Disusun Oleh:
LIDWINA E.H.
08141006
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3
1.2 Tujuan .................................................................................................................................... 3
1.3 Manfaat .................................................................................................................................. 4
1.4 Sistematika Penulisan ......................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN....................................................................... 5
2.1 Review Teori-Teori terkait ........................................................................................................ 5
2.1.1 Faktor Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan ........................................................ 5
2.1.2 DAS ...................................................................................................................................... 6
2.1.3 Ruang Terbuka Hijau (RTH) ............................................................................................. 6
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Limpasan Air Permukaan ................................... 7
2.1.5 Banjir .................................................................................................................................... 8
2.2 Review artikel dan permasalan di lokasi studi ...................................................................... 9
2.2.1 Lokasi Wilayah Studi.......................................................................................................... 9
2.2.2 Permasalahan yang Ada di Lokasi Studi ...................................................................... 10
2.2.3 Critical Review .................................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 13
1.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 13
1.2 Lesson Learned .................................................................................................................. 13
1.3 Saran .................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 15
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
Memberikan pemahaman terhadap implikasi permasalahan-permasalahan tata
guna lahan yang ada di perkotaan.
Menyampaikan ide atau gagasan terkait permasalahan-permasalahan tata guna
lahan tersebut melalui media massa seperti media cetak atau media elektronik .
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi kepada
pembaca mengenai permasalahan-permasalahan tata guna lahan yang ada di perkotaan.
Selain itu makalah ini dapat digunakan sebagai sumber data dan referensi bagi pihak-pihak
yang memerlukan dan akan melakukan penilitian terkait permasalahan-permasalahan tata
guna lahan di perkotaan.
2.1.2 DAS
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan. (PP No. 7 tahun 2012). DAS juga disebut kawasan tangkapan (catchment)
karena lahan di bagian atas dan kawasan hulu “menangkap” seluruh air dan selanjutnya
air tersebut mengalir ke bawah dan ke kawasan hilir.
Kondisi hidrologi DAS dapat terpengaruh akibat terjadinya perubahan
penggunaan lahan (de la Cretaz and Barten, 2007). Selain itu kualitas air DAS yang
melewati daerah perkotaan juga dipengaruhi oleh perkembangan kota/perubahan
penggunaan lahan seperti perkembangan industri dan perkembangan pemukiman di
wilayah DAS (Coskun, et al., 2008). Komponen-komponen dalam pengelolaan DAS:
Pengelolaan dan konservasi lahan pertanian
Pembuatan dan pemeliharaan saluran air, bangunan terjunan air dan sebagainya.
Peningkatan penutupan lahan melalui penerapan teknik agroforestri, hutan rakyat,
hortikultura buah-buahan, penanaman hijauan pakan ternak dan perikanan darat.
Pemeliharaan tebing sungai
Pengembangan infrastruktur yang sesuai, misalnya pembangunan sarana irigasi.
2.1.5 Banjir
Terjadinya banjir disebabkan oleh kondisi dan fenomena alam (topografi, curah
hujan), kondisi geografis daerah dan kegiatan manusia yang berdampak pada
perubahan tata ruang atau guna lahan di suatu daerah. Banjir di sebagian wilayah
Indonesia, yang biasanya terjadi pada Januari dan Februari, diakibatkan oleh intensitas
curah hujan yang sangat tinggi, misalnya intensitas curah hujan DKI Jakarta lebih dari
500 mm (BMKG, 2013). Terjadinya banjir juga dipengaruhi oleh kegiatan manusia atau
pembangunan yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi lingkungan.
Banyak pemanfaatan ruang yang kurang memperhatikan kemampuannya dan melebihi
kapasitas daya dukungnya
Ecological footprint adalah alat bantu untuk dapat kita pergunakan dalam
mengukur penggunaan sumberdaya dan kemampuan menampung limbah dari populasi
manusia dihubungkan dengan kemampuan lahan, biasanya dinyatakan dalam hektar.
Ecological footprint dapat digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam mendukung
keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator terbaik dan efisien dalam mendukung
keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini menjadi penting dalam konteks untuk mengetahui
apakah kegiatan konsumsi yang kita lakukan masih dalam batas daya dukung
lingkungan ataukah sudah melewatinya, dengan kata lain masih dalam surplus ataukah
sudah dalam defisit (penurunan kualitas) ekologi.
Metode penghitungan telapak ekologis (ecological footprint) cukup simpel, dan
digunakan untuk membandingkan keberlanjutan sumber daya antar berbagai populasi
(Rees, 1992). Konsumsi populasi tersebut disebutkan dalam sebuah indeks, yaitu luas
area yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan populasi. Luas area ini kemudian
dibandingkan dengan luas lahan produksi aktual dimana populasi tersebut berada
(habitat). Dan kemudian, tingkat keberlanjutan (sustainability) ditentukan berdasarkan
perbedaan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan (Costanza, 2000).
Metode dan proses penghitungan telapak ekologis bisa menjadi masukan bagi
perencanaan wilayah dan kota serta pembangunan kawasan, baik kewilayahan
(regional) maupun sektoral. Sangat disadari bahwa dalam penghitungan telapak
ekologis banyak asumsi yang digunakan, antara lain dalam mengkonversi berbagai
jenis produksi hayati, dan dalam memaknai berbagai jenis konsumsi. Selain itu,
penghitungan telapak ekologis juga sangat tergantung pada ketersediaan dan akurasi
data.
umum seperti yang dilakukan sebelumnya agar semua kalangan yang membaca
dapat memahami dampak dari kecepatan limpasan air tersebut.
Penggunaan asumsi bahwa jenis penggunaan lahan perumahan di sebagian
kecamatan Kota Bogor masih memiliki intensitas rendah sehingga koefisien
limpasan yang digunakan pun lebih rendah, menjelaskan hasil dari analisis yang
dilakukan sehingga analisis tersebut dapat diterima secara logis. Selain itu
penggunaan grafik jhasil prediksi lebih memudahkan pembaca untuk memahami
komparasi laju limpasan air permukaan dalam kurun waktu tahun 1995 dan 2002.
1.1 Kesimpulan
1) Terjadi pola perubahan penggunaan lahan di Kota Bogor yaitu secara umum alih
fungsi lahan pertanian dan ruang terbuka hijau menjadi lahan permukiman,
perumahan serta perkantoran.
2) Pola perubahan penggunaan lahan di Kota Bogor terjadi karena adanya faktor nilai
lahan dimana nilai suatu lahan dipengaruhi oleh aspek ekonomi.
3) Terjadi peningkatan limpasan air permukaan yang diakibatkan dari pola perubahan
penggunaan lahan Kota Bogor sehingga dapat menimbulkan banjir pada daerah
sekitarnya seperti Jakarta.
4) Perkiraan kebutuhan ruang didalam RTRW kota Bogor untuk tahun 2009 yang
secara total hanya mengalokasikan kawasan resapan air/ ruang terbuka hijau
sebesar 11%, dapat berpengaruh terhadap peningkatan air limpasan sebesar 37%
jika dibandingkan dengan kondisi limpasan air tahun 2002. Pemanfaatan lahan di
Bogor Selatan dan Utara perlu dipertahankan untuk penggunaan dengan intensitas
rendah.
5) Kepadatan tang tinggi di Bogor tengah akan mengarah ke timur dan barat.
Perkembangan tersebut perlu tetap menjaga proporsi ruang terbuka yang memadai.
Oleh sebab itu pengendalian dengan memusatkan perkembangan dengan
kepadatan tinggi perlu dikonsetrasikan di pusat2 kegiatan perlu dijabarkan dalam
rencana yang lebih rinci.
Pengaturan pemanfaatan ruang untuk setiap daerah perlu diarahkan secara lebih
rinci dengan memasukkan pertimbangan resapan air dan perlidungan air tanah untuk
menetapkannya agar dapat menganggulangi dampak banjir yang akan timbul.
Upaya preventif melalui perencaan tata ruang perlu diimbangi dengan penanganan
secara kuratif terhadap perkembangan yang saat ini sudah terjadi.
1.3 Saran
Penggunaan konsep ecological footprint sebagai dasar teori, indikator, dasar
analisis, maupun dalam masukan dalam proses perencanaan tata ruang. Karena
penghitungan ecological footprint atau telapak ekologis menggunakan banyak
asumsi yang sehingga menghasilkan berbagai data yang dapat digunakan sebagai
dasar penentuan proses perencanaan selanjutnya, khususnya dalam analisis pola
perubahan penggunaan lahan terhadap limpasan air permukaan. Ecological footprint
time series atau sejarah yang dapat dijadikan referensi dan digunakan untuk
mengelola sumber daya alam demi memenuhi kebutuhan manusia. Dari penggunaan
konsep ecological footprint dapat dihasilkan data seperti penggunaan tutupan lahan
yang cocok untuk menanggulangi dampak peningkatan limpasan air permukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. DAS dan Pengelolaannya (1). Diakses tanggal 2 Oktober 2015, dari
https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/mimpi-tentang-
das-ciliwung/
Anonim. Melindungi Daerah Aliran Sungai (DAS). Diakses tanggal 1 Oktober 2015 dari
http://hesperian.org/wp-content/uploads/pdf/id_cgeh_2010/id_cgeh_2010_09.pdf.
Hasibuan, Heru Christanto, dkk. 2015. Dampak Alih Fungsi Lahan di Kota Bogor. Semarang:
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Pontoh, Nia Kurniasih dan Dede J. Sudrajat. Desember 2005. Hubungan Perubahan
Penggunaan Lahan Dengan Limpasan Air Permukaan: Studi Kasus Kota Bogor.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Volume 16 No. 3, halaman 44-56
Putri, Ade Pradipta dan Ir. Terunajaya, M.Sc. Pengaruh Perubahan Pola Tata Guna Lahan
Terhadap Sedimentasi Di Hulu Sungai Ular. Sumatra Utara: Departemen Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara
Rosyidie, Arief. Desember 2013. Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari
Perubahan Guna Lahan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Volume 24 No. 3
S. Rimadewi. 2015. Materi Mata Kuliah Infrastruktur Kota: Ruang Terbuka Hijau. Surabaya:
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan