Anda di halaman 1dari 63

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

LEMBAR PENGESAHAN

Kepala Laboratorium/Koordinator Laboratorium yang bertanda tangan di


bawah ini adalah benar menerangkan bahwa :

Nama : M. PANDISABAYA (112022036)

Mahasiswi Semester II Fakultas Teknik Prodi Sipil benar telah


menyelesaikan laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah untuk mata kuliah Ilmu Ukur
Tanah.

Mengetahui, Mengetahui,
Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Koordinator Lab. Ilmu Ukur Tanah

Ir. Erny Agusri, M.T


NIDN. 0029086301 Didi Ruswandi, ST

Asisten Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

1. M. Nasrullah, S.T ( )

2. Rinda Anggraini, S.T ( )

3. Muhammad Jahri, S.T ( )

4. Afriza Habibina, S.T ( )

5. Dimas Diantama ( )

6. Obedian Afwan K ( )

i
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke-hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Tunggal, pencipta
alam semesta isinya dan tempat berlindung bagi Umat-nya. Shalawat serta salam
saya limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillahirobbil’alamin atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah, sebagai hasil
penelitian pengukuran polygon tertutup menggunakan alat ukur waterpass dan
theodolite.
Dengan rendah hati, penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporanini
terdapat kekurangan baik dari segi penulisan dan segi tata Bahasa serta materi dan
penyusunannya yang menyebabkan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan
yang dimiliki penulis oleh sebab itu kiranya pembaca dapat memahami kelemahan
serta kekurangan yang ada dalam penulisan laporan ini.
Demikian yang dapat penulis paparkan dan penulis harapkan, semoga
laporan ini dapat berguna bagi kemajuan pembangunan bangsa dan negara ini.
Wassalamualaikum, Wr. Wb

Palembang. Mei 2023

Penulis

M.ALFI ZAKI (112022162) ii


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iiv
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
• latar Belakang....................................................................1
1.2 Maksud Dan Tujuan..................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.4 Struktur Organisasi Laboratorium ILmu Ukur Tanah..............................3
1.5 Metode Pengumpulan Data.......................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan Laporan.................................................................4
1.7 Bagan Alur Penelitian...............................................................................5
BAB II
PERCOBAAN WATERPASS..............................................................................6
2.1 Pendahuluan..............................................................................................6
2.2 Teori Poligon.............................................................................................7
2.3 Alat Yang Digunakan..........................................................................1110
2.4 Kegunaan Alat.....................................................................................1312
2.5 Jenis-jenis Percobaan Waterpass...........................................................513
2.6 Rumus Yang Digunakan.......................................................................614
2.7 Langkah Kerja.......................................................................................917
BAB III
PERHITUNGAN DATA WATERPASS.......................................................................19
3.1 Denah Lokasi...........................................................................................18
3.2 Tabel Perhitungan Data Waterpass.........................................................19
3.3 Uraian Data Perhitungan Waterpass........................................................19
3.4 Gambar Pengukuran Waterpass..............................................................25
BAB IV
PERCOBAAN THEODOLOTE....................................................................................30
4.1 Pendahuluan..........................................................................................301

M.ALFI ZAKI (112022162) iii


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
4.2 Dasar Teori............................................................................................312
4.3 Jenis-jenis percobaan theodolite............................................................323
4.4 Pengoperasian Theodolite.....................................................................334
4.5 Teori Polygon........................................................................................356
4.6 Alat yang Digunakan..........................................................................1376
4.7 Fungsi Alat............................................................................................408
4.8 Rumus yang Digunakan........................................................................399
4.9 Langkah Kerja.......................................................................................403
BAB V
PERHITUNGAN DATA THEODOLITE.....................................................................42
5.1 Denah Lokasi...........................................................................................42
5.2 Tabel data...............................................................................................43
5.2 Uraian Perhitungan Data.......................................................................417
5.3 Dokumentasi praktikum Theodolite........................................................42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................56
6.1 Kesimpulan dan Saran.............................................................................56
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................57
LAMPIRAN FOTO...........................................................................................58
ASISTENSI.........................................................................................................59

M.ALFI ZAKI (112022162) iv


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pekerjaan
pengukuran diatas tanah yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan suatu titik
atau penggambaran situasi atau keadaan secara fisik yang terdapat diatas
permukaan bumi, yang pada dasarnya bumi selalu bergerak sesuai dengan
porosnya. Pergerakan bumi tersebut menyebabkan dislokasi bumi dan perubahan
tempat, oleh karena itu ilmu ukur tanah diperlukan sebagai kontrol dari
pergerakan tersebut dan mengetahui seberapa besar pergeseran yang terjadi
dimuka bumi. Kemudian ilmu ukur tanah juga umum digunakan sebagai dasar
dari perencanaan pembangunan. Selain yang digunakan diatas, ilmu ukur tanah
banyak diperlukan dalam pertambangan maupun dalam pemetaan. Dalam
pembangunan misalnya, ilmuukur tanah diperlukan sebagai penentu dimana
bahan tambang tersebut ada.Tanpa adanya ilmu ukur tanah maka akan terjadi
banyak kesalahan penentuan letak dari bahan tambang dan menyebabkan
kerusakan lingkungan darikesalahan penentuan letak tambang. Dalam pemetaan,
ilmu ukur tanah diperlukan dalam penyusunan pembuatan peta yang apabila telah
menjadi peta, akan sangat bermanfaat bagiseluruh disiplin ilmu, mulai dari
pengairan, perencanaan pembangunan, sampai pertanian. Jadi ilmu ukur tanah
tersebut sangat diperlukan dalam berbagai disiplin ilmu sebagai faktor penunjang
yang sangat penting dalam terlaksanakannya suatu proyek.
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas baik ditinjau
dari segi biayanya yang murah dan tepat waktu juga dari segi kesesuaian dengan
spesifikasi teknis yang dibutuhkan diperlukan metode pengukuran yang tepat serta
peralatan ukur yang cepat pula. Pengukuran - pengkuran menggunakan waterpass
dan theodolite. Total station dan sebagainya dapat menghasilkan data dan ukuran
yang dapat dipertanggungjawabkan.

-1-
M.ALFI ZAKI (112022162)
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud:
1. Mengerti ilmu ukur tanah.
2. Mengenal alat-alat yang digunakan dalam ilmu ukur tanah.
3. Mengerti cara kerja dan penggunaan dari alat-alat dalam ilmu ukur tanah
4. Mengetahui bagaimana cara penyelesaian suatu kondisi.
5. Menguasai perhitungan dalam ilmu ukur tanah.
Tujuan :
1. Mahasiswa dapat mengenal mengenai ilmu ukur tanah.
2. Mahasiswa bisa memahami, mengolah, serta menghitung datahasil pengukuran.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menghitung jarak dan beda tinggi serta ketinggian
titik pengukuran.
4. Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran profil horizontal dan vertikal.
5. Mahasiswa diharapkan dapat menggambar hasil pengukuran dengan skala
tertentu.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara melakukan pengukuran menggunakan Waterpass?
2. Bagaimana cara melakukan pengukuran menggunakan Theodolite?

M.RIZQI SEPTA P (112022128)


2
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
1.4 Struktur Organisasi Labolatorium Ilmu Ukur Tanah

KEPALA PROGRAM STUDI

IR. REVISDAH, M.T

KEPALA LABORATORIUM

Ir. ERNY AGUSRI, M.T

KOORDINATOR LABORATORIUM

DIDI RUSWANDI, S.T

ASISTEN ASISTEN ASISTEN ASISTEN ASISTEN ASISTEN


M. Nasrullah Rinda Anggraini M. Jahri Afriza Habibina Dimas Diantama Obedian Afwan Kholiz

M.ALFI ZAKI (112022162)


3
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
1.5 Metode Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diambil langsung dari lapangana atau data hasil
observasi
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diambil dari laporan hasil penelitian-penelitian
terdahulu
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
1. BAB I , merupakan pembuka laporan yang berisi definisi dari ilmu ukur
tanah, maksud dan tujuan, rumusan masalah dan metode pengumpulan data.
2. BAB II , berisi laporan dari hasil observasi pengukuran menggunakan
waterpass
3. BAB III , berisi laporan dari hasil observasi pengukuran menggunakan
theodolite.
4. BAB IV , merupakan rincian perhitungan data dari pengukuran menggunakan
waterpass dan theodolite.
5. BAB V , penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

M.ALFI ZAKI (112022162)


4
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
1.7 Bagan Alur Penelitian

MULAI

Pembentukan kelompok
1. Sevaldi Batian
2. M. Aldi Alfauzan
3. M. Risqi Septa
4. M. Pandisabaya
5. M. Alfi Zaki

Pengenalan Alat

Menentukan Lokasi

Observasi Lapangan

Pengolahan Data

Selesai

M.ALFI ZAKI (112022162)


5
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

BAB II
WATERPASS

2.1 Pendahuluan
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan benda tinggi
antara dua titik atau lebih. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunananya
untuk mendapatkan data keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk
pekerjaan kontruksi. Hasil-hasil dari pengukuran waterpass diantaranya digunakan
untuk perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan perletakan bangunan
gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urung dan galian
tanah, penelitian terhadap saluran saluran yang sudah ada dan lain-lain.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan,
yaitu :
a. Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum
dianggap sama dengan garis unting-unting.
b. Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap
titik. Bidang horizontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
c. Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
d. Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
e. Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya
terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah
sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu
teropong horizontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah
nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
b. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.

M.ALFI ZAKI (112022162)


6
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
c. Benang silang horizontal harus tegak lurus sumbu I.
Pada pengunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur
(bak). Yang terpenting dari rambu ukur ini dalah pembagian skalanya harus betul-
betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara
memegangnya pun harus betul-betul agak (vertikal). Agar letak rambu ukur
berdiri dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu. Jika nivo rambu ini
tersedia, dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-
lahan ke depan, kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencacat hasil
pembacaan rambu ukur yang minimum. Cara ini cocok bila rambu ukur yang
digunakan beralas berbentuk persegi. Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass
adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang membuat
kedudukan menjadi horizontal adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan
dengan gelembung di dalamnya.
2.2 Teori Poligon
1. Pengertian Poligon
Poligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-
titik yang terletak di permukaan bumi. Garis-garis lurus membentuk sudut-
sudut pada titik-titik perpotongannya. Dengan menggunakan poligon dapat
ditentukan secara sekaligus koordinat beberapa titik yang letaknya
berurutan dan memanjang.
Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui
koordinat dan sudut jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat titik
yang lain diperlukan sudut mendatar dan jarak mendatar, maka pada
pengukuran di lapangan data yang diambil adalah data sudut mendatar dan
jarak mendatar di samping itu diperlukan juga penentuan sudut jurusan dan
satu titik yang telah diketahui koordinatnya.
2. Pengukuran polygon
A. Pengukuran jarak mendatar
Pengukuran jarak mendatar pada poligon dapat ditentukan dengan
cara Mekanis (dengan menggunakan pita ukur) dan optis (seperti pada
pengukuran sipat datar). Pada bagian ini dijelaskan metode pengukuran

M.ALFI ZAKI (112022162)


7
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
jarak dengan menggunakan pita ukur. Pengukuran jarak dengan
menggunakan pita ukur harus memperhatikan permukaan tanah yang akan
diukur. Pengukuran jarak pada tanah medatar, seperti pada gambar

Gambar 2.1
Pengaruh jarak :
Caranya:
• Skala nol pita ukur diletakan tepat berimpit di atas pusat anda titik A.
• Pita ukur ditarik dengan kuat agar keadaannya benar-benar
lurus, tidak melengkung.
• Himpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik B.
maka bacaan skla inilah yang merupakan jarak antara titik A
dan titik B.
B. Pengukuran jarak pada tanah miring, seperti gambar 2.2

Gambar 2.2
Pengukuran jarak pada tanah miring :
Caranya:
• Jika permukaan tanahnya relatif miring, maka pengukuran jarak dibagi

M.ALFI ZAKI (112022162)


8
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
menjadi beberapa selang (pada gambar di atas bagi dua selang).
• Skala nol diimpitkan di atas titik A (biasa dengan menggunkan
bantuan unting-unting). Tarik agar pita dalam keadaan datar
sampai berimpit dengan titik 1, maka diperoleh d1
• Dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai B,
hingga didapat dm.
Maka: dAB = db + dm
C. Pengukuran sudut mendatar
Sudut adalah selisih antara dua arah yang berlainan. Yang
dimaksud dengan arah atau jurusan adalah besarnya bacaan
lingkungan horizontal alat ukur sudut pada waktu teropong
diarahkan ke jurusan tertentu. Seperti pada gambar 2.3
A B

P
Gambar 2.3
Pengukuran sudut mendatar:
Caranya :
• Alat dirikan di titik P lalu diatur sesuai ketentuan. • Target
dipasang di titik A dan di titik B.
• Alat dalam kedudukan "biasa" diarahkan ke target di titik A (arah
pertama).
• Atur sekrup penjelasan bayangan sehingga dapat melihat
bayangan target di titik A dengan terang dan jelas.
• Tepatkan benang silang diafragma pada target dengan memutar

M.ALFI ZAKI (112022162)


9
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
sekrup penggerak halus horizontal dan vertikal, baca dan cacat
skala lingkaran horizontalnya. Ulangi pembacaan tersebut
minimal 3 kali, kemudian hitung rata-rata hasil bacaannya,
catat sebagai L1 (B).
• Teropong diputar searah jarum jam dan diarahkan ke target di
titik B, dengan cara yang samas seperti di atas, cacat sebagai L2
(B).
• Teropong dibalikkan dalam kedudukan "luar biasa" an di
putar searah jarum jam, dengan kedudukan tetap mengarah ke
titik B, dengan cara yang sama seperti di atas, baca skala
lingkarannya dan cacat sebagai L2 b(LB).
• Putarlah teropong searah jarum jam ke titik A (tetap dalam
keududukan luar biasa), dengan menggunakan cara yang sama
seperti di atas, bacalah skala lingkaran horizontalnya dan cacat
sebagao L1 (LB).
• Urutan pengukuran sudut seperti yang dijelaskan di atas adalah
pengukuran sudut 1 seri.
2.3 Alat Yang Digunakan
a. Waterpass

Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut:


1. Lingkaran horizontal berskala.
2. Skala pada lingkungan horizontal.
3. Okuler teropong.
4. Alat bidik dengan celah penjara.
5. Cermin nivo.
6. Sekrup penyetel focus.
7. Sekrup penggerak horizontal.

M.ALFI ZAKI (112022162)


10
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
8. Sekrup pengungkit.
9. Sekrup pendatar.
10. Obyektif teropong.
11. Nivo tabung.
12. Nivo kotak.

b. Statif (kaki tiga)

Statif (kaki tiga) memiliki bagian-bagian sebagai berikut:


1. Bidang level/kepala statif.
2. Sekrup pengunci.
3. Tali pembawa.
4. Sekrup penyetel.
5. Kaki statif.

c. Rol meter d. Payung

e. Rambu / bak ukur F.pena

M.ALFI ZAKI (112022162)


11
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

2.4 Kegunaan Alat


a. Fungsi Alat
1. Waterpass
Waterpass ialah alat yang dipakai untuk mengukur perbedaan
ketinggian dari satu titik acuan ke acuan berikutnya. Waterpass ini
dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil didalamnya. Untuk mrngrcrk
apakah sudah terpasang dengan benar, perhatikan gelembung di dalam kaca
berbentuk bulat. Jika gelembung tepat berada di tengah, itu artinya
waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa
untuk melihat sasaran bidik.
2. Statif
Statif berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat maupun
waterpass, Cara Penggunaan Statif atau Tripod sebagai berikut: Buka tali
pengikat statif atau tripod dan pasangkan sedemikian rupa sehingga ketiga
kakinya terbuka (untuk berdiri dengan baik). Pemasangan atau penyetelan
statif atau tripod harus sesuai dengan tinggi orang yang membidik atau
mengukur, jangan terlalu tinggi atupun terlalu rendah.
3. Roll meter
Roll meter berfungsi untuk memastikan jarak antara alat ukur ke
rambu ukur
4. Unting-unting
Unting-unting melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini
berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpasst tersebut sudah berada tepat di atas
patok
5. Yalon
Yalon terbuat dari kayu dan mumpunyai penampang berbentuk lingkaran
atau segi empat dengan panjang kurang lebih 30-50 cm dan ujung bawahnya
dibuat runcing. Berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik utaman
dalam pengukuran.

6. Rambu

M.ALFI ZAKI (112022162)


12
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Rambu ukur digunakan untuk mempermudah atau membantu mengukur
beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah. Rambu ukur diberi cat
hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak
menjadi silau.
b. Tambahan alat
Alat ini dapat ditambah fungsi atau kegunaannya dengan menambah
bagian alat lainnya. Umumnya alat ukur waterpass ditambah bagian alat lain,
seperti
1. Benang stadia, yaitu dua buah benang yang berada di atas dan dibawah
serta sejajar dan jarak yang sama dari benang diafragma mendatar.
Dengan adanya benang stadia dan bantuan alat ukur waterpass berupa
rambu atau bak ukur alat ini dapat digunakan sebagai alat ukur jarak
horizontal atau mendatar. Pengukuran jarak dengan cara seperti ini dapat
dikenal dengan jarak optik.
2. Lingkaran berskala, yaitu lingkaran di badan alat yang dilengkapi dengan
skala ukuran sudut. Dengan adanya lingkaran berskala ini arah
yangdinyatakan dengan bacaan sudut dari bidikan yang ditunjukkan oleh
benang diafragma tegak dapat diketahui, sehingga bila dibidikkan ke dua buah
titik, sudut diantara ke dua titik tersebut dengan alat dapat ditentukan atau
dengan kata lain dapat difungsikan sebagai alat pengukur sudut horizontal.
2.5 Jenis-jenis Percobaan Waterpass
1. Pengukuran Waterpass Memanjang pengukuran waterpass memanjang
adalah suatu metode pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara
dua buah titik di permukaan bumi yang letaknya berjauhan, atau dengan
kata lain untuk mendapatkan ketinggian titik-titik utama yang telah
dorientasikan di permukaan bumi dengan membagi jarak antara titik
secara berantai atau menjadi slag yang kecil secara memanjang yang
ditempuh dalam satu hari pergi-pulang. Yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran sipat datar/ waterpass memanjang, antara lain:
1. Menghilangkan kesalahan nol skala rambu yaitu dengan menentukan
slag genap dalam satu seksi pengukuran beda tinggi (pengukuran

M.ALFI ZAKI (112022162)


13
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
pergi pulang).
2. Kalibrasi alat sebelum melakukan pengukuran.
3. Usahakan jarak dari alat ke rambu belakang sama dengan dari alat ke
rambu muka, untuk mengantisipasi adanya garis bidik tidak sejajar
garis arah nivo. Gunakan nivo rambu agar rambu ukur benar-benar
tegak.
2. Pengukuran Waterpass Melintang Pengukuran Waterpass melintang
adalah untuk menentukan elevasi titik-titik dengan bantuan tinggi
garis bidik yang diketahui dari keadaan beda tinggi tanah yang tegak
lurus di suatu titik tertentu terhadap garis rencana (sumbu proyek)
yang didapat dari hasil pengukuran sipat datar profil memanjang.
Profil melintang dibuat tegak lurus dengan sumbu proyek dan pada
tempat-tempat penting. Jarak antara profil melintang pada garis
proyek melengkung atau belokan, maka jaraknya dibuat lebih rapat
daripada jarak terhadap garis proyek yang lurus. Profil melintang
harus dibuat di titik awal dan akhir garis proyek melengkung, dan
untuk profil ke kiri dan ke kanannya dibuat lebih panjang dari profil
yang lain.
2.6 Rumus Yang Digunakan
Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan :
BT= (BA + BB) / 2
Adapun:
BT = Bacaan benang tengah waterpass
BA= Bacaan benang atas waterpass
BB=Bacaan benang bawah waterpass
Bila hal diatas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau
pembagian skala pada rambu ukur tersebut tidak benar. Dalam pratikum ilmu ukur
tanah ada dua macam pengukuran waterpass yang dilaksanakan yaitu :
• Pengukuran waterpass memanjang
• Pengukuran waterpass melintang
Rumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran waterpass adalah :

M.ALFI ZAKI (112022162)


14
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
a. Pengukuran Waterpass Memanjang
Beda tinggi antar titik A dan B adalah
Abrir2 = BTP1 - BTP2
Adapun : ∆hp1p2 = beda tinggi antara P1 dan P2
BTP1 = Bacaan benang tengan di titik P1
BTP2 = Bacaan bennag
tengah di titik P2 Jarak antara A
dengan P1 adalah :
𝐝𝟎= 100 x (𝐁𝐀𝐩𝟏 − 𝐁𝐁𝐩𝟏)
Adapun : 𝑑𝐴𝐴 = Jarak antara titik A dan P
𝐵𝐴𝐴 = Bacaan benang atas di titik A
𝐵𝐵𝐴 = Bacaan benang bawah titik A
Dalam pengukuran waterpass memanjang. Pesawat diletakkan di tengah-
tengah titik yang akan diukur. Hal ini untuk meniadakan kesalahan akibat tidak
sejajarnya kedudukan sumbu teropong dengan garis arah nivo.
b. Pengukuran waterpass melintang
Beda tinggi antara titik 1 dan 2 :
∆𝒉𝟏𝟐 = 𝐁𝐓𝟏 − 𝐁𝐓𝟐
Adapun : ℎ21 = Beda tinggi antara titik 1 dan titik 2
𝐵𝑇1 = Bacaan benang tengah di titik 1
𝐵𝑇2 = Bacaan benang tengah di titik 2
Beda tinggi antara titik 1 dan titik p adalah :
∆𝑯𝟏𝑷 = 𝐁𝐓𝟏 – TP
Adapun : hPIP = Beda tinggi antara titik 1 dan titik
P BT1 = Bacaan benang tengah di titik 1
TP = Tinggal pesawat

c. Perhitungan Jarak D = (Ba


- Bb) x 100
Dimana : D = Jarak datar
Ba = Benang atas

M.ALFI ZAKI (112022162)


15
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Bb = Benang bawah
d. Perhitungan beda tinggi
∆h = Tp – Bt
Dimana : ∆h = Beda tinggi
Tp = Tinggi pesawat
Bt = Benang tengah
e. Koreksi beda tinggi
∆h Koreksi = ∆h ± (D/ ƩD X ∆H)
Dimana : ∆h Koreksi = Koreksi beda tinggi
D / ƩD = Jarak datar / jumlah jarak
Ʃ∆h = Jumlah perhitungan beda tinggi
f. Perhitungan tinggi titik H = Tp + ∆ koreksi
Dimana : Tp = Tinggi pesawat
∆h Koreksi = Koreksi beda tinggi
D / ƩD = Jarak datar / jumlah jarak
Ʃ∆h = Jumlah perhitungan beda tinggi
g. Perhitungan tinggi titik H = Tp + ∆ koreksi
Dimana : Tp = Tinggi pesawat
∆h Koreksi = Koreksi beda tinggi

M.ALFI ZAKI (112022162)


16
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
2.7 Langkah Kerja
1. Pastikan garis mendatar diafragma pada waterpass tersebut berada dalam
posisi tegak lurus terhadap sumbu 1. Kebanyakan bagian yang juga disebut
benang silang mendatar ini sudah dirancang sedemikian rupa oleh
prosedurnya agar tegak lurus dengan sumbu 1.
2. Atur posisi garis arah nivo supaya tegak lurus terhadap sumbu 1. Jika sumbu
1 telah diposisikan vertical, maka gelembung nivo akan tetap seimbang walau
teropong diputar-putar. Artinya tingkat kerataan garis bidik pun sudah
dipastikan selalu datar.
3. Buat garis bidik berada dalam posisi yang sejajar dengan garis nivo.
Tujuannya agar kita bisa memastikan garis arah benar-benar mendatar. Perlu,
diketahui, yang digunakan untuk mengukur ketinggian titik-titik nantinya
hanyalah garis bidik mendatar.
4. Garis vertical merupakan garis yang mengarah ke bumi dan nilainya sama
dengan garis menurun.
5. Bidang horizontal yaitu bidang yang posisinya selalu tegak lurus terhadap
garis vertical. Bentuk bidang horizontal ini agak melengkung mengikuti
bentuk permukaan air laut.
6. Mulailah menggunakan waterpass dengan membuta garis sumbu horizontal.
Perhatikan kedudukan tingkat mendasarnya melalui tabung nivo.
7. Di skala utama, diketahui besar derajat dan menit dengan memperhatikan
jarus yang mengimpit pada skala, ingat setiap titik pada skala utama memiliki
nilai sebesar 10’.
8. Sementara di skala nonius, ketahui besar derajat jarum yang berhimpitan
dengan skala. Ingat, besar setiap sdutu pada skala nonius adalah 20”.
9. Caranya membuat hasil pengukuran ketinggian titik-titik menggunakan
waterpass yaitu dengan menjumlahkan hasil bacaan skala utama ditambah
dengan skala nonius.

M.ALFI ZAKI (112022162)


17
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

BAB III
PERHITUNGAN DATA WATERPASS

DENAH LOKASI

M.ALFI ZAKI (112022162)


18
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
PERHITUNGAN BENANG
TENGAH
(P1)
BELAKANG
𝐵𝐴+𝐵𝐵 1,472+1,320
BT = = = 1,396
2 2

MUKA

𝐵𝐴+𝐵𝐵 1,758+1,608
BT = = = 1,683
2 2

(P2)

BELAKANG
𝐵𝐴+𝐵𝐵 1,610+1,468
BT = = = 1,539
2 2

MUKA

𝐵𝐴+𝐵𝐵 1,358+1,288
BT = = = 1,286
2 2

(P3)

BELAKANG
𝐵𝐴+𝐵𝐵 1,136+1,024
BT = = = 1,080
2 2

MUKA

𝐵𝐴+𝐵𝐵 1,122+0,992
BT = = = 1,057
2 2

(P4)

BELAKANG
𝐵𝐴+𝐵𝐵 1,572+1,452
BT = = = 1,542
2 2

M.ALFI ZAKI (112022162)


19
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

MUKA
𝐵𝐴+𝐵𝐵 1,488+1,362
BT = = = 1,425
2 2

(P5)
BELAKANG
𝐵𝐴+𝐵𝐵 1,448+1,362
BT = = = 1,425
2 2

MUKA
𝐵𝐴+𝐵𝐵 1,506+1,372
BT = = = 1,439
2 2

PERHITUNGAN ∆H (beda tinggi)


(P1) → ∆H = BTB – BTM
= 1,396 ‒ 1,683
= -0,287
(P2) → ∆H = BTB – BTM
= 1,539 ‒ 1,286
= 0,253
(P3) → ∆H = BTB – BTM
= 1,080 – 1,057
= 0,023
(P4) → ∆H = BTB – BTM
= 1,542 – 1,425
= 0,117
(P5) → ∆H = BTB – BTM
= 1,393 – 1,439
= -0,046
Perhitungan ∑∆H
∑∆H = p1 + p2 + p3 + p4+P5
∑∆H = -0,287 + 0,253 + 0,023 + 0,117+(-0,046)
∑∆H = 0,06
M.ALFI ZAKI (112022162)
20
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

PERHITUNGAN d (jarak rambu dan waterpass)


(P1)
B = ( BA – BB ) × 100
= (1,472 – 1,320) × 100
= 15,2 m
M = ( BA – BB ) × 100
= (1,758 – 1,608) × 100
= 15 m
(P2)
B = ( BA – BB ) × 100
= (1,610 – 1,468) × 100
=14,2 m
M = (BA – BB) × 100
= (1,358 – 1,214) × 100
= 14,4 m
(P3)
B = (BA – BB) × 100
= (1,136 – 1,024) × 100
= 11,2 m
M = (BA – BB) × 100
= (1,122 – 0,992) × 100
= 13 m
(P4)
B = (BA – BB) × 100
= (1,572 – 1,452) × 100
= 12 m
M = (BA – BB) × 100
= (1,488 – 1,360) × 100
= 12,8 m
(P5)
B = (BA – BB) × 100
= (1,448 – 1,360) × 100
= 11 m

M.ALFI ZAKI (112022162) 21


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M = (BA – BB) × 100


= (1,506 – 1,372) × 100
= 13,4 m
PERHITUNGAN D (jarak total)
(P1) → D = dB + dM
= 15,2 + 15
= 30,2
(P2) → D = dB + dM
= 14,2 + 14,4
= 28,6
(P3) → D = dB + dM
= 11,2 + 13
= 24,2
(P4) → D = dB + dM
= 12 + 12,8
= 24,8
(P5) → D = dB + dM
= 11 + 13,4
= 24,4
• Perhitungan ∑D
∑D = (P1) + (P2) + (P3) + (P4)+(P5)
∑D = (30,2) + (28,6) + (24,2) + (24,8)+(24,4)
∑D = 132,2PERHITUNGAN KOREKSI (P1)
KOREKSI = 𝐷𝑃1 × Σ∆𝐻
Σ𝐷

= 30,2 × 0,06
132,2

= 0,014

M.ALFI ZAKI (112022162) 22


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

(P2)
KOREKSI = 𝐷𝑃2 × Σ∆𝐻
Σ𝐷

= 28,6 × 0,06
132,2

= 0,012
(P3)
KOREKSI = 𝐷𝑃3 × Σ∆𝐻
Σ𝐷
24,2
= × 0,06
132,2

= 0,010
(P4)
KOREKSI = 𝐷𝑃4 × Σ∆𝐻
Σ𝐷
24,8
= × 0,06
132,2

= 0,012
(P5)
KOREKSI = 𝐷𝑃5 × Σ∆𝐻
Σ𝐷
24,4
= × 0,06
132,2

= 0,012
PERHITUNGAN TINGGI TANAH
(P1)
→ = T. Tanah Awal + ∆H - koreksi
= 22,000 + (-0,287) - (0,014)
= 21,699
(P2)
→ = T. Tanah Awal + ∆H - koreksi

M.ALFI ZAKI (112022162) 23


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

= 21,699 + 0,253 - (0,012)


= 21,94
(P3)
→ = T. Tanah Awal + ∆H - koreksi
= 22,94 + 0,023 - (0,010)
= 21,953

(P4)
→ = T. Tanah Awal + ∆H - koreksi
= 21,953 + (0,117) - (0,012)
= 22,058
(P5)
→ = T. Tanah Awal + ∆H - koreksi
= 21,953 + (-0,046) - (0,012)
= 22,000

M.ALFI ZAKI (112022162) 24


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.ALFI ZAKI (112022162) 25


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.ALFI ZAKI (112022162) 26


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.ALFI ZAKI (112022162) 27


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.ALFI ZAKI (112022162) 28


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.ALFI ZAKI (112022162) 29


LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
BAB IV
PERCOBAAN THEDOLITE
4.1 Pendahuluan
Ilmu ukur tanah merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan
menganalisis bentuk topografi permukaan bumi beserta obyek - obyek di atasnya
untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi. Ilmu Ukur Tanah menjadi dasar
bagi beberapa mata kuliah lainnya seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan
sebagainya. Alat yang sering digunakan dalam ilmu ukur tanah theodolit.
Theodolit adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak dan
sudut, baik sudut vertical maupun horizontal. Theodolite merupakan alat yang
paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya
alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk
membulat ( piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal,
sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca.Teleskop tersebut juga
dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar - putar mengelilingi sumbu
horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Yang dimaksud
dengan sudut vertical adalah sudut yang diukur pada skala tegak lurus. Sedangkan
sudut horizontal adalah sudut yang diukur pada skala mendatar yang dibentuk
oleh dua titik pada polygon, sudut yang terbaca merupakan nilai dimana theodolit
itu ditempatkan.
Di dalam pekerjaan pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolite sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan
siatuasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya
menjadi seperti pesawat penyipat datar bila sudut vertikalnya dibuat 90°. Dengan
adanya teropong pada theodlite, maka theodolite dapat dibidikkan kesegala arah.
Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolite sering digunakan untuk
menentukan sudut siku–siku pada perencanaan atau pekerjaan pondasi, theodolite
juga dapat digunkan untuk mengukur ketinggina suatu bangunan bertingkat.

M.PANDISABAYA (112022036)
30
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
4.2 Dasar Teori
Pemetaan Topografi adalah gambaran relief permukaan bumi atau tanah
yang dinyatakan dengan garis ketinggian (kontur), memperlihatkan unsur – unsur
asli atau alam dan unsur – unsur manusia seperti jalan, bangunan, sungai, saluran
dan lian sebagainya diatas muka bumi. Penguji tersebut tentu dengan
memperhitungkan skala, jadi topografi data digunakan untuk bermacam-macam
tujuan.
Pengukuran pemetaan Topografi dengan metode polygon tertutup tanpa
sudut magnet adalah salah satu diantara cara pengukuran pemetaan polygon.
Seperti yang kita ketahui, pengukur polygon ada dua cara yaitu dengan cara
“tertup dan terbuka”.
Pengukuran dengan cara tanpa sudut magnet adalah suatu pengukuran yang
menggunakan sudut magnet pada arah utara 0° 0ʹ 00ʺ sebagai titik awal saja.
Karena pengukuran 0° 0ʹ 00ʺ kebelakang mak kelihatannya harus diperhatikan
melalui beberapa faktor, diantaranya : faktor manusia, alat dan alam. Tetapi
kesahan atau koreksi dapat diperkecil dengan memperhatikan ketelitian dan
berhaati-hati yang tentunya hal ini dominan dilakukan seorang pengguna alat
sehingga dapat meminimalisir koreksi pengukuran.
Adapun tujuan dari pengukuran pemetaan polygon tertutup tanpa sudut
magnet mempunyai 2 macam tujuan dari pemetaan :
1. Tujuan pemetaan topografi (dengan metode pengukuran pemetaan polygon
tertutup) antara lain :
a. Untuk perencanaan dan pengembangan tata ruang kota.
b. Untuk perencanaan jalur – jalur transmisi dan jalur perhubungan.
c. Untuk perencanaan irigasi, waduk, bendungan, dan sarana pengairan
lainnya.
2. Tujuan dari pengukuran tanpa sudut magnet :
a. Efektif dan efesiensi dalam pengukuran.
b. Dapat mencakup wilayah lebih luas dalam pengambilan detail.
c. Kesalahan atau dapat terjadi namun diminimalisir.

M.PANDISABAYA (112022036)
31
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Komponen-komponen dari alat theodolit adalah sebagai berikut :
1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya.
2. Ring pengatur lensa tengah.
3. Pengatur fokus benang silang.
4. Alat baca lingkaran vertical / horizontal.
5. Lensa obyektif.
6. Klem vertikal teropong.
7. Penggerak halus teropong.
8. Klem alhidade horizontal.
9. Penggerak halus horizontal.
10. Nivo kotak alhidade horizontal.
11. Plat dasar instrument.
12. Nivo tabung alhidade horizontal.
4.3 Jenis jenis percobaan theodolite
1. Percobaan Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi satu. Poligon
macam ini merupakan poligon yang paling disukai dilapangan karena tidak membutuhkan
titik ikat yang banyak yang memang sulit didapatkan dilapangan. Namun, hasil ukurannya
tetap terkontrol. Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak-
jarak tertentu yang merupakan suatu pertimbangan yang sangat penting.
2. Percobaan Poligon Terbuka
Poligon terbuka terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak kembali
ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian yang sama atau lebih tinggi
ordenya.

M.PANDISABAYA (112022036)
32
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
4.4 Pengoperasian Theodolite
Prinsip kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari
gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk
keperluan pemetaan suatu daerah.
1, 2, 3, ..., n : Titik kontrol poligon
D12, D23, ..., Dnl : Jarak pengukuran sisi poligon
S1, S2, S3, ..., Sn : Sudut
Syarat geometris dari poligon tertutup sebagai berikut.
1. ∑S + f (s) = ( n – 2 ) x 180°
2. ∑d sin α + f ( x ) =0
3. ∑d cos α + f ( y ) =0
Keterangan :
∑S : Jumlah sudut
∑d sin α : Jumlah ∆x
∑d cos α : Jumlah ∆y
f(s) : Kesalahan sudut
f(x) : Kesalahan koordinat X
f(y) : Kesalahan koordinat Y
Koordinat sementara semua titik poligon, persamaan yang di gunakan :
Xn = Xn – 1 + d sin αn – 1 .n
Yn = Yn – 1 + d cos αn – 1 .n
Keterangan :
Xn , Yn : Koordinat titik n
Xn-1 , Yn-1 : Koordinat titik n - 1
Kordinat tekoreksi dari semua titik polygon, dihitung dengan persamaan :
Xn = Xn - 1 + d sin αn – 1 .n + ( dn / ∑d ) x f( x )
Yn = Yn - 1 + d cos αn – 1 .n + ( dn / ∑d ) x f( y )
Keterangan :
n : Nomor titik
Xn , Yn : Koordinat terkoreksi titik n
Xn – 1 .n , Yn – 1 . n : Koordinat titik ke n – 1
M.PANDISABAYA (112022036)
33
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Dn : Jarak sisi titik n -1 ke n
αn – 1.n : Azimuth sisi n – 1 ke n
Beberapa hal harus diperhatikan dalam penyeselesaian polygon :
1.Besar sudut tiap titik hasil reaksi
S=S[f(s)/n]
S = Sudut terkoreksi
S = sudut ukuran
2. Azimuth semua sisi polygon dihitung berdasarkan azimuth awal dan semua
sudut titik hasil koreksi ( S´ )
a. Jika urutan hitunglah azimuth sisi polygon searah jarum jam.
Rumus yang digunakan :
αn .n + 1 = ( αn – 1 + 180° ) – S´
αn .n + 1 = ( αn – 1 + Sʹ ) – 180°
b. Jika urutan hitunglah azimuth sisi polygon berlawanan arah jarum jam,
rumus yang digunakan :
αn .n + 1 = ( αn – 1 + Sʹ ) – 180°
αn .n + 1 = ( αn – 1 + 180° ) – S´
Keterangan :
n : Nomor titik
αn .n + 1 : Azimuth sisi n ke n + 1
αn – 1 : Azimuth sisi n

M.PANDISABAYA (112022036)
34
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

4.5 Teori polygon


Cara membuat suatu polygon adalah cara pertama untuk menentukan tempat
lebih dari satu titik. Penentuan titik dapat dilakukan dengan beberapa cara:
a. Penentuan ralatif dengan menempatkan beberapa titik yang terletak di atas satu
garis lurus, maka empat titik-titik itu dapat dinyatakan dengan dengan jejak
dari suatu titik yang terletak di atas garis lurus itu pula. Titik-titik yang diambil
sebagai dasar untuk menghitung jarak-jarak dinamakan titik nol. Karena titik-
titik dapatterletak di sebelah kiri dan kanan titik nol (O) > maka kepada titik
yang terletak di sebelah kanan titik nol (o) diberi jarak dengan titik positif (+)
dan titik yang terletak di sebelah kiri titik nol diberi jarak dengan tanda
negative (-). Buat skala dengan bagian yang sama (ke kiri dan ke kanan)
dengan satuan jarak 1 m, 10 m, atau 100 m, tergantung pada jarak-jarak harus
dinyatakan.
b. Penentuan dengan koordinat kartesian (salib sumbu). Hal ini digunakan apabila
cara di atas titik tidak dapat dilakukan, karena titik - titik tidak terdapat di
suatu garis lurus. Sebagian besar penentuan tempat titik-titik ialah dua garis
lurus yang saling tegak lurus (salib sumbu). n = bilangan bulat (belum tentu
sama dengan banyaknya titik), harganya harus dicari dengan memisahkan fβ =
0 dan harga n diambil bilangan bulat yang paling dekat dengan n yang
menghasilkan.
Perumusan untuk polygon tertutup,
rumus perataannya adalah :
∑β = ( n – 2 ) 1800 + fβ
∑d sin α = ( xa – xb ) + fx
∑d cos α = ( ya – yb ) +Alat yang digunakan

M.PANDISABAYA (112022036)
35
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

1. Pesawat Theodolit 2. Statif

3. Roll Meter 4. Rambu Ukur

5. Payung 6. Patok

M.PANDISABAYA (112022036)
36
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

7. Kompas

4.6 Fungsi Alat


1. Pesawat Theodolit
Berfungsi melakukan pengukuran dan menentukan sudut. Pada umumnya,
alat ini berupa sebuah teleskop yang diposisikan pada suatu dasar berbentuk
pinggiran bulat yang bisa diputar – putar dan alat ini dikelilingi sumbu vercikal
yang dapat mudah dibaca sudut horizontal. Secara garis besar, theodolite adalah
salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah
dengan menggunakan sudut mendatar maupun sudut tegak pada permukaan
tanah.
Pada alat theodolite ini dalamnya memiliki perlengkapan yang sangat cangih
yaitu teropong, sehingga dapat dilihat ke segala arah. Seperti halnya pada
pekerjaan bangunan gedung, sering theodolit ini digunkan untuk menentukan
sudut siku – siku pada pekerjaan perencanaan pondasi.
2. Statif
Statif (kaki tiga) digunakan sebagai tumpuan dan pendiri alat yang bisa
disesuaikan tingginya sesuai dengan keadaan ditempat pengukuran.
3. Roll meter
Digunakan sebagai pengukur tinggi alat yang kemudian dijadikan acuan
untuk benang tengah rambu ukur.

M.PANDISABAYA (112022036)
37
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
4. Rambu ukur
Rambu ukur berfungsi sebagai penentu beda tinggi ataupun bisa berfungsi
sebagai pengukur jarak miring. Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi
empat panjang yang berukuran ± 3 – 4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm.
Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur
dilengkapi dengan ukuran milimeter (mm) dan diberi tanda bagian – bagiannya
dengan cat yang mencolok. Bak ukur di beri cat hitam dan merah dengan dasar
putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak silau.
5. Payung
Payung berfungsi untuk melindungi alat dari paparan sinar matahari
langsung maupun hujan karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap
sinar matahari.
6. Patok
Patok terbuat dari kayu dengan ujung runcing. berfungsi sebagai penanda titik
pengukuran.
7. Kompas
Dalam percobaan pengukuran menggunakan alat ukur theodolite, kompas
digunakan untuk mengukur arah utara 0o untuk menentukan titik pertamanya.
4.7 Rumus yang digunakan
 Jumlah Horizontal Angle

∑H = P2 + P3 + P4 + P1

 Correction Horizontal Angle

∑P = 180° (n+2)
∑ KH = ∑H - ∑P
∑ KH
K=
n

 After Correction Angle

αP–K

(Sudut sebelum koreksi – Koreksi)


M.PANDISABAYA (112022036)
38
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

 Azimuth

(α P1 + After Correction Angle) – 180°/540°


*Note : α1 < 540° ,Pembagian menggunakan 180

α1 > 540° ,Pembagian menggunakan 540


Lakukan secara berurutan hingga nilai azimuth akhir sama dengan nilai
azimuth awal.

 Distance

d = (BA – BB) X 100


 Absis

Sin α Azimuth P1 x d
Lakukan secara berurutan hingga titik P akhir.

 Correction Absis

∑ Absis¿ ¿

 Perhitungan Koordinat X (Easting)

Koordinat awal + Absis P2 – Koreksi Absis


Lakukan secara berurutan hingga nilai easting akhir sama dengan nilai
easting awal.

 Ordinate

Cos α Azimuth P1 x d
Lakukan secara berurutan hingga titik P akhir.

 Correction Ordinate

∑ Ordinate ¿ ¿

 Perhitungan Koordinat Y (Northing)


M.PANDISABAYA (112022036)
39
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Koordinat awal + Ordinate P2 – Koreksi Ordinate
Lakukan secara berurutan hingga nilai northing akhir sama dengan nilai
northing awal.

 Beda Tinggi Tanah (Difference In Levels)

Beda tinggi tanah = Cos (sudut vertikal P2) x Jarak P2


Lakukan secara berurutan hingga titik P akhir.

 Correction Beda Tinggi Tanah

∑ Beda Tinggi Tanah


n

 Tinggi Tanah (Elevation)

Elevation P2 = Tinggi tanah P1 + Beda tinggi P2 – Koreksi beda tinggi


Lakukan secara berurutan hingga nilai elevation akhir sama dengan nilai
elevation awal.

4.8 Langkah kerja


1. Tentukan titik patok dimana alat akan didirikan.
2. Tandai titik yang telah ditentukan menggunakan patok.
3. Lakukan proses centering dengan sumbu 1 vertikal dengan langkah – langkah
sebagai berikut :
a. Tancapkan 1 kaki statif dengan koko sedangkan 2 kaki lainnya diangkat
dan sambil ditahan dengan tangan..
b. Amati teropong centerng sehingga tepat berada ditengah – tengah garis
diagonal patok yang telah ditancapkan.
c. Lepaskan kedua kaki dan tancapkan dengan koko kemudian kunci kedua
kaki tersebut.
d. Ulangi lagi pengamatan pada teropong centering apabila belum tepat
berada ditengah – tengah patok maka lakukan pemasangan seperti langkah
awal kembali.
4. Lakukan proses sumbu 1 vertikal dengan langkah sebagai berikut :
a. Amati nivo kontak, apabila gelembung tidak berada tepat ditengah maka
M.PANDISABAYA (112022036)
40
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
lakukan pendeketan dengan mengatur kaki statif ( meninggikan atau
merendahkan ), sehingga gelembung udara pada nivo kontak berada tepat
ditengah – tengah
b. Lakukan pengaturan skrup A, B, C dengan langkah – langkah berikut ini :
1. Tempatkan gelombang nivo tabung berada sejajar dengan sekrup A, B
ketengah gelembung udara dengan memutar sekrup A dan B serentak
berlawanan arah hingga gelembung nivo tepat ditengah – tengah.
2. Putar alat theodolite sejauh 180°, sehingga tabng nivo masih sejajar dengan
sekrup A, B kemudian putar salah satu sekrup apabila gelembung masih belum
berada ditengah – tengah
3. Putar lagi alat theodolite sejauh 90°, sehingga nivo tabung tegak lurus terhadap
sekrup A, B, kemudian putar sekrup C hingga gelembung berada ditengah –
tengah.
4. Kemudian putar alat theodolite ke arah berlawanan untuk memastikan bahwa
alat sudah benar – benar datar dengan melihat apakah gelembung nivo masih
tetap ditengah atau tidak, apabila tidak ditengah maka ulangi lagi dari awal.

M.PANDISABAYA (112022036)
41
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

BAB V
PERHITUNGAN DATA THEODOLITE
DENAH LOKASI

M.PANDISABAYA (112022036)
42
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
5.2 Uraian Perhitungan Data
Uraian Perhitungan Sudut Horizontal
Titik P2 = 276°14'35"
Titik P3 = 235°47'55"
Titik P4 = 343°0'25"
Titik P1 = 225°37'0"
Desimal angel
P2= 2 7 6 + 1 4 / 6 0 + 3 5 / 3 6 0 0 = 2 7 6 , 2 4 3
P3=235+47/60+55/360=235,799
P4=343+0/60+25/3600=343,799
P1=225+37/60+0/3600=225,617
∑P =276,243+235,799+343,007+225,617
=1080,665
∑H =180x(4+2)=1080
∑KH = ∑H - ∑P
=1080,665-1080
=0,665
Uraian Perhitungan Correction Sudut Horizontal
∑KH
K=
n
-0,665
=
4
=0,16625

M.PANDISABAYA (112022036)
43
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Uraian Perhitungan Azimuth
α =90/4.60+15/3600
=90,071
Titik P2 = (α P1 + Sudut horizontal p2) - 180°
= (90,071 + 279,077) – 180°
= 186,148
Titik P3 = (α P2 + Sudut horizontal p3) - 180°
= (186,148 + 235,632) – 180°
= 241,780
Titik P4 = (α P3 + Sudut horizontal p4) - 180°
= (241,780 + 342,841) – 180°
= 44,620
Titik P5 = (α P4 + Sudut horizontal p1)- 180°
= (44,620 + 225,450) – 180°
= 90,071

M.PANDISABAYA (112022036)
44
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Uraian Perhitungan Distance (d)
d2 = (BA – BB) x 100
= (1,67– 1,45) x 100
= 22 m
d3 = (BA – BB) x 100
= (1,68 – 1,50) x 100
= 18m
d4 = (BA – BB) x 100
= (1,65 – 1,50) x 100
= 15m
d1 = (BA – BB) x 100
= (1,70 – 1,46) x 100
= 24 m

M.PANDISABAYA (112022036)
45
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Uraian Perhitungan Absis
P2 = Sin α Azimuth P1 x d2
= Sin 129°39'00" x 22
= 21,99998
P3 = Sin α Azimuth P2 x d3
= Sin 221°45'44,1" x 18
= -1,92761
P4 = Sin α Azimuth P3 x d4
= Sin 314°0'48,27" x 15
= -13,2171
P1 = Sin α Azimuth P5 x d1
= Sin 131°37'45,78" x 24
= 16,85777
∑Absis = (21,99998+ (-1,92761) + (-13,2171) + 16,857778)
= 23,711309

M.PANDISABAYA (112022036)
46
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Uraian Perhitungan Correction Absis
∑Absis
K=
n
23,71309
=
4
= 5,928273
Uraian Perhitungan Koordinat X (Easting)
Titik P2 = Titik P1 + Absis P2 – Koreksi absis
= 0 + 21,99998– (5,928273)
= 16,07171
Titik P3 = Titik P2 + Absis P3 – Koreksi absis
= 16,07171+ (-1,92761) – (5,928273)
= 8,215824
Titik P4 = Titik P3 + Absis P4 – Koreksi absis
= 8,215824+ (-13,2171) – (5,928273)
= -10,9295
Titik P1 = Titik P6 + Absis P1 – Koreksi absis
= -10,9295 + 16,85778 – (5,928273)
=0

M.PANDISABAYA (112022036)
47
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Uraian Perhitungan Ordinate
Titik P2 = Cos α Azimuth P1 x d2
= Cos 186,148 x 22
= -0,02719804
Titik P3 = Cos α Azimuth P2 x d3
= Cos 241,780 x 18
= -17,89648888
Titik P4 = Cos α Azimuth P3 x d4
= Cos 44,620 x 15
= -7,09290757
Titik P1 = Cos α Azimuth P6 x d1
= Cos 90,071 x 24
= 17,0826
∑Ordinate = -0,02719804+(-17,89648888)+ (-7,09290757)+ 17,0826
= -7934

M.PANDISABAYA (112022036)
48
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Uraian Perhitungan Correction Ordinate
∑Ordinate
K=
n
−7,934

=
4
= -1,9835
Uraian Perhitungan Koordinat Y (Northing)
Titik P2 = Titik P1 + Ordinate P2 – Koreksi ordinate
= 0 + (-0,02719804) – (-1,9835)
= -1,956
Titik P3 = Titik P2 + Ordinate P3 – Koreksi ordinate
= (-1,9835) + (-17,8964888) – (-1,9835)
= -13,967
Titik P4 = Titik P3 + Ordinate P4 – Koreksi ordinate
= (-13,967) + (-7,09290757) – (-1,9835)
= -19,066
Titik P1 = Titik P6 + Ordinate P1 – Koreksi ordinate
= -19,066 + 17,0826 – (-1,9835)
=0

M.PANDISABAYA (112022036)
49
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Uraian Perhitungan Beda Tinggi Tanah (Difference In Levels)
Titik P2 = Cos (sudut vertikal P2) x d2
= Cos 89°40'55" x 22
= 0,122124
Titik P3 = Cos (sudut vertikal P3) x d3
= Cos 90°9`55" x 15
= -0,05192
Titik P4 = Cos (sudut vertikal P4) x d4
= Cos 90°13'50" x 18
= -0,06036
Titik P1 = Cos (sudut vertikal P1) x d1
= Cos 89°57'15" x 24
= 0,019199
∑Beda Tinggi Tanah = (0,122124 + (-0,05192) + (-0,06036) + 0,019199)
= 0,02904

M.PANDISABAYA (112022036)
50
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
Uraian Perhitungan Correction Beda Tinggi Tanah
∑Beda Tinggi Tanah
K=
n
0,02904
=
4
= 0,00726
Uraian Perhitungan Tinggi Tanah (22,000)
Titik P2 = Titik awal + Beda tinggi P2 – Koreksi beda tinggi
= 22,000 + 0,122124 – 0,00726
= 22,11486
Titik P3 = Titik P2 + Beda tinggi P3 – Koreksi beda tinggi
= 22,11486 +(-0,05192) – 0,00726
= 22,05568
Titik P4 = Titik P3 + Beda tinggi P4 – Koreksi beda tinggi
= 20,05568 + (-0,06036) – 0,00726
= 21,98806
Titik P1 = Titik P6 + Beda tinggi P1 – Koreksi beda tinggi
= 21,98806 + 0,019199 – 0,00726
= 22,000

M.PANDISABAYA (112022036)
51
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.PANDISABAYA (112022036)
52
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.PANDISABAYA (112022036)
53
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.PANDISABAYA (112022036)
54
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.PANDISABAYA (112022036)
55
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ilmu ukur tanah dengan menggunakan alat
ukur Theodolite ini ialah sama dengan melakukan praktikum
menggunakan alat ukur Waterpass namun alat ukur Theodolite ini mampu
mengukur sudut horizontal dan vertikal sehingga cakupan pekerjaan yang
bisa dilakukan oleh instrumen ini lebih banyak dibanding dengan
Waterpass.
2. Saran
Dalam melakukan praktikum Theodolite kami sarankan agar centring
dilakukan dengan benar dan teliti supaya data yang diperoleh benar.
Pastikan nivo sudah berada ditengah tengah/ sejajar dengan titik untuk
memperoleh hasil perhitungan yang konkrit. Serta pastikan hasil vertical
dan horizontal sudah sesuai karena kebanyakan dari praktikan mengulang
untuk mencari hasil vertical horizontal sebab kurang teliti dengan hasil
yang diperolehnya.

M.PANDISABAYA (112022036)
56
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9872119/laporan_poraktikum_ilmu_ukur_tanah

https://id.scribd.com/document/337528180/Laporan-Praktikum-Iut-Fix-Waterpass

https://images.app.goo.gl/k61t4xk2MtkuhMdw7

https://images.app.goo.gl/cJPoG5kwyf7tDsRR6

https://images.app.goo.gl/KMEPckTKGBMvbMnR9

https://images.app.goo.gl/qA56nKBjUmj6KoJd6

https://fungsialat.blogspot.com/2016/06/fungsi-alat-ukur-waterpass.html

https://arafuru.com/sipil/cara-menggunakan-waterpass-untuk-pemula.html

https://www.academia.edu/37995440/LAPORAN_theodolite_klmpk

https://images.app.goo.gl/pB4LuR83pk5QaJ8bA

https://seputartugaskuliah.wordpress.com/2017/11/22/bagian-bagian-theodolite/

https://oif.umsu.ac.id/2019/07/tata-cara-penggunaan-theodolit/

M.PANDISABAYA (112022036)
57
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.PANDISABAYA (112022036)
58
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Talang Banten, Kampus B, 13 Ulu Palembang 30263

M.PANDISABAYA (112022036)
59

Anda mungkin juga menyukai