kemudian Dzul Yadain bertanya kepada beliau, ‘Apakah Anda lupa
ataukah sengaja meng-qashar shalat, wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam menjawab, ‘Aku tidak lupa dan aku pun tidak bermaksud meng-qashar shalat.’ Dzul
Yadain berkata, ‘Kalau begitu Anda telah lupa wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Apakah yang
dikatakan Dzul Yadain itu betul?’ Para sahabat menjawab, ‘Benar.’ Maka beliau pun menambah
shalatnya dua rakaat lagi, kemudian melakukan sujud sahwi dua kali. (Muttafaq ‘alaih).

 Meninggalkan salah satu rukun shalat atau syarat shalat yang telah disebutkan di muka,
Apabila hal itu tidak ia ganti/sempurnakan di tengah pelaksanaan shalat atau sesudah
selesai shalat beberapa saat. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Salam terhadap orang yang shalatnya tidak tepat:
“Kembalilah kamu melaksanakan shalat, sesungguhnya kamu belum melaksanakan shalat.”
(Muttafaq ‘alaih)
Lantaran orang itu telah meninggalkan tuma’ninah dan i’tidal. Padahal kedua hal itu
termasuk rukun.
 Banyak melakukan gerakan, karena hal itu bertentangan dengan pelaksanaan ibadah dan
membuat hati dan anggota tubuh sibuk dengan urusan selain ibadah.
Adapun gerakan yang sekadarnya saja, seperti memberi isyarat untuk menjawab
salam, membetulkan pakaian, menggaruk badan dengan tangan, dan yang semisalnya,
maka hal itu tidaklah membatalkan shalat.
 Tertawa sampai terbahak-bahak.
Para ulama sepakat mengenai batalnya shalat yang disebabkan tertawa seperti itu.
Adapun tersenyum, maka kebanyakan ulama menganggap bahwa hal itu tidaklah
merusak shalat seseorang.
 Tidak berurutan dalam pelaksanaan shalat,
seperti mengerjakan shalat Isya sebelum mengerjakan shalat Maghrib, maka shalat
Isya itu batal sehingga dia shalat Maghrib dulu, karena berurutan dalam melaksanakan
shalat-shalat itu adalah wajib, dan begitulah perintah pelaksanaan shalat itu.
 Kelupaan yang fatal,
seperti menambah shalat menjadi dua kali lipat, umpamanya shalat Isya’ delapan
rakaat, karena perbuatan tersebut merupakan indikasi yang jelas, bahwa ia tidak
khusyu’ yang mana hal ini merupakan ruhnya shalat.
Maksudnya orang yang shalat seharusnya hanya berkonsentrasi pada shalatnya saja dan
mengesampingkan perbuatan yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sholat berasal dari bahasa arab yang artinnya ''do'a''. Sedangkan menurut isltilah
sholat adalah ibadah yang dimulai dengan bacaan takbiratul ikhrom dan diakhiri
dengan mengucap salam dengan syarat dan ketentuan tertentu. Segala perkataan
dan perbuatan yang termasuk rukun sholat mempunyai arti dan makna tertentu
yang bertujuan untuk mendekatkan hamba dengan Penciptannya.
Sholat adalah kewajiban kita sebagai manusia kepada Tuhan penciptanNya, dan
pada dasarnya manusia yang membutuhkan Ibadah Sholat. Yang dikerjakan
mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Pahala sholat akan lebih
banyak jika dikerjakan berjamaah daripada sendirian. Kewajiban ini menjadi
pondasi seperti tiang. Jika tiangnya roboh maka seluruh amalan kita juga tidak
sempurna.

B. Saran
Shalat adalah kewajiban umat islam yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika
ditinggalkan mendapat dosa. Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat
menambah wawasan mengenai ibadah shalat, macam-macam shalat, syarat sah
shalat, rukun shalat, dan hal-hal yang dapat membatalkan shalat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/yuliayulia/5cd66b9595760e59595147b3/tugas-pendidikan-
agama-islam-universitas-buana-perjuangan-karawang?page=all

https://jagad.id/pengertian-sholat-dalil-tujuan-dan-dasar-hukum/

https://www.brilio.net/wow/pahami-syarat-sah-sholat-agar-sempurna-dan-diterima-allah-
swt-200515v.html

https://muslim.or.id/6361-rukun-rukun-shalat.html

http://bayyumihaqi.blogspot.com/2016/08/macam-macam-shalat-wajib-shalat-sunnah.html

https://belajarislam.com/2017/05/hal-hal-yang-membatalkan-shalat/

Anda mungkin juga menyukai