IKHLASUL AMAL
F1D317034
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian dalam rangka
penulisan Skripsi pada Program Studi Teknik Geofisika
IKHLASUL AMAL
F1D317034
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
IKHLASUL AMAL
F1D317034
Disetujui :
Diketahui :
Dr. Tedjo Sukmono, S.Si., M.Si. Dr. Lenny Marlinda, S.T., M.T. NIP.
NIP. 19720705000031003 NIP.197907062008122002
iii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, Proposal Skripsi yang berjudul “Penggunaan Data Geolistrik Untuk
Mengetahui Sebaran Batubara Berdasarkan Nilai Resistivitas Di Desa
Panerokan Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari” dapat diselesaikan
dengan baik.
Pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu untuk menye-
selesaikan laporan magang ini, antara lain :
1. Kedua Orang Tua yang telah mendukung penulis baik secara moril
maupun materialis.
2. Prof. Drs. Damris M, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Jambi.
3. Bapak Dr.H. Tedjo Sukmono, S.Si., M.Si selaku Wakil Dekan Baksi
Fakultasa Sains Dan Teknologi Universitas Jambi.
4. Ibu Dr. Lenny Marlinda, S.T., M.T. selaku ketua jurusan Teknik Kebumian
Universitas Jambi.
5. Ibu Ira Kusuma Dewi, S.Si., M.T. selaku ketua program studi Teknik
Geofisika Universitas Jambi.
6. Bapak Ir. Itang Ahmad Mahbub, M.P. selaku Pembimbing Utama dan Ibu
Juventa, S.T., M.T. selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimb-
ing penulis dengan memberikan arahan dan masukan penyusunan Pro-
posal Skripsi.
7. Teman-teman dari Teknik Geofisika Universitas Jambi yang Membantu
saya.
Ikhlasul Amal
F1D317034
iv
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ................................................... 2
1.3 Hipotesis ....................................................................................................... 2
1.4 Tujuan........................................................................................................... 3
1.5 Manfaat......................................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 4
2.1 Penelitian yang Relevan............................................................................ 4
2.2 Kondisi Geografis ....................................................................................... 6
2.3 Geologi Regional ......................................................................................... 6
2.4 Batubara .................................................................................................... 10
2.5 Metode Geolistrik ..................................................................................... 16
III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 22
3.1 Tempat dan Waktu .................................................................................. 22
3.2 Peralatan Penelitian ............................................................................. 22
3.3 Data ............................................................................................................. 23
3.4 Tahapan Penelitian .................................................................................. 23
3.5 Diagram Alir Penelitian........................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 27
LAMPIRAN ................................................................................................................. 30
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Geologi Regional Lokasi Penelitian................................................................. 7
2. Susunan Formasi Batuan Secara Stratigrafi. ................................................ 8
3. Penampang Berarah Baratdaya - Timurlaut Dari Cekungan Sumatera
Selatan. ............................................................................................................. 10
4. Lapisan Batubara Bentuk Horse Back......................................................... 13
5. Lapisan Batubara Bentuk Pinch .................................................................. 13
6. Lapisan Batubara Bentuk Clay Vein............................................................ 14
7. Lapisan Batubara Bentuk Intrusi Batuan Beku .......................................... 14
8. Lapisan Batubara Bentuk Fault .................................................................. 14
9. Lapisan Batubara Bentuk Folding ............................................................... 15
10. Lapisan Batubara Bentuk Split Coal ........................................................... 15
11. Lapisan Batubara Bentuk Wash Out .......................................................... 15
12. Arus yang mengalir pada medium silinder konduktor ................................ 17
13. Konfigurasi Wenner (Reynolds,1997) .......................................................... 20
14. Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 26
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Resistivitas batuan (Telford,1990) ............................................................... 18
2. Rata-rata kedalaman penyelidikan untuk berbagai konfigurasi geolistrik
(Edwards, 1977 dalam Look, 2004). .................................................................. 20
3. Rincian Kegiatan Penelitian ......................................................................... 22
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................................. 29
2. Peta Desain Akuisisi Lokasi Penelitian ....................................................... 30
viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman
purba. Sisa tanaman tersebut kemudian mengalami pengendapan dan proses
kimia dan fisika sehingga terjadi pengayaan pada kandungan atom karbonnya
(Sukandarrumidi, 2006). Potensi Batubara hampir terdapat di seluruh Kabupaten
di Provinsi Jambi kecuali Kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Timur dan Kota
Jambi. Sebagian besar batubara di Provinsi Jambi tergolong batubara dengan
kualitas sedang, yaitu rata-rata pada jenis batubara lignit, subbitumen dan
bitumen. Tahapan eksplorasi batubara menurut SNI No.13-6011-1998 umumnya
dilaksanakan melalui empat tahap yaitu survei tinjau, prospeksi, eksplorasi
pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Tujuan dari survei tersebut untuk
mengindentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas,
serta kualitas suatu endapan batubara sebagai dasar analisis dilakukannya
investasi (Ambodo dan Jatmiko, 2012).
Provinsi Jambi merupakan salah satu wilayah yang memiliki cadangan
batubara terbesar kedua di Pulau Sumatera dengan cadangan mencapai 1,1
miliar ton (ESDM, 2018). Desa Panerokan, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten
Batanghari, Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi
sumberdaya alam berupa batubara. Berdasarkan informasi peta geologi lembar
Muara Bungo, Mersam berada pada tiga formasi yang selaras satu sama lain
yaitu formasi air benakat, muara enim, dan formasi kasai yang membawa
endapan batubara, serta endapan kuarter berupa aluvial (Simandjuntak, dkk,
1994). Sumber daya alam daerah tersebut menjawab kebutuhan batubara yang
semakin meningkat. Hal ini mendorong kegiatan eksplorasi untuk memenuhi
kebutuhan dan mengetahui potensi dan cadangan batubara pada daerah
tersebut.
Salah satu survey untuk memetakan sebaran dan kedalaman batubara di
bawah permukaan adalah survey geofisika dengan metode geolistrik resistivitas.
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi (Telford, dkk. 1990). Hal ini bermanfaat untuk
mengetahui nilai resistivitas batubara dan mengetahui sebaran batubara dari
hasil pengukuran di desa panerokan, kecamatan bajubang, kabupaten batanghari.
Metode geolistrik memiliki banyak konfigurasi yang dapat digunakan sesuai dengan
target penelitian. Adapun penelitian ini menggunakan konfigurasi wenner untuk
melihat variasi resistivitas batuan lebih dalam di bawah permukaan bumi
secara lateral dan vertikal (2D). Hasil yang diharapkan dapat memberikan
1
gambaran endapan batubara secara tiga dimensi sehingga diperoleh data yang
cukup akurat dalam penyelidikan lanjutan kegiatan eksplorasi batubara.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian
mengetahui sebaran batubara di desa penerokan. Oleh Karena itu peneliti ingin
melakukan penelitian didaerah tersebut, Dimana metode yang digunakan ada-
lah Geolistrik Tahanan Jenis konfigurasi Wenner. Konfigurasi Wenner merupa-
kan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi geolistrik
dengan susunan jarak spasi sama panjang. Konfigurasi Wenner merupakan sa-
lah satu konfigurasi dalam eksplorasi Geofisika dengan susunan elektroda ter-
letak dalam satu garis yang simetris terhadap titik tengah. Konfigurasi elektroda
Wenner memiliki resolusi vertikal yang bagus, sensitivitas terhadap perubahan
lateral yang tinggi tapi lemah terhadap penetrasi arus terhadap kedalaman.
Judul yang tepat menurut peneliti adalah “PENGGUNAAN DATA GEOLISTRIK
UNTUK MENGETAHUI SEBARAN BATUBARA BERDASARKAN NILAI
RESISTIVITAS DI DESA PENEROKAN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN
BATANGHARI”.
2
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu,
dapat ditentukan variasi nilai hambatan jenis masing-masing lapisan batubara
di bawah titik ukur, Hal tersebut sejalan dengan keterdapatan sebaran
batubara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik
konfigurasi Wenner. Dari hasil metode geolistrik data yang didapatkan akan di
olah menjadi model 1D dan 3D untuk mengetahui Sebaran batubara.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui Nilai resistivitas Batubara di desa Penerokan, Keca-
matan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Jambi.
2. Untuk mengetahui sebaran batubara di desa Penerokan, Kecamatan
Bajubang, Kabupaten Batanghari, Jambi berdasarkan model 2 dimensi
resistivitas.
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitan ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan informasi terkait sebaran dan cadangan batubara pada
kavling penelitian, serta dapat menjadi acuan bagi PT. Triadat Quantum
untuk melakukan kajian lebih lanjut.
2. Menjadikan metode geofisika sebagai referensi dan tahapan
direkomendasikan kepada pihak pelaksana pertambangan batubara baik
pemerintah maupun perusahaan yang ada di provinsi jambi khususnya
di Kabupaten Batanghari untuk dapat mengetahui potensi sebaran
batubara nya.
3. Dari sisi keilmuan kegiatan penelitian ini memberikan sumbangan
perkembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang geofisika mineral
dan batubara.
3
4
resistivitas berkisar antara 450 Ώm hingga 33259 Ώm, nilai resistivitas batubara
antrasit relatif tinggi pada kondisi kering dan lapisan batubara ini terletak di
kedalaman 4 cm hingga 29 cm. Menggunakan model rekonstruksi 3D, telah
diprediksi volume total batubara adalah sekitar 18.226 cm3.
Santoso, dkk. (2016) telah melakukan penelitian Penentuan Resistivitas
Batubara Menggunakan Metode Electrical Resistivity Tomography dan Vertical
Electrical Sounding. Pada penelitian dilakukan penentuan nilai resistivitas
batubara secara insitu diatas singkapan batubara untuk memperkuat
interpretasi. Penentuan resistivitas batubara secara insitu dengan Metode
Electrical Resistivity Tomography dilokasi I (Muarobungo, Jambi) diperoleh nilai
resistivitas (81,4 – 115) Ωm, sedangkan dilokasi II (Lahat, Sumatera Selatan)
diperoleh nilai resistivitas (60 – 110) Ωm dan dilokasi III (Nunukan, Kalimantan
Utara) diperoleh nilai resistivitas (83 – 130) Ωm. Penentuan resistivitas batubara
secara insitu dengan Metode Vertical Electrical Sounding dilokasi I
(Muarobungo, Jambi) diperoleh nilai resistivitas 80,89 Ωm dan dilokasi II (Lahat,
Sumatera Selatan) diperoleh nilai resistivitas 76,92 Ωm.
Telah dilakukan penelitian geolistrik pada daerah X di Kecamatan Muara
Muntai, Kabupaten Kutai Kertanegara Propinsi Kalimantan Timur dengan
menggunakan metode resitivitas konfigurasi Schlumberger untuk mencari
batubara. Pemodelan menggunakan manual kurva maching untuk
menggambarkan bawah permukaan daerah X berdasarkan 11 titik sounding
yang diperoleh pada akuisisi data lapangan Hasil interpretasi adalah posisi
batubara berada pada kedalaman 60 m - 70 m dengan ketebalan 1 m - 2 m.
Sedangkan nilai resisitivitas batubara berada pada kisaran 90 Ώm -120 Ώm. Hal
ini memberikan informasi kepada investor bahwa daerah X kurang
menguntungkan bila ditambang (Yulianto, 2008).
Fitriani, dkk. (2014) telah melakukan penelitian di Desa Lemban Tongoa
Kecamatan Palolo yang bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran batubara di
bawah permukaan. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik hambatan
jenis konfigurasi dipole-dipole. Pengukuran dilakukan sebanyak 4 Lintasan
yang tersebar di daerah penelitian. Pengolahan data menggunakan perangkat
lunak Res2dinv diperoleh nilai hambatan jenis batubara berkisar antara 152
Ωm – 227 Ωm. Ketebalan lapisan minimal 0,3 meter dan ketebalan maksimal 1
meter. Penyebaran lapisan batubara diduga menebal secara merata dari arah
utara ke selatan.
Rustadi (2008) telah melakukan penelitian di Padang Ratu, Lampung
yang betujuan untuk menafsirkan lapisan batubara di bawah permukaan.
Penelitian ini menggunakan metode geolistrik hambatan jenis Vertical Electrical
6
Geomorfologi
Secara geomorfologi Kabupaten Batanghari dikelompokkan menjadi 2
satuan morfologi yaitu perbukitan bergelombang, dan landai. Daerah dengan
morfologi perbukitan bergelombang memiliki ketinggian berkisar antara 11 –
500 m dari permukaan laut. Daerah dengan morfologi landai yang memiliki
kemiringan berkisar antara 0 – 8 persen (92,28 persen). Kecamatan yang ter-
letak di daerah hulu Sungai Batanghari cenderung lebih bergelombang
dibandingkan daerah hilirnya. Daerah bergelombang terdapat di Kecamatan
Maro Sebo Ulu, Kecamatan Batin XXIV, Kecamatan Mersam dan Kecamatan
Maro Sebo Ilir. Kecamatan Muara Tembesi, Kecamatan Muara Bulian, Kecama-
tan Bajubang dan Kecamatan Pemayung memiliki topografi yang cenderung
lebih landai. Sedangkan daerah dengan topografi miring dapat dikatakan tidak
ada. Sebagian besar wilayah Kabupaten Batanghari berada pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) Batanghari dengan rawa-rawa yang sepanjang tahun tergenang
air. (Pemkab Batanghari. 2012).
8
Stratigrafi
Geologi daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 3 formasi
satuan batuan dan endapan permukaan (SA Mangga, dkk., 1993). Formasi Air
Benakat terutama disusun oleh perselingan batuan klastika halus dan klastika
sangat halus berumur Miosen Tengah - Miosen Atas. Formasi Air Benakat
secara selaras ditindih oleh Formasi Muara Enim yang dicirikan oleh satuan
batuan menghalus ke atas, terdiri dari pasir halus dibagian bawah dan perse-
lingan batulanau dan batulempung di bagian bawah dan perselingan batulanau
dan batulempung di bagian atas dengan sisipan lapisan batubara setempat
dapat mencapai tebal 7,45m, umur formasi ini Mio-Pliosen. Secara selaras For-
masi Muara Enim ditindih oleh Formasi Kasai, di bagian atas oleh batulempung
tufaan serta sering dijumpai konkresi besi mencapai 20 cm tebalnya. Formasi
diduga berumur Plio-Plistosen. Endapan permukaan umumnya terdiri dari
pasir, lumpur, kerakal dan hasil rombakan batu resen serta endapan rawa.
2.4 Batubara
Batubara merupakan salah satu sumber energi fosil alternatif yang
cadangannya cukup besar di dunia. Bagi Indonesia, yang sumber energi minyak
buminya sudah semakin menipis, pengusahaan penggalian batubara sudah
merupakan suatu keniscayaan. Hampir setiap pulau besar di Indonesia
memiliki cadangan batubara, walau dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda
11
Bentuk Pinch bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis dibagian
tengah. Pada umumnya dasar dari lapisan batubara merupakan batuan yang
plastis misalnya batulempung sedang diatas lapisan batubara secara setempat
ditutupi oleh batupasir yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur.
Bentuk Fault bentuk ini terjadi apabila di daerah dimana deposit batubara
mengalami beberapa seri patahan. keadaan ini mengacaukan di dalam
perhitungan cadangan karena adanya pemindahan perlapisan akibat
pergeseran kearah vertikal.
Bentuk Folding bentuk ini terjadi apabila di daerah dimana deposit batubara
mengalami perlipatan. Makin intensif gaya yang bekerja pembentukan
perlipatan akan makin komplek perlipatan tersebut terjadi.
Keterangan :
V = Beda Potensial (Volt)
I = Kuat Arus (Ampere)
R = Hambatan Listrik (Ω)
Persamaan (1) dan persamaan (2) saling disubstitusikan dan menjadi persa-
maan.
VA
ρ=
IL
(3)
Keterangan :
ρ = Resistivitas batuan (Ωm)
V = Beda potensial (Volt)
I = Kuat arus (A)
A = Luas penampang (m2)
L = Panjang (M)
Persamaan-persamaan diatas digunakan pada material yang homogen,
sehingga hasil yang diperoleh adalah resistivitas sesungguhnya (true
Resistivity). Dalam prakteknya, objek yang diukur merupakan bumi yang
diasumsikan sebagai medium tidak homogen atau berlapis, dengan masing-
masing lapisannya mempunyai harga resistivitas yang berbeda, sehingga
resistivitas yang terukur adalah resistivitas semu (Apparent Resistivity). Nilai
resistivitas semu tergantung pada tahan jenis lapisan-lapisan pembentuk
formasi geologi dan spasi serta geometri elektroda.
18
Resistivitas Semu
Resistivitas semu merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif
homogen yang ekivalen dengan medium berlapis yang ditinjau. Bumi
diasumsikan mempunyai sifat yang homogen isotropis. Nilai resistivitas yang
terukur merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja, hal ini terutama
untuk spasi yang lebar, maka harga tahanan jenis yang terukur bukan
merupakan harga tahanan jenis satu lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi
elektroda yang lebar, maka dari besarnya arus dan beda potensial yang terukur
maka nilai resistivitas dapat dihitung menggunakan persamaan (Syamsuddin,
2007).
𝜌a = 𝐾.∆𝑉 / 𝐼 (4)
dimana ρa adalah tahanan jenis semu, ∆V adalah beda potensial antara kedua
elektroda potensial, I adalah kuat arus yang diinjeksikan dan K merupakan
faktor geometri yang tergantung oleh penempatan elektroda di permukaan.
(5)
Resistivitas Batuan
Dari semua sifat fisika batuan dan mineral, resistivitas memperlihatkan
variasi harga yang sangat banyak. Pada mineral-mineral logam, harganya
berkisar pada 10−8 Ωm hingga 107 Ωm. Begitu juga pada batuan-batuan lain,
dengan komposisi yang bermacam-macam akan menghasilkan kisaran
resistivitas yang bervariasi pula. Sehingga kisaran resistivitas maksimum yang
mungkin adalah dari 1,6 x 10-8 (perak asli) hingga 1016 Ωm (belerang murni).
Konduktor biasanya didefinisikan sebagai bahan yang memiliki resistivitas
kurang dari 10-8 Ωm, sedangkan isolator memiliki resistivitas lebih dari 107
Ωm. Dan diantara keduanya adalah bahan semikonduktor.
Secara umum berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan
mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ωm
2. Konduktor pertengahan : 1 < ρ < 107 Ωm
3. Isolator : ρ > 107 Ωm
Variasi resistivitas material bumi ditunjukkan sebagai berikut :
Table 1. Resistivitas batuan (Telford,1990)
Konfigurasi Wenner
Pengukuran konfigurasi wenner ini dilakukan dengan cara meletakkan
titik titik elektroda dengan beda jarak satu sama lain yang sama. Elektroda
yang bersebelahan akan berjarak sama (AM = MN = NB = a). Konfigurasi ini
memiliki kelebihan dalam ketelitian pembacaan karena memiliki nilai
eksentrisitas yang tidak terlalu besar atau bernilai sebesar 1/3. metode ini juga
salah satu metode dengan sinyal yang bagus.
Kelemahan dari metode ini adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas
batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
selain itu, metode ini membutuhkan biaya yang lebih mahal jika dibandingkan
dengan konfigurasi yang lain karena setiap berpindah, maka kabel harus
diganti dengan yang lebih panjang.
Tujuan mapping adalah untuk mengetahui variasi resistivitas secara
lateral. Oleh karena itu teknik mapping dilakukan menggunakan konfigurasi
elektroda tertentu dengan jarak elektroda tetap. Seluruh susunan elektroda
dipindahkan mengikuti suatu lintasan. Berdasarkan hal tersebut teknik
mapping dikenal pula sebagai constant separation treversing (CST) atau
treversing dan kadang–kadang disebut pula sebagai teknik profiling. Konfigurasi
elektroda yang digunakan adalah konfigurasi Wenner.
20
k = 2πα (7)
dimana
ρapp : resistivitas semu material (Ω meter)
K : faktor geometri (meter)
R : hambatan terukur (Ω meter)
a : spasi elektroda (meter)
2
23
10. Meteran
Digunakan untuk mengukur panjang lintasan.
11. Global Position System (GPS)
Digunakan untuk menentukan posisi pada setiap pengambilan data.
3.3 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan
primer.
Data Sekunder
1. Peta geologi daerah penelitian, digunakan sebagai informasi geologi
daerah penelitian yang meliputi formasi, litologi, struktur geologi dan
sebagianya.
2. Peta administrasi daerah penelitian, digunakan untuk memperkirakan
kondisi lokasi penelitian dan menentukan titik pengambilan data.
3. Peta IUP, digunakan sebagai acuan daerah penelitian terbatas pada
lingkup lapangan Mersam.
4. Peta jurus batubara (sebaran) area penelitian, digunakan sebagai acuan
dalam melakukan desain akuisisi agar terfokus pada daerah yang
memiliki sebaran terbanyak..
5. Peta topografi daerah penelitian, digunakan sebagai informasi
ketinggian, lereng, dan kontur daerah penelitian.
6. Data bor area penelitian digunakan sebagai acuan pengolahan data dan
interpretasi.
7. Data kualitas batubara digunakan untuk menentukan densitas
batubara.
Data Primer
1. Data pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda
tertentu, yang akan divariasikan nilai resistivitas masing-masing lapisan
di bawah titik ukur.
2. Data koodinat pengukuran digunakan untuk pemodelan sesuai dengan
topografi sebenarnya di lapangan.
3.4 Tahapan Penelitian
Kegiatan kali ini dilakukan dengan mengikuti tahapan penelitian sebagai
berikut: :
Persiapan
Persiapan dilakukan berupa studi kepustakaan dan pengumpulan data
sebelum penelitian. Kegiatan studi kepustakaan untuk memperoleh dan
mengumpulkan informasi umum mengenai endapan batubara, serta informasi
daerah penelitian dengan merujuk dari beberapa buku, laporan daerah,
24
penelitian tugas akhir, artikel dan jurnal. Kegiatan pengumpulan data sebelum
penelitian berupa luasan daerah penelitian, jenis batuan penyusun, peta
geologi, peta sebaran batubara, dan kualitas batubara.
Survei Lapangan
Survei lapangan merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penelitian
ini yang bertujuan untuk menentukan lokasi pengukuran dan mengetahui
kondisi geologi daerah penelitian. Survei awal dilakukan berupa kegiatan
observasi lapangan dengan cara pengamatan langsung di lapangan mengenai
masalah yang dialami diantara yang diobservasi adalah orientasi medan
daerah penelitian, kawasan yang belum di tambang, dan rencana lintasan
pengukuran. Sehingga dari kegiatan survei awal tersebut akan didapatkan
gambaran desain sementara daerah penelitian.
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pengukuran langsung dilapangan
menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner, dengan data
yang didapatkan berupa nilai beda potensial (∆V), kuat arus (I) dan bilangan
pengali (n). Akuisisi data dilakukan menggunakan elektroda arus dan elektroda
terpisah, jarak spasi antara elektroda C1-P1 dan C2-P2 adalah 15 meter dan
panjang lintasan 240 meter, jumlah lintasan sebanyak 6 lintasan, Adapun
Desain Akuisisi Lokasi Penelitian dapat dilihat pada lampiran, Akuisisi
dilakukan ini dilakukan daerah Desa Panerokan, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batanghari, Jambi.
Pengolahan Data
Pengolahan data di lakukan dengan beberapa tahap yaitu:
Menghitung nilai Rho (ρ) Semu Dimana pengukuran lapangan berupa data
arus listrik I (mA), beda potensial (mV) dan keterangan konfigurasi yang
digunakan. Setelah diperoleh data pengukuran, maka dilakukan perhitungan
nilai resistivitas semu pada tiap-tiap titik ukur dengan persamaan 𝜌a = 𝐾.∆𝑉 /
𝐼 dengan K adalah faktor geometri dari konfigurasi. Kemudian Pengolahan Data
Mapping (2D) dilakukan dengan menggunakan bantuan software yang akan di
inversikan dalam bentuk model 2D.
Pemodelan 3D
Dari hasil inversi kemudian disave dalam format *.xyz, format ini berisi
informasi tentang nilai resistivitas tersebut di export kedalam Microsoft Excel,
setiap lintasan nilai resistivitas batuan dirata-ratakan pada kedalaman yang
sama, kemudian semua lintasan digabung dalam satu file dengan format
penyimpanan *.dat, yang selanjutnya akan di import dan dilakukan interpolasi
data. Interpolasi dilakukan dari 6 titik dengan kedalaman yang sama. Data yang
25
diinput tersebut adalah data lapangan berupa koordinat (X,Y), kedalaman (z)
dan Resistivitas (Rho).
Interpretasi Data
Interpretasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu interpretasi
secara pemodelan dua dimensi (2D) dan pemodelan tiga dimensi (3D).
Analisis Dua Dimensi (2D) Pada tahapan ini akan terlihat variasi nilai-nilai
resistivitas bawah permukaan daerah survei dari warna yang di berikan pada
gambar penampang hasil pemprosesan Model 2D. Dari perbedaan nilai
resistivitas dan warna ini dapat ditafsirkan endapan batubara di bawah
permukaan (kedalaman, ketebalan) berdasarkan tahanan jenis batuan,
informasi geologi, sehingga diperoleh gambaran informasi struktur batuan yang
sebenarnya.
Analisis Tiga Dimensi (3D) Pada tahapan ini akan terlihat variasi nilai-nilai
resistivitas bawah permukaan daerah survei dari warna yang di berikan pada
gambar penampang hasil pemprosesan Menggunakan Rockworks. Dari
perbedaan nilai resistivitas dan warna ini dapat ditafsirkan volume endapan
batubara di bawah permukaan.
26
DAFTAR PUSTAKA
29
Lampiran 2. Peta Desain Akuisisi Lokasi Penelitian
29