Anda di halaman 1dari 30

Tampil Ke-3 : Kamis, 24 September 2020

MAKALAH
LANDASAN ILMU PENDIDIKAN
“Hakikat Manusia sebagai Mekanisme Peningkatan Mutu Kehidupan“

OLEH :
ERLINA YUSLIANI
(19175003)

DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. Festiyed, M.S.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan dengan judul “Hakikat Manusia
sebagai Mekanisme Peningkatan Mutu Kehidupan“
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menemui beberapa kendala.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Padang, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan......................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................................4
A. Landasan Agama........................................................................................4
B. Landasan Yudisial......................................................................................5
C. Hakikat Manusia........................................................................................5
D. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam...........................................12
E. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Indonesia....................................15
F. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Barat...........................................19
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................21
Matriks Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam, Pandangan
Indonesia dan Pandangan Barat......................................................................21
BAB IV PENUTUP............................................................................................27
A. Kesimpulan..............................................................................................27
B. Saran.........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Makalah ini mencoba menjelaskan hakikat manusia sebagai Mekanisme


Peningkatan Mutu Kehidupan. Makalah ini akan memberikan gambaran
perbedaan makna hakikat manusia dengan menampilkan pendapat-pendapat para
pakar pendidikan baik dari pandangan Barat, Islam, dan Indonesia .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
1. Bagaimana hakikat manusia menurut pandangan Islam?
2. Bagaimana hakikat manusia menurut pandangan Indonesia?
3. Bagaimana hakikat manusia menurut pandangan Barat?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut pandangan Islam
2. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut pandangan Indonesia
3. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut pandangan Barat

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sumber pengetahuan bagi guru dalam memahami karakter manusia (peserta
didik)
2. Pedoman dalam memahami hakikat manusia dan pendidikan
3. Bahan referensi bagi penulis untuk memahami manusia dan pendidikan

1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Agama
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibanding dengan
makhluk-makhluk lain. Kelebihan manusia dibanding makhluk lain adalah karena
mereka diberi akal sekaligus nafsu oleh Allah, jika manusia mampu
memanfaatkan dua hal ini dengan baik dan optimal maka akan membuatnya
menjadi sosok yang hebat dan luar biasa. Firman Allah dalam Qur’an Surat Al-
a’laq ayat 1-5:
          
        
    
Artinya: 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Secara fisik manusia jelas sangat sempurna dan lebih baik apabila
dibandingkan dengan makhluk lain dari kelompok manapun. Sehebat-hebatnya
binatang keadaan fisiknya akan di bawah manusia dari kelas yang paling rendah.
Secara mental manusia jelas berada di atas derajat semua makhluk yang ada,
termasuk malaikat sekalipun yang notabene mereka diciptakan dari ruh dan selalu
taat dan patuh kepada Tuhan dan tidak pernah sedikitpun membangkang kepada-
Nya.
Hal ini terbukti ketika penciptaan manusia pertama yang bernama Adam,
para malaikat protes kepada Allah, karena menurut prediksi mereka manusia
hanya akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi. Maka
Allah mengajarkan nama-nama barang kepada Adam bukan kepada malaikat,
karena mereka tidak memiliki nafsu yang bisa mendorong keilmuannya
berkembang dan maju, ilmu mereka hanya sebatas yang diberikan oleh Allah dan
tidak akan tumbuh dan berkembang , sehingga ketika Allah memberitahu Adam
untuk meminta para malaikat menyebutkan nama barang-barang yang ada,
merekapun tidak bisa menyebutkannya, Di sinilah bukti kelebihan manusia
dibanding malaikat.

2
3

Salah satu bukti manusia mahkluk paling tinggi derajatnya adalah dalam
Al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah di atas bumi ini.
Hal tersebut terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 30:

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS. Al-Baqarah:30).
B. Landasan Yudisial
Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah  seperangkat konsep
peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak  system pendidikan
Indonesia, yang menurut  Undang-Undang  Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan
Pemerintah  pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, Keputusan
Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan Menteri, Instruksi
Menteri, dan lain-lain.
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik
tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut
ditaati. Landasan hukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku sebagai
tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan

C. Hakikat Manusia
1. Pengertian Hakikat Manusia
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-
benarnya dari segala sesuatu. Dapat juga dikatakan, bahwa hakikat itu adalah inti
dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Di kalangan dunia tasawuf
orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya, karena itu muncul kata-
4

kata mencari sebenar-benar diri, atau sama dengan mencari hakikat jasad, hati,
roh, nyawa dan rahasia. Jadi, hakikat manusia adalah kebenaran atas diri
manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.
Secara umum ada beberapa hakikat manusia yang harus kita pahami yaitu
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
c. Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati.
f. Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang
sosial.

2. Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia adalah ciri yang menjadi karakteristik, yang secara
prinsipel membedakan manusia dari makhluk lain seperti hewan, meskipun
secara biologis dalam hal tertentu ada kemiripan antara manusia dan hewan.
Para ahli seperti Socrates mengatakan bahwa manusia itu adalah hewan yang
bermasyarakat (zoon politicon) dan Charles Darwin dengan teori evolusinya
mengatakan bahwa manusia berasal dari kera namun tidak dapat
membuktikannya. Manusia tidak bisa disamakan dengan hewan, karena manusia
mempunyai ciri-ciri yang khas yang membedakannya dengan hewan sebagai
sifat hakikat manusia.
Manusia adalah makhluk bertanya yang selalu ingin tahu tentang berbagai
hal.Tidak hanya ingin mengetahui tentang segala sesuatu yang ada di luar
dirinya, manusia juga berusaha mencari tahu tentang siapa dirinya sendiri.
Dalam kehidupannya yang nyata, manusia mempunyai banyak sekali perbedaan,
5

baik tampilan fisik, strata sosial, kebiasaan maupun pengetahuannya. Tetapi,


dibalik perbedaan itu terdapat satu hal yang menunjukkan kesamaan di antara
semua manusia, yaitu semua manusia adalah manusia. Berbagai kesamaan yang
menjadi karakteristik esensial dari setiap manusia itulah yang kemudian disebut
hakikat manusia. Atau dengan kata lain hakikat manusia adalah seperangkat
gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia menjadi apa yang terwujud,
“sesuatu yang olehnya” manusia memiliki karakteristik yang khas, “sesuatu
yang olehnya” ia merupakan sebuah nilai yang unik, yang memiliki sesuatu
martabat khusus(Wahyudin, 2008: 1.4).

3. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia


Menurut Idris (1992), hakikat manusia dapat dipandang dalam 5 dimensi,
yaitu:
a. Dimensi filosofis
Manusia disebut “Homo sapiens” artinya makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Selalu ingin tahu segala sesuatu di
sekelilingnya.berawal dari rasa ingin tahu, maka timbullah ilmu pengetahuan.
b. Dimensi Keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk
menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat
individualitas.Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai
kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang
berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki
oleh orang lain. Serta setiap orang memiliki sikap dan pilihan sendiri yang
dipertanggungjawabkan sendiri, tanpa mengharapkan bantuan orang lain
untuk ikut mempertanggungjawabkan.
Fungsi pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk
kepribadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Tugas pendidik adalah
menunjukkan jalan dan mendorong subjek didik bagaimana cara memperoleh
sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip ing
ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso. Tut wuri handayani.
c. Dimensi Kesosialan
6

Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan


Mj Langeveld (1955 : 54). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap
anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat
saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya ada unsur saling
memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak
jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul
setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia hanya menjadi
menusia jika berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup
seorang diri lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang
terasing. Sebab seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya
di dalam pergaulan sosial seseorang dapat mengembangkan kegemarannya,
sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.
d. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi.
Kesusilaan mencangkup etika dan etiketManusia itu dikatakan sebagai
makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam
perbuatan. Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus
dilakukan, maka dia harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai.
Kemudian diikuti dengan kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut.
Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai
merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung
makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan, dan sebagainya sehingga dijadikan
pedoman dalam hidupnya. Dilihat asalnya dari mana nilai-nilai itu diproduk
dibedakan atas tiga macam, yaitu: nilai otonom yang bersifat individual
(kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif
(kebaikan menurut kelompok), dan nilai keagamaan yang berasal dari Tuhan.
Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan
melakukan kewajiban di samping menerima hak pada peserta didik

e. Dimensi Keberagamaan
7

Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius. Mereka percaya


bahwa di luar alam yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang
menguasai alam semesta ini. Maka dengan adanya agama yang diturunkan
oleh Tuhan manusia menganut agama tersebut.Beragama merupakan
kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi
keselamatan hidupnya.
Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama.
Disinilah tugas orang tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan
agama kepada anaknya atau anak didiknya. Disini perlu ditekankan bahwa
meskipun pengkajian agama melalui mata pelajaran agama ditingkatkan,
namun tetap harus disadari bahwa pendidikan agama bukan semata-mata
pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama. Jadi
segi-segi afektif harus diutamakan. Kegiatan di dalam pendidikan non-formal
dan informal dapat dimanfaatkan untuk keperluan tersebut.

E. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam


Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan Islam, yaitu:
1. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)
Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah
selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah dan tidak disekutukan.9
Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya pada
ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus dengan keikhlasan hati, seperti
yang diperintahkan dalam surah Bayyinah: “Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam menjalankanaga ma yang lurus …,” (QS:98:5). Dalam surah adz- Dzariyat
Allah menjelaskan: “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka menyembah Aku.”(QS51:56).
Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusia yang
taat, patuh dan mampu melakoni perannya sebagai hamba yang hanya
mengharapkan ridha Allah.

2. Manusia Sebagai al- Nas


8

Manusia, di dalam al- Qur’an juga disebut dengan al- nas. Konsep al- nas ini
cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya dengan lingkungan
masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk
sosial. Dalam hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan
berpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa’, “Hai sekalian
manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada
keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling
meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS:4:1).
Selanjutnya dalam surah al- Hujurat dijelaskan: “Hai manusia
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorng laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu
disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: 49:13).
Dari dalil di atas bisa dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial,
yang dalam hidupnya membutuhkan manusia dan hal lain di luar dirinya untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menjadi bagian dari
lingkungan soisal dan masyarakatnya.

3. Manusia Sebagai khalifah Allah


Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam surah al-
Baqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Mereka berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.”
(QS:2: 30), dan surah Shad ayat 26,“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan
kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara
9

manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. …” (QS:38:26).
Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah itu
merupakan anugerah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya manusia
diberikan beban untuk menjalankan fungsi khalifah tersebut sebagai amanah yang
harus dipertanggungjawabkan. Sebagai khalifah di bumi manusia mempunyai
wewenang untuk memanfaatkan alam (bumi) ini untuk memenuhi Kebutuhan
hidupnya sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam ini. Seperti
dijelaskan dalam surah al- Jumu’ah, “Maka apabila telah selesai shalat,
hendaklah kamu bertebaran di muka bumi ini dan carilah karunia Allah, dan
ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS: 62: 10), selanjutnya
dalam surah Al- Baqarah disebutkan: “Makan dan minumlah kamu dari rezeki
yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu berbuat bencana di
atas bumi.” (QS: 2 : 60).

4. Manusia Sebagai Bani Adam


Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai keterangan
dalam al- Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia adalah keturunan Adam
danbukan berasal dari hasil evolusi dari makhluk lain seperti yang dikemukakan
oleh Charles Darwin. Konsep bani Adam mengacu pada penghormatan kepada
nilai-nilai kemanusiaan. Konsep ini menitikbertakan pembinaan hubungan
persaudaraan antar sesama manusia dan menyatakan bahwa semua manusia
berasal dari keturunan yang sama. Dengan demikian manusia dengan latar
belakang sosia kultural, agama, bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah bernilai
sama, dan harus diperlakukan dengan sama. Dalam surah al- A’raf dijelaskan:
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu
ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari
surga, …” (QS : 7; 26-27).
10

5. Manusia Sebagai al- Insan


Manusia disebut al- insan dalam al- Qur’an mengacu pada potensi yang
diberikan Tuhan kepadanya. Potensi antara lain adalah kemampuan berbicara
(QS:55:4), kemampuan menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu
(QS:6:4-5), dan lain-lain. Namun selain memiliki potensi positif ini, manusia
sebagai al- insan juga mempunyai kecenderungan berprilaku negatif (lupa).
Misalnya dijelaskan dalam surah Hud: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia
suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia
menjadiputus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: 11:9).

6. Manusia Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)


Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk biologis manusia
terdiri atas unsur materi, sehingga memiliki bentuk fisik berupa tubuh kasar
(ragawi). Dengan kata lain manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum
terikat kepada kaedah umum makhluk biologis seperti berkembang biak,
mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, serta memerlukan makanan
untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami kematian. Dalam al- Qur’an surah al-n
Mu’minūn dijelaskan: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
sari pati tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu kemudian Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.”(QS:23: 12-14).

F. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Indonesia


Menurut kaum eksistensialis (dalam Tirta Raharja dan La Sulo, 1985: 4-11)
wujud sifat hakikat manusia melputi:
a. Kemampuan menyadari diri
Kemampuan menyadari diri yakni bahwa manusia itu berbeda dengan
makhluk lain, karena manusia mampu mengambil jarak dengan obyeknya
termasuk mengambil jarak terhadap dirinya sendiri. Dia bisa mengambil
jarak terhadap obyek di luar maupun ke dalam diri sendiri. Pengambilan jarak
11

terhadap obyek di luar memungkinkan manusia mengembangkan aspek


sosialnya. Sedangkan pengambilan jarak terhadap diri sendiri,
memungkinkaan manusia mengembangkan aspek individualnya.
b. Kemampuan bereksistensi
Kemampuan bereksistensidengan kemampuan mengambil jarak dengan
obyekya, berarti manusia mampu menembus atau menerobos dan mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan
hanya dalam kaitannya dengan soal ruang melainkan juga soal waktu.
Manusia tidak terbelenggu oleh ruang (di ruang ini atau di sini), dia juga
tidak terbelenggu oleh waktu (waktu ini atau sekarang ini), tetapi mampu
menembus ke masa depan atau ke masa lampau. Kemampuan menempatkan
diri dan menembus inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Justru
karena mampu bereksistensi inilah, maka dalam dirinya terdapat unsur
kebebasan.
c. Kata hati (geweten atau conscience yang artinya pengertian yang ikut serta)
Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik dan yang
buruk bagi manusia sebagai manusia. Orang yang tidak memiliki
pertimbangan dan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang yang
baik atau yang buruk, atau pun kemampuannya dalam mengambil keputusan
tersebut dari sudut pandang tertentu saja, misalnya dari sudut kepentingannya
sendiri dikatakan bahwa kata hatinya tidak cukup tajam. Manusia memiliki
pengertian yang menyertai tentang apa yang akan , yang sedang dan yang
telah dibuatnya, bahkan mengerti pula akibat keputusannya baik atau buruk
bagi manusia sebagai manusia.
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung akibat dari perbuatan
yang menuntut jawab. Wujud tanggung jawab bermacam-macam. Ada
tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada masyarakat dan kepada Tuhan.
Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati,
misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada
masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial, yang berarti
siap menanggung sangsi sosial manakala tanggung jawab social itu tidak
12

dilaksanakan. Tanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung


tuntutannorma-norma agama, seperti siap menanggung perasaan berdosa,
terkutuk dsb.
e. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah perasaan yang dimiliki oleh manusia untuk tidak
terikat oleh sesuatu, selain terikat (sesuai) dengan tuntutan kodrat manusia.
Manusia bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan (sesuai) dengan tuntutan
kodratnya sebagai manusia. Orang hanya mungkin merasakan adanya
kebebasan batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan
dirinya, dan menjiwai segenap perbuatannya.
f. Kewajiban dan hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi
dari manusia sebagai makhluk sosial. Keduanya tidak bisa dilepaskan satu
sama lain, karena yang satu mengandaikan yang lain. Hak tak ada tanpa
kewajiban, dan sebaliknya. Dalam kenyataan sehari-hari, hak sering
diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban
sering diasosiasikan dengan beban. Ternyata, kewajiban itu suatu
keniscayaan, artinya, selama seseorang menyebut dirinya manusia dan mau
dipandang sebagai manusia, maka wajib itu menjadi suatu keniscayaan,
karena jika mengelaknya berarti dia mengingkari kemanusiaannya sebagai
makhluk sosial.
g. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Kemampuan menghayati kebahagiaan bahwa kebahagiaan manusia itu tidak
terletak pada keadaannya sendiri secara faktual, atau pun pada rangkaian
prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak pada
kesanggupannya atau kemampuannya menghayati semuanya itu dengan
keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut dalam rangkaian atau
ikatan tiga hal, yaitu: usaha, norma-norma dan takdir.

Hakikat manusia dari sundut pandang psikologi pendidikan adalah sebagai


berikut :

a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya


untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
13

b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.

c. Makhluk yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu


mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.

e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati

f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan


ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas

g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung


kemungkinan baik dan jahat.

h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial,


bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya
tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia dari sisi


penciptaannya ialah makhluk Tuhan yang paling sempurna bila dibandingkan
dengan makhluk lain yang secara individu ia memiliki keunikan tersendiri,
manusia juga sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk susila. Manusia terdiri
dari dua komponen yaitu jasmani dan ruhani yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Manusia memiliki hasrat biologis (libido sexualis) yang hanya menuntut
kepuasan, mempunyai ego atau ‘aku’ yang lebih bersifat realistis, dan superego
yang sangat besifat ethis.
Sedangkan dari sisi ilmu psikologi pendidikan bahwa manusia itu mendidik,
memerlukan pendidikan sebagai bukti eksistensi dan upaya mempertahankan dan
mengembangkan sekaligus meneruskan keberadaannya. Apapun dan
bagaimanapun kesimpulan ilmu pengetahuan dan filsafat tentang hakikat manusia,
namun pengertian atau kesimpulan tersebut bertujuan untuk dijadikan sebagai
dasar dalam pembinaan kepribadian manusia. Dengan memahami dan mengerti
14

hakikat manusia pembinaan aspek-aspek kepribadian menjadi lebih terarah pada


sasaran yang tepat.

G. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Barat


Sigmund Freud berpandangan bahwa hakikat manusia sebenarnya bisa
ditinjau dari struktur jiwa yang dimiliki yang terdiri dari tiga hal yaitu: das Es,
das Ich dan das Uber Ich. Das Es bagian dasar (the Id) yang sama sekali
terisolasi dari dunia luar, hanya mementingkan masalah kesenangan dan kepuasan
(lust principle) yang merupakan sumber nafsu kehidupan, yakni hasrat-hasrat
biologis (libido-sexualis) dan bersifat a-sadar, a-moral a-sosial dan egoistis. Das
Ich (aku=ego), sifatnya lebih baik dari pada das Es, das Ich dapat mengerti dunia
a-sadar, a-sosial dan a-moral,lebih realistis tapi belum ethis.Yang ketiga das Uber
Ich (superego), ini adalah bagian jiwa yang paling tinggi dan paling sadar norma
dan paling luhur, bagian ini sering dinamakan budinurani (consciencia). Superego
atau das Uber Ich ini selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moral, ethika dan
religius (Munawar,2012).
Faham monoisme atau yang terkenal juga dengan faham materialisme
memandang manusia hanya dari segi materi. Manusia tidak ada bedanya dengan
alam semesta yang serba materi, manusia ialah apa yang nampak sebagai
wujudnya. Sedangkan faham idealisme yang sering juga disebut dengan faham
rasionalisme atau spiritualisme memandang manusia dari aspek mentalnya,
jasmani atau tubuh hanya merupakan alat jiwa untuk melaksanakan tujuan,
keinginan dan dorongan jiwa (rohani, spirit dan rasio) manusia.
Faham dualisme atau realisme yang melihat realita sebagai sintesa dua
kategori animate dan inanimate, makhluk hidup dan makhluk mati. Manusia
menurut faham ini adalah kesatuan antara rohani dan jasmani, jiwa dan raga.
Faham ini juga berpendapat bahwa manusia adalah satu totalitas, sebagai satu
individu dengan kepribadian yang unik baik sebagai ummat manusia keseluruhan
maupun sebagai satu pribadi. Lebih lanjut faham ini mengakui adanya potensi
hereditas di samping realita lingkungan yang sebagai faktor luar.
Menurut Tirtaraharja Umar,La Sulo (2005) hakikat manusia diartikan
sebagai ciri-ciri karateristik, yang secara prinsipiil (jadi bukan hanya gradual)
15

membedakan manusia dari hewan. Adanya sifat hakikat tersebut memberikan


tempat kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi
daripada hewan. Wujud sifat hakikat manusia dengan maksud menjadi masukan
dalam membanahi konsep pendidikan, yaitu:
a. Kemampuan menyadari diri
b. Kemampuan bereksistensi
c. Pemilikan kata hati
d. Moral
e. Kemampuan bertanggung jawab
f. Rasa kebebasan
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan

Beberapa ahli filsafat, Socrates misalnya, menyebut manusia sebagai Zoon


politicon atau hewan yang bermasyarakat, dan Max Scheller menyebutnya sebagai
Das Kranke Tier atau hewan yang sakit yang selalu bermasalah dan gelisah
(Drijarkara. 1978: 138). Ilmu-ilmu humaniora termasuk ilmu filsafat telah
mencoba menjawab pertanyaan mendasar tentang manusia itu, sehingga terdapat
banyak rumusan atau pengertian tentang manusia. Selain yang telah disebutkan di
atas, beberapa rumusan atau definisi lain tentang manusia adalah sebagai berikut:
a. Homo sapiens atau makhluk yang mempunyai budi.
b. Homo faber atau Tool making animal yaitu makhluk yang pandai membuat
bentuk peralatan dari bahan alam untuk kebutuhan hidupnya.
c. Homo economicus atau makhluk ekonomi.
d. Homo religious yaitu makhluk beragama.
e. Homo laquen atau makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan
menjelmakan pikiran dan perasaan manusia dalam kata-kata yang tersusun
(Zuhairini, 2009: 5).
BAB III
PEMBAHASAN

Matriks Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam, Pandangan Indonesia dan Pandangan Barat
Pandangan Islam Pandangan Indonesia Pandangan Barat
1. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah) Pancasila memandang sudut pandang 1. Pandangan Psikoanalitik
Sebagai hamba Allah, manusia wajib hakikat manusia sebagai berikut: Dalam pandangan yang ditokohi oleh S.
mengabdi dan taat kepada Allah selaku 1. Monodualistik dan Monopluralistik Freud psikoanalitik diyakini bahwa pada
Pencipta karena adalah hak Allah untuk 2. Keselarasan, keserasian, dan hakikatnya manusia digerakkan oleh
disembah dan tidak disekutukan keseimbangan dorongan-dorongan dari dalam dirinya
(Yusuf,1994). Bentuk pengabdian manusia 3. Integralistik, kebersamaan, dan yang bersifat instingtif.
sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya kekeluargaan (Sardiman,2007).
pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan Jadi, konsep manusia Indonesia 2. Pandangan Humanistik
juga harus dengan keikhlasan hati. seutuhnya dikembangkan atas Pandangan humanistik ini ditokohi oleh:
Dengan demikian manusia sebagai hamba pandangan hidup bangsa Indonesia Roger, Hansen, Adlet, dan Martin
Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh yakni pancasila, yang menganut Buber. Para humanis menyatakan bahwa
dan mampu melakoni perannya sebagai paham integralistik disesuaikan manusia memiliki dorongan-dorongan
hamba yang hanya mengharapkan ridha dengan struktur sosial masyarakat dari dalam dirinya untuk mengarahkan
Allah. yang memiliki Bhinneka Tunggal dirinya mencapai tujuan yang positif.
2. Manusia Sebagai Bani Adam Ika (sudut pandang dari Pandangan ini dapat dijelaskan sebagai
Manusia, di dalam al- Qur’an juga disebut integralistik, kebersamaan, dan berikut:
dengan al- nas. Konsep al- nas ini cenderung kekeluargaan). Kemudian dengan a. Dalam batas tertentu manusia punya
mengacu pada status manusia dalam pandangan hidup pancasila, otonomi untuk menentukan nasibnya
kaitannya dengan lingkungan masyarakat di pengembangan manusia Indonesia b. Manusia bukan makhluk jahat atau baik,
sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia seutuhnya diusahakan agar hidup tetapi ia punya potensi untuk keduanya
memang makhluk sosial. Dalam hidupnya selaras, serasi, dan seimbang dalam c. Manusia adalah makhluk yang
manusia membutuhkan pasangan, dan konteks hubungan manusia dengan bertanggung jawab atas perbuatannya

16
17

Pandangan Islam Pandangan Indonesia Pandangan Barat


memang diciptakan berpasang-pasangan ruang lingkupnya (sudut pandang d. Manusia makhluk yang senantiasa akan
seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa’ ayat keselarasan, keserasian, dan menjadi terus berusaha, dan tak pernah
1, keseimbangan). Dan selanjutnya, sempurna
...........‫نَ ْف ٍس ِم ْن َخلَقَ ُك ْمالَّ ِذي َربَّ ُك ُماتَّقُواالنَّاسُأَيُّهَايَا‬ sesuai dengan dasar pengendalian 3. Pandangan Martin Buber
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertaqwalaha diri dalam mengejar kepentingan Martin Buber mengatakan bahwa pada
kepada Tuhan-mu yang telah pribadi, maka manusia Indonesia hakikatnya manusia tidak bisa disebut
menciptakan kamu dari seorang yang mendasarkan diri pada ‘ini’ atau ‘itu’. Menurutnya manusia
diri ........” pandangan hidup pancasila dalam adalah sebuah eksistensi atau
Dari dalil di atas bisa dijelaskan bahwa mewujudkan tujuan hidupnya keberadaan yang memiliki potensi
manusia adalah makhluk sosial, yang dalam (monodualistik), sedangkan namun dibatasi oleh kesemestaan alam.
hidupnya membutuhkan manusia dan hal lain monopluralistik, yaitu tujuan hidup Namun keterbatasan ini hanya bersifat
di luar dirinya untuk mengembangkan tersebut senantiasa dijiwai oleh faktual bukan esensial sehingga apa
potensi yang ada dalam dirinya agar dapat pancasila). yang akan dilakukannya tidak dapat
menjadi bagian dari lingkungan soisal dan Paulus Wahana (dalam H.A.R. diprediksi. Dalam pandangan ini
masyarakatnya. Tilaar, 2002) mengemukakan manusia berpotensi utuk menjadi ‘baik’
3. Manusia Sebagai khalifah Allah gambaran manusia pancasila atau ‘jahat’, tergantung kecenderungan
Hakikat manusia sebagai khalifah Allah sebagai berikut : mana yang lebih besar dalam diri
di bumi dijelaskan dalam surah al-Baqarah Manusia adalah makhluk manusia. Hal ini memungkinkan
ayat 30: monopluralitas yang memungkinkan manusia yang ‘baik’ kadang-kadang
manusia itu dapat melaksanakan juga melakukan ‘kesalahan’(Khasinah,
sila-sila yang tercantum di dalam 2013).
pancasila. 4. Pandangan Behavioristik
1. Manusia adalah makhluk ciptaan Pada dasarnya kelompok Behavioristik
Tuhan yang tertinggi yang menganggap manusia sebagai makhluk
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman dikaruniakan memiliki kesadaran yang reaktif dan tingkah lakunya
kepada para malaikat: dan kebebasan dalam menentukan dikendalikan oleh faktor-faktor dari luar
“Sesungguhnya Aku hendak pilihannya. dirinya, yaitu lingkungannya.
18

Pandangan Islam Pandangan Indonesia Pandangan Barat


menjadikan seorang khalifah di muka 2. Dengan kebebasannya manusia Lingkungan merupakan faktor dominan
bumi.” Mereka berkata:”Mengapa sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mengikat hubungan individu.
Engkau hendak menjadikan (khalifah) dapat menentukan sikapnya (Khasinah,2013).
di bumi itu orang yang akan membuat dalam hubungannya dengan
kerusakan dan menumpahkan darah, pencipta-Nya. 5. Pandangan Mekanistik
padahal kami senantiasa bertasbih 3. Sila pertama menunjukkan bahwa Dalam pandangan mekanistik semua
dengan memuji engkau dan manusia perlu menyadari akan benda yang ada di dunia ini termasuk
mensucikan Engkau?” Tuhan kedudukannya sebagai ciptaan makhluk hidup dipandang sebagai
berfirman: “Sesungguhnya Aku Tuhan Yang Mahakuasa dan oleh sebagai mesin, dan semua proses
mengetahui apa yang kamu tidak sebab itu harus mampu termasuk proses psikologi pada akhirnya
ketahui.” (QS:2: 30), menentukan sikapnya terhadap dapat diredusir menjadi proses fisik dan
4.Manusia Sebagai Bani Adam hubungannya dengan pencipta- kimiawi. Lock dan Hume, berdasarkan
Sebutan manusia sebagai bani Adam Nya. asumsi ini memandang manusia sebagai
merujuk kepada berbagai keterangan dalam 4. Manusia adalah otonom dan robot yang pasif yang digerakkan oleh
al- Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia memiliki harkat dan martabat daya dari luar dirinya (Desmita,2007).
adalah keturunan Adam dan bukan berasal yang luhur. 6. Pandangan Organismik
dari hasil evolusi dari makhluk lain seperti 5. Sila kedua yaitu kemanusiaan Organismik menyatakan bahwa pada
yang dikemukakan oleh Charles Darwin. yang adil dan beradab menuntut hakikatnya manusia bersifat aktif,
Konsep bani Adam mengacu pada akan kesadaran keluhuran harkat keutuhan yang terorganisasi dan selalu
penghormatan kepada nilainilai dan martabatnya yaitu dengan berubah. Manusia menjadi sesuatu
kemanusiaan. Konsep ini menitikbertakan menghargai akan martabat karena hasil dari apa yang dilakukannya
pembinaan hubungan persaudaraan antar sesama manusia. sendiri, karena hasil mempelajari
sesama manusia dan menyatakan bahwa 6. Sila persatuan Indonesia berarti (Desmita,2007).
semua manusia berasal dari keturunan yang manusia adalah makhluk sosial 7. Pandangan Kontekstual
sama. Dengan demikian manusia dengan yang berada di dalam dunia Dalam pandangan kontekstual manusia
latar belakang sosia kultural, agama, bangsa Indonesia bersama-sama dengan hanya dapat dipahami dalam konteksnya.
dan bahasa yang berbeda tetaplah bernilai manusia Indonesia lainnya. Manusia tidak independent, melainkan
19

Pandangan Islam Pandangan Indonesia Pandangan Barat


sama, dan harus diperlakukan dengan sama. 7. Manusia haruslah dapat hidup merupakan bagian dari lingkungannya.
5.Manusia Sebagai al- Insan bersama, menghargai satu dengan Manusia adalah individu yang aktif dan
Manusia disebut al- insan dalam al- yang lain dan tetap membina rasa organisme sosial (Desmita,2007).
Qur’an mengacu pada potensi yang diberikan persatuan dan kesatuan bangsa
Tuhan kepadanya. Potensi antara lain adalah yang kokoh.
kemampuan berbicara (QS:55:4), 8. Manusia adalah makhluk yang
kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dinamis yang melakukan
melalui proses tertentu (QS:6:4-5), dan lain- kegiatannya bersama-sama
lain. Namun selain memiliki potensi positif dengan manusia Indonesia yang
ini, manusia sebagai al- insan juga lain.
mempunyai kecenderungan berprilaku 9. Sila keempat atau sila demokrasi
negatif (lupa). Misalnya dijelaskan dalam dituntut manusia Indonesia yang
surah Hud: saling menghargai, memiliki
َ ‫َكفُوْ ٌرلَيَئُوْ ٌسإِنَّهٗ ِم ْن ۚهُنَزَ ْع ٰنهَاثُ َّم َرحْ َمةً ِمنَّااإْل ِ ْن َسانَأ َ َذ ْقن‬
‫َاولَئِ ْن‬ kebutuhan bersama di dalam
Artinya: “Dan jika Kami rasakan kepada menjalankan dan
manusia suatu rahmat, kemudian mengembangkan kehidupannya.
rahmat itu kami cabut dari 10. Dalam sila kelima manusia
padanya, pastilah ia menjadi putus Indonesia dituntut saling
asa lagi tidak berterima kasih.” memiliki kewajiban menghargai
(QS: 11:9). orang lain dalam memanfaatkan
6.Manusia Sebagai Makhluk Biologis (al- sarana yang diperlukan bagi
Basyar) peningkatan taraf kehidupan yang
Manusia adalah makhluk jasmaniah yang lebih baik.
secara umum terikat kepada kaedah umum
makhluk biologis seperti berkembang biak,
mengalami fase pertumbuhan dan
perkembangan, serta memerlukan makanan
20

Pandangan Islam Pandangan Indonesia Pandangan Barat


untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami
kematian. Dalam al- Qur’an surah al-
Mu’minūn dijelaskan:

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah


menciptakan manusia dari sari pati
tanah. Lalu Kami jadikan saripati itu
air mani yang disimpan dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu menjadi segumpal daging,
dan segumpal daging itu kemudian
Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk berbentuk lain,
maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik.”(QS:23: 12-14).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah yang beragama, memiliki
kemampuan berinteraksi, membuat berbagai macam peralatan untuk kehidupannya, makhluk yang mampu berekonomi, memiliki tanggung
21

jawab dan kewajiban dalam kehidupannya. Jadi manusia pada hakikatnya merupakan makhluk ciptaan Allah yang memiliki berbagai
potensi dalam dirinya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam yaitu Manusia Sebagai Hamba
Allah (Abd Allah), Manusia Sebagai al- Nas, Manusia Sebagai khalifah
Allah, Manusia Sebagai al- Insan, Manusia Sebagai Makhluk Biologis (al-
Basyar)
2. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Indonesia yaitu Manusia terdiri dari
dua komponen yaitu jasmani dan ruhani yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Manusia memiliki hasrat biologis (libido sexualis) yang hanya menuntut
kepuasan, mempunyai ego atau ‘aku’ yang lebih bersifat realistis, dan
superego yang sangat besifat ethis. Sedangkan dari sisi ilmu psikologi
pendidikan bahwa manusia itu mendidik, memerlukan pendidikan sebagai
bukti eksistensi dan upaya mempertahankan dan mengembangkan sekaligus
meneruskan keberadaannya. Apapun dan bagaimanapun kesimpulan ilmu
pengetahuan dan filsafat tentang hakikat manusia, namun pengertian atau
kesimpulan tersebut bertujuan untuk dijadikan sebagai dasar dalam
pembinaan kepribadian manusia. Dengan memahami dan mengerti hakikat
manusia pembinaan aspek-aspek kepribadian menjadi lebih terarah pada
sasaran yang tepat.
3. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Barat yaitu Homo sapiens atau
makhluk yang mempunyai budi, Homo faber atau Tool making animal yaitu
makhluk yang pandai membuat bentuk peralatan dari bahan alam untuk
kebutuhan hidupnya, Homo economicus atau makhluk ekonomi, Homo
religious yaitu makhluk beragama,Homo laquen atau makhluk yang pandai
menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran dan perasaan manusia dalam
kata-kata yang tersusun

22
23

B. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar memahami filsafat ilmu
.Tujuannya agar dapat menerapkannya dengan baik.Dan untuk pemahaman lebih
lanjut maka penulis memberikan saran, Perlunya penambahan materi untuk
perluasan pemahaman karena penulis menyadari makalah ini masih banyak
kekuranganan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Munib. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNESA Press.
Arifin, dan Aminuddin Rasyad. 1991. Materi Pokok Dasar-Dasar Kependidikan.
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Islam dan Universitas Terbuka.
Jalaluddin. 2003. Teologi pendidikan. Jakarta: Raja grafindo Persada
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, Bandung ; Remaja Rosdakarya, 2006.
Munawar. 2012. Landasan Kependidikan. Semarang: UNNESA Press.
Syafri dan Zen, Z., dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Sukabina Press: Padang
Tirtarahardja, Umar. 2008. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta
Tirtaraharja Umar,La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Umar Tirtarahardja dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Yati Hardianti. 2011. Filsafat Pendidikan, Arti, Hakikat, dan Dasar Pendidikan.
Makassar: UNHAS.
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:
Rosdakarya.
Zaini,Syahminan, 1980. Mengenal Manusia Lewat Al- Qur’an, Surabaya:
Zakiah Daradjat, dkk., 2011.Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
BumiAksara,
Zuhairini, 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara,

24
25

LAMPIRAN:

Pertanyaan dan Jawaban Tugas 3:


1. Jelaskan Proses Pengembangan Dimensi hakikat Manusia ?
Jawab:
Pengembangan dimensi hakikat manusia dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan
oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara
potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan
pelayanan atas perkembangannya.Pengembangan yang utuh dapat dilihat dai
dua segi yaitu:
a. Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Semua dimensi tersebut harus mendapat
layanan yang baik dan tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.
b. Dari arah pengembangannya
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan
kepada penembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan,dan
keberagamaan secara terpadu. Keempat dimensi tersebut tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi
hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap
seluruh dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang
secara selaras. Maka secara totalitas dapat membentuk manusia yang utuh.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh adalah proses pengembangan dimensi
hakikat manusia yang tidak seimbang antara dimensi yang satu dengan yang
lainnya, artinya ada salah satu dimensi yang terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh akan menghasilkan kepribadian yang pincang
dan tidak mantap. Pengembangan yang seperti ini merupakan pengembangan
yang patologis atau tidak sehat.
26

2. Mengapa Manusia Baik Dibentuk dengan Pendidikan Berkarakter?


Jawaban:
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, manusia tidak bisa
dipisahkan dari pendidikan. Pendidikan merupakan aspek yang paling
mendasar yang membedakan antara manusia dan makhluk lainnya. Bila
kita hanya mengkaji secara fisik, maka akan kita kategorikan bahwa
manusia hampir sama dengan hewan. Bila hewan punya kaki manusia
punya kaki. Hewan punya kepala, manusia juga punya kepala. Perbedaan
antara keduanya tentu terletak pada aspek pendidikan. Pendidikan
berperan penting dalam menciptakan suatu Negara yang maju, makmur
dan sejahtera. Negara yang maju tidak dapat dilihat dari banyaknya
kekayaan alam, banyaknya jumlah penduduk atau luasnya suatu Negara
itu. Akan tetapi Negara yang maju dan sejahtera itu dapat dilihat dari segi
pendidikannya dan rakyat yang berkarakter. Negara yang maju dan
sejahtera tidak dapat tercapai apabila tidak mempunyai program-program
atau usaha – usaha yang dinamis, strategis dan cocok dalam keadaan
zaman itu.

3. Mengapa manusia membutuhkan pendidikan?


Jawaban:
Suardi (2012:11) menyatakan manusia membutuhkan pendidikan karena:
a. Manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan
Manusia lahir dengan potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa.
Cipta adalah kemampuan spritual yang secara khusus mempersoalkan
nilai kebenaran. Rasa adalah kemampuan spritual yang secara khusus
mempersoalkan nilai keindahan. Karsa adalah kemampuan spritual yang
secara khusus mempersoalkan nilai kebaikan. Potensi tersebut akan
selalu mendorong manusia untuk ingin tahu dan mendapatkan nilai-nilai
kebenaran, keindahan dan kebaikan yang terkandung dalam segala
sesuatu yang ada. Ketiga potensi tersebut akan membingkai diri manusia
dalam menentukan pedoman hidup, dan mengatur sikap serta
27

berperilaku. Semua itu menuntut manusia akan kebutuhan pendidikan


dalam mewujudkan tujuan hidupnya.
b. Manusia sebagai makhluk yang berpendidikan
Manusia sejak lahir telah terlibat dalam pendidikan dan
pembelajaran. Manusia dirawat, dijaga dilatih dan dididik orang tua,
keluarga dan masyarakat menuju tingkat kedewasaan dan kematangan
hingga mandiri dalam mengelola kelangsungan hidupnya. Hal ini tentu
secara wajar manusia itu butuh kana pendidikan dalam rangka
melanjutkan pendidikan yang telah didapatkan sebelumnya.
c. Manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan
Secara faktual pendidikan merupakan aktivitas kelompok orang
atau guru yang melaksanakan kegiatan untuk orang-orang muda.
Pendidikan akan membangun kebudayaan dan peradaban dalam diri
manusia. Kebudayaan adalah upaya manusia untuk mengubah dan
membangun keterhubungan dan keberimbangan. Jadi untuk menciptakan
hal tersebut maka manusia butuh akan pendidikan.
Menurut pandangan pancasila manusia mempunyai keinginan untuk
mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan lebih baik. Setiap
manusia itu membutuhkan pendidikan. Melalui pendidikan manusia
dapat mempunyai kemampuan–kemampuan untuk mengatur dan
mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Pendidikan dapat
mengembangkan kepribadian manusia dan tingkah laku manusia ke arah
lebih baik. Oleh sebab itu manusia memerlukan pendidikan demi
mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.

Anda mungkin juga menyukai