Oleh:
Rofiqoh Fazriatul Hasanah (D20192017)
Moh. Rofik (D20192019)
Ika Khoirotun Nisa (D20192028)
Amirul Wahid RWZ (D20192029)
Aprilina Arifin (D20192040)
1
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
DI LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PEDESAAN
Nama:
Rofiqoh Fazriatul Hasanah (D20192017)
Moh. Rofik (D20192019)
Ika Khoirotun Nisa (D20192028)
Amirul Wahid RWZ (D20192029)
Aprilina Arifin (D20192040)
Dosen Pembimbing
Dosen Pamong
……………………………..
NIP/ ………………………….
NIDN………………………
Mengetahui
Dekan Fakultas Dakwah
…………………………….. 2
NIP.…………………………..
BAB I
Pendahuluan
3
adil, sejahtera, dan berkeadaban dalam berbagai aspek kehidupan; dan
mewujudkan kerjasama dengan berbagai pihak yang mendukung
mengembangkan kapasitas lembaga pendidikan.
4
i. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tim Departemen Pendidikan
Nasional tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
j. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
k. Peraturan Pemerintah RI Nomor 4 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan
Tinggi
l. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 37 tahun 2021 tentang Statuta
Universitas Islam Negeri KH. Ahmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember
m. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 28 tahun 2021 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Universitas Islam Negeri KH. Ahmad Shiddiq (UIN
KHAS) Jember
n. Surat pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun
anggaran 2022, No. SPDIPA-025.04.2.4.23778/2022, tanggal 23
November 2021
B. Tujuan Praktikum
Secara umum, tujuan yang dicapai dari kegiatan praktikum ini adalah
memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman
yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teori
dan menguasai keterampilan tertentu yang berkaitan dengan pengetahuan yang
dikembangkan di Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri KH. Ahmad
Shiddiq (UIN KHAS) Jember.
5
d. Menghargai ilmu dan keterampilan yang dimiliki oleh mahasiswa
fakultas dakwah selama menempuh studi
C. Manfaat Praktikum
a. Mahasiswa memperoleh pengalaman belajar untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
b. Mahasiswa memperoleh kesempatan untuk menerapkan dan
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya
secara nyata dalam praktik.
c. Mahasiswa memiliki wahana belajar untuk mengembangkan
keterampilan dan melakuakan scientific inquiry.
d. Membangkitkan motivasi mahasiswa untuk belajar secara terus
menerus untuk menunjang pemahaman materi kuliah yang telah
diperoleh di fakultas dakwah.
6
BAB II
Gambaran Lokasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
A. Profil Lembaga
Yayasan LPTP lahir dari pergulatan intelektual para pegiat atas situasi
sosial saat itu. Yayasan LPTP merupakan buah pemikiran atas ilham yang
diperoleh dari refleksi buku fenomenal karya E. F. Schumacher, Small is
Beautiful: A Study of Economic As If People Mattered (Terbit pertama kali
Tahun 1973). Refleksi intelektual inilah yang menjadikan gerak yayasan
LPTP hingga saat ini.
Tujuan YLPTP
7
masa depan kemanusiaan. Khususnya, masyarakat lapisan terbawah yang
terpinggirkan oleh pembanguna ekonomi dan sistem politik yang tidak adil.
Visi YLPTP
Misi YLPTP
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan, inovasi teknologi tepat guna, dan
akselerasi penerapannya dalam bidang pangan, energi, dan pelestarian
lingkungan.
2. Mengembangkan dan memperkuat kemandirian masyarakat madani
3. Mengembangkan social marketing dan innovative branding di bidang
pangan, energi, dan pelestarian fungsi lingkungan.
4. Melakukan advokasi kebijakan untuk kemandirian pangan, energi, dan
pelestarian fungsi lingkungan.
5. Memperkuat dan memperluas jaringan kerja dan aliansi.
6. Membangun kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dan
kemandirian kelembagaan.
7. Mengembangkan kaderisasi dan regenerasi kepemimpinan.
STRATEGI DASAR
STRATEGI OPERASIONAL
8
2. Menskalakan kerja-kerja mikro kedalam konteks kawasan.
3. Membangkitkan jiwa kewirausahaan.
4. Memperluas kerjasama dengan mitra strategis dalam negeri yakni
masyarakat sipil, pemerintah daerah, pemerintah pusat,
perusahaanperusahaan negara dan swasta. Selain juga memperluas
kerjasama dengan mitra strategis luar negeri berupa kerjasama bilateral
melalui skema desentralisasi negara donor,dan lembaga-lembaga
tradisional internasional.
5. Menggalang sumber daya lokal (local pilantrophy).
6. Mengintegrasikan teknologi informasi dan digital, serta manajemen
pengetahuan dalam kedalam kerja-kerja organisasi.
7. Melakukan investasi strategis guna perluasan dampak dan
keberlanjutan organisasi.
8. Melakukan reorientasi, restrukturisasi dan peningkatan kapasitas
organisasi.
PENDEKATAN PROGRAM
9
1. Berbasis kawasan, bahwa kawasan terpadu sebagai suatu kesatuan
ekosistem (ruang) kehidupan.
2. Mengembangkan produksi berbasis sumberdaya alam lokal.
3. Peningkatan nilai tambah ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan
hidup
4. Menumbuhkan masyarakat belajar.
5. Menumbuhkan dan memperkuat kelembagaan ekonomi lokal, pasar
lokal dan jaringan pasar lokal
6. Memperkuat desentralisasi dan otonomi lokal.
7. Transformasi Konflik.
SASARAN PROGRAM
10
PROGRAM UTAMA YPLPTP
11
Pengembangan teknologi energi alternative berbasis biomassa local:
tungku hemat kayu bakar, rocket stove, tungku gasifikasi, briket
arang, bio fuels, dan sebagainya.
Pengembangan Biogas dari limbah ternak, limbah rumah tangga, dan
industri lokal (tahu).
Pengembangan pembangkit listrik mikro tenaga air dan tenaga surya
Sistem produksi dan distribusi kolektif.
e. Bisnis Kerakyatan dan Filantropi Lokal
Meningkatkan kinerja usaha mikro dan kelembagaan koperasi,
melalui pendidikan manajemen dan peningkatan kualitas produk.
Membangun suplay chain collaborative yang berkelanjutan dan
berkeadilan.
Pengembangan Industri rumah tangga berbasis sumber daya alam
lokal.
Pengembangan Jaringan koperasi rakyat.
Pengembangan dukungan pendanaan lokal dalam peningkatan bisnis
kerakyatan.
Pengembangan ekowisata pedesaan
f. Pendidikan Formal
Menyelenggakan pendidikan vokasi dalam bentuk Akademi
Komunitas Adiyasa.
Menyelenggakan sertifikasi profesi.
Mengembangkan tridharma perguruan tinggi: Pembelajaran,
penelitian, dan pengabdian masyarakat, dengan metodologi baru
“merdeka belajar”.
B. Kondisi Sarana-Prasarana
1. Kaliboto Green Institute (KGI)
KGI berdiri di atas lahan seluas 7,8 Ha yang terbagi menjadi 3 sektor
yaitu pertanian, peternakan, dan perikanan. Untuk mengetahui kondisi
secara lebih detail, berikut adalah tabelnya:
12
No Jenis Infrastruktur Jumlah Ukuran Kondisi
.
1. Rumah Jaga 1 12 x 6 m Baik
Pertanian
2. Rumah Jaga 1 15 x 10 m Baik
Peternakan dan
Perikanan
3. Jembatan 1 2x4m Baik
4. Pertanian Rumput 1 2 Ha Baik
5. Kandang Sapi 1 25 x 7 m Baik
6. Kandang Kambing 1 50 x 3 m Baik
A
7. Kandang Kambing 1 2x8m Baik
B
8. Kandang Kambing 1 12 x 5 m Baik
C
9. Kandang Kambing E 1 6,6 x 2,2 m Baik
10. Mesin Pencacah 1 Baik
Rumput
11. Luas Lahan 1 20 x 21 m Baik
Perikanan
12. Kolam Bioflok D5 8 ᶲ5m Baik
Kolam Bioflok D3 5 ᶲ3m 2 Kolam Baik
dan 1 lainnya
dalam tahap
perbaikan
13. Aerator 4 Baik
14. Genset 1 Baik
15. Lahan Persawahan 1 5 Ha Baik
Palawija
13
2. Desa Kaliboto
Data Sarana Pendidikan Tahun 2021
No Tk/Paud Sd Smp Sma Pesantren Perguruan
Tinggi
1 5 4 1 0 3 0
1. Tempat Wisata 2
2. Pasar Desa 2
3. Supermarket 6
4. Restoran 0
5. Kedai Kopi/Kedai Makan 16
6. Toko Kelontong 15
7. Tempat Ibadah 23
8. Mck 8
9. Lainnya 0
Total 74
Usaha Jasa Pariwisata
1. Hotel /Losmen 0
2. Homestay/Losmen 0
14
3. Jasa Kuliner/Oleh-Oleh/Cemilan 0
4. Pasar Desa 2
5. Pedagang Kaki Lima/Hik 10
Total 12
C. Deskripsi Kegiatan
Dalam proses PPL atau magang di LPTP penempatan Desa Kaliboto, kami
memilih 3 program yang tersedia yakni perbaikan fungsi lingkungan (Dusun
Karang), pertanian dan perikanan (KGI). Penjelasan kegiatan singkat mengenai
ketiganya adalah sebagai berikut:
Hasil dari pemetaan akan menjadi landasan rekomendasi serta program kerja
yang kami laksanakan selama melaksanakan program PPL atau magang.
Rekomendasi dan program kerja ini dirumuskan setelah data yang telah diperoleh
dianalisis terlebih dahulu dengan beberapa pihak seperti tokoh masyarakat, karang
taruna, dan fasilitator LPTP/KGI. Analisis dilakukan guna menemukan
permasalahan utama serta ketepatan gerakan yang akan kami lakukan. Adapun
15
beberapa program kerja yang kami lakukan selama berada Dusun Karang ini
adalah Sosialisasi Pengelolaan Sampah, Penanaman Pohon, dan Pembuatan
Biopori.
2. Pertanian
16
Dalam pelaksanaan program pembelajaran terkait pertanian ini, peserta
magang terdiri dari 5 peserta, dengan 3 peserta berasal dari UIN KHAS Jember, 1
peserta dari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon (UGJ), dan 1 peserta dari
Tasikmalaya yang merupakan mahasiswa sekolah Vokasi YLPTP. Kelima peserta
difasilitatori oleh 3 fasilitator yakni ROSMAN (Mbah Rohadi, Pak Suntoro dan
Master Katman).
Pada proses pembelajaran, kami selalu didampingi oleh fasilitator KGI. Kami
bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan di sektor pertanian. Selama proses
pembelajaran, fasilitator menjelaskan teknis, kendala, serta fungsi dari kegiatan
yang peserta lakukan. Pendampingan ini sangat menunjang pembelajaran yang
peserta lakukan selama proses belajar di KGI.
3. Perikanan
17
ukuran panjang badan dari 0 - 5 cm, sedangkan kolam pembesaran merupakan
kolam bagi ikan dengan ukuran panjang badan 5 cm hingga siap konsumsi.
Pada program perikanan ini, kami mahasiswa magang diajarkan berbagai hal
terkait perikanan. Di awal pertemuan, Mas Bagus sebagai fasilitator memberikan
pembekalan terlebih dahulu terkait perikanan, membagi job desc, serta
menentukan jadwal kerja bagi kami. Hal ini dimulai dari tahap awal yaitu
perancangan dan pembuatan kolam bioflok (kolam sampling), perlakuan pertama
pada air, peletakan ikan, perawatan ikan hingga panen, serta riset dalam
prosesnya. Di samping perikanan, kami juga mengembangkan teknik Aquaponic
dengan media-media sederhana yang mudah ditemukan seperti botol air minum,
sluri, serbuk dan serabut kelapa. Program ini dilaksanakan dimulai sejak awal
bulan kedua dari pagi sampai sore hari.
Pada prosesnya, kami selalu didampingi oleh fasilitator KGI yaitu Mas Bagus
dan Mas Arifin. Keduanya dan kami bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan
di sektor perikananan ini. Selagi bekerja, keduanya juga sekaligus menjelaskan
teknis, kendala, serta fungsi dari kegiatan yang kami lakukan. Pendampingan ini
sangat menunjang pembelajaran yang kami lakukan selama belajar di KGI.
18
BAB III
Laporan Hasil Pelaksanaan PPL
a. Gambaran Pelaksanaan Praktikum PPL
Dalam proses PPL atau magang di LPTP Surakarta, kami mahasiswa program
studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Fakultas Dakwah, Universitas
Islam Negeri KH. Ahmad Shiddiq Jember ditempatkan di Dusun Karang, Desa
Kaliboto, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Desa Kaliboto
merupakan salah satu stasiun atau lokasi pemberdayaan LPTP. Di desa ini, LPTP
memiliki lahan seluas kurang lebih sekitar 7 Ha yang dimanfaatkan untuk
pertanian, peternakan, dan perikanan. Untuk tujuan edukasi dan wisata, LPTP
kemudian membangun lembaga baru untuk mengelola ketiga sektor tersebut yang
diberi nama Kaliboto Green Institute (KGI).
Proses magang atau PPL yang kami laksanakan terbagi menjadi dua sesi. Sesi
pertama adalah perbaikan fungsi lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat
pada masyarakat Dusun Karang yang berlangsung kurang lebih selama satu bulan.
Pada bulan berikutnya adalah sesi kedua yaitu peminatan yang kami pilih pada
salah satu sektor yang tersedia di KGI. Pembagian ini dilakukan untuk mengisi
waktu luang PPL kami yang masih tersisa. Adapun dua peminatan yang kami
pilih di KGI adalah sektor perikanan dan sektor pertanian. Agar gambaran
pelaksanaan PPL ini dapat terfokus, maka pembahasan terkait kedua sesi akan
dibedakan secara sistematis.
Perbaikan Fungsi Lingkungan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Pada prinsipnya, LPTP sebagai lembaga pemberdayaan dalam rangka
penentuan gerakan selalu berdasar pada data mengenai objek yang akan
diberdayakan. Data menjadi kunci pembuka pemikiran LPTP untuk kemudian
menganalisa terkait permasalahan maupun potensi yang dimiliki oleh objek
pemberdayaan. LPTP menghindari adanya pemberdayaan yang salah sasaran atau
tidak tepat sesuai dengan kebutuhan objek pemberdayaan. Pasalnya, hal tersebut
dapat membuat program pemberdayaan yang dilakukan akan bersifat sementara
dan tidak berkelanjutan.
19
Berdasarkan prinsip tersebut, pertama-tama kami diarahkan untuk melakukan
pemetaan masyarakat di Dusun Karang terlebih dahulu oleh dosen pamong.
Pemetaan yang dilakukan menyesuaikan dengan konteks pemberdayaan yang
telah kami pilih sebelumnya yaitu perbaikan fungsi lingkungan. Pemetaan yang
dimaksud merupakan sebuah tindakan penelitian berbasis survei terhadap
masyarakat sehingga menghasilkan data kuantitatif. Pertanyaan yang diajukan
kepada masyarakat adalah seputar kondisi masyarakat dan perilaku masyarakat
yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan lingkungan.
Dalam proses pemetaan ini untuk mempermudah dan mempercepat kegiatan,
kami berkolaborasi dengan beberapa mahasiswa lain dari beberapa kampus
berbeda yang kebetulan juga sedang melakukan PPL atau magang di LPTP dan
KKN di Desa Kaliboto. Mereka adalah mahasiswa PMI dari UIN Salatiga,
mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) UIN Raden Mas Said Surakarta, dan
mahasiswa KKN dari Universitas Adi Unggul Bhirawa (AUB).
Setiap kelompok mahasiswa berdasarkan universitas melakukan pemetaan
terhadap masyarakat di satu RT. Adapun masyarakat yang kami petakan adalah
warga dari RT 02, RW 15 di Dusun Karang yang berjumlah 41 keluarga.
Pemetaan kami lakukan secara teliti dan objektif agar dapat memperoleh data atau
informasi yang bersifat konkret dan dapat dipertanggungjawabkan. Pasalnya
melalui data tersebut, kami secara partisipatif dapat merencanakan alternatif
program apa yang cocok untuk dilakukan kepada masyarakat.
Dalam sistem bekerja agar lebih efektif, kami membagi kelompok menjadi 3.
Ketiganya adalah kelompok lapangan, bagian input data ke Microsoft Excel, dan
bagian input data ke Quantum Gis (Qgis). Adapun yang bergerak mencari data di
lapangan dari kelompok PPL/magang dari PMI UIN KHAS Jember adalah Amirul
Wahid RWZ (D20192029), Aprilina Arifin (D20192040), dan Moh. Rofik
(D20192019). Sementara itu, input data ke Ms. Excel adalah Ika Khoirotun Nisa
(D20192028) dan Rofiqoh Fazriatul Hasanah (D20192017) selaku bagian input
data ke Qgis. Untuk meminimalisir kesalahan, pihak LPTP sebelum pelaksanaan
pemetaan memberikan pembekalan terlebih dahulu kepada kami secara serentak.
20
Pemetaan dan input data yang kami lakukan berlangsung selama 3 minggu
pertama masa magang. Waktu pelaksanaan terjun lapangan dilakukan sejak pukul
15.00 sampai 21.00 malam. Waktu ini disesuaikan dengan aktivitas masyarakat
yang bekerja sejak pagi hingga sore hari. Masyarakat baru berada di rumah ketika
sore hari menjelang malam. Adapun jam 21.00 ditentukan sebagai batas waktu
akhir pemetaan agar kegiatan yang kami lakukan tidak mengganggu waktu
masyarakat untuk beristirahat.
Dalam proses pemetaan ini berlangsung, kami sekaligus melakukan observasi
dan membaur dengan masyarakat agar dapat mengenali karakter mereka. Banyak
hal menarik yang kami peroleh dari proses pemetaan tersebut. Tim lapangan
seringkali mendapat buah tangan dari masyarakat berupa minuman dan makanan
ringan, buah-buahan, bahkan suguhan nasi. Masyarakat di Dusun Karang dapat
menyambut kedatangan kami dengan baik dan senang hati. Kebanyakan mereka
menerima kami dengan ramah dan membangun suasana kekeluargaan.
Satu hal yang menjadi permasalahan bagi kami adalah pada faktor bahasa
yang digunakan. Masyarakat di Dusun Karang mayoritas menggunakan Bahasa
Jawa halus khas Provinsi Jawa Tengah yang sering kali masih terdengar asing di
telinga kami. Isu bahasa mungkin dapat diatasi dengan menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan, namun hal ini tidak berlaku bagi masyarakat
yang sama sekali tidak bisa bahasa lain selain Bahasa Jawa termasuk Bahasa
Indonesia. Kami sebagai tim pemetaan membutuhkan pencermatan yang baik dan
penafsiran yang cepat dalam menangkap pembicaraan masyarakat tersebut. Hal
ini dikarenakan bahasa ibu yang kami miliki adalah Bahasa Madura dan Bahasa
Jawa kasar (ngoko).
Di samping memperoleh kesan baik, kami juga pernah mendapat pengalaman
yang kurang nyaman. Suatu kali saat pemetaan, kami tidak diterima oleh tuan
rumah bahkan diusir dengan cara yang kurang etis. Tepatnya setelah maghrib,
kami yang berkunjung ke rumah warga untuk melanjutkan pemetaan tiba-tiba
dihardik oleh pemilik rumah dengan nada yang tinggi. “Ngapain ke sini malam-
malam mbak? Sekarang itu waktunya istirahat. Sudah besok saja!”. Kami yang
merasa pemetaan tidak bisa dilakukan waktu itu kemudian memutuskan untuk
21
pulang ke posko tempat tinggal kami. Selain pengalaman yang baik, pengalaman
seperti ini juga berharga bagi kami untuk kedepannya sehingga dapat lebih
berhati-hati.
Demikian, hasil pemetaan menunjukkan masih banyak sekali warga yang
belum mengetahui bagaimana cara mengelola lingkungan dengan baik. Oleh
karena itu, kami melakukan presentasi hasil pemetaan terhadap perwakilan pihak
LPTP, masyarakat setempat yang diwakili oleh beberapa pihak karang taruna, dan
pemimpin masyarakat untuk memunculkan rencana alternatif program yang tepat
untuk dilakukan. Partisipasi masyarakat ini akan terus berlanjut hingga tahap
implementasi kegiatan nantinya. Hal ini agar masyarakat dapat secara mandiri
mengatasi permasalahannya sendiri dan dapat melanjutkan program yang telah
dibangun bahkan ketika pemberdaya telah meninggalkan lokasi pemberdayaan.
Adapun lebih jelasnya, hasil dari pemetaan dan solusi akan dibahas pada bagian
selanjutnya.
Refleksi, tindakan penelitian dan langkah-langkah yang kami lakukan sesuai
dengan arahan dosen pamong dari LPTP merupakan bentuk implementasi tahapan
pemberdayaan masyarakat yang ideal. Menurut Maryani dan Nainggolan, tahapan
pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan penting yang harus dilakukan
secara berurutan. Dimulai dari persiapan, pengkajian (pemetaan), perencanaan
alternatif program, formulasi rencana aksi, implementasi, evaluasi, dan diakhiri
dengan terminasi.1 Berdasarkan uraian di atas, maka kami telah memperoleh
pengalaman yang berharga yaitu proses pemberdayaan masyarakat yang ideal.
Selain itu, proses yang kami laksanakan juga berpijak pada prinsip
pemberdayaan masyarakat yang baik. Masih menurut Maryani dan Nainggolan,
prinsip pemberdayaan masyarakat terbagi menjadi empat. Keempatnya adalah
prinsip kesetaraan, prinsip partisipasi, prinsip keswadayaan atau kemandirian, dan
prinsip keberlanjutan.2 Berdasarkan refleksi yang kami lakukan di atas, maka
kami berasumsi bahwa LPTP merupakan lembaga yang berkompeten dalam
bidang pemberdayaan masyarakat khususnya yang berada di wilayah pedesaan.
1
Dedeh Maryani dan Ruth Roselin E. Nainggolan, “Pemberdayaan Masyarakat”, (Yogyakarta:
Penerbit Deepublish, 2019), 13-14
2
Ibid. 11-12
22
Perikanan
Terdapat dua mahasiswa PMI UIN KHAS Jember yang memilih sektor
perikanan sebagai peminatan magang/PPL di Kaliboto Green Institute (KGI)
LPTP Surakarta. Keduanya adalah Amirul Wahid RWZ (D20192029) dan Moh.
Rofik (D20192019). Pada sektor ini, sistem kerja meliputi beberapa aspek yaitu
jadwal kerja, pembelajaran, dan riset.
Jadwal Kerja
Dalam satu minggu, terdapat 5 (lima) hari aktif PPL/magang yaitu dimulai
dari Hari Senin dan berakhir di Hari Jum’at. Kegiatan dimulai sejak pagi pukul
07.00 hingga sore pukul 17.00 WIB. Jadwal kerja ini dibuat untuk memberikan
pengalaman bagai mahasiswa terkait pembesaran ikan nila. Untuk lebih jelasnya,
simak tabel jadwal kegiatan harian berikut ini:
23
pelet yaitu
Neobros (1g/1kg),
Aquaenzim
(1g/1kg), Bawang
putih (1
siung/1kg), dan
Air Putih (200 ml)
6. 12.00 SDA Pukul 09.00
7. 12.30 SDA Pukul 09.30
8. 15.00 Monitoring Kolam
9. 17.00 SDA Pukul 10.00
NB: SDA = Sama Dengan di Atas
Pembelajaran
24
berarti para mahasiswa mendengarkan setiap penjelasan yang diberikan oleh para
fasilitator terkait kegiatan yang sedang dilakukan. Kesimpulannya, para
mahasiswa memperoleh pengalaman pembelajaran yang menarik terkait
pengetahuan, skill, dan wawasan mengenai perikanan.
25
Kedua (250 ml), Aquaenzim (25 mg), E4 (5
tutup botol), dan tepung terigu (10 g)
yang telah diairasi selama 1 malam ke
dalam kolam. Campuran ini berfungsi
sebagai pemberian bakteri kepada kolam
bioflok.
5. 22-09-2022 SDA No. 1 Melakukan hal yang sama pada kolam
D3.2
6. 23-09-2022 SDA No. 2 Melakukan hal yang sama pada kolam
D3.2
7. 24-09-2022 SDA No. 4 Melakukan hal yang sama pada kolam
D3.2
8. 26-09-2022 Pemasangan Memasang terpal di kolam baru khusus
Terpal untuk pendederan
9. 26-09-2022 Pembuatan dan Pemasangan air rator berfungsi untuk
Pemasangan Air meningkatkan DO atau oksigen terlarut
Rator dalam air sehingga membantu ikan
dalam bernafas
9. 27-09-2022 Tebar Ikan Melepas ikan nila jenis kekar dengan
jumlah 250 ekor dengan panjang 6 cm
dan berat 5 g ke dalam kolam D3.1
10. 27-09-2022 Monitoring Melakukan riset terhadap tanaman
Kangkung kangkung yang terdapat pada kolam
D3.1 (panjang dan jumlah daun)
11. 30-09-2022 SDA No.9 Melakukan hal yang sama pada kolam
D3.2
12. 04-10-2022 SDA No. 10 Melakukan riset terhadap tanaman
kangkung yang terdapat pada kolam
D3.1 (panjang dan jumlah daun)
13.
NB: SDA=Sama Dengan di Atas
26
Riset
Air
Pengukuran terhadap air terfokus pada dua hal yaitu keasaman air (pH) dan
oksigen yang terlarut di dalamnya (DO). Pengukuran ini dapat dilakukan setiap
seminggu sekali pada jam-jam tertentu seperti pagi dan sore. Alat yang digunakan
untuk mengukur pH air adalah kertas lakmus. Sedangkan alat yang digunakan
untuk mengukur DO dalam air adalah Dissolved Oxygen Meter atau disingkat
menjadi DO Meter.
Ikan
27
Pakan
Riset terhadap pakan bergantung pada hasil riset ikan yaitu berat ikan. Riset
pakan dilakukan guna menemukan sebarapa banyak jumlah pakan yang harus
diberikan kepada ikan yang telah mengalami masa pertumbuhan selama satu
minggu dan sebarapa banyak total pakan ikan dalam satu bulan. Riset ini dapat
bermanfaat bagi pelaku usaha perikanan agar dapat memanajemen pengeluaran
untuk pakan ikan. Adapun dalam menentukan jumlah pakan yang harus diberikan
dalam 1 kolam, rumus yang digunakan adalah: berat ikan x jumlah ikan x
3/5%. 3/5% tersebut diambil dari jumlah pakan yang seharusnya dikonsumsi oleh
setiap ekor ikan yakni 3/5% dari berat tubuhnya.
Kangkung
Pertanian
Mahasiswa magang dari PMI UIN KHAS Jember yang memilih untuk
berfokus pada sektor atau program pertanian di KGI YLPTP terdiri dari 3
mahasiswa perempuan, diantaranya : Rofiqoh Fazriatul Hasanah (D20192017),
Ika Khoirotun Nisa (D20192028), dan Aprilina Arifin (D20192040). Serupa
dengan sektor perikanan, pada sektor pertanian terdapat sistem yang mana lebih
dikenal dengan sistem belajar. Sistem belajar disektor pertanian meliputi beberapa
aspek diantaranya jadwal belajar, pengamatan dan pemberian materti serta belajar
langsung di lapangan (lahan pertanian).
28
Jadwal Kerja
Dalam satu minggu, terdapat 5 (lima) hari aktif PPL/magang yaitu dimulai
dari Hari Senin dan berakhir di Hari Jum’at. Namun, dalam sektor pertanian
disepakati jadwal yakni dua kali pertemuan dalam satu minggu yakni pada
hari Rabu dan Kamis. Dihari kerja lain, mahasiswa yang mengambil fokus
pertanian biasanya hanya diisi kegiatan monitoring terhadap apa saja yang
sudah dilakukan ketika praktek di lapangan atau dalam artian di lahan
pertanian. Kegiatan pembelajaran dua kali dalam satu minggu biasanya
dimulai sejak pagi pukul 08.00 hingga sore pukul 12.00 WIB. Untuk kegiatan
monitoring disektor pertanian tidak ada jadwal khusus. Berikut rincian jadwal
pembelajaran mahasiswa PPL PMI UIN KHAS Jember di bidang pertanian :
29
Cabai
Persiapan Perairan
Proses
Penyemprotan
Penanaman
MOL ( Mikro
Terong dan
Organisme Lokal)
Cabai
Pertemuan 7 Pertemuan 8 Pertemuan 9
(06 Oktober 2022) (12 Oktober 2022) (13 Oktober 2022)
Pemaparan Materi Monitoring
tentang Cara Tanaman Usia
Monitoring atau Pengamatan Kedua 7 Hari usai
Pengamatan Menggambarkan Penanaman
Pertumbuhan Perkembangan Pengamatan
Tanaman Tanaman Gambaran
Pengamatan ke Diskusi Hasil Diskusi Hasil
Lahan Uji Coba Monitoring Presentasi
Menggambarkan Presentasi Hasil Praktek
Perkembangan Materi Pembuatan
Tanaman Pembelajaran atau
Diskusi Hasil tentang Molase Pengembangbi
Monitoring RTL akan MOL
Presentasi Hasil Simpulan
RTL RTL
Pertemuan 10 Pertemuan 11 Pertemuan 12
(19 Oktober 2022) (20 Oktober 2022) (26 Oktober 2022)
Monitoring Tanaman Berumur Tanaman
Tanaman Usia 13 14 hari Berusia 20
Hari usai Penyemprotan Hari
Penanaman Pupuk Organik Pengamatan
Pengamatan Cair Gambaran
Gambaran Sanitasi atau Diskusi
30
Diskusi Hasil
Presentasi
Presentasi
Materi Belajar
Materi tentang
Pembersihan tentang Pupuk
Ekosistem
Gulma Organik Cair
Dinamika
RTL
Kelompok
RTL
Pertemuan 13
(27 Oktober 2022)
Praktek Pembuatan
Pupuk Organik
Cair
Pembelajaran Materi Pertanian
1. Pendalaman Data dan Permasalahan dengan Teknik Participatory
Rular Appraisal (PRA)
PRA (Particpatory Rular Appraisal) merupakan salah satu metode
atau pendekatan yang dapat dilakukan bersama dengan masyarakat
dalam menganalisis masalah kehidupan dalam membuat atau
merumuskan suatu perencanaan atau kebijakan yang sesuai dengan
kenyataan yang ada. Metode ini diperkuat dengan digunakannya
paradigma pembangunan berkelanjutan yang digunakan sebagai
landasan pembangunan di negara berkembang seperti di Indonesia.
PRA (Particpatory Rular Appraisal) bertujuan untuk merumuskan
penetapan prioritas suatu masalah dalam kehidupan untuk memperoleh
rumusan atas dasar masalah dan potensi, pengenalan dan kebutuhan
atas masalah yang terjadi, pemilihan alternative pemecahan masalah
yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan
sumberdaya serta perencanaan kegiatan guna mendapatkan solusi
untuk penyempurnaan pada tingkat yang lebih dalam.
31
Tahap awal penggalian data dan potensi di Kaliboto Green Institute
(KGI) menggunakan teknik Transect atau penelusuran wilayah secara
keseluruhan. Dari penelusuran tersebut ditemukan berbagai macam
potensi beserta permasalahannya. Transect dilakukan secara kolaborasi
oleh beberapa mahasiswa yang sedang melaksanakan program magang
di KGI terutama yang mengambil bidang pertanian, diantaranya adalah
mahasiswa UIN KHAS Jember, UIN RMS Solo dan UGJ Cirebon.
Berikut adalah hasil transect yang telah kamu temukan :
32
- Jarak terlalu
dekat dengan
tanaman lain
Durian 8 Sudah berbunga
tapi tidak
menjadi buah
Buah Naga 66 - Batang
kering dan
menguning
(terkena
virus)
- Jarak terlalu
dekat dengan
tanaman lain
Jeruk Nipis 9 - Jarak terlalu
dekat dengan
tanaman lain
Singkong 135 - Jarak terlalu
dekat dengan
tanaman lain
- Ada indikasi
tikus tanah
Kopi 6 - Hama dan
bunga gagall
menjadi
buah
- Banyak
gulma di
bawah nya
Belimbing 3 - Banyak
gulma di
bawah nya
Kelor 8 - Banyak
gulma di
bawah nya
- Daun jarang,
Kuning dan
mudah
rontok
Cempedak 2 -
Nangka 7 - Buah banyak
dihinggapi
lalat buah
- Sebelum
33
matang buah
sudah busuk
Bunga Telang 7 -
Sukun 2 -
Terong 172 - Daun
menguning
- Daun mudah
jatuh,
terindikasi
virus
Cabai 160 - Banyak
gulma
penganggu
Kacang 35 -
Panjang
Kacang Otok 6 -
Pokak 1 -
Sengon 9 -
Pepaya 5 -
Jepang
Petai 1 -
Kelengkeng 38 - Bercak hitam
di daun nya,
tidak
berbunga
- Banyak
gulma
Merica 3 - Tidak
terawatt
- Tidak
berbuah
Randu 2 -
Jati 82 -
Talas 36 - Tidak
terawat
- Daun
menguning
- Tanaman
kerdil
34
Pepaya 6 - Tidak
terawat
- Banyak buah
matang yang
tidak di
manfaatkan
Rambutan 4 -
Sirsak 5 -
Kedondong 8 - Daun sedikit
Alpukat 5 -
Mahoni 13 -
Manga 2 -
Kenitu 1 -
Sereh 7 -
Jambu Air 3 - Buah ber ulat
Jambu Biji 1 -
Jeruk Bali 1 -
3 SDM 3
35
tanaman di KGI. Hal tersebut belum bisa diatasi karena sumber daya manusia
yang mengolah lahan pertanian KGI sangat terbatas hanya 3 orang.
Selanjutnya kami diarahkan menuju lahan pertanian untuk praktik mengolah
lahan sebelum ditanami sayuran. Langkah awal yakni, kami mencangkul lahan
untuk membuat pematang (bedengan). Setelah proses tersebut selesai, kami
diarahkan menuju kandang domba milik sector peternakan KGI untuk
mengambil pupuk organic untuk disebar ke lahan yang telah kita olah. Dalam 1
petak lahan yang ukurannya kurang lebih 3x5 m membutuhkan 6-7 karung
kotoran domba. 1 karung kotoran domba beratnya sekitar 5-10 kg. Pupuk
organic disebar dan dicampur dengan tanah dalam bedengan. Tujuan disebarnya
pupuk organic ini adalah untuk menyuburkan tanah dan menambah nutrisi yang
hilang akibat lapisan top soil yang sudah menipis. Setelah proses pencampuran
pupuk organic dengan tanah yang ada dilahan, selanjutnya kami menyiram
dengan air yang bertujuan untuk menggemburkan tanah. Setelah disiram
kemudian lahan disemproti dengan cairan MOL (mikro organisme lokal) yang
merupakan starter pack dalam pembuatan kompos atau biasa disebut dengan
pupuk organic. MOL merupakan cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami.
MOL merupakan kumpulan mikro organisme yang bisa diternakkan dan
berfungsi dalam konsep zero waste adalah untuk starter pembuatan kompos
organic. Dengan MOL ini konsep pengomposan dapat selesai dalam waktu
kurang lebih 3 Minggu.
Setelah semua rangkaian pengolahan lahan selesai, kami melanjutkan proses ke
penanaman bibit sayur terong dan cabai. Jenis cabai yang ditanam adalah jenis
cabai rawit (capsicum frutescens) dan terong ungu (solanum melongela). Cabai
rawit sebanyak 156 dan terong ungu sebanyak 245 bibit. Penanama dilakukan
pada pagi hari, karena menyesuaikan dengan musim saat ini. Musim saat ini
memasuki musim pancaroba yakni peralihan antara musim panas ke musim
penghujan.
Pasca bibit sayur ditanam, untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sayur maka kami melakukan pengamatan pada tanaman. Berikut adalah
hasil pengamatan setelah hari ke 6.
36
2. MOL (Microorganisme Local)
Dalam budidaya tanaman persoalan kesuburan tanah menjadi faktor utama agar
tanaman mampu berproduksi secara optimal. Selama ini ketersediaan unsur hara
bagi tanaman lebih banyak diperoleh dari asupan luar berbentuk kimia sintesis,
dampaknya tanah sulit diolah (menjadi bantat) dan meningkatkan keasaman
tanah.
Alam sebenarnya telah menyediakan berbagai sumber makanan bagi tanaman
berupa limbah pertanian, perikanan, peternakan dan rumah tangga, maupun
limbah industry. Untuk itu perlu adanya inisiasi mencari alternatif penyediaan
unsur hara bagi tanaman dan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita.
Mengapa Organik? Karena ada beberapa alasan sebagai berikut:
a. Kandungan hara makro dan mikro lengkap
b. Mampu menggemburkan tanah dan menambah bahan organic tanah
c. Meningkatkan daya serap air
d. Menjamin kehidupan mikroorganisme tanah
e. Dapat dikembangkan sendiri.
37
8. Pisau dan alat tumbuk
38
5. Pada saat tanaman sudah berbunga lakukan penyemprotan lagi dengan
POC.
Hasil pengamatan pada minggu pertama setelah tanam pada tanaman cabai dan
tanaman terong diperoleh kesimpulan sebagai berikuut :
Cabai
Pelaksanaan :
Hari : Kamis
Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 R
R
Tinggi 13 14 11 13 15 11 13 10 4 9
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
Jml. 7 10 8 6 9 8 4 4 4 7
Daun
Pjg. 4,6c 4,6c 3,8c 4,5c 4,5c 3,8c 3,8c 4,2c 2,7c 5,5
Daun m m m m m m m m m cm
Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hija Hija H
sedik
daun it dan u u
men hita
39
guni m
ng
Jml.sera
ngga
Umur Tanaman : 7 hst
Terong
40
Pelaksanaan :
Hari : Kamis
Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata -
Rata
Tinggi 26,5 31 cm 26,5 27,5 31 31 29,5 31,5 34,5 36,5cm 30,85
cm cm cm cm cm cm cm cm Cm
Jml. 3 5 4 6 7 6 6 4 6 7 5,4 Cm
Daun
Pjg. 7,8 11,9 10,9 9,2c 10c 9,15 9,61 10,72 10,2 11,15c 10 Cm
Daun cm cm cm m m cm cm cm 8cm m
Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau
daun
Jml.sera 2 1 1
ngga
41
- Akan dilakukan pengamatan ulang pada minggu berikutnya
ditanggal 20 Oktober 2022
Pengamat : Alfi, Icha, Rofiqoh, Fahmi.
Hasil pengamatan pada minggu kedua setelah tanam pada tanaman cabai dan
tanaman terong diperoleh kesimpulan sebagai berikuut :
Cabai
Pelaksanaan :
Hari : Kamis
Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-
Rata
Tinggi 13 15 11 cm 13 14 12 13 12 6 cm 14 12,3 Cm
cm cm cm cm cm cm cm cm
Jml. 9 11 10 7 11 9 8 10 6 8 8,9 Cm
Daun
Pjg. 5,37 5,5 5,31 4,83 5,85 5,14 4,91 3,93 4,16 7,18 5,18 Cm
Daun cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
Warna Hija Hija Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau
daun u u
42
Jml.ser 1 0 1 1 63 2 8 1 1 0 77
angga
Terong
Pelaksanaan :
Hari : Kamis
43
Tinggi 26,5 31 26,5 27,5 31 31 29,5 31,5 34,5 36,5 30,85 Cm
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
Jml. 3 5 4 6 7 6 6 4 6 7 5,4 Cm
Daun
Pjg. 7,8 11,9 10,9 9,2 10 9,15 9,61 10,7 10,2 11,1 10 Cm
Daun cm cm cm cm cm cm cm 2 8 5
cm cm cm
Warna Hija Hija Hija Hijau Hija Hija Hijau Hija Hija Hija Hijau
daun u u u u u u u u
Jml.ser 2 1 1
angga
Tanggal : 20 Oktober 2022
44
b. Hasil Pelaksanaan Praktikum
Profil Desa Kaliboto
1. Perbatasan Wilayah
a. Sebelah Utara : Desa Buntar
b. Sebelah Selatan : Desa Kalijirak
c. Sebelah Barat : Desa Banjarharjo
d. Sebelah Timur : Desa Gebyog
2. Jarak Desa Ke
45
a. Kecamatan : 2,7 km
b. Kabupaten : 8,4 km
c. Provinsi : 117 km
3. Luas Wilayah Desa Kaliboto
Terdiri Dari
a. Tanah Sawah : 1.570
b. Tanah Kering : 1.632
c. Tanah Sawah Irigasi Sederhana : 272
d. Tanah Pekarangan : 273
e. Tanah Tegalan /Ladang : 35
f. Hutan Negara :-
g. Tanah Perkebunan :-
h. Tanah Lainnya :-
4. Mata Pencaharian Penduduk
Mata Pencaharian Jumlah
PNS 58
ABRI 1
Pensiunan 15
Perangkat 16
Karyawan Swasta 2075
Petani 1439
Pekebun 650
Buruh Tani 323
Pedagang 43
Pengusaha 29
Wiraswasta 279
Lainnya 426
46
b. Dukuh : 18
c. RW : 16
d. RT : 41
Desa Kaliboto terbagi menjadi 8 ( delapan ) Dusun yaitu :
Dusun Rukun Tetangga Rukun Warga
Dusun Gulunan 4 2
Dusun Ngrombo 5 2
Dusun Juranggebang 4 2
Dusun Ngelo 7 2
Dusun Bendungan 5 2
Dusun Ngemplak 6 2
Dusun Kaliboto 5 2
Dusun Karang. 4 2
Penduduk :
Pendidikan :
47
Tamat SLTP 1113 Jiwa
Tamat SLTA 581 Jiwa
Akademi 57 Jiwa
Sarjana 52 Jiwa
Belum Sekolah 82 Jiwa
Tidak sekolah 115 Jiwa
Jumlah 5343 Jiwa
Pemeluk Agama :
48
Model yang dikembangkan dalam proses penggalian tingkat kesejahteraan
masyarakat dilakukan mulai dari kolompok masyarakat tingkat dusun.
Masyarakat menyampaikan secara terbuka tentang kriteria rumah tangga
miskin yang selanjutnya telah ditetapkan di tingkat Desa Kaliboto, adapun
kriteria rumah tanggah miskin adalah:
a. Rumag Gedek dari bambu, semi permanen
b. Lantai tanah atau Plesteran kasar
c. Tidak punya pekerjaan tetap
d. Usaha tidak lancar
e. Pendidikan rendah
f. Kendaraan sepeda ontel
g. Sumber air dari sumur,sungai tidak terlindungi
h. Mampu berobat hanya ke Puskesmas
i. Maksimal membeli pekaian 1 setel setahun
j. Tidak punya MCK kalau punya sangat jelek
Dengan kriteria diatas maka Rumah Tangga Miskin (RTM) berjumlah 240,
RTM. terdiri dari laki-laki 60 dan perempuan 180 orang.
49
80
70 67
60 51
50
40 35
L
30 20 P
20 13
10 3 6 4
0
1 2 1 2
15 16
50
80
69
70
60
50 46
39
40 Ada
30 23 Tidak ada
20
10 2 1
0
1 2 1 2
15 16
2. Grafik Kepemilikan WC
80
70 68
60
50 45
39
40 Ada
30 23 Tidak ada
20
10 3 2
0
1 2 1 2
15 16
51
80
70
70
60 57
50
39
40 Ada
30 23 Tidak ada
20
9
10 1
0
1 2 1 2
15 16
Fasilitas kamar mandi, WC, dan Septitank berdasarkan data di atas secara
umum telah cukup untuk disebut memadai. Masing-masing keluarga rata-rata
memiliki ketiga fasilitas fisik tersebut di rumah masing-masing. Hanya sebagian
kecil dari masyarakat di Dusun Karang yang belum memiliki fasilitas tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa urgensi pembangunan maupun pengadaan ketiga
fasilitas sanitasi tersebut di Dusun Karang terbilang sangat rendah.
52
Sebaliknya, kepemilikan masyarakat terhadap saluran pembuangan limbah
masih cukup minim. Dari 199 keluarga, hanya 32 keluarga yang memiliki saluran
pembuangan. Jumlah kepemilikannya bahkan tidak lebih dari setengah jumlah
keluarga yang tinggal di Dusun Karang. Hal ini menjadi indikator bahwa
masyarakat di Dusun Karang perlu meningkatkan fasilitas sanitasinya dengan
membuat saluran pembuangan limbah yang layak, mengingat seberapa pentingnya
bidang sanitasi bagi kesehatan masyarakat.
53
1. Grafik Kepemilikan Tempat Sampah
50
45 44
40 36
34
35 31
30
25 Ada
20 17 17 Tidak Ada
15 13
10 7
5
0
1 2 1 2
15 16
50
39
40 Bakar
Dibakar dan dijual
30
23 Dijual
20 Timbun
10 6 5
21 1
0
1 2 1 2
15 16
54
Berdasarkan data grafik di atas, kita dapat menyimpulkan bahwasannya
perhatian masyarakat terhadap sampah dan pengelolaannya masih tergolong
minim. Ditinjau dari data kepemilikan tempat sampah, terdapat total 71 keluarga
yang belum memiliki tempat sampah di rumahnya. Padahal, kepemilikan tempat
sampah merupakan salah satu hal penting yang perlu dimiliki pertama kali agar
dapat menempatkan dan mengelola sampah dengan baik.
Apabila setiap hari terdapat 184 keluarga yang membakar sampah apalagi
jika dilakukan dua kali yakni setiap pagi dan sore hari maka polusi udara juga
dapat meningkat di daerah tersebut. Benar memang masyarakat tidak langsung
merasakan dampak dari kegiatan yang mereka lakukan saat ini, akan tetapi apabila
kegiatan ini terus saja dilakukan maka bukan tidak mungkin jika gas emisi rumah
kaca akan terus meningkat sehingga menyebabkan udara yang lebih panas dalam
beberapa tahun mendatang (pemanasan global). Hal ini jelas berbanding terbalik
55
dengan konsep konservasi lingkungan yang alih-alih membakar sampah namun
justru memanfaatkan sampah untuk sesuatu yang lebih bermanfaat.
Perikanan
Di sektor perikanan, terdapat 4 riset yang dilakukan yaitu riset air dan ikan
riset pakan, serta riset aquaponic (kangkung). Keempat riset tersebut dilakukan
pada 2 kolam bioflok yang telah dirancang untuk menjadi kolam sampling dengan
jumlah ikan pada masing-masing kolam yaitu 250 ekor. Adapun hasil dari
keempat riset tersebut akan dipaparkan pada sajian berikut ini:
6.
56
Tabel Pengukuran Berat dan Panjang Ikan Nila Kekar pada Kolam
Bioflok 2
Tabel Kematian Ikan Nila Kekar pada Kolam Bioflok 1 dan Kolam Bioflok 2
57
21 22 Oktober 2022 0 0
22 23 Oktober 2022 0 0
23 24 Oktober 2022 1 2
2) Garam
58
Harga 50 kg sebesar Rp. 139.900 dibulatkan manjadi Rp.
140.000, sedangkan yang dibutuhkan untuk membuat 2 kolam
bioflok sebanyak 5 kg.
50 kg = Rp. 140.000
50 kg : 10 = Rp. 140.000 : 10
5 kg = Rp. 14.000
Maka biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 14.000
3) Molase
59
1500 ml : 3 = Rp. 19.000 : 3
500 ml = Rp. 6.333 dibulatkan menjadi Rp. 6.330
Maka biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 6.330
4) Aquaenzyme
5) EM4
60
Harga 1 liter EM4 sebesar Rp. 25.000, sedangkan yang
dibutuhan untuk pembuatan 2 kolam bioflok sebanyak 50 ml.
1000 ml = Rp. 25.000
1000 ml : 20 = Rp. 25.000 : 20
50 ml = Rp. 1.250
Maka biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 1.250
6) Tepung Terigu
61
1) Air
62
Rumus pemberian pakan = Jumlah Ikan x Bobot Ikan x 5%
= 250 ekor x 5 gr x 5%
= 62,5 gr
Jadi total pelet yang dikeluarkan selama satu hari sebanyak
62,5 gr per kolam, maka total pelet yang dikeluarkan untuk 2
kolam sebanyak 125 gr pelet.
Total pelet yang dikeluarkan untuk satu bulan:
125 gr x 30 = 3.750 gr
Jadi total pelet selama satu bulan sebanyak 3.750 gr.
Harga 1 kg pelet sebesar Rp. 12.500, sedangkan yang
dibutuhkan selama satu bulan sebanyak 3,75 kg.
3,75 kg x Rp. 12.500 = Rp. 46.875
Dibulatkan menjadi Rp. 46.900
Maka biaya pelet yang dibutuhkan selama satu bulan sebesar
Rp. 46.900
2) Bawang Putih
63
Harga bawang putih 1 kg sebesar Rp. 24.500, sedangkan yang
dibutuhkan untuk pembuatan pakan selama satu bulan
sebanyak 250 gr.
1000 gr = Rp. 24.500
1000 gr : 4 = Rp. 24.500 : 4
250 gr = Rp. 6.125
Dibulatkan menjadi Rp. 6.200
Maka jumlah biaya bawang putih yang dibutuhkan selama satu
bulan sebesar Rp. 6.200
3) Aquaenzyme
64
Harga aquaenzyme 100 gr sebesar Rp. 18.550 dibulatkan
menjadi Rp. 18.600, sedangkan yang dibutuhkan untuk
pembuatan pakan selama satu bulan sebanyak 50 gr.
100 gr = Rp. 18.600
100 gr : 2 = Rp. 18.600 : 2
50 gr = Rp. 9.300
Maka jumlah biaya aquaenzyme yang dibutuhkan selama satu
bulan sebesar Rp. 9.300
4) Neobro
65
5) Air
66
c) Mesin aerator selama satu bulan
67
d) Ikan Nila Kekar
Harga ikan nila kekar ukuran 5-6 sebanyak 50 ekor sebesar Rp.
55.000, sedangkan jumlah ikan nila kekar satu kolam bioflok
sebanyak 250 ekor.
50 ekor x 5 = Rp. 55.000 x 5
250 ekor = Rp. 275.000
Jadi jumlah biaya ikan nila kekar yang dibutuhkan untuk dua
kolam bioflok sebesar Rp. 275.000 x 2 = Rp. 550.000
Tabel Biaya Pembuatan Kolam Bioflok, Pakan Ikan Nila Selama Satu
Bulan, Mesin Aerator, dan Ikan
68
6 Tepung terigu 20 gr Rp. 220
7 Air 10 m3 Rp. 19.000
Jumlah biaya Rp. 51.350
Pakan ikan nila 1 Pelet 3,75 kg Rp. 46.900
selama satu bulan 2 Bawang putih 250 gr Rp. 6.200
3 Aquaenzyme 50 gr Rp. 9.300
4 Neobro 50 gr Rp. 6.260
5 Air 0,00075 m3 Rp. 1.425
Jumlah Biaya Rp. 70.085
Mesin aerator 72 kwh Rp. 97.344
Jumlah Biaya Rp. 97.344
Ikan Nila Kekar 500 ekor Rp. 550.000
Jumlah Biaya Rp.
550.000
Jumlah Biaya Keseluruhan Rp. 768.779
69
70
Catatan:
P: Panjang
71
Grafik Perkembangan Kangkung
35
30
25
20
15
10
5
0
Rata - Rata Panjang Rata - Rata Banyak
Daun
72
standar yang dibutuhkan. Di samping itu, kontinuitas aerator yang
bergantung pada aliran listrik juga seringkali membuat permasalahan.
Apabila listrik mati maka begitupula aerator dan selanjutnya berdampak
pada kehidupan ikan di kolam. Jika aerator mati untuk waktu yang cukup
lama maka ikan nila juga sering mati dan mengambang.
3 Nihilnya SOP Kerja dan Job Desc
Sektor perikanan di KGI tidak memiliki landasan gerakan dan standar
operasional kerja yang mapan. Fasilitator bersifat bebas dalam
menentukan program atau kegiatan yang akan dilakukan. Alhasil, sektor
perikanan ini terbiasa melaksanakan program yang bersifat spekulatif dan
dadakan. Selain itu, pembagian porsi kerja antar fasilitator dan antara
fasilitator dengan peserta magang juga kurang jelas. Semua kegiatan
dilakukan menyesuaikan pada kesediaan masing-masing individu yang
bergerak di sektor ini.
4 Latar Belakang Fasilitator
Kedua fasilitator di sektor perikanan memiliki latar belakang pendidikan
dari sektor yang berbeda yaitu sektor pertanian. Hal ini berpengaruh
terhadap visi dan program yang mereka lakukan yang masih bersifat coba-
coba dan dalam rangka pembelajaran.
Rekomendasi Program
1. Perluasan lahan dan pembuatan kolam tambahan
2. Penyediaan genset dan perbanyakan aerator
3. Pembuatan kurikulum perikanan dan pembagian job desc
4. Pelatihan fasilitator mengenai perikanan
Pertanian
c. Solusi
73
yang kami laksanakan dalam bentuk program kerja (proker) dan dalam bentuk
rekomendasi kegiatan untuk rencana pembangunan jangka panjang. Secara lebih
detail, berikut penjelasannya:
74
pemetaan masyarakat mengenai hubungan masyarakat dengan sampah yang
meliputi kepemilikan tempat sampah, pemilahan sampah, dan pengelolaan
sampah.
Untuk mendukung sistem ini supaya berjalan dengan baik, maka kami
melakukan monitoring sekaligus membantu mengumpulkan hasil sampah
masyarakat yang dilakukan setiap kegiatan nyapu arisan yaitu pada minggu pagi.
2. Pembuatan Ecobrick
Ecobreak merupakan botol plastik yang diisi padat dengan limbah non
biological untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali. Setelah
melakukan sosialisasi tentang pengolahan sampah, penting juga untuk
memberikan alternatif yang lain kepada masyarakat tentang bagaimana cara
mengelola sampah dengan efektif. Ecobrick ini kami lakukan pada tanggal 01
Oktober 2022 dan membawa hasilnya untuk diperkenalkan kepada masyarakat.
Hal ini diharapkan agar masyarakat dapat memiliki gambaran yang luas tentang
bagaimana cara mengelola sampah yang baik.
75
3. Pembuatan Biopori
Pembuatan biopori atau sumur resapan adalah upaya untuk membantu warga
dalam mengelola sistem sanitasi di rumah masing-masing. Program kerja ini
berangkat dari data banyaknya genangan air dan kurangnya saluran limbah rumah
tangga di masyarakat. Keduanya perlu ditanggulangi sebab potensi bahaya yang
dimiliki yakni dapat menjadi sarang penyakit dan nyamuk.
Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah
sebagai metode resapan air. Biopori berguna untuk mengatasi genangan air
dengan cara meningkatkan daya resap air ke pada tanah. Cara membuatnya juga
tergolong mudah. Kita hanya perlu menggali tanah sedalam kurang lebih 40 cm
ke bawah, lalu masukkan pipa paralon yang pinggirnya telah dilubangi. Terakhir,
timbun bagian terdalam pipa dengan sampah organic seperti daun, tanaman, sisa
makanan, dan lain sebagainya.
Pembuatan biopori dilakukan di salah satu rumah warga yaitu Bapak Pridadi.
Pada prosesnya, kami bekerjasama dengan bapak pridadi dalam pembuatannya
dengan disimak oleh para masyarakat yang lain. Pembuatan biopori akan sangat
bermanfaat bagi warga apalagi dengan cara pembuatannya yang cukup mudah.
4. Rekomendasi Program
76
Isu pengelolaan sampah dan kepemilikan tempat sampah yang terjadi di Dusun
Karang merupakan sebuah gambaran tentang minimnya perhatian pemerintah
Desa Kaliboto dan masyarakat setempat terkait sampah. TPA dapat dijadikan
salah satu rencana pembangunan sebab tidak adanya fasilitas tersebut saat ini serta
urgensi penanganan sampah yang baik. Adanya TPA dapat menjadi alternatif bagi
masyarakat yang merasa tidak memiliki cukup waktu untuk dapat mengelola
sampah dengan baik.
Bank Sampah
Pembuatan Biogas
Kaliboto Green Institute (KGI) milik LPTP telah menciptakan biogas dari
kotoran ternak dan manusia sejak beberapa tahun terakhir. KGI berhasil
memanfaatkan kotoran hasil sanitasi yang terlihat sudah tidak berguna lagi untuk
sesuatu yang sangat bermanfaat. KGI sudah tidak perlu lagi membeli gas tabung
yang harganya selalu naik akhir-akhir ini.
77
Hal tersebut di atas merupakan potensi yang harus diperhatikan oleh
pemerintah Desa Kaliboto maupun masyarakat setempat. Mereka dapat meminta
pihak KGI untuk mensosialisasikan program biogas ini. Pasalnya, apabila
masyarakat sadar akan hal itu, maka nilai harga beli masyarakat dapat ditekan
sehingga menghemat pengeluaran rumah tangga sehari-hari.
78
BAB IV
KESIMPULAN
Yayasan LPTP lahir dari pergulatan intelektual para pegiat atas situasi sosial saat
itu. Yayasan LPTP merupakan buah pemikiran atas ilham yang diperoleh dari
refleksi buku fenomenal karya E. F. Schumacher, Small is Beautiful: A Study of
Economic As If People Mattered (Terbit pertama kali Tahun 1973). Refleksi
intelektual inilah yang menjadikan gerak yayasan LPTP hingga saat ini.
Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan tatanan kehidupan
yang adil, bermartabat, dan berkelanjutan, melalui pengembangan ilmu
pengetahuan dan tekonologi kerakyatan
Selain program kerja bersama masyarakat, kami juga memiliki program kerja
di Kaliboto Green Institute yakni dibidang pertanian dan perikanan. Program
pertanian di Kaliboto Green Institute (KGI) merupakan salah satu program yang
saat ini terus dikembangkan untuk mendukung konsep integrated farming.
Program pertanian dengan konsep ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah
79
pemanfaatan potensi lahan secara maksimal dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan sebagai sarana edukasi masyarakat secara umum.
80