Anda di halaman 1dari 18

IBADAH SHOLAT FARDHU SESUAI TUNTUNAN RASULUALLAH SAW

MAKALAH

DISUSUN OLEH:

1. SEVALDI BATIAN (112022121)

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN II


FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Syukur Kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,dengan baik tanpa halangan dan rintangan.
Selanjutnya sholawat serta salam, semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah mengeluarkan manusia dari kebodohan, lalu menjadi penuh dengan ilmu
pengetahuaa.
Dengan makalah ini kami harapkan mahasiswa mampu untuk mengetahui tentang
Ibadah Solat Fardhu Sesuai Tuntunan Rasulullah Saw. Kami sadar materi kuliah ini terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Kepada bapak Dr.Sayid Habiburrahman.,M.PD.I. kami mengucapkan terima kasih,
karena telah banyak memberikan pelajaran dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap
semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya.

Palembang, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. v
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Sholat …………………………………... 3
2.2 Waktu, Syarat, Rukun, dan Sunah-sunah dalam Sholat………………… 5
2.3 Hal-Hal Yang Membatalkan Sholat…………………………………….. 7
2.4 Ibadah Sholat Fardhu Sesuai Tuntunan Rasuluallah Saw…............... 8
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 10
3.2 Saran……………………………………………………………………. 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnya arti sebuah tiang
dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk ditinggalkan.
Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran
hati, tafahhum (Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan), ta’dzim (Rasa hormat), mahabbah,
raja’ (harap) dan haya (rasa malu), yang keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah sebagai
Ilaah.Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim yang
sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan
bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci. Shalat
merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif) dari prinsip-prinsip Islam baik dalam aspek politik
maupun sosial kemasyarakatan yang ideal yang membuka atap masjid menjadi terus terbuka
sehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu terwujud nyata. Terlihat pula
dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang beriman, ketaatan yang paripurna dan
keteraturan yang indah. Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi orang-orang yang beriman
yang benar-benar melaksanakannya.
Shalat merupakan rukun Islam yang kedua. Setelah seoang muslim mengucap
syahadat berarti telah menyatakan diri bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan Nabi
Muhammad adalah utusan-Nya.Kewajiban shalat diberikan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui kejadian luar biasa yang tidak akan mampu dikerjakan oleh semua makhluk Allah
meskipun mengunakan tekhnologi secanggih apapun. Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut
Rosulullah menerima perintah untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Seorang muslim yang sudah baligh dan berakal wajib mengerjakan amalan shalat, sebab
selain shalat merupakan rukun islam yang ke dua, shalat merupakan tiang penyangga agama.
Selain itu shalat merupakan amalan yang pertama kali akan di hisab saat hari kiamat kelak.
Untuk itu kita sebagai muslim harus senantiasa denga tulus dan ikhlas mengerjakannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian sholat & Dasar hukum sholat?
2. Mengetahui waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat?
3. Mengetahui makhruh dan batalnya sholat menurut berbagai mazhab fiqih?
4. Apa saja tuntunan ibadah sholat fardhu sesuai tuntunan rasulullah Saw?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Sholat Dan dasar hukumnya
2. Mengetahui waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat
3. Megetahui makhruh dan batalnya sholat menurut berbagai mazhab fiqih
4. Mengetahui ibadah tuntunan sholat fardu sesuai tuntunan rasuluallah Saw
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Sholat
Sholat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah pekerjaan dan
ucapan yang diawali oleh takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam. Secara dimensi Fiqh
shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada
Allah, dan menurut syarat-syarat yang telah di tentukan oleh Agama.
Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca kalimah kebesaran Allah. Yaitu
musholi bertakbir dengan mengucapkan Allahu Akbar, maka serempak jiwanya bergerak
menghadap ke Hadirat Allah Yang Mahatinggi-Mahamulia. Sementara musholi
meninggalakan seluruh urusan dunianya dan memusatkan pikirannya untuk menghadap
Allah SWT. Sehingga, sudah barang tentu ia putus hubungan dengan (makhluk) di bumi,
meskipun jasadiahnya ada di atas hamparan bumi.
Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah dengan keteraturannya,
dengan dilakukan di rumah-rumah Allah, dengan kebersihan dan kesucian, dengan
penampilan yang rapi, menghadap ke kiblat, ketentuan waktunya dan kewajiban-
kewajiban lainnya seperti gerakan, tilawah, bacaan-bacaan dan perbuatan-perbuatan, yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan ini semuanya maka shalat
mempunyai nilai lebih dari sekedar ibadah bumi, seraya berdoa selamat (mengucap
salam) kepada makhluk bumi, keselamatan dan kesejahteraan yang diperuntukkan bagi
sesama makhluk-Nya. Sebab itulah shalat berawal dengan takbir ihram, Allahu Akbar dan
berakhir dengan salam, ‘Assalamu’alaikum’.
Adapun dasar hukum shalat yaitu:
Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”
Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:
“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka
Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Firman-Nya yang lain dalam Surah Al-Hajj ayat 78:

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia
Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini,
supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, Maka Dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu
pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-
baik penolong”.
Firmannya dalam Surah al-Ankabut ayat 45:
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain adalah:

‫ع نع َبَدهلالَ بن م‬: ‫الس ُم لعى خ َدَةاَ و اَ نمح ََمَاد ر ُسَو‬ :‫ُلهلالَ ص‬ ‫قَال ر‬
ََ َ
َُ ‫ال لهال‬ َ َ
‫َرق ال له‬ ‫ش‬ َ‫ال‬
‫ن‬ َ ‫ي‬
‫ا‬ : ‫س‬‫م‬ َ ‫و‬
َ ‫ن‬ َُ‫ب‬
‫َاه‬
:1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬.‫اَ ل َب َو رم اضن‬ ‫ و‬،‫ة وَيتَاء ال ز كاة‬،َ َ‫ و اقَا َمالصال‬،‫َلهال‬
333 ‫َيت و حج مص‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri atas
lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya
Muhammat itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke
Baitullah dan puasa Ramadlan. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar
juz 1, hal. 333]

‫اَلك َُ َف كال‬
‫ فى نيل‬،‫ة الجماعة اال البخارى و النسائى‬.‫ص‬ َ ‫ ال ر ن‬:‫و هلالَ ص‬ ‫عن ٍَبر قَ ا‬
340 :1 ‫االوطار‬ ‫ل بَ َر تَ َر‬ ‫بَ َي ر‬ ‫ل‬: ‫قَا اج ل‬
‫ن‬ ‫ج َيو‬
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara
seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari
dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]

‫ اَ َل َع هَُ دالََ َذى بَ َي ن‬:‫س َمَعت ر ُسَول هلالَ ص يَقَُ َول‬


‫ م نتَ َرَك‬. َُ‫َا و بَ َينَ ُهَُ مالص ة‬
َ‫ فىعنبَُ َرَي َدةَ رض قا‬،‫ر الخمسة‬. َ َ‫اه فقَ َدكف‬
‫ل‬:
1 ‫نيل االوطار‬: 343
Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perjanjian
antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, maka
sungguh ia telah kufur”. [HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343]

‫َ خَب َ نرَى هل‬،‫ا‬


ُ‫ضال‬ ‫ ا ر‬:‫سَقَال‬
‫ف‬، ‫هلالَ اَ ن َابرَيََا ل َلهلالَ ص ثَ ا َئ َر‬ َ‫عن َلحة‬
‫ما ر‬ ‫ول‬ ‫ال ََأرَ ر َو‬ َ ‫جا ءع‬ ‫بن ط اَ َبَيَد‬
‫ى‬
‫ اَ بخَ َ نرَى هلالُ ض من الص اي م لعي‬:‫ال‬ َ‫ الَ َ ا‬،‫عي اَلخ َمس‬ ‫ ال ل‬:‫ ش هَُ ر من الصال ة ! ال‬:‫َاقل‬
‫ا‬.َ‫ما رشَيئ‬ ‫َوت‬ َ
‫َنتَ ط ََ لوص ا‬ !
‫ََوع ش‬ ‫ رمضان ا اَ َن‬: ‫مالنزاك ة! قَ ال‬ َُ ‫هلال‬ ‫ض‬‫ر‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ى‬ َ‫ر‬
‫ن‬ ‫خ‬
ََ
‫ب‬ ‫ا‬: ‫م‬ ‫السال‬ ‫ا‬ ‫ر‬
‫ا‬ َ ‫ل‬‫و‬ ‫ر‬‫ه‬ َُ ‫ر‬ َ َ‫ََ َبخ‬
‫فا‬
َ
‫ ق ال ط‬.‫ت َئيَ ا‬ َ ‫عل ي‬َ ‫ش‬ ‫ئ‬ ‫هلالَ ص‬
‫ اَ فَلَح ا نص َدق اَ َو‬.‫ قَال ر ول ص‬.‫هلالَُ علَي ش َيئَ ا‬ ‫ك َئي الا نقُ و‬، ‫َذى اَ َكَرَم‬
‫ض‬َ‫ص ََ ام فَ ر‬‫ فَقَال م‬.‫كَُ لَ اه‬: ‫عل َ ا‬
‫اَ ط ََو ُ او‬
‫ش‬
335 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫قاحمد و البخارى و مسلم‬. ‫دخل ال ا ن دص‬
‫نجََة‬
َ
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah
SAW dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah
kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-
shalat yang lima, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya,
“Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari puasa ?”. Beliau
SAW bersabda, “Puasalah bulan Ramadlan, kecuali kamu mau melakukan yang
sunnah”. Ia bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan
kepadaku dari zakat ?’. Thalhah berkata : Lalu Rasulullah SAW memberitahukan
kepadanya tentang syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu orang Arab gunung itu
berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak akan menambah sesuatu
dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan oleh Allah
kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia akan bahagia, jika benar. Atau
pasti ia akan masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim,
dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]
‫ع ناَ نَس بن ما َل ٍك‬: .‫جَ لعَت خ َمسا‬ َُ‫النََ بي ص لََليَةَ هيخ م ثَُ ََمن‬ َُ‫ف‬
َ َ
‫رض ال تح ى‬ ،‫َن‬
‫َقصت س ي‬ َ َ
‫الصل اوعلى اَُ س َر ت‬ ‫َرضت‬
‫ فى‬،‫ن احمد و النسائى و الترمذى و صححه‬. ‫ذه الخ مس خ مه س‬ َ ‫ي ا َانََه َُ الَ يَُ بدل ل دي و ل ل‬: ‫ثَََُم‬
1 ‫نيل االوطار‬: 334 َ ‫كن‬ ‫اَ لقَ ومحم َُد‬ ‫نَُ َو‬
‫ي‬
‫َد‬
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada malam
Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi
dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku.
Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan
Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334]

‫َك َمكة‬ ‫َك‬ ‫ص‬ُ‫ض ال ة‬‫ د ت‬:‫الَت‬ َ‫عن َبي ا‬. ‫َ ل َمَد َع ل‬ ‫ص‬‫ا‬ ‫ََ ََ ام ر ول‬
‫فل‬
َ‫َتعَ َتع‬ ‫فَُ َر اعَئش‬ ‫نشَع‬ ‫م‬ ‫ال‬ َ
‫َنيَة زا َد‬ ‫ق َد َم‬َ
‫َين ر َين ر‬
‫ و كان‬:‫ قَ ال‬.‫اَ ل َمَغَرب فَاَ ََنها وتَ َُ رالنَ َ اه َر و صالَةَُ اَ لفَج َر ل و ل قَار ءَت هَ ام‬
‫ ا‬،‫َا سافَ َر ص ََلى الصالَةَ رَك َتعَ َين ر َك َتعَ َين‬ ‫اذ‬
‫ احمد‬.‫اا ُل ولى‬
Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan shalat
itu dua rekaat dua rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW tiba di
Madinah (Allah) menambah pada masing-masing dua rekaat itu dengan dua rekaat
(lagi), kecuali shalat Maghrib, karena sesungguhnya shalat Maghrib itu witirnya siang,
dan pada shalat Fajar (Shubuh), karena panjangnya bacaannya”. Asy-Sya’bi berkata,
“Dan adalah Rasulullah SAW apabila bepergian (safar), beliau shalat sebagaimana
pada awalnya (dua rekaat)”. [HR. Ahmad 6 : 241]

‫اَنهَُ ذَ كر‬ ‫اَل َاعص عن‬ ‫بنع مرو‬ ‫عنع َبَد‬


‫الصالَةَ يص‬ َ َ
‫الن َبن‬
‫ و‬: َ‫َلنَ َم تَ َُ ك ن لهَُ نَُ َو َ ار و ال‬ ‫لعَ َي ان نَُ َوَ ار و بَُ يَ َوَماَ ل َقَاي‬ ‫من‬
َ َ َ َ
‫َ ام ف ق ال ل َي اه ل َم‬ َ َ
‫ة و نو اجة يَُ حا َفظ م‬. َ‫َم‬ َ َ
َُ‫َرهان ا ت له‬ َ َ
‫اه افحظ‬
‫ فى نيل‬،‫ احمد‬.‫ و ان وَماَ ل َيقَا َمَةم عقَا َُ رَون و ر عَون و ها َ امن و اَُ َبي بن خلَف‬.َ‫و جاة‬
‫ بَُ َرها َان‬343 :1 ‫االوطار‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu hari
menerangkan tentang shalat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa memeliharanya, maka
shalat itu baginya sebagai cahaya, bukti dan penyelamat pada hari qiyamat. Dan
barangsiapa tidak memeliharanya, maka shalat itu baginya tidak merupakan cahaya,
tidak sebagai bukti, dan tidak (pula) sebagai penyelamat. Dan adalah dia pada hari
qiyamat bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay bin Khalaf”. [HR. Ahmad,
dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343].
2.2 Waktu, Syarat, Rukun, dan Sunah-sunah dalam Sholat
. 1. Pembagian Waktu Shalat.

Waktu setiap sholat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;


· Waktu Fadlilah
Ketika seseorang sholat pada waktu ini maka dia mendapatkan fadlilahnya awal
waktu. Mendapatkannya fadlilah awal waktu ini dengan sebab menyibukkan diri
dengan sebab-sebab sholat, mulai dari masuknya waktu sholat, kemudian segera
mengerjakan sholat.
Sebab-sebab sholat seperti menjawab adzan, bersuci, menutup aurat, menunggu
jama'ah dan sebagainya.
· Waktu ikhtiyar
Syari' memilih sholat dikerjakan pada waktu ini jika sholat tidak dikerjakan pada
waktu fadlilah.
· Waktu jawaz
Sholat boleh diakhirkan sampai pada waktu ini, dan terkadang dengan kemakruhan
dan terkadang tidak makruh.
· Waktu hurmah
· Sholat haram diakhirkan sampai pada waktu ini, karena akan menjatuhkan
sebagian dari sholat diluar waktu.
· Waktu udzur
Sholat boleh dikerjakan pada waktu ini karena ada udzur, seperti saat bepergian atau
sakit.
· Waktu dloruroh
Yaitu akhir waktu ketika hilangnya penghalang sholat -seperti haidl dan lainnya- dan
waktu hanya tersisa sekadar takbiratul ihram saja atau lebih.
Waktu sholat Fardhu
· Sholat Dzuhur
Dinamakan Dhuhur karena sholat ini dikerjakan pada waktu tengah hari. Ada yang
mengatakan dinamakan Dhuhur karena sholat Dhuhur adalah sholat yang pertama kali
muncul dalam islam.
· Sholat Asar
Waktu sholat 'Ashr masuk ketika bayangan sesuatu sudah menyamai panjangnya
selain bayangan istiwa' dan lebih sedikit. Dan waktunya keluar ketika matahari
terbenam.
· Sholat Maghrib
Waktu sholat Maghrib masuk dari terbenamnya matahari, dan keluar dengan
terbenamnya / hilangnya mega merah di ufuk.
· Sholat I’sya
Waktu sholat 'isya masuk dengan hilangnya mega yang berwarna merah. Dan
waktunya keluar dengan terbitnya fajar shodiq.
· Sholat Shubuh
Waktu sholat shubuh masuk dengan terbitnya fajar shodiq, dan keluar dengan
terbitnya sebagian dari sinar matahari.
2. Syarat-syarat shalat
a. Suci dari hadas besar dan hadas kecil
b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
c. Menutup aurat
d. Mengetahui masuknya waktu shalat
e. Menghadap kiblat
f. Mengerti kefadhuan shalat
g. Tidak mengiktidalkan salah satu fardhu dari beberapa fardhu salat sebagai suatu
yang sunat.
3. Rukun shalat
a. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan shalat
b. Berdiri, bagi orang yang kuasa
c. Takbiratul ihram
d. Membaca surat Al-Fatihah
e. Ruku’ dan thuma’ninah
f. I’tidal dengan thuma’ninah
g. Sujud dua kali dengan thuma’ninah
h. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
i. Duduk untuk tasyahhud pertama
j. Membaca tasyahhud akhir
k. Membaca shalawat atas Nabi
l. Mengucap salam yang pertama
m. Tertib
4. Sunnah-Sunnah Shalat
Bagian ketiga dari amalan (baca:perbuatan) dan bacaan dalam shalat adalah sunnah-
sunnah shalat, yaitu selain apa-apa yang telah disebutkan dalam rukun maupun wajib
shalat. Sunnah shalat ada dua jenis, ucapan maupun perbuatan.
Pertama, sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya: membaca
do’a iftiftah, ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al Fatihah,
membaca bacaan rukuk, sujud, do’a antara dua sujud lebih dari sekali, do’a setelah
tasyahud akhir dan lainnya.
Kedua, sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga baca. Diantaranya: mengangkat
tangan saat takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan tangan
kanan diatas tangan kiri dan meletakkannya di atas dada saat berdiri, melihat tempat
sujud, meletakkan tangan diatas lutut saat rukuk, menjauhkan antara perut dan paha,
paha dan betis saat sujud, dan lainnya.
2.3 Hal-Hal Yang Membatalkan Sholat
1. Bercakap-cakap, sekurang-kurangnya terdiri dari dari dua huruf, walaupun tidak
mempunyai arti. Madzhab Hanafi dan Hambali: tidak membedakan menganai
batalnya shalat karena berbicara ini baik di sengaja maupun tidak di sengaja keduanya
tetap membatalkan shalat.Sedangkan Madzhab
Imamiyah, Syafi'I dan Maliki mengatakan: Shalat tidak batal di karenakan lupa,
kalau hanya sedikit. Dan shalat seseorang tetap terpelihara. Ketika seseorang
berdehem di dalam shalat, menurut Madzhab Iamamiyah dan Maliki hal tersebut
tidak membatalkan shalat meskipun tanpa makksud. Tetapi ualama mazhab yang
lainya menyatakan batal kalau tidak ada maksud, kalau ada maksud seperti
membaguskan makhrajul huruf maka di perbolehkan.
2. Setiap perbuatan yang menghapuskan bentuk shalat, maka hal ini hukumnya
membatalkan shalat, sekiranya bila di lihat oleh orang lain seperti orang yang tidak
shalat. Para ulama mazhab menyepakatinya.
3. Makan dan Minum Ini telah di sepakati para ulama, akan tetapi ulama
madzhab berbeda pendapat menganai kadarnya.Mazhab Imamiyah mengatakan :
makan dan minum bisa membatalakan shalat apabila hal tersebut menghilangkan
bentuk shalat itu atau menghilankan syarat atau rukun dalam shalat seperti
berkesinambungan. Mazhab Hanafi mengtakan: makan dan minum di dalam shalat
membatalkan shalat walaupun makanan tersebut hanya sebiji kismis dan yang
diminum tersebut seteguk air. Menurut Mazhab syafi'i mengatakan: semua makanan
dan minuman yang masuk kedalam rongga perut itu membatalkan shalat jiaka
seseoarng tersebut melakukanya dengan sengaja dan tau keharamanya akan tetapi
kalau tidak tahu atau lupa maka hal tersebut tidak membatalkan shalat. Sedangkan
menurut Mazhab Hambali mengatakan : kalau makanan dan minumannya banyak
maka membatalkan shalat baik di sengaja maupun tidak akan tetapi kalau sedikit dan
tidak di sengaja tidak membatalkan shalat.
4. Sesuatu yang membatalkan wudhu dan menyebabkan mandi Seluruh ulama
mazhab sepakat bahwa hal tersebut membatalakan shalat, kecuali Mazhab
Hanafi mereka mengatakan: shalat batal jika jika perkara tersebut datang sebelum
selesai membaca tasahud akhir tetapi kalau perkara tersebut datang sebelum salam
(selesai membaca tasahud akhir) maka hal tersebut tidak membatalkan shalat.
5. Tertawa terbahak-bahak Seluruh ulama mazhab kecuali Mazhab
Hanafi menyatakan batal. Masing-masing ulama memilki pandangannya masing-
masing menganai batalnya shalat salah satu contoh yakni pendapat Mazhab Mazhab
Syafi'i dan Mazhab Maliki adalah sebagai berikut.
6. hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:
7. karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi
8. sengaja berbicara
9. menangis
10. merintih
11. banyak bergerak
12. ragu-ragu dalam niat
13. Bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya
14. menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang lainnya
15. terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya
16. telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk menutupinya
17. terkena najis
18. mengulang-ulang takbiratul ihram
19. meninggalkan rukun dengan di sengaja
20. mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena kekufurannya atau sebab yang
lainnya.
21. menambah rukun dengan di sengaja
22. masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga mulut
23. berpaling dari kiblat dengan dadanya
24. mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.

2.4 Ibadah Sholat Fardhu Sesuai Tuntunan Rasuluallah Saw


Sholat lima waktu adalah ibadah fardhu bagi setiap umat Islam, dan perintah wajibnya
termaktub dalam Al-Qur'an serta hadits nabi. Untuk menunaikannya tentu memerlukan tata
cara sholat yang benar dengan menjadikan Rasulullah sebagai teladan
dalammelaksanakanberbagaiamal ibadah.

Sabda Nabi SAW menyatakan agar kaum muslim bisa meniru sebagaimana beliau sholat.
Dari Malik bin Huwairits, ia berkata:

‫ وسلم عليه هلل َ رول قَا‬: ‫صَوا‬


َ‫ل‬ َ ‫َتيَ مو‬ ‫أَ ص هل ي‬
‫ل‬ ‫صلى هلل‬ ‫هني أر ما‬
‫ك‬

Artinya: 'Rasulullah berkata, "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR
Bukhari)
1. Tata Cara Sholat
Seorang muslim yang hendak mendirikan sholat sesuai Nabi SAW bisa mengikuti urutannya
seperti dilansir dalam buku Shalatul Mu'min: Buku Induk Shalat oleh Kasimun, Fiqh Shalat
Terlengkap oleh Abu Abbas Zain Musthofa Al-Basuruwani, dan Sifat Shalat Nabi karya
Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
2. Wudhu
Bersuci sebelum melaksanakan sholat sudah selayaknya untuk dilakukan, agar terbebas dari
najis, hadats besar atau hadats kecil. Dalam hadits dari Abdullah bin Umar, Rasulullah
bersabda:
‫تَ لال‬ ‫َهو ربغي‬ ‫صقَة‬
َ‫د‬ ‫غَلَ و لمن‬
‫َقَب‬ ‫هر‬ ‫وال‬
‫الةص‬

Artinya: "Tidak akan diterima (oleh Allah) shalat yang dikerjakan tanpa wudhu dan tidak
akan diterima (oleh Allah) shadaqah dari harta yang haram." (HR Muslim)

3. Menghadap kiblat
Sholat juga dilakukan dengan menghadap arah kiblat ke Kakbah di Kota Makkah, sesuai
hadits Nabi SAW dari Abu Hurairah:

‫َء غال َال لَى ذ‬


‫تا‬ ‫لثَ َما‬ ‫ ا َل هقَلبَةَ ا‬..
َ‫فَأ سهب هةص ق‬ َ‫َل َ توس‬
‫َم‬ ‫َ وض‬ ‫َقبه‬

Artinya: "Bila engkau hendak mengerjakan sholat, maka wudhulah secara sempurna terlebih
dahulu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat .." (HR Bukhari & Muslim)
4. Takbiratul ihram
Gerakan takbir dilakukan untuk memulai sholat dengan mengucapkan kalimat; Allahu akbar.
Saat takbir pula, seseorang berniat dalam hatinya untuk melaksanakan shalat, baik shalat
wajib atau sunah.
Ketika takbir sepatutnya pandangan mata ditujukan kepada tempat sujud, sambil mengangkat
kedua tangan sejajar dengan bahu atau telingan dengan jari-jari yang dirapatkan.
Setelahnya letakkan kedua tangan di dada, dengan posisi tangan kanan di atas punggung
tangan kiri atau di pergelangan tangan kiri, atau di lengan tangan kiri.
5. Membaca doa iftitah, Surah Al-Fatihah, dan Surah dari Al-Qur'an
Doa iftitah dibaca setelah takbir dan sebelum melafalkan Surah Al-Fatihah. Riwayat dari Abu
Hurairah, ia berkata:
"Adalah Rasulullah bila selesai bertakbiratul ihram dalam shalat, beliau diam sebentar
sebelum membaca (Al-Fatihah). Aku lalu bertanya: 'Ya Rasulullah, demi bapakku, engkau,
dan ibuku! Bolehkah aku tahu apa yang engkau baca saat engkau diam antara takbiratul
ihram dan membaca (Al-Fatihah)?' Beliau menjawab: 'Aku membaca: Allahumma ba'id bayni
.." (HR Bukhari & Muslim)
Membaca Surah Al-Fatihah wajib dilakukan dalam menunaikan ibadah shalat, bila seseorang
tidak membacanya maka shalatnya tidak sah. Hal ini didasarkan pada hadits dari Ubadah bin
Shamit:
'Nabi SAW bertanya, "Betulkah tadi kalian membaca di belakang imam kalian?" Para sahabat
menjawab: 'Betul, wahai Rasulullah, kami membacanya dengan tergesa-gesa.' Beliau
bersabda: "Janganlah kalian membaca, kecuali Al-Fatihah, sebab tidak sah shalat bagi orang
yang tidak membacanya." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, & Ibnu Hibban)
Membaca surah lain dari Al-Qur'an hendaknya dilaksanakan setelah pembacaann Surah Al-
Fatihah dengan memilih bacaan surah yang mudah baginya.
6. Rukuk dan i'tidal dengan tuma'ninah
Setelah membaca surah Al-Qur'an, Rasulullah biasa berdiam sejenak, kemudian mengangkat
kedua tangannya seperti takbiratul ihram, dan lalu rukuk. Beliau meletakkan telapak
tangannya pada kedua lutut, dan meluruskan punggungnya.
Dalam rukuknya, Nabi SAW membaca lafaz ruku yakni; Subhaana rabbiya Al-'adzimi. Ia
juga melakukan rukuknya dengan tuma'ninah, sebagaimana dalam hadits nabi:
‫ار هك ًاع تَ َهمئ ا َر كَع‬
‫نط ثَ َ تمح‬
‫َى‬

Artinya: "Kemudian rukuklah sampai engkau tenang (tuma'ninah) dalam keadaan ruku'."
(HR. Bukhari)

Setelah rukuk, Rasulullah bangkit atau biasa yang disebut dengan i'tidal, seraya melafalkan
doa; Sami'a Allahu liman hamidah. I'tidal juga dilakukan dengan tuma'ninah olehnya dengan
berdiri hingga beberapa lama
7. Sujud Tuma'ninah
Gerakan sholat ini dilakukan dengan menempel dahi ke tempat sujud. Selain dahi, anggota
tubuh lainnya yang wajib diletakkan sehingga menempel pada lantai shalat adalah kedua
telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki.
Sujud dilakukan setelah i'tidal yang kemudian menjatuhkan wajah telebih dahulu, dan diikuti
dengan anggota tubuh yang lainnya. Ketika sujud, posisi bokong lebih tinggi dari kepala,
pundak dan tangan.
Sama seperti rukuk dan i'tidal, sujud juga harus dilakukan secara tuma'ninah dengan tenang
dan memperlamanya.
8. Duduk di antara dua sujud
Setelah sujud lalu duduk di antara dua sujud sembari membaca takbir (tanpa dibarengi
dengan gerakan mengangkat tangan). Duduk di sini dengan dengan meletakkan kedua tangan
di atas lutut dan paha, dan posisi duduk iftirasy.
Adapun bacaan yang dilafalkan saat duduk di antara dua sujud: Rabbighfirlii warhamnii
wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii.
Setelah selesai mengucapkan doanya, kemudian sujud kembali dengan membaca doanya
juga.
9. Bangkit dari sujud
Seperti telah diketahui bahwa sholat lima waktu terdiri dari sejumlah rakaat. Seperti sholat
Subuh dua rakaat, sholat Zuhur empat rakaat, sholat Ashar empat rakaat, sholat Maghrib tiga
rakaat, dan sholat Isya empat rakaat.
Tiap-tiap rakaatnya dimulai dengan takbiratul ihram hingga dua kali sujud. Rangkaian
takbiratul ihram hingga dua kali sujud dihitung sebagai satu rakaat.
Sehingga untuk melaksanakan rakaat selanjutnya, seseorang perlu berdiri setelah sujud
dengan mengulang hal sama, yakni dari takbiratul ihram sampai sujud kembali. Hal ini
dilakukan sebanyak rakaat di tiap sholatnya.
10. Duduk tasyahud awal
Sholat dengan jumlah rakaat tiga dan empat, ada gerakan sholat yang disebut duduk tasyahud
awal. Tasyahud awal dilaksanakan pada rakaat kedua setelah dua sujud. Duduk tasyahud
awal dilakukan dengan posisi duduk iftirasy.
Dalam buku Fiqh Shalat Terlengkap, duduk tasyahud awal dilakukan secara iftirasy, yaitu
duduk di atas mata kaki kiri dengan menegakkan kaki yang kanan, serta meletakkan ujung
jari-jari kaki kanan di lantai seraya menghadap kiblat.
Disebutkan dalam Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid oleh Ibnu Rusyd, Nabi SAW
biasa meletakkan tangan kiri pada lutut kiri dan telapak tangan kanan pada lutut kaki kanan
sambil mengacungkan jari telunjuk.
Pada tasyahud awal membaca shalawat kepada Nabi SAW, yakni:
At-tahiyyaatul mubaarakatush shalawaatuth thayyibaatulillaahi. Assalaamu 'alaika ayyuhan-
nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuhu. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-
shaalihiina. Asyhadu an laa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaahi.

11. Tasyahud Akhir


Masih dari buku Fiqh Shalat Terlengkap, untuk duduk tasyahud akhir, dilakukan dengan
posisi tawarruk yang sama seperti iftirasy, tetapi ada sedikit bedanya yakni dengan
mengeluarkan kaki kiri pada bagian bawah kaki kanan, serta menempelkan bokong pada
lantai.
Posisi tangan kiri diletakkan di antara lutut dan paha kaki kiri, begitu pun dengan tangan
kanan diletakkan pada atas lutut dan paha kaki kanan. Sementara jari-jari tangan agak
direnggangkan, dan jari telunjuk digandengkan dengan ibu jari untuk diacungkan.
Adapun bacaan shalawat kepada Nabi SAW diwajibkan pada tasyahud akhir. Sehingga pada
tasyahud akhir membaca:
At-tahiyyaatul mubaarakatush shalawaatuth thayyibaatulillaahi. Assalaamu 'alaika ayyuhan-
nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuhu. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-
shaalihiina. Asyhadu an laa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaahi
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad kamaa shallaita 'ala Ibraahim wa
'ala aali Ibrahim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik 'ala Muhammad wa 'ala aali
Muhammad kamaa baarakta 'ala Ibrahim wa 'ala aali Ibrahimm innaka hamidun majiid
12. Salam
Salam merupakan gerakan terakhir dalam rangkaian sholat. Dikatakan bahwa salam
dilakukan dua kali, dengan menoleh ke kanan sehingga pipi kanan terlihat dari belakang, dan
yang kedua sambil menoleh ke kiri sehingga pipi kiri juga terlihat dari belakang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut
syarat – syarat yang telah ditentukan. Sedangkan secara hakikinya ialah berhadapan hati
(jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di
dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat
dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau
dengan kedua – duanya. Orang beriman melaksanakan shalat sesuai dengan apa yang
telah diperintahkan oleh Allah SWT, serta sesuai dengan yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw. Selain itu sholat juga mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan
manusia, untuk kesehatan manusia itu sendiri, ketenangan hati dan pikiran, dan
keselamatan di akhirat karena amal yang pertama dihisab adalah sholat.

3.2 Saran

Sholat sebagai suatu tarbiyyah yang begitu luar biasa yang mengajarkan kebaikan dalam
segala aspek kehidupan, sebagai pencegah kemungkaran dan kemaksiatan, sebagai pembeda
antara orang yang beriman dan orang yang kafir, sholat sebagai syariat dari Allah dalam
kehidupan, semoga dapat difahami, diamalkan dan diaplikasikan dengan benar dalam
kehidupan kita. Kebenaran datang dari Allah semata dan kesalahan-kesalahan takkan lepas
dari kami sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan. Maka teruslah berusaha untuk
menjauhi segala yang menjadi larangannya dan melaksanakan segala perintahnya,
meneladani Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA

Ubaidillah, dkk. Pendidikan Kewargaan (Civic Education), Jakarta: IAIN


Jakarta Press, 2000. Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI,
Yogyakarta: Samudra Biru, 2018. Nikmah, Azah.
“http://nikmahajah.blogspot.co.id/2013/11/proses-berbangsa-dan Bernegara,
diakses pada selasa, 17 september 2017. Sunarso, dkk. Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn untuk Perguruan Tinggi), Yogyakarta: UNY Press,
2013. Khon, Prof. Hans, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Jakarta: Erlangga,
1984

Anda mungkin juga menyukai