Anda di halaman 1dari 27

PENGENDALIAN BANJIR 2

-Metode Struktur-
Perbaikan dan Pengaturan
Sistem Sungai
1. Perlindungan Tanggul Banjir

• Tanggul  untuk mencegah luapan air dari


kiri kanan sungai.
• Tanggul dibuat agak jauh dari alur sungai :
– Agar arus tidak dapat menghantam tanggul
– Bantaran masih dapat dimanfaatkan
– Dapat menampunf air untuk sementara
Perlindungan Tanggul Banjir
Contoh Perhitungan Tanggul
2. Perkuatan Lereng
• Perkuatan lereng (revetments) adalah
bangunan yang ditempatkan pada permukaan
suatu lereng guna melindungi suatu tebing
alur sungai atau permukaan lereng tanggul
dan secara keseluruhan berperan
meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh
tanggul yang dilindunginya.
2. Perkuatan Lereng
3. Krib
Krib adalah bangunan yang dibuat
mulai dari tebing sungai kearah
tengah, guna mengatur arus sungai
dan tujuan utamanya adalah :

• Mengatur arah arus sungai,


• Mengurangi kecepatan arus sungai
sepanjang tebing sungai,
• Mempercepat sedimentasi,
• Menjamin keamanan tanggul atau
tebing terhadap gerusan,
• Mempetahankan lebar dan
kedalaman air pada alur sungai,
• Mengonsentrasikan arus sungai dan
memudahkan penyadapan.
Mengatur aliran sungai
sedemikian rupa sehingga pada
waktu banjir air dapat mengalir
dengan cepat dan aman.

Mengatur kecepatan aliran sungai


yang memungkinkan adanya
pengendapan dan pengangkutan
sedimen dengan baik.

Mengarahkan aliran ke tengah


alur sungai agar tebing sungai tidak
terkikis atau longsor.

Mengarahkan aliran sungai


sehingga dapat dipergunakan untuk
pelayaran.
KLASIFIKASI KRIB
A. Krib Permeable
- Pada tipe permeable, air dapat mengalir melalui krib.
- Krib  diantara bagian-bagian konstruksinya dapat dilewati
aliran, sehingga kecepatannya akan berkurang karena
terjadinya gesekan dengan bagian konstruksi krib tersebut dan
memungkinkan adanya endapan angkutan muatan di tempat
ini.
KLASIFIKASI KRIB
B. Krib Impermeable
 Disebut juga krib padat atau krib tidak lolos air, sebab air sungai tidak
dapat mengalir melalui tubuh krib.
 Bangunan ini digunakan untuk membelokkan arah arus sungai dan
karenanya sering terjadi gerusan yang cukup dalam di depan ujung krib
atau bagian sungai di sebelah hilirnya.
 Dari segi konstruksi, terdapat beberapa jenis krib impermeable misalnya
brojong kawat, matras dan pasangan batu
KLASIFIKASI KRIB
C. Krib Semi Permeable
 Berfungsi ganda yaitu sebagai krib permeable dan krib padat.
 Biasanya bagian yang padat terletak disebelah bawah dan
berfungsi pula sebagai pondasi. Sedangkan bagian atasnya
merupakan konstruksi yang permeable disesuaikan dengan
fungsi dan kondisi setempat.
 Krib semi permeable disebut juga dengan Krib semi lulus air
adalah krib yang dibentuk oleh susunan pasangan batu
kosong sehingga rembesan air masih dapat terjadi antara
batu-batu kosong.
4. Sistem Jaringan Sungai
• Akibatnya :
– Gambar (a) merusak tanggul sungai utama di seberang muara anak
sungai atau memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi
bangunan sungai yang terdapat di sebelah hilir pertemuan yang tidak
deras arusnya.
– Gambar (b) Lebar sungai utama pada pertemuan dengan anak
sungai cenderung bertambah sehingga sering berbentuk gosong –
gosong pasir dan berubah arah arus sungai
Guna mencegah terjadinya hal – hal
sebagaimana uraian di atas, maka pada
pertemuan sungai dilakukan penanganan
sebagai berikut (Suyono Sosrodarsono, “Perbaikan
dan Pengaturan Sungai”) :

• Pada pertemuan 2 (dua) buah sungai yang


resimnya berlainan, maka pada kedua sungai
tersebut diadakan perbaikan sedemikian,
agar resimnya menjadi hampir sama.
Adapun perbaikannya adalah dengan
pembuatan tanggul pemisah diantara kedua
sungai tersebut dan pertemuannya digeser
agak ke hilir apabila sebuah anak sungai
yang kemiringannya curam bertemu dengan
sungai utamanya, maka dekat pertemuannya
dapat dibuatkan ambang bertangga.

• Pada lokasi pertemuan 2 (dua) buah sungai


diusahakan supaya formasi pertemuannya
membentuk garis singgung.
5. Perbaikan Sungai (River Improvement)

• Sistem perbaikan sungai melalui pengerukan dan


pelebaran saluran adalah bertujuan memperbesar
kapasitas tampung sungai dan memperlancar aliran.

• Untuk mengarahkan sungai dan melebarkan


penampangnya sering terjadi diperlukan pembebasan
lahan. Oleh karena itu dalam kajiannya harus juga
memperhitungkan aspek ekonomi (ganti rugi) dan aspek
sosial bagi terutama bagi masyarakat atau stakeholders
lainnya yang merasa dirugikan akibat lahannya
berkurang.
2. Perbaikan Sungai (River Improvement)
Pengendalian Banjir Secara Non
Struktur
Pengendalian Banjir Secara Non Struktur

• keberhasilan metode non struktur untuk pengendalian


banjir memberikan kontribusi jauh lebih besar
dibandingkan dengan metode struktur. Lebih dari itu,
biaya yang dikeluarkan untuk metode non struktur jauh
lebih murah dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk metode struktur, karena metode non
struktur lebih merupakan tindakan preventif sebelum
terjadinya banjir.
• Apabila dari awal penyebab banjir dapat diminimalkan,
maka biaya konstruksi dan perbaikan akan jauh lebih
murah. (Robert J. Kodoatie,”PSDA Terpadu”)
Pengendalian Banjir Secara Non Struktur

Pengelolaan DAS

Pengaturan Tata Guna Lahan

Law Enforcement

Pengendalian erosi di DAS

Pengaturan dan pengembangan daerah banjir


1. Pengelolaan DAS
• Pengelolaan DAS mencakup aktifitas - aktifitas
berikut ini: ƒ
– Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS. ƒ
– Penanaman vegetasi untuk mengendalikan kecepatan
aliran air & erosi tanah. ƒ
– Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi
tahan air yang tepat, sepanjang tanggul drainase,
saluran - saluran dan daerah lain untuk pengendalian
aliran yang berlebihan atau erosi tanah. ƒ
– Pengaturan kontur dan cara - cara pengolahan lahan.
2. Pengaturan Tata Guna Lahan
• Pengaturan tata guna tanah di daerah aliran sungai, ditujukan untuk
mengatur penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang
wilayah yang ada untuk menghindari penggunaan lahan yang tidak
terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan daerah aliran sungai yang
merupakan daerah tadah hujan

• Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan di daerah aliran sungai


dimaksudkan untuk:
• Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidak menimbulkan
banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
• Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan,
sehingga dapat menekan laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.
n
gu
gn
u
g
d
n
ia
ad
i
n
i
3. Law Enforcement
r(
•bia Pelanggaran tidak diikuti dengan sanksi maupun hukuman yang
akt tegas, walaupun sudah dinyatakan eksplisit dalam aturan, contohnya
n
a :
gn
u
u
n
s
d
ai
n
l
u
b
p
ar
en
a
rtn
m
a
ard
n
ar
en
a
n
i
sn
b
a
u
an
s
ige
ka)
i
3. Law Enforcement
Sosialisasi peraturan - perundangan yang berkaitan dengan bencana
kepada semua stakeholder.

Hal - hal substansi tentang aturan dan sanksinya perlu disosialisasikan


lebih detail. Misalkan dengan cara pemasangan papan aturan dan sanksi
di tempat - tempat strategis.

Sosialisasi dapat dilakukan dalam pendidikan formal sejak dini mulai


Cara – cara anak bersekolah dari TK, SD sampai universitas.
dan upaya
penegakan Sosialisasi pendidikan non - formal dapat dilakukan melalui berbagai
hukum : cara misalnya dalam iklan media massa cetak maupun visual (tv),
leaflet, papan pengumuman di tempat strategis.

Perlu shock therapy yaitu dengan misalnya menerapkan sanksi, denda,


atau hukuman maksimal dari aturan yang ada agar stakeholders
menjadi jera dan mau mentaati aturan yang berlaku.

Perlu lembaga pengawasan yang melekat pada instansi. Lembaga ini


berfungsi mengawasi pengelolaan bencana baik internal maupun
eksternal.

Karena isu - isu yang kompleks tersebut maka diperlukan kolaborasi


yang baik antara institusi pengelolaan bencana dengan institusi
penegakan hukum.
4. Pengaturan dan pengembangan
daerah banjir
• Penggunaan daerah dataran banjir perlu adanya pengendalian
dan pengaturan. Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan
untuk pengendalian dan pengaturan tersebut antara lain:
Penyesuaian dan penempatan
suatu bangunan sesuai rencana
land use, yang dapat menurunkan
potensi kerugian akibat banjir,
penyesuaian dan penempatan
bangunan disini dapat diartikan
juga tindakan perubahan rencana
penempatan bangunan,
penyesuaian penggunaan maupun
Pada langkah kedua dapat
pembebasan area. berupa
memberlakukan undang-undang,
peraturan ataupun peraturan
daerah, pengaturan tiap - tiap
kawasan / zona, penyesuaian
bangunan dan pajak, pengosongan,
pembaharuan
Mengoptimumkan pemukiman, tanda /
pemanfaatan
peringatan
daerah dataran. dll.merupakan
Hal ini
tantangan seorang pemimpin
proyek pengembangan wilayah
sungai. Prinsip - prinsip utama
dalam rangka usaha di atas adalah:
teknis, ekonomis, sosial, budaya,
hukum, institusi dan lingkungan
maka didapatkan keuntungan
optimal dari pemanfaatan daerah
terhadap biaya yang dikeluarkan.
4. Pengaturan dan pengembangan
daerah banjir
• Ada 4 strategi dasar untuk pengembangan daerah banjir yang
meliputi :

Modifikasi kerentanan dan


kerugian banjir (penentuan
zona atau pengaturan tata
guna lahan).
Pengaturan peningkatan
kapasitas alam untuk dijaga
kelestariannya seperti
penghijauan.
Modifikasi dampak banjir
dengan penggunaan teknik
mitigasi seperti asuransi,
penghindaran banjir (flood
proofing).
Modifikasi banjir yang terjadi
(pengurangan) dengan
bangunan pengontrol
(waduk) atau perbaikan
sungai.

Anda mungkin juga menyukai