BAB IV
RANCANGAN PENATAAN BANTARAN dan SEMPADAN SUNGAI
1. Konsep Penataan
Dalam rangka penataan bantaran dan sempadan sungai di suatu DPS, harus
diingat bahwa Daerah Pengaliran Sungai (DPS) sebagai suatu kesatuan wilayah tata air
merupakan ekosistem alam, dimana keadaan, tindakan dan pengaruh yang berlaku
pada satu unsur akan mempengaruhi unsur yang lain. Oleh karena itu pengembangan
DPS dengan mengubah komponen tertentu yang ada di DPS tersebut haruslah
menyimak secara cermat semua aspek DPS sebagai suatu kesatuan dengan tidak
mengabaikan akibat kerusakan atau penyalahgunaan yang mungkin akan ditimbulkan
di masa yang akan datang.
Bantaran sungai merupakan salah satu komponen DPS yang berupa hamparan
sebelah kiri dan kanan badan air sungai, mempunyai peran yang penting terhadap
karakteristik perilaku sungai dalam mempertahankan bentuk dan fungsinya. Kawasan
ini sangat rentan terhadap aktivitas manusia, baik yang berupa tindakan individu
maupun kelompok. Gangguan pada bantaran sungai berupa tindakan pemanfaatan
lahan di bantaran yang tidak memperhatikan aspek kesesuaian dan peruntukannya,
akan menimbulkan beberapa permasalahan, di antaranya :
a. Menurunkan nilai estetika.
b. Menimbulkan kerawanan longsoran tebing sungai,
c. Menurunkan kualitas air sungai,
d. Mengganggu kelancaran pengaliran air sungai,
e. Menganggu fungsi drainase daratan,
Demikan juga dengan sempadan sungai, di kanan dan kiri sungai juga memiliki
peran yang penting karena sempadan merupakan kawasan lindung dari sungai
tersebut. Gangguan di sempadan seperti pemanfaatan lahan untuk permukiman dan
juga tempat membuang sampah, akan menimbulkan permasalahan seperti hilangnya
kawasan lindung sabuk hijau.
Oleh karenanya, rancangan penataan bantaran dan sempadan sungai harus
memperhatikan 3 aspek utama yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu pendekatan
teknis, pendekatan sosial-ekonomi, dan pendekatan hukum dan kelembagaan.
pt.
bantardawa konsult. IV-1
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
4.2.2. Geoteknik
Dalam penataan bantaran dan sempadan sungai, aspek geoteknik juga
memegang peranan penting. Aspek geoteknik tersebut adalah kondisi kelerengan
tebing sungai dan sifat struktur batuan penyusunnya. Studi geologi regional yang
pt.
bantardawa konsult. IV-2
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
dipadukan dengan analisa kondisi geomorfologi merupakan cara yang dapat digunakan
untuk penentukan tingkat kelongsoran tebing sungai.
Daerah hulu DPS K. Ngrowo, jenis batuannya didominasi o!eh batuan keras
yang tidak mudah lapuk, tetapi karena penggundulan hutan menyebabkan laju erosi
permukaan (stream erosion), erosi parit (gully erosion) dan limpasan permukaan
(run-off) sangat tinggi.
Daerah hilir DPS K. Ngrowo, merupakan muara kali Ngrowo ke Kali Brantas.
pt.
bantardawa konsult. IV-3
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
relevan dengan kondisi dimasa sekarang. Produk hukum baik di tingkat Pemerintah
Pusat, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten haruslah senantiasa
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan terkait dengan kebijakan otonomi daerah.
Lebih-lebih terhadap pengelolaan sumberdaya air yang sama sekali tidak mengenal
batas politik dan tidak dibatasi oleh wilayah, administrasi, segala kewenangan yang
ada di dalamnya harus terintegrasi secara proporsional.
Kewenangan yang dimaksud di dalamnya bukan hanya hak terhadap
kepemilikannya, tetapi harus mencerminkan esensi sebagaimana yang dimaksud dalam
UUD 1945 pasal 33.
Berkaitan dengan penataan bantaran sungai, beberapa acuan hukum yang
berupa undang-undang dan peraturan sebagai dasar pengaturannya adalah :
1. Undang-Undang No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan dan dalam Rangka
Pemanfaatan dan Pelestarian Sungai.
2. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
3. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Hutan
Lindung.
4. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.
5. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
6. Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
8. Pasal 10:
(1) Penataan ruang kawasan pedesaan, penataan ruang kawasan perkotaan, dan
penataan ruang kawasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3)
diselenggarakan sebagai bagian dan penataan ruang wilayah Nasional atau wilayah
Propinsi Daerah Tingkat 1 atau wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.
(2) Penataan ruang kawasan tertentu diselenggarakan untuk:
a. mengembangkan tata ruang kawasan yang strategis diprioritaskan dalam
rangka penataan ruang wilayah Nasional atau wilayah Propinsi Daerah. Tingkat
1 atau wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.
b. meningkatkan fungsi kawasan lindung dan fungsi kawasan budidaya,
c. mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan pertahanan keamanan.
pt.
bantardawa konsult. IV-5
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-6
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-7
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-8
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-9
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-10
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-11
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-12
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
Di udara
Diperkenankan untuk pelintasan kabel listrik atau telepon, dengan ruang bebas
11 m di atas muka air tinggi yang direncanakan di tempat pelintasan.
Kegiatan di permukaan air
Kegiatan di permukaan air seperti rekreasi air, olah-raga air, lalu-lintas air
dimungkinkan jika permukaan air sudah stabil dan mutu air telah terjamin baik
3. Pengendalian Bangunan di Daerah Sempadan Sungai
Bangunan-bangunan yang berada di dalam daerah sempadan sungai,
dalam kenyataannya sulit untuk dipindahkan begitu saja, karena
bangunan-bangunan tersebut kemungkinan sudah lama ada sebelum
peraturannya dibuat, dan mengingat pula besamya biaya yang diperlukan
untuk pembebasan tanahnya.
Untuk pengendaliannya, bangunan- bangunan tersebut tetap diijinkan
berdiri, namun dilarang melakukan pengembangan (perluasan ke arah vertikal
maupun horisontal), dan tidak boleh dilakukan pemeliharaan bangunan . Bila
akan melakukan pengembangan, harus mengikuti ketentuan garis sempadan
sungai.
Demikian pula dengan bangunan-bangunan yang telah habis masa
berlaku hak atas tanahnya, dalam pengajuan baru agar dikaitkan dengan
ketentuan untuk mengikuti garis sempadan sungai yang ditetapkan. Pada
tanah-tanah yang belum terbangun agar sedini mungkin diberlakukan
ketentuan garis sempadan sungai.
pt.
bantardawa konsult. IV-13
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
Diperbolehkan membuat perabot taman (bangku taman, pot taman, jalur pejalan
kaki) yang bersifat permanen maupun yang non permanen (bisa dipindah-
pindahkan).
Diperbolehkan membuat lampu taman dan penerangan umum untuk keindahan
dan keamanan taman.
Pepohonan dipilih dari jenis pohon pelindung yang berbunga, tidak mudah roboh,
umur panjang, dan perakarannya tidak merusak tepi sungai; serta tanaman hias.
Tidak diperbolehkan ada bangunan (gedung) permanen dan semi permanen.
Tidak mengganggu kelestarian sungai.
Bebas dari permukiman liar.
Dapat digunakan untuk tempat pemasangan reklame tetap (reklame tiang, reklame
tempel) maupun reklame sementara (spanduk, baliho).
b. Taman Pasif
Adalah taman yang ditanani dengan pepohonan, tanaman hias dan rumput,
yang dilengkapi dengan pot bunga, lampu taman. Taman pasif hanya untuk dilihat dan
dinikmati keindahan dan keasriannya. Di dalamnya tidak ada aktifitas kegiatan. Untuk
taman pasif yang berada di daerah sempadan sungai, persyaratannya, adalah:
Diperbolehkan membuat perabot taman (pot taman, patung, lampu taman, pagar)
yang bersifat permanen.
Dapat digunakan untuk tempat pemasangan reklame tetap maupun reklame
sementara.
Tidak diperbolehkan ada bangunan gedung permanen dan semi permanen.
Tidak mengganggu kelestarian sungai.
Bebas dari permukiman liar.
Pepohonan dipilih dari jenis pohon pelindung yang berbunga yang tidak mudah
roboh, umur panjang, dan perakarannya tidak merusak tepi sungai. Selain itu juga
bisa ditanami dengan tanaman hias.
c. Sabuk Hijau
Merupakan penghijauan yang ditanami pepohonan yang ditata dan dirancang
sesuai fungsi ekologinya sebagai pengendali tata air, pencegah erosi, sebagai
paru-paru lingkungan, fungsi fisiknya sebagai peneduh untuk menciptakan kesejukan
pt.
bantardawa konsult. IV-14
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-15
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
Bisa berupa gedung atau bangunan sungai yang khusus digunakan untuk
kepentingan pengelolaan, pemeliharaan, perlindungan, pengembangan,
pengawasan, penggunaan dan pengendalian sungai/waduk.
Tidak mengganggu kelestarian sungai/waduk.
Luasnya mencukupi untuk keperluan bangunan/gedung bersangkutan.
Mengikuti ketentuan RTRW, RUTRD, RUTRK, RDTRK RTRK, dan peraturan
setempat.
e. Reklame/Rambu:
Terdiri dari reklame tetap, reklame sementara, dan rambu. Reklame tetap
meliputi reklame icon, tiang, dan reklame tempel. Reklame sementara meliputi
spanduk, baliho, selebaran, reklame peragaan, reklame balon. Reklame tetap yang
meliputi rambu lalulintas, rambu kerja, petunjuk lokasi, papan penyuluhan.
Persyaratannya adalah sebagai berikut:
Tidak diperkenankan memasang reklame atau rambu pada tebing
sungai.
Pemasangan reklame/rambu tidak menghalangi bangunan, tidak
menghalangi pandangan bebas pengemudi kendaraan bermotor, dan
tidak mengganggu kelestarian sungai.
Lokasinya mencukupi untuk keperluan pemasangan tersebut.
Pemasangan reklame/rambu tidak diperbolehkan menjorok melampaui
batas berm jalan dan perkerasan jalan.
f. Jalan Inspeksi
Jalan sepanjang sisi sungai yang dibutuhkan untuk keperluan pemeliharaan
sungai. Jalan tersebut harus bisa dilewati oleh kendaraan roda empat dan bersih dari
tanaman semusim. Jalan inspeksi sangat diperlukan untuk pemeliharaan dan
pengawasan sungai, oleh karena itu jalan inspeksi yang saat ini sulit dilalui khususnya
di kali Ngrowo harus dioptimalkan penggunaannya.
pt.
bantardawa konsult. IV-16
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
Adalah jalan di sepanjang sisi sempadan sungai yang lebamya antara 2,5 - 3 m.
Disediakan bagi para pejalan kaki di kawasan perkampungan. Jalur pejalan kaki bisa
juga dimanfaatkan sebagai jalan inspeksi.
h. Utilitas
Bangunan untuk kepentingan utilitas lingkungan, yang meliputi jaringan kabel
listrik, telepon, pipa air minum, tiang atau pondasi jalan/jembatan umum, bangunan
sungai, saluran irigasi dan industri. Persyaratannya adalah sebagai berikut:
- Tidak mengganggu kelestarian sungai.
- Lokasinya mencukupi untuk keperluan tersebut.
- Penempatannya sesuai dengan rencana kota/wilayah dan peraturan daerah
setempat.
k. Makam
Tanah di sempadan yang digunakan untuk areal pemakaman, dengan
syarat sebagai berikut:
Makam yang berada di daerah sempadan sungai tetap diperkenankan tetapi
tidak boleh diperluas dan namun tidak diperbolehkan membuat bangunan
makam yang dilengkapi atap, utamanya yang permanen
Makam yang ada kaitannya dengan kehidupan sosial budaya setempat dan
sangat dihormati masyarakat, tetap dipertahankan sebagaimana yang ada.
l. Tegalan/ladang
pt.
bantardawa konsult. IV-17
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
Adalah tanah yang digunakan untuk budidaya tanaman palawija atau tanaman
semusim.
pt.
bantardawa konsult. IV-18
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi
sungai sampai jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.
Dipertahankan untuk tegalan dan kebun, yaitu pada jarak 15 - 100 m dari
tepi sungai.
b. Pada tebing sungai
Kondisi lereng sungai yang longsor, diusulkan pemberian tanggul untuk
memperkuat tebing sungai, yaitu sisi kiri dari muara kali Ngrowo sepanjang +
500m. Demikian juga pada pertemuan dengan anak sungai, yaitu Kali Bajal Picisan,
perlu tanggul.
c. Jalan Inspeksi
Jalan inspeksi yang saat ini tidak bisa dilewati, karena lebatnya tanaman
rumput gajah, harus dibersihkan dari tanaman tersebut, untuk mempermudah
inpeksi dan pengawasan sungai.
pt.
bantardawa konsult. IV-19
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-20
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-21
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
4.6.2. Usulan Peruntukan Tanah Sempadan Kali Ngrowo sisi Kanan sungai
Tabel 4.3. Penentuan Garis Sempadan sungai sisi kanan Kali Ngrowo
pt.
bantardawa konsult. IV-22
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-23
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-24
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-25
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-26
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
Tabel 4.5. Penentuan Garis Sempadan sungai sisi kanan Kali Babaan
batas Sempadan garis
Km Peruntukan Keterangan Permen PU Aspek sempadan
RTRW 63/1993 Hidrolis (**) terpilih
0+0 - 0+1 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
0+1-0+2 makam takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
0+2 + 0+3 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
0+3 - 0+55 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
0+55-0+85 lahan kosong takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
0+85 - 1+1 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
1+1-1+2 makam takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
1+2 - 1+6 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
1+55 - 1+9 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
2+15 - 2+6 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
2+6 - 3+4 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
3+4 - 4+4 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
4+4 - 4+65 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
4+65 - 4+8 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
4+8-5+05 lahan kosong takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
pt.
bantardawa konsult. IV-27
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
LanjutanTabel 4.5. Penentuan Garis Sempadan sungai sisi kanan Kali Babaan
batas Sempadan garis
Km Peruntukan Keterangan Permen PU Aspek sempadan
RTRW 63/1993 Hidrolis (**) terpilih
0+0 - 0+1 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
0+1-0+2 makam takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
0+2 + 0+3 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
0+3 - 0+55 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
0+55-0+85 lahan kosong takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
0+85 - 1+1 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
1+1-1+2 makam takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
1+2 - 1+6 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
1+55 - 1+9 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
2+15 - 2+6 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
2+6 - 3+4 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
3+4 - 4+4 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
4+4 - 4+65 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
4+65 - 4+8 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
4+8-5+05 lahan kosong takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
5+1 - 5+25 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
5+25 - 7+8 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
7+8 - 8+05 permukiman takbertanggul 15 m 50 m 50 m 50 m
8+05 - 10+0 pertanian takbertanggul 50 m 50 m 50 m 50 m
(**) Aspek hidrolis diambil berdasarkan debit banjir historis di DPS K. Ngrowo
1. Kali Babaan kanan dan kiri, km 0+000 – 5+500 di Desa Sembon, Kec. Karangrejo,
sampai Desa Tanjungsari, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagung
a. Pada daerah sempadan sungai (pertanian) dengan garis sempadan 50 m
Ditanami pohon berkayu keras dan rumput, yaitu mulai > 5 m dari tepi
sungai sampai jarak 50 m, untuk memperkuat tebing sungai.
Sabuk hijau, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai 15 m.
Dipertahankan untuk tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15 –50 m
dari tepi sungai.
Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah kosong menjadi lahan untuk
tanaman produktif.
b. Pada makam, garis sempadan 50 m.
Karena makam terdapat di tepi kali bahkan < 5 m dari tepi sungai,
diusulkan tanggul, agar tidak terjadi longsoran.
c. Pada alur sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-28
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
pt.
bantardawa konsult. IV-29
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
(**) Aspek hidrolis diambil berdasarkan debit banjir historis di DPS K. Ngrowo
1. Kali Bajal Picisan kanan dan kiri, km 0+000 – 1+800 di Desa Karangrejo, Kec.
Karangrejo, Kab. Tulungagung
a. Pada daerah sempadan sungai ( pertanian ) dengan garis sempadan 50 m
Ditanami pohon berkayu keras, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai
jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.
Sabuk hijau, yaitu jarak 0 - 15 m dari tepi sungai.
Dipertahankan untuk sawah, tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15
–50 m dari tepi sungai.
e. Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah/lahan kosong menjadi lahan
untuk tanaman produktif.
b. Pada alur sungai
Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 0+100, pada km
0+400 (jembatan baja tak terpakai), pada km 1+700.
Di bawah sungai terdapat bronjong di sisi kanan sungai pada km
0+600.
c. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.
Sabuk hijau, yaitu jarak 0 - 15 m dari tepi sungai, dengan
mempertahankan kondisi yang eksis, yaitu rumpun bambu dan tanaman
keras berkayu lainnya.
Tanaman pasif, yaitu jarak < 5 m dari kaki tanggul sebelah luar atau
sampai pekarangan rumah.
2. Kali Bajal kanan dan kiri, km 1+800 – 3+000 di Desa Sukodono dan Desa
Sukorejo, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagung
a. Pada daerah sempadan sungai ( pertanian ) dengan garis sempadan 50 m
Ditanami pohon berkayu keras, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai
jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.
Sabuk hijau, yaitu jarak 0 - 15 m dari tepi sungai.
Dipertahankan untuk sawah, tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15
–50 m dari tepi sungai.
pt.
bantardawa konsult. IV-31
Kajian Pemanfaatan Bantaran dan Sempadan Sungai
3. Kali Picisan kanan dan kiri, km 3+000 – 5+000 di Desa Sukorejo, Kec. Karangrejo,
sampai Desa Punjul, Kec. Karangrejo, Kab. Tulungagung
a. Pada daerah sempadan sungai ( pertanian ) dengan garis sempadan 50 m
Ditanami pohon berkayu keras, yaitu mulai > 5 m dari tepi sungai sampai
jarak 15 m, untuk memperkuat tebing sungai.
Sabuk hijau, yaitu jarak 0 - 15 m dari tepi sungai.
Dipertahankan untuk sawah, tegalan dan kebun (pertanian), pada jarak 15
–50 m dari tepi sungai.
h. Pengupayakan pengalihan fungsi dari tanah kosong menjadi lahan untuk
tanaman produktif.
b. Pada alur sungai
Di atas permukaan sungai melintas jembatan pada km 3+400.
c. Pada daerah sempadan sungai (permukiman) dengan garis sempadan 15 m.
Sabuk hijau, yaitu jarak 0 - 15 m dari tepi sungai, dengan
mempertahankan kondisi yang eksis, yaitu rumpun bambu dan tanaman
keras berkayu lainnya.
Tanaman pasif, yaitu jarak < 5 m dari kaki tanggul sebelah luar atau
sampai pekarangan rumah.
pt.
bantardawa konsult. IV-32