Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP PERWUJUDAN PERILAKU SEKOLAH/MADRASAH BERJIWA


WIRAUSAHA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Wirausaha Jasa Pendidikan
Dosen Pengampu: Dadang Suhendar, M.Pd.
Siti Khozanatu Rohmah, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 3 PGMI VII C:
Salsabila Nurazmi 1182090096
Sely Rosmiati 1182090099
Siti Alfiyah Nujuliyah 1182090102
Wida Komala 1182090115

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
menganugerahkan kesehatan kepada kami. Karena atas berkat rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang masih jauh dari kata sempurna. Makalah ini
disusun supaya pembaca dapat memperluas ilmu.
Makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas terstruktur kami
yang
mana telah disampaikan oleh dosen pengampu. Makalah ini membahas tentang “Konsep
Perwujudan Perilaku Sekolah/Madrasah Berjiwa Wirausaha".
Dalam penyusunan, kami mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak di dalam
maupun di luar kampus, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
kami menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami akan
menerima kritik dan saran yang disampaikan supaya dapat dijadikan contoh dan pelajaran
yang baik dalam menyusun makalah di masa mendatang. Maka dari itu, kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dadang Suhendar, M.Pd dan Ibu Siti Khozanatu Rohmah, M.Pd. Selaku
dosen pengampu, dan juga yang telah mengajarkan kami tentang mata kuliah
Wirausaha Jasa Pendidikan.
2. Kepada seluruh teman seperjuangan yang telah mendukung dan memberi
semangatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan semangat
dan sungguh-sungguh.

Bandung, 12 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Konsep Kewirausahaan................................................................................................3
B. Konsep Perwujudan Perilaku Sekolah/Madrasah Berjiwa Wirausaha..................5
1. Penanaman Konsep Kewirausahaan Pada Diri Kepala Sekolah..........................5
2. Menanamkan Konsep Kewirausahaan Di Lingkungan Sekolah/Madrasah.......7
BAB III PENUTUP................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan adalah identik
dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh seorang usahawan dan wiraswasta. Padahal
pandangan tersebut kurang tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya
dimiliki oleh usahawan, namun juga dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan
bertindak inovatif dimana mencakup semua pekerjaan baik swasta maupun
pemerintahan. Kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa, dan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi diri sendiri dan
orang lain (Safroni, 2013).
Dalam perekembangannya penanaman nilai-nilai kewirausahaan tidak hanya di
kalangan usahawan dan wiraswasta tetapi telah berkembang ke dunia pendidikan,
dimana dalam kegiatannya juga jiwa kewirausahaan sangat dibutuhkan. Kewirausahaan
dalam pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai
insan yang memiliki karakter, pemahaman, dan keterampilan sebagai wirausaha. Pada
dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan
kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan
dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan (Safroni, 2013).
Kewirausahaan dalam bidang pendidikan dapat diterapkan dengan dua acara yaitu
kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah harus memiliki kompetensi kewirausahaan dan
kepala sekolah hendaknya membuat program mengenai pendidikan kewirausahaan di
sekolah/madrasah, agar dapat menghasilkan guru dan peserta didik yang berjiwa
wirausaha. Kewirausahaan dalam pendidikan merupakan merupakan kerja keras yang
terus menerus yang dilakukan pihak sekolah terutama kepala sekolah dalam menjadikan
sekolahnya lebih bermutu. Konsep kewirausahaan ini meliputi usaha membaca dengan
cermat peluang-peluang, melihat setiap unsur instutusi sekolah adanya sesuatu yang baru
atau inovatif, menggali sumber daya secara realistik dan dapat dimanfaatkan,
mengendalikan resiko, mewujudkan kesejahteraan (benefit) dan mendatangkan
keuntungan finansial (profit). Benefit dan profit ini dilihat untuk kepentingan peserta
didik, guru-guru, kepala sekolah (Safroni, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kewirausahaan?
2. Bagaimana konsep perwujudan perilaku sekolah/ madrasah berjiwa wirausaha?
1
C. Tujuan
1. Mampu memahami konsep kewirausahaan.
2. Mampu mengetahui dan memahami konsep perwujudan perilaku sekolah/ madrasah
berjiwa wirausaha.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kewirausahaan
Ilmu kewirausahaan mulai dikenal secara popular pada awal abad 18. Awalnya
wirausaha merupakan sebutan untuk para pedagang yang membeli barang dagangan di
daerah-daerah, kemudian menjulanya dengan harga tidak pasti. Kewirausahaan pada
awalnya hanya dikenal di bidang perdangan, kemudian semakin berkembang yang
ditandai dengan konsep dan ciri khusus seperti kemampuan kreativitas, inovasi, dan lain-
lain. Beberapa konsep kewirausahaan tampaknya identik dengan keterampilan
wirausahawan di dunia bisnis. Padahal, berwirausaha tidak selalu identik dengan
watak/sifat wirausaha semata, karena sifat wirausaha juga dimiliki oleh seseorang yang
bukan wirausaha. “Kewirausahaan mencakup semua aspek pekerjaan, baik untuk
pegawai negeri maupun swasta”. “Pengusaha adalah mereka yang melakukan upaya
kreatif dan inovatif dengan mengembangkan ide dan mengumpulkan sumber daya untuk
menemukan peluang dan meningkatkan kehidupan”. Keterampilan kewirausahaan yang
dibutuhkan saat ini meliputi keterampilan konseptual untuk mengelola strategi dan
memperhitungkan risiko, keterampilan kreatif, keterampilan kepemimpinan,
keterampilan komunikasi dan interaksi, serta keterampilan teknis.
Hakikat kewirausahaan pada dasarnya merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang
melekat pada seseorang yang mempunyai kemamuan keras untuk mewujudkan gagasan
inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat dikembangkan. Wirausahawan
adalah orang yang tahu bagaimana memanfaatkan peluang dalam pengembangan
usahanya guna meningkatkan taraf hidupnya. Pengusaha adalah orang yang mengenali
dan mengevaluasi peluang usaha, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan untuk
mengambil tindakan yang tepat, menuai manfaat, dan memiliki sifat, karakter, serta
kemauan untuk secara kreatif mengubah ide-ide inovatif menjadi kenyataan untuk
mencapai kesuksesan/peningkatan pendapatan. Seorang wirausahawan tidak hanya dapat
merencanakan dan berbicara, tetapi juga dapat mengubah rencana dikepalanya menjadi
tindakan yang berorientasi pada kesuksesan. Oleh karena itu, kreativitas merupakan cara
berpikir tentang sesuatu yang baru dan inovasi merupakan tindakan melakukan sesuatu
yang baru.
Objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Soemahamidjaja dalam (Suryana, 2006),
kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:
3
a. Kemampuan merumuskan tujuan hidup usaha. Hal tersebut dilakukan dengan
renungan dan koreksi sampai memahami dengan benar tujuan usahanya tersebut.
b. Kemampuan memotivasi diri sendiri untuk melahirkan tekad kemauan yang besar.
c. Kemampuan berinisiatif, berupa tidak tergantung terhadap perintah orang lain, hal
ini dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi terbiasa dan mampu memunculkan
inisiatif dalam bertindak dan melakukan sesuatu.
d. Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas dan setelah dibiasakan
berulang-ulang akan melahirkan motivasi.
e. Kemampuan membentuk modal material, sosial, dan intelektual.
f. Kemampuan mengatur waktu dan memprioritaskan sesuatu.
g. Kemampuan mental yang dilandasi agama.
h. Kemampuan membiasakan diri mengambil hikmah dari pengalaman yang baik dan
pengalaman yang buruk.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep kewirausahaan bukan hanya
dapat ditanamkan pada sebuah bisnis saja, namun di dunia pendidikan konsep
kewirausahaan perlu dimiliki dan dikembangkan, agar dapat menghasilkan
sekolah/madrasah yang bermutu dan berkualitas. Oleh karena itu, maka sebuah sekolah
harus memiliki kepala sekolah (pemimpin) yang berjiwa wirausaha dan harus memiliki
kepala sekolah yang dapat membuat program-program mengenai pendidikan
kewirausahaan di sekolah/madrasah, agar dapat menghasilkan guru dan peserta didik
yang berjiwa wirausaha. Dalam mengembangkan pendidikan kewirausahaan di sekolah,
maka perlunya mengetahui dan memahami prinsip sebagai berikut (Mulyasa, 2012) :
1. Proses pengembangan nilai-nilai kewirausahaan merupakan sebuah proses yang
memakan waktu cukup panjang dan berkelanjutan. Proses pengembangan ini
dimulai dari peserta didik masuk sampai selesai melaksanakan proses pendidikan.
2. Materi nilai-nilai kewirausaahaan bukanlah suatu bahan ajar yang pokok seperti
halnya ketika mengajarkan sebuah konsep, teori, prosedur, bahkan fakta dalam mata
pelajaran sekolah. Nilai kewirausaahan diintegrasikan ke dalam setiap mata
pelajaran. Proses pengintegrasian ke dalam mata pelajaran bisa melalui materi,
metode, dan penilaian.
3. Ketika pelaksanaan proses pembelajaran, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan
yang sudah tersedia tetapi menggunakan materi pokok bahasan tersebut untuk agar
berkembang suatu nilai-nilai kewirausahaan. Selain itu, guru tidak perlu
mengembangkan proses pembelajaran khusus untuk mengembangkan nilai.
4
4. Digunakan metode pembelajaran aktif dan menyenangkan.
Selain itu, terdapat nilai-nilai pokok dalam pendidikan kewirausahaan yang harus
dimiliki oleh peserta didik dan juga warga sekolah, sebagai berikut: 1) Jujur, 2) Disiplin,
3) Kerja keras, 4) Kreatif, 5) Inovatif, 6) Mandiri, 7) Tanggungjawab, 8) Kerjasama, 9)
Kepemimpinan, 10) Pantang Menyerah (ulet), 11) Berani Menanggung Resiko, 12)
Komitmen, 13) Realistis, 14) Rasa Ingin Tahu, 15) Komunikatif, 16) Motivasi Kuat
Untuk Sukses, dan 17) Berorientasi Pada Tindakan (Mulyasa, 2012).
B. Konsep Perwujudan Perilaku Sekolah/Madrasah Berjiwa Wirausaha
Untuk menciptakan sekolah/madrasah yang berjiwa wirausaha maka perlunya
memiliki cara untuk mewujudkannya. Adapun konsep perwujudan perilaku
sekolah/madrasah berjiwa wirausaha dapat meliputi dua cara yaitu sebagai berikut :
1. Penanaman Konsep Kewirausahaan Pada Diri Kepala Sekolah
Dalam (Siswoyo, 2009) kepala sekolah merupakan seseorang yang tidak hanya
kedudukan atau jabatan, namun merupakan suatu pekerjaan yang penuh dengan
tanggungjawab, komitmen, jujur, adil, memiliki visi yang teguh, dan konsekuen
terhadap hal-hal yang telah ditetapkannya untuk menyelenggarakan proses
pembelajaran. Dalam konteks pendidikan, kepala sekolah atau madrasah merupakan
seseorang yang berjiwa wirausaha yang ditunjukkan dengan cara bekerja keras untuk
menjadikan sekolahnya lebih bermutu/berkualitas. Konsep kewirausahaan yang
hendaknya dilakukan oleh seorang kepala sekolah ialah dengan berusaha membaca
dengan cermat peluang-peluang, melihat setiap unsur institusi sekolah adanya
sesuatu yang baru atau inovatif, menggali sumber daya realistik dan dapat
dimanfaatkan, mengendalikan resiko, mewujudkan kesejahteraan dan mendatangkan
keuntungan. Selain itu, sebagai kepala sekolah merupakan seseorang yang harus
bertanggungjawab terhadap tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah atau madrasah
dan harus memberikan kepuasan kepada pelanggan yaitu guru secara internal dan
orang tua secara ekstrenal. Untuk meningkatkan mutu sekolah dan memuaskan
pelanggan, maka kepala sekolah harus memiliki sikap kewirausahaan yang nantinya
dapat mendorong untuk melakukan perubahan, kemajuan, serta inovasi terhadap
sekolah atau madrasah (Supardi, Umar, & Wahyudi, 2017). Sebab, kepala sekolah
merupakan penentu kerberhasilan dan kemajuan sekolah/madrasah. Artinya, tujuan
sekolah/madrasah yang ingin dicapai memerlukan kepala sekolah yang kompeten
dan giat dalam menciptakan program-program yang bermutu dan berkualitas bagi
sekolah/madrasah.
5
Menurut (Sagala, 2012) kemampuan kewirausahaan kepala sekolah merupakan
proses wirausaha mentransformasi, mengorganisir, dan mensinergikan sumber-
sumber usaha untuk mendirikan usaha atau program-program baru untuk
memajukan sekolah dalam hal kualitas. Oleh karena itu, kepala sekolah harus
memiliki sikap kreatif, inovatif, mampu mengekploitasi peluang, mampu
mengontrol dirinya sendiri, mengambil resiko, pekerja keras, percaya diri, dan
berjiwa kepemimpinan. Sedangkan menurut (Mulyasa, 2012) mendefiniskan bahwa
kemampuan kewirausahaan kepala sekolah adalah seseorang yang memiliki
kemauan serta kemampuan untuk mencari dan menemukan berbagai peluang agar
dapat melakukan pengembangan sekolah, sehingga dapat menuju sekolah yang
efektif, efisien, produktif, mandiri, dan akuntabel. Jadi, dapat disimpukan bahwa
kemampuan kewirausahaan kepala sekolah adalah kemampuan yang dimiliki kepala
sekolah untuk menjadikan sekolah yang bermutu dan berkualitas dengan cara
memiliki jiwa wirausaha.
Guru merupakan orang yang sangat berperan dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, guru hendaknya bisa mengajar dan siswa dapat belajar dengan baik.
Agar, kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru, maka sudah selayaknya
kepala sekolah menetapkan standar dan memberikan syarat kepada guru. Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar
Kepala Sekolah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki lima
dimensi kompetensi yaitu : kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,
kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Terkait
kompetensi kewirausahaan menurut Permendikbud No. 13 Tahun 2007, kompetensi
kewirausahaan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah meliputi dimensi kompetensi
yaitu : 1) menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah;
2) bekerja sama untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi
pembelajaran yang efektif; 3) memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai kepala sekolah/madrasah; 4)
pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala
yang dihadapi sekolah /madrasah; 5) memiliki naluri kewirausahaan dalam
mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber pelajar peserta
didik. Selain itu, dalam (Patawari, 2020) guna mengimplementasikan kompetensi
kewirausahaan maka kepala sekolah harus menerapkan beberapa hal sebagai
berikut : 1) berpikir kreatif dan inovatif, 2) mempu membaca arah pengembangan
6
sekolah/madrasah, 3) menumbuhkan kerjasama tim, memiliki sikap kepemimpinan,
menciptakan kebersamaan, dan menjalin hubungan yang solid dengan warga
sekolah, 4) membangun pendekatan personal dengan lingkungan sekitar dan tidak
cepat puas dengan apa yang telah dicapai, 5) mampu meningkatkan pengetahuan dan
teknologi untuk meningkatkan kualitas ilmu dan ilmu ilmiahnya, dan 6) dapat
menjawab tantangan masa depan dengan mengambil pelajaran dari masa lalu dan
masa kini.
Dengan demikian, sebagai kepala sekolah yang merupakan pemimpin di sebuah
sekolah, hendaknya berjiwa wirausaha. Sekolah yang memiliki jiwa dan sikap
kewirausahaan dapat meningkatkan kinerja guru. Dengan meningkatnya kinerja
guru, maka guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif,
dan efisien. Hal tersebut dapat ditandai dengan terdorongnya siswa untuk memahami
materi, senang bertanya, dan berani mengajukan pendapat serta melakukan hal-hal
yang menghasilkan pengalaman baru sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat (Supardi, Umar, & Wahyudi, 2017) .
2. Menanamkan Konsep Kewirausahaan Di Lingkungan Sekolah/Madrasah
Pendidikan entrepreneurship merupakan pendidikan yang menerapkan prinsip-
prinsip dan metodologi ke arah pembentukan jiwa entrepreneurship. Artinya
pendidikan dapat menjadikan seseorang memiliki jiwa yang berani dan mampu
menghadapi masalah di kehidupan, jiwa kreatif untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan hidup, dan memiliki jiwa mandiri agar tidak bergantung pada orang
lain. Konsep perwujudan perilaku sekolah atau madrasah yang berjiwa wirausaha
ditandai dengan memiliki nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan
kewirausahaan (Afandi, 2021).
Instruksi Presiden no. 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional
Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, mewajibkan seluruh rakyat
dan bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan.
Pemerintah menyadari bahwa dunia usaha merupakan tulang punggung
perekonomian nasional, sehingga perlu dilakukan upaya untuk terus
meningkatkannya. Melalui gerakan ini diharapkan karakter wirausaha menjadi
bagian dari etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia sehingga dapat melahirkan
wirausahawan baru yang handal, tangguh, dan mandiri. Menurut Suherman, hal ini
sangat penting karena kegiatan usaha tidak hanya berlangsung pada tataran ekonomi
mikro.
7
Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara
terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor),
dan peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan.
Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara
mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan
pendidikan kewirausahaan, sehingga peserta didik dapat merealisasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada umumnya sekolah sebagai lembaga pendidikan dan merupakan pusat
kegiatan belajar mengajar dijadikan tumpuan dan harapan orang tua, keluarga,
masyarakat, bahkan pemerintah. Oleh karena itu, sekolah senantiasa memberikan
pelayanan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang bersifat ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek), pembentukan sikap dan keterampilan bagi peserta didik termasuk
sikap mental wirausaha. Dalam praktik di sekolah perlunya memperhatikan terlebih
dahulu cara menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didik ialah sebagai
berikut (Usman, et al., 2010):
a. Pembenahan Dalam Kurikulum
Pembenahan kurikulum dalam rangka menginternalisasikan nilai-nilai
kewirausahaan yang mampu membentuk karakter wirausaha pada peserta didik
dapat dilakukan dengan cara melengkapi materi kurikulum yang telah ada
dengan bidang studi kewirausahaan, dan mengintegrasikan nilai-nilai wirausaha
ke dalam silabus dan RPP. (Lihat contoh Silabus dan RPP dalam lampiran 1 dan
2).
b. Peningkatkan Peran Sekolah Dalam Mempersiapkan Wirausaha
Hakikat persiapan manusia wirausaha adalah dalam segi penempatan
karakter wirausaha. Dengan perkataan lain, persiapan manusia wirausaha
terletak pada penempatan semua daya kekuatan pribadi manusia itu untuk
menjadikannya dinamis dan kreatif, di samping mampu berusaha untuk hidup
maju dan berprestasi. Manusia yang semacam itu yang menunjukkan ciri-ciri
wirausaha. Untuk dapat menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan pada
diri peserta didik diperlukan peran sekolah secara aktif. Misal, guru akan
menerapkan integrasi nilai kreatif, inovatif, dan berani menanggung resiko
dalam pembelajaran KD produksi, konsumsi, dan distribusi.
c. Pembenahan Dalam Pengorganisasian Proses Pembelajaran
8
Pembelajaran di Indonesia telah mengalami berbagai macam pembaharuan,
termasuk juga dalam pengorganisasian pengalaman belajar peserta didik. Agar
peserta didik mengalami perkembangan pribadi yang integratif, dinamis dan
kreatif, ada pembenahan lebih lanjut dalam hal pengorganisasian pengalaman
belajar peserta didik. Hal ini tidak berarti bahwa pengorganisasian yang sudah
berlaku di sekolah itu harus ditinggalkan. Pengorganisasian yang sudah ada
berlangsung terus, yang penting perlu dicari cara pengorganisasian lain untuk
menunjang proses pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk aktif belajar dari pengalaman hidup sehari-hari di dalam
masyarakat. Selain itu alternatif lain untuk mengembangkan organisasi
pengalaman belajar peserta didik adalah pelaksanaan pembelajaran yang
berbasis unit produksi. Sebagai contoh pada pembelajaran materi produksi, anak
dilatih keterampilan untuk memproduksi. Selanjutnya, hasil produksi dititipan
dalam unit produksi di sekolah untuk digunakan sebagai latihan menjual pada
saat penyampaian materi distribusi. Bentuk ini bukanya mengganti
pengorganisasian yang sudah ada melainkan sebagai variasi pengalaman belajar
peserta didik.
d. Pembenahan Proses Kelompok
Hubungan pribadi antar peserta didik di dalam kelas mempunyai pengaruh
terhadap belajar mereka. Aktivitas belajar anak dapat dipengaruhi oleh
perasaannya tentang diri sendiri dalam hubungannya dengan guru-guru serta
teman-temannya. Pertumbuhan anak banyak tergantung pada suasana emosional
dari kelompok kelasnya. Proses-proses kelompok di kelas bukan hanya
mempengaruhi perasaan dan sikap para peserta didik, tetapi juga mempengaruhi
hasil belajar mereka. Hal ini guru dituntut untuk berusaha mengadakan
modifikasi-modifikasi terhadap proses-proses kelompok peserta didik di dalam
kelas agar tumbuh kembang nilai-nilai kewirausahaan pada diri peserta didik.
Contoh: pembentukan diskusi kelompok memperlihatkan heterogenitas di dalam
kelompok. Setiap kelompok sebaiknya terdiri dari peserta didik yang banyak
bicara, peserta didik yang diam, peserta didik yang banyak ide, dan peserta
didik yang pasif, sehingga akan terjadi perpaduan dalam pengalaman belajar.
e. Pembenahan Pada Diri Guru
Sebelum guru melaksanakan pembelajaran di kelas dengan
mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan, terlebih dahulu guru juga dilatih
9
kewirausahaan terutama yang terkait dengan penanaman nilai-nilai dan
keterampilan wirausaha. Akan lebih baik lagi jika guru juga memiliki
pengalaman empiris di dalam mengelola bisnis usaha pendidikan kewirausahaan
juga bisa dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler, yang melatih peserta
didik mengembangkan usaha yang terkait dengan bakat dan minat peserta didik.
Peran guru adalah mengkomunikasikan potensi dan cita-cita secara jelas
sehingga dapat menginspirasi setiap peserta didik untuk dapat melihat jiwa
kewirausahaan dalam dirinya.
Selain itu, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat
diinternalisasikan melalui berbagai aspek seperti (Isrososiawan, 2013) :
a. Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Semua Mata Pelajaran
Pengembangan karakter kewirausahaan dapat diintegrasikan pada semua
mata pelajaran melalui proses pembelajaran. Guru didorong untuk menciptakan
pengalaman-pengalaman mengelola pembelajaran yang lebih baik, produktif
dan menyenangkan melalui penerapan model-model pembelajaran yang kreatif
dan dinamis yang memungkinkan peserta didik dapat berinteraksi satu sama lain
dalam kelompok.
Pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah
penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga
hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya
karakter wirausaha, dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah
laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang
berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada
dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik
menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, dirancang, dan dilakukan
untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku.
Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan
ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah
pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui
metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.
Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang
dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan
tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata
10
pelajaran, maka penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu
penanaman nilai-nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara
memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai
lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata
pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada
penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik
mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang
diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam) nilai
pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada
tindakan, dan kerja keras.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada
semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar
muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk
mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang
terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus
yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi
nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan, cara menyusun
RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara
mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-
langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-
nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas
keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan,
menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan
keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir,
bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-
nilai kewirausahaan.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat
dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
1. Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan
sudah tercakup didalamnya.
11
2. Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam
SK dan KD ke dalam silabus.
3. Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi
nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
4. Memasukkan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam RPP.
b. Kewirausahaan Terpadu Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat peserta didik seperti olahraga, seni budaya, kepramukaan untuk
melatih mereka bekerja keras, menumbuhkan motivasi, bersedia menghadapi
tantangan, siap untuk kalah dan menang serta saling menghargai.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan
ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal,
serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna
untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstrakurikuler adalah (1)
menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; 2) menyelenggarakan
kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengekspresikan diri
secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
c. Kewirausahaan Melalui Budaya Sekolah
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah yang terjadi adanya
interaksi antar peserta didik, antar guru, guru dan siswa, guru dan staf, staf dan
siswa, serta sekolah dengan kelompok masyarakat. Budaya sekolah yang
dibangun ketika antar warga sekolah berinteraksi dan berkomunikasi, aktualisasi
karakteristik kewirausahaan secara verbal maupun perilaku seperti kejujuran,
kerja keras, motivasi berprestasi tinggi, tanggung jawab, disiplin, komitmen ke
semua warga sekolah. Proses pembiasaan (conditioning) di mulai dari
pembiasaan, kebiasaan (habit), sifat (traits), internalisasi (internalization) dan
kepribadian (personality).
12
d. Kewirausahaan Dalam Pengembangan Diri
Kewirausahaan dapat diintegrasikan dalam kegiatan pengembangan diri
baik yang bersifat konseling maupun bersifat kegiatan rutin di luar jam
pelajaran. Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan
pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter
wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial,
kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstrakurikuler.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan
kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan
memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta
didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan
kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan
pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan
terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara
khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua
peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam
kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya
peserta didik, dan lain-lain).
e. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Dari Teori Ke
Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian
tiga kompetensi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman
konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi
jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Salah satu contoh
model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan
13
perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran,
dan lain sebagainya.
f. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Ke Dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling
berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran.
Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian
dan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang telah dirancang oleh penulis buku
ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai
kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan
materi, tugas, maupun evaluasi.
g. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Melalui Kultur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta
didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan
sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota
kelompok masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan
kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang
dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika
berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti
kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di
lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di
lingkungan sekolah).
h. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang
bersangkutan. Oleh karena itu, mata pelajaran muatan lokal harus memuat
karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat, dan
mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu
membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal
dalam kehidupan, sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak
yang berada di ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal
sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah,
yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk
memperoleh pendapatan.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kewirausahaan mencakup semua aspek pekerjaan, baik untuk pegawai negeri
maupun swasta. Pengusaha adalah mereka yang melakukan upaya kreatif dan inovatif
dengan mengembangkan ide dan mengumpulkan sumber daya untuk menemukan
peluang dan meningkatkan kehidupan. Keterampilan kewirausahaan yang dibutuhkan
saat ini meliputi keterampilan konseptual untuk mengelola strategi dan
memperhitungkan risiko, keterampilan kreatif, keterampilan kepemimpinan,
keterampilan komunikasi dan interaksi, serta keterampilan teknis. Untuk menciptakan
sekolah/madrasah yang berjiwa wirausaha maka perlunya memiliki cara untuk
mewujudkannya. Adapun konsep perwujudan perilaku sekolah/madrasah berjiwa
wirausaha dapat meliputi dua cara yaitu sebagai berikut : 1) Menanamkan Konsep
Kewirausahaan Pada Diri Kepala Sekolah dan 2) Penanaman Konsep Kewirausahaan Di
Lingkungan Sekolah/Madrasah. Dalam menanamkan konsep kewirausahaan di
lingkungan sekolah/madrasah terdapat beberapa cara ialah sebagai berikut : 1)
Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Semua Mata Pelajaran, 2) Kewirausahaan Terpadu
Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler, 3) Kewirausahaan Melalui Budaya Sekolah, 4)
Kewirausahaan Dalam Pengembangan Diri, 5) Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran
Kewirausahaan Dari Teori Ke Praktik, 6) Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Ke
Dalam Bahan/Buku Ajar, 7) Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Melalui Kultur
Sekolah, dan 8) Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Melalui Muatan Lokal.

15
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M. (2021). Implementasi Pendidikan Kewirausahaan (Entrepreneurship) Di Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Ar-Riayah Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 5, No. 1, 51-63.
Instruksi Presiden no. 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan
Isrososiawan, S. (2013). Peran Kewirausahaan Dalam Pendidikan. Jurnal Jurusan
Pendidikan IPS Ekonomi, 43-47.
Mulyasa, E. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Patawari, F. (2020). Implementasi Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah Di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 5 Kepanjen. Didaktika : Jurnal
Kependidikan Vol. 9 No.3, 291-304.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala
Sekolah
Sagala, S. (2012). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Siswoyo, B. B. (2009). Pengembangan Jiwa Kewirausahaan Di Kalangan Dosen dan
Mahasiswa. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14 No. 2, 114-123.
Supardi, Umar, S., & Wahyudi. (2017). Pengaruh Kemampuan Manajerial dan
Kewirausahaan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru. Jurnal UNTAN Pendidikan
dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol. 6 No. 3, 1-11.
Suryana. (2006). Kewirausahaan Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta:
Salemba.
Usman, H., Mulyani, E., Suharyadi, Sejati, V. S., Sistaningrum, W., Winarno, G., . . .
Wulandari, A. (2010). Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa
(Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan). Jakarta: Kementerian Pendidikan
Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

16
17

Anda mungkin juga menyukai