Tugas 1
MAKALAH
FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN
“Pendahuluan Filsafat ”
OLEH :
ERLINA YUSLIANI
(19175003)
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Fatni Mufit, S.Pd., M.Si
Pakhrur Razi, S.Pd, M.Si, Ph.d
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Filsafat Ilmu Pendidikan” Pendahuluan Filsafat”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikanmakalah
ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Ilmu
Pendidikan, Ibu Dr. Fatni Mufit, S.Pd., M.Si dan Bapak Pakhrur Razi, S.Pd, M.Si,
Ph.d
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk istimewa yang diciptakan Allah SWT.
Keistimewaan manusia terletak pada potensi-potensi yang Allah berikan
kepadanya. Baik itu potensi yang berupa fisik ataupun non-fisik. Semua potensi
fisik manusia memiliki fungsi yang sangat luar biasa kegunaannya bagi
keberlangsungan hidup manusia itu sendiri, begitupun dengan potensi non-fisik
yang terdiri atas: jiwa (psyche), akal (ratio) dan rasa (sense). Dengan potensi
akalnya, manusia mampu menjadi mahluk yang lebih mulia kedudukannya
daripada mahluk lain. Allah telah mengaruniai manusia sebuah anugerah yang
mampu menjadikan manusia mahluk yang berbudaya. Berbeda dengan hewan
yang tidak mampu berbudaya dikarenakan hewan tidak memiliki akal. Dengan
akalnya ini pula manusia mampu berfikir, bernalar dan memahami diri serta
lingkungannya, berefleksi tentang bagaimana ia sebagai seorang manusia
memandang dunianya dan bagaimana ia menata kehidupannya.
Sebagaimana dalam surat Al-baqarah:164
1
2
coba dipaparkan sebuah pengantar filsafat sebagai bekal dalam menuju dan
mengungkap rahasia terbesar yang tersimpan dalam akal kita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
2. Apa saja objek studi dan metode filsafat?
3. Apa saja bidang kajian filsafat: Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi?
4. Apa saja aliran dalam filsafat?
5. Apa saja cabang-cabang filsafat?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat
2. Untuk mengetahui objek studi dan metode filsafat
3. Untuk mengetahui bidang kajian filsafat: Ontologi, Epistomologi dan
Aksiologi
4. Untuk mengetahui aliran dalam filsafat
5. Untuk mengetahui cabang-cabang filsafat
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Guru/Tenaga pendidik sebagai tambahan wawasan mengenai pengertian
filsafat, objek studi dan metode filsafat, bidang kajian filsafat
2. Sumber ide dan referensi bagi penulis lain.
3. Penulis, sebagai modal dasar untuk mengembangkan diri dalam bidang
penulisan, menambah pengetahuan dan pengalaman.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Filsafat
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Kata filsafat berasal dari
kata Yunani, yaitu philosophia, terdiri dari kata philos yang berarti cinta atau
sahabat dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan.
Jadi, philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran,
dalam hal ini kebenaran ilmu pengetahuan. Dalam penggunaan populer, filsafat
dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut
sebagai pandangan masyarakat (masyarakat).
Selain itu, masyarakat juga mempunyai filsafat yang bersifat kelompok.
Oleh karena manusia itu makhluk sosial, maka dalam hidupnya ia akan hidup
bermasyarakat dengan berpedoman pada nilai-nilai hidup yang diyakini bersama.
Inilah yang disebut filsafat atau pandangan hidup. Bagi bangsa Indonesia,
Pancasila merupakan filsafat bangsa. Henderson sebagaimana dikutip oleh Uyoh
Sadulloh (2007:16) mengemukakan: Populerly, philosophy menans one’s general
view of lifeof men, of ideals, and of values, in the sense everyone has a philosophy
of life”.
Di Jerman dibedakan antara filsafat dengan pandangan hidup
(Weltanscahuung). Filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat
mendalam sampai ke akar-akarnya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat
Magnis Suseno (1995:20) bahwa filsafat sebagai ilmu kritis. Dalam pengertian
lain, filsafat diartikan sebagai interpretasi atau evaluasi terhadap apa yang penting
atau apa yang berarti dalam kehidupan. Di pihak lain ada yang beranggapan
bahwa filsafat sebagai cara berpikir yang kompleks, suatu pandangan yang tidak
memiliki kegunaan praktis. Ada pula yang beranggapan bahwa para filsuf
bertanggung jawab terhadap cita-cita dan kultur masyarakat tertentu. Seperti
halnya Karl Marx dan Fredrich Engels yang telah menciptakan komunisme.
Thomas Jefferson dan John Stuart Mill telah mengembangkan suatu teori yang
dianut dalam masyarakat demokratis. John Dewey adalah peletak dasar kehidupan
pragmatis di Amerika.
4
5
Filsafat sering juga dapat diartikan sebagai ―berpikir reflektif dan kritis‖
(reflective and critical thinking). Namun, Randall dan Buchler sebagaimana
dikutip oleh Uyoh Sadulloh (2007:17) memberikan kritik terhadap pengertian
tersebut, dengan mengemukakan bahwa definisi tersebut tidak memuaskan,
karena beberapa alasan, yaitu: 1) tidak menunjukkan karakteristik yang berbeda
antara berpikir filsafati dengan fungsi-fungsi kebudayaan dan sejarah, 2) para
ilmuwan juga berpikir reflektif dan kritis, padahal antara sains dan filsafat
berbeda, 3) ahli hukum, ahli ekonomi juga ibu rumah tangga sewaktu-waktu
berpikir reflektif dan kritis, padahal mereka bukan filsuf atau ilmuwan.
Dalam Al-Quran dan budaya Arab terdapat istilah “hikmat‖ yang berarti
arif atau bijak. Filsafat itu sendiri bukan hikmat, melainkan cinta yang sangat
mendalam terhadap hikmat. Dengan pengertian tersebut, maka yang dinamakan
filsuf adalah orang yang mencintai dan mencari hikmat dan berusaha
mendapatkannya. Al-Syaibani (1979) mengatakan bahwa hikmat mengandung
kematangan pandangan dan pikiran yang jauh, pemahaman dan pengamatan yang
tidak dapat dicapai oleh pengetahuan saja. Dengan hikmat filsuf akan mengetahui
pelaksanaan pengetahuan dan dapat melaksanakannya.
Seorang filsuf akan memperhatikan semua aspek pengalaman manusia.
Pandangannya yang luas memungkinkan ia melihat segala sesuatu secara
menyeluruh, memperhitungkan tujuan yang seharusnya. Ia akan melampaui batas-
batas yang sempit dari perhatian yang khusus dan kepentingan individual. Harold
H. Titus (1959) mengemukakan pengertian filsafat dalam arti sempit maupun
dalam arti luas. Dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai ilmu yang berkaitan
dengan metodologi atau analisis bahasa secara logis dan analisis makna-makna.
Filsafat diartikan sebagai science of science‖ yang bertugas memberi analisis
secara kritis terhadap asumsi-asumsi dan konsep-konsep ilmu, mengadakan
sistematisasi atau pengorganisasian pengetahuan. Dalam pengertian yang lebih
luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda
dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup
dan makna hidup. Ada beberapa definisi filsafat yang dikemukakan Harold Titus,
yaitu:
(1) Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta;
7
(2) Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif dan penelitian penalaran;
(3) Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah;
(4) Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia yang memiliki peran
penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Dalam kegiatan ini
manusia akan berusaha untuk mencapai kearifn dan kebajikan. Kearifan
merupakan hasil dari filsafat dari usaha mencapai hubungan-hubungan antara
berbagai pengetahuan dan menentukan implikasinya, baik yang tersurat maupun
yang tersurat dalam kehidupan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat merupakan
kegiatan berpikir yang khas, yaitu radikal, sistematis dan universal untuk mencari
kearifan, kebenaran yang sesungguhnya dari segala sesuatu. Berfilsafat berarti
berpikir merangkum (sinopsis) tentang pokok-pokok atau dasar-dasar dari hal
yang ditelaahnya.
On=being, dan Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The Theory of Being Qua
Being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). [Amsal Bakhtiar,
2007:132)
Sedangkan Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa ontologi membahas
apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan
lain suatu pengkajian mengenai yang “ada”. [Jujun S. Suriasumantri, 1985:5]
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
➢ Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Ontologi adalah ilmu tentang
hakikat yang ada.
➢ Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan Kenyataan yg asas, baik yang
berbentuk jasmani / konkret, maupun rohani / abstrak.
Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun
1636 M yang menamai teori tentang hakikat yang ada bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya, Christian Wolff (1679 – 1754 M) membagi metafisika
menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum
dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Sedang metafisika khusus masih
dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi.[Amsal Bahtiar, 2004:135].
Objek kajian ontologi adalah hakikat seluruh kenyataan. Yang nantinya, objek
ini melahirkan pandangan-pandangan (point of view) / aliran-aliran pemikiran
dalam kajian ontologi antara lain: Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme,
dan Agnotisisme.
Namun demikian, kajian ontologi telah mendapatkan serangan keras
bukan hanya dari tokoh agama, melainkan oleh sebagian filsuf sendiri. Meski
demikian, ia masih tetap eksis karena adanya kebutuhan manusia terhadapnya.
Ilmu pengetahuan hanya mampu menyediakan sejumlah proposisi dan hukum
yang berkaitan dengan fenomena-fenomena dan tidak bisa memberikan sebuah
penafsiran yang komprehensif tentang alam. Ilmu pengetahuan seperti kita
ketahui hanya membahas peristiwa dan fenomena yang dapat ditangkap
pancaindra. Ada banyak hal yang lebih dalam daripada itu yang tidak bisa
dikajinya. Misalnya, tentang “prinsip pertama” dan “sebab pertama” dari segala
10
sesuatu. Dalam ontologi ini, terdapat dua bagian penting, yakni (1) metafisika
umum dan (2) metafisika khusus. Persoalan metafisika umum antara lain sebagai
berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan, atau eksistensi itu?
b. Bagaimana penggolongan dari yang ada, keberadaan, atau eksistensi?
c. Apa sifat dasar, kenyataan, atau keberadaan?
Sementara itu, metafisika khusus mempersoalkan hakikat yang ada pada
tiga bagian penting berikut.
a. Kosmologi mempersoalkan hakikat alam semesta, termasuk segala isinya,
kecuali manusia. Persoalan-persoalan kosmologi (alam) bertalian dengan
hal-hal berikut.
1) Asal mula, perkembangan, dan struktur atau susunan alam.
2) Jenis keteraturan apa yang ada di alam?
3) Apa hakikat hubungan sebab akibat?
4) Apakah ruang dan waktu itu?
b. Antropologi, yakni bidang ilmu yang mempersoalkan hakikat manusia.
Persoalan yang ada antara lain menyangkut hal-hal berikut.
1) Bagaimana terjadinya hubungan badan dan jiwa?
2) Apa yang dimaksud dengan kesadaran?
3) Manusia sebagai makhluk bebas atau tidak bebas?
c. Teologi, yaitu bidang yang mempersoalkan hakikat Tuhan. Ini merupakan
konsekuensi terakhir dari seluruh pandangan filsafat. Tema-tema yang
dibicarakan berkisar pada kesucian, kebenaran, keadilan, dan sifat-sifat
Tuhan.
Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu
mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai
bangunan sistem pemikiran yang ada.
2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai
eksisten dan eksistensi.
11
2. Epistomologi
Ontologi dan ilmu-ilmu lain didasarkan pada asumsi bahwa dengan
kemampuannya, manusia dapat mengetahui hakikat segala sesuatu dan
mengetahui berbagai karakter terkait hal-hal eksistensial. Hal ini kemudian
mendorong munculnya pertanyaan dan perdebatan dari para filsuf yang tidak
mau menerima sebuah konsep, pendapat, atau hakikat, kecuali setelah
mengadakan kajian dan klarifikasi. Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan objek
kajian epistemologi (teori pengetahuan).
Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme
berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan
sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur,
metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Pengertian lain, menyatakan
bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah
hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana
pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William S.Sahakian dan
Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun S.Suriasumantri, 2005).
Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha
yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat
pada suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa
epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan
kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat
yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan
pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya
sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
12
3. Aksiologi
Menurut Kamus Filsafat, Aksiologi Berasal dari bahasa Yunani Axios
(layak, pantas) dan Logos (Ilmu). Jadi aksiologi merupakan cabang filsafat yang
mempelajari nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Aksiologi berkaitan dengan kegunaan dari suatu ilmu, hakekat ilmu sebagai
suatu kumpulan pengetahuan yang didapat dan berguna untuk kita dalam
menjelaskan, meramalkan dan menganalisa gejala-gejala alam. (Cece Rakhmat,
2010).
Aksiologi adalah cabang filsafat yang secara khusus mengkaji cita-cita,
sistem nilai, atau nilai-nilai mutlak (tertinggi), yaitu nilai-nilai yang dianggap
sebagai “tujuan utama”. Nilai-nilai ini dalam filsafat adalah al-haq (kebenaran),
kebaikan, dan keindahan. Aksiologi disebut juga sebagai dengan teori nilai, yaitu
sesuatu yang diinginkan, disukai, atau yang baik. Aksiologi membahas tentang
tujuan ilmu pengetahuan, untuk apa pengetahuan itu digunakan; Bagaimana
keterkaitannya antara cara penggunaan ilmu tersebut sesuai kaidah moral;
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan – pilihan moral;
15
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu
agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi
seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Nilai
kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat
ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga
hal, yaitu:
a. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi
dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu
ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem
kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya
mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-
teori filsafat ilmu.
b. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima
kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai
pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani
kehidupan.
c. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
d. Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan
pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu
masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu
dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari
cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan
amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara
tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua
masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
4. Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasar rasio, ide-ide yang
masuk akal, selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki, zaman
rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke-XVII sampai akhir abad ke-
XVIII, pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan
yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran, ternyata,
penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu
pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu
alam.
Sebagai aliran dalam filsafat yang mengutamakan rasio untuk memperoleh
pengetahuan dan kebenaran, rasonalisme selalu berpendapat bahwa akal
merupakan faktor fundamental dalam suatu pengetahuan, dan menurut
rasionalisme pengalaman tidak mungkin dapat menguji kebenran hukum “sebab-
akibat” karena peristiwa yang tak terhingga dalam kejadian alam ini tiadak
mungkin dapat di observasi, bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme
disebabkan kelemahan alat indra itu dan dapat di koreksi sendainya akal
digunakan.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan Indra dalam memperoleh
pengetahuan, pengalaman indra digunakan untuk merangsang akal dan
memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja, akan tetapi
akal juga dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak didasarkan bahan indra
sama sekali, jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang
betul-betul abstrak.
Indra dan akal yang bekerja sama belum juga dapat dipercaya mampu
mengetahui bagian-bagian tertentu tentang suatu objek, manusi mampu
menangkap keseluruhan objek beserta intuisinya, jika yang bekerj hanya rasio
yang menjadi andalan rasionlisme maka pengatahun yang diperoleh ialh
pengatahuan filsafat dan pengatahuan filsafat itu sendiri ialah pengatahuan logis
tanpa didukung data empiris, jadi pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang
sifatnya logis saja.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah Rene Descartes (1596-1650 M), Nicholas
Malerbranche (1638-1775 M), B. De Spinoza (1632-1677 M), G.W.Leibniz
20
zaman idealisme pada masa abad ke-18 dan 19, yaitu saat Jerman sedang
memiliki pengaruh besar di Eropa.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah : Plato (477-347), B. Spinoza (1632-1677
M), Liebniz (1685-1753 M), Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant(1724-1881
M), J. Fichte (1762-1814 M), F.Schelling (1755-1854 M), dan G. Hegel (1770-
1831 M).
7. Renaissance
Dalam periodisasi sejarah filsafat Barat, istilah renaissance digunakan
untuk menandai masa-masa antara abad ke-13 dan akhir abad ke 15, istilah
Renaissance sendiri berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan
kembali oleh sejarawan istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai
periode kebangkitan intelektual, khususnya Eropa. ciri filsafat Renaissance ada
pada filsafat modern, yaitu menghidupkan kembali rasionalisme Yunani.
Berbeda dengan abad sebelumnya, yakni abad pertengahan yang lebih
menitikberatkan pada aspek ajaran agama Kristen di mana gereja menjadi
simbol kejayaan dan kekuasaan dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam
pemikiran, orientasi pemikiran di abad ini lebih bersifat teosentris ketimbang
filosofis murni, maka tak heran bila segala sesuatunya dikembalikan kepada
Tuhan sehingga akhirnya gereja sangat mendominasi dan siapa pun tidak bisa
mengganggu gugat kekuasaan dan otoritasnya. \
Situasi preode ini judtru berbeda dengan abad pertengahan memiliki
semangat kebebasan, spirit kebebasn ilnilah yang pernah terjadi di zaman
sebelumnya hilang akibat sistem teokrasi ynag membelenggu dan memberangus
kebebasan hingga ahirnya kembali dihirup dan dinikmati di era kebngkitan ini.
Beberapa tokoh pemikir era ini adalah Dante Alighieri (1265-1321 M) dari
Italia, Ia merupakan tokoh kritis yang berani menentang minoritas gereja pada
saat itu, paus Bonaface VIII yang berkuasa saat itu ditentang akibat ambisi
politiknya yang besar dan seharusnya tidak begitu. Tetapi, bukan berarti ia benci
terhadap ajaran agama Kristen.
8. Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari kata dasar exist. Kata
exist itu sendiri berasal dari bahasa ex keluar dan sister berdiri jadi, eksistensi
22
berdiri dengan keluar dari diri sendiri, Filsafat eksistensi tidak samapersis
dengan filsafat eksistensialisme, filsafat eksistensialisme lebih sulit ketimbang
eksistensi.
Dalam filsafat dibedakan antara esesia dan eksistensi, esensia membuat
benda, tumbuhan, binatang dan manusia oleh esensia, sosok dari sgala yang ada
mendapatkan bentuknya, oleh sensia, kursi menjadi kursi, pohon manga menjadi
pohon manga, hari mau menjadi hari mau, manusia menjadi manusia, namun
dengan esensia saja segala yang ada belum tentu berbed, kita dapat
membayangkan kursi, pohon manga, hari mau atau manusia, namun belum pasti
apakah semua itu sungguh ada, sungguh tanapil, sungguh hadir, disinilah peran
eksistensia.
Eksisitensia membuat yang ada dan ber sosok jelas bentuknya, mampu
berbeda, eksis , oleh eksistensia kursi dapat berada di tempat, pohon manga
dapat tertanam, tumbuh dan berkembang, hari mau dapat hidup dan merajai
hutan, manusia dapat hidup bekerja, berbakti, dan berbentuk kelompok bersama
orang lain, selama masih ber eksisitensia, segala yang ada menjadi tidak ada,
tidak hidup, tidak tanpil, tidak hadir, kursi lenyap, pohon mangga menjadi kayu
mangga, hari mau menjadi bangkai manusia mati, itulah pentingnya peranan
eksistensia, olehnya, segala dapat nyata ada hidup, tanpil, dan berperan,
tanpanya segala sesuatu tidak nyata ada apalagi hidup dan berperan
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan eksistensia, para
pengamat eksistensialisme tidak mempersoalkan esensia dari segala yang ada
karena memang sudah ada dan tak ada persoalan, kursi adalah kursi, pohon
mangga adalah pohon manga, harimau adalah harimau, manusia adalah manusia,
namun mereka mempersoalkan bagaimana segala yang ada berada dan untuk apa
berada, oleh karena itu, mereka menyibukkan diri dengan pemikiran tentang
eksistensia. Dengan mencaricara berada dan eksis yang sesuai pun akan ikut
terpengaruhi.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Immanuel Kant, Jean Paul Sartre, S.
Kierkegaard (1813-1855 M), Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), Karl Jaspers
(1883-1969 M), Martin Heidegger (1889-1976 M), Gabriel Marcel (1889-1973
M), Ren LeSenne dan M. Merleau Ponty (1908-1961 M).
23
9. Fenomenologi
Secara harfiah fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham
yang menganggap bahwa fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan
dan kebenaran, seorang fenomenalisme suka melihat gejala, dia berbeda dengan
seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi,
serta membuat hukumhukum dan teori, fenomenalisme bergerak di bidang yang
pasti, hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang
evidensi yang langsung, fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran “a way
of looking at things”. Gejala adalah aktivitas, misalnya gejala gedung putih
adalah gejala akomodasi, konvergensi, dan fiksasi dari mata orang yang melihat
gedung itu, ditambah aktivitas lain yang perlu supaya gejala itu muncul,
fenomenalisme adalah tambahan pada pendapat Brentano bahwa subjek dan
objek menjadi satu secara dialektis, tidak mungkin ada hal yang melihat, inti dari
fenomenalisme adalah tesis dari “intensionalisme” yaitu hal yang disebut
konstitusi.
Menurut intensionalisme (brentano), manusia sebagai entreaumude
(mengada pada alam) menjadi satu dengan alam itu, manusia mengkonsitusi
alamnya untuk melihat Sesuatu hal, saya harus mengkonversikan mata,
mengkomodasikan lesa dan menfiksasikan hal yang mau dilihat, anak yang baru
lahir belum bisa melakukan sesuatu hal sehingga benda dibawa ke mulutnya.
10. Intuisionalisme
Intuisionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa
intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan pembenaran, intuisi
termasuk salah satu kegiatan berpikir yang tidak didasarkan pada penalaran, jadi
intuisi adalah nonanalitik dan tidak didasarkan atau suatu pola berpikir tertentu
dan sering bercampur aduk dengan perasaan,tokoh-tokoh aliran ini adalah
Plotinos (205-270 M) dan Henri Bergson (1859-1994).
11. Tomisme
Nama aliran ini disandarkan kepada thomas Aquinas, salah seorang tokoh
intelektual termasyur skolastik Barat yang hidup pada tahun 1225-1274 M. ada
yang berpendapat bahwa thomas hanya menyesuaikan Aristoteles dengan ajaran
Katolik, hal ini tidaklah betul, iIa memang menyerap ajaran Aristoteles tetapi ia
24
hadir bersama dengan bahasa lacan melihat bahasa adalah suatu sistem
pengungkapan yang tak pernah mampu secara utuh menggambarka konsep yang
diekspresikannya ada cermatan bahwa pada kenyataannya, sistem linguistik
berada di luar manusia yang menjadi subjek, memakai bahasa terpisah secara
radikal dari sistem tanda, ada jarak lebar antara yang mereka rasakan dan
bagaimana sebuah sistem kebahasaan memungkinkan seorang pemakai bahasa
memanfaatkan untuk mengekspresikan perasaan tersebut.
Semisal, laki-laki yang ingin mengekspresikan kecantikan seorang gadis,
mungkin dia akan mengatakan “Kau secantik bidadari”, namun, tetap saja
terdapat hal yang tidak terekspresikan, “Bidadari” hanyalah tanda yang dianggap
mewakili namun sebenarnya meredusir perasaan abstrak si laki-laki terhadap
kecantikan si gadis, bagi Lacan, hal itu merupakan faktor penting yang
menunjukkan bahwa manusia sebagai subjek, pertama-tama terpisah dari
peranti-peranti representasi, namun pada saat bersamaan, keberadaan dirinya
sebagai subjek juga dibentuk oleh peranti-peranti tersebut, oleh Lacan, algoritma
atau diagram Saussure tentang pertanda / penanda digunakan untuk
menunjukkan pengandaian-pengandaian yang dibuat kaum strukturalis mengenai
hubungan manusia dengan tanda. Menurut Lacan, yang primer justru konsep
(petanda) dan karena itu berada di atas diagram. Sementara entitas (penanda),
yakni yang sekunder, berada di bagian dasar diagram, sebuah ide dapat berdiri
sendiri, lepas dari segala bentuk mediasi, anak hanya dapat menangkap gagasan
tentang “anjing” setelah orangtuanya (others) menjelaskan bahwa makhluk yang
dia tanyakan itu bernama “anjing”, anak dapat memahami konsep “anjing”
karena “anjing” memang telah hadir sebelumnya sebagai elemen bangunan besar
langue yang mendahului kelahiran bayi sebagai individu.
16. Dekonstruksionisme
Jacques Derrida menolak permaknaan tentang pemaknaan tanda yang
dianggap sebagai proses murni dan sederhana. Derrida menawarkan suatu proses
pemaknaan dengan cara membongkar (to dismantle) dan menganalisis secara
kritis. Bagi Derrida, hubungan antara penanda dan petanda mengalami
penundaan untuk menemukan makna lain atau makna baru, makna tidak dapat
terlihat dalam satu kali jadi, melainkan pada waktu dan situasi yang berbeda-
27
beda dengan makna yang berbeda-beda pula. Proses dekonstruksi ini bersifat
tidak terbatas.
Derrida mengemukakan bahwa nilai sebuah tanda ditentukan sepenuhnya
oleh perbedaannya dengan tanda-tanda lain yang terwadahi dalam konsep
difference, namun konsep tersebut juga menegaskan bahwa nilai sebuah tanda
tidak dapat hadir seketika, nilainya terus ditunda (deffered) dan ditentukan
bahkan juga dimodifikasi oleh tanda berikutnya dalam satu aliran sintagma.
Derrida mengambil contoh stigma sebuah lagu Inggris: Ten green bottles
standing on a wall, maka berlangsunglah modifikasi tahap berikutnya, Kini
sepuluh botol hijau” disertai pula informasi tambahan “diatas dinding” (standing
on a wall) sehingga jawaban terhadap pertanyaan “sepuluh apa?” tertunda lagi,
saat membaca kata terakhir yaitu “dinding” (wall), maka kata “dinding” bukan
lagi tanda yang berdiri sendiri, Karena “dinding” tersebut adalah “dinding” yang
di atasnya terpajang sepuluh botol bir.
E. Cabang-Cabang Filsafat
Sidi Gazalba (1973) mengemukakan bidang permasalahan filsafat terdiri
atas:
1) Metafisika, dengan pokok-pokok masalah: filsafat hakikat atau ontologi,
filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau
teodyce.
2) Teori pengetahuan atau epistemologi, yang mempersoalkan: hakikat
pengetahuan, dari mana asal atau sumber pengetahuan, bagaimana
membentuk pengetahuan yang tepat dan yang benar, apa yang dikatakan
pengetahuan yang benar, mungkinkah manusia mencapai pengetahuan
yang benar dan apakah dapat diketahui manusia, serta sampai di mana
batas pengetahuan manusia.
3) Filsafat nilai atau aksiologi yang membicarakan: hakikat nilai, di mana
letak nilai, apakah pada bendanya atau pada perbuatannya atau pada
manusia yang menilainya; mengapa terjadi perbedaan nilai antara
seseorang dengan orang lain, siapakah yang menentukan nilai, mengapa
perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan penilaian
28
2. Metodologi
Metodologi ialah ilmu pengetahuan tentang metode dan khususnya metode
ilmiah. Tampaknya semua metode yang berharga dalam menemukan
pengetahuan mempunyai garis-garis besar umum yang sama. Metodologi
membicarakan hal-hal seperti sifat observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan
eksperimen dan sebagainya.
Sedangkan cabang filsafat yang merupakan isi adalah:
1. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat mengenai yang ada. Aristoteles
mendefinisikan metafisika sebagai ilmu mengenai yang ada sebagai yang ada,
yang dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan dan yang ada
sebagai yang dijumlahkan. Istilah metafisika sejak lama digunakan di Yunani
untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles. Maka, istilah
metafisikapun berasal dari bahasa Yunani: meta ta physika yang berarti ―hal-
hal yang terdapat sesudah fisika‖. Dewasa ini metafisikan dipergunakan baik
untuk menunjukkan filsafat pada umumnya maupun untuk menunjukkan cabang
filsafat yang mempelajari pertanyaan-pertanyaan terdalam. Metafisika juga
sering disamakan artinya dengan ontologi. Sebenarnya, ontologi adalah bagian
dari metafisika. Secara sederhana metafisika dapat didefinisikan sebagai cabang
filsafat atau bagian pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan pertanyaan
mengenai hakikat ada yang terdalam.
Pada umumnya orang mengajukan dua pertanyaan yang bercorak
metafisika, misalnya : (1) Apakah saya ini tidak berbeda dengan batu karang?
Apakah roh saya hanya merupakan gejala materi? (2) Apakah yang merupakan
asal mula jagad raya? Apakah yang menjadikan pusat jagad raya dan bukannya
suatu keadaan yang bercampur aduk? Apakah hakikat ruang dan waktu itu?
Pertanyaan jenis pertama termasuk ontologi, pertanyaan kedua termasuk
kosmologi. Perkataan kosmologi‖ berasal dari perkataan Yunani, cosmos (alam
semesta yang teratur) dan logos (penyelidikan tentang, azas-azas rasional dari).
Jadi, kosmologi berarti penyelidikan tentang alam semesta yang teratur.
Perkataan ontologi‖ berasal dari perkataan Yunani ontos yang berarti yang ada
dan logos yang berarti penyelidikan tentang. Jadi, ontologi diartikan sebagai
30
penyelidikan tentang yang ada. Ontologi berusaha untuk mengetahui esensi yang
terdalam dari yang ada, sedangkan kosmologi berusaha untuk mengetahui
ketertibannya serta susunannya. Contoh pandangan ontologis adalah
materialisme. Materialisme ialah ajaran ontologi yang mengatakan
bahwa yang ada yang terdalam bersifat material. Evolusi sebagai teori
kefilsafatan merupakan teori kosmologi, karena teori ini memberitahukan
kepada kita bagaimana timbulmya ketertiban yang ada sekarang. Apakah
kenyataan itu mengandung tujuan atau bersifat mekanis (artinya, bersifat
teleologis atau tidak) merupakan suatu pertanyaan penting di bidang ontologi.
2. Epistemologi
Menurut Kattsoff, epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki
asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang
mendasar ialah: Apakah mengetahui itu? Apakah yang merupakan asal mula
pengetahuan kita? Bagaimanakah cara kita membedakan antara pengetahuan
dengan pendapat? Apakah yang merupakan bentuk pengetahuan itu? Corak-
corak pengetahuan apakah yang ada? Bagaimanakah cara kita memperoleh
pengetahuan? Apakah kebenaran dan kesesatan itu? Apakah kesalahan itu?
3. Biologi Kefilsafatan
Biologi kefilsafatan membicarakan persoalan-persoalan mengenai
biologi, menganalisa pengertian hakiki dalam biologi. Ia mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai pengertian hidup, adaptasi, teleologi, evolusi
dan penurunan sifat-sifat. Biologi kefilsafatan juga membicarakan tentang
tempat hidup dalam rangka segala sesuatu, dan arti pentingnya hidup bagi
penafsiran kita tentang alam semesta tempat kita hidup. Seorang filsuf dapat
menghubungkan bahan-bahan yang ditemukan oleh ilmuwan biologi dengan
teori-teori yang dikemukakan untuk menerangkan bahan-bahan tersebut. Ia dapat
menolong seorang ahli biologi untuk bersifat kritis, bukan hanya terhadap
istilah-istilahnya, melainkan juga terhadap metode-metode dan teori-teorinya.
4. Psikologi Kefilsafatan
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam bidang psikologi kefilsafatan
adalah: Apakah yang dinamakan jiwa itu? Apakah jiwa tiada lain dari kumpulan
jalur urat-urat syaraf, ataukah sesuatu yang bersifat khas? Apakah kita harus
31
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berfilsafat merupakan kegiatan berpikir yang khas, yaitu radikal,
sistematis dan universal untuk mencari kearifan, kebenaran yang
sesungguhnya dari segala sesuatu. Berfilsafat berarti berpikir merangkum
(sinopsis) tentang pokok-pokok atau dasar-dasar dari hal yang ditelaahnya
2. Objek dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek
formal. Setiap ilmu mempunyai objek material dan objek formal masing-
masing. Objek material filsafat meliputi segala sesuatu yang ada. Objek
formal (sudut pandang pendekatan) filsafat adalah dari sudut pandang
hakikatnya.
3. Ontologi merupakan suatu kajian pada bidang filsafat yang terfokus untuk
membahas segala realitas yang ada (Being) secara total tanpa terikat oleh
satu perwujudan tertentu yang bersifat universal dan bersifat hakiki.
Epistemologi adalah suatu kajian filsafat yang mendasari dasar-dasar
pengetahuan dan teori pengetahuan manusia bermula.Aksiologi adalah
cabang filsafat yang secara khusus mengkaji cita-cita, sistem nilai, atau
nilai-nilai mutlak (tertinggi), yaitu nilai-nilai yang dianggap sebagai
“tujuan utama”.
4. Beberapa aliran-aliran dalam filsafat ilmu adalah: Materialisme, Dualisme,
Empirisme, Rasionalisme, Kritisisme, Idealisme, Renaissance,
Eksistensialisme, Fenomenologi, Intuisionalisme, Tomisme, Pragmatisme,
Filsafat Analitik, Strukturalisme, Poststrukturalisme, Dekonstruksionisme.
5. Cabang-cabang filsafat menjadi dua bagian besar, yaitu cabang filsafat
yang memuat materi ajar tentang alat dan cabang filsafat yang memuat
tentang isi atau bahan-bahan dan informasi. Cabang filsafat yang
merupakan alat adalah Logika, dan Metodologi. Sedangkan cabang filsafat
yang merupakan isi adalah: Metafisika, Epistemologi, Biologi
34
35
B. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar memahami filsafat ilmu
.Tujuannya agar dapat menerapkannya dengan baik.Dan untuk pemahaman lebih
lanjut maka penulis memberikan saran, Perlunya penambahan materi untuk
perluasan pemahaman karena penulis menyadari makalah ini masih banyak
kekuranganan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tafsir, A. 2009. Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
36