Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PENELITIAN

STUDY PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN JENIS TANAH


TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN
DI KELURAHAN MASALE, PANAKKUKANG MAKASSAR

OLEH
BAYU AJI PRATAMA (03120150002)
ABDUL SYUKUR M. (03120150003)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN INTERNAL UMI

1. Judul Penelitian : Studi pengaruh pembangunan infrastruktur dan


jenis
Tanah trehadap limpasan permukaan di kota
Makassar.
2. Bidang Ilmu : Teknik Sipil
3. Ketua Peneliti
a. Nama lengkap : Arifuddin Karim
b. NIDN : 0912116102
c. Golongan / pangkat : Penata TK.I / III.d
d. Jabatan Fungsional :Lektor
e. Jabatan structural : -
f. Nomor Hp : 0813 5464 1563
g. Fakultas / Jurusan : Teknik / Sipil
h. Alamat kantor : Jln. Uripsumoharjo KM.05, Makassar
i. Telpon/Fax : 0411-443685
4. Jumlah Anggota Peneliti : 3 orang
a. Nama Anggota I : Arifuddin Karim
b. Nama Anggota II : Alimallombasi
c. Nama Anggota III : Mas’ud.SAR
5. Lokasi Penelitian : Kota Makassar
6. Sumber Biaya Penelitian : LP2S – UMI
Makassar, 17 Oktober 2018
Mengetahui :
Dekan Fakultas Teknik Ketua Peneliti

Ir. H. Mukhtar Thahir Syarkawi, MT Arifuddin Karim


NIPS/NIDN :103910475/0928086003 NIPS/NIDN:03860201/0912116102

Mengetahu
Ketua LP2S

Prof. DR. H. Syahnur Said,M.s


NIPS: 102860190
i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN INTERNAL UMI ....................... i


DAFTAR TABEL ............................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii
RINGKASAN ................................................................................................................ iv
PRAKATA ................................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 2

BAB II TINJUAN PUSTAKA ............................................................................ 3


A. Limpasan Permukaan ............................................................................ 3
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Limpasan Permukaan ................... 3
C. Rancangan Limpasan .............................................................................. 5
D. Metode Pendugaan Limpasan Permukaan .............................................. 6
E. Volume Dan Laju Limpasan Permukaan (Lp) ....................................... 7
F. Penggunaan Lahan .................................................................................. 7
G. Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat ........................................................ 8
H. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 9
I. Metode Regresi Linier ........................................................................... 9
J. Koefisien Korelasi .................................................................................. 11
K. Perhitungan Debit Limpasan .................................................................. 12

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 13

A. Metode Pendekatan ................................................................................ 13


B. Bagan alir penelitian .............................................................................. 13
C. Metode survey lapangan ........................................................................ 14
D. Pengambilan sampel dilapangan dan uji laboratorium ........................... 15

ii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 18
4.1 Analisa besarang limpasan ............................................................. 20
4.2 Analisa tinggi genangan terbuka .................................................... 21
4.3 Analisa tinggi genangan tertutup ................................................... 21
4.4 Persentase distribusi limpasan........................................................ 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 24


A. Kesimpulan ............................................................................................. 24
B. Saran ....................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 25

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Kota Makassar ……………………………………………… 15


Gambar 2.2. Peta Kecamatan di Kota Makassar ………………………………. 16
Gambar 2.3. Peta Lahan Boulevard …………………………………………… 17
Gambar 4.1. Luas Peta Wilayah ………………………………………………. 23
Gambar 4.2. Besaran Nilai Debit Limpasan ………………………………….. 23

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Data Tanah Terhadap Wilayah ……………………………… 18


Tabel 4.2. Persentase Luasan Wilayah Limpasan …………………………….. 19
Tabel 4.3. Debit Limpasan Terhadap Luas Wilayah ………………………….. 20
Tabel 4.4. Tinggi Genangan Terjadi Terhadap Seluruh Wilayah ……………... 21
Tabel 4.5. Persentase Distribusi Debit Limpasan Tiap Wilayah Kecamatan ….. 22

v
RINGKASAN

Kota Makassar dengan luas 175,770 Km2 yang terbagi dalam 14 (empat belas) wilayah
Kecamatan, 40% atau 6 kecamatan yang mengalami genangan air pada saat musim hujan
terjadi.
Seberapa besar genangan air yang terjadi pada setiap musim hujan merupakan pertanyaan
yang harus terjawab agar dalam menyelesaikan genangan air di Kota Makassar dapat di
buat alternative penyelesaian.
Dalam penelitian ini mengambil sampel 1 kecamatan sebagai dasar untuk menyatakan
besar gengan yang terjadi, yaitu kecamatan Panakkukang dengan luas wilayah 17,05
Km2, Luas areal yang tertutup sebesar 11,75 km2, besar limpasan yang terjadi sebagai
akibat dari terbangunnya infrastruktu dan jenis tanah di kecamatan Panakkukang adalah
277,533,500 m3.
Kata kunci : jenis tanah, limpasan, infrastruktur.

vi
PRA KATA

Segala puji bagi Allah SWT, atas segala nikmat yang diberikan serta salam dan

sholawat kita haturkan pada Nabi dan Rasullullah Muhammad SAW, sehingga peneliti

mampu melaksanakan / menyelesaikan tugas ini dengan sehat walafiat.

Dalam melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini terdapat beberapa

hambatan yang di dapat, namun demikian atas kesadaran dan kesungguhan serta tekad

yang kuat sehingga tugas ini dapat dirampungkan, sangat disadari bahwa kesempurnaan

dari penelitian ini masih jauh dari harapan.

Saran dan kritik dari bebrbagai pihak tentunya sangat di harapkan, untuk itu kami

haturkan banyak terima kasih .

Makassar, Desember 2018

Peneliti.

Ir. Arifuddin Karim, MSc.

vii
STUDY PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR dan JENIS TANAH
TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA MAKASSAR

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Karakteristik tanah, topografi dan tutupan lahan merupakan faktor yang

paling penting untuk mengontrol proses limpasan curah hujan pada skala

kejadian banjir tunggal untuk wilayah sungai, (Miller et al., 2002).

Penggunaan lahan / perubahan tutupan lahan (LULC) mempengaruhi

respon hidrologi dan menjadi topik yang menonjol dari penelitian dalam

beberapa tahun terakhir (Amini et al, 2011;.. Chen et al, 2009;. Fox et al,

2012), perubahan penggunaan lahan menyebabkan perubahan sifat bio fisik

suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat perubahan penggunaan lahan,

Sucipto (2008) dalam penelitiannya di kawasan DAS Kaligarang, hal yang

sama juga disampaikan oleh Setyowati (2010) melakukan penelitian

pengaruh alih fungsi lahan di Daerah DAS Kreo terhadap kondisi limpasan

atau run off. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa secara umum di DAS

Kreo terjadi kecenderungan perubahan penggunaan lahan berupa

peningkatan kawasan permukiman dan perkebunan, yang mengakibatkan

peningkatan limpasan permukaan, sehingga dalam beberapa tahun akan

terjadi peningkatan debit maksimum aliran sungai. (Alif Noor Anna,2014).

Kota Makassar saat ini dengan fakta yang ada bahwa, hujan yang

berdurasi lebih besar dari 2 jam sudah menimbulkan genangan diberbagai

tempat (kelurahan/kecamatan), sekalipun dapat dipastikan bahwa banyak

hal yang mempengaruhi hal tersebut antara lain : banyaknya sampah yang

dapat menyumbat drainase, adanya sedimen, kapasitas drainase yang sudah

tidak mampu mengalirkan air, pengaruh pasang surut dan lain-lain.

1
Limpasan permukaan juga sangat dipengaruhi oleh besarnya infiltrasi

yang terjadi semakin banyak air terinfiltrasi tentunya limpasan permukaan

semakin kecil, namun demikian jenis tanah yang mampu mengantar air

punya keterbatasan karena sifat tanah yang dimilikinya. Lapisan tanah

disetiap tempat tidak selalu sama oleh karenanya limpasan permukaan di

setiap tempat juga sangat berbeda

B. Rumusan Masalah
a. Seberapa luas lahan (bangunan infrastruktur) yang tertutupi dan tidak
mampu mengalirkan air ke dalam tanah (infiltrasi).
b. Sejauh mana karakteristik tanah pada lokasi penelitian.

C. Batasan Masalah
Penelitian ini agar terarah sesuai dengan tujuan yang ingin di capai maka,
peneliti membuat batasan sebagai berikut :
a. Lahan / lokasi yang dimaksudkan adalah penutupan lahan yang akan
terjadi infiltrasi, seperti jalan dan Pasilitas umum (Pasum).
b. Pemeriksaan sampel tanah yang dilakukan di laboratorim, untuk
mendapatkan karakteristik tanah pada daerah yang tergenang

D. Tujuan Penelitian
a. Pemetaan lahan yang tertutupi oleh infrastruktur baik yang sdh ada
maupun yang akan dikembangkan.
b. Pemetaan karakteristik tanah khususnya pada daerah (kelurahan/
kecamatan) yang tergenang air akibat hujan.

E. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini mampu membuat peta pembangunan infrastruktur
yang berdampak pada genangan air di kota Makassar, dan membuat peta
karakteristik tanah pada daerah yang tergenang di saat hujan berlangsung
atau sesaat setelah hujan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Limpasan Permukaan

Limpasan permukaan atau aliran permukaan adalah bagian dari curah hujan

yang mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut partikel-partikel tanah.

Limpasan terjadi karena intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi

kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi air akan mengisi cekungan-

cekungan pada permukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan tersebut penuh,

selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah (surface run –

off). Jika aliran air terjadi di bawah permukaan tanah disebut juga sebagai aliran di

bawah permukaan dan jika yang terjadi adalah aliran yang berada di lapisan

equifer (air tanah), maka disebut aliran air tanah. Air limpasan permukaan di

bedakan menjadi: sheet dan rill surface run-of akan tetapi jika aliran air tersebut

sudah masuk ke sistem saluran air atau kali, maka disebut sebagai stream flow

run-off. Limpasan permukaan akan terjadi apabila syarat-syarat terjadi

terpenuhinya limpasan permukaan adalah :

1. Terjadi hujan atau pemberian air ke permukaan

2. Intensitas hujan lebih besar dari pada laju dan kapasitas infiltrasi tanah dan

Topografi

3. topografi dan kelerengan tanah memungkinkan untuk terjadinya aliran air

di atas permukaan tanah.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Limpasan Permukaan

Limpasan permukaan sangat berhubungan dengan infiltrasi, oleh karna itu

dengan memahami proses terjadinya4 limpasan permukaan, factor yang

berpengaruh, akan bisa dilakukan analisias limpasan permukaan serta kaitanya

dengan erosi dan sedimentasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi juga


3
akan mempengaruhui limpasan permukaan. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh jenis

tanah, kondisi permukaan tanah, tekstur dan struktur tanah, kandungan bahan

organik, kepadatan tanah, kedalaman solum tanah, kadar air awal tanah dan tipe

hujan yang terjadi atau cara pemberian air irigasi, untuk lahan beririgasi.

Menurut Sosradarsono dan Takeda (1978:135) (dalam Ziliwu 2000:12)

mengemukakan bahwa: "Limpasan permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan

melampaui laju infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi

cekungan atau depresi pada permukaan tanah". Setelah pengisian selesai maka air

akan mengalir dengan bebas dipermukaan tanah. Faktor-faktor yang

mempengaruhi limpasan permukaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu elemen

meteorologi dan elemen sifat fisik daerah pengaliran

Elemen meteorologi meliputi jenis presipitasi, intensitas hujan, durasi hujan,

dan distribusi hujan dalam daerah pengaliran, sedangkan elemen sifat fisik daerah

pengaliran meliputi tata guna lahan (land use ), jenis tanah dan kondisi topografi

daerah pengaliran (catchment ). Elemen sifat fisik dapat dikategorikan sebagai

aspek statis sedangkan elemen meteorologi merupakan aspek dinamis yang dapat

berubah terhadap waktu, adapun faktor - faktor yang mempengaruhi limpasan

permukaan sebagai berikut :

1. Hujan

Hujan, yang meliputi tipe, lama, intensitas dan sebaran hujan sangat

menentukan limpasan permukaan yang terjadi di suatu daerah aliran sungai

(DAS) jumlah (volume) dan debit limpasan yang terjadi di suatu DAS sangat

berkaitan dengan intensitas dan lamanya hujan yang terjadi di DAS yang

bersangkutan.

2. Laju dan kapasitas Infiltrasi Tanah

Menurut Mawardi (2012:131) Laju dan kapasitas infiltrasi dapat di

4
tentukan menggunakan metode percobaan lapangan (langsung) menggunakan

infiltrometter, atau dapat di perkirahkan menurut rumus empiris yang telah

ada seperti rumus empiris yang sudah dikembangkan.

3. Distribusi Curah Hujan

Faktor ini mempengaruhi hubungan antara hujan dan derah pengaliran

suatu volume hujan tertetu yang tersebar merata diseluruh daerah aliran

intensitasnya akan berkurang apabila curah hujan sebagian saja dari daerah

aliran, dan menyebabkan terjadinya aliran permukaan lambat.

4. Kondisi Pengunaan Lahan

Aliran permukaan sangat dipengaruhi oleh kondisi pengunaan tanah

dalam daerah pengaliran. Daerah hutan yang ditutupi tumbuhan yang lebat

adalah sulit terjadi aliran permukaan karna besarnya intersepsi, evaporasi,

transpirasi dan perkolasi. Jika daerah ini dijadikan derah pembangunan dan

dikosongkan, maka kesempatan untuk infiltrasi semakin kecil sehingga dapat

memperbesar aliran permukaan.

5. Luas Daerah Pengaliran

Luas daerah pengaliran berpengaruh pada aliran permukaan, makin luas

daerah pengaliran maka waktu airan permukaan untuk mencapai titik

pengukuran semakin lama.

C. Rancangan Limpasan

Laju limpasan permukaan rancangan RPL merupakan laju limpasan

permukaan maksimum yang mungkin terjadi dapat diperhatikan berdasarkan

curah hujan dan durasi, intensitas dan masa ulang (recurrence period ) tertentu.

5
Nilai limpasan permukaan ini sangat bermamfaat untuk dasar perencanaan

bangunan, pelimbah dan lain-lain pada umunya bangunan-bangunan tersebut di

rancang (design) untuk mencapai umur teknik tertentu dan mampu bertahan untuk

kejadian hujan atau banjir dengan masa ulang tertentu.

D. Metode Pendugaan Limpasan Permukaan

Pendugaan limpasan permukaan terdiri dari tiga hal, pertama tergantung pada

jumlah air hujan per satuan waktu (intensitas maksimum). Kedua bergantung pada

curah hujan tersebut yang menjadi limpasan permukaan (nilai faktor limpasan).

Besarnya nilai faktor ini selain tergantung pada topografi terutatama kemiringan

lereng dan tekstur tanah, juga bergantung pada tipe penutup tanah serta

pengelolahanya. Selain itu besarnya debit permukaan di tentukan oleh faktor yang

ketiga adalah luas areal tangkapan. Dalam pendugaan laju puncak limpasan di

gunakan metode rasional.

Salah satu metode menghitung debit puncak maksimum Limpasan

Permukaan yang telah di kemukakan oleh soil conservation servis (SCS) atau

lebih dikenal dengan bilangan kurva merupakan metode memperhitungkan

volume limpasan permukaan yang telah dibuat model pemogramanya

komputernya SCS TR 20 SCS –TR 55 (Soil Conservation Servis TR 20 dan Soil

Conservatioan Servis –TR 55) merupakan bagian dari aplikasi komputer yang

menghitung laju limpasasan permukaan rancangan untuk mengetahui limpasan

permukaan tersebut dan mengolahya melalui aplikasi komputer yang

mempermuda pengolahan datanya.

6
Model ini sesuai dengan memperediksi debit puncak LP untuk DAS daerah

pertanian maupun perkotaan dengan luas kurang dari 900 ha, kelerengan rata-rata

sama atau lebih besar dari 0,5 %, mempunyai satu sistem aliran (sungai) dengan

dua anak sungai yang mempunyai masa konsentrasi yang jauh berbeda antar

keduanya. Limpasan Permukaan Rancangan (LPR) merupakan laju limpasan

permukaan yang mungkin terjadi yang diperhitungkan berdasarkan hujan dan

durasi, intensitas dan masa ulang hujan tertentu.

E. Volume Dan Laju Limpasan Permukaan (Lp)

Penentuan besarnya (volume) dan laju limpasan permukaan bisa dilakukan

dengan berbagai metode, antara lain :

1. Metode pengukuran langsung di lapangan : menggunakan plot percobaan

dilapangan (berlaku lokal), dan mengamati hasil limpasan permukaan di

outletnya, saluran pembuagan air (SPA)

2. Prediksi laju limpasan permukaan mengunakan rumus atau metode

rasional: metode soil conservation server (SCS) dan metode lainya,

metode-metode tersebut bisa di gunakan untuk prediksi dalam unit

hidrologi yang luas tanpa harus melakukan pengukuran langsung,

menggunakan data hujan dan sifst fisik hidrologi yang tersedia di das yang

bersangkutan.

F. Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan berpengaruh terhadap koefisien aliran

permukaan, semakin besar aliran permukaanya. Semakin besar perubahan

penggunaan lahan, misalnya perubahan dari hutan menuju perladangan, semakin

besar pula terhadap perubahan yang terjadi pada aliran mengemukakan bahwa

7
pengurangan 10% vegetasi pinus dan ekaliptus akan menaikan aliran permukaan

rata-rata sebesar 40mm, dan pengurangan semak akan menaikan aliran permukaan

rata - rata sebesar 10 mm.

G. Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat

Tindakan campur tangan manusia merupakan faktor yang sangat penting

terhadap permukaan. Kegiatan-kegiatan masyarakat tersebut berkaitan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi tejadinya erosi.

Menurut Ishak, bahwa (dalam Lihawa, 2011:1). "Laju kehilangan massa

tanah yang terjadi di lahan pertanian berdsarkan hasil simulasi adalah sangat

tinggi, terutama dipicu oleh aktivitas manusia melalui pengolahan tanah dan

tanaman pada lahan dengan kemiringan lereng 3 - 15%."

Perilaku manusia terhadap pengolahan lingkungan dipengaruhi oleh faktor

sosial ekonomi masyarakat, faktor sosial ekonomi masyarakat yang berpengaruh

terhadap tindakan manusia dalam pengolahan tanah adalah tingkat pendidikan dan

pendapatan, tingkat pendididkan yang rendah dapat menyebabkan rendahnya

pemahaman masyarakat tentang teknik pengolahan lahan yang ramah lingkungan

dan tingkat pendapatan yang rendah dapat memicu terjadinya pembukaan lahan

guna meningkatkan pendapatan. Diperoleh bahwa faktor yang berpengaruh

terhdap prilaku penebangan hutan adalah tingkat pendidikan dan selanjutnya akan

di pengaruhi oleh tingkat pendapatan kebutuhan luas lahan, dan kayu. Bahwa

faktor-faktor yang mempegaruhi kesadaran lingkungan adalah ketidaktahuaan,

kemiskinan, dan faktor gaya hidup.

8
H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah Terdapat pengaruh limpasan

permukaan terhadap imvrastruktur di kota makassar yaitu :

1. Gedung (perumahan)

2. Jalan (jalan beraspal atau jalan beton)

3. Lahan parkir (tertutup lapisan beton atau peping blok)

I. Metode Regresi Linier


1. Regresi linier sederhana, metode prediksi regresi linier sederhana dilakukan
dengan cara membentuk persamaan regresi agar dapat melakukan simulasi
memprediksi total hujan bulanan di Stasiun Meteorologi, persamaan yang
digunakan (Nazir, 2003) adalah sebagai berikut:
Y = A + BX ………………………………………… (.1 )

Dengan:

Y = variabel yang diduga (predictant/dependent),

A = konstanta,

B = koefisien regresi,dan

X = variabel penduga (predictor /independent).

Koefisien A dan B pada persamaan di atas dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut:

………… ………… (2)

Dan

9
A = Ymean - B*Xmean

Dimana :

X = data suhu udara (kelembapan udara);

Y = data total hujan (mm); dan n = banyakdata.

2. Regresi Linier Berganda

Metode prediksi regresi linier berganda ini dilakukan dengan cara membentuk

persamaan regresi yang digunakan untuk melakukan simulasi prediksi total hujan

bulanan menggunakan lebih dari dari satu variable independen. Hasil prediksi total

hujan bulanan menggunakan metode ini dibandingkan dengan prediksi total hujan

bulanan menggunakan regresi linier sederhana sehingga dapat terlihat hasil

prediksi yang lebih baik setelah dicocokkan dengan data observasi. Adapun

persamaan umum (Usman dan Akbar, 2000) metode ini adalah sebagai berikut:

Y = Bo + B1X1 + B2X2 + ….. + BkXK ………………. (4.3)

Dimana :

Bo = konstanta;

B1, B2, ….. Bk = koefisien variabel

X1, X2,...., Xk; Y = variable yang diduga (variabel dependen); dan Xi = variabel

penduga (variabel independen).

Untuk analisis dengan metode regresi dibedakan dua jenis variabel ialah

variable bebas (independent) atau variabel prediktor dan variabel tidak bebas

(dependent) atau variable respon. Variabel bebas merupakan variable yang dapat

mempengaruhi varibel tidak bebas atau variabel yang dapat memprediksi harga

variabel tidak bebas. Variabel ini dinyatakan dengan X1, X2, ..., Xk. Sedangkan

variabel tidak bebas merupakan variabel yang terjadi karena variable bebas atau

variabel yang mencerminkan respon dari variabel bebas, dinyatakan dengan Y

10
(Sudjana, 1995). Dalam tulisan ini variabel bebas (independent) atau prediktor

adalah suhu udara dan kelembapan udara, sedangkan variabel tidak bebas

(dependent) atau variabel respon adalah total hujan. Proses pembuatan prakiraan

ada dua tahap, tahap pertama membuat persamaan regresi untuk tiap bulan

berdasarkan bulan yang sama selama 27 tahun dari tahun 1981 - 2007 dan tahap

kedua memprediksi total hujan bulan dengan memberikan nilai variabel penduga

(prediktor) pada persamaan regresi yang dibuat. Dalam penginputan data prediktor

pada masing-masing persamaan regresi digunakan perbedaan waktu (timelag) 1

(satu) bulan dengan prediktan.

J. Koefisien Korelasi
Nilai koefisien korelasi Pearson (Trihendradi, 2005) digunakan untuk menentukan
besarnya hubungan atau kedekatan antara total hujan yang telah diprediksi dengan total
hujan actual yang terjadi. Dalam hal ini kedekatan yang dicari adalah besarnya nilai
prediksi dengan menggunakan prediktor mana diantara suhu atau kelembapan udara
atau suhu dan kelembapan udara yang paling baik. Kuat tidaknya hubungan (Prihatini
dkk, 2000) antara prediksi total hujan bulanan dengan total hujan observasinya dapat
diukur dengan suatu nilai yang disebut dengan koefisien korelasi. Nilai koefisien
korelasi ini paling sedikit -1 dan paling besar 1. Jadi r = koefisien korelasi, dapat
dinyatakan sebagai berikut:
1. Jika harga r mendekati +1, berarti hubungan antara total hujan bulanan yang

diprediksi dengan total hujan bulanan observasinya sangat kuat dan positif.

2. Jika harga r mendekati -1, berarti hubungan antara total hujan bulanan yang

diprediksi dengan total hujan bulanan observasinya sangat kuat dan negatif.

3. Jika harga r mendekati +0.5 atau -0.5 , berarti hubungan antara total hujan

bulanan yang diprediksi dengan total hujan bulanan observasinya dianggap

cukup kuat.

11
4. Jika harga r lebih kecil dari +0.5 atau lebih besar dari -0.5, berarti hubungan

antara total hujan bulanan yang diprediksi dengan total hujan bulanan

observasinya dianggap lemah.

Untuk Validasi hasil prakiraan dengan menggunakan koefisien korelasi, semakin kuat

korelasi maka semakin baik hasil validasi berarti semakin tinggi tingkat akurasi

prakiraan.

K. Perhitungan Debit Limpasan


Suripin (2004) dijelaskan penggunaan Metode Rasional pada daerah pengaliran
dengan beberapa sub daerah pengaliran dapat dilakukan dengan pendekatan nilai C
gabungan atau C rata-rata dan intensitas hujan dihitung berdasarkan waktu
konsentrasi yang terpanjang.

Q = 0,278 . C . I . A ……….………………………… (2)

Dimana :

Q : debit puncak limpasan permukaan (m3/det).

C : angka pengaliran (tanpa dimensi).

A : luas daerah pengaliran (Km2).

I : intensitas curah hujan (mm/jam).

Metode Rasional di atas dikembangkan berdasarkan asumsi sebagai berikut:

a. Hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah

pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (t.) daerah pengaliran.

b. .Periode ulang debit sama dengan periode ulang hujan.

Koefisien pengaliran dari daerah pengaliran yang sama adalah tetap untuk berbagai

periode ulang

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Pendekatan
Dalam penyusunan penelitian ini digunakan beberapa metode pendekatan yang
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada antara lain :
a. Metode penetapan lokasi, dimaksudkan untuk memilih lokasi yang tepat untuk
menjawab permasalahan terkait dengan topografi dan lingkungan,
b. Metode survey lapangan dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran dari data-
data yang dikumpulkan seperti data tanah, hidrologi, penggunaan lahan.
c. Metode analisis kuantitatif yaitu analisis terkait dengan pengaruh perubahan
lahan terhadap nilai kooefisien aliran.
d. Metode statistic dalam menganalisis pengaruh komponen cuaca terhadap
hujan.
B. Bagan alir penelitian :

STAR

Pengumpulan data
sekunder

Telah penelitian
terdahulu

Survey lapangan dan


pengambilan sampel

13
A

Pemeriksaan sampel di
laboratorium

Analisis hasil
laboratorium dan hasil
survey

Penyusunan Laporan
penelitian

STOP

C. Metode survey lapangan

Dilakukan untuk mengetahui hasil interpretasi yang meliputi jenis penggunaan

lahan, identifikasi kondisi geologi, tanah, hidrologi, dan morfologi lereng. Metode

analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan lahan

terhadap nilai koefisien aliran. Metode analisis deskriptif komparatif dilakukan untuk

mengetahui adanya pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik DAS

yang dikuantifikasikan dengan nilai koefisien aliran DAS dan karakteristik hidrologi

yang meliputi koefisien regim sungai dan koefisien aliran tahunan.

14
D. Pengambilan sampel dilapangan dan uji laboratorium.

Sampel tanah diambil dilapangan diharapkan mampu terwakili oleh lokasi yang

sudah ditetapkan sebagai daerah tergenang air, dengan demikian maka langkah yang

dilakukan adalah :

a. Pengambilan sampel tanah dilapangan dilakukan dengan menggunakan


metode bor, diharapkan sampel tersebut dapat dilakukan minimal pada
kedalaman : 20 cm, 60cm dan 1,50 meter.
b. Sampel tanah yang diambil pada setiap lokasi minimal 3 sampel, tergantung
pada luas daerah tergenang akibat hujan.
c. Pemeriksaan karakteristik tanah di laboratorium meliputi : Kadar air, analisa
butir, konsistensi, koefisien permeability dan kerapatan tanah.

Gambar 1. Peta Lahan Kota Makassar

15
Gambar 2. Lahan Per Kecamatan Kota Makassar

16
gambar 3. Peta lahan boulevard

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini ada beberapa hasil yang di dapat sebagai berikut :
1. Hasil luas pemetaan lokasi limpasan berdasarkan luas wilayah kecamatan yang
berada di Makassar.
2. Hasil pemeriksaan tanah terhadap luasan wilayah kecamatan di Makassar.

Table 4.1 hasil data tanah terhadap wilayah


PARAMETER TANAH
kerapatan tanah ( permeability (K)
NO LOKASI (gr/cm3) (cm/detik)

1 BIRINGKANAYA 1.53 4×10-6


2 BONTOALA 1.55 4×10-5
3 MAKASSAR 1.68 4×10-6
4 MAMAJANG 1.61 5×10-4
5 MANGGALA 1.57 5×10-5
6 MARISO 1.76 4×10-4
7 PANAKUKANG 1.64 4×10-6
8 RAPPOCINI 1.73 4×10-6
9 TALLO 1.69 5×10-6
10 TAMALANREA 1.53 4×10-4
11 TAMALATE 1.66 5×10-5
12 UJUNG PANDANG 1.62 5×10-6
13 UJUNG TANAH 1.58 4×10-6
14
WAJO 1.67 4×10-6

18
Table 4.2 persentase luasan wilayah limpasan
KONDISI LAHAN
NO KECAMATAN LUAS % LUAS KOTA
TERBUKA TERUTUP
(%) (%)

1 Biringkanaya 4822 ha 22.70 77.30 27,43


2 Bontoala 210 ha 9.10 90.90 1,19
3 Makassar 252 ha 8.67 91.33 1,43
4 Mamajang 225 ha 6.12 93.88 1,28
5 Manggala 2414 ha 52.77 47.23 13,73
6 Mariso 182 ha 18.58 81.42 1,04
7 Panakkukang 1705 ha 31.09 68.91 9,70
8 Rappocini 923 ha 11.84 88.16 5,25
9 Tallo 583 ha 48.12 51.88 3,32
10 Tamalanrea 3184 ha 68.72 31.28 18,11
11 Tamalate 2021 ha 61.69 38.31 11,50
12 Ujung Pandang 263 ha 6.33 93.63 1,50
13 Ujung Tanah 594 ha 14.06 85.94 3,38
14 Wajo 199 ha 5.83 94.17 1,13

19
Tabel 4.3 Debit limpasan terhadap luas wilayah.
KONDISI LAHAN KOEF. LIMPASAN DEBIT LIIMPASAN
NO KECAMATAN I. HUJAN
TERBUKA TERUTUP TRBK TRTP TRBK TRTP
RATA-RATA
(ha) (ha) (mm/jam) (m3/jam) (m3/jam)
1094
1 Biringkanaya 31.7 0,1 0,7 34679800 827243200
3728
19
2 Bontoala 31.7 0,1 0,7 602300 42382900
191
22
3 Makassar 31.7 0,1 0,7 697400 51037000
230
14
4 Mamajang 31.7 0,1 0,7 443800 46820900
211
1274
5 Manggala 31.7 0,1 0,7 40385800 252966000
1140
34
6 Mariso 31.7 0,1 0,7 1077800 32841200
148
530
7 Panakkukang 31.7 0,1 0,7 16801000 260732500
1175
109
8 Rappocini 31.7 0,1 0,7 3455300 180626600
814
281
9 Tallo 31.7 0,1 0,7 8907700 67013800
302
2188
10 Tamalanrea 31.7 0,1 0,7 69359600 221012400
996
1247
11 Tamalate 31.7 0,1 0,7 39529900 171750600
774
17
12 Uj.Pandang 31.7 0,1 0,7 538900 54587400
246
84
13 Uj.Tanah 31.7 0,1 0,7 2662800 113169000
510
12
14 Wajo 31.7 0,1 0,7 380400 41495300
187

4.1 berdasarkan analisa besaran limpasan yang terjadi dari 14


wilayah, yang terbesar biring kanayya mencapai Debit limpasan
yang terbuka (34679800 m3/jam) dengan luasan 1094 ha dan yang tertutup
(827243200m3/jam) dengan luasan 3728 ha.

20
Table 4.4 tinggi genangan terjadi terhadap seluru wilayah
Tinggi Genangan

NO LOKASI Terbuka Tertutup


(m) (m)
3.17 22.19
1 BIRINGKANAYA
3.17 22.19
2 BONTOALA
3.17 22.19
3 MAKASSAR
3.17 22.19
4 MAMAJANG
3.17 22.19
5 MANGGALA
3.17 22.19
6 MARISO
3.17 22.19
7 PANAKUKANG
3.17 22.19
8 RAPPOCINI
3.17 22.19
9 TALLO
3.17 22.19
10 TAMALANREA
3.17 22.19
11 TAMALATE
3.17 22.19
12 UJUNG PANDANG
3.17 22.19
13 UJUNG TANAH
14 3.17 22.19
WAJO

4.2 Analisa Tinggi Genangan wilayah terbuka terhadap curah


hujan maksimum
Berdasarkan tabel 4.4 Tinggi genangan yang terjadi secara
keseluruhan kecamatan wilayah makassar untuk wilayah terbuka
dengan intensitas hujan maksimum dalam 1 jam akan terjadi tinggi
genangan yang diperkirakan 3.17 meter.

4.3 Analisa Tinggi Genangan wilayah tertutup terhadap curah


hujan maksimum
Berdasarkan tabel 4.4 Tinggi genangan yang terjadi secara
keseluruhan kecamatan wilayah makassar untuk wilayah terbuka
dengan intensitas hujan maksimum dalam 1 jam akan terjadi tinggi
genangan yang diperkirakan 22.19 meter.

21
TABEL 4.5 Persentase Distribusi Debit Limpasan Tiap Wilayah Kecamatan
NO KECAMATAN LUAS WILAYAH PERSENTASE DEBIT TOTAL DISTRIBUSI
(Ha) LUAS KOTA (m3/jam) DEBIT TOTAL
(%) (%)
1 Biringkanaya 4822 27.43 861923000 33.37
2 Bontoala 210 1.19 42985200 1.67
3 Makassar 252 1.43 51734400 2.00
4 Mamajang 225 1.28 47264700 1.83
5 Manggala 2414 13.73 293351800 11,36
6 Mariso 182 1.04 33919000 1.31
7 Panakukang 1705 9.70 277533500 10.74
8 Rappocini 923 5.25 184081900 7.13
9 Tallo 583 3.32 75921500 2.94
10 Tamalanrea 3184 18.11 290372000 11.24
11 Tamalate 2021 11.50 211280500 8.18
12 Ujung Pandang 263 1.50 55126300 2.13
13 Ujung Tanah 594 3.38 115831800 4.48
14 Wajo 199 1.13 41875700 1.62
TOTAL 17577 100 2.583.201.300 100
RATA-RATA 184514378.571 7.14

4.4 Berdasarkan persentase distribusi limpasan tiap wilayah kecamatan, rata-rata 7.14 %
dengan nilai debit 184514378.571 m3/jam, Wilayah kecamatan yang terbesar nilai distribusi
debitnya adalah Biringkanaya sebesar 33.37 % dengan nilai 861923000 m3/jam

22
ujung tanah wajo
ujung pandang
3% 1%
2%
tamalate
biringkanaya
12%
28%

bontoala
1%
tamalanrea
makassar
18%
1%

mamajang
1%
tallo
manggala
3%
14%
rappocini
5% mariso
panakukang
10% 1%

Gambar 4.1 luas peta wilayah

900000000

800000000

700000000

600000000

500000000

400000000

300000000

200000000

100000000

Lahan Terbuka Lahan Tertutup

Gambar 4.2 Besaran Nilai Debit limpasan

23
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan ada beberapa hal yang dapat disimpulkan :

1. Tinggi genangan yang terjadi secara keseluruhan kecamatan wilayah


makassar untuk wilayah kecamatan biring kanayya terbuka dengan
intensitas hujan maksimum dalam 1 jam akan terjadi tinggi genangan
yang diperkirakan 3.17 meter.
2. Tinggi genangan yang terjadi secara keseluruhan kecamatan wilayah
makassar untuk wilayah kecamatan biring kanayya terbuka dengan
intensitas hujan maksimum dalam 1 jam akan terjadi tinggi genangan
yang diperkirakan 22.19 meter.
3. Besar Debit yang terjadi pada wilayah kecamatan biring kanayya yang terbuka
(34679800 m3/jam) dan tertutup (827243200m3/jam) dengan intensitas hujan 31.7
mm/jam.
4. Berdasarkan persentase distribusi limpasan tiap wilayah kecamatan, rata-rata 7.14
% dengan nilai debit 184514378.571 m3/jam, Wilayah kecamatan yang terbesar
nilai distribusi debitnya adalah Biringkanaya sebesar 33.37 % dengan nilai
861923000 m3/jam.

5.2 Saran

Untuk menghindari banjir perencanaan drenase perlu memperhitungan debit lintasan


yang terjadi secara actual dalam berdasarkan tata guna lahan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alif Noor Anna,Analisis potensi limpasan permukaan (Run Off) menggunakan Model
COOK’S di DAS penyangga kota Surakarta untuk pencegahanbanjir luapan sunga
Bengawan Solo,Prosiding Seminar Nasional 2014

Amini, A., Ali, T., Ghazali, A., Aziz, A., Akib, S., 2011. Impacts of land-use change on
streamflows in the Damansara Watershed, Malaysia. Arab. J. Sci. Eng. 36 (5), 713–
720. http://dx.doi.org/10.1007/s13369-011-0075-3.

Fox, D.M.; Bryan, R.B.; Price, A.G., (1997). The influence of slope angle on final infiltration
rate for interrill conditions. Geoderma., 80: 181-194 (14 pages).

Intan Pabalik, Nasrul Ihsan, Muhammad Arsyad “Analisis fenomena perubahan iklim dan
karakteristik curah hujan ekstrim di kota Makassar” Jurnak Sains dan Pendidikan Fisika
(JSPF), Jilid 11 Nomor 1, April 2015, ISSN 1858-330X

Intergovernmental Panel on Climate Change. 05-02-2007. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal
2007-02-03. Diakses tanggal 02-02-2007, "Summary for Policymakers" (PDF). Climate
Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth
Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change.

IPCC, 2013. Summary for policymakers. In: Stocker, T.F., Qin, D., Plattner, G.-K., Tignor,
M., Allen, S.K., Boschung, J., Nauels, A., Xia, Y., Bex, V., Midgley, P.M. (Eds.),
Climate Change 2013: The Physical Science Basis, Contribution of Working Group I
to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change.
Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom and New York, NY, USA.

LAPAN, Laporan Perubahan Iklim LAPAN Bandung (2002)

laboratory compaction methods to simulate field compaction, Constr.Build. Mater. 12 (1998)


373–384.

Pitman AJ, Narisma GT, Pielke RAS et al. (2004) Impact of land cover change on the climate
of southwest Western Australia. Journal of Geophysical Research, 109, doi:
18110.11029 / 12003JD00437.

25
LAMPIRAN I
BIODATA
A. IDENTITAS DIRI :
1. Nama lengkap Arifuddin Karim
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan fungsional Lektor Kepala
4 NIDN 0913115801
5 Tempat tanggal lahir Makassar, 13 November 1958
6 E-mail Masud_sar@yahoo.co.id
7 Nomor Hand phone 0813 1015 9848
8 Alamat Kantor Jln. Uripsumoharjo. KM.05
9 Nomor telp/faks 0411-443685
10 Mata kuliah yang diampuh Mekanika Tanah, Teknik Pondasi
11 Pendidikan terakhir Magister, Teknik Sipil ITB Bandung,
1990

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
URAIAN S1 S2
Nama Perguruan Tinggi Univ. Muslim Indonesia Istitut Teknologi Bandung
Bidang Ilmu Teknik Sipil Sumber Daya Air
Tahun Masuk - Lulus 1978 – 1986 1988 – 1990
Judul Skripsi/tesis Perencanaan jaringan Karakteristik kekuatan geser
irigasi tersier, DI. Gowa lempung bandung dari perc.
Triaxial, CD dan perc.geser
langsung metode Lamban.

Nama Pembimbing 1. Ir. H. Maruddin.L 1. Ir. Syarifuddin N, MEng


2. Ir..AB. Lambe
3. Ir.HM.Ridwan A

26
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hokum, apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian bio-data ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan peneliti dosen muda.

Makassar, 17 Oktober 2018


Ketua

Arifuddin Karim

27
BIODATA
C. IDENTITAS DIRI :
1. Nama lengkap Ali Mallombasi
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan fungsional Lektor
4 NIDN 0031125504
5 Tempat tanggal lahir Makassar, 31 Desember 1955
6 E-mail alimallombasi@gmail.com
7 Nomor Hand phone 0812 4203 805
8 Alamat Kantor Jln. Uripsumoharjo. KM.05
9 Nomor telp/faks 0411-443685
10 Mata kuliah yang diampuh Hidrologi, statika, Analisa tegangan
11 Pendidikan terakhir Magister, Teknik Keairan UNHAS,
2002

D. RIWAYAT PENDIDIKAN
URAIAN S1 S2
Nama Perguruan Tinggi Univ. Hasanuddin Universitas Hasanuddin
Bidang Ilmu Teknik Sipil Teknik Keairan
Tahun Masuk - Lulus 1974 - 1983 2000 – 2002
Judul Skripsi/tesis Perencanaan sub struktur Koefisien pengaliran permukaan
jembatan untuk beberapa kondisi
permukaan tanah
Nama Pembimbing 1. Ir. H. Maruddin.L 1. Prof. DR.Ir. Saleh P
2. Ir.Hendra. W 2. DR. Ir. H. Halidin. A

28
BIODATA
E. IDENTITAS DIRI :
1. Nama lengkap Mas’ud. SAR
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan fungsional Lektor
4 NIDN 0912116102
5 Tempat tanggal lahir Polewali, 12 November 1961
6 E-mail Masud_sar@yahoo.co.id
7 Nomor Hand phone 0813 5464 1563
8 Alamat Kantor Jln. Uripsumoharjo. KM.05
9 Nomor telp/faks 0411-443685
10 Mata kuliah yang diampuh Mekanika Fluida,hidrolika, PSDA,
Pelabuhan
11 Pendidikan terakhir Magister, Sumber Daya Air, ITB
Bandung, 1991

F. RIWAYAT PENDIDIKAN
URAIAN S1 S2
Nama Perguruan Tinggi Univ. Muslim Indonesia Istitut Teknologi Bandung
Bidang Ilmu Teknik Sipil Sumber Daya Air
Tahun Masuk - Lulus 1979 - 1986 1988 – 1991
Judul Skripsi/tesis Studi Karakteristik Studi Transmisi dan Refleksi
Agregat S.Saddang, gelombang pada struktur
S.Bialo, S.Tanrutedong breakwater
untuk desain mix beton
Nama Pembimbing 4. Ir. HM.Rapi M 3. DR. Ir. Hang Tuah, MOC
5. Ir.H. Madjid A 4. DR. Ir. Syamsuddin
6. Ir.HM.Ridwan A

29
LAMPIRAN II
II. Biaya yg digunakan
A. Biaya survey :
1. Transportasi alat : Rp. 750.000
2. Komsumsi Rp. 250.000
3. Tenaga kerja kasar Rp. 500.000
B. Biaya pemeriksaan laboratorium :
1. Sewa alat Rp. 2.000.000
2. Pemeriksaan sampel 20 @Rp. 75.000 Rp. 1.000.000
C. Publikasi. Rp. 1.000.000
D. Honor :
1. Peneliti - 1 Rp. 3.000.000
2. Peneliti – 2 Rp. 2.500.000
3. Peneliti – 3 Rp. 2.500.000

E. Jumlah biaya penelitian : Rp.12.000.000


(Lima belas juta rupiah)

30
LAMPIRAN III
III. Jadwal penelitian

NO KEGIATAN 01 02 03 04 05 06 KE

1 Persiapan

2 Pengumpulan data

3 Survey dan P.sampel

4 Uji laboratorium

5 Analisis data

6 Presentase hasil

7 Pembuatan laporan

31
LAMPIRAN IV

RINCIAN PENGGUNAAN DANA

DANA YANG DISETUJUI OLEH LP2S SEBESAR RP. 11.000.000,-.

No Jenis pengeluaran biaya yang dikeluarkan


(Rp)
Gaji dan Upa Rp. 8.000.000
Bahan habis pake dan peralatan Rp. 2.500.000
Perjalanan dan lain-lain Rp. 1.500.000
Jumlah Rp. Rp. 12.000.000

Mengetahu
Ketua LP2S Ketua Penelitian

Prof. DR. H. Hambali Thalib, SH, MH Arifuddin Karim


NIP/NIDN : 195503131981111001/0013035503 NIPS/NIDN:03860201/0912116102

32
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai