Anda di halaman 1dari 80

PERBAIKAN FUNGSI LINGKUNGAN MELALUI EDUKASI DAN

PENGELOLAAN SAMPAH DI DUSUN KARANG, DESA KALIBOTO,


KECAMATAN MOJOGEDANG, KABUPATEN KARANGANYAR

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DI LEMBAGA


PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PEDESAAN (LPTP) SURAKARTA

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Tugas Akhir Praktikum


Prodi Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah UIN KHAS Jember
Tahun Akademik 2022/2023

Oleh:
Rofiqoh Fazriatul Hasanah (D20192017)
Moh. Rofik (D20192019)
Ika Khoirotun Nisa (D20192028)
Amirul Wahid RWZ (D20192029)
Aprilina Arifin (D20192040)

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UIN KIAI HAJI ACHMAD SHIDDIQ JEMBER
NOVEMBER 202

1
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN
PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
DI LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PEDESAAN

Disetujui dan Disahkan


Sebagai Laporan untuk Melengkapi Kegiatan Praktikum
Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah
Tahun Akademik 2022/2023

Nama:
Rofiqoh Fazriatul Hasanah (D20192017)
Moh. Rofik (D20192019)
Ika Khoirotun Nisa (D20192028)
Amirul Wahid RWZ (D20192029)
Aprilina Arifin (D20192040)

Dosen Pembimbing
Dosen Pamong

……………………………..
NIP/ ………………………….
NIDN………………………

Mengetahui
Dekan Fakultas Dakwah

…………………………….. 2
NIP.…………………………..
BAB I
Pendahuluan

A. Dasar Pemikiran Praktikum

Praktikum ini berbentuk Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), adalah


bagian dari sistem perkuliahan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri KH. Ahmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember.
praktikum dalam bentuk PPL ini merupakan kegiatan terstruktur dan terjadwal
yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan
pengalaman yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa
tentang teori-teori yang berkaitan dengan keilmuan yang dikembangkan di
fakultas dakwah. Sebagai harapan, dalam pelaksanaan praktikum ini, agar
mahasiswa fakultas dakwah selain mampu menguasai keterempilan tertentu
berdasarkan kompetensi pada masing-masing program studi, juga ditekankan
mampu dan terampil dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi yang
difokuskan pada pelaksanaan pengabdian masyarakat dengan menjalankan
peran penyuluhan agama yang dapat dimanfaatkan untuk mengaplikasikan
keilmuan dakwah yang dikembangkan di lingkungan fakultas dakwah.

Hal ini menunjukkan, bahwa praktikum menjadi kegiatan intrakurikuler


Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri KH. Ahmad Shiddiq (UIN KHAS)
Jember yang berbentuk penerapan mata kuliah atau ilmu pengetahuan dalam
rangka pembentukan kompetensi profesional. Mahasiswa sesuai dengan basis
keilmuan di fakultas dakwah. Praktik pengalaman lapangan ini dalam rangka
menunjang tercapainya visi fakultas dakwah yaitu mencetak da’i yang
professional yang peduli masalah sosial dan berkomitmen mengembangkan
nilai-nilai islam nusantara. Harapannya agar tujuan fakultas dakwah yang
telah ditetapkan dapat terwujud yaitu menghasilkan lulusan yang memiliki
kecakapan akademik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
menghasilkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu
dakwah baik teoritis maupun aplikatif; menciptakan kondisi masyarakat yang

3
adil, sejahtera, dan berkeadaban dalam berbagai aspek kehidupan; dan
mewujudkan kerjasama dengan berbagai pihak yang mendukung
mengembangkan kapasitas lembaga pendidikan.

Praktikum dalam bentuk Praktik Pengalaman Lapangan ini dimanfaatkan


untuk 1) melatih keterampilan yang dibutuhkan mahasiswa fakultas dakwah 2)
memberikan kesempatan kepada mahasiswa fakultas dakwah untuk
menerapkan dan menginteritaskan keterampilan dan keilmuan sesuai yang
dimilikinya secara nyata dan praktik, 3) membuktikan sesuatu secara ilmiah
atau melakukan scientific inquiry, dan 4) menghargai ilmu dan keterampilan
yang dimiliki oleh mahasiswa fakultas dakwah.

Sebagai landasan pelaksanaan kegiatan praktikum ini, berikut adalah dasar


yang dijadikan sebagai landasan atas pelaksanaan praktikum, antara lain:

a. Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional
b. Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan
Tinggi
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
e. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian
Hasil Belajar Mahasiswa
f. Keputusan menteri pendidikan nasional RI Nomor 178/U/2001 tentang
Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi
g. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 045/U/2002
tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi
h. Keputusan Menteri Agama Nomor 353 tahun 2004 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum PTAI

4
i. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tim Departemen Pendidikan
Nasional tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
j. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
k. Peraturan Pemerintah RI Nomor 4 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan
Tinggi
l. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 37 tahun 2021 tentang Statuta
Universitas Islam Negeri KH. Ahmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember
m. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 28 tahun 2021 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Universitas Islam Negeri KH. Ahmad Shiddiq (UIN
KHAS) Jember
n. Surat pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun
anggaran 2022, No. SPDIPA-025.04.2.4.23778/2022, tanggal 23
November 2021
B. Tujuan Praktikum

Secara umum, tujuan yang dicapai dari kegiatan praktikum ini adalah
memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman
yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teori
dan menguasai keterampilan tertentu yang berkaitan dengan pengetahuan yang
dikembangkan di Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri KH. Ahmad
Shiddiq (UIN KHAS) Jember.

Sedangkan secara khusus, kegiatan praktikum ini bertujuan untuk:

a. Melatih keterampilan yang dibutuhkan mahasiswa fakultas dakwah.


b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan dan
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya
secara nyata dan praktik.
c. Membuktikan sesuatu secara ilmiah atau melakukan scientific inquiry.

5
d. Menghargai ilmu dan keterampilan yang dimiliki oleh mahasiswa
fakultas dakwah selama menempuh studi
C. Manfaat Praktikum
a. Mahasiswa memperoleh pengalaman belajar untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
b. Mahasiswa memperoleh kesempatan untuk menerapkan dan
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya
secara nyata dalam praktik.
c. Mahasiswa memiliki wahana belajar untuk mengembangkan
keterampilan dan melakuakan scientific inquiry.
d. Membangkitkan motivasi mahasiswa untuk belajar secara terus
menerus untuk menunjang pemahaman materi kuliah yang telah
diperoleh di fakultas dakwah.

6
BAB II
Gambaran Lokasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)

A. Profil Lembaga

Yayasan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan disingkat yayasan


LPTP merupakan organisasi nirlaba atau non government organization (NGO)
yang didirikan oleh beberapa pegiata dan peneliti senior organisasi non
pemerintah (ornop) pada 10 November 1978. Pendirian yayasan LPTP ini
didukung oleh beberapa relawan appropriate technology international (ATI)
yang bekerja di beberapa ornop Indonesia akhir tahun 1970-an.

Yayasan LPTP lahir dari pergulatan intelektual para pegiat atas situasi
sosial saat itu. Yayasan LPTP merupakan buah pemikiran atas ilham yang
diperoleh dari refleksi buku fenomenal karya E. F. Schumacher, Small is
Beautiful: A Study of Economic As If People Mattered (Terbit pertama kali
Tahun 1973). Refleksi intelektual inilah yang menjadikan gerak yayasan
LPTP hingga saat ini.

Sejak awal berdiri, yayasan LPTP menegaskan sebagai organisasi


independen dalam artian, yayasan LPTP tidak merupakan under bow
organisasi partai politik dan organisasi massa. Selain itu, yayasan LPTP juga
tidak berafilisasi dengan kekuatan golongan tertentu yang bersifat rasial.
Keagamaan, kesukuan, dan golongan. Yayasan LPTP memiliki perhatian dan
orientasi kerja pada masalah kemanusaiaan dan pembangunan dengan
menjunjung tinggi transparansi, partisipasi, dan toleransi.

Tujuan YLPTP

Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan tatanan


kehidupan yang adil, bermartabat, dan berkelanjutan, melalui pengembangan
ilmu pengetahuan dan tekonologi kerakyatan. Yayasan LPTP percaya bahwa
penggunaan yang tepat guna dari ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
memecahkan masalah yanga ada saat ini dan akan membantu menyelematkan

7
masa depan kemanusiaan. Khususnya, masyarakat lapisan terbawah yang
terpinggirkan oleh pembanguna ekonomi dan sistem politik yang tidak adil.

Visi YLPTP

Menjadi satu organisasi pembaharu terdepan (innovative leader) dalam


pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna untuk mengatasi
masalah-masalah pangan, energi, dan lingkungan hidup.

Misi YLPTP
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan, inovasi teknologi tepat guna, dan
akselerasi penerapannya dalam bidang pangan, energi, dan pelestarian
lingkungan.
2. Mengembangkan dan memperkuat kemandirian masyarakat madani
3. Mengembangkan social marketing dan innovative branding di bidang
pangan, energi, dan pelestarian fungsi lingkungan.
4. Melakukan advokasi kebijakan untuk kemandirian pangan, energi, dan
pelestarian fungsi lingkungan.
5. Memperkuat dan memperluas jaringan kerja dan aliansi.
6. Membangun kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dan
kemandirian kelembagaan.
7. Mengembangkan kaderisasi dan regenerasi kepemimpinan.

STRATEGI DASAR

Yayasan LPTP menetapkan strategi dasar “Membangun proyek masa


Depan”. Yakni, memberi manfaat besar saat ini dan memberi dampak positif
besar pada masa depan. Menyelesaikan masalah saat ini untuk memberi
pijakan agar di masa depan masalah itu tidak akan terjadi lagi.

STRATEGI OPERASIONAL

1. Mengakselerasi pengembangan teknologi terapan di bidang energi


terbarukan, pangan, pertanian berkelanjtan, dan penataan fungsi
lingkungan.

8
2. Menskalakan kerja-kerja mikro kedalam konteks kawasan.
3. Membangkitkan jiwa kewirausahaan.
4. Memperluas kerjasama dengan mitra strategis dalam negeri yakni
masyarakat sipil, pemerintah daerah, pemerintah pusat,
perusahaanperusahaan negara dan swasta. Selain juga memperluas
kerjasama dengan mitra strategis luar negeri berupa kerjasama bilateral
melalui skema desentralisasi negara donor,dan lembaga-lembaga
tradisional internasional.
5. Menggalang sumber daya lokal (local pilantrophy).
6. Mengintegrasikan teknologi informasi dan digital, serta manajemen
pengetahuan dalam kedalam kerja-kerja organisasi.
7. Melakukan investasi strategis guna perluasan dampak dan
keberlanjutan organisasi.
8. Melakukan reorientasi, restrukturisasi dan peningkatan kapasitas
organisasi.

KERANGKA KERJA TEORITIS YPLPTP

PENDEKATAN PROGRAM

Dalam menjalankan program organisasi, Yayasan LPTP menggunakan


pendekatan:

9
1. Berbasis kawasan, bahwa kawasan terpadu sebagai suatu kesatuan
ekosistem (ruang) kehidupan.
2. Mengembangkan produksi berbasis sumberdaya alam lokal.
3. Peningkatan nilai tambah ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan
hidup
4. Menumbuhkan masyarakat belajar.
5. Menumbuhkan dan memperkuat kelembagaan ekonomi lokal, pasar
lokal dan jaringan pasar lokal
6. Memperkuat desentralisasi dan otonomi lokal.
7. Transformasi Konflik.

SASARAN PROGRAM

1. Terselenggaranya pendidikan manajemen pembangunan daerah.


2. Terselenggaranya pengembangan wilayah dengan mata rantai produksi
dan distribusi yang terintegrasi.
3. Terselenggaranya pusat-pusat pengembangan teknologi terapan di
daerah-daerah dalam bidang energi terbarukan, pangan, pertanian
berkelanjtan, dan teknologi pelestarian fungsi lingkungan.
4. Diperolehnya dukungan pendanaan program baik dari dalam maupun
luar negeri.
5. Terealisasinya investasi staretegis untuk menopang kemandirian.
STRUKTUR PELAKSANA

10
PROGRAM UTAMA YPLPTP

a. Pertanian Berkelanjutan dan Kedaulatan Pangan


 Pengembangan teknologi Integrated Farming: memadukan pertanian
ramah lingkungan, SDA, Peternakan-perikanan, dan kehidupan
petani.
 Menjaga kedaulatan pangan dan diversifikasi pangan.
 Pemuliaan dan perlindungan benih.
 Pemulihan sumberdaya air dan lahan
 Sistem pengairan mikro.
 System of Rice Intensification (SRI)
 Jaringan Sekolah Lapang Petani.
b. Perbaikan Fungsi Lingkungan
 Konservasi lahan dan Tata-kelola ekosistem air, dengan memadukan
peningkatan ekonomi petani.
 Pengembangan teknologi pengolahan air limbah, dengan system
DEWATS.
 Pengembangan teknologi air bawah tanah.
 Pengembangan teknologi air permukaan: pemanenan air hujan,
penjernihan air - penyaring hayati, rekayasa tekstur geologis tanah
dan tata kelola aliran.
 Pengembangan teknologi dan metodologi pengelolaan sampah
terpadu.
c. Pengurangan Resiko Bencana
 Membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana
dengan mengintegrasikan dalam program YLPTP.
 Bekerjasama dengan jejaring masyarakat sipil dalam respon cepat
penanganan bencana.
 Mengembangkan contingency plan kelembagaan
d. Energi Alternatif (Terbarukan)\

11
 Pengembangan teknologi energi alternative berbasis biomassa local:
tungku hemat kayu bakar, rocket stove, tungku gasifikasi, briket
arang, bio fuels, dan sebagainya.
 Pengembangan Biogas dari limbah ternak, limbah rumah tangga, dan
industri lokal (tahu).
 Pengembangan pembangkit listrik mikro tenaga air dan tenaga surya
 Sistem produksi dan distribusi kolektif.
e. Bisnis Kerakyatan dan Filantropi Lokal
 Meningkatkan kinerja usaha mikro dan kelembagaan koperasi,
melalui pendidikan manajemen dan peningkatan kualitas produk.
 Membangun suplay chain collaborative yang berkelanjutan dan
berkeadilan.
 Pengembangan Industri rumah tangga berbasis sumber daya alam
lokal.
 Pengembangan Jaringan koperasi rakyat.
 Pengembangan dukungan pendanaan lokal dalam peningkatan bisnis
kerakyatan.
 Pengembangan ekowisata pedesaan
f. Pendidikan Formal
 Menyelenggakan pendidikan vokasi dalam bentuk Akademi
Komunitas Adiyasa.
 Menyelenggakan sertifikasi profesi.
 Mengembangkan tridharma perguruan tinggi: Pembelajaran,
penelitian, dan pengabdian masyarakat, dengan metodologi baru
“merdeka belajar”.
B. Kondisi Sarana-Prasarana
1. Kaliboto Green Institute (KGI)
KGI berdiri di atas lahan seluas 7,8 Ha yang terbagi menjadi 3 sektor
yaitu pertanian, peternakan, dan perikanan. Untuk mengetahui kondisi
secara lebih detail, berikut adalah tabelnya:

12
No Jenis Infrastruktur Jumlah Ukuran Kondisi
.
1. Rumah Jaga 1 12 x 6 m Baik
Pertanian
2. Rumah Jaga 1 15 x 10 m Baik
Peternakan dan
Perikanan
3. Jembatan 1 2x4m Baik
4. Pertanian Rumput 1 2 Ha Baik
5. Kandang Sapi 1 25 x 7 m Baik
6. Kandang Kambing 1 50 x 3 m Baik
A
7. Kandang Kambing 1 2x8m Baik
B
8. Kandang Kambing 1 12 x 5 m Baik
C
9. Kandang Kambing E 1 6,6 x 2,2 m Baik
10. Mesin Pencacah 1 Baik
Rumput
11. Luas Lahan 1 20 x 21 m Baik
Perikanan
12. Kolam Bioflok D5 8 ᶲ5m Baik
Kolam Bioflok D3 5 ᶲ3m 2 Kolam Baik
dan 1 lainnya
dalam tahap
perbaikan
13. Aerator 4 Baik
14. Genset 1 Baik
15. Lahan Persawahan 1 5 Ha Baik
Palawija

13
2. Desa Kaliboto
 Data Sarana Pendidikan Tahun 2021
No Tk/Paud Sd Smp Sma Pesantren Perguruan
Tinggi
1 5 4 1 0 3 0

 Data Sarana/Fasilitas Kesehatan Tahun 2021


N Klini Puskesm Puskesm R Rsb/ Prakte Prakte Posya
o k as as s Rb k k ndu
Pemb Dokte Bidan
1. 0 0 1 0 2 0 3 13

 Data Sarana Milik Desa Kaliboto 2021


No Sarana Wisata Jumlah

1. Tempat Wisata 2
2. Pasar Desa 2
3. Supermarket 6
4. Restoran 0
5. Kedai Kopi/Kedai Makan 16
6. Toko Kelontong 15
7. Tempat Ibadah 23
8. Mck 8
9. Lainnya 0
Total 74
Usaha Jasa Pariwisata
1. Hotel /Losmen 0
2. Homestay/Losmen 0

14
3. Jasa Kuliner/Oleh-Oleh/Cemilan 0
4. Pasar Desa 2
5. Pedagang Kaki Lima/Hik 10
Total 12

C. Deskripsi Kegiatan

Dalam proses PPL atau magang di LPTP penempatan Desa Kaliboto, kami
memilih 3 program yang tersedia yakni perbaikan fungsi lingkungan (Dusun
Karang), pertanian dan perikanan (KGI). Penjelasan kegiatan singkat mengenai
ketiganya adalah sebagai berikut:

1. Perbaikan Fungsi Lingkungan

Perbaikan fungsi lingkungan merupakan upaya YLPTP dalam rangka


menciptakan lingkungan masyarakat khususnya yang berada di pedesaan menjadi
lingkungan yang sehat, tertata, serta bermanfaat bagi kehidupan masyarakat itu
sendiri. Perbaikan fungsi lingkungan yang kami lakukan bergerak khusus pada
pengembangan teknologi dan metodologi pengelolaan sampah terpadu serta
sanitasi. Adapun kegiatan perbaikan fungsi lingkungan yang kami lakukan di
Dusun Karang, Desa Kaliboto adalah dengan pertama-tama melakukan pemetaan
masyarakat terlebih dahulu. Pemetaan dilakukan dengan mencari data pada
masyarakat sesuai dengan kategori program pemberdayaan yang kita pilih.
Beberapa kategori pertanyaannya di antaranya adalah tentang sampah, sanitasi,
dan kesehatan masyarakat. Ketiganya merupakan fokus program perbaikan fungsi
lingkungan yang kami pilih.

Hasil dari pemetaan akan menjadi landasan rekomendasi serta program kerja
yang kami laksanakan selama melaksanakan program PPL atau magang.
Rekomendasi dan program kerja ini dirumuskan setelah data yang telah diperoleh
dianalisis terlebih dahulu dengan beberapa pihak seperti tokoh masyarakat, karang
taruna, dan fasilitator LPTP/KGI. Analisis dilakukan guna menemukan
permasalahan utama serta ketepatan gerakan yang akan kami lakukan. Adapun

15
beberapa program kerja yang kami lakukan selama berada Dusun Karang ini
adalah Sosialisasi Pengelolaan Sampah, Penanaman Pohon, dan Pembuatan
Biopori.

2. Pertanian

Program pertanian di Kaliboto Green Institute (KGI) merupakan salah satu


program yang saat ini terus dikembangkan untuk mendukung konsep integrated
farming. Program pertanian dengan konsep ini bertujuan untuk menghasilkan
sebuah pemanfaatan potensi lahan secara maksimal dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan sebagai sarana edukasi masyarakat secara umum.

Pengembangan program pertanian di KGI juga sebagai sarana untuk


melakukan riset, penambahan wawasan dari segi soft skill dan hard skill serta
pengalaman bagi pengelola, mahasiswa dan masyarakat. Metode pembelajaran
sebagai sarana pengembangan soft skill yakni dengan menerapkan sistem
kefasilitatoran yang mana didalam sistem ini, pihak KGI memberikan fasilitas
pembelajaran, media belajar dan lokasi belajar.

Progam pertanian di KGI mengembangkan pertanian organik dengan sistem


permakultur. Pertanian permakultur merupakan bentuk pertanian yang
menerapkan pertanian dengan tatanan kehidupan yang lestari, terus menerus dan
permanen. Secara ringkasnya, pertanian permakutur memegang erat prinsip
pertanian yang berkeseimbangan dan berkelanjutan. Penerapan sistem pertanian
permakultur ini dilakukan karena kondisi tanah di lahan KGI memiliki top soil
yang rendah akibat erosi tanah yang tidak terkendali.

Pada program pertanian, kami sebagai mahasiswa magang mendapatkan ilmu


baru tentang beberapa hal yang berkaitan dengan pertanian. Pembelajaran diawali
dengan perkenalan antara fasilitator dengan peserta magang disertai dengan
pembentukan kelompok belajar, dilanjutkan dengan kesepakatan kontrak belajar
selama proses magang berlangsung dan sedikit pengenalan tentang program dan
permasalahan yang terdapat di pertanian KGI.

16
Dalam pelaksanaan program pembelajaran terkait pertanian ini, peserta
magang terdiri dari 5 peserta, dengan 3 peserta berasal dari UIN KHAS Jember, 1
peserta dari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon (UGJ), dan 1 peserta dari
Tasikmalaya yang merupakan mahasiswa sekolah Vokasi YLPTP. Kelima peserta
difasilitatori oleh 3 fasilitator yakni ROSMAN (Mbah Rohadi, Pak Suntoro dan
Master Katman).

Pada proses pembelajaran, kami selalu didampingi oleh fasilitator KGI. Kami
bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan di sektor pertanian. Selama proses
pembelajaran, fasilitator menjelaskan teknis, kendala, serta fungsi dari kegiatan
yang peserta lakukan. Pendampingan ini sangat menunjang pembelajaran yang
peserta lakukan selama proses belajar di KGI.

3. Perikanan

Program perikanan di Kaliboto Green Institute (KGI) merupakan salah satu


sektor yang dikembangkan sebagai wahana penambah riset, wawasan, skill, dan
pengalaman baik bagi pengelola maupun mahasiswa magang. Tujuan sektor
perikanan di KGI ini adalah untuk mendukung adanya konsep integrated farming,
sebagai ladang bisnis, dan edukasi terhadap umum. Perikanan di KGI
mengembangkan media kolam bioflok dengan ikan nila kekar sebagai jenis ikan
yang dibudidayakan. Ikan nila kekar ini didatangkan langsung dari Pasuruan,
Jawa Timur. Saat ini, KGI telah memiliki 13 kolam bioflok berdiameter 3-5
meter. Kolam-kolam tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda yaitu sebagai
kolam pembesaran dan kolam pendederan.

Bioflok merupakan suatu teknik budidaya ikan melalui rekayasa lingkungan


yang mengandalkan pasokan oksigen dan memanfaatkan mikroorganisme yang
secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan. Prinsip dasar bioflok
adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang terdiri dari karbon,
oksigen, hydrogen, dan nitrogen, menjadi massa sludge berbentuk bioflok.
Perubahan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan bakteri pembentuk gumpalan
sebagai bioflok. Adapun kolam pendederan merupakan kolam bagi ikan dengan

17
ukuran panjang badan dari 0 - 5 cm, sedangkan kolam pembesaran merupakan
kolam bagi ikan dengan ukuran panjang badan 5 cm hingga siap konsumsi.

Pada program perikanan ini, kami mahasiswa magang diajarkan berbagai hal
terkait perikanan. Di awal pertemuan, Mas Bagus sebagai fasilitator memberikan
pembekalan terlebih dahulu terkait perikanan, membagi job desc, serta
menentukan jadwal kerja bagi kami. Hal ini dimulai dari tahap awal yaitu
perancangan dan pembuatan kolam bioflok (kolam sampling), perlakuan pertama
pada air, peletakan ikan, perawatan ikan hingga panen, serta riset dalam
prosesnya. Di samping perikanan, kami juga mengembangkan teknik Aquaponic
dengan media-media sederhana yang mudah ditemukan seperti botol air minum,
sluri, serbuk dan serabut kelapa. Program ini dilaksanakan dimulai sejak awal
bulan kedua dari pagi sampai sore hari.

Pada prosesnya, kami selalu didampingi oleh fasilitator KGI yaitu Mas Bagus
dan Mas Arifin. Keduanya dan kami bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan
di sektor perikananan ini. Selagi bekerja, keduanya juga sekaligus menjelaskan
teknis, kendala, serta fungsi dari kegiatan yang kami lakukan. Pendampingan ini
sangat menunjang pembelajaran yang kami lakukan selama belajar di KGI.

18
BAB III
Laporan Hasil Pelaksanaan PPL
a. Gambaran Pelaksanaan Praktikum PPL
Dalam proses PPL atau magang di LPTP Surakarta, kami mahasiswa program
studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Fakultas Dakwah, Universitas
Islam Negeri KH. Ahmad Shiddiq Jember ditempatkan di Dusun Karang, Desa
Kaliboto, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Desa Kaliboto
merupakan salah satu stasiun atau lokasi pemberdayaan LPTP. Di desa ini, LPTP
memiliki lahan seluas kurang lebih sekitar 7 Ha yang dimanfaatkan untuk
pertanian, peternakan, dan perikanan. Untuk tujuan edukasi dan wisata, LPTP
kemudian membangun lembaga baru untuk mengelola ketiga sektor tersebut yang
diberi nama Kaliboto Green Institute (KGI).
Proses magang atau PPL yang kami laksanakan terbagi menjadi dua sesi. Sesi
pertama adalah perbaikan fungsi lingkungan berbasis pemberdayaan masyarakat
pada masyarakat Dusun Karang yang berlangsung kurang lebih selama satu bulan.
Pada bulan berikutnya adalah sesi kedua yaitu peminatan yang kami pilih pada
salah satu sektor yang tersedia di KGI. Pembagian ini dilakukan untuk mengisi
waktu luang PPL kami yang masih tersisa. Adapun dua peminatan yang kami
pilih di KGI adalah sektor perikanan dan sektor pertanian. Agar gambaran
pelaksanaan PPL ini dapat terfokus, maka pembahasan terkait kedua sesi akan
dibedakan secara sistematis.
Perbaikan Fungsi Lingkungan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
Pada prinsipnya, LPTP sebagai lembaga pemberdayaan dalam rangka
penentuan gerakan selalu berdasar pada data mengenai objek yang akan
diberdayakan. Data menjadi kunci pembuka pemikiran LPTP untuk kemudian
menganalisa terkait permasalahan maupun potensi yang dimiliki oleh objek
pemberdayaan. LPTP menghindari adanya pemberdayaan yang salah sasaran atau
tidak tepat sesuai dengan kebutuhan objek pemberdayaan. Pasalnya, hal tersebut
dapat membuat program pemberdayaan yang dilakukan akan bersifat sementara
dan tidak berkelanjutan.

19
Berdasarkan prinsip tersebut, pertama-tama kami diarahkan untuk melakukan
pemetaan masyarakat di Dusun Karang terlebih dahulu oleh dosen pamong.
Pemetaan yang dilakukan menyesuaikan dengan konteks pemberdayaan yang
telah kami pilih sebelumnya yaitu perbaikan fungsi lingkungan. Pemetaan yang
dimaksud merupakan sebuah tindakan penelitian berbasis survei terhadap
masyarakat sehingga menghasilkan data kuantitatif. Pertanyaan yang diajukan
kepada masyarakat adalah seputar kondisi masyarakat dan perilaku masyarakat
yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan lingkungan.
Dalam proses pemetaan ini untuk mempermudah dan mempercepat kegiatan,
kami berkolaborasi dengan beberapa mahasiswa lain dari beberapa kampus
berbeda yang kebetulan juga sedang melakukan PPL atau magang di LPTP dan
KKN di Desa Kaliboto. Mereka adalah mahasiswa PMI dari UIN Salatiga,
mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) UIN Raden Mas Said Surakarta, dan
mahasiswa KKN dari Universitas Adi Unggul Bhirawa (AUB).
Setiap kelompok mahasiswa berdasarkan universitas melakukan pemetaan
terhadap masyarakat di satu RT. Adapun masyarakat yang kami petakan adalah
warga dari RT 02, RW 15 di Dusun Karang yang berjumlah 41 keluarga.
Pemetaan kami lakukan secara teliti dan objektif agar dapat memperoleh data atau
informasi yang bersifat konkret dan dapat dipertanggungjawabkan. Pasalnya
melalui data tersebut, kami secara partisipatif dapat merencanakan alternatif
program apa yang cocok untuk dilakukan kepada masyarakat.
Dalam sistem bekerja agar lebih efektif, kami membagi kelompok menjadi 3.
Ketiganya adalah kelompok lapangan, bagian input data ke Microsoft Excel, dan
bagian input data ke Quantum Gis (Qgis). Adapun yang bergerak mencari data di
lapangan dari kelompok PPL/magang dari PMI UIN KHAS Jember adalah Amirul
Wahid RWZ (D20192029), Aprilina Arifin (D20192040), dan Moh. Rofik
(D20192019). Sementara itu, input data ke Ms. Excel adalah Ika Khoirotun Nisa
(D20192028) dan Rofiqoh Fazriatul Hasanah (D20192017) selaku bagian input
data ke Qgis. Untuk meminimalisir kesalahan, pihak LPTP sebelum pelaksanaan
pemetaan memberikan pembekalan terlebih dahulu kepada kami secara serentak.

20
Pemetaan dan input data yang kami lakukan berlangsung selama 3 minggu
pertama masa magang. Waktu pelaksanaan terjun lapangan dilakukan sejak pukul
15.00 sampai 21.00 malam. Waktu ini disesuaikan dengan aktivitas masyarakat
yang bekerja sejak pagi hingga sore hari. Masyarakat baru berada di rumah ketika
sore hari menjelang malam. Adapun jam 21.00 ditentukan sebagai batas waktu
akhir pemetaan agar kegiatan yang kami lakukan tidak mengganggu waktu
masyarakat untuk beristirahat.
Dalam proses pemetaan ini berlangsung, kami sekaligus melakukan observasi
dan membaur dengan masyarakat agar dapat mengenali karakter mereka. Banyak
hal menarik yang kami peroleh dari proses pemetaan tersebut. Tim lapangan
seringkali mendapat buah tangan dari masyarakat berupa minuman dan makanan
ringan, buah-buahan, bahkan suguhan nasi. Masyarakat di Dusun Karang dapat
menyambut kedatangan kami dengan baik dan senang hati. Kebanyakan mereka
menerima kami dengan ramah dan membangun suasana kekeluargaan.
Satu hal yang menjadi permasalahan bagi kami adalah pada faktor bahasa
yang digunakan. Masyarakat di Dusun Karang mayoritas menggunakan Bahasa
Jawa halus khas Provinsi Jawa Tengah yang sering kali masih terdengar asing di
telinga kami. Isu bahasa mungkin dapat diatasi dengan menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan, namun hal ini tidak berlaku bagi masyarakat
yang sama sekali tidak bisa bahasa lain selain Bahasa Jawa termasuk Bahasa
Indonesia. Kami sebagai tim pemetaan membutuhkan pencermatan yang baik dan
penafsiran yang cepat dalam menangkap pembicaraan masyarakat tersebut. Hal
ini dikarenakan bahasa ibu yang kami miliki adalah Bahasa Madura dan Bahasa
Jawa kasar (ngoko).
Di samping memperoleh kesan baik, kami juga pernah mendapat pengalaman
yang kurang nyaman. Suatu kali saat pemetaan, kami tidak diterima oleh tuan
rumah bahkan diusir dengan cara yang kurang etis. Tepatnya setelah maghrib,
kami yang berkunjung ke rumah warga untuk melanjutkan pemetaan tiba-tiba
dihardik oleh pemilik rumah dengan nada yang tinggi. “Ngapain ke sini malam-
malam mbak? Sekarang itu waktunya istirahat. Sudah besok saja!”. Kami yang
merasa pemetaan tidak bisa dilakukan waktu itu kemudian memutuskan untuk

21
pulang ke posko tempat tinggal kami. Selain pengalaman yang baik, pengalaman
seperti ini juga berharga bagi kami untuk kedepannya sehingga dapat lebih
berhati-hati.
Demikian, hasil pemetaan menunjukkan masih banyak sekali warga yang
belum mengetahui bagaimana cara mengelola lingkungan dengan baik. Oleh
karena itu, kami melakukan presentasi hasil pemetaan terhadap perwakilan pihak
LPTP, masyarakat setempat yang diwakili oleh beberapa pihak karang taruna, dan
pemimpin masyarakat untuk memunculkan rencana alternatif program yang tepat
untuk dilakukan. Partisipasi masyarakat ini akan terus berlanjut hingga tahap
implementasi kegiatan nantinya. Hal ini agar masyarakat dapat secara mandiri
mengatasi permasalahannya sendiri dan dapat melanjutkan program yang telah
dibangun bahkan ketika pemberdaya telah meninggalkan lokasi pemberdayaan.
Adapun lebih jelasnya, hasil dari pemetaan dan solusi akan dibahas pada bagian
selanjutnya.
Refleksi, tindakan penelitian dan langkah-langkah yang kami lakukan sesuai
dengan arahan dosen pamong dari LPTP merupakan bentuk implementasi tahapan
pemberdayaan masyarakat yang ideal. Menurut Maryani dan Nainggolan, tahapan
pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan penting yang harus dilakukan
secara berurutan. Dimulai dari persiapan, pengkajian (pemetaan), perencanaan
alternatif program, formulasi rencana aksi, implementasi, evaluasi, dan diakhiri
dengan terminasi.1 Berdasarkan uraian di atas, maka kami telah memperoleh
pengalaman yang berharga yaitu proses pemberdayaan masyarakat yang ideal.
Selain itu, proses yang kami laksanakan juga berpijak pada prinsip
pemberdayaan masyarakat yang baik. Masih menurut Maryani dan Nainggolan,
prinsip pemberdayaan masyarakat terbagi menjadi empat. Keempatnya adalah
prinsip kesetaraan, prinsip partisipasi, prinsip keswadayaan atau kemandirian, dan
prinsip keberlanjutan.2 Berdasarkan refleksi yang kami lakukan di atas, maka
kami berasumsi bahwa LPTP merupakan lembaga yang berkompeten dalam
bidang pemberdayaan masyarakat khususnya yang berada di wilayah pedesaan.
1
Dedeh Maryani dan Ruth Roselin E. Nainggolan, “Pemberdayaan Masyarakat”, (Yogyakarta:
Penerbit Deepublish, 2019), 13-14
2
Ibid. 11-12

22
Perikanan

Terdapat dua mahasiswa PMI UIN KHAS Jember yang memilih sektor
perikanan sebagai peminatan magang/PPL di Kaliboto Green Institute (KGI)
LPTP Surakarta. Keduanya adalah Amirul Wahid RWZ (D20192029) dan Moh.
Rofik (D20192019). Pada sektor ini, sistem kerja meliputi beberapa aspek yaitu
jadwal kerja, pembelajaran, dan riset.

 Jadwal Kerja

Dalam satu minggu, terdapat 5 (lima) hari aktif PPL/magang yaitu dimulai
dari Hari Senin dan berakhir di Hari Jum’at. Kegiatan dimulai sejak pagi pukul
07.00 hingga sore pukul 17.00 WIB. Jadwal kerja ini dibuat untuk memberikan
pengalaman bagai mahasiswa terkait pembesaran ikan nila. Untuk lebih jelasnya,
simak tabel jadwal kegiatan harian berikut ini:

No Jadwal Jenis Kegiatan Keterangan


.
1. 07.00 Menguras Air Dasar Kolam Mrmbuka saluran
pembuangan
selama +/- 10
detik
2. 08.00 Pengecekan Air dan Kebersihan Memantau
Kolam kebersihan dan
kondisi kolam
3. 09.00 Membuat dan Menambah Campuran Mencampur
Pakan/Pelet Ikan Aminoliquid (5
ml) dan Progol (1
g) ke dalam pelet
4. 09.30 Pemberian Pakan Menebar pelet ke
beberapa kolam
5. 10.00 Membuat Campuran Pelet Membuat
campuran dasar

23
pelet yaitu
Neobros (1g/1kg),
Aquaenzim
(1g/1kg), Bawang
putih (1
siung/1kg), dan
Air Putih (200 ml)
6. 12.00 SDA Pukul 09.00
7. 12.30 SDA Pukul 09.30
8. 15.00 Monitoring Kolam
9. 17.00 SDA Pukul 10.00
NB: SDA = Sama Dengan di Atas

 Pembelajaran

Pembelajaran yang dimaksud dalam konteks ini adalah proses pembelajaran


para mahasiswa magang dari PMI UIN KHAS Jember terkait pengetahuan,
pengalaman, serta skill mengenai bidang perikanan. Bersama dengan fasilitator
yaitu Mas Bagus dan Mas Arifin, para mahasiswa belajar berbagai hal mulai dari
perancangan dan pembuatan kolam bioflok, perlakuan pertama pada air, peletakan
ikan, perawatan ikan hingga panen, serta riset dalam prosesnya. Pembelajaran
dilakukan supaya para mahasiswa sekaligus juga mengetahui bagaimana cara
memulai usaha di bidang perikanan dari progres yang masih nol. Di samping
perikanan, kami juga mengembangkan teknik Aquaponic dengan media-media
sederhana yang mudah ditemukan seperti botol air minum, sluri, serbuk dan
serabut kelapa.

Pembelajaran dilakukan secara non-formal dengan teknik melihat-meniru-


mendengarkan. Artinya, keterlibatan para mahasiswa dimulai dari kegiatan
melihat yaitu memperhatikan apa yang dilakukan oleh para fasilitator.
Selanjutnya, meniru berarti para mahasiswa mempraktikkan secara mandiri
kegiatan yang telah dilakukan oleh para fasilitator. Sedangkan mendengarkan

24
berarti para mahasiswa mendengarkan setiap penjelasan yang diberikan oleh para
fasilitator terkait kegiatan yang sedang dilakukan. Kesimpulannya, para
mahasiswa memperoleh pengalaman pembelajaran yang menarik terkait
pengetahuan, skill, dan wawasan mengenai perikanan.

Dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran dilaksanakan secara


bertahap. Adapun para mahasiswa diarahkan oleh fasilitator untuk selalu mencatat
periodeisasi pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar selain belajar para
mahasiswa juga dapat menggambarkan sistematika kerja di sektor perikanan
dengan rapi dan tepat. Beberapa kegiatan terkait pembelajaran di sektor perikanan
yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

No Tanggal Kegiatan Deskripsi


.
1. 19-09-2022 Isi Air Pertama Mengisi air kolam D3.1 dengan diameter
3 m dengan ketinggian 70 cm selama 6
jam sehingga menghasilkan air dengan
volume 5 cm3 air.
2. 20-09-2022 Treatment Air Membuat campuran garam (2.5 kg) dam
kapur (125 g) ke dalam kolam. Keduanya
berfungsi sebagai penetralisir air dan
peningkat pH air.
3. 20-09-2022 Pembuatan Membuat media tanam bagi tanaman
Aquaponic dan kangkung dengan wadah botol yang telah
Penyemaian Biji dimodifikasi. Susunan penyatuan media
Kangkung tanam dari paling bawah adalah sabut
kelapa, sluri dan cocopeat (1:1), lalu bibit
kangkung. Serabut kelapa berfungsi
untuk menghambat media tanam agar
tidak langsung menyentuh air supaya
tidak mudah tergerus.
4. 21-09-2022 Treatment Air Mencampur molase atau ampas tebu

25
Kedua (250 ml), Aquaenzim (25 mg), E4 (5
tutup botol), dan tepung terigu (10 g)
yang telah diairasi selama 1 malam ke
dalam kolam. Campuran ini berfungsi
sebagai pemberian bakteri kepada kolam
bioflok.
5. 22-09-2022 SDA No. 1 Melakukan hal yang sama pada kolam
D3.2
6. 23-09-2022 SDA No. 2 Melakukan hal yang sama pada kolam
D3.2
7. 24-09-2022 SDA No. 4 Melakukan hal yang sama pada kolam
D3.2
8. 26-09-2022 Pemasangan Memasang terpal di kolam baru khusus
Terpal untuk pendederan
9. 26-09-2022 Pembuatan dan Pemasangan air rator berfungsi untuk
Pemasangan Air meningkatkan DO atau oksigen terlarut
Rator dalam air sehingga membantu ikan
dalam bernafas
9. 27-09-2022 Tebar Ikan Melepas ikan nila jenis kekar dengan
jumlah 250 ekor dengan panjang 6 cm
dan berat 5 g ke dalam kolam D3.1
10. 27-09-2022 Monitoring Melakukan riset terhadap tanaman
Kangkung kangkung yang terdapat pada kolam
D3.1 (panjang dan jumlah daun)
11. 30-09-2022 SDA No.9 Melakukan hal yang sama pada kolam
D3.2
12. 04-10-2022 SDA No. 10 Melakukan riset terhadap tanaman
kangkung yang terdapat pada kolam
D3.1 (panjang dan jumlah daun)
13.
NB: SDA=Sama Dengan di Atas

26
 Riset

Selagi melaksanakan jadwal kerja dan pembelajaran, kami mahasiswa magang


juga diarahkan untuk melakukan riset terhadap sektor perikanan yang kami
lakukan. Riset dalam perikanan ini artinya adalah mencari data progress atas
proses yang telah terlaksana. Riset tersebut sangat berguna untuk menganalisis
sejauh mana efektivitas program yang telah dilaksanakan. Terdapat beberapa
aspek dalam sektor perikanan ini yang perlu dilakukan riset. Beberapa aspek
tersebut meliputi air, ikan, pakan, dan kangkung (Aquaponic).

Untuk mengukur keempat aspek tersebut di atas, maka dibutuhkan parameter


masing-masing sesuai dengan jenis aspek yang ingin diteliti. Secara lebih detail,
berikut adalah parameter tang digunakan:

 Air

Pengukuran terhadap air terfokus pada dua hal yaitu keasaman air (pH) dan
oksigen yang terlarut di dalamnya (DO). Pengukuran ini dapat dilakukan setiap
seminggu sekali pada jam-jam tertentu seperti pagi dan sore. Alat yang digunakan
untuk mengukur pH air adalah kertas lakmus. Sedangkan alat yang digunakan
untuk mengukur DO dalam air adalah Dissolved Oxygen Meter atau disingkat
menjadi DO Meter.

 Ikan

Riset terhadap ikan dapat dilakukan setiap minggunya, terhitung sejak


peletakan awal ikan. Riset ini berusaha mencari panjang dan berat ikan. Metode
riset yang digunakan dapat menggunakan sampling ikan. Dari 250 ekor ikan yang
disebar di setiap kolam, 20 di antaranya dipisah kemudian diukur panjangnya
menggunakan penggaris dan diukur beratnya dengan timbangan. Sampling ini
dilakukan untuk menyingkat waktu riset agar tidak terlalu membuang waktu yang
terlalu banyak.

27
 Pakan

Riset terhadap pakan bergantung pada hasil riset ikan yaitu berat ikan. Riset
pakan dilakukan guna menemukan sebarapa banyak jumlah pakan yang harus
diberikan kepada ikan yang telah mengalami masa pertumbuhan selama satu
minggu dan sebarapa banyak total pakan ikan dalam satu bulan. Riset ini dapat
bermanfaat bagi pelaku usaha perikanan agar dapat memanajemen pengeluaran
untuk pakan ikan. Adapun dalam menentukan jumlah pakan yang harus diberikan
dalam 1 kolam, rumus yang digunakan adalah: berat ikan x jumlah ikan x
3/5%. 3/5% tersebut diambil dari jumlah pakan yang seharusnya dikonsumsi oleh
setiap ekor ikan yakni 3/5% dari berat tubuhnya.

 Kangkung

Adapun riset terhadap tanaman kangkung dalam Aquaponik yang dibuat


melingkari kolam dilakukan setiap satu minggu sekali. Dalam satu minggu,
panjang dan jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman kangkung tersebut perlu
dicatat. Setelah dirasa sudah siap konsumsi, maka berat tumbuhannya juga perlu
dihitung.

Pertanian

Mahasiswa magang dari PMI UIN KHAS Jember yang memilih untuk
berfokus pada sektor atau program pertanian di KGI YLPTP terdiri dari 3
mahasiswa perempuan, diantaranya : Rofiqoh Fazriatul Hasanah (D20192017),
Ika Khoirotun Nisa (D20192028), dan Aprilina Arifin (D20192040). Serupa
dengan sektor perikanan, pada sektor pertanian terdapat sistem yang mana lebih
dikenal dengan sistem belajar. Sistem belajar disektor pertanian meliputi beberapa
aspek diantaranya jadwal belajar, pengamatan dan pemberian materti serta belajar
langsung di lapangan (lahan pertanian).

28
 Jadwal Kerja

Dalam satu minggu, terdapat 5 (lima) hari aktif PPL/magang yaitu dimulai
dari Hari Senin dan berakhir di Hari Jum’at. Namun, dalam sektor pertanian
disepakati jadwal yakni dua kali pertemuan dalam satu minggu yakni pada
hari Rabu dan Kamis. Dihari kerja lain, mahasiswa yang mengambil fokus
pertanian biasanya hanya diisi kegiatan monitoring terhadap apa saja yang
sudah dilakukan ketika praktek di lapangan atau dalam artian di lahan
pertanian. Kegiatan pembelajaran dua kali dalam satu minggu biasanya
dimulai sejak pagi pukul 08.00 hingga sore pukul 12.00 WIB. Untuk kegiatan
monitoring disektor pertanian tidak ada jadwal khusus. Berikut rincian jadwal
pembelajaran mahasiswa PPL PMI UIN KHAS Jember di bidang pertanian :

Jadwal Kegiatan Pertanian UIN KHAS Jember dan UGJ Cirebon


Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
(19 September 2022) (21 September 2022) (22 September 2022)
 Membuat
 Identifikasi
Perencanaan
Masalah dengan
Magang
 Orientasi Lapangan Transect
selama 2 Bulan
 Survei Lokasi  Diskusi dan
 Praktek
 Perkenalan Presentasi Hasil
Memperbanya
 Sosialisasi Program Transek
k Tanaman
 Rencana Tindak
dengan Metode
Lanjut (RTL)
Stek
Pertemuan 4 Pertemuan 5 Pertemuan 6
(28 September 2022) (05 Oktober 2022) (06 Oktober 2022)
 Olah Lahan Uji  Pengadaan Pupuk  Pemaparan
Coba Organik Materi Tentang
 Mendesign Pola Uji  Penaburan Pupuk Budidaya
Coba Organik pada Terong dan
Lahan Uji Coba

29
Cabai
 Persiapan Perairan
 Proses
 Penyemprotan
Penanaman
MOL ( Mikro
Terong dan
Organisme Lokal)
Cabai
Pertemuan 7 Pertemuan 8 Pertemuan 9
(06 Oktober 2022) (12 Oktober 2022) (13 Oktober 2022)
 Pemaparan Materi  Monitoring
tentang Cara Tanaman Usia
Monitoring atau  Pengamatan Kedua 7 Hari usai
Pengamatan  Menggambarkan Penanaman
Pertumbuhan Perkembangan  Pengamatan
Tanaman Tanaman  Gambaran
 Pengamatan ke  Diskusi Hasil  Diskusi Hasil
Lahan Uji Coba Monitoring  Presentasi
 Menggambarkan  Presentasi Hasil  Praktek
Perkembangan  Materi Pembuatan
Tanaman Pembelajaran atau
 Diskusi Hasil tentang Molase Pengembangbi
Monitoring  RTL akan MOL
 Presentasi Hasil  Simpulan
 RTL  RTL
Pertemuan 10 Pertemuan 11 Pertemuan 12
(19 Oktober 2022) (20 Oktober 2022) (26 Oktober 2022)
 Monitoring  Tanaman Berumur  Tanaman
Tanaman Usia 13 14 hari Berusia 20
Hari usai  Penyemprotan Hari
Penanaman Pupuk Organik  Pengamatan
 Pengamatan Cair  Gambaran
 Gambaran  Sanitasi atau  Diskusi

30
 Diskusi Hasil
 Presentasi
 Presentasi
 Materi Belajar
 Materi tentang
Pembersihan tentang Pupuk
Ekosistem
Gulma Organik Cair
 Dinamika
 RTL
Kelompok
 RTL
Pertemuan 13
(27 Oktober 2022)
 Praktek Pembuatan
Pupuk Organik
Cair
 Pembelajaran Materi Pertanian
1. Pendalaman Data dan Permasalahan dengan Teknik Participatory
Rular Appraisal (PRA)
PRA (Particpatory Rular Appraisal) merupakan salah satu metode
atau pendekatan yang dapat dilakukan bersama dengan masyarakat
dalam menganalisis masalah kehidupan dalam membuat atau
merumuskan suatu perencanaan atau kebijakan yang sesuai dengan
kenyataan yang ada. Metode ini diperkuat dengan digunakannya
paradigma pembangunan berkelanjutan yang digunakan sebagai
landasan pembangunan di negara berkembang seperti di Indonesia.
PRA (Particpatory Rular Appraisal) bertujuan untuk merumuskan
penetapan prioritas suatu masalah dalam kehidupan untuk memperoleh
rumusan atas dasar masalah dan potensi, pengenalan dan kebutuhan
atas masalah yang terjadi, pemilihan alternative pemecahan masalah
yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan
sumberdaya serta perencanaan kegiatan guna mendapatkan solusi
untuk penyempurnaan pada tingkat yang lebih dalam.

31
Tahap awal penggalian data dan potensi di Kaliboto Green Institute
(KGI) menggunakan teknik Transect atau penelusuran wilayah secara
keseluruhan. Dari penelusuran tersebut ditemukan berbagai macam
potensi beserta permasalahannya. Transect dilakukan secara kolaborasi
oleh beberapa mahasiswa yang sedang melaksanakan program magang
di KGI terutama yang mengambil bidang pertanian, diantaranya adalah
mahasiswa UIN KHAS Jember, UIN RMS Solo dan UGJ Cirebon.
Berikut adalah hasil transect yang telah kamu temukan :

Hasil Transek Area Pertanian KGI LPTP


No Aspek Potensi Jumlah Masalah Upaya
1 Lahan Lahan luas ± 5 ha - Bero - Pemanfaatan
- Bergulma lahan agar
- Minim air lebih
- Tumbuhan optimal
kerdil - Menambah
- Jarak tanam pengelolaan
kurang ideal lahan agar
- Lahan subur dan
miring dan dapat
berbatu ditanami
sehingga tanaman
kurang - Penggunaan
menampung water
air dan springkle
tingkat erosi
tanah cukup
besar
sehingga
menghilangk
an bagian
top soil
tanah
2 Tanaman Pisang 97 - Populasi
banyak dan
tidak teratur
- Batang
kering dan
menguning
(terkena
virus)

32
- Jarak terlalu
dekat dengan
tanaman lain
Durian 8 Sudah berbunga
tapi tidak
menjadi buah
Buah Naga 66 - Batang
kering dan
menguning
(terkena
virus)
- Jarak terlalu
dekat dengan
tanaman lain
Jeruk Nipis 9 - Jarak terlalu
dekat dengan
tanaman lain
Singkong 135 - Jarak terlalu
dekat dengan
tanaman lain
- Ada indikasi
tikus tanah
Kopi 6 - Hama dan
bunga gagall
menjadi
buah
- Banyak
gulma di
bawah nya
Belimbing 3 - Banyak
gulma di
bawah nya
Kelor 8 - Banyak
gulma di
bawah nya
- Daun jarang,
Kuning dan
mudah
rontok
Cempedak 2 -
Nangka 7 - Buah banyak
dihinggapi
lalat buah
- Sebelum

33
matang buah
sudah busuk
Bunga Telang 7 -
Sukun 2 -
Terong 172 - Daun
menguning
- Daun mudah
jatuh,
terindikasi
virus
Cabai 160 - Banyak
gulma
penganggu
Kacang 35 -
Panjang
Kacang Otok 6 -
Pokak 1 -
Sengon 9 -
Pepaya 5 -
Jepang
Petai 1 -
Kelengkeng 38 - Bercak hitam
di daun nya,
tidak
berbunga
- Banyak
gulma
Merica 3 - Tidak
terawatt
- Tidak
berbuah
Randu 2 -
Jati 82 -

Talas 36 - Tidak
terawat
- Daun
menguning
- Tanaman
kerdil

34
Pepaya 6 - Tidak
terawat
- Banyak buah
matang yang
tidak di
manfaatkan
Rambutan 4 -
Sirsak 5 -
Kedondong 8 - Daun sedikit
Alpukat 5 -
Mahoni 13 -
Manga 2 -
Kenitu 1 -
Sereh 7 -
Jambu Air 3 - Buah ber ulat
Jambu Biji 1 -
Jeruk Bali 1 -
3 SDM 3

Dari hasil transect tersebut, kami memilih untuk memfokuskan kegiatan


program magang pada pengolahan lahan, penanaman sayuran, dan pemanfaatan
lahan yang kosong.
- Praktik Lapangan
Langkah awal kegiatan mahasiswa magang dalam sector pertanian yakni
melakukan olah lahan yang dipandu oleh Bapak Rohadi selaku koordinator
sector pertanian di KGI serta dibantu oleh Bapak Sukatman dan Bapak Suntoro.
Sebelum terjun ke lapangan, kami diberi sedikit pemahaman tentang kondisi dan
keadaan yang sedang dialami oleh sector pertanian KGI. Beberapa permasalahan
yang dihadapi oleh sector pertanian KGI diantaranya adalah lapisan top soil
yang sudah menipis yang disebabkan oleh erosi yang berlebihan, lahan kritis,
tanah kering dan berbatu, gulma dan penyakit yang menyerang berbagai macam

35
tanaman di KGI. Hal tersebut belum bisa diatasi karena sumber daya manusia
yang mengolah lahan pertanian KGI sangat terbatas hanya 3 orang.
Selanjutnya kami diarahkan menuju lahan pertanian untuk praktik mengolah
lahan sebelum ditanami sayuran. Langkah awal yakni, kami mencangkul lahan
untuk membuat pematang (bedengan). Setelah proses tersebut selesai, kami
diarahkan menuju kandang domba milik sector peternakan KGI untuk
mengambil pupuk organic untuk disebar ke lahan yang telah kita olah. Dalam 1
petak lahan yang ukurannya kurang lebih 3x5 m membutuhkan 6-7 karung
kotoran domba. 1 karung kotoran domba beratnya sekitar 5-10 kg. Pupuk
organic disebar dan dicampur dengan tanah dalam bedengan. Tujuan disebarnya
pupuk organic ini adalah untuk menyuburkan tanah dan menambah nutrisi yang
hilang akibat lapisan top soil yang sudah menipis. Setelah proses pencampuran
pupuk organic dengan tanah yang ada dilahan, selanjutnya kami menyiram
dengan air yang bertujuan untuk menggemburkan tanah. Setelah disiram
kemudian lahan disemproti dengan cairan MOL (mikro organisme lokal) yang
merupakan starter pack dalam pembuatan kompos atau biasa disebut dengan
pupuk organic. MOL merupakan cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami.
MOL merupakan kumpulan mikro organisme yang bisa diternakkan dan
berfungsi dalam konsep zero waste adalah untuk starter pembuatan kompos
organic. Dengan MOL ini konsep pengomposan dapat selesai dalam waktu
kurang lebih 3 Minggu.
Setelah semua rangkaian pengolahan lahan selesai, kami melanjutkan proses ke
penanaman bibit sayur terong dan cabai. Jenis cabai yang ditanam adalah jenis
cabai rawit (capsicum frutescens) dan terong ungu (solanum melongela). Cabai
rawit sebanyak 156 dan terong ungu sebanyak 245 bibit. Penanama dilakukan
pada pagi hari, karena menyesuaikan dengan musim saat ini. Musim saat ini
memasuki musim pancaroba yakni peralihan antara musim panas ke musim
penghujan.
Pasca bibit sayur ditanam, untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sayur maka kami melakukan pengamatan pada tanaman. Berikut adalah
hasil pengamatan setelah hari ke 6.

36
2. MOL (Microorganisme Local)
Dalam budidaya tanaman persoalan kesuburan tanah menjadi faktor utama agar
tanaman mampu berproduksi secara optimal. Selama ini ketersediaan unsur hara
bagi tanaman lebih banyak diperoleh dari asupan luar berbentuk kimia sintesis,
dampaknya tanah sulit diolah (menjadi bantat) dan meningkatkan keasaman
tanah.
Alam sebenarnya telah menyediakan berbagai sumber makanan bagi tanaman
berupa limbah pertanian, perikanan, peternakan dan rumah tangga, maupun
limbah industry. Untuk itu perlu adanya inisiasi mencari alternatif penyediaan
unsur hara bagi tanaman dan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita.
Mengapa Organik? Karena ada beberapa alasan sebagai berikut:
a. Kandungan hara makro dan mikro lengkap
b. Mampu menggemburkan tanah dan menambah bahan organic tanah
c. Meningkatkan daya serap air
d. Menjamin kehidupan mikroorganisme tanah
e. Dapat dikembangkan sendiri.

Bahan pembuatan MOL adalah sebagai berikut:

1. Bonggol pisang 10kg


2. Air cucian beras 20 lt
3. Gula merah yang terbuat dari tebu
4. Air tawar

Alat-alat yang diperlukan:

1. Drum dari plastic


2. Ember
3. Gayung
4. Plastic untuk tutup
5. Botol air mineral ukuran 1,5 lt
6. Selang bangunan 1 – 1,5m
7. Tali karet

37
8. Pisau dan alat tumbuk

Cara pembuatan MOL adalah sebagai berikut:

1. Kupas bonggol pisang kemudian dicuci, lalu dicincang dan ditumbuk


sampai halus
2. Gula merah disisir, kemudian dilarutkan kedalam air dan aduk hingga rata
3. Masukkan cacahan bonggol pisang kedalam drum
4. Tuangkan cairan gula yang telah dilarutkan
5. Tuangkan air leri/air cucian beras kedalam drum dan aduk hingga rata
6. Tutup drum dengan plastic kemudian diikat dengan tali dan diberi lubang
sebesar ukuran selang.
7. Siapkan botol air meniral yang sudah diisi air -+ 2/3 dan tutupnya diberi
lubang ukuran selang
8. Masukkan selang kedalam drum kemudian hubungkan kedalam mineral
yang sudah diisi ait tersebut
9. Letakkan ditempat yang teduh, tidak terkena sinar matahari dan aman
10. Tunggu -+ 7 – 10 hari
11. Kemudian peras adonan MOL, yang sudah diproses tadi dan disaring
12. Masukkan kedalam drigen kemasan/botol
13. MOL siap digunakan.

Cara penggunaan MOL :

1. Pada saat pengelolaan lahan, semprotkan MOL dengan ukurn 4 lt yang


dicampur dengan 10lt air, dilakukan 5 hari sebelum tanam.
2. Pada saat tanaman 10 hari semprotkan MOL dengan ukuran 1 gelas 1 gelas
aqua dengan 14 lt air.
3. Pada saat tanaman umur 15 hari lakukan penyiangan kemudian
semprotkan MOL lagi dengan perlakuan sama dengan poin ke dua
4. Pada saat tanaman premordia semprotkan POC dengan ukuran sama
seperti poin 2

38
5. Pada saat tanaman sudah berbunga lakukan penyemprotan lagi dengan
POC.

Catatan: wadah yang digunakan harus dibersihkan dari bahan kimia.

Pengamatan atau Monitoring

Hasil pengamatan pada minggu pertama setelah tanam pada tanaman cabai dan
tanaman terong diperoleh kesimpulan sebagai berikuut :

Cabai

Analisa Agroekosistem Tanaman Cabai

Lokasi : Lahan Uji Coba KGI

Kelompok : Pengamatan Cabai

Jenis Tanaman : Cabai Varietas

Pelaksanaan :

Hari : Kamis

Tanggal : 13 Oktober 2022

Waktu : 09.30 WIB

Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 R
R
Tinggi 13 14 11 13 15 11 13 10 4 9
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
Jml. 7 10 8 6 9 8 4 4 4 7
Daun
Pjg. 4,6c 4,6c 3,8c 4,5c 4,5c 3,8c 3,8c 4,2c 2,7c 5,5
Daun m m m m m m m m m cm
Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hija Hija H
sedik
daun it dan u u
men hita

39
guni m
ng

Jml.sera
ngga
Umur Tanaman : 7 hst

- Rata-rata tinggi tanaman cabai 11,3 cm


- Rata-rata jumlah daun 6,9
- Rata-rata panjang daun 4,16 cm
- Warna daun hijau
- Jumlah tanaman yang terserang : 10 sample tanaman terserang
daun berlubang, bercak kuning, dan bercak hitam
- Tidak ditemukan serangga
- Cuaca cerah berawan
- Kondisi tanah baik (gembur)
- Kondisi air baik
- Kondisi gulma sedang
- Hasil pengamatan lain : kerusakan daun berjumlah 52,17%
- Kesimpulan : tanaman perlu ditindaklanjuti karena kerusakan
mencapai 52,17%
- RTL : dilakukan penyemprotan pestisida organic pada tanggal 19
oktober 2022
Pengamat : April, Rikeu, Titiek, Bejo.

Terong

Analisa Agroekosistem Tanaman Terong

Lokasi : Lahan Uji Coba KGI

Kelompok : Pengamatan Terong

Jenis Tanaman : Terong Varietas

40
Pelaksanaan :

Hari : Kamis

Tanggal : 13 Oktober 2022

Waktu : 09.30 WIB


Umur Tanaman : 7 hst

Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata -
Rata
Tinggi 26,5 31 cm 26,5 27,5 31 31 29,5 31,5 34,5 36,5cm 30,85
cm cm cm cm cm cm cm cm Cm
Jml. 3 5 4 6 7 6 6 4 6 7 5,4 Cm
Daun
Pjg. 7,8 11,9 10,9 9,2c 10c 9,15 9,61 10,72 10,2 11,15c 10 Cm
Daun cm cm cm m m cm cm cm 8cm m
Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau
daun
Jml.sera 2 1 1
ngga

- Rata-rata tinggi tanaman 22,05 cm


- Rata-rata jumlah daun 4,6 lembar
- Rata-rata panjang daun 6,69 cm
- Warna daun hijau, beberapa daun berlubang
- Jumlah tanaman yang dihinggapi serangga yaitu satu tanaman
- Kondisi tanah lembab
- Kondisi gulma sedikit
- Kondisi air cukup
- Cuaca cerah berawan
- Hasil pengamatan lain : kerusakan daun berjumlah 7,6%
- Kesimpulan : tanaman sehat belum perlu RTL

41
- Akan dilakukan pengamatan ulang pada minggu berikutnya
ditanggal 20 Oktober 2022
Pengamat : Alfi, Icha, Rofiqoh, Fahmi.

Hasil pengamatan pada minggu kedua setelah tanam pada tanaman cabai dan
tanaman terong diperoleh kesimpulan sebagai berikuut :

Cabai

Analisa Agroekosistem Tanaman Cabai

Lokasi : Lahan Uji Coba KGI

Kelompok : Pengamatan Cabai

Jenis Tanaman : Cabai Varietas

Pelaksanaan :

Hari : Kamis

Tanggal : 20 Oktober 2022

Waktu : 09.30 WIB

Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-
Rata

Tinggi 13 15 11 cm 13 14 12 13 12 6 cm 14 12,3 Cm
cm cm cm cm cm cm cm cm

Jml. 9 11 10 7 11 9 8 10 6 8 8,9 Cm
Daun

Pjg. 5,37 5,5 5,31 4,83 5,85 5,14 4,91 3,93 4,16 7,18 5,18 Cm
Daun cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm

Warna Hija Hija Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau
daun u u

42
Jml.ser 1 0 1 1 63 2 8 1 1 0 77
angga

- Rata – rata tinggi tanaman cabai 12,3 cm


- Rata – rata jumlah daun 9 helai
- Rata – rata panjang daun 5,18 cm
- Warna daun hijau
- Jumlah tanaman terserang hama ada 10 tanaman
- Jumlah serangga 77
- Cuaca cerah kemudian berawan
- Kondisi tanah gembur dan lembab
- Kondisi air tersedia
- Kondisi gulma intensitas sedang
- Hasil pengamatan ditemukan kerusakan daun sejumlah 49,4%

Kesimpulan setelah dilakukan penyemprotan pada hari Senin, 17 Oktober 2022


kerusakan pada daun menurun, kondisi daun baru menjadi lebih segar namun
jumlah hama meningkat.

RTL : Penyiangan gulma, penyemprotan pada tanggal 21 oktober 2022

Terong

Analisa Agroekosistem Tanaman Terong

Lokasi : Lahan Uji Coba KGI

Kelompok : Pengamatan Terong

Jenis Tanaman : Terong Varietas

Pelaksanaan :

Hari : Kamis

Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata -Rata

43
Tinggi 26,5 31 26,5 27,5 31 31 29,5 31,5 34,5 36,5 30,85 Cm
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
Jml. 3 5 4 6 7 6 6 4 6 7 5,4 Cm
Daun
Pjg. 7,8 11,9 10,9 9,2 10 9,15 9,61 10,7 10,2 11,1 10 Cm
Daun cm cm cm cm cm cm cm 2 8 5
cm cm cm
Warna Hija Hija Hija Hijau Hija Hija Hijau Hija Hija Hija Hijau
daun u u u u u u u u
Jml.ser 2 1 1
angga
Tanggal : 20 Oktober 2022

Waktu : 09.30 WIB

- Rata – rata tinggi tanaman terong 30,85 cm


- Rata – rata jumlah daun 5,4 helai
- Rata – rata panjang daun 10 cm
- Jumlah tanaman yang dihinggapi serangga yaitu dua tanaman
- Kondisi tanah lembab
- Kondisi gulma sedang
- Kondisi air cukup
- Cuaca cerah berawan
- Tambahan tunas baru 1
- Kerusakan daun 55,5%

Kesimpulan tanaman perlu ditindak lanjuti karena kerusakan daun mencapai


55,5%

RTL : Penyiangan, penyemprotan biopestisida/POC dilakukan pada tanggal 21


Oktober 2022

44
b. Hasil Pelaksanaan Praktikum
 Profil Desa Kaliboto

Desa Kaliboto, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar,


Provinsi Jawa Tengah merupakan satu dari 13 (tiga belas ) desa di Kecamatan
Mojogedang yang mempunyai jarak 09 Km dari kota kabupaten. Kecamatan
Mojogedang merupakan salah satu dari 17 (tujuh belas) kecamatan di Kabupaten
Karanganyar. Secara geografis Desa Kaliboto berbatasan sebelah Barat dengan
Desa Banjarharjo, sebelah Utara dengan Desa Buntar, sebelah Timur dengan
Desa Gebyog, dan Selatan berbatasan dengan Desa Kalijirak , Luas wilayah
adminstratif 626.0470 Km Desa Kaliboto letak topografis tanahnya termasuk
tanah liat./ lempung.

1. Perbatasan Wilayah
a. Sebelah Utara : Desa Buntar
b. Sebelah Selatan : Desa Kalijirak
c. Sebelah Barat : Desa Banjarharjo
d. Sebelah Timur : Desa Gebyog
2. Jarak Desa Ke

45
a. Kecamatan : 2,7 km
b. Kabupaten : 8,4 km
c. Provinsi : 117 km
3. Luas Wilayah Desa Kaliboto
Terdiri Dari
a. Tanah Sawah : 1.570
b. Tanah Kering : 1.632
c. Tanah Sawah Irigasi Sederhana : 272
d. Tanah Pekarangan : 273
e. Tanah Tegalan /Ladang : 35
f. Hutan Negara :-
g. Tanah Perkebunan :-
h. Tanah Lainnya :-
4. Mata Pencaharian Penduduk
Mata Pencaharian Jumlah
PNS 58
ABRI 1
Pensiunan 15
Perangkat 16
Karyawan Swasta 2075
Petani 1439
Pekebun 650
Buruh Tani 323
Pedagang 43
Pengusaha 29
Wiraswasta 279
Lainnya 426

5. Jumlah Dusun, RW, Dan RT


a. Dusun :8

46
b. Dukuh : 18
c. RW : 16
d. RT : 41
Desa Kaliboto terbagi menjadi 8 ( delapan ) Dusun yaitu :
Dusun Rukun Tetangga Rukun Warga
Dusun Gulunan 4 2
Dusun Ngrombo 5 2
Dusun Juranggebang 4 2
Dusun Ngelo 7 2
Dusun Bendungan 5 2
Dusun Ngemplak 6 2
Dusun Kaliboto 5 2
Dusun Karang. 4 2

 Penduduk :

Penduduk Desa Kaliboto berdasar Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah
Laki - Laki 2.631 Jiwa
Perempuan 2.712 Jiwa
Jumlah 5.343 Jiwa
Jumlah KK 1.238 KK

 Pendidikan :

Penduduk Desa Kaliboto berdasarkan Pendidikan


Taman Kanak-kanak 122 Jiwa
Tidak tamat SD 425 Jiwa
Tamat SD 2.796 Jiwa

47
Tamat SLTP 1113 Jiwa
Tamat SLTA 581 Jiwa
Akademi 57 Jiwa
Sarjana 52 Jiwa
Belum Sekolah 82 Jiwa
Tidak sekolah 115 Jiwa
Jumlah 5343 Jiwa

 Pemeluk Agama :

Agama yang Dianut Penduduk Desa Kaliboto


Islam 5.248 Jiwa
Katholik 19 Jiwa
Kristen 76 Jiwa
Hindu -
Budha -
Jumlah 5343 Jiwa

 Kondisi Perekonomian Masyarakat Desa Kaliboto


Desa Kaliboto dengan mayoritas mata pencaharian Petani dengan
pendapatan per kapita rata-rata Rp. 1.000.000,-/bulan dengan kategori desa
mampu diantara 13 desa di Kecamatan Mojogeang, adapun Industri
lokal/home industry yang ada di Desa Kaliboto adalah:
a. Industri tempe
b. Pande besi
c. Anyaman bambu
d. Pembuatan pagar tralis / besi
e. Pembuatan makanan ringan
f. Budidaya jamur

48
Model yang dikembangkan dalam proses penggalian tingkat kesejahteraan
masyarakat dilakukan mulai dari kolompok masyarakat tingkat dusun.
Masyarakat menyampaikan secara terbuka tentang kriteria rumah tangga
miskin yang selanjutnya telah ditetapkan di tingkat Desa Kaliboto, adapun
kriteria rumah tanggah miskin adalah:
a. Rumag Gedek dari bambu, semi permanen
b. Lantai tanah atau Plesteran kasar
c. Tidak punya pekerjaan tetap
d. Usaha tidak lancar
e. Pendidikan rendah
f. Kendaraan sepeda ontel
g. Sumber air dari sumur,sungai tidak terlindungi
h. Mampu berobat hanya ke Puskesmas
i. Maksimal membeli pekaian 1 setel setahun
j. Tidak punya MCK kalau punya sangat jelek

Dengan kriteria diatas maka Rumah Tangga Miskin (RTM) berjumlah 240,
RTM. terdiri dari laki-laki 60 dan perempuan 180 orang.

 Perbaikan Fungsi Lingkungan

Pemetaan secara kolaboratif dilakukan terhadap masyarakat RT. 01 dan


02, RW. 15, serta RT. 01 dan 02 RW. 16, Dusun Karang. Data diperoleh dari 199
keluarga dengan pembagian 173 kepala keluarga laki-laki dan 26 kepala keluarga
perempuan. Data diperoleh secara kuantitatif oleh mahasiswa sejumlah kurang
lebih 35 orang yang berasal dari 4 kampus berbeda. Untuk lebih jelasnya, berikut
adalah grafik data responden yang merupakan masyarakat Dusun Karang:

49
80
70 67
60 51
50
40 35
L
30 20 P
20 13
10 3 6 4
0
1 2 1 2
15 16

Perolehan data selanjutnya dianalisis sesuai dengan fokus program dari


masing-masing mahasiswa. Mahasiswa PMI UIN KHAS Jember memiliki fokus
pada perbaikan fungsi lingkungan. Data yang telah terkumpul selanjutnya
direduksi sesuai kebutuhan sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Dalam
perbaikan fungsi lingkungan, kategori data masyarakat yang dibutuhkan adalah
meliputi sanitasi, sampah, dan konservasi lingkungan. Pada bagian ini, perolehan
data terkait ketiga aspek tersebut akan disajikan untuk menggambarkan baik
potensi maupun permasalahan yang dialami oleh masyarakat Dusun Karang.

Sanitasi merupakan bidang yang membahas fasilitas dan pelayanan untuk


membuang kotoran manusia seperti feses dan urine dengan aman. Sistem sanitasi
yang baik akan melindungi kesehatan masyarakat dengan mencegah manusia
bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya.
Fasilitas sanitasi yang diperlukan masyarakat di antaranya adalah kamar mandi,
WC, genangan air, saluran limbah, septitank, dan kebutuhan air bersih. Untuk satu
keluarga masyarakat yang tinggal dalam satu rumah, idealnya memiliki seluruh
fasilitas tersebut agar kegiatan sanitasi yang mereka lakukan dapat tersalurkan
dengan baik. Pasalnya sebagaimana penjelasan di atas, sistem sanitasi yang baik
akan menghindarkan masyarakat dari bahaya berbagai kotoran yang mengandung
banyak sekali penyakit.

Di bawah ini akan disajikan dalam bentuk grafik beberapa kepemilikan


warga terhadap seluruh fasilitas bidang sanitasi di atas:

1. Grafik Kepemilikan Kamar Mandi

50
80
69
70
60
50 46
39
40 Ada
30 23 Tidak ada
20
10 2 1
0
1 2 1 2
15 16

2. Grafik Kepemilikan WC
80
70 68

60
50 45
39
40 Ada
30 23 Tidak ada
20
10 3 2
0
1 2 1 2
15 16

3. Grafik Kepemilikan Genangan Air


100 93
90
80 76
70
60
50 Ada
40 Tidak Ada
30 25
20
10 5
0
15 16

4. Grafik Kepemilikan Saluran Limbah

51
80
70
70
60 57
50
39
40 Ada
30 23 Tidak ada
20
9
10 1
0
1 2 1 2
15 16

5. Grafik Kepemilikan Septitank


80
70 68
60 57
50 45
40 Ada
30 23 Tidak Ada
20
10 3 2 1
0
1 2 1 2
15 16

6. Sumber Air Bersih


80
70 67
60 57
50 PAM
40 36
PDAM
30 24 Sumur
20 10 Sumur & PDAM
10 1 3
0
1 2 1 2
15 16

Fasilitas kamar mandi, WC, dan Septitank berdasarkan data di atas secara
umum telah cukup untuk disebut memadai. Masing-masing keluarga rata-rata
memiliki ketiga fasilitas fisik tersebut di rumah masing-masing. Hanya sebagian
kecil dari masyarakat di Dusun Karang yang belum memiliki fasilitas tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa urgensi pembangunan maupun pengadaan ketiga
fasilitas sanitasi tersebut di Dusun Karang terbilang sangat rendah.

52
Sebaliknya, kepemilikan masyarakat terhadap saluran pembuangan limbah
masih cukup minim. Dari 199 keluarga, hanya 32 keluarga yang memiliki saluran
pembuangan. Jumlah kepemilikannya bahkan tidak lebih dari setengah jumlah
keluarga yang tinggal di Dusun Karang. Hal ini menjadi indikator bahwa
masyarakat di Dusun Karang perlu meningkatkan fasilitas sanitasinya dengan
membuat saluran pembuangan limbah yang layak, mengingat seberapa pentingnya
bidang sanitasi bagi kesehatan masyarakat.

Jumlah kepemilikan saluran pembuangan limbah yang sedikit akhirnya


menimbulkan permasalahan baru bagi masyarakat. Hal ini terbukti dari
keberadaan genangan air yang jumlahnya cukup banyak. Terhitung sejumlah 169
keluarga yang di rumahnya terdapat genangan air terbuka. Keberadaan genangan
air di sekitar rumah memiliki potensi bahaya yang cukup serius. Beberapa di
antaranya adalah penyakit gastrointestinal, infeksi kulit, hepatitis, nyamuk, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, penting bagi warga Dusun Karang untuk
membersihkan genangan air dari sekitar rumahnya.

Sementara itu, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau


proses alam yang berbentuk padat. Sampah merupakan segala barang yang
dibuang yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik yang indsutri maupun
domestik (rumah tangga). Di masyarakat, sampah rumah tangga perlu dikelola
dengan baik untuk kepentingan konservasi lingkungan. Selain menjaga kebersihan
dan keindahan lingkungan, mengelola sampah bahkan juga dapat memberikan
dampak positif yaitu nilai ekonomi. Beberapa jenis sampah dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan daur ulang sehingga menciptakan sistem sampah sirkular.

Di bawah ini akan dipaparkan beberapa konteks terkait hubungan


masyarakat dengan sampah yang meliputi kepemilikan tempat sampah, kegiatan
memilah sampah, dan pengelolaan sampah. Data akan ditampilkan dalam bentuk
grafik supaya memudahkan pembaca dalam mencermati data. Adapun detailnya
adalah sebagai berikut:

53
1. Grafik Kepemilikan Tempat Sampah
50
45 44
40 36
34
35 31
30
25 Ada
20 17 17 Tidak Ada
15 13
10 7
5
0
1 2 1 2
15 16

2. Grafik Kegiatan Memilah Sampah


60
49
50 45
40
31
30 Ada
Pernah
20 16 Tidak ada
12 12 12 12
9
10
1
0
1 2 1 2
15 16

3. Grafik Pengelolaan Sampah


70 65
60 57

50
39
40 Bakar
Dibakar dan dijual
30
23 Dijual
20 Timbun
10 6 5
21 1
0
1 2 1 2
15 16

54
Berdasarkan data grafik di atas, kita dapat menyimpulkan bahwasannya
perhatian masyarakat terhadap sampah dan pengelolaannya masih tergolong
minim. Ditinjau dari data kepemilikan tempat sampah, terdapat total 71 keluarga
yang belum memiliki tempat sampah di rumahnya. Padahal, kepemilikan tempat
sampah merupakan salah satu hal penting yang perlu dimiliki pertama kali agar
dapat menempatkan dan mengelola sampah dengan baik.

Penilaian tentang minimnya perhatian masyarakat ini semakin dikuatkan


dengan adanya data selanjutnya yaitu tingkat kegiatan memilah sampah yang
masih cukup kecil. Berdasarkan data di atas dapat disebutkan bahwasannya hanya
terdapat 10 keluarga yang melakukan kegiatan pemilahan sampah. Kegiatan
memilah sampah ini adalah membedakan sampah sesuai jenisnya yaitu sampah
anorganik dan sampah organik. Dari 199 keluarga, 52 keluarga memang pernah
memilah sampah akan tetapi frekuensi waktu pernah berarti mereka terhitung
jarang melakukan kegiatan ini.

Terakhir dari data pengelolaan sampah, masih banyak sekali masyarakat di


Dusun Karang yang belum memiliki perhatian khusus untuk mengelola sampah
dengan baik dalam rangka konservasi lingkungan. 184 keluarga mengelola
sampahnya dengan cara dibuang sedangkan 11 lainnya menimbun sampah.
Kegiatan ini dapat dikatakan kurang bijiak untuk kepentingan konservasi
lingkungan sebab membakar sampah dapat menambah polusi udara sedangkan
menimbun sampah yang tidak dipilah juga dapat menyebabkan polusi tanah
karena sampah anorganik yang sulit terurai di tanah.

Apabila setiap hari terdapat 184 keluarga yang membakar sampah apalagi
jika dilakukan dua kali yakni setiap pagi dan sore hari maka polusi udara juga
dapat meningkat di daerah tersebut. Benar memang masyarakat tidak langsung
merasakan dampak dari kegiatan yang mereka lakukan saat ini, akan tetapi apabila
kegiatan ini terus saja dilakukan maka bukan tidak mungkin jika gas emisi rumah
kaca akan terus meningkat sehingga menyebabkan udara yang lebih panas dalam
beberapa tahun mendatang (pemanasan global). Hal ini jelas berbanding terbalik

55
dengan konsep konservasi lingkungan yang alih-alih membakar sampah namun
justru memanfaatkan sampah untuk sesuatu yang lebih bermanfaat.

Sayangnya, pemanfaatan sampah seperti menjual kembali sampah


anorganik dan menjadikan sampah organik sebagai pupuk masih cukup minim.
Hanya 4 orang yang melihat potensi tersebut sehingga dapat memperoleh
keuntungan dari sampah.

 Perikanan

Di sektor perikanan, terdapat 4 riset yang dilakukan yaitu riset air dan ikan
riset pakan, serta riset aquaponic (kangkung). Keempat riset tersebut dilakukan
pada 2 kolam bioflok yang telah dirancang untuk menjadi kolam sampling dengan
jumlah ikan pada masing-masing kolam yaitu 250 ekor. Adapun hasil dari
keempat riset tersebut akan dipaparkan pada sajian berikut ini:

1. Hasil Riset Air dan Ikan


Tabel Pengukuran Berat dan Panjang Ikan Nila Kekar pada Kolam
Bioflok 1

6.

56
Tabel Pengukuran Berat dan Panjang Ikan Nila Kekar pada Kolam
Bioflok 2

Tabel Kematian Ikan Nila Kekar pada Kolam Bioflok 1 dan Kolam Bioflok 2

No Tanggal Jumlah Kematian


Kolam Bioflok 1 Kolam Bioflok 2
1 30 September 2022 1 0
Jumlah Bulan September 2022 1 0
2 3 Oktober 2022 1 0
3 4 Oktober 2022 0 2
4 5 Oktober 2022 4 2
5 6 Oktober 2022 2 1
6 7 Oktober 2022 3 1
7 8 Oktober 2022 0 1
8 9 Oktober 2022 2 2
9 10 Oktober 2022 0 1
10 11 Oktobrt 2022 2 2
11 12 Oktober 2022 1 2
12 13 Oktober 2022 0 1
13 14 Oktober 2022 1 1
14 15 Oktober 2022 0 3
15 16 Oktober 2022 0 2
16 17 Oktober 2022 1 0
17 18 Oktober 2022 1 1
18 19 Oktober 2022 0 0
19 20 Oktober 2022 0 2
20 21 Oktober 2022 0 0

57
21 22 Oktober 2022 0 0
22 23 Oktober 2022 0 0
23 24 Oktober 2022 1 2

1. Hasil Riset Pakan dan Pengeluaran Total


a. Analisis jumlah biaya
a) Biaya kolam bioflok
Pembuatan kolam bioflok berjumlah 2 kolam dengan bahan –
bahan seperti kapur, garam, molase, aquaenzyme, EM4, dan
tepung terigu.
1) Kapur

Harga kapur 1 kg sebesar Rp. 5.000, sedangkan yang


dibutuhkan untuk pembuatan 2 kolam bioflok sebanyak 250
gr.
1000 gr = Rp. 5.000
1000 gr: 4 = Rp. 5.000 : 4
250 gr = Rp. 1.250
Maka biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 1.250.

2) Garam

58
Harga 50 kg sebesar Rp. 139.900 dibulatkan manjadi Rp.
140.000, sedangkan yang dibutuhkan untuk membuat 2 kolam
bioflok sebanyak 5 kg.
50 kg = Rp. 140.000
50 kg : 10 = Rp. 140.000 : 10
5 kg = Rp. 14.000
Maka biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 14.000

3) Molase

Harga 1,5 kg molase sebesar Rp. 19.000, sedangkan yang


dibutuhkan untuk pembuatan 2 kolam bioflok sebesar 500 ml.
1 gr = 1 ml
1500 gr = 1500 ml

59
1500 ml : 3 = Rp. 19.000 : 3
500 ml = Rp. 6.333 dibulatkan menjadi Rp. 6.330
Maka biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 6.330

4) Aquaenzyme

Harga 100 gr aquaenzyme sebesar Rp. 18.550 dibulatkan


menjadi Rp. 18.600, sedangkan yang dibutuhkan untuk
pembuatan 2 kolam bioflok sebanyak 50 gr.
100 gr = Rp. 18.600
100 gr : 2 = Rp. 18.600 : 2
50 gr = Rp. 9.300
Maka biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 9.300

5) EM4

60
Harga 1 liter EM4 sebesar Rp. 25.000, sedangkan yang
dibutuhan untuk pembuatan 2 kolam bioflok sebanyak 50 ml.
1000 ml = Rp. 25.000
1000 ml : 20 = Rp. 25.000 : 20
50 ml = Rp. 1.250
Maka biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 1.250

6) Tepung Terigu

Harga 1 kg tepung terigu sebesar Rp. 11.000, sedangkan yang


dibutuhkan untuk pembuatan 2 kolam bioflok sebanyak 20 gr.
1000 gr = Rp. 11.000
1000 gr : 50 = Rp. 11.000 : 50
20 gr = Rp. 220
Maka biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 220

61
1) Air

Jumlah air yang dikeluarkan untuk mengisi satu kolam yang


berdiameter 3 dengan ketinggian 70 cm maka volume kolam
bioflok tersebut sebesar 5 m3. Hasil 5 m3 dari rumus tabung: ℼ
x r x r x t = 3,14 x 1,5 x 1,5 x 0,7 = 4,9455 dibulatkan menjadi
5 m3.
Rumus penghitungan biaya air = konsumsi air (m3) x tarif
= 5 m3 x Rp. 1.900
= Rp. 9.500
Jadi biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu kolam bioflok
sebesar Rp. 9.500.
Maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat dua kolam
bioflok sebesar Rp. 9.500 x 2 = Rp. 19.000

Jadi jumlah semua biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan 2


kolam bioflok sebesar Rp. 51.350

b) Biaya pakan ikan nila selama satu bulan


Biaya pembuatan pakan ikan nila meliputi beberapa campuran
seperti pelet, bawang putih, aquaenzyme, neobro, dan air.
1) Pelet

62
Rumus pemberian pakan = Jumlah Ikan x Bobot Ikan x 5%
= 250 ekor x 5 gr x 5%
= 62,5 gr
Jadi total pelet yang dikeluarkan selama satu hari sebanyak
62,5 gr per kolam, maka total pelet yang dikeluarkan untuk 2
kolam sebanyak 125 gr pelet.
Total pelet yang dikeluarkan untuk satu bulan:
125 gr x 30 = 3.750 gr
Jadi total pelet selama satu bulan sebanyak 3.750 gr.
Harga 1 kg pelet sebesar Rp. 12.500, sedangkan yang
dibutuhkan selama satu bulan sebanyak 3,75 kg.
3,75 kg x Rp. 12.500 = Rp. 46.875
Dibulatkan menjadi Rp. 46.900
Maka biaya pelet yang dibutuhkan selama satu bulan sebesar
Rp. 46.900

2) Bawang Putih

63
Harga bawang putih 1 kg sebesar Rp. 24.500, sedangkan yang
dibutuhkan untuk pembuatan pakan selama satu bulan
sebanyak 250 gr.
1000 gr = Rp. 24.500
1000 gr : 4 = Rp. 24.500 : 4
250 gr = Rp. 6.125
Dibulatkan menjadi Rp. 6.200
Maka jumlah biaya bawang putih yang dibutuhkan selama satu
bulan sebesar Rp. 6.200

3) Aquaenzyme

64
Harga aquaenzyme 100 gr sebesar Rp. 18.550 dibulatkan
menjadi Rp. 18.600, sedangkan yang dibutuhkan untuk
pembuatan pakan selama satu bulan sebanyak 50 gr.
100 gr = Rp. 18.600
100 gr : 2 = Rp. 18.600 : 2
50 gr = Rp. 9.300
Maka jumlah biaya aquaenzyme yang dibutuhkan selama satu
bulan sebesar Rp. 9.300

4) Neobro

Harga neobro 250 gr sebesar Rp. 31.310 dibulatkan menjadi


Rp. 31.300, sedangkan yang dibutuhkan untuk pembuatan
pakan selama satu bulan sebanyak 50 gr.
250 gr : 5 = Rp. 31.300 : 5
50 gr = Rp. 6.260
Maka jumlah biaya neobro yang dibutuhkan selama satu bulan
sebesar Rp. 6.260

65
5) Air

Jumlah air yang dibutuhkan selama satu bulan untuk


pembuatan pakan ikan sebanyak 20% dari total pelet.
Total pelet x 20% = Jumlah air untuk pembuatan pakan
3750 x 20% = 750 ml
750 ml = 0,00075 m3
Rumus penghitungan biaya air = konsumsi air (m3) x tarif
= 0,00075 m3 x Rp. 1.900
= Rp. 1.425
Maka jumlah biaya air yang dikeluarkan selama satu bulan
sebesar Rp. 1.425

Jadi jumlah semua biaya yang dibutuhkan untuk pakan ikan


nila selama satu bulean sebesar Rp. 70.085

66
c) Mesin aerator selama satu bulan

Mesin aerator yang digunakan untuk dua kolam bioflok sebanyak


satu mesin dengan ukuran 100 watt.
Rumus penghitungan biaya listrik adalah berapa watt dikalikan
waktu pemakaian, kemudian dijadikan kwh dan terakhir dikalikan
biaya tarif.
= 100 watt x (24 jam x 30)
= 100 watt x 720 jam
= 72000 watt = 72 kwh
1 kwh = Rp. 1.352
72 kwh x Rp. 1.352 = Rp. 97.344
Jadi biaya yang dibutuhkan untuk mesin aerator selama satu bulan
sebesar Rp. 97.344

67
d) Ikan Nila Kekar

Harga ikan nila kekar ukuran 5-6 sebanyak 50 ekor sebesar Rp.
55.000, sedangkan jumlah ikan nila kekar satu kolam bioflok
sebanyak 250 ekor.
50 ekor x 5 = Rp. 55.000 x 5
250 ekor = Rp. 275.000
Jadi jumlah biaya ikan nila kekar yang dibutuhkan untuk dua
kolam bioflok sebesar Rp. 275.000 x 2 = Rp. 550.000

e) Jumlah biaya pembuatan kolam bioflok, pakan ikan selama satu


bulan, mesin aerator, dan ikan

Tabel Biaya Pembuatan Kolam Bioflok, Pakan Ikan Nila Selama Satu
Bulan, Mesin Aerator, dan Ikan

Keterangan No Bahan Jumlah Harga


Pembuatan dua 1 Kapur 250 gr Rp. 1.250
kolam bioflok 2 Garam 5 kg Rp. 14.000
3 Molase 500 ml Rp. 6.330
4 Aquaenzyme 50 gr Rp. 9.300
5 EM4 50 ml Rp. 1.250

68
6 Tepung terigu 20 gr Rp. 220
7 Air 10 m3 Rp. 19.000
Jumlah biaya Rp. 51.350
Pakan ikan nila 1 Pelet 3,75 kg Rp. 46.900
selama satu bulan 2 Bawang putih 250 gr Rp. 6.200
3 Aquaenzyme 50 gr Rp. 9.300
4 Neobro 50 gr Rp. 6.260
5 Air 0,00075 m3 Rp. 1.425
Jumlah Biaya Rp. 70.085
Mesin aerator 72 kwh Rp. 97.344
Jumlah Biaya Rp. 97.344
Ikan Nila Kekar 500 ekor Rp. 550.000
Jumlah Biaya Rp.
550.000
Jumlah Biaya Keseluruhan Rp. 768.779

2. Hasil Riset Aquaponic (kangkung)


Tabel Pengukuran Tanaman Kangkung pada Kolam Bioflok 1

69
70
Catatan:

P: Panjang

BD: Banyak Daun

BT: Belum Tumbuh

Tabel dan Grafik Rata – Rata Perkembangan Tanaman


Kangkung

No Minggu Keberapa Rata - rata


Panjang Banyak Daun
1 Minggu ke-0 - -
20 September 2022
2 Minggu ke-1 6,5 9,7
27 September 2022
3 Minggu ke-2 10,1 17,4
4 Oktober 2022
4 Minggu ke-3 13,4 24
11 Oktober 2022
5 Minggu ke-4 18,3 28,9
17 Oktober 2022
6 Minggu ke-5 18,9 31,9
24 Oktober 2022
7 PANEN Berat Total Berat Rata – Rata
24 Oktober 2022
113 gr 3,8

71
Grafik Perkembangan Kangkung
35
30
25
20
15
10
5
0
Rata - Rata Panjang Rata - Rata Banyak
Daun

Minggu ke-0 Minggu ke-1 Minggu ke-2


Minggu ke-3 Minggu ke-4 Minggu ke-5

 Fakta Persoalan Sektor Perikanan KGI


1 Tingginya Populasi Ikan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap fasilitator sektor
perikanan di KGI, jumlah kolam yang tersedia di KGI masih belum
memadai jumlah ikan nila yang tersedia. Saat ini terdapat sekitar 60.000
ekor ikan nila jenis kekar dan sultana, sementara jumlah kolam hanya
berkisar 13 kolam yang tersedia. Dalam 1 kolam berdiameter 3 meter
dengan kapasitas air sejumlah 5 kubik, standar maksimum ikan hanya
berikisar 700 ekor ikan saja. Sedangkan untuk kolam diameter 5 meter
dengan kapasitas air 7 kubik, jumlah maksimum ikan yang bias
dibudidayakan hanya berkisar kurang lebih 1000 ekor. Oleh karena itu,
jumlah populasi ikan di KGI tidak berimbang dengan jumlah kolam yang
tersedia.
2 Kapasitas dan Kontinuitas Aerator
Kolam bioflok sangat membutuhkan pasokan oksigen yang cukup sebab
oksigen terlarut merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan ikan.
Dalam 1 kolam berdiameter 3 meter dibutuhkan pasokan oksigen sejumlah
…. Sementara untuk kolam berdiameter 5 meter dibutuhkan oksigen
sejumlah…. Adapun ketersediaan aerator di KGI hanya berjumlah 3 mesin
dengan kemampuan transfer oksigen sejumlah ..per detik. Oleh karena itu,
kebutuhan dan ketersediaan aerator di KGI ini masih tidak sesuai dengan

72
standar yang dibutuhkan. Di samping itu, kontinuitas aerator yang
bergantung pada aliran listrik juga seringkali membuat permasalahan.
Apabila listrik mati maka begitupula aerator dan selanjutnya berdampak
pada kehidupan ikan di kolam. Jika aerator mati untuk waktu yang cukup
lama maka ikan nila juga sering mati dan mengambang.
3 Nihilnya SOP Kerja dan Job Desc
Sektor perikanan di KGI tidak memiliki landasan gerakan dan standar
operasional kerja yang mapan. Fasilitator bersifat bebas dalam
menentukan program atau kegiatan yang akan dilakukan. Alhasil, sektor
perikanan ini terbiasa melaksanakan program yang bersifat spekulatif dan
dadakan. Selain itu, pembagian porsi kerja antar fasilitator dan antara
fasilitator dengan peserta magang juga kurang jelas. Semua kegiatan
dilakukan menyesuaikan pada kesediaan masing-masing individu yang
bergerak di sektor ini.
4 Latar Belakang Fasilitator
Kedua fasilitator di sektor perikanan memiliki latar belakang pendidikan
dari sektor yang berbeda yaitu sektor pertanian. Hal ini berpengaruh
terhadap visi dan program yang mereka lakukan yang masih bersifat coba-
coba dan dalam rangka pembelajaran.
 Rekomendasi Program
1. Perluasan lahan dan pembuatan kolam tambahan
2. Penyediaan genset dan perbanyakan aerator
3. Pembuatan kurikulum perikanan dan pembagian job desc
4. Pelatihan fasilitator mengenai perikanan
 Pertanian
c. Solusi

Solusi merupakan sebuah penyelesaian berbentuk aksi dan pemikiran


dalam menyikapi hasil pemetaan masalah yang ditemukan di lapangan. Dalam
konteks ini, solusi hanya dikhususukan untuk fokus perbaikan fungsi lingkungan
yang dilakukan di Dusun Karang. Terdapat tiga macam solusi sesuai fokus bidang

73
yang kami laksanakan dalam bentuk program kerja (proker) dan dalam bentuk
rekomendasi kegiatan untuk rencana pembangunan jangka panjang. Secara lebih
detail, berikut penjelasannya:

 Perbaikan Fungsi Lingkungan

Berdasarkan hasil pemetaan masyarakat yang dilakukan pada warga RT. 01


dan 02, RW. 15, serta RT. 01 dan 02 RW. 16, Dusun Karang, maka perlu
dilakukan beberapa upaya dalam rangka konservasi lingkungan, pengembangan
teknologi dan pengelolaan sampah terpadu, serta pembuatan sanitasi yang baik.
Ketiganya menjadi fokus program kerja kami yang dilaksanakan ketika proses
PPL/magang. Prinsipnya, kami menggunakan slogan “act locally, think globally”.
Artinya, program kerja yang kami lakukan bersifat sederhana namun dapat
berdampak pada aspek yang luas dan bersifat global. Berikut adalah 3 program
kerja yang telah kami laksanakan:

1. Sosialisasi Sistem Pengelolaan Sampah

Pelaksanaan program kerja yang pertama ini berkolaborasi dengan mahasiswa


dari UIN Raden Mas Said Surakarta. Hal ini dilakukan sebab kesamaan fokus
gerakan yang kami pilih selama melaksanakan PPL/magang di LPTP penempatan
Desa Kaliboto. Sosialisasi dilakukan terhadap masyarakat RT. 01 dan 02, RW. 15,
serta RT. 01 dan 02 RW. 16, Dusun Karang. Sosialisasi ini dilaksanakan pada
pukul 20.00 WIB. pada tanggal 18 September 2022 yang berlokasi di Balai
Pertemuan Dusun Sidorejo. Sosialisasi ini dilaksanakan bertepatan dengan acara
pertemuan masyarakat dalam rangka arisan dusun.

Dalam sosialisasi ini, kami berupaya menyampaikan kepada masyarakat


tentang berbagai hal terkait sampah seperti jenis sampah rumah tangga, manfaat
pengelolaan sampah, dan pemanfaaan sampah. Program kerja sosialisasi dipilih
sebab hal ini berkaitan dengan kebiasaan masyarakat yang perlu terlebih dahulu
dimulai dengan penyampaian pesan dan organisir massa. Sosialisasi ini
diwujudkan dalam rangka pelaksanaan rencana tindak lanjut dari hasil data

74
pemetaan masyarakat mengenai hubungan masyarakat dengan sampah yang
meliputi kepemilikan tempat sampah, pemilahan sampah, dan pengelolaan
sampah.

Di samping itu, kami berkoordinasi dengan dua Ibu RT dari masing-masing RT


untuk dapat mengorganisir warganya dalam pengelolaan sampah ini. Adapun
sistem yang kami tawarkan untuk pengelolaan sampah secara sistematis adalah
sebagai berikut:

 Memilah dan mengumpulkan sampah di rumah masing-masing


 Menempatkan sampah yang telah dipilah dalam kresek atau plastik
 Membawa sampah yang telah terkumpul ketika kegiatan nyapu
arisan
 Mengumpulkan sampah tersebut ke satu tempat yang disetujui
 Menentukan waktu penjualan sampah
 Mencatat dan memanfaatkan hasil penjualan sampah untuk sesuatu
yang mengandung manfaat bagi kepentingan umum

Untuk mendukung sistem ini supaya berjalan dengan baik, maka kami
melakukan monitoring sekaligus membantu mengumpulkan hasil sampah
masyarakat yang dilakukan setiap kegiatan nyapu arisan yaitu pada minggu pagi.

2. Pembuatan Ecobrick

Ecobreak merupakan botol plastik yang diisi padat dengan limbah non
biological untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali. Setelah
melakukan sosialisasi tentang pengolahan sampah, penting juga untuk
memberikan alternatif yang lain kepada masyarakat tentang bagaimana cara
mengelola sampah dengan efektif. Ecobrick ini kami lakukan pada tanggal 01
Oktober 2022 dan membawa hasilnya untuk diperkenalkan kepada masyarakat.
Hal ini diharapkan agar masyarakat dapat memiliki gambaran yang luas tentang
bagaimana cara mengelola sampah yang baik.

75
3. Pembuatan Biopori

Pembuatan biopori atau sumur resapan adalah upaya untuk membantu warga
dalam mengelola sistem sanitasi di rumah masing-masing. Program kerja ini
berangkat dari data banyaknya genangan air dan kurangnya saluran limbah rumah
tangga di masyarakat. Keduanya perlu ditanggulangi sebab potensi bahaya yang
dimiliki yakni dapat menjadi sarang penyakit dan nyamuk.

Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah
sebagai metode resapan air. Biopori berguna untuk mengatasi genangan air
dengan cara meningkatkan daya resap air ke pada tanah. Cara membuatnya juga
tergolong mudah. Kita hanya perlu menggali tanah sedalam kurang lebih 40 cm
ke bawah, lalu masukkan pipa paralon yang pinggirnya telah dilubangi. Terakhir,
timbun bagian terdalam pipa dengan sampah organic seperti daun, tanaman, sisa
makanan, dan lain sebagainya.

Pembuatan biopori dilakukan di salah satu rumah warga yaitu Bapak Pridadi.
Pada prosesnya, kami bekerjasama dengan bapak pridadi dalam pembuatannya
dengan disimak oleh para masyarakat yang lain. Pembuatan biopori akan sangat
bermanfaat bagi warga apalagi dengan cara pembuatannya yang cukup mudah.

4. Rekomendasi Program

Di samping ketiga program kerja di atas, kami memiliki sejumlah rekomendasi


program lainnya untuk mengatasi permasalahan masyarakat dalam urusan sampah
dan sanitasi. Beberapa program di bawah ini hanya menjadi rekomendasi sebab
pelaksanaannya yang membutuhkan waktu yang cukup panjang serta
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kami telah mengkomunikasikan
rekomendasi ini kepada aparat desa setempat agar menjadi salah satu referensi
pembangunan Desa Kaliboto pada jangka panjang. Adapun beberapa rekomendasi
program yang kami canangkan adalah sebagai berikut:

 Tempat Pembuangan Akhir

76
Isu pengelolaan sampah dan kepemilikan tempat sampah yang terjadi di Dusun
Karang merupakan sebuah gambaran tentang minimnya perhatian pemerintah
Desa Kaliboto dan masyarakat setempat terkait sampah. TPA dapat dijadikan
salah satu rencana pembangunan sebab tidak adanya fasilitas tersebut saat ini serta
urgensi penanganan sampah yang baik. Adanya TPA dapat menjadi alternatif bagi
masyarakat yang merasa tidak memiliki cukup waktu untuk dapat mengelola
sampah dengan baik.

 Gerobak Sampah Keliling

Untuk mendukung kesuksesan pembangunan TPA, perlu diorganisir sistem


gerobak sampah keliling di lingkungan masyarakat Desa Kaliboto. Hal ini agar
memudahkan masyarakat dalam membuang sampah supaya menjadi lebih teratur.
Selain itu, gerobak sampah keliling dapat menjadi salah satu referensi pekerjaan
sampingan untuk masyarakat Desa Kaliboto.

 Bank Sampah

Bank sampah merupakan rencana jangka panjang dari sosialisasi tentang


pengelolaan sampah yang kami lakukan pada program kerja selama masa PPL.
Sosialisasi yang kami laksanakan sebenarnya memiliki hakikat tujuan yaitu untuk
membudayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang baik serta
memperkenalkan potensi ekonomis dari sampah. Apabila masyarakat telah
memiliki kebiasaan yang baik dalam mengelola sampah, maka bank sampah
nantinya akan menjadi target pembangunan masyarakat agar dapat mandiri dalam
pengelolaan sampah.

 Pembuatan Biogas

Kaliboto Green Institute (KGI) milik LPTP telah menciptakan biogas dari
kotoran ternak dan manusia sejak beberapa tahun terakhir. KGI berhasil
memanfaatkan kotoran hasil sanitasi yang terlihat sudah tidak berguna lagi untuk
sesuatu yang sangat bermanfaat. KGI sudah tidak perlu lagi membeli gas tabung
yang harganya selalu naik akhir-akhir ini.

77
Hal tersebut di atas merupakan potensi yang harus diperhatikan oleh
pemerintah Desa Kaliboto maupun masyarakat setempat. Mereka dapat meminta
pihak KGI untuk mensosialisasikan program biogas ini. Pasalnya, apabila
masyarakat sadar akan hal itu, maka nilai harga beli masyarakat dapat ditekan
sehingga menghemat pengeluaran rumah tangga sehari-hari.

78
BAB IV
KESIMPULAN

Yayasan LPTP lahir dari pergulatan intelektual para pegiat atas situasi sosial saat
itu. Yayasan LPTP merupakan buah pemikiran atas ilham yang diperoleh dari
refleksi buku fenomenal karya E. F. Schumacher, Small is Beautiful: A Study of
Economic As If People Mattered (Terbit pertama kali Tahun 1973). Refleksi
intelektual inilah yang menjadikan gerak yayasan LPTP hingga saat ini.
Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan tatanan kehidupan
yang adil, bermartabat, dan berkelanjutan, melalui pengembangan ilmu
pengetahuan dan tekonologi kerakyatan

Perbaikan fungsi lingkungan merupakan upaya YLPTP dalam rangka


menciptakan lingkungan masyarakat khususnya yang berada di pedesaan menjadi
lingkungan yang sehat, tertata, serta bermanfaat bagi kehidupan masyarakat itu
sendiri. Perbaikan fungsi lingkungan yang kami lakukan bergerak khusus pada
pengembangan teknologi dan metodologi pengelolaan sampah terpadu serta
sanitasi.

Sanitasi merupakan bidang yang membahas fasilitas dan pelayanan untuk


membuang kotoran manusia seperti feses dan urine dengan aman. Sistem sanitasi
yang baik akan melindungi kesehatan masyarakat dengan mencegah manusia
bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya.
Adapun pengelolaan sampah berfokus pada pengorganisasian masyrakat untuk
menerapkan sistem kelola sampah dengan memperhatikan potensi dan
kebermanfaatannya,

Selain program kerja bersama masyarakat, kami juga memiliki program kerja
di Kaliboto Green Institute yakni dibidang pertanian dan perikanan. Program
pertanian di Kaliboto Green Institute (KGI) merupakan salah satu program yang
saat ini terus dikembangkan untuk mendukung konsep integrated farming.
Program pertanian dengan konsep ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah

79
pemanfaatan potensi lahan secara maksimal dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan sebagai sarana edukasi masyarakat secara umum.

Pengembangan program pertanian di KGI juga sebagai sarana untuk


melakukan riset, penambahan wawasan dari segi soft skill dan hard skill serta
pengalaman bagi pengelola, mahasiswa dan masyarakat. Metode pembelajaran
sebagai sarana pengembangan soft skill yakni dengan menerapkan sistem
kefasilitatoran yang mana didalam sistem ini, pihak KGI memberikan fasilitas
pembelajaran, media belajar dan lokasi belajar.

Terakhir, program perikanan di Kaliboto Green Institute (KGI) merupakan


salah satu sektor yang dikembangkan sebagai wahana penambah riset, wawasan,
skill, dan pengalaman baik bagi pengelola maupun mahasiswa magang. Tujuan
sektor perikanan di KGI ini adalah untuk mendukung adanya konsep integrated
farming, sebagai ladang bisnis, dan edukasi terhadap umum

80

Anda mungkin juga menyukai