Oleh :
Metron Pradisma ( 051114028 )
2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN
Bogor,
Mahasiswa
Metron Pradisma
NPM.051114028
Menyetujui,
Pembimbing Kerja Praktek
Mengetahui,
i
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini belum sempurna, baik dari segi
materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
dalam penyempurnaan laporan ini.
Terakhir penulis berharap, semoga laporan ini dapat memberi manfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga. Semoga Allah mengganti dengan
yang lebih baik dan berlipat ganda. Aamin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.10 Orthorektifikasi ......................................................................................................... 24
2.10.1 Pansharpening .................................................................................................... 25
2.11 Koreksi Geometrik .................................................................................................... 25
2.11.1 Root Mean Square Error (RMSE)...................................................................... 26
2.11.2 Standar Deviasi .................................................................................................. 27
2.12 Ketelitian Peta Dasar ................................................................................................. 28
2.12.1 Ketelitian Geometri Peta Dasar ......................................................................... 28
2.12.2 Standar Pengujian Peta Dasar Darat (RBI) ........................................................ 29
2.13 Pavement Conditon Index (PCI) Version 2015 ......................................................... 31
2.14 ArcGis ....................................................................................................................... 33
2.15 Trimble Bussines Center ........................................................................................... 34
BAB III PELAKSANAAN .................................................................................................... 35
iv
BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 54
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 54
5.2 Saran .......................................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 56
LAMPIRAN............................................................................................................................ 57
v
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 3.8 Proses koreksi geometrik dengan PCI geomatica .......................... 45
Gambar 4.1 Pengikatan baseline dengan metode radial ..................................... 48
Gambar 4.2 Proses penghitungan baseline .......................................................... 48
Gambar 4.3 (A) Citra Multispektral Pleiades memiliki resolusi pixel size 2,3 meter,
(B) Citra Pankromatik Pleaides memiliki resolusi pixek size 0,58
meter, (B) Citra pleiades sesudah di pansharp memiliki resolusi pixel
size 0,58 meter ................................................................................. 50
Gambar 4.4 Sebaran titik control tanah pada citra Pleiades………………………51
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
orthorektifikasi perlu dilakukan uji ketelitian dalam hal ini digunakan Independent
Check Point (ICP) untuk memperoleh ketelitian geometri citra.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara pengolahan data GPS untuk keperluan GCP dan ICP ?
2. Bagaimana cara orthorektifikasi citra satelit resolusi tinggi menggunakan PCI
Geomatica ?
3. Bagaimana cara menghitung uji ketelitian citra hasil koreksi geometrik dari uji
akurasi menggunakan data ICP ?
1.3 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis pada kerja praktek ini, diantaranya:
1. Memahami cara pengolahan data GPS untuk keperluan GCP dan ICP.
2. Memahami cara orthorektifikasi citra satelit resolusi tinggi menggunakan PCI
Geomatica.
3. Memahami cara menghitung uji ketelitian citra hasil koreksi geometrik dari uji
akurasi menggunakan data ICP yang telah di olah.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dari kegiatan Kerja Praktek adalah :
1. Melakukan orthorektifikasi CSRT di wilayah Kabupaten Buol , wilayah pekerjaan
dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini :
2
a. Citra satelit resolusi tinggi yang di gunakan adalah citra Plaeides dengan
spesifikasi sebagai berikut:
Jenis citra : Pleiades
Scene ID : DS_PHR1B_201802140215471_ID1_PX_E122N01_0301_01044
Level : 1B
Resolusi : 0,5 meter
Tanggal Perekaman : 14-02-2018
Sudut Kemiringan : 26,73 o
Luas Scene Citra : 303,781 km2
Tutupan Awan : 5,35%
b. DEM yang digunakan adalah data DEMNAS BIG resolusi spasial 7,5 meter
c. Jumlah GCP : 9 titik
d. Jumlah ICP : 12 titik
e. Perangkat lunak Orthorektifikasi : PCI Geomatica 2015
f. Perangkat lunak uji akurasi : ArcMap 10.4.1
g. Perangkat lunak pendukung : Microsoft Office
Adapun data sebaran titik GCP dan ICP yang diambil bertempat di Kabupaten Buol,
Provinsi Sulawesi Tengah.
Gambar 1.2 Sebaran Titik Pengamatan GCP dan ICP Kab. Buol Provinsi
Sulawesi Tengah
3
1.5 Metodologi Pelaksanaan
Pada pelaksanaan kerja praktek ini, adapun tahapan pelaksanaan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
Tempat : Jalan Keradenan No.08 Kp.Kaum Pundak Cibinong Bogor, Jawa Barat
4
Bab I : Pendahuluan
Bab ini membahas secara umum mengenai latar belakang, perumusan
masalah, tujuan kerja praktek, metodologi pekerjaan, lokasi dan jadwal
pelaksanaan kerja praktek, dan sistematika penulisan laporan.
Bab II : Dasar Teori
Pada bab ini berisikan konsep umum, definisi-definisi, istilah-istilah
yang digunakan dan juga pengertian dari beberapa literature lainnya
yang menjadi dasar Orthorektifikasi citra dengan resolusi tinggi.
Bab III : Pelaksanaan Kerja Praktek
Pada bab ini membahas mengenai tahapan yang dilakukan dalam
pelaksanaan kerja praktek, menguraikan proses pekerjaan yang dimulai
dari persiapan kerja praktek, pelaksanaan kerja praktek, dan
pengolahan data.
Bab IV : Pembahasan
Pada bab ini diuraikan tentang kendala-kendala yang terjadi dalam
proses pelaksanaan pekerjaan, baik kendala teknis ataupun non-teknis,
serta pembahasan hasil dari pengolahan data.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan kerja
praktek dan saran yang membangun untuk menjadi lebih baik lagi.
5
BAB II
DASAR TEORI
6
b. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal
elektrik ini direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat
diproses menjadi data visual atau data digital dengan menggunakan
komputer. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan citra.
4. Wahana
Merupakan kendaraan atau media yang digunakan untuk membawa sensor
guna mendapatkan inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat
pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:
a. Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian
peredarannya antara 1.000 – 9.000 meter di atas permukaan bumi
b. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian
peredarannya lebih dari 18.000 meter di atas permukaan bumi
c. Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km – 900 km di luar
atmosfer bumi.
7
intensitas hujan yang tinggi dan selalu di kelilingi kabut maka sulit untuk
mendapatkan hasil data citra yang akurat.
2.2.1 Satelit Pleiades
Pleiades merupakan satelit penghasil citra satelit resolusi tinggi yang dibuat
oleh perusahaan Airbus Defence & Space. Satelit Pleiades saat ini sudah
memasuki generasi kedua yang diberi nama Satelit Pleiades 1B, yang
diluncurkan pada tanggal 2 Desember 2012, sedangkan untuk Satelit Pleiades
1A yang merupakan Satelit Pleiades generasi pertama, diluncurkan pada tanggal
16 Desember 2011.
Satelit Pleiades menghasilkan data citra satelit dalam dua moda, yaitu moda
pankromatik dan moda multispektral. Citra satelit dalam moda pankromatik
mempunyai resolusi spasial 0.5 meter dengan jumlah band yaitu 1 band
(pankromatik), sedangkan citra satelit dalam moda multispektral mempunyai
resolusi spasial 2 meter dengan jumlah band yaitu 4 band (VNIR – Visible Near
Infra Red).
Satelit ini telah di desain dengan tugas siap darurat, citranya dapat diperoleh
dalam waktu kurang dari 6 jam. Hal ini akan sangat menguntungkan untuk
menghadapi waktu disaat koleksi citra yang up to date sangat dibutuhkan seperti
dalam monitoring krisis. Hal ini pun meningkatkan fleksibilitas dan membuka
ruang yang persisten untuk teknologi akusisi terbaru nan mumpuni.
(diterjemahkan dari www.geoimage.com.au/satellite/pleiades)
8
Tabel 2.1 Spesifikasi Satelit Pleiades (www.geoimage.com.au/satellite/pleiades)
9
2.3 Sistem Koordinat
Dalam bidang geodesi dan geomatika, posisi suatu titik biasanya dinyatakan
dengan koordinat (dua dimensi atau tiga dimensi) yang mengacu pada suatu sistem
koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri didefinisikan dengan
menspesifikasikan tiga parameter berikut, yaitu:
1. Lokasi (titik nol) dari sistem koordinat,
2. Orientasi dari sumbu-sumbu koordinat, dan
3. Besaran (kartesian, curvilinier) yang di gunakan untuk mendefinisikan posisi
suatu titik dalam sistem koordinat tersebut.
10
Gambar 2.4 Posisi titik dalam sistem koordinat geosentrik
(kartesian dan geodetik) (Abidin, 2007).
Sedangkan sistem koordinat toposentrik banyak digunakan oleh metode-metode
terestris.
11
2.4 Datum Indonesia
Datum geodetik yang diterapkan di Indonesia sejak masa penjajahan Belanda
telah mengalami 4 kali pergantian. Datum pertama yang digunakan di Indonesia
pada masa penjajahan Belanda terpisah-pisah antara satu pulau dengan pulau
lainnya karena keterbatasan teknologi saat itu, dimana pengukuran dilakukan
dengan alat optis sehingga penyatuan sistem datum geodesi tidak dimungkinkan.
Seiring dengan ditemukannya teknologi baru dalam penentuan posisi berbasis
satelit doppler. BAKOSURTANAL sebagai suatu badan yang ditetapkan
pemerintah No. 01/1995 Menetapkan Datum Indonesia 1974 (DI 74) terhadap
datum satelit Doopler NWL-9D (ISI, Lokakarya Datum Geodesi,1996). Kemudian
Datum Indonesia diubah menjadi Datum Indonesia 1995 untuk menggantikan DI
74 karena kerangka dasar DI 74 tidak memiliki ketelitian yang homogen dan
teknologi penentuan posisi terbaru yaitu GPS menawarkan kemudahan dan
ketelitian yang homogen dalam satu sistem datum mencakup seluruh wilayah
indonesia. Wilayah Indonesia yang merupakan daerah yang rawan terkena bencana
alam gempa maka Bakosurtanal yang berubah nama menjadi Badan Informasi
Geospasial mengeluarkan PERKA kepala BIG tahun 2013 tentang Sistem
Referensi Geospasial Indonesia, dimana setiap penyelenggara Informasi
Geospasial wajib menggunakan SRGI sebagai referensi. Berikut ini akan diuraikan
dengan singkat mengenai perkembangan datum geodetik yang digunakan.
2.4.1 World Geodetic System 1984 (WGS 84)
World Geodetic System 1984 (WGS 84) yang dikembangkan dan
dipublikasikan oleh Deparment of Defence Amerika Serikat sebagai basis dari
penentuan posisi satelit NAVSTAR GPS (Navigation system Using Time and
Ranging Global Positioning system), GPS berkembang mulai dari WGS 60,
WGS 66, WGS 72 dan yang terakhir adalah WGS 84.
Sistem koordinat WGS 84 adalah sistem Terestrial Konvensional
(Conventional Terrestrial System, CTS) [Abidin, 2007]. Pendefinisian sistem
koordinatnya mengikuti kriteria yang ditetapkan oleh IERS (Internatioanal
Earth Rotation Service).
Setengah sumbu panjang elipsoida (a) = 6.378.137.0 meter
Setengah sumbu pendek elipsoida (b) = 6.356.752,314245 meter
Faktor penggepengan bumi f : 1 / 298,257223563 dimana,
12
Adapun sistem koordinat WGS 84 yang merupakan sistem koordinat
geosentrik, didefinisikan sebagai berikut :
1. Sumbu Z mengarah ke CTP (Conventional Terestrial Pole) yang
didefinisikan BIH untuk epoch 1984 berdasarkan koordinat yang diambil
oleh stasiun BIH.
2. Sumbu X adalah perpotongan bidang meridian referensi WGS 84 yang
sama dengan meridian nol BIH untuk epoch 1984 dengan bidang ekuator
CTP.
3. Sumbu Y melengkapi satu sistem koordinat siku-siku yang mengikuti
kaidah tangan kanan, yang berpusat dibumi dan membentuk sudut 90
derajat ke timur dari sumbu X.
2.4.2 Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI 13)
Referensi Koordinat merupakan sistem termasuk di dalamnya teori, konsep,
deskripsi fisis dan geometris, serta standar, dan parameter yang digunakan
dalam pendefinisian koordinat suatu atau beberapa titik dalam ruang. Sistem
koordinat yang digunakan dalam SRGI 2013 merupakan sistem koordinat
geosentrik 3 (tiga) dimensi dengan beberapa ketentuan di bawah ini:
1. Titik pusat sistem koordinat berimpit dengan pusat massa bumi
sebagaimana digunakan dalam ITRS.
2. Satuan dari sistem koordinat berdasarkan Sistem Satuan Internasional
(SI).
3. Orientasi sistem koordinat bersifat equatorial, dimana sumbu Z searah
dengan sumbu rotasi bumi, sumbu X adalah perpotongan bidang equator
dengan garis bujur yang melalui greenwich (greenwich meridian), dan
sumbu Y berpotongan tegak lurus terhadap sumbu X dan Z pada bidang
equator sesuai dengan kaidah sistem koordinat tangan kanan,
sebagaimana digunakan dalam ITRS.
13
Tabel 2.2 Karakteristik SRGI 2013 (http://srgi.big.go.id/srgi/)
Keterangan SRGI 2013
14
3. Faktor pegepengan bumi (1/f) = 298,257223563
4. Kecepatan sudut nominal rata-rata sumbu rotasi bumi (Ω) = 7.292.115
x 10-11 radian/detik
5. Konstanta gayaberat geosentrik (termasuk massa atmosfir Bumi) (GM)
= 3,986004418 x 1014 meter3/detik.
Perubahan nilai koordinat sebagai fungsi waktu merupakan vektor
perubahan nilai koordinat sebagai fungsi waktu dari suatu titik kontrol
geodesi yang diakibatkan oleh pengaruh pergerakan lempeng tektonik dan
deformasi kerak bumi. Vektor perubahan nilai koordinat sebagai fungsi
waktu ditentukan berdasarkan pengamatan geodetik. Jika vektor perubahan
nilai koordinat sebagai fungsi waktu tidak dapat ditentukan berdasarkan
pengamatan geodetik maka dapat digunakan suatu model deformasi kerak
bumi yang diturunkan dari pengamatan geodetik di sekitarnya. Vektor
perubahan nilai koordinat sebagai fungsi waktu harus segera diperbaharui
apabila terjadi pemuktahiran pemodelan ITRS yang menjadi rujukan SRGI
2013 maupun sebab-sebab lainnya. Selain itu nilai perubahannya harus dapat
diakses oleh seluruh pengguna dengan cepat dan mudah.
(PERKASRGI,2013).
2.5 Global Positioning System (GPS)
Global Positioning System (GPS) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan
posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk
memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu,
secara kontinyu diseluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, kepada banyak
orang secara simultan.
Pada dasarnya GPS terdiri atas tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa
(space segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol
(control system segment) yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan
pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai
GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal data GPS (Abidin, 2007).
15
Gambar 2.6 Segmen sistem GPS (Sumber : Hasanuddin Z. Abidin, 2007).
Ketelitian posisi yang didapat dengan pengamatan GPS secara umum akan
tergantung pada empat faktor yaitu: metode penentuan posisi yang digunakan,
geometri dan distrubusi dari satelit-satelit yang diamati, ketelitian data yang
digunakan, dan strategi / metode pengolahan yang diterapkan. Masing-masing
faktor tersebut mempunyai beberapa parameter yang berpengaruh pada ketelitian
posisi yang akan diperoleh dari GPS (Abidin, 2007).
2.5.1 Segmen Satelit
Satelit GPS bisa dianalogikan sebagai stasiun radio angkasa, yang
dilengkapi dengan Antena-antena untuk mengitim dan menerima sinyal-sinyal
gelombang. Sinyal-sinyal ini selanjutnya diterima oleh receiver GPS di/dekat
permukaan bumi, dan digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan,
maupun waktu. Selain itu satelit GPS juga dilengkapi dengan peralatan untuk
mengontrol ‘tingkah laku-laku’ (attitude) satelit, serta sensor-sensor untuk
mendeteksi peledakan nuklir dan lokasinya.
Pada dasarnya satelit-satelit GPS dapat dibagi atas beberapa generasi yaitu
[Kaplan,1996]:
1. BLOK I : Initial Concept Validation Satelites
2. BLOK II : Initial Production Satellites
3. BLOK III : Upgraded Production Satellites
4. BLOK IIR : Replenishment Satellite
5. BLOK IIF : Follow-ON “Suistainment” Satellites
2.5.2 Segmen Kontrol
Segmen sistem kontrol berfungsi mengontrol dan memantau oprasional
satelit dan memastikan bahwa satelit berfungsi sebagaimana mestinya. Fungsi
ini mencangkup beberapa tugas dan kewajiban yaitu antara lain:
16
1. Menjaga agar semua satelit masing-masing berada pada posisi orbit yang
seharusnya (station keeping).
2. Memprediksi ephemeris satelit serta sub-sistem (bagian) satelit.
3. Memantau panel matahari satelit, level daya baterai, dan propellant level
yang digunakan untuk manuver GPS.
4. Menentukan dan menjaga waktu sistem GPS.
Secara spesifik, segmen sistem kontrol terdiri dari Ground Antena Station
(GAS), Monitor Stations (MS), Prelaucnch Compatibitily Station (PCS), dan
Master Control Station (MCS) [sumber: Hassanudin, 2007]. GAS berlokasi di
Ascension, Diego Garcia, dan Kwajalein. Lima stasiun MS terdiri dari stasiun
GCS ditambah stasiun di Colorado Springs dan Hawaii. Stasiun PCS berlokasi
di Cape Caneveral, dan stasiun ini juga berfungsi sebagai backup dari GAS.
Sedangkan stasiun MCS belokasi di Colorado Springs.
Dalam segmen sistem kontrol GPS ini, MS bertugas mengamati secara
kontinyu seluruh satelit GPS yang terlihat (mencapai 11 satelit pada kedua
frekuensi L1 dan L2). Pada prinsipnya stasiun MS tidak melakukan pengolahan
data, tetapi hanya megirimkan data pseudorange serta pesan navigasi yang
dikumpulkan ke MCS untuk diproses secara real-time. Setiap stasiun MS ini
beroperasi secara otomatis, tidak dijaga oleh orang (un-named), dan
dioperasikan dengan pengontrolan jarak jauh dari MSC.
17
2.5.3 Sistem Pengguna
Segmen pengguna terdiri dari para pengguna satelit GPS, baik didarat, laut,
udara, maupun diangkasa. Dalam hal ini alat penerima sinyal GPS (GPS
receiver) dari satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan,
maupun waktu.
Gambar 2.7 Skema kerja sistem kontrol GPS (Sumber : Hasanuddin Z. Abidin, 2007)
Komponen utama dari suatu receiver GPS secara umum adalah antena
dengan pre-amplifer; bagian RF (Radio Frequenncy) dengan pengidentifikasi
sinyal dan pemroses sinyal pemroses mikro untuk pengontrolan receiver, data
sampling, dan pemrosesan data serta perekam data. Tingkat kecanggihan
komponen-komponen tergantung receiver GPS yang beredar di pasaran cukup
bervariasi baik dari segi jenis merek, harga, ketelitian yang diberikan, berat,
ukuran, maupun bentuknya.
2.6 Metode Penentuan Posisi Dengan GPS
Survei penentuan posisi dengan GPS secara umum dapat didefinisikan sebagai
proses penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap beberapa titik yang telah
diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode penentuan posisi
differensial (differential positioning) serta data pengamatan fase (carrier phase)
dari sinyal GPS [Abidin, 2007].
2.6.1 Metode Penentuan Posisi Absolut
Penentuan posisi secara absolut (absolute positioning) dengan
menggunakan data pseudorange pada prinsipnya adalah metode penentuan
dasar yang didesain untuk GPS oleh pihak pengelola satelit (DoD, Amerika
Serikat). Metode penentuan posisi ini, dalam moda statik dan kinematik.
18
Berkaitan dengan penentuan posisi secara absolute ada beberapa catatan
yang perlu diperhatikan [Abidin, 2001], yaitu:
1. Metode ini dinamakan juga metode point positioning, karena penentuan
posisi dapat dilakukan pada setiap titik tanpa bergantung pada titik lainnya.
2. Posisi ditentukan dalam sistem WGS-84 terhadap pusat masa bumi.
3. Prinsip penentuan posisi adalah reseksi dengan jarak ke beberapa satelit
secara simultan.
4. Untuk penentuan posisi hanya memerlukan satu receiver GPS, dan tipe
receiver yang umum digunakan untuk keperluan ini adalah tipe navigasi atau
kadang dinamakan tipe genggam (Handheld).
5. Titik yang ditentukan posisinya bias dalam keadaan diam (moda statik)
maupun dalam keadaan bergerak.
6. Biasnya menggunakan data pseudorange.
7. Ketelitian posisi yang diperoleh sangat bergantung pada tingkat ketelitian
data serta geometri dari satelit.
8. Metode ini tidak dimaksudkan untuk penentuan posisi yang teliti.
9. Aplikasi dari metode ini adalah untuk keperluan navigasi atau aplikasi-
aplikasi lain yang memerlukan informasi posisi yang tidak perlu terlalu teliti
tapi tersedia secara instan (real time).
19
2.6.2 Metode Penentuan Posisi Diferensial
Pada penentuan posisi diferensial, posisi suatu titik ditentukan relatif
terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya (monitor station).
Karakteristik dari penentuan posisi dengan metode relatif ini adalah sebagai
berikut:
1. Membutuhkan minimal 2 receiver, satu di tempatkan pada titik yang
diketahui koordinatnya (monitor station) dan satu lagi pada titik yang akan
diketahui koordinatnya.
2. Posisi titik ditentukan relatif terhadap monitor station.
3. Konsep dasar : differencing process, dapat mengeliminir atau mereduksi
efek-efek dari beberapa kesalahan dan bias.
4. Bias menggunakan pseudorange atau carrier phase.
5. Ketelitian posisi yang diperoleh dari orde millimeter sampai orde meter.
6. Aplikasi utama : Survei dan pemetaan, geodinamika dan navigasi
Pada metode differensial ini, dengan mengurangkan data yang diamati oleh
dua receiver GPS pada waktu yang bersamaan, maka beberapa jenis kesalahan
dan bias dari data dapat dieliminir atau direduksi. Pengeliminasian dan
pereduksian ini akan meningkatkan akurasi dan presisi data, dan selanjutnya
akan meningkatkan tingkat akurasi dan presisi dari posisi yang diperoleh.
21
Global Navigation Satellite System (GNSS), merupakan suatu wadah
gabungan sistem satelit GPS milik Amerika dan Glonas milik Rusia (dan yang akan
datang ditambah lagi dengan Galileo milik Eropa serta Compass milik Cina).
Perkembangan teknologi GNSS yang sangat pesat mengubah kebiasaan para
surveyor untuk melakukan pekerjaan survei dan pemetaan di lapangan.
2.8 Titik Kontrol Tanah (Ground Control Point)
GCP (Ground Control Point) atau titik control tanah adalah proses penandaan
lokasi yang berkoordinat berupa sejumlah titik yang di perlukan untuk kegiatan
mengkoreksi data dan memperbaiki keseluruhan citra yang akhirnya di sebut
sebagai proses rektifikasi. Tingkat akurasi GCP sangat tergantung pada jenis GPS
yang digunakan dan jumlah sempel GCP terhadap lokasi dan waktu pengambilan.
Lokasi ideal saat pengambilan data GCP adalah perempatan jalan, sudut jalan,
perpotongan jalan pedestrian, kawasan yang memiliki warna mencolok,
persimpangan rel dengan jalan dan benda atau monumen atau juga bangunan yang
mudah di identifikasi atau di kenal. Pada saat pengambilan data ada pula obtruksi
yang harus di hindari oleh GPS seperti pohon, bangunan, dan tiang listrik selain
sulit di identifikasi karena kesamaan yang tinggi.
Pada saat melakukan GCP, terdapat 2 hal yang harus di perhatikan:
1. Tingat akurasi, yang tergantung pada jenis peangkat GPS yang di gunakan.
2. Lokasi titik GCP, berkaitan dengan tempat pemilihan titik-titik control di
lapangan pada daerah atau sudut yang mudah di kenali.
Ketelitian posisi yang didapat dengan pengamatan GPS secara umum akan
tergantung pada empat faktor yaitu: metode penentuan posisi yang digunakan,
geometrid an distrubusi dari satelit-satelit yang diamati, ketelitian data yang faktor
tersebut mempunyai beberapa parameter yang berpengaruh pada ketelitian posisi
yang akan diperoleh dari GPS (Abidin, 2007).
2.9 Data Digital Elevation Model (DEM)
Digital Elevation model (DEM) merupakan bentuk penyajian ketinggian
pemukaan bumi secara digital. Dilihat dari distribusi titik yang mewakili bentuk
permukaan bumi dapat dibedakan dalam bentuk teratur, semi teratur, dan acak.
Sedangkan dilihat dari teknik pengumpulan datanya dapat dibedakan dalam
pengukuran secara langsung pada objek (terestris), pengukuran pada model objek
(fotogrametris), dan dari sumber data peta analog (digitasi). Teknik pembentukan
22
DEM selain dari Terestris, Fotogrametris, dan Digitasi adalah dengan pengukuran
pada model objek, dapat dilakukan seandainya dari citra yang dimiliki bisa
direkonstruksikan dalam bentuk model stereo. Ini dapat diwujudkan jika tersedia
sepasang citra yang mencakup wilayah yang sama.
DEM terbentuk dari titik-titik yang memiliki nilai koordinat 3D (X, Y, Z).
Permukaan tanah dimodelkan dengan memecah area menjadi bidang-bidang yang
terhubung satu sama lain dimana bidang-bidang tersebut terbentuk oleh titik-titik
pembentuk DEM. Titik-titik tersebut dapat berupa titik sample permukaan tanah
atau titik hasil interpolasi atau ekstrapolasi titik-titik sample. Titik-titik sample
merupakan titik-titik yang didapat dari hasil sampling permukaan bumi, yaitu
pekerjaan pengukuran atau pengambilan data ketinggian titik-titik yang dianggap
dapat mewakili relief permukaan tanah. Data sampling titik-titik tersebut kemudian
diolah hingga didapat koordinat titik-titik sample.
DEM digunakan dalam berbagai apllikasi baik secara langsung dalam bentuk
visualisasi model permukaan tanah maupun dengan diolah terlebih dahulu
sehingga menjadi produk lain. Informasi dasar yang diberikan DEM dan digunakan
dalam pengolahan adalah koordinat titik-titik pada permukaan tanah. Informasi lain
yang dapat di turunkan dari DEM ialah:
1. Jarak pada relief atau bentuk permukaan tanah
2. Luas permukaan suatu area
3. Volume galian dan timbunan
4. Slope dan aspect
5. Kontur
6. Profil
Contoh aplikasi-aplikasi yang mengunakan DEM, yaitu:
1. Rekayasa teknik sipil
2. Pemetaan hidrografi
3. Pemetaan topografi
4. Pemetaan geologi dan geofisika
5. Simulasi dan visualisasi permukaan tanah
6. Rekayasa militer
23
2.10 Orthorektifikasi
Orthorektifikasi adalah proses koreksi untuk memperbaiki kesalahan
geometrik citra. Kesalahan geometrik citra dapat berasal dari sumber internal
satelit dan sensor (sensor miring/off nadir) ataupun sumber eksternal, yang dalam
hal ini adalah topografi permukaan bumi.
Perekaman sensor miring dan perbedaan ketinggian berbagai obyek di
permukaan bumi menyebabkan adanya kesalahan citra yang disebut relief
displacement. Relief displacement sendiri dapat didefinisikan sebagai pergeseran
posisi obyek dari tempat seharusnya, yang disebabkan oleh ketinggian obyek dan
kemiringan sensor citra, ilustrasi dari relief displacement dapat dilihat pada
Gambar 2.3 sebagai berikut:
24
2.10.1 Pansharpening
Metode pansharpening merupakan metode untuk menggabungkan
keunggulan dari data original citra satelit moda pankromatik berupa
tingginya resolusi spasial dengan keunggulan dari data original citra satelit
dalam moda multispektral berupa banyaknya band yang tersemat, sehingga
nantinya didapatkan satu tampilan data citra satelit dengan resolusi spasial
sesuai dengan yang dipunyai data original citra satelit moda pankromatik
serta mempunyai jumlah band yang sesuai dengan banyaknya jumlah band
yang dimiliki data original citra satelit dalam moda multispektral.
Sederhananya pansharpening adalah penggabungan data citra satelit moda
pankromatik dengan resolusi tinggi dan data citra satelit moda multispektral
dengan resolusi rendah.
2.11 Koreksi Geometrik
Geometrik merupakan posisi geografis yang berhubungan dengan distribusi
keruangan (spatial distribution). Geometrik memuat informasi data yang
mengacu bumi (geo-referenced data), baik posisi (system koordinat lintang dan
bujur) maupun informasi yang terkandung di dalamnya.
Menurut Mather (1987), koreksi geometrik adalah transformasi citra hasil
penginderaan jauh sehingga citra tersebut mempunyai sifat-sifat peta dalam
bentuk, skala dan proyeksi. Transforamasi geometrik yang paling mendasar
adalah penempatan kembali posisi pixel sedemikian rupa, sehingga pada citra
digital yang tertransformasi dapat dilihat gambaran objek dipermukaan bumi
yang terekam sensor. Pengubahan bentuk kerangka liputan dari bujur sangkar
menjadi jajaran genjang merupakan hasil transformasi ini. Tahap ini diterapkan
pada citra digital mentah (langsung hasil perekaman satelit), dan merupakan
koreksi kesalahan geometric sistematik.
Koreksi geometrik dilakukan karena terjadi distorsi geometrik antara citra
hasil penginderaan jauh dan objeknya. Distorsi geometrik adalah
ketidaksempurnaan geometri citra yang terekam pada saat pencitraan, hal ini
menyebabkan ukuran, posisi, dan bentuk citra menjadi tidak sesuai dengan
kondisi sebenarnya. Ditinjau dari sumber kesalahannya, distorsi geometrik
disebabkan oleh kesalahan internal dan kesalahan eksternal [JARS, 1992].
Kesalahan internal lebih banyak disebabkan oleh geometrik sensor dan bersifat
25
sistematik, sedangkan kesalahan eksternal disebabkan oleh bentuk dan karakter
objek data tersebut. Secara tegas Jensen (1996) menggolongkan distorsi
geometrik menjadi dua, yaitu distorsi geometrik sistematik dan tidak sistematik.
Distorsi geometrik yang bersifat sistematik disebabkan oleh banyak factor
dan harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum citra digunakan. Menurut Pohl
(1996), penyebab distorsi geometrik yang penting antara lain: rotasi bumi selama
perekaman data, efek kelengkungan bumi, variasi tinggi dan gerak wahana satelit,
variasi tinggi permukaan tanah, dan sudut pandang perekaman. Pada umumnya
distorsi geometrik yang bersifat sistematik telah dikoreksi oleh pengelola satelit,
karena parameter koreksinya hanya diketahui pemilik satelit.
Untuk melakukan koreksi distorsi geometrik yang bersifat tidak sistematik
dapat dikoreksi dengan menggunakan posisi geografik (titik kontrol tanah) yang
terdistribusi merata diseluruh citra [ENVI, 1994; Jensen, 1996]. Posisi geografik
ini ditentukan dari beberapa objek yang mudah diidentifikasi pada citra, sehingga
diperoleh koordinat dalam sistem geografik (X,Y) dan dalam sistem koordinat
citra (X,Y) (sebagai titik sekutu). Selanjutnya citra dikoreksi dengan sistem
transformasi, misalnya dengan Affine atau dengan Polinomial.
Pemilihan rumus transformasi atau orde Polinomial yang akan dipakai
tergantung pada distorsi geometrik yang terjadi. Penentuan jumlah dan distribusi
titik kontrol tanah akan mempengaruhi akurasi koreksi geometrik. Pada
persamaan polynomial dengan orde t, maka jumlah minimal titik kontrol tanah
yang diperlukan, n, mengikuti persamaan berikut:
(𝑡 + 1)(𝑡 + 2)
n=
2
dimana :
n : jumlah titik kontrol tanah yang di butuhkan
t : orde persamaan yang di terapkan
Untuk koreksi yang meliputi daerah yang tidak terlalu luas dan distorsi tidak
terlalu besar digunakan polynomial derajat 1 atau Affine 2D.
2.11.1 Root Mean Square Error (RMSE)
Root Mean Square error (RMSe) merupakan parameter yang digunakan
untuk mengevaluasi nilai hasil pengamatan/pengukuran terhadap nilai
sebenarnya dan atau nilai yang dianggap benar. RMSe ini dihitung pada saat
transformasi koordinat selesai dilakukan. Caranya dengan menguji beberapa
26
titik pada citra hasil koreksi geometrik terhadap titik kontrol tanah yang
sudah tereferensi dengan sistem proyeksi tertentu. Secara umum, persamaan
untuk menghitung besarnya RMSe dalam bidang dua dimensional adalah
sebagai berikut :
Dimana :
(x¹,y¹) : koordinat citra hasil koreksi geometric
(x,y)orig : koordinat titik kontrol tanah pada bidang referensi
n : jumlah GCP
Besarnya nilai RMS yang dapat diterima adalah sebesar 0.5 piksel.
Biasanya nilai ketelitian itu adalah 0.5 satuan terkecil dan satuan terkecil
pada citra itu adalah piksel, dengan demikian dapat ditentukan nilai ketelitian
yang dapat diterima pada citra ini berkisar sekitar 0.5 piksel.
2.11.2 Standar Deviasi
Untuk mengetahui tingkat akurasi geometrik citra hasil rektifikasi
digunakan konsep RMSe, sedangkan untuk mengetahui tingkat ketelitian
titik citra pada hasil rektifikasi digunakan konsep standar deviasi. Standar
deviasi merupakan konsep akurasi yang menunjukan tingkat ketelitian atau
kedekatan setiap data dengan data lainnya dalam pengamatan terhadap suatu
objek. Nilai standar deviasi digunakan untuk mengetahui tingkat presisi dan
akurasi dari data citra hasil transformasi yang digunakan dalam merektifikasi
citra.
∑𝑛𝑖=1{(𝑋𝑖 ´ − 𝑋𝑖 )2
𝜎𝑥 = √
𝑛−𝑢
∑𝑛 {(𝑌 ′ − 𝑌𝑖 )2
𝜎𝑦 = √ 𝑖=1 𝑖
𝑛−𝑢
𝜎𝑥,𝑦 = √𝜎𝑥 ² + 𝜎𝑦 ²
Dimana :
𝜎𝑥 = 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑥
𝜎𝑦 = 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑦
𝜎𝑥,𝑦 = 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛
27
𝑋 ′ , 𝑌 ′ = 𝑘𝑜𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
𝑋, 𝑌 = 𝑘𝑜𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑎𝑡 𝑐𝑖𝑡𝑟𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑔𝑒𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖𝑘
𝑛 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑢 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟z
2.12 Ketelitian Peta Dasar
Ketelitian peta adalah nilai yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara
posisi dan atribut sebenarnya dilapangan. Ketelitian Peta Dasar meliputi:
1. Ketelitian Geometri adalah nilai yang menggambarkan ketidakpastian
koordinat posisi suatu objek pada peta dibandingkan dengan koordinat
posisi objek yang dianggap posisi sebenarnya. Komponen ketelitian
geometri terdiri atas:
a. Akurasi horizontal; dan
b. Akurasi vertikal.
2. Ketelitian atribut/semantik adalah nilai yang menggambarkan tingkat
kesesuaian atribut sebuah objek di peta dengan atribut sebenarnya.
2.12.1 Ketelitian Geometri Peta Dasar
Ketentuan untuk standar ketelitian geometri peta RBI yang dihasilkan
tertera pada Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Ketelitian Geometri Peta RBI (PERKA BIG NO. 6 2018)
28
Nilai ketelitian disetiap kelas diperoleh melalui ketentuan seperti tertera
pada Tabel 2.4 berikut ini:
Tabel 2.4 Ketentuan ketelitian geometri Peta RBI berdasarkan kelas
(PERKA BIG NO. 6 2018)
Nilai ketelitian posisi dasar pada Tabel 2.4 adalah CE90 untuk ketelitian
horizontal dan LE90 untuk ketelitian tersebut dengan tingkat
kepercayaan 90%.
Nilai CE90 dan LE90 diperoleh dengan rumus sebagai berkut.
CE90 = 1,5175 x RMSEr
LE90 = 1,6499 x RMSEz
Keterangan :
RMSEr = Root Mean Square Error pada posisi X dan Y (horizontal)
RMSEz = Root Mean Square Error pada posisi Z (vertikal)
2.12.2 Standar Pengujian Peta Dasar Darat (RBI)
Pengujian ketelitian posisi mengacu pada perbedaan koordinat (X,Y,Z)
antara titik uji pada peta dengan lokasi sesungguhnya dari titik uji pada
permukan tanah. Pengukuran akurasi menggunakan RMSe, circular error
dan linear error.
Analisis akurasi posisi menggunakan root mean square error (RMSE),
yang menggambarkan nilai perbedaan antara titik uji dengan titik
sebenarnya. RMSE digunakan untuk menggambarkan akurasi kesalahan
random. Nilai RMSE dirumuskan sebagai berikut:
D2
RMSEhorizontal =√ n
Σ[(Zdata −Zcek )2 ]
RMSEvertikal = √ n
29
Keterangan :
n = jumlah total pengecekan pada peta
D = selisih antara koordinat yang diukur dilapangan dengan
koordinat di peta
X = nilai koordinat pada sumbu-X
Y = nilai koordinat pada sumbu-Y
Z = nilai koordinat pada sumbu-Z
Nilai CE90 dan LE90 kemudian dihitung berdasarkan rumus:
30
2.13 Pavement Conditon Index (PCI) Version 2015
`Perangkat lunak Geomatica 2015 atau perangkat lunak PCI. Pengolahan citra
satelit Pleiades pada kerja praktek ini menggunakan perangkat lunak PCI
Geomatica yang merupakan perangkat lunak buatan perusahaan asal Kanada. PCI
Geomatica sangat popular digunakan untuk mengolah data citra satelit resolusi
tinggi seperti QuickBird, Worldview-1, Worldview-2, GeoEye-1, Ikonos, Pleiades,
SPOT 6, dan lainnya. Kemampuan yang dapat dilakukan oleh software PCI dalam
mengolah data-data satelit, yang terdiri dari beberapa bagian seperti Processing
Level, OrthoEngine, Model dan Minimum banyaknya GCP yang di butuhkan untuk
melakukan proses dari masing-masing citra. Kelebihan utama dari perangkat lunak
ini dalam pengolahan data citra satelit resolusi tinggi adalah dapat digunakan untk
menyelesaikan pekerjaan kita mengolah data citra satelit resolusi, mulai dari
Satelite Orbital Modelling dan Ratinal Functions yang umumnya digunakan untuk
mengolah data citra satelit yang mempunyai informasi orbital. Selain itu terdapat
metode Polynomial dan Thin Plate Spline sebagai metode lain.
31
2. Satellite Orbital Toutin Model
Merupakan model rigorous yang di temukan oleh DR. Toutins di
Canada Center of Remote Sensing untuk melakukan perhitungan distorsi
seperti geometri sensor, variasi ketinggian serta orbit satellite, muka bumi,
rotasi dan relief. Model matematika ini dapat digunakan untuk citra satelit
ASTER, AVHRR, IKONOS, LANDSAT, SPOT, IRS, QuickBird, Pleiades
dan citra radar; seperti ASAR (beeta support), RADARSAT, ERS-1 dan
JERS1. Untuk keperluan ini pemesanan citra satelit harus ada informasi orbit
dan belum dilakukan pemrosesan secara geometric.
3. Rational Functions
Merupakan model matematika sederhana yang mencerminkan korelasi
antara pixel dengan posisi di tanah. Pengguna model ini digunakan ketika
tidak mempunyai informasi yang diperlukan untuk model matematika secara
khusus (rigorous), seperti karena; sensor model yang berbeda, citra secara
geometric telah diproses, penyedia data telah melakukan perhitungan model
matematikanya serta terdistribusi pada citra, atau tidak mempunyai citra
secara keseluruhan (merupakan hasil potongan). Rational function math
model dapat secara lebih akurat penggunaanya dibandingkan jika kita
menggunakan model matematika polynimnal atau thinplate spline terutama
untuk hubungannya dengan faktor ketinggian. Walaupun begitu kita akan
lebih banyak membutuhkan titik control tanah (GCP) dalam
pemprosesannya.
4. Polynomial
Merupakan model matematika yang sederhana dan menggunakan model
transformasi polynomial orde lima berdasakan titik kontrol (GCP)
berdimensi dua (2D). prosedur model matematika ini adalah dengan cara
mengimpikan secara matematis GCP bidang dua dimensi pada suatu citra.
5. Thin Plate Spline
Merupakan model matematika sederhana yang mengumpulkan titik
kontrol tanah (GCP) digunakan secara simultan untuk perhitungan
transformasi. Pengimpitan didistribusikan pada citra dengan kurva minimum
antar GCP yang hampir mendekati linier dari sepanjang GCP tersebut. Model
ini dapat digunakan untuk mewakili variasi terrain di bandingkan
menggunkan model matematika Polynomial karena adanya penggunaan
32
GCP 3 dimensi serta meminimalisir kesalahan extrapolasi yang dapat terjadi
pada GCP.
2.14 ArcGis
ArcGis merupakan perangkat lunak berbasis Geographic Information
System (GIS) yang dikembangkan oleh ESRI (Envitonment Science & research
Institue). Produk utama Arcgis terdiri dari tiga komponen utama yaitu : ArcView
(Berfungsi sebagai pengelola data komprehensif, pemetaan dan analisis),
ArcEditor (berfungsi sebagai editor dari data spasial) dan ArcInfo (Merupakan fitur
yang menyediakan fungsi-fungsi yang ada di dalam GIS yaitu meliputi keperluan
analisa dari fitur Georprocessing).
ArcGis pertama kali diluncurkan kepada public sebagai perangkat lunak yang
komersial pada tahun 1999 dengan versi (ArcGis 8.0) dengan perkembangan dan
tuntutan akan fitur yang dibutuhkan ESRI selalu memberikan pembaharuan pada
ArcGis, yang saat ini sudah keluar versi yang terbaru update 2016 yaitu (ArcGis
13.0).
Pada versi terbarunya, ArcGis Desktop memiliki beberapa fitur diantaranya
adalah:
1. ArcMap, merupakan aplikasi utama yang digunakan dalam pengelolaan data
GIS. ArcMap memiliki kemampuan untuk visualisasi, editing, pembuatan peta
tematik, pengelolaan dari data tabular (Excel), memilih (Query),
menggunakan fitur Geoprocessing untuk menganalisa dan customize data
ataupun melakukan output berupa tampilan peta. Operator juga dapat
mengolah data sesuai dengan keinginannya.
2. AcrGlobe, merupakan salah satu aplikasi yang memiliki tampilan seperti
Google Earth yang memiliki fungsi sebagai tampilan datum permukaan bumi
dengan menggunakan citra satelit.
3. ArcCatalog, yaitu aplikasi yang memiliki fitur untuk membuat data vector dan
mengelompokannya sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Dengan
kemampuan tools untuk menjelajahi informasi (browsing), mengatur data
(organizing), membagi data (distribution) dan mendokumentasikan data
spasial maupun data-data lainnya yang berkaitan dengan informasi geografis.
33
4. ArcScene, merupakan aplikasi yang memiliki fitur serupa dengan ArcMap.
Tetapi, kelebihannya terdapat pada fitur 3D dan digunakan dengan worksheet
yang dapat diolah dengan tampilan X,Y, dan Z.
2.15 Trimble Bussines Center
Trimble business center ialah sebuah perangkat lunak sebagai alat untuk
melakukan proses pengolahan baseline yang terbentuk dari dua pengamatan GNSS.
Dalam perangkat lunak ini hanya pengolahan data dengan metode post-processing
yang dapat diproses.
Terdapat beberapa fitur yang dapat kita gunakan dalam software ini,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Import dan export raw data GNSS (rinex file)
2. Tampilan grafik dari data project berupa plan view, error flag, dan baseline
timeline
3. Editor signal satellite
4. Baseline post-processing
5. Adjustment networks baseline
6. Reports dan quality assurance tool
34
BAB III
PELAKSANAAN
35
koordinat pendekatan. Gambar sebaran titik GCP dan ICP dapat di lihat pada
Gambar 3.2 berikut ini.
Koordinat Pendekatan
NO Nama titik x y
1 BASE 406274 111570
2 GCP01 402500 115334
3 GCP02 406289 112153
4 GCP03 402508 110047
5 GCP04 411587 112465
6 GCP05 409423 114859
7 GCP06 413374 107515
8 GCP08 422543 110463
9 GCP09 419651 110785
10 ICP01 402609 114883
ZONA 51 N
11 ICP02 403151 114036
12 ICP03 404495 110482
13 ICP04 408874 112186
14 ICP05 409151 114970
15 ICP06 410633 113849
16 ICP07 409096 107336
17 ICP08 412245 108434
18 ICP09 421443 111230
19 ICP10 419788 109220
20 ICP11 409307 115110
20 ICP12 402709 115478
36
Metode pengamatan yang digunakan adalah Statik Diferensial, Interval
Epoch dalam pengamatan adalah sebesar 1 detik sehingga penentuan posisi di
lakukan dengan 1 sesi pengamatan selama 30 menit sampai 60 menit (sesuai
dengan panjang baseline) titik ikat CORS CPOH. Rencana pengamatan dalam
pekerjaan ini dibuat oleh ketua tim pengukuran GPS.
3.1.2 Persiapan Perangkat
Sebelum melakukan kegiatan kerja praktek ini baik dalam kegiatan survey
pengamatan menggunakan GPS geodetik maupun tahap pengolahan data baik itu
pengolahan data GPS, proses georeferensi dan proses uji ketelitian geometri citra.
Terlebih dahulu menyiapkan Peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan
tersebut. Alat – alat yang harus di persiapkan terbagi menjadi dua:
a. Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
seperangkat perlengkapan pengamatan GPS geodetik dan seperangkat
komputer dengan perlengkapannya yang, terdiri atas:
1. GPS Geodetik Trimble 5700
2. Statif
3. Meteran
4. Kemera Digital
5. Peta Navigasi
6. Laptop Acer Aspire V3-471G dengan spesifikasi RAM 8 GB dan
Processor Corei5
7. Mouse Logitech M331
8. Printer
b. Perangkat Lunak (software)
Penelitian ini mengunakan beberapa perangkat lunak. Perangkat-
perangkat lunak yang di gunakan adalah sebagai berikut:
1. Perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan data GPS ialah
Trimble Busines Center
2. Perangkat lunak yang digunakan untuk pengeplotan sebaran titik-
titik GCP dan ICP yang digunakan pada saat rektifikasi ialah ArcGIS
10.4
37
3. Perangkat lunak untuk pengolahan citra menggunakan PCI
Geomatica 2015, di pakai untuk beberapa hal yang berhubungan
dengan pengolahan citra, yaitu:
a) Melakukan pembuatan lembar kerja baru orthorektifikasi
data citra satelit;
b) Melakukan Processing Pansharp untuk penggabungan citra
multispectral dan pankromatik;
c) Melakukan Processing data input GCP secara manual
dengan mengunakan titik GCP dan ICP yang sudah ada;
d) Melakukan Processing ortho menggunakan data DEM;
4. Perangkat lunak pengolahan uji ketelitian geometri citra dalam hal
ini menggunakan perangkat lunak Microsoft Ecxel.
38
Gambar 3.3 Pengamatan GPS menggunakan Trimble 5700
Tabel 3.2 Pengambilan data GPS dengan metode Statik Diferensial
39
3.2.3 Pengisian Formulir Pengamatan
Pada tahapan ini terdapat beberapa data yang harus di catat, yaitu:
1. Nama titik
2. Metode pengukuran
3. Alamat administrasi lokasi titik
4. Tanggal pengamatan
5. Tinggi antenna
6. Waktu mulai pengamatan dan selesai pengamatan
7. Koordinat pendekatan titik pengamatan
8. Sketsa umum lokasi, dan
9. Dokumetasi arah mata angin
40
Gambar 3.4 Pengisian Logsheet Pengamatan
Bidang Pemetaan Tata Ruang-Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas No. GCP
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telp. (021)
87901254 Fax. (021) 87901254
GCP02
DESKRIPSI TITIK GPS
Metode Pengukuran : Radial Antena : Trimble, Model : Zephyr
Desa : Tolite Jaya T.Antena : 1.681 M
Kecamatan : Tolinggula Waktu Pengamatan : Tanggal 15/12/2019
Kabupaten : Gorontalo Utara Mulai 15.33 WITA ; Akhir 16.12 WITA
Provinsi : Sulawesi Utara Koordinat UTM : X = 406288.412 ; Y = 112155.920
Receiver : Trimble, Model : 5700 Z = 6.894 M
Uraian Lokasi :
Disiku Penjemuran Jagung ( Belakang Rumah Pak Hamid )
Kenampakan Menonjol :
Rumah Warga , Pohon Kelapa dan Penjemuran Jagung
Jalan Ke Lokasi :
Aspal
Transportasi & Akomodasi Ke Lokasi :
Kendaraan Roda Empat
Sketsa Umum Sketsa Detail
41
3.2.4 Pengambilan Dokumentasi
Dalam Pengamatan GPS diperlukan dokumentasi berupa foto area sekitar
titik pengamatan. Agar mudah diidentifikasi dokumentasi tersebut harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu :
1. Pengambilan gambar area sekitar titik pengamatan harus menghadap ke 4
titik arah mata angin ( Utara, Timur, Selatan, dan Barat )
2. Pengambilan gambar harus dari posisi yang dapat merepresentasikan
kondisi sekitar titik pengamatan dan alat yang digunakan dalam
pengamatan (Perspektif jauh dan Perspektif Dekat)
3. Kualitas gambar yang diambil harus jelas. Contoh dari dokumentasi
pengambilan gambar dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut ini
42
Gambar 3.6 CSRT Pleiades Band Multispektral dan Pankromatik
3.2.6 Digital Elevation Model (DEM)
DEM yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Data DEMNAS
BIG resolusi spasial 7,5 meter.
43
3.3 Pengolahan Data
Pada tahap pengolahan data ini terbagi menjadi tiga tahapan dalam
pengerjaanya yaitu sebagai berikut:
3.3.1 Pengolahan Data GPS
Dalam proses pengolahan data GPS menggunakan perangkat lunak
Trimble Business Center ada beberapa hal yang harus di lakukan yaitu:
1. Mengkonversi data hasil pengamatan GPS format raw menjadi format
RINEX menggunakan program konversi.
2. Copy data yang sudah di unduh dan konversi menjadi RINEX kedalam
masing-masing direktori.
3. Proses pengolahan data pada Trimble Business Center, di antaranya:
a. Pengaturan Project, merupakan pengaturan sistem koordinat, zona,
datum dan geoid model yang akan digunakan.
b. Import GNSS Data, merupakan tahap data import GNSS yang telah di
rubah menjadi rinex file. Kemudian Mengisi table nama titik, tinggi
antena dan jenis receiver GNSS.
c. Processing GNSS Baseline, merupakan proses untuk menghasilkan nilai
horizontal precision, vertical precision, RMS dan Length.
3.3.2 Proses Orthorektifikasi
Dalam proses pengolahan Orthorektifikasi citra menggunakan
perangkat lunak PCI Geomatics 2015, ada beberapa hal yang harus dilakukan
yaitu :
1. Melakukan pembuatan lembar kerja baru untuk proses orthorektifikasi data
citra satelit.
2. Melakukan Processing step Pansharpening untuk proses penajaman secara
spasial, setelah menggabungkan 2 data citra (multispektal dan pankromatik)
yang memiliki resolusi spasial yang berbeda.
3. Melakukan processing step data input GCP secara manual dan/atau
langsung bisa semuanya dengan menggunakan titik-titik GCP dan ICP yang
sudah ada, pada PCI Geomatics proses ini disebut dengan GCP/ICP
Collection.
4. Melakukan processing step ortho generation menggunakan data DEM.
Ortho generation dilakukan setelah proses GCP Collection Manual. Proses
44
Ortho generation ini dapat mengeliminasi kesalahan akibat perbedaan
terrain dan kesalahan sensor.
Keempat tahap diatas dapat digambarkan dalam diagram alir sebagai
berikut:
Pansharpening
GCP/ICP Collection
Ortho Generation
Keterangan :
1. Kolom A, memasukan nama titik ICP yang akan di uji ketelitiannya
2. Kolom B, memasukan data X dan Y koordinat GPS (Geografis)
3. Kolom C, memasukan data X dan Y koordinat peta hasil ortho
4. Kolom D, menghitung perbandingan antara koordinat X (hasil pengukuran
GPS) dengan koordinat X (hasil ortho)
45
5. Kolom E, menghitung perbandingan antara koordinat Y (hasil pengukuran
GPS) dengan koordinat Y (hasil ortho)
6. Kolom F, X (koordinat GPS) - X (koordinat hasil ortho)^2
7. Kolom G, Y (koordinat GPS) - Y (kordinat interpretasi)^2
8. Kolom H, (ΔX)2+(ΔY)2= (error radius)^2
Jumlah ∑[(ΔX)2+(ΔY)^2]
Rata- rata ∑[(ΔX)2+(ΔY)^2]/jumlah titik
RMSEr sqrt(∑[(ΔX)2+(ΔY)^2]/jumlah titik
Akurasi Horizontal 90% CE90 = 1.5175 x RMSEr
Dari tabel uji ketelitian diatas, dapat dilihat bahwa hasil uji ketelitian
Horizontal akan menghasilkan nilai RMSE dan Akurasi Horizontal 90%
berdasarkan hasil dari uji ketelitian kelas peta dasar dengan skala 1:5.000.
Tabel 3.5 Standar ketelitian peta dasar skala 1:5.000
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini di terangkan mengenai hasil dari pekerjaan pengamatan GPS pada
perangkat lunak TBC (Trimble Business Center) dan Pekerjaan Orthorektifikasi citra
pada perangkat lunak PCI Geomatica yang dilakukan selama pekerjaan Kerja Praktek.
Maksud pembahasan ini merupakan evaluasi dari hasil pekerjaan. Sedangkan tujuannya
adalah memahami proses dan hasil akhir pekerjaan.
4.1 Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan persiapan sejumlah perangkat pekerjaan yang
meliputi perangkat keras, perangkat lunak, serta sumber data yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan orthorektifikasi.
4.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini merupakan tahapan pengambilan data dengan cara
pengamatan secara langsung pada titik GCP dan ICP yang telah ditentukan.
Pengamatan di lakukan sesuai dengan perencanaan teknis yang telah dibuat dan
ditentukan oleh ketua tim pengukuran GPS.
Saat melakukan pengidentifikasian objek titik uji yang akan diamati, ada
beberapa titik yang dilakukan Reposisi, dikarenakan kenampakan atau kondisi
lokasi keberadaan titik yang akan diamati telah berubah dan tidak sesuai dengan
peta rencana yang dimiliki oleh tim.
Dalam pelaksanaan Survei di lapangan terdapat beberapa kendala teknis dan
non teknis, tetapi dalam pengerjaannya dapat berlangsung dengan baik
sebagaimana mestinya. Dan semua pekerjaan dalam pelaksanaan survei ini dapat
diselesaikan sesuai target waktu yang ditentukan.
4.3 Pengolahan Data
Dalam tahapan ini dilakukan Pengolahan data GPS yang telah diamati
menggunakan perangkat lunak TBC dengan menggunakan metode radial dan
pengolahan data menggunakan program PCI Geomatica 2015, merupakan
pengolahan data citra satelit resolusi tinggi salah satunya untuk orthorektifikasi
citra yang memposisikan kembali citra sesuai lokasi sebenarnya, dikarenakan pada
saat pengambilan data terjadi pergeseran (displacement) yang diakibatkan posisi
miring pada satelit dan variasi topografi.
47
4.3.1 Pengolahan Data GPS
Dalam tahapan ini dilakukan pengolahan data GPS yang telah diamati
menggunakan perangkat lunak TBC (Trimble Business Center) dengan
menggunakan metode Radial. Dalam prosesnya dilakukan tahap Pengikatan
Baseline dan Penghitungan Baseline. Pada hasil dari pengolahan GPS dapat
di lihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
48
4.3.2 Pengolahan Data Citra
Proses pengolahan data menggunakan perangkat lunak PCI Geomatica
2015, merupakan pengolahan data citra satelit resolusi tinggi salah satunya
untuk orthorektifikasi citra yang memposisikan kembali citra sesuai lokasi
sebenarnya, dikarenakan pada saat pengambilan data terjadi pergeseran
(displacement) yang diakibatkan posisi miring pada satelit dan variasi
topografi. Proses pengolahan membutuhkan komputer dengan spesifikasi
memori yang besar, karena dalam setiap proses pekerjaan dapat memakan
waktu yang cukup lama, hal ini tergantung pada dukungan perangkat
komputer yang mempunyai spesifikasi memori serta grafis yang baik.
Adapun yang di lakukan dalam tahapan ini yaitu:
1. Pansharpening (Image Fusion)
Dalam kondisi Raw data yang di peroleh adalah citra bundle
Dimana terdapat citra multispectral dan pankromatik (data citra hasil
order tasking), maka proses Image fusion (pansharpen) harus di lakukan
sebelum dilakukan orthorektifikasi. Kombinasi antara citra pankromatik
resolusi tinggi (greyscale) dengan citra multispectral resolusi rendah
(berwarna) dalam lokasi yang sama, akan saling melengkapi dan
menghasilkan citra yang memiliki resolusi tinggi dan mempunyai
tampilan yang berwarna atau spasial dan spektral menjadi lebih baik.
Pada citra multispektral Pleiades memiliki resolusi 2.3 meter sedangkan
citra pankromatik Pleiades memiliki resolusi 0.58 meter. Pada hasil
pengolahan pansharp citra multispectral dan pankromatik pada citra
Pleiades dapat dilihat pada Gambar 4.3.
49
Gambar 4.3 (A) Citra Multispektral Plaeides memiliki resolusi pixel size
2.3meter,(B) Citra Pankromatik Plaeides memiliki resolusi pixel size 0.58
meter,(C) Citra Plaeides sesudah di panshap memiliki resolusi pixel size
0.58 meter.
2. Tahap GCP/TP Collection
Proses ini merupakan memasukan titik GCP yang sudah ada
kedalam citra satelit dengan cara pilih Collect GCP’s Manually. Pada
proses Collect GCP’s Manually citra Pleiades memiliki GCP sebanyak
9 titik dan ICP sebanyak 12 titik.
Setelah memasukan titik GCP dan ICP secara manual ini akan
mengasilkan residual report. Dari residual report, secara otomatis
pada saat memasukan titik kontrol tanah ini di dalamnya terdapat nilai
RMS (Root Mean Square) yang mendapatkan nilai akurasi posisi
antara titik uji pada peta dengan lokasi sesungguhnya dari titik uji pada
permukan tanah. Adapun hasil residual report terdapat pada lampiran.
50
Gambar 4.4 Sebaran titik kontrol tanah pada citra Pleiades
3. Ortho Generation
Proses ortho generation dibutuhkan penggabungan antara
rektifikasi dengan mengikutsertakan data terrain dalam bentuk DEM
(Digital Elevation Model) dalam melakukan generate ortho image.
Data DEM ini digunakan sebagai data elevasi untuk memperbaiki atau
mengeliminir pengaruh relief displacement data citra akibat variasi
terrain permukaan bumi. Berikut merupakan hasil dari proses ortho
generation:
51
Gambar 4.5 Citra hasil ortho generation
52
4.4 Uji Ketelitian Citra Satelite Resolusi Tinggi
Uji ketelitian ICP manual untuk mengetahui akurasi dari hasil
Orthorektifikasi citra. Hasil tersebut dapat dilihat dari nilai RMSE Error dan nilai
akurasi horizontal 90%. Nilai RMSe menunjukkan ketelitian geometris hasil citra
setelah proses orthorektifikasi dilakukan.
Uji ketelitian ICP manual untuk mengetahui akurasi dari hasil
Orthorektifikasi citra. Hasil tersebut dapat dilihat dari nilai RMSE Error dan nilai
akurasi horizontal 90%. Nilai RMSe menunjukkan ketelitian geometris hasil citra
setelah proses orthorektifikasi dilakukan.
Jarak ke titik GPS Koordinat ICP GPS Geodetik Koordinat ICP (Interpretasi)
Titik ICP yang bersesuaian (XGPS-XCP)2 (YGPS-YCP)2 (XGPS-XCP)2 +(YGPS-YCP)2
(m) X Y X Y
12 Jumlah 14,455
Rata-rata 1,205
RMSEr 1,098
Akurasi Horisontal 90 % 1,666
Tabel 4.1 Hasil uji ketelitian titik ICP
Tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa uji ketelitian ICP menghasilkan
nilai RMSe adalah 1.098 meter dan nilai akurasi horizontal adalah 1.666 meter.
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa hal yang bisa disimpulkan dari hasil orthorektifikasi
adalah:Pada pengamatan GNSS (Global Navigation Satelite System)
menggunakan alat ukur GPS Trimble 5700, dengan metode pengamatan static
diferensial di seluruh lokasi titik uji, dengan jumlah titik uji yang diamati
seluruhnya berjumlah 9 titik GCP dan 12 titik ICP dengan waktu pengamatan
selama 30 sampai 60 menit (sesuai panjang baseline). Pengolahan GPS yang telah
diamati dengan titik ikat CORS CPOH Marisa Utara Kabupaten Pohuwato
Provinsi Gorontalo dan titik uji yang diamati sudah memiliki koordinat yang
Fixed dari hasil pengolahan data.
1. Persiapan sejumlah perangkat pekerjaan yang meliputi perangkat keras yang
terdiri dari seperangkat GPS geodetic trimble 5700, kamera digital, peta
navigasi, komputer, mouse dan print, perangkat lunak yang terdiri software
Trimble Busines Center, PCI Geomatica 2015, ArcGis 10.4 dan Microsoft
Excel dan sumber data yang digunakan dalam pekerjaan.
2. Pengambilan data GCP dan ICP dilakukan dengan pengamatan secara
langsung dengan metode static deferensial. Saat melakukan
pengidentifikasian objek titik yang akan diamati, ada beberapa titik yang
dilakukan reposisi yaitu titik GCP02, GCP03, GCP08, GCP09, ICP02,
ICP04, ICP05, ICP06, ICP07 dan ICP10 dikarenakan kenampakan atau
kondisi lokasi tidak sesuai dengan peta rencana.
3. Proses penajaman citra (pansharpening) dilakukan untuk mempermudah
interpretasi objek pada citra. Dari hasil proses penajaman citra
(pansharpening) dihasilkan resolusi pixel sebesar 0.58 meter dari hasil
penggabungan citra multispektral (berwarna) dengan resolusi 2,3 meter dan
citra pankromatik (greyscale) dengan resolusi 0.58 meter.
4. Pada hasil uji ketelitian horizontal CE90 dengan ICP berjumlah 12 titik
menghasilkan nilai sebesar 1.666 meter, maka hasil tersebut masuk kedalam
ketelitian peta skala 1:5.000 pada kelas 2 yaitu 3 meter.
54
5.2 Saran
Saran yang dapat di berikan pada pelaksanaan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk pekerjaan ini sebaiknya menggunakan spesifikasi komputer yang
tinggi dengan kapasitas RAM lebih dari 2GB, kartu grafis yang mempuni,
dan kapasitas hardisk yang besar karena size citra sendiri cukup besar agar
saat processing baseline dan orthorektifikasi dapat lebih cepat.
2. Bagi mahasiswa yang ingin menggunakan perangkat lunak TBC, sebaiknya
mengetahui tentang sistem koordinat dan zona yang akan digunakan. Karena
kesalahan pada tahapan penentuan sistem koordinat dan zona ini, akan
mempengaruhi hasil akhir dari pengolahan data.
3. Sebaiknya ada buku panduan pembuatan laporan yang dikeluarkan oleh
Program Studi Teknik Geodesi Universitas Pakuan Bogor, supaya ada
persamaan persepsi dengan pembuatan laporan dan mahasiwa memiliki
referensi yang baku untuk penulisan laporannya.
55
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z., 2007. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
Abidin, H.Z., 2002. Survei Dengan GPS. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Abidin, H.Z., 2001. Pengantar Geodesi Satelit. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Abidin, H.Z, dkk., 2011. Survei Dengan GPS. Bandung: Penerbit ITB
SNI 8202., 2015. Ketelitian Peta Dasar. Jakarta: Badan Standarisari Nasional.
Denyta Prayogo Budi Nugroho., 2019. Laporan Kerja Praktek, Aplikasi Pengukuran
GPS (Global Positioning System) Dalam Pengujian Ketelitian Peta Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Bogor Jawa Barat. Program studi
Teknik Geodesi, Bogor.
Pramesti, L., 2017. Orthorektifikasi Citra Resolusi Tinggi Untuk Keperluan Pemetaan
Rencana Detail Tata Ruang. Program Studi Teknik Geodesi, Universitas
Pakuan Bogor.
2014. Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar. Peraturan Kepala Badan Informasi
Geospasial Nomor 15.
56
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tahap Pekerjaan Pengolahan Data
1. Data Koordinat Stasiun CORS
Data koordinat stasiun CORS CPOH dari hasil download pada website
inacors.big.go.id.
57
2. Pengolahan Data GPS Menggunakan Software Trimble Business Center
Pada tahapan ini dilakukan pengolahan data GPS. Data yang di peroleh dari
hasil pengamatan GPS mengunakan metode statik diferensial dilakukan
pengolahan post processing dengan software Trimble Business Center.
2.1 Setting Project
1. Membuat project
a. Buka program Trimbel Business Pada computer yang telah terinstal
Trimble business Center, klik file kemudian New.
58
2.2 Memilih Settingan Project
1. Pada quick access klik project setting yang terletak pada pojok kanan atas
simbol .
59
3. Pilih datum horizontal yang digunakan
60
5. Kemudian klik finish
61
2.3 Import GNSS Data
1. Pilih tab home kemudian import, rubah force menjadi menjadi yes lalu klik
import.
62
2.4 Processing GNSS Baseline
Specfy Processing Baseline
a. Untuk mengatur interval pada proses pengolahan data pengamatan pada
quick acces toolbar pilih prject setting
b. Pada menu poject setting pilih baseline processing, kemudian processing
c. Kemudian atur processing interval sama dengan interval pengamatan
yang di lakukan
63
2.5 Processing Baseline
a. Pilih tab survey, kemudian klik process baseline
64
3. Proses Orthorektifikasi Menggunakan Software PCI Geomatica 2015
Dalam proses koreksi geometric menggunakan software PCI Geomatica
2015, ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu:
3.1 Pembuatan New Project
Pembuatan new project atau lembar kerja adalah tahap awal pengolahan
data yang bertujuan pembuatan pekerjaan baru dalam bentuk file.
1. Buka Software PCI Geomatica 2015→ pilih menu
OrthoEngine.
65
berdasarkan study literature metode ini yang paling teliti. Pilih
OK jika telah selesai.
66
1. Pada tool pilih menu marge/pansharp multispectral image
67
3.3 GCP/ICP Collection
Setelah itu, lanjut ke processing step selanjutnya yakni pilih GCP/TP
Collection – Collect GCPs Manually, lakukan input GCP, minimal 8 untuk
setiap scene. Setelah GCP di input, ceklis kotak Compute model, lalu perhatikan
nilai masing-masing RMSnya, yakni Residual, Res X, dan Res Y. Apabila nilai
tersebut sudah memenuhi spesifikasi standar BIG, maka proses ini dapat di
close dan dilanjutkan ketahapan selanjutnya.
68
3.4 Ortho Generation
Pada processing step pilih Ortho Generation – Schedule ortho
generation. Jendela kerja Ortho Generation akan terbuka.
69
f. Setelah proses Generate Orthos selesai maka akan didapatkan.
70
Lampiran 2 Deskripsi Titik GPS
Bidang Pemetaan Tata Ruang-Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas No. GCP
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telp. (021) 87901254 Fax. (021)
87901254
GCP02
DESKRIPSI TITIK GPS
Metode Pengukuran : Radial Antena : Trimble, Model : Zephyr
Desa : Tolite Jaya T.Antena : 1.681 M
Kecamatan : Tolinggula Waktu Pengamatan : Tanggal 15/12/2019
Kabupaten : Gorontalo Utara Mulai 15.33 WITA ; Akhir 16.12 WITA
Provinsi : Sulawesi Utara Koordinat UTM : X = 406288.412 ; Y = 112155.920
Receiver : Trimble, Model : 5700 Z = 6.894 M
Uraian Lokasi :
Disiku Penjemuran Jagung ( Belakang Rumah Pak Hamid )
Kenampakan Menonjol :
Rumah Warga , Pohon Kelapa dan Penjemuran Jagung
Jalan Ke Lokasi :
Aspal
Transportasi & Akomodasi Ke Lokasi :
Kendaraan Roda Empat
Sketsa Umum Sketsa Detail
71
Bidang Pemetaan Tata Ruang-Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas No. GCP
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telp. (021) 87901254 Fax. (021)
87901254
GCP03
DESKRIPSI TITIK GPS
Metode Pengukuran : Radial Antena : Trimble, Model : Zephyr
Desa : Ilotunggula T.Antena : 1.708 M
Kecamatan : Tolinggula Waktu Pengamatan : Tanggal 17/12/2019
Kabupaten : Gorontalo Utara Mulai 09.04 WITA ; Akhir 09.33 WITA
Provinsi : Sulawesi Utara Koordinat UTM : X = 403117.040 ; Y = 110180.943
Receiver : Trimble, Model : 5700 Z = 17.450 M
Uraian Lokasi :
Di Siku Bak Penampungan Air PDAM
Kenampakan Menonjol :
Jalan, Rumah, Pohon Kelapa dan Bangunan PDAM
Jalan Ke Lokasi :
Aspal
Transportasi & Akomodasi Ke Lokasi :
Kendaraan Roda Empat
Sketsa Umum Sketsa Detail
72
Bidang Pemetaan Tata Ruang-Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas No. GCP
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telp. (021) 87901254 Fax. (021)
87901254
GCP04
DESKRIPSI TITIK GPS
Metode Pengukuran : Radial Antena : Trimble, Model : Zephyr
Desa : Tolinggula Pantai T.Antena : 1.526 M
Kecamatan : Tolinggula Waktu Pengamatan : Tanggal 16/12/2019
Kabupaten : Gorontalo Utara Mulai 13.27 WITA ; Akhir 14.03 WITA
Provinsi : Sulawesi Utara Koordinat UTM : X = 411584.006 ; Y = M2468.827 Z = 3.328 M
Receiver : Trimble, Model : 5700
Uraian Lokasi :
Disiku Lapangan Volly SMA.N 4 Gorontalo Utara
Kenampakan Menonjol :
Bangunan Sekolah, Pohon ,dan Lapangan Volly
Jalan Ke Lokasi :
Aspal
Transportasi & Akomodasi Ke Lokasi :
Kendaraan Roda Empat
Sketsa Umum Sketsa Detail
73
Bidang Pemetaan Tata Ruang-Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas No. GCP
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telp. (021) 87901254 Fax. (021)
87901254
GCP05
DESKRIPSI TITIK GPS
Metode Pengukuran : Radial Antena : Trimble, Model : Zephyr
Desa : Umu T.Antena : 1.200 M
Kecamatan : Palele Waktu Pengamatan : Tanggal 16/12/2019
Kabupaten : Buol Mulai 09.57 WITA ; Akhir 10.29 WITA
Provinsi : Sulawesi Tengah Koordinat UTM : X = 409423.092 ; Y = 114863.328
Receiver : Trimble, Model : 5700 Z = 2.136 M
Uraian Lokasi :
Di siku Penjemuran Jagung
Kenampakan Menonjol :
Pohon, Rumah Warga, Penjemuran jagung, dan Jalan
Jalan Ke Lokasi :
Aspal , Tanah dan Cor'an
Transportasi & Akomodasi Ke Lokasi :
Kendaraan Roda Empat
Sketsa Umum Sketsa Detail
74
Bidang Pemetaan Tata Ruang-Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas No. GCP
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telp. (021) 87901254 Fax.
(021) 87901254
GCP06
DESKRIPSI TITIK GPS
Metode Pengukuran : Radial Antena : Trimble, Model : Zephyr
Desa : Didingga T.Antena : 1.582 M
Kecamatan : Biau Waktu Pengamatan : Tanggal 14/12/2019
Kabupaten : Gorontalo Utara Mulai 15.14 WITA ; Akhir 15.46 WITA
Provinsi : Sulawesi Utara Koordinat UTM : X = 413372.822 ; Y = 107516.905
Receiver : Trimble, Model : 5700 Z = 12.121 M
Uraian Lokasi :
Disiku penjemuran padi pak hamid humbato
Kenampakan Menonjol :
Rumah warga, Pohon pisang, pohon kelapa dan penjemuran padi
Jalan Ke Lokasi :
Aspal
Transportasi & Akomodasi Ke Lokasi :
Kendaraan roda empat
Sketsa Umum Sketsa Detail
75
Bidang Pemetaan Tata Ruang-Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas No. GCP
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telp. (021) 87901254 Fax.
(021) 87901254
GCP07
DESKRIPSI TITIK GPS
Metode Pengukuran : Radial Antena : Trimble, Model : Zephyr
Desa : Windu T.Antena : 1.682 M
Kecamatan : Biau Waktu Pengamatan : Tanggal 14/12/2019
Kabupaten : Gorontalo Utara Mulai 18.09 WITA ; Akhir 18.38 WITA
Provinsi : Sulawesi Utara Koordinat UTM : X = 413607.014 ; Y = 109690.937
Receiver : Trimble, Model : 5700 Z = 2.163 M
Uraian Lokasi :
Di siku Penjemuran padi pak Ance
Kenampakan Menonjol :
Sawah, Jalan dan rumah warga
Jalan Ke Lokasi :
Aspal
Transportasi & Akomodasi Ke Lokasi :
Kendaraan roda empat
Sketsa Umum Sketsa Detail
76
Bidang Pemetaan Tata Ruang-Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas No. GCP
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telp. (021) 87901254 Fax.
(021) 87901254
GCP08
DESKRIPSI TITIK GPS
Metode Pengukuran : Radial Antena : Trimble, Model : Zephyr
Desa : Kikia T.Antena : 1.337 M
Kecamatan : Sumalata Waktu Pengamatan : Tanggal 14/12/2019
Kabupaten : Gorontalo Utara Mulai 10.08 WITA ; Akhir 10.48 WITA
Provinsi : Sulawesi Utara Koordinat UTM : X = 422786.948 ; Y = 110308.080
Receiver : Trimble, Model : 5700 Z = 6.674 M
Uraian Lokasi :
Dipinggir jalan depan rumah pak Emustumilo
Kenampakan Menonjol :
Jalan, Pohon, Rumah warga dan Jembatan
Jalan Ke Lokasi :
Aspal
Transportasi & Akomodasi Ke Lokasi :
Kendaraan roda empat
Sketsa Umum Sketsa Detail
77
Bidang Pemetaan Tata Ruang-Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas No. GCP
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telp. (021) 87901254 Fax.
(021) 87901254
GCP09
DESKRIPSI TITIK GPS
Metode Pengukuran : Radial Antena : Trimble, Model : Zephyr
Desa : Buloila T.Antena : 1.646 M
Kecamatan : Sumalata Waktu Pengamatan : Tanggal 14/12/2019
Kabupaten : Gorontalo Utara Mulai 12.47 WITA ; Akhir 13.17 WITA
Provinsi : Sulawesi Utara Koordinat UTM : X = 419610.700 ; Y = 110768.216
Receiver : Trimble, Model : 5700 Z = 2.565 M
Uraian Lokasi :
Disiku Penjemuran padi pak Ramis Alamri
Kenampakan Menonjol :
Pohon, Jalan dan rumah warga
Jalan Ke Lokasi :
Aspal dan jalan batu
Transportasi & Akomodasi Ke Lokasi :
Kendaraan roda empat
Sketsa Umum Sketsa Detail
78
Bidang Pemetaan Tata Ruang-Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas No. ICP
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Jl. Raya Jakarta - Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telp. (021) 87901254 Fax.
(021) 87901254
ICP12
DESKRIPSI TITIK GPS
Metode Pengukuran : Radial Antena : Trimble, Model : Zephyr
Desa : Mulanggato T.Antena : 1.745 M
Kecamatan : Palele Waktu Pengamatan : Tanggal 15/12/2019
Kabupaten : Buol Mulai 10.10 WITA ; Akhir 10.42 WITA
Provinsi : Sulawesi Tengah Koordinat UTM : X = 402711.382 ; Y = 115476.076
Receiver : Trimble, Model : 5700 Z = 2.150 M
Uraian Lokasi :
Disiku jalan cor'an depan rumah Yusuf Boromak
Kenampakan Menonjol :
Rumah warga dan jalan
Jalan Ke Lokasi :
Aspal
Transportasi & Akomodasi Ke Lokasi :
Kendaraan roda empat
Sketsa Umum Sketsa Detail
79
Lampiran 3 Data
Data Koordinat GCP dan ICP Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Hasil Survey Lapangan
80
Lampiran 4 Hasi Uji Ketelitian
12 Jumlah 14.455
Rata-rata 1.205
RMSEr 1.098
Akurasi Horisontal 90
% 1.666
81