Anda di halaman 1dari 54

DOKUMEN TEKNIS

Paket Pekerjaan Belanja Konsultan

Perencanaan Jalan Cabe I


Kecamatan Pamulang

Tahun Anggaran 2021

Permata Safira Regency Blok F5 No. 36 Kel.


Sepang Kec. Taktakan Kota Serang
1. DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS

A.1. DATA ORGANISASI PERUSAHAAN


Dalam rangka keinginan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa terutama di
bidang teknik, dan melihat bertumbuhnya demand atas pelayanan jasa dalam hal
konsultansi teknik maka semangat tersebut yang mendasari didirikannya perusahaan
jasa konsultan ini.

PT. RADITYA TRIYASA KONSULTAN adalah salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang Jasa Konsultan Teknik dan merupakan perusahaan swasta Nasional yang
berorentasi dalam bidang Konsultansi.

Jasa Konsultan yang kami tawarkan adalah berupa Perencanaan dan Pengawasan
(supervisi) Teknis Manajemen proyek pada lingkup Pembangunan Daerah dan
Nasional yang bersifat Konsultansi baik dilingkungan Pemerintah maupun Swasta.

PT. RADITYA TRIYASA KONSULTAN mempunyai tenaga-tenaga yang profesional


serta tenaga-tenaga ahli yang handal dan berpengalaman dibidangnya dengan
disiplin ilmu yang tinggi. Dengan dukungan para ahli tersebut maka PT. RADITYA
TRIYASA KONSULTAN berani bersaing secara kompetitif dalam menggeluti bidang
jasa konsultansi.

Sejak berdirinya sampai sekarang, PT. RADITYA TRIYASA KONSULTAN selalu


memberikan suatu inspirasi-inspirasi baru untuk meningkatkan pembangunan
disegala bidang dengan mengandalkan teknologi-teknologi yang modern serta selalu
menjaga kualitas dan selalu memperhatikan ketepatan waktu dalam penyelesaian
pekerjaan yang diberikan.

Pengurus perusahaan yang bertanggung jawab penuh terhadap manajemen


perusahaan adalah sebagai berikut :

Direktur : EDI MARYANTO, A.Md


Komisaris : ELINE WULANDARI

Dalam menjalankan perusahaan ini kualitas selalu menjadi patokan yang paling
utama. Manajeman perusahaan selalu mengacu pada struktur organisasi. Struktur
organisasi tersebut dengan menggunakan sistem staf dan garis. Hubungan timbal
balik antara pengurus dan karyawan berjalan dengan harmonis karena berlakunya
sistem open management.

DIREKTUR

SEKERTARIS

DIVISI DIVISI MANAGER MANAGER


TEKNIK LINGKUNGAN ADMINISTRASI PERSONALIA

TENAGA TENAGA STAF STAF


AHLI AHLI

Gambar 1.1. Struktur Organisasi

Organisasi pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Jalan Cabe I Kecamatan


Pamulang terdiri atas hubungan dalam lingkup Konsultan Perencana yang
membawahi para tenaga ahli yang dipimpin oleh Team Leader merangkap sebagai
tenaga ahli yang dapat berhubungan dalam kerangka koordinasi dengan tim teknis.
Dalam lingkup pemberi pekerjaan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan
secara langsung berhubungan dengan Konsultan dalam melakukan koordinasi teknis
melalui tim teknis.
PT. RADITYA TRIYASA DINAS PEKERJAAN UMUM
KONSULTAN

TEAM LEADER TIM TEKNIS

OPERATOR CAD/CAM OPERATOR KOMP/ADM

SURVEYOR

Gambar 1.2. Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan


B.1. TANGGAPAN DAN SARAN ATAS KERANGKA ACUAN KERJA

Konsultan berpendapat bahwa secara umum, materi Kerangka Acuan Kerja (KAK)
yang berfungsi sebagai pedoman bagi konsultan untuk melaksanakan seluruh
proses pelaksanaan pekerjaan ini, cukup ringkas namun jelas. Penjelasan
cakupan pekerjaan dan substansi pekerjaan cukup memadai. Spesifikasi teknis
pekerjaan cukup jelas dan dapat diikuti.

Di dalam KAK disebutkan bahwa Maksud dari pekerjaan ini adalah menyusun
dokumen Perencanaan Jalan Cabe I Kecamatan Pamulang di Kec. Pamulang,
dimana dokumen perencanaan tersebut akan menjadi acuan atau dasar dalam
pekerjaan peningkatan ruas Jalan Kec. Pamulang. Mengingat peran Perencanaan
Jalan Cabe I Kecamatan Pamulang yang vital kerena merupakan jalan akses
dalam Kec. Pamulang, untuk itu diperlukanlah dokumen perencanaan yang
komprehensif dan menyeluruh.

Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung),
serta jumlah personil dan jumlah Orang-Bulan yang diperlukan semua sudah
ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, sehingga dalam hal ini Konsultan tidak
perlu lagi menghitung jumlah Orang-Bulan/Man-Month personil.

Dengan dasar itu, Konsultan telah mencoba menjabarkan kerangka acuan kerja
ini kedalam bentuk rencana dan program kerja. Pemahaman terhadap sasaran
pekerjaan telah dicoba dituangkan dalam bentuk konsepsi pendekatan
penanganan pekerjaan. Diharapkan hal-hal tersebut akan dapat memperlancar
proses pekerjaan yang akan dilaksanakan nanti.

Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja tersebut, konsultan juga diharapkan dapat


lebih mudah memahami serta memberikan tanggapannya. baik yang terkait
dengan penyusunan bab-bab selanjutnya, maupun merupakan masukan untuk
lebih mengoptimalkan penugasan konsultan sesuai dengan yang diharapkan.

Berikut adalah beberapa tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja yang akan
ditindaklanjuti pada bab/bagian lain dari proposal teknis ini serta dalam
penyusunan proposal biaya, yaitu:

1. Materi Kerangka Acuan Kerja beserta lampiran-lampirannya yang diberikan


sudah memberikan uraian yang cukup jelas dan bisa dimengerti serta diikuti.
2. Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung)
serta jumlah personil dan jumlah Orang-Bulan yang ditetapkan kerangka
acuan kerja sudah memadai untuk menghasilkan keluaran pekerjaan yang
matang, terencana dan efisien.

3. Di dalam Kerangka Acuan Kerja beserta Berita Acara Penjelasan/Aanwijzing,


telah dilampirkan daftar item/komponen pekerjaan lengkap dengan
kuantitasnya, sehingga memudahkan bagi konsultan dalam menyusun
proposal biaya

4. Sesuai dengan poin 2 dan 3, konsultan akan menyusun penawaran biaya


dengan cermat, realistis dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga biaya
yang ditawarkan konsultan untuk melaksanakan kegiatan ini tidak melampaui
Pagu Dana.

5. Waktu pelaksanaan pekerjaan selama 30 (tiga puluh) hari kalender sudah


cukup untuk melaksanakan pekerjaan ini.

6. Faktor lain yang dianggap lebih menentukan adalah proses koordinasi dengan
direksi pekerjaan, Karena tanpa proses ini pekerjaan tidak mungkin dapat
berjalan dengan lancar.
B.2. URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA

Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum
mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan jalan yaitu
melaksanakan suatu kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan dan pengawasan terhadap prasarana transportasi jalan raya
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu
lintas sesuai dengan kewenangannya yang ada di wilayah Kec. Pamulang.

Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota yang
diakibatkan bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya sumberdaya
untuk pembangunan jalan raya, dan belum optimalnya pengoperasian fasilitas
lalu lintas yang ada, merupakan persoalan utama di banyak negara. Telah diakui
bahwa usaha benar diperlukan bagi penambahan kapasitas, dimana akan
diperlukan metode efektif untuk perancangan dan perencanaan agar didapat nilai
terbaik bagi suatu pembiayaan dengan mempertimbangkan biaya langsung
maupun keselamatan dan dampak lingkungan.

Kondisi jalan yang bagus adalah jalan yang mampu melayani arus barang dan
jasa dengan baik, dalam segi kapasitas maupun kualitas jalan tersebut. Secara
umum, perencanaan jalan meliput perencanaan geometrik jalan dan
perencanaan struktur jalan. Perencanaan struktur jalan, dibagi menjadi 2 macam
(Departemen Pekerjaan Umum, 1987a), yaitu :

1. Perencanaan perkerasan jalan baru (New Construction);


2. Perkuatan perkerasan jalan lama (Overlay).

Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin
dalam hubungan hierarki. Adanya sistem jaringan jalan yang tersusun secara
teratur dapat meningkatkan arus transportasi barang dan jasa. Sistem jaringan
jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dengan
memperhatikan keterkaitan antar kawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan,
dan kawasan pedesaan.

Indikasi Segmen jalan perkotaan/semi perkotaan adalah mempunyai


perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir
seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, -apakah berupa perkembangan
lahan atau bukan. Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih
dari 100.000 selalu digolongkan dalam kelompok ini. Jalan di daerah perkotaan
dengan penduduk kurang dari 100.000 juga digolongkan dalam kelompok ini jika
mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus.

Indikasi penting lebih lanjut tentang daerah perkotaan atau semi perkotaan
adalah karakteristik arus lalu-lintas puncak pada pagi dan sore hari, secara umum
lebih tinggi dan terdapat perubahan komposisi lalu-lintas (dengan persentase
kendaraan pribadi dan sepeda motor yang lebih tinggi, dan persentase truk berat
yang lebih rendah dalam arus lalu-lintas). Peningkatan arus yang berarti pada
jam puncak biasanya menunjukkan perubahan distribusi arah lalu-lintas (tidak
seimbang), dan karena itu batas segmen jalan harus dibuat antara segmen jalan
luar kota dan jalan semi perkotaan (lihat sub-bagian 1.1.3 dan 1.1.4 di bawah).
Dengan cara yang sama, perubahan arus yang berarti biasanya juga
menunjukkan batas segmen. Indikasi lain yang membantu (walaupun tidak pasti)
yaitu keberadaan kereb: jalan luar kota jarang dilengkapi kerb.

Letak Geografis

Kec. Pamulang terletak di bagian timur Kota Tangerang Selatan yaitu pada titik
koordinat 106'38' - 106'47’ Bujur Timur dan 06'13'30' - 06'22'30' Lintang Selatan
dan secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh
sembilan) kelurahan dan 5 (lima) desa dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau
14.719Ha.

Batas wilayah Kec. Pamulang adalah sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang
 Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok
 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Wilayah Kec. Pamulang diantaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan
dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak
geografis Kec. Pamulang yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada
sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kec. Pamulang sebagai
salah satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarta, selain itu juga sebagai
daerah yang menghubungkan Kota Tangerang Selatan dengan Provinsi DKI
Jakarta. Selain itu, Kec. Pamulang juga menjadi salah satu daerah yang
menghubungkan Kota Tangerang Selatan dengan Provinsi Jawa Barat.

Topografi (Ketinggian dan Kemiringan)


Sebagian besar wilayah Kec. Pamulang merupakan dataran rendah dan memiliki
topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0 – 3%
sedangkan ketinggian wilayah antara 0 – 25 m dpl.

Geologi dan Jenis Tanah

Kec. Pamulang merupakan daerah yang relatif datar. Beberapa kecamatan


memiliki lahan yang bergelombang. Kondisi geologi Kec. Pamulang umumnya
adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil,
kerakal dan bongkah. Jenis batuan ini mempunyai tingkat kemudahan dikerjakan
atau workability yang baik sampai sedang, unsur ketahanan terhadap erosi cukup
baik oleh karena itu wilayah Kec. Pamulang masih cukup layak untuk kegiatan
perkotaan.

Keadaan Iklim

Keadaan iklim didasarkan pada penelitian di Stasiun Geofisika Klas I Tangerang


pada tahun 2010, yaitu berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara
dan intensitas matahari, curah hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur
udara berada disekitar 23,4°C – 34,2°C dengan temperatur udara minimum
berada di bulan Oktober sebesar 23,4°C dan temperatur udara maksimum di
bulan Februari yaitu sebesar 34,2°C. Rata-rata kelembaban udara adalah 80,0%
sedangkan intensitas matahari adalah 49,0%. Keadaan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Januari, yaitu 264,4 mm, sedangkan rata-rata curah hujan
dalam setahun adalah 154,9 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember
dengan hari hujan sebanyak 19 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun
adalah 4,9 Km/jam dan kecepatan maksimum rata-rata 38,3 Km/jam.
Lokasi Kegiatan, Jangka Waktu, Organisasi dan Sumber Dana

Lokasi Kegiatan

Lokasi Kegiatan yang termasuk dalam pekerjaan Perencanaan Jalan Cabe I


Kecamatan Pamulang adalah di Kec. Pamulang.

Jangka Waktu Pelaksanaan.

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan pengawasan ini adalah 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak dtandatanganinya kontrak jasa konsultan ini.

Organisasi Pekerjaan.

Nama organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan pengadaan konsultansi:

a. SKPD : Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan

b. SEKRETARIAT/BIDANG/BAGIAN : Kasi Perencanaan Jalan dan Jembatan

c. PPK : Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum

Sumber Dana

Biaya kegiatan Penyelenggaraan Jalan Kabupaten/Kota untuk Pekerjaan Belanja


Jasa Konsultasi Perencanaan Jalan Cabe I Kecamatan Pamulang ini bersumber
kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tangerang
Selatan Tahun Anggaran 2021.
Pendekatan Teknik Metodologi dan Program Kerja

Dalam melaksanakan pekerjaan Perencanaan Jalan Cabe I Kecamatan Pamulang


ini, konsultan akan selalu berpedoman kepada peraturan dan syarat-syarat yang
baku dalam bidang perencanaan konstruksi yang dikeluarkan oleh Pemerintah
c.q. Kementrian pekerjaan Umum. Tim Pelaksana pekerjaan yang akan
ditugaskan dalam menangani pekerjaan ini akan diisi oleh Tenaga Ahli dan
tenada Pendukung yang memiliki kompetensi sesuai dengan yang ditetapkan
dalam Kerangka Acuacn Kerja (KAK).

Selama pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan secara aktif menjalin hubungan


kerja dan konsultasi dengan semua pihak yang terkait antara lain Pemerintah
Kota Tangerang Selatan c.q. Dinas Pekerjaan Umum, Pihak pengelola kegiatan,
dan pihak-pihak lain yang terkait.

Pada dasarnya pelaksanaan pekerjaan perencanaan yang akan dilaksanakan di


lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan merupakan satu
kesatuan pekerjaan yang dikoordinasikan secara profesional dan dengan
manajemen yang terkendali.

Oleh karenanya hubungan kerja antara pihak konsultan dengan Instansi terkait
terutama di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum harus terjalin dengan baik.

Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang disusun untuk studi ini merupakan


pengejawantahan pemahaman konsultan terhadap KAK. Dalam bagian ini akan
dibahas mengenai tahapan, serta metoda analisis pelaksanaan pekerjaan.
Dengan metodologi ini diharapkan bahwa maksud, tujuan, lingkup, dan hasil
yang diharapkan dapat dicapai sesuai dengan kerangka waktu dan substansi
yang disampaikan dalam KAK.

Kota Tangerang Selatan melalui Dinas Pekerjaan Umum bermaksud


meningkatkan prsarana jalan di daerah-daerah yang penting dengan tujuan:
 Untuk lebih memudahkan dan meningkatkan pengangkutan pada ruas yang
ada di Kota Tangerang Selatan
 Lebih melancarkan dan memudahkan hubungan lalu lintas antar Kota.

Permasalahan dasar tersebut erat kaitannya dengan pelaksanaan rangkaian


perencanaan jalan baru.
Tujuan tersebut selanjutnya dapat dirangkum bahwa penambahan jaringan jalan
perlu disesuaikan dengan kebutuhan wilayah setempat serta jaringan jalan
eksisting sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara hirarki dan fungsi jalan
wilayah Kota Tangerang Selatan

Tahapan Pelaksanaan Studi

Kegiatan dalam studi ini dibagi ke dalam 4 (empat) tahap: Tahap Persiapan,
Tahap Pengumpulan Data, Tahap Analisis dan Tahap Finalisasi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(1) Tahap Persiapan/Survey Pendahuluan

Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan meliputi konsolidasi tim,
diskusi awal dengan tim pendamping, pengumpulan data sekunder dan survey
pendahuluan.

 Konsolidasi tim
Konsolidasi tim merupakan wahana bagi staf ahli untuk menyamakan persepsi
dan diterjemahkan kedalam metodologi yang lebih baik dan sistematis.

 Diskusi awal dengan tim pendamping


Diskusi dengan tim pendamping dilakukan guna menyamakan persepsi keinginan
pemberi tugas dengan pemahaman konsultan sehingga pelaksanaan kegiatan
studi secara keseluruhan bisa lebih baik dan mencapai sasaran yang hendak
dicapai, yakni tersusunnya rekomendasi teknis geometri, fungsi dan kelas jalan
serta tahapan pelaksanan Perencanan Teknik Jalan. Hasil dari diskusi ini
adalah tersusunnya materi survey yang diperlukan untuk menghasilkan data
yang reliabel dalam analisis pada kajian ini.

 Survey Pendahuluan
Survey Pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan kondisi eksisting meliputi
kondisi medan, tata ruang di sepanjang trase rencana.
Persiapan

Laporan Pendahuluan

Pengumpulan Data Studi Terdahulu

Pengolahan dan
Analisis Data

Laporan Interim
Penyusunan Layout

Perencanaan Geometri Jalan (Perencanaan Alinyemen


horisontal, vertikal, bangunan pelengkap jalan dan
perlengkapan jalan, Perkerasan Jalan, Volume Pekerjaan Konsep
Laporan Akhir

Penyusunan
Dokumen Tender
Laporan Akhir

Ringkasan
Gambar BOQ RAB RKS Eksekutif
Rencana

Gambar 2.1 Bagan Alir Rencana Kerja


(2) Tahapan Pengumpulan Data

Tahap kedua ini merupakan lanjutan dari tahap selanjutnya, yang mana
kegiatan-kegiatan yang dilakukan terkait dengan tahap persiapan, yakni:

 Survey Pemetaan pada Koridor Rencana Jalan


Survey pemetaan dilakukan untuk mendapatkan peta situasi terkini serta foto
detail di lapangan melalui pengukuran topografi. Hasil survey ini menjadi
masukan pada tahap perancangan geometri jalan serta pada estimasi volume
pekerjaan yang harus dilakukan (pembebasan lahan, pekerjaan tanah, dll).

 Survey Pendukung Perencanaan Jalan


Survey yang dilakukan untuk mendukung perencanaan jalan adalah seperti
survey penyelidikan tanah, aspek hidrologi, aspek geologi, survey quarry
setempat ataupun terdekat serta harga satuan setempat.

 Desk Study
Desk study dilakukan dengan melakukan kajian literatur khusus perancangan
jalan dengan kondisi geologis daerah Tangerang Selatan yang cenderung ber-
rawa atau memiliki daya dukung tanah yang rendah.

 Pengolahan Data Hasil Survey


Data hasil survey diolah sehingga mendapatkan peta situasi (kontur sepanjang
koridor trase jalan) yang lengkap dengan kondisi tata guna lahan, infrastruktur
eksisting serta potensi geologi di sepanjang koridor rencana.

(3) Tahapan Analisis

Tahap analisis ini merupakan satu tahap sebelum finalisasi yang difokuskan pada
pembuatan perancangan geometri jalan. Berikut ini adalah penjelasan singkat
kegiatan tersebut.

 Perancangan Detail Engineering Design Jalan


Perancangan ini dilakukan berdasar pada peta situasi yang sudah diperoleh dari
tahap sebelumnya serta masukan-masukan hasil pengamatan detail lapangan.
Dalam Tahap ini dinalisa bentuk geometri jalan, desain perkerasan jalan, dan
desain drainase jalan. Hasil dari perancangan ini adalah Gambar Detail Design
Jalan yang disampaikan pada kertas A1 dan A3 meliputi gambar lokasi studi, titik
awal dan titik akhir, situasi lapangan, alinemen horizontal dan vertikal dan
potongan melintang jalan pada interval minimal per 25 meter (sesuai standar
Bina Marga) dilengkapi dengan data koordinat (X,Y) dan elevasi lapangan (Z).

 Estimasi Volume Pekerjaan dan Kebutuhan Biaya


Berdasarkan gambar rencana di atas maka dapat diestimasi volume pekerjaan
meliputi Pekerjaan Drainase, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Bahu Jalan, Pekerjaan
Perkerasan Berbutir dan Pekerjaan Lapisan Aspal/Beton serta estimasi kebutuhan
pembebasan lahan. Dari volume tersebut dapat diestimasi kebutuhan biaya
pembangunannnya.

 Penyusunan Rekomendasi
Dengan tersusunnya buku gambar detail design, estimasi biaya serta hasil kajian
transportasi perlu disusun rekomendasi teknis terkait dengan aspek geometri dan
rekomendasi non-teknis berupa tahapan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

(4) Tahapan Finalisasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:


 Penyempurnaan hasil studi
Hasil Kajian Jalan Perencanan Teknik Jalan yang sudah disampaikan melalui
rekomendasi studi di atas perlu kiranya disempurnakan dengan mengakomodasi
masukan tim teknis dan serta hasil pembahasan Laporan Akhir Sementara.

Kebutuhan Data

Pada dasarnya data akan diperoleh dari 2 sumber utama, yakni:

a. Data sekunder: berupa data instansional dari sejumlah instansi terkait baik di
Pusat maupun di Daerah (Dinas PU, Dinas Geologi), data ini khususnya mengenai
data jaringan jalan untuk penentuan spesifikasi jalan yang akan direncanakan
serta kondisi geologi di sepanjang koridor. Untuk perhitungan biaya pekerjaan
dari volume pekerjaan yang dihitung maka diperlukan data harga-harga bahan
dan sewa peralatan.
b. Data Primer: berupa data yang diperoleh dari pengukuran topografi lapangan
serta pengamatan pada titik-titik penting seperti di awal dan diakhir project serta
beberapa lokasi bakal jembatan.
PERENCANAAN TRANSPORTASI

Hal yang harus diperhatikan pada perencanaan transportasi adalah acuan


peraturan yang berlaku mengenai pengadaan jalan. Adapun pengadaan jalan
yang dimaskud mengikuti Pengaturan Mengenai Jaringan Jalan, yang termuat
dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 dan Undang-Undang No. 38
tahun 2004.

Untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan


menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan. Dalam penjelasan ayat tersebut disampaikan bahwa sistem jaringan
jalan primer bersifat menerus yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak
terputus walaupun masuk ke dalam kawasan perkotaan.

Pembangunan jaringan jalan dengan fungsi arteri (tol maupun non-tol) berkaitan
erat dengan perencanaan-perencanaan lainnya yang berlingkup nasional maupun
regional. Beberapa perencanaan yang berlingkup nasional dan regional sebagai
berikut:

a. Perencanaan Pembangunan dalam UU No. 25 Tahun 2004

Prosedur perencanaan pembangunan secara nasional saat ini diatur dalam UU


No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Dalam UU SPPN disebutkan bahwa untuk suatu daerah otonom (Nasional,
Provinsi, Kabupaten, Kota) terdapat beberapa dokumen perencanaan yang harus
disusun sebagai guidance penyelenggaraan pemerintahan. Dokumen tersebut
antara lain adalah: RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang, 20 tahun),
RPJM (Rencana Pembangunan Jalan Menengah, 5 tahun), dan RKP (Rencana
Kerja Pembangunan, tahunan).

RPJP, RPJM, dan RKP sifatnya multi-sektoral, sehingga untuk setiap departemen
dan lembaga (di Pusat) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) perlu
menjabarkan rencana multi-sektoral tersebut untuk lingkup kegiatannya masing-
masing dalam Renstra (Rencana Strategis, 5 tahun) dan Renja (Rencana Kerja,
tahunan).
b. Perencanaan Tata Ruang Wilayah dalam UU No. 26 Tahun 2007

Selain dokumen perencanaan pembangunan tersebut pada SPPN, untuk


perencanaan penataan ruang dan pengembangan infrastruktur wilayah terdapat
dokumen perencanaan berupa RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang
penyusunannya diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
RTRW merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah
yang menjadi pedoman dalam:

 perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang


 mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar
wilayah serta keserasian antar sektor
 pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan Pemerintah dan/atau masyarakat
 koordinasi penataan ruang antar wilayah administrasi.

Untuk level nasional perencanaan penataan ruang didokumentasikan dalam


RTRWN (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, 25 tahun), dan selanjutnya
untuk level Provinsi dan Kab/Kota didokumentasikan dalam RTRWP (Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi, 15 tahun) dan RTRWK (Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota, 10 tahun).

c. Perencanaan Sistem Transportasi dalam SISTRANAS

Lebih detail, dalam perencanaan jaringan transportasi (sebagai perwujudan


RTRW untuk sektor transportasi) Departemen Perhubungan mengeluarkan
Peraturan Menteri (Permen) pada tahun 2005 tentang SISTRANAS (Sistem
Transportasi Nasional). Dalam SISTRANAS disebutkan bahwa perencanaan
transportasi untuk setiap level penyelenggaraan pemerintahan didokumentasikan
ke dalam TATRANAS (Tataran Transportasi Nasional) untuk level Nasional,
TATRAWIL (Tataran Transportasi Wilayah) untuk level Pemerintah Provinsi dan
TATRALOK (Tataran Transportasi Lokal) untuk level Pemerintah Kabupaten/Kota.

Tataran-tataran transportasi tersebut adalah suatu tatanan transportasi yang


terorganisasi secara kesisteman, terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta
api, transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi
laut, transportasi udara dan transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari
sarana dan prasarana, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat
lunak dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi
yang efektif dan efisien, yang berfungsi melayani perpindahan orang dan atau
barang antar simpul, antar kota, atau antar wilayah.

Konteks pengaturan mengenai penyelenggaraan jaringan transportasi multimoda


sangat kental dalam SISTRANAS ini.

Master Plan Tata Ruang

(RTRW-N/P/K)

(UU No. 24 Tahun 1992)

Master Plan Sistem Transportasi

(TATRA-NAS/WIL/LOK)

Rencana Umum Jangka Panjang


Jaringan Jalan

(Ps 54-55 RPP Jalan, ed 24-7-04)

Rencana Jangka Menengah


Jaringan Jalan

(Ps 56 RPP Jalan, ed 24-7-04)

Program Pembangunan Jaringan

LINGKUP TUGAS PENYELENGGARAAN JALAN


Kegiatan 5 Tahunan dan Jangka Panjang

Jalan

(Ps 57-58 RPP Jalan, ed 24-7-04)

Rencana Teknik Jalan

(Ps 59-61 RPP Jalan, ed 24-7-04)


Kegiatan Tahunan
Feed-Back

Pelaksanaan Konstruksi Jalan

(Ps 62-67 RPP Jalan, ed 24-7-04)

Pengoperasian dan Pemeliharaan


Jalan

(Ps 71-77 RPP Jalan, ed 24-7-04)

Pengawasan Jalan

(Ps 78-79 RPP Jalan, ed 24-7-04)


Berdasarkan hasil kajian terhadap konsep peran, fungsi, status, serta
kewenangan penyelengaraan jalan dalam PP No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
dapat disimpulkan mengenai definisi karakteristik jalan sebagai berikut:

a. Peran Jalan : jalan sebagai bagian prasarana transportasi sebagai pendukung


kegiatan sosial-ekonomi, prasarana distribusi, pendorong perkembangan
ekonomi, penyeimbang perkembangan antar wilayah, dan pemersatu wilayah
NKRI (sumber: Pasal 5 PP No. 34 tahun 2006)

b. Status dan Fungsi Jalan N/P : fungsi jalan yang masuk ke dalam status N/P
adalah sebagai berikut:
 Fungsi jalan yang termasuk status jalan Nasional adalah jalan arteri dan jalan
kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota
provinsi dan jalan strategis nasional, serta jalan tol (sumber: Pasal 9 (2) PP
34/2006),
 Fungsi jalan yang termasuk status jalan Provinsi adalah jalan kolektor dalam
sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi (sumber: Pasal 9(3) PP 34/2006),

c. Kewenangan Penyelenggaraan Jalan N/P:


 Kewenangan penyelenggaraan jalan Nasional adalah tanggung jawab pemerintah
Pusat (sumber: Pasal 14(1) PP 34/2006),
 Kewenangan penyelenggaraan jalan Provinsi adalah tanggung jawab Pemerintah
Provinsi (sumber: pasal 15 (1) PP 34/2006),

Penjelasan selanjutnya diterangkan mengenai fungsi jalan yaitu sebagai jalan


primer dan jalan sekunder. Adapun penjelasan jalan primer menurut UU No. 38
tahun 2004 dan PP 34 Tahun 2006 adalah:

a. Jalan Arteri Primer


 Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 11 (sebelas) meter
 Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata
 Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal
 Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa
sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud tetap terpenuhi
 Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan
tertentu harus memenuhi ketentuan
 Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

b. Jalan Kolektor Primer


 Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 (sembilan) meter
 Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata
 Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan
sebagaimana ketentuan sebagaimana dimaksud tetap terpenuhi
 Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan
tertentu harus tetap memenuhi ketentuan
 Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

Sedangkan kriteria jalan sekunder berdasarkan UU No. 38 tahun 2004 dan PP


34 Tahun 2006 adalah:

a. Jalan Arteri Sekunder


 Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
30 (tiga puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 11 (sebelas) meter
 Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada
volume lalu lintas rata-rata
 Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat
 Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dengan pengaturan
tertentu harus dapat memenuhi ketentuan.
b. Jalan Kolektor Sekunder
 Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 (sembilan) meter
 Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada
volume lalu lintas rata-rata
 Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat
 Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan pengaturan
tertentu harus memenuhi ketentuan.

Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar sebagai berikut:

a. jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter


Lebar 30 (tiga puluh) meter terdiri dari median 3 (tiga) meter, lebar lajur
3,5 (tiga koma lima) meter, bahu jalan 2 (dua) meter, saluran tepi jalan 2
(dua) meter, ambang pengaman 2,5 (dua koma lima) meter, dan marginal
strip 0,5 (nol koma lima) meter.

b. jalan raya 25 (dua puluh lima) meter


Lebar 25 (dua puluh lima) meter terdiri dari median 2 (dua) meter, lebar lajur
3,5 (tiga koma lima) meter, bahu jalan 2 (dua) meter, saluran tepi jalan 1,5
(satu koma lima) meter, dan ambang pengaman 1 (satu) meter, marginal strip
0,25 (nol koma dua puluh lima) meter.

c. jalan sedang 15 (lima belas) meter

Lebar 15 (lima belas) meter terdiri dari lebar jalur 7 (tujuh)

meter, bahu jalan 2 (dua) meter, saluran tepi jalan 1,5 satu koma lima)
meter, dan ambang pengaman 0,5 (nol koma lima) meter.

d. jalan kecil 11 (sebelas) meter

Lebar 11 (sebelas) meter terdiri dari lebar jalur 5,5 (lima koma lima)
meter, bahu jalan 2 (dua) meter, saluran tepi jalan 0,75 (nol koma tujuh
puluh lima) meter.
RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Untuk memenuhi maksud dan tujuan kegiatan dalam termin waktu yang
ditetapkan, maka ruang lingkup kegiatan akan meliputi sejumlah kegiatan
seperti yang disampaikan pada beberapa butir berikut :

1). Survey Pendahuluan.

2). Survey Geometrik.

3). Inventaris Jembatan.

4). Survey Topografi.

5). Penyelidikan Tanah.

6) Inventarisasi Kebutuhan Lahan

7). Analisa dan Gambar.

8). Perhitungan Volume dan Biaya.

Sebelum memulai kegiatan pekerjaan, konsultan akan mengadakan konsultasi


terlebih dahulu dengan instansi pemberi kerja yaitu untuk mendapatkan
konfirmasi mengenai ruas jalan yang harus ditangani. Konsultan akan berusaha
untuk mendapatkan informasi umum mengenai kondisi ruas jalan yang akan
disurvey sehingga dapat mempersiapkan hal- hal yang diperlukan dalam
pelaksanaann survey di setiap ruas jalan.

1. Survey Pendahuluan (Reconaissance Survey)

- Menyiapkan peta dasar yang berupa Peta Tophography skala 1 : 100 dan
peta peta pendukung lainnya yang dipakai untuk menentukan trase jalan.
- Mempelajari lokasi rencana trase jalan dan daerah-daerah sekitarnya.
- Inventarisasi jalan secara terinci akan dilakukan untuk menghimpun
catatan-catatan yang lengkap mengenai situasi dan data jalan serta
bangunan pelengkap.

2. Survey Geometrik

Tujuan Pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan data teknis mengenai


kondisi geometrik dan perkerasan jalan dan simpang yang bersangkutan. Data
yang akan diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
- Lebar perkerasan jalan yang ada (L), dalam meter.
- Jenis bahan perkerasan yang ada
- Nilai Kekasaran jalan (Road Condition Index/RCI), yang dapat ditentukan
secara visual dengan ketentuan skala sebagai berikut :

- Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti :
saluran samping, gorong-gorong, bahu, kerb, kondisi drainase samping,
jarak pagar/bangunan penduduk/tebing ke pinggir perkerasan.
- Tipe simpang dan lebar rata-rata jalan pendekat.
- Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi
yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
- Data yang diperoleh dari pemeriksaan tersebut dicatat dalam formulir

- Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometrik jalan dan simpang


- Dokumentasi dilakukan tiap 25 meter segmen jalan dan pada lokasi-
lokasi khusus di sekitar simpang.
- Foto ditempel pada formulir tersedia dengan mencantumkan hal-hal
yang diperoleh seperti nomor dan nama ruas jalan, arah pengambilan
foto, tanggal pengambilan foto dan petugas yang memegang nomor Sta.
3. Inventarisasi Jembatan

Tujuan Pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai


kondisi jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.

Informasi yang diperoleh akan dicatat dalam formulir yang tersedia


sebagai berikut :

a. Nama dan lokasi jembatan


b. Dimensi jembatan yang meliputi : bentang, lebar, jenis lantai, kondisi
jembatan dan kebebasan samping.
c. Perkiraan kondisi bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan.
d. Data yang diperoleh dicatat dalam formulir.
e. Foto dokumentasi untuk setiap jembatan yang diambil dari arah
memanjang dan melintang serta foto ditempel pada formulir terlampir.

4. Survey Topography

a. Pekerjaan Perintisan dan Pengukuran.

 Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian daerah


yang akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan lancar.
 Peralatan yang akan dipakai untuk perintisan adalah parang,
kampak, dan sebagainya yang diperlukan.
 Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot diatas peta
topography atau atas petunjuk Project Officer/Wakil PPK.

b. Pekerjaan Pengukuran.

 Pekerjaan pengukuran topography sedapat mungkin dilakukan


sepanjang rencana as jalan dengan mengadakan pengukuran-
pengukuran tambahan pada daerah persilangan sungai dan jalan sehingga
memungkinkan diperoleh as jalan sesuai standard yang ditentukan.
 Sebelum melakukan pengukuran akan diadakan pemeriksaan alat yang
baik yang sesuai dengan ketelitian alat dan dibuatkan daftar hasil
pemeriksaan alat tersebut.
 Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan aman
serta dibuatkan titik tetap (Bench Mark) yang diambil dari titik trianggulasi
yang ada atau lokal.
 Awal dan akhir proyek hendaknya diikatkan pada titik tetap (BM).

 Pengukuran Titik Kontrol Horizontal

- Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk polygon.


- Sisi
polygon atau jarak antara titik polygon maksimal 100 Meter diukur
dengan pegas ukur (meteran) atau alat ukur jarak Elektronis.
- Patok-patok untuk titik-titik polygon adalah patok kayu/ paralon, sedang
patok patok untuk titik ikat adalah patok dari beton.
- Sudut - sudut polygon diukur dengan alat ukur Total Station dengan
ketelitian dalam second.

 Pengukuran Titik Kontrol Vertikal

- Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran ketinggian adalah


waterpass.
- Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dilakukan
2 kali berdiri alat.
- Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 1 0 akar D mm. Dimana D
adalah panjang pengukuran (km) dalam 1 (satu) hari.
- Rambu ukur yang dipakai akan dalam keadaan baik dalam arti
pembagian skala jelas dan sama.
- Setiap kali pengukuran dilakukan pembacaan ke-3 (tiga) benang dalam
satuan milimeter yaitu Benang atas (BA), Benang tengah (BT) dan Benang
Bawah (BB). Kontrol pembacaan 2 BT = BA + BB.

 Pengukuran Situasi

- Pengukuran situasi dilakukan dengan sistim Tachymetri.


- Ketelitian alat yang dipakai adalah 30".
- Pengukuran situasi daerah harus mencakup semua detail topografi
dan keterangan-keterangan yang ada di daerah sepanjang
rencana jalan dan simpang tersebut.
- Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan lain dengan jalan lain
pengukuran akan diperluas (lihat pengukuran khusus).
- Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat disekitar jalur jalan
perlu dicatat.

 Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang

- Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan untuk


menentukan volume penggalian dan penimbunan pada jalan dan simpang.
- Pengukuran Penampang Memanjang :
- Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu rencana
jalan dan simpang.
- Alat yang digunakan adalah jenis Total Station.
- Peralatan yang dipakai untuk pengukuran penampang memanjang sama
dengan yang dipakai untuk pengukuran titik kontrol vertikal.

 Pengukuran Penampang Melintang :

- Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan landai


dibuat setiap 25 meter serta pada lokasi-lokasi khusus simpang.
- Lebar Pengukuran Penampang melintang ke kiri-kanan As jalan
disesuaikan dengan rencana ROW.
- Khusus untuk perpotongan dengan sungai dilakukan dengan ketentuan
khusus (lihat pengukuran khusus).
- Peralatan yang dipergunakan untuk pengukuran penampang
melintang sama dengan yang dipakai pengukuran situasi.

 Perhitungan dan Penggambaran

- Perhitungan koordinat polygon utama didasarkan pada titik-titik ikat yang


digunakan.
- Penggambaran titik-titik polygon akan didasarkan pada hasil perhitungan
koordinat. Penggambaran titik-titik polygon tersebut tidak boleh
secara grafis.
- Gambar ukur yang berupa gambar situasi dalam kertas
milimeter dengan skala 1 : 1.000
- Ketinggian, titik detail akan tercantum dalam gambar ukur, begitu juga
dengan keterangan yang lain.
- Titik ikat atau titik mati serta titik-titik baru akan dimasukkan dalam
gambar dan diberi tanda khusus. Ketinggian titik tersebut perlu juga
dicantumkan.

 Pengukuran Khusus

1). Pengukuran disekitar perpotongan dengan sungai :

 150 m dikiri kanan sungai sepanjang jalan.


 150 m dikiri kanan dari as jalan/pada daerah sungai.
 Pengukuran yang mendetail diuraikan dalam TOR khusus jembatan.

2). Pengukuran disekitar perpotongan jalan :

 Daerah yang diukur yaitu daerah persilangan jalan yang diukur


100 m dikiri kanan jalan yang dimaksud.
 Pengukuran titik kontrol horizontal berupa polygon tertutup.
 Pengukuran titik kontrol vertikal dengan alat Waterpass.
 Pengukuran penampang memanjang dibuat pada sumbu jalan.
 Pengukuran melintang dibuat untuk setiap jarak 25 m dengan
profil ke kiri dan kanan jalan sesuai dengan ROW rencana.
 Pengukuran situasi sama dengan pengukuran jalan utama dengan
pengambilan data yang lengkap terutama bangunan-
bangunan yang permanen yang ada dilapangan.

5. Penyelidikan Tanah.

1). Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah bertujuan untuk penyelidikan dilaboratorium.


Pengambilan contoh tanah ini dikerjakan dengan cara Disturbed Sample
dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan. Umumnya pada lapisan
tanah yang berbeda akan dilakukan pengambilan contoh tanah.

Dalam pengambilan contoh tanah ini dilakukan batasan- batasan sebagai


berikut :

 pada daerah yang lapisan tanahnya sama, sekurang- kurangnya


jarak 1 Km akan diambil 2 buah contoh tanah sesuai dengan test yang akan
disebutkan pada petunjuk ini.
 Pada tempat-tempat dimana terjadi perubahan lapisan tanah, baik
kedudukan maupun macamnya akan diambil contoh tanah.

2). Pemeriksaan Lokasi Sumber Material

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai bahan-


bahan perkerasan yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi
pada ruas-ruas jalan yang dikerjakan. Informasi yang diperoleh akan dicatat
dalam formulir terlampir adalah sebagai berikut :

 Lokasi sumber bahan dan jalan masuk ke lokasi quarry dengan


memperhatikan lokasi quarry jangan sampai penambangannya
merusak lingkungan dan daerah padat penduduk.
 Jenis bahan untuk perkerasan yang ada, misalnya : pasir, kerikil, tanah
timbunan dan batu.
 Lokasi quarry setiap bahan material berikut perkiraan jumlah yang ada
serta perkiraan harga satuan tiap jenis bahan material.
 Perkiraan jarak pengangkutan bahan dari quarry ke base camp proyek
 Peta lokasi quarry berikut keterangan lokasinya (Km/Sta.)
 Data-data yang diperoleh dicatat dalam formulir.

3). Pemeriksaan Data Lapangan

a. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)

Tujuan Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan nilai CBR lapisan tanah
dasar yang dilakukan pada ruas-ruas jalan yang belum beraspal,
seperti jalan tanah, jalan kerikil, atau jalan aspal yang telah rusak hingga
tampak lapisan kondisinya.

Pemeriksaan akan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai


berikut :

o Alat DCP yang dipakai akan sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran.


o Pemeriksaan dilakukan dalam interval 200 meter
o Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan pada permukaan tanah
lapisan dasar.
o Akan dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada,
seperti lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya.
o Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 Cm dari permukaan lapisan
tanah dasar kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras
(lapisan batuan).
o Selama pemeriksaan akan dicatat kondisi-kondisi khusus yang perlu
diperhatikan, seperti : timbunan, kondisi drainase, cuaca, waktu dan
sebagainya.
o Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan akan dicatat dengan jelas.
o Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini dicatat dalam formulir.

b. Test Laboratorium

Pelaksanaan test dilaboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan data-data


yang digunakan dalam perhitungan perencanaan.

Test yang dimaksud antara lain meliputi :

 Analysa Saringan

Analysa saringan digunakan untuk menentukan cara-cara dan kemungkinan


pemadatan lapisan tanah baik sebagai subgrade maupun sebagai base (dari
quarry / material)

 Compaction Test

Hubungan Moisture Content dari Dry Density akan digunakan dalam


pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan serta kemungkinan
pemadatan lapisan perkerasan atau tanah.

 Atterberg Limits Test

Pengukuran Atterberg Limits akan memungkinkan kelengkapan klasifikasi


tanah dan peninjauan untuk Pavement Design dan Embankment. Penyelidikan
ini digunakan terutama untuk perhitungan kestabilan lereng, galian dan
urugan jalan.
c. Test Pit

Pelaksanaan test pit berupa CBR test dimaksudkan untuk klarifikasi daya
dukung tanah subgrade berdasarkan pengambilan sampel DCP. CBR Test
hendaknya dikerjakan sesuai dengan CBR Modified AASHTO

6. Inventarisasi Kebutuhan Lahan

Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui kebutuhan lahan guna pelebaran


jalan dan simpang. Inventarisasi dilakukan pada tiap 25 meter segmen jalan dan
simpang sesuai dengan rencana ROW dan disajikan dalam bentuk tabelisasi.

7. Analisa Data Lapangan, Desain Dan Gambar-Gambar

Kriteria Design
a. Umur Desain Jalan

Umur desain jalan diambil selama 10 tahun. Ini merupakan standard biasa yang
dapat diterima dan dapat dipakai untuk pekerjaan rekonstruksi jalan dan
didasarkan pada keperluan untuk peningkatan atau pembangunan.

b. Standard Desain

Kelas rencana lalu lintas yang dipakai sedapat mungkin berpegang pada buku
peraturan standard Spesifikasi Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.13/1970
atau yang terbaru dari Direktorat Jenderal Bina Marga.

Kelas-kelas ini didasarkan pada lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) yang
diperkirakan selama 5 tahun sesudah konstruksi dan diperbandingkan kepada
tabel klasifikasi transport (DLLAJR) sebelumnya.

Akan dicatat bahwa LHR yang di prakirakan selama 5 tahun sesudah konstruksi
termasuk baik pada :

• Kenaikan awal segera sesudah jalan yang dibangun atau ditingkatkan telah
dibuka untuk lalu lintas

• Kenaikan normal arus lalu lintas tahunan sebesar 3 – 6 %

Juga dipertimbangkan mengenai kelas rencana lalu lintas, campuran lalu lintas
dan beban gambar standard (BGS).
A. Desain Geometrik.

Gambar-gambar akan meliputi alinyement horizontal, alinyement vertikal


dan potongan melintang. Alinyement horizontal dan alinyement vertikal
digambarkan dengan skala 1: 1000. Alinyement horizontal antara lain
menggambarkan topografi, situasi dan site plan koridor jalan dan simpang,
selain itu juga menggambarkan geometrik tikungan. Alinyement vertikal
menggambarkan super elevasi jalan, site plan timbunan dan galian. Potongan
melintang jalan dapat dibagi kedalam 4 jenis penampang melintang, yaitu :

a. Penampang pada daerah rata

b. Penampang pada daerah galian

c. Penampang pada daerah timbunan

d. Penampang pada daerah galian dan timbunan.

Ketentuan umum

Geometri jalan perkotaan harus :

a) memenuhi aspek keselamatan, kelancaran, efisiensi, ekonomi, ramah


lingkungan dan kenyamanan;

b) mempertimbangkan dimensi kendaraan;

c) mempertimbangkan efisiensi perencanaan;

d) mendukung hirarki fungsi dan kelas jalan dalam suatu tatanan sistem
jaringan jalan secara konsisten;

e) mempertimbangkan pandangan bebas pemakai jalan;

f) mempertimbangkan drainase jalan;

g) mempertimbangkan kepentingan para penyandang cacat.

Alinyemen horisontal dan vertikal harus mempertimbangkan aspek kebutuhan


teknik dan aspek kebutuhan pemakai jalan yang memadai dan efisien.

Pemilihan alternatif alinyemen perlu mempertimbangkan :

a) keselamatan dan kenyamanan bagi pengemudi, penumpang dan pejalan


kaki;

b) kesesuaian dengan keadaan topografi, geografi dan geologi di sekitar jalan;

c) koordinasi antara alinyemen horisontal dan vertikal;

d) ekonomi dan lingkungan.


Ketentuan Teknis

Yang diatur dalam ketentuan teknis perencanaan jalan perkotaan adalah:

1. Klasifikasi jalan

2. Penentuan jumlah lajur


3. Kecepatan rencana ( VR )

4. Kendaraan rencana

5. Bagian-bagian jalan
6. Potongan Melintang
7. Jarak pandang
8. Alinyemen horisontal

9. Alinyemen vertikal

B. Desain Drainase

Desain drainase akan berdasarkan hasil analisa hydrologi sehingga dimensi


drainase berikut bangunan pelengkapnya benar-benar effiesien sehingga badan
jalan terhindar dari genangan banjir air hujan.

Sistem drainase permukaan pada konstruksi jalan raya pada umumnya berfungsi
sebagai berikut:

1. Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan
selanjutnya dialirkan lewat saluran samping; menuju saluran pembuang
akhir.

2. Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan
masuk ke daerah perkerasan jalan.
3. Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air.

Sistem drainase permukaan pada prinsipnya terdiri dari:

1. Kemiringan melintang pada perkerasan jalan dan bahu jalan.

2. Selokan samping.

3. Gorong-gorong.

4. Saluran penangkap (Catch-drain)

Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase :

1. Daya Guna dan Hasil Guna (Efektif dan Efisien)

Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas


drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya
berdaya guna dan berhasil guna.

2. Ekonomis dan Aman.

Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah mempertimbangkan faktor


ekonomis dan faktor keamanan.

3. Pemeliharnan.

Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi kemudahan


dan nilai ekonomis dari pemeliharaan sistem drainase tersebut.

C. Desain Perkerasan.

Desain struktur perkerasan yang flesibel pada dasarnya ialah menentukan tebal
lapis perkerasan yang mempunyai sifat-sifat mekanis yang telah ditetapkan
sedemikian sehingga menjamin bahwa tegangan- tegangan dan regangan-
regangan pada semua tingkat yang terjadi karena beban lalu lintas pada
batas-batas tertentu dapat ditahan dengan aman oleh bahan tersebut.

Metode untuk ini didasarkan baik pada prosedur desain empiris seperti Metode
California Bearing Ratio atau teori elastis linier dalam memperkirakan kedalaman
bekas roda.
Ada tiga langkah utama yang akan diikuti dalam perencanaan perkerasan jalan
baru, ialah :

 Tetapan / perkirakan jumlah lalu lintas (serta distribusi beban sumbunya)


yang akan melewati jalan tersebut.
 Taksiran kekuatan tanah lapisan dasar berdasarkan nilai CBR yang
didapat dari test DCP.
 Pertimbangan (i) dan (ii) serta pilih kombinasi yang paling ekonomis untuk
bahan-bahan perkerasan serta ketebalan lapisan yang akan mecukupi untuk
tersedianya layanan yang memuaskan selama umur desain perkerasan
dengan pemeliharaan rutin saja.

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, Konsultan


akan mengadakan analisa data dengan mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :

a. Analisa Lendutan Balik

Lendutan balik rencana ( D ) ditentikan berdasarkan formula :

D max = (d.akhir – d.awal) x f

D = x +1.0 S

dimana :

D = Lendutan balik rencana pada seksi tertentu x


= Lendutan balik rata-rata pada seksi tertentu

S = Standar deviasi pada seksi tertentu

f = faktor skala alat-alat

b. Analisa Data CBR

Nilai CBR rencana ditentukan dengan Formula :

CBR ( Desain ) = CBR ( rata-rata) - 1.0 S (Standar Deviasi)

Dalam pemakaian kedua formula tersebut, akan diperhatikan batasan-


batasan yang berlaku dalam teori statistik.
c. Analisa Lalu Lintas

Untuk menghitung besarnya beban gandar kumulatif selama umur rencana dan
menghitung besarnya ADT pada pertengahan umur rencana.

d. Penentuan “Unique Section“

Suatu seksi jalan yang mempunyai karakteristik dalam beberapa variabel desain
seperti :

 Lebar perkerasan yang ada/ rencana.


 Lendutan balik rencana atau
 Nilai CBR rencana, nilai RCI.
 Nilai beban lalu-lintas.
 Perubahan Camber .

e. Tipe Perkerasan

Mempelajari kemungkinan pemakaian type bahan perkerasan yang sesuai untuk


suatu daerah tertentu. Type perkerasan jalan yang diizinkan dalam
pekerjaan ini adalah type-type yang sekarang dipakai di Direktorat Jenderal Bina
Marga. Menganalisa hasil disain sehingga diperoleh hasil disain yang optimal
dan selalu memperhatikan batasan-batasan dalam biaya proyek.

D. Desain Untuk Perbaikan Bangunan Kecil.

Bila diperlukan desain untuk bangunan-bangunan kecil bisa dibuatkan sesuai


kebutuhan.

E. Pekerjaan Lapisan Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan sebagai prasarana transportasi perlu kokoh selama masa


pelayanan (kinerja struktur) sesuai yang ditetapkan oleh pengelola jalan,
memberikan rasa nyaman (kinerja fungsi) dan aman (kinerja keamanan) pada
pengguna jalan.

Strukur perkerasan jalan selama masa pelayanannya perlu kokoh sehingga


memiliki stabilitas dalam memikul beban lalu lintas, pengaruh lingkungan dan
cuaca. Kelelahan (fatigue resistance), kerusakan perkerasan akibat berkurangnya
kekokohan jalan seperti retak (cracking), kendutan sepanjang lintasan kendaraan
(rutting), bergelombang, dan atau berlubang, tidak harus terjadi pada
perkerasan jalan. Untuk itu perkerasan jalan perlu:

a. Memiliki ketebalan yang cukup, sehingga mampu menerima, memikul, dan


menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
b. Kedap air, sehingga air tidak meresap ke perkerasan dibawahnya, yang
berakibat menurunnya kekokohan perkerasan jalan.
c. Memiliki kekuatan untuk memikul beban lalu lintas sehingga tidak
menimbulkan deformasi yang berarti.

Dalam pembangunan jalan di Indonesia dikenal dua jenis perkerasan yaitu


Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) dan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).
Perkerasan lentur pada umumnya menggunakan bahan pengikat aspal
sedangkan perkerasan kaku bahan pengikatnya semen.

Pada perencanaan jalan sejajar reldilakukan perencanaan perkerasan tanpa dan


dengan ikatan. Komposisi lalu lintas menentukan jumlah beban yang akan dipikul
oleh struktur perkerasan, selain komposisi lalu lintas juga dipengaruhi volume
dan konfigurasi beban as. Kekuatan tanah dasar merupakan lapisan terakhir
dalam penditribusian beban yang dipikul oleh lapisan perkerasan, dimana
kekuatan tanah dasar tergantung dari daya dukung tanah yang diperoleh dari
nilai sondir ringan. Faktor regional adalah faktor koreksi sehubungan dengan
adanya perbedaan kondisi jalan dan iklim yang ada. Karakteristik penggunaan
material sangat menetukan tebal perkerasan yang akan direncanakan. Dalam
penggunaannya jenis material ditinjau per lapisan, mulai lapis permukaan
(surface course), lapisan pondasi atas (base course), lapisan pondasi bawah
(subbase course).

Standar yang digunakan dalam menentukan tebal perkerasan adalah Metoda Pt


T-01-2002-B. Perencanaan konstruksi lapisan perkerasan lentur jalan mendasari
perencanaan desain jalan sejajar rel di Rawa Buaya. Hal yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan tebal perkerasan terdiri dari:
a. Beban Lalu Lintas
Beban lalu lintas mengacu dinyatakan dalam Repetisi Lintasan Sumbu
Standar Selama Umur Rencana atau ESAL (Equivalent Single Axle Load
dengan satuan lss/lajur/umur rencana).
ESAL = ∑ LHRi x Ei x DA x DL x 365 x N
Dengan:
LHRi = Lalu Lintas Harian Rata-Rata (kendaraan/hari/2 arah)
E = Angka Ekivalen untuk setiap jenis kendaraan
DA = Faktor Distribusi Arah
DL = Faktor Distribusi Lajur
N = Faktor Umur Rencana

b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah probabilitas struktur perkerasan mampu melayani arus
lalu lintas selama umur rencana sesuai dengan proses penurunan kinerja
struktur perkerasan yang dinyatakan dengan serviceability/indeks
permukaan yang direncanakan.
 Faktor-faktor yang dapat berampak pada kinerja struktur perkerasan selama
masa pelayanan dikelompokkan atas:
 Konstruksi perkerasan, seperti dari tebal dan mutu masing-masing lapisan
perkerasan
 Lingkungan seperti iklim, kondisi tanah
 Perkiraan beban lalu lintas dan pertumbuhannya
 Kesalahan dalam perkiraan kinerja.
Tabel 4.17 Nilai Standar Normal Deviate (ZR) untuk Tingkat Realibilitas Tertentu
FR
Stand FR FR
unt
ard unt unt
Reliabilit uk
Norma uk uk
as, So
l So So
R, % =
Deviat = =
0,4
e (ZR) 0,4 0,5
5

50 0,000 1 1 1

1,2 1,3
60 -0,253 1,3
6 4

1,6 1,7 1,8


70 -0,524
2 2 3

1,8 2,0 2,1


75 -0,674
6 1 7

2,1 2,3 2,6


80 -0,841
7 9 3

2,9
85 -1,037 2,6 3,3
3

3,2 3,7 4,3


90 -1,282
6 7 8

3,4 4,0 4,6


91 -1,340
4 1 8

3,6 4,2 5,0


92 -1,405
5 9 4

3,8 4,6 5,4


93 -1,476
9 2 7

4,1 5,0 5,9


94 -1,555
9 1 9
4,5 6,6
95 -1,645 5,5
5 5

5,0 6,1 7,5


96 -1,751
2 4 1

- 5,6 7,0 8,7


97
1,881 5 2 2

6,6 10,
98 -2,054 8,4
3 64

8,5 11, 14,


99 -2,327
3 15 57

17, 24, 35,


99,9 -3,090
22 58 08

31, 48, 74,


99,99 -3,750
62 7 99

Pt T-01-2002-B sesuai dengan AASHTO’93 menyarankan tingkat reliabilitas (R)


dan standar normal diviate seperti ditunjukkan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Rekomendasi Tingkat Reliabilitas Sesuai Fungsi Jalan


Rekomendasi tingkat reliabilitas
Fungsi
Jalan
Urban Rural

Bebas 85-99,9 80-99,9

Arteri 80 - 99 75 – 95

Kolektor 80 - 95 75 – 95

Lokal 50 - 80 50 - 80
c. Koefisien Drainase
Ketahanan perkerasan dalam melayani arus lalu lintas sangat dipengaruhi
oleh kondisi drainase dari struktur perkerasan. Pengaruh kondisi drainase ini
ditentukan berdasarkan 2 hal yaitu kualitas drainase sesuai kemampuan
menghilangkan air dari struktur perkerasan Tabel 4.19 menunjukkan
kelompok kualitas drainase berdasarkan AASHTO'93.

Tabel 4.19 Definisi Kualitas Drainase


Kualitas drainase Air hilang dalam

Balk sekali 2 jam

Baik 1 hari

Sedang 1 minggu

Jelek 1 bulan

Jelek sekali air tidak mengalir

Pengaruh kualitas drainase dalam proses perencanaan tebal lapisan


perkerasan dinyatakan dengan menggunakan koefisien drainase (m) seperti
pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20 Koefisien Drainase (m)
Persen waktu struktur perkerasan dipengaruhi oleh
kadar air yang mendekati
Kualitas jenuh
drainas
e 5 - >
< 1 -
25 25
1% 5%
% %

1, 4
1,35 1,30
Bark 0 -
- - 1,20
sekali 1, 3
1,30 1,20
5

1, 3
1,25 1,15
5 -
Balk - - 1,00
1, 2
1,15 1,00
5

1,1
1,25 1,00
5 -
Sedang - - 0,80
1,0
1,1,5 0,80
5

1,0
0,80
1,15 - 5 -
Jelek - 0,60
1,05 0,8
0,60
0

0,9
0,75
Jelek 1,05 - 5 -
- 0,40
sekali 0,95 0,7
0,40
5
Rumus dasar Metoda Pt T-01-2002-B adalah :

 PSI 
log  
Log W18  (ZR . S0 )  (9,36 . log (SN  1)) - 0,20   4,2 - 1,5   (2,32 . log (M )) - 8,07
R
1094
0,40 
(SN  1) 5,19

SN = a1.D1 + a2.m2.D2 + a3.m3.D3

A. Perkerasan Lentur
Pada umunya perkerasan lentur baik digunakan untuk jalur lalu lintas dengan lalu
lintas utama kendaraan penumpang, jalan perkotaan dengan sistem utilitas yang
kurang baik dan terletak di bawah perkerasan jalan, untuk perkerasan bahu
jalan, atau perkerasan dengan konstruksi bertahap.

Keuntungan menggunakan perkerasan lentur adalah:


1. Dapat digunakan pada daerah dengan perbedaan penurunan (differential
settlement) terbatas;
2. Mudah diperbaiki;
3. Tambahan lapisan perkerasan dapat dilakukan kapan saja;
4. Memiliki tahanan gesek yang baik;
5. Warna perkerasan memberikan kesan tidak silau bagi pemakai jalan;
6. Dapat dilaksanakan bertahap, terutama pada kondisi biaya pembangunan
terbatas.

Kerugian menggunakan perkerasan lentur adalah:


1. Tebal total struktur perkerasan lebih tebal dari perkerasan kaku;
2. Kelenturan dan sifat kohesi berkurang seiring waktu;
3. Waktu pelayanan sampai memerlukan pemeliharaan lebih cepat daripada
perkerasan kaku;
4. Tidak baik digunakan jika sering digenangi air;
5. Membutuhkan agregat lebih banyak.

Adapun jenis dan fungsi dari lapisan perkerasan lentur yaitu:


1. Lapis Permukaan (Surface Course), lapisan ini merupakan lapisan paling atas
dari struktur perkerasan jalan, yang fungsi utamanya yaitu:
a. Lapis penahan beban vertikal dari kendaraan sehingga lapisan harus
memiliki stabilitas tinggi selama masa pelayanan;
b. Lapis aus (wearing course), merupakan lapis permukaan yang kontak
dengan roda kendaraan dan cuaca, yang menerima gesekan dan getaran
roda dari kendaraan yang mengerem;
c. Lapis kedap air, sehingga air yang jatuh di atas tidak meresap ke lapisan di
bawahnya yang mengakibatkan rusaknya konstruksi perkerasan jalan;
d. Lapis yang menyebarkan beban ke lapis pondasi melalui lapis pengikat
(binder course) yang berada di bawah lapis aus.

2. Lapis Pondasi (Base Course), merupakan lapisan yang terletak di antara lapis
pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan ini berfungsi sebagai:
a. Bagian struktur perkerasan yang menahan gaya vertikal dari beban
kendaraan dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya;
b. Lapis peresapan untuk lapisan pondasi bawah;
c. Bantalan atau perletakan lapis permukaan.

3. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course), yaitu lapisan perkerasan yang terletak
di antara lapisan pondasi dan tanah dasar, yang memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Bagian dari struktur perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban
kendaraan ke tanah dasar;
b. Efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan di atasnya
dapat dikurangi tebalnya;
c. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi;
d. Lapis pertama, agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan lancar,
sehubungan dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera
menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung
tanah dasar menahan roda alat berat;
e. Lapisan filler untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik
ke lapisan pondasi.

4. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade/Roadbed), yaitu lapis tanah setebal 50 – 100


cm di atas lapisan pondasi bawah. Lapisan ini dikelompokkan menjadi:
a. Permukaan tanah asli, adalah lapisan tanah dasar yang merupakan muka
tanah asli di lokasi jalan tersebut. Pada umunya umumnya lapisan ini
disiapkan hanya dengan membersihkan dan memadatkan lapisan atas
setebal 30 – 50 cm dari muka tanah dimana elevasi struktur perkerasan
direncanakan diletakkan;
b. Permukaan tanah timbunan, adalah lapisan tanah dasar yang lokasinya
terletak di atas muka tanah asli;
c. Permukaan tanah galian, adalah lapisan tanah dasar yang lokasinya
terletak di bawah muka tanah asli, sesuai dengan perencanaan alinyemen
vertikalnya. Dalam kelompok ini termasuk pula penggantian tanah asli
setebal 50 – 100 cm akibat daya dukung tanah asli yang kurang baik.

B. Perkerasan Kaku

Pada umumnya perkerasan kaku baik digunakan untuk jalan dengan volume
lalu lintas tinggi dan didominasi oleh kendaraan berat, disekitar pintu tol
karena kendaraan berat melintas dengan kecepatan rendah, atau di daerah
jalan keluar atau jalan masuk ke jalur utama jalan berkecepatan tinggi yang
didominasi oleh kendaraan berat.

Keuntungan menggunakan perkerasan kaku adalah:


1. Umur pelayanan panjang dengan pemeliharaan yang sederhana;
2. Durabilitas baik;
3. Mampu bertahan pada banjir yang berulang, atau genangan air tanpa
terjadi kerusakan yang berarti.

Kerugian menggunakan perkerasan kaku adalah:


1. Kekesatan jalan kurang baik dan mutu kekasaran permukaan
dipengaruhi oleh proses pelaksanaan;
2. Memberikan kesan silau bagi pemakai jalan;
3. Membutuhkan lapisan tanah dasar yang memiliki penurunan (settlement)
yang homogen agar pelat beton tidak retak. Untuk mengatasi hal ini
seringkali di atas permukaan tanah dasar diberi lapis pondasi bawah
sebagai pembentuk lapisan homogen.

8. Perhitungan Volume Dan Biaya

1) Penentuan Volume

Untuk keperluan mempersiapkan taksiran biaya dan daftar penawaran kontrak,


maka pengukuran-pengukuran diambil dari gambar-gambar rencana
dengan menggunakan skala atau planimeter dan volumenya dihitung sesuai
dengan metode pengukuran standard. Ruang lingkup perhitungan volume
pekerjaan mencakup perhitungan volume kebutuhan rehabilitasi segmen ruas
eksisting yang membutuhkan penanganan dan perhitungan volume kebutuhan
pelebaran.

2) Penentuan Biaya

a. Perkiraan Lembar Kerja.

Untuk menentukan harga satuan biaya konstruksi, perlu mulai dari prinsip-
prinsip dasar dan mempersiapkan lembar kerja analisa biaya untuk setiap
kegiatan konstruksi dengan menggunakan biaya setempat yang telah ditetapkan
untuk bahan-bahan dan tenaga kerja serta biaya kerja rata-rata nasional untuk
plant (peralatan produksi) dan peralatan.
Supaya didapat perkiraan biaya yang tetap dan sesuai maka konsultan akan
menyiapkan analisa harga satuan dari setiap jenis pekerjaan berdasarkan
faktor-faktor seperti material, peralatan, tenaga kerja, pajak dan keuntungan
yang didapat dari keterangan- keterangan daerah setempat. Perkiraan yang
didapat dari analisa ini dibandingkan dengan Kegiatan-Kegiatan sebelumnya
atau pekerjaan- pekerjaan sejenis di daerah itu, bila terjadi perbedaan maka
akan dicari sebabnya dan diadakan penelitian kembali hingga didapatkan harga
yang sesuai untuk pekerjaan tersebut.
Perkiraan biaya pembebasan tanah (ROW) akan dibuat berdasarkan harga
satuan yang ditentukan oleh pemerintah untuk setiap jenis penggunaan tanah.
Konsultan akan mengumpulkan data dari kontraktor dalam negeri sehingga
dapat memperkirakan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan tersebut
dan selanjutnya memberikan saran bagaimana cara yang terbaik untuk
melaksanakan pekerjaan fisik tersebut.

Lembar Kerja Analisa Biaya mengikuti ketentuan yang telah berlaku Dokumen-
dokumen yang akan disiapkan adalah sebagai berikut:

1. Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja dan buruh dapat berubah dari satu lokasi kabupaten ke
lokasi kabupaten lainnya. Untuk keperluan menaksir semua keperluan biaya
tenaga kerja yang digunakan akan mewakili biaya tenaga kerja rata-rata
untuk kabupaten/kota. Untuk pekerjaan kontrak secara individu diperlukan
penyesuaian.

2. Biaya Bahan

Biaya bahan bisa berubah karena perubahan-perubahan dalam lokasi proyek


ditambah biaya transport dan tersedianya bahan- bahan setempat. Maka dari
itu harga dasar untuk pengiriman bahan-bahan kepusat kabupaten akan
ditetapkan termasuk biaya transportasi yang akan ditambahkan.

3. Harga Plant (Peralatan Produksi) dan Peralatan

Harga Plant (peralatan produksi) dan peralatan ditaksir dan dibuat


standard atas dasar nasional. Biaya tersebut akan
mencakup :

 Biaya untuk menjalankan peralatan dan biaya operasi termasuk


bahan-bahan, pemberian minyak dan biaya servis serta kompo-nen yang
mencakup pekerjaan perbaikan dan suku cadang.
 Biaya pemilikan yang mencakup penyusunan (depresi) asuransi dan bunga
sebagai biaya untuk membayar kembali.

Akan dicatat bahwa :

 Upah operator/pengemudi tidak dimasukan pada penaksiran ini


 Biaya pemilikan yang mewakili kira-kira 20% dari biaya total tidak akan
dimasukan pada pekerjaan yang didasarkan atas tenaga kerja, tetapi akan
dimasukan pada penyewaan unit (harga yang dibebankan)
b. Penentuan Harga Satuan
Harga satuan dihitung untuk semua kegiatan konstruksi dan
pemeliharaan dengan menggunakan formulir-formulir atau metoda yang telah
umum dipergunakan di Bina Marga.
B.3. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

No Kegiatan
Minggu Ke

1 2 3 4

I Tahap Awal

1 Persiapan Kantor

2 Mobilisasi Personil

3 Konsolidasi Tenaga Ahli

4 Mobilisasi Perlatan

II Tahap Pelaksanaan

1 Pengumpulan Data Sekunder

2 Koordinasi dan Rapat-rapat

3 Pengumpulan Data Primer

4 Analisa dan Perhitungan

5 Gambar Kerja

5 Pembuatan EE

6 Laporan-laporan

III Tahap Akhir

1 Pemeriksaan Akhir
KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN PERSONIL

PT. RADITYA TRIYASA KONSULTAN


Perencanaan Jalan Cabe I Kecamatan Pamulang
PENGALAMAN KERJA
NO NAMA TGL/BLN/THN LAHIR PENDIDIKAN JABATAN PROFESI /KEAHLIAN SERTIFIKAT /IJAZAH
(tahun)
1 Rouful Waris, ST 09 February 1994 T. Sipil Team Leader 5 Ahli Muda Teknik Jalan ASTEKINDO/S-1

2 Asep Gunawan 19 Desember 1980 STM Surveyor 7 Surveyor IAKI/STM

3 Janson Siahaan 08 Januari 1972 SMA Surveyor 13 Surveyor SMA

4 Daris 21 Juli 1979 SMA Surveyor 9 Surveyor SMA

5 Yasrinawati, ST 04 Januari 1965 S-1 Opr CAD/Juru Gambar 18 Juru Gambar S-1

6 Nugroho Yulianto, ST 13 Februari 1975 S-1 Opr Komputer/Admin 10 Administrasi S-1

JADWAL PENUGASAN PERSONIL

MINGGU KE -
NO NAMA JABATAN
I II III IV

1 Rouful Waris, ST Team Leader

2 Asep Gunawan Surveyor

3 Janson Siahaan Surveyor

4 Daris Surveyor

5 Yasrinawati, ST Opr CAD/Juru Gambar

6 Nugroho Yulianto, ST Opr Komputer/Admin

Anda mungkin juga menyukai