Disusun oleh:
Nurul Indri Astuti
12/333815/TK/40157
Rahmatika Linggar M
12/333667/TK/40010
Ulfah Syahlianawati
12/333140/TK/39666
SNI 19-6724-2002
Ruang lingkup
Standar ini meliputi ruang lingkup, istilah dan definisi, klasifikasi, konvensi, dan
spesifikasi teknis dari pembangunan dan pengembangan jaring titik kontrol geodetik
horizontal nasional.
2. Klasifikasi jaring titik kontrol horizontal
2.1
Kasifikasi suatu jaring kontrol didasarkan pada tingkat presisi dan tingkat akurasi dari
jaring yang bersangkutan, yang tingkat presisi diklasifikasikan berdasarkan kelas, dan
tingkat akurasi diklasifikasikan berdasarkan orde.
2.2
Kelas suatu jaring titik kontrol horizontal ditentukan berdasarkan panjang sumbu-panjang
(semi-major axis) dari setiap elips kesalahan relatif (antar titik) dengan tingkat
kepercayaan (confidence level) 95% yang dihitung berdasarkan statistik yang diberikan
oleh hasil hitung perataan jaringan kuadrat terkecil terkendala minimal (minimal
constrained). Dalam hal ini panjang maksimum dari sumbu-panjang elips kesalahan relatif
95% yang digunakan untuk menentukan kelas jaringan adalah :
r = c ( d + 0.2 )
dalam hal ini : r = panjang maksimum dari sumbu-panjang yang
diperbolehkan (dalam mm),
c = faktor empirik yang menggambarkan tingkat presisi survei,
d = jarak antar titik (dalam km).
Berdasarkan nilai faktor c tersebut, kategorisasi kelas jaring titik kontrol horizontal yang
diusulkan diberikan pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Kelas (pengukuran) jaring titik kontrol horizontal
SNI 19-6724-2002
Kelas
3A
2A
A
B
C
D
2.3
c (ppm)
0.01
0.1
1
10
30
50
Aplikasi tipikal
jaring tetap (kontinu) GPS
survei geodetik berskala nasional
survei geodetik berskala regional
survei geodetik berskala local
survei geodetik untuk perapatan
survei pemetaan
orde suatu jaring titik kontrol horizontal ditentukan berdasarkan panjang sumbu-panjang
(semi-major axis) dari setiap elips kesalahan relatif (antar titik) dengan tingkat
kepercayaan (confidence level) 95% yang dihitung berdasarkan statistik yang diberikan
oleh hasil hitung perataan jaringan kuadrat terkecil. Dalam penentuan orde, hitung perataan
jaringannya adalah hitung perataan berkendala penuh (full constrained). Dalam hal ini
panjang maksimum dari sumbu-panjang ellips kesalahan relatif (satu deviasi standar) yang
digunakan juga dihitung berdasarkan persamaan di atas.
Berdasarkan nilai faktor c tersebut, dapat dibuat kategorisasi orde jaring titik kontrol
horizontal yang diperoleh dari suatu survei geodetik, seperti yang diberikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Orde jaring titik kontrol horizontal
Orde
00
0
1
2
3
4
c
Jaring kontrol
Jarak*
Kelas
0.01 Jaring fidusial nasional (Jaring tetap GPS)
1000
3A
0.1 Jaring titik kontrol geodetik nasional
500
2A
1
Jaring titik kontrol geodetik regional
100
A
10 Jaring titik kontrol geodetik lokal
10
B
30 Jaring titik kontrol geodetik perapatan
2
C
50 Jaring titik kontrol pemetaan
0.1
D
* jarak tipikal antar titik yang berdampingan dalam jaringan (dalam km).
SNI 19-6724-2002
Dalam klasifikasi jaring titik kontrol perlu diingat bahwa orde yang ditetapkan untuk suatu
jaring titik kontrol :
1) tidak boleh lebih tinggi orde jaring titik kontrol yang sudah ada yang digunakan
sebagai jaring referensi (jaring pengikat);
2) tidak lebih tinggi dari kelasnya.
3.
Kerangka referensi
ITRF 2000
minimal orde -00
minimal orde -0
minimal orde -1
minimal orde -2
minimal orde -3
SNI 19-6724-2002
Pengadaan suatu jaring titik kontrol sebaiknya dimulai dari orde yang lebih tinggi. Jika
karena sesuatu hal suatu jaring titik kontrol tidak dapat diikatkan ke jaring yang ordenya
lebih tinggi, maka jaring yang bersangkutan harus dispesifikasikan kelasnya saja. Pada
waktu lain begitu pengikatan dapat dilaksanakan, maka kelas jaringan dapat dikonversikan
menjadi orde jaringan.
3.3. Ketelitian
Ketelitian koordinat titik-titik dalam jaringan harus memenuhi persyaratan untuk kelas dan
orde jaringannya.
3.4. Konfigurasi jaringan
a.
setiap jaringan harus terikat minimal ke beberapa buah titik kontrol dari jaringan
yang ordenya lebih tinggi, yang jumlahnya seperti ditetapkan pada spesifikasi teknis;
b.
setiap titik dalam jaringan harus terikat minimal ke beberapa buah titik lainnya
dalam jaringan tersebut, yang jumlahnya seperti ditetapkan pada spesifikasi teknis;
c.
titik-titik kontrol terdistribusi secara merata dalam jaringan.
3.5. Sistem Peralatan
Sistem peralatan yang digunakan dalam pengadaan jaring titik kontrol harus memenuhi
klasifikasi dan persyaratan untuk survei geodetik seperti yang dijabarkan dalam spesifikasi
teknis.
3.6. Metode dan strategi pengamatan
Metode pengamatan yang harus diterapkan untuk pengadaan jaring kerangka horizontal
nasional adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut
Tabel 3.2. Metode pengamatan untuk pengadaan jaring titik kontrol.
Jaring
Orde -00
Orde -0
Orde -1
Orde -2
Orde -3
Orde -4
Metode Pengamatan
Jaring GPS Kontinu
Survei GPS
Survei GPS
Survei GPS
Survei GPS
Poligon, atau
Survei GPS
SNI 19-6724-2002
Metode dan strategi pengamatan yang diterapkan untuk pengadaan jaring titik kontrol
harus memenuhi kaidah-kaidah survei geodetik seperti yang dijabarkan dalam spesifikasi
teknis.
3.7. Metode dan strategi pengolahan data
a.
pengolahan data untuk memperoleh koordinat titik pada semua jenis orde jaringan,
harus berbasiskan pada hitung perataan kuadrat terkecil berkendala penuh;
b.
pengolahan data survei GPS untuk jaring-jaring orde-00, orde-0 dan orde-1 harus
menggunakan perangkat lunak ilmiah, seperti Bernesse dan GAMIT;
c.
pengolahan data survei GPS untuk jaring-jaring orde-2, orde-3, dan orde-4 (GPS)
dapat menggunakan perangkat lunak komersial, seperti SKI dan GPSurvey.
3.8. Sistem pelaporan hasil
Sistem pelaporan hasil dari survei pengadaan jaring titik kontrol harus memenuhi kaidahkaidah pelaporan hasil survei geodetik seperti yang dijabarkan dalam spesifikasi teknis.
4.
Notasi
a
1/f
GM
Nilai
6378137.0 m
298.257223563
7292115.0 x 10-11 rad s-1
3986004.418 x 108 m3 s-2
SNI 19-6724-2002
Untuk titik-titik kontrol orde-00 s/d orde-3 dan orde-4 (GPS), karena penentuan
koordinatnya dilakukan dengan pengamatan satelit GPS, maka koordinat titik yang
diperoleh adalah koordinat kartesian tiga dimensi (X, Y, Z) atau koordinat geodetik (L, B,
h). Sedangkan untuk titik kontrol orde-4 (Poligon), koordinat titik kontrol harus dinyatakan
dalam sistem proyeksi peta UTM atau TM-3.
Untuk sistem UTM, spesifikasi dasar yang harus digunakan adalah :
SNI 19-6724-2002
00
ITRF
2000
0
00
Orde jaringan
1
2
0
1
3
3
2
4
3
4.3. Ketelitian
Untuk pengadaan jaring titik kontrol, spesifikasi teknis untuk ketelitian jaring kontrol
tersebut ditentukan oleh kelas jaringan (pengukuran) serta orde dari jaring referensi
(pengikat), adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Spesifikasi ketelitian jaringan titik kontrol
00
3A
0
2A
ITRF
2000
00
Orde jaringan
1
2
A
B
0
3
C
4
D
SNI 19-6724-2002
Desain jaringan harus dibuat diatas fotokopi peta topografi atau peta rupabumi
dengan skala yang memadai sehingga dapat menunjukkan desain, geometri, dan
kekuatan jaringan sedemikian rupa sehingga spesifikasi ketelitian yang diinginkan
dapat terpenuhi;
b.
c.
Orde jaringan
1
2
100
10
00
1000
0
500
3
2
4
0.1
semua
100%
20%
10%
5%
5%
5%
SNI 19-6724-2002
4.5
Sistem peralatan
Untuk pengadaan jaring titik kontrol orde-00 s/d orde-3 dan orde-4 (GPS) yang
berbasiskan pada pengamatan satelit GPS, maka secara umum spesifikasi teknis untuk
peralatan yang sebaiknya digunakan diberikan pada Tabel 4.5. Sedangkan untuk pengadaan
jaring titik kontrol orde-4 (poligon) yang pengadaannya berdasarkan pengukuran poligon,
spesifikasi teknis umum untuk sistem peralatannya diberikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.5. Spesifikasi teknis sistem peralatan
pengadaan jaring titik kontrol orde -00 s/d orde 3.
00
Tipe receiver
gps
Pengukur suhu,
temperatur, dan
kelembaban
Orde jaringan
1
2
geodetik
2-frekuensi
ya
0
4 (GPS)
geodetik
1-frekuensi
tidak
Orde 4 (Poligon)
alat ukur Theodolit 1"
alat ukur EDM (electronic distance measurement)
SNI 19-6724-2002
Berkaitan dengan pengadaan jaring kontrol orde-4 (poligon), penggunaan ETS (Electronic
Total Station) yang memenuhi spesifikasi pada Tabel 4.6 di atas, sangatlah dianjurkan.
Secara lebih spesifik, dalam pengadaan jaring titik kontrol horizontal dengan menggunakan
pengamatan satelit GPS, maka spesifikasi teknis untuk sistem peralatan juga harus
memenuhi hal-hal berikut :
a.
receiver GPS yang digunakan sebaiknya mampu mengamati secara simultan semua
satelit yang berada di atas horison (all in view capability);
a.
seluruh pengamatan harus menggunakan receiver GPS tipe geodetik yang mampu
mengamati data kode (pseudorange) dan fase pada dua frekuensi L1 dan L2, kecuali
untuk pengamatan jaring orde-3 yang cukup pada frekuensi L1 saja;
b.
antena receiver GPS berikut kelengkapannya (seperti kabel dan alat pengukur
tinggi antena) merupakan satu kesatuan dari tipe dan jenis receiver yang digunakan
sesuai standar pabrik;
c.
tripod (kaki segitiga) yang digunakan harus kokoh dan dilengkapi dengan dudukan
(mounting) untuk pengikat unting-unting dan tribrach yang dilengkapi centering optis
sebagai dudukan antena GPS;
d.
e.
pada lokasi dimana pemantulan sinyal GPS (multipath) mudah terjadi seperti di
pantai, danau, tebing, bangunan bertingkat, antena harus dilengkapi dengan ground
plane untuk mereduksi pengaruh tersebut;
f.
setiap unit receiver GPS di lapangan sebaiknya dilengkapi dengan satu unit
komputer laptop, untuk penyimpanan data serta pengolahan awal baseline;
g.
setiap unit receiver GPS di lapangan sebaiknya dilengkapi dengan peralatan radio
komunikasi yang mempunyai kemampuan jangkauan yang lebih panjang dari baseline
terpanjang dalam jaringan;
h.
SNI 19-6724-2002
Sebelum pelaksanaan survei untuk pengadaan jaring titik kontrol, ada dua pekerjaan
penting yang perlu dilakukan, yaitu rekonaisans (kaji lapangan) dan monumentasi.
Pekerjaan rekonaisans dimaksudkan untuk mencari lokasi yang terbaik untuk penempatan
titik-titik kontrol di lapangan serta mengumpulkan informasi terkait yang diperlukan
nantinya untuk proses monumentasi maupun pengukuran / pengamatan. Proses
monumentasi dimaksudkan untuk membuat monumen (tugu) yang merepresentasikan titik
kontrol di lapangan.
4.6.1. Rekonaisans
Terkait dengan proses rekonaisans, ada beberapa hal yang perlu dispesifikasikan yaitu
sebagai berikut :
4.6.1.1. Sebelum dilakukan rekonaisans, pelaksana pekerjaan diwajibkan untuk
mengadakan koordinasi dengan pihak dan instansi pemda yang terkait mengenai rencana
pemasangan monumen titik kontrol. Hal yang diharapkan dari proses koordinasi ini adalah
adanya informasi dari pemda setempat mengenai rencana pengembangan fisik di daerah
bersangkutan yang dapat berakibat terhadap terganggunya keamanan monumen titik
kontrol yang akan dipasang di masa mendatang.
4.6.1.2. Lokasi titik-titik kontrol yang dipilih diusahakan sesuai dengan desain jaringan
yang dibuat sebelumnya, dan apabila memungkinkan, selain untuk jaring orde-4, titik-titik
tersebut dipilih pada halaman instansi pemerintah ataupun institusi pendidikan dengan
persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan.
4.6.1.3. Lokasi titik kontrol yang dipilih sebaiknya memenuhi persyaratan berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
SNI 19-6724-2002
SNI 19-6724-2002
Untuk pengadaan jaring titik kontrol orde-00 s.d. orde-4 (GPS) yang berbasiskan pada
pengamatan satelit GPS, maka spesifikasi teknis untuk metode dan strategi pengamatan
yang sebaiknya digunakan diberikan pada Tabel 4.7 berikut. Untuk pengadaan jaring titik
kontrol orde-4 (poligon) yang berbasiskan pada pengukuran poligon, spesifikasi teknis
yang terkait dengan pengamatan diberikan pada Tabel 4.8.
Berkaitan dengan pengamatan satelit untuk pengadaan jaring titik kontrol geodetik orde-1
s.d. orde-3 dan orde-4 (GPS), maka disamping spesifikasi teknis yang diberikan pada Tabel
4.7, ada beberapa spesifikasi lainnya yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. pengamatan satelit GPS minimal melibatkan penggunaan 3 (tiga) penerima (receiver)
GPS secara bersamaan;
b. setiap penerima GPS yang digunakan sebaiknya dapat menyimpan data minimum
untuk satu hari pengamatan;
c. pada setiap titik, ketinggian dari antena harus diukur sebelum dan sesudah pengamatan
satelit, minimal tiga kali pembacaan untuk setiap pengukurannya. perbedaan antara
data-data ukuran tinggi antena tersebut tidak boleh melebihi 2 mm;
d. minimal ada satu titik sekutu yang menghubungkan dua sesi pengamatan, dan akan
lebih baik jika terdapat baseline sekutu;
e. di akhir suatu hari pengamatan, seluruh data yang diamati pada hari tersebut harus
diungguhkan (down-load) ke komputer dan disimpan sebagai cadangan (backup) dalam
disket ataupun CD ROM;
f. pada suatu sesi pengamatan, pengukuran data meteorologi dilaksanakan minimal tiga
kali, yaitu pada awal, tengah, dan akhir pengamatan;
g. setiap kejadian selama pengamatan berlangsung yang
mempengaruhi kualitas data pengamatan yang harus dicatat.
diperkirakan
dapat
Data dan informasi dari pengamatan satelit GPS di lapangan di atas harus dicatat dalam
formulir catatan lapangan (lihat lampiran 4).
SNI 19-6724-2002
21 dari 83
0
survei GPS
24 jam
3
survei GPS
1 jam
4 (GPS)
survei GPS
0.25 jam
fase dua
frekuensi
Jaring tetap
fase dua
frekuensi
jaring
fase dua
frekuensi
jaring
fase dua
frekuensi
jaring
fase satu
frekuensi
jaring
fase satu
frekuensi
radial
100%
50%
40%
20%
10%
100%
100%
100%
100%
100%
30
tidak ada
tidak ada
30
30
15
15
ya
ya
ya
15
4 satelit
lebih kecil dari 10
150
tidak
tidak
tidak
SNI 19-6724-2002
Metode pengamatan
Lama pengamatan per sesi
(minimum)
Data pengamatan utama untuk
penentuan posisi
Moda pengamatan
Pengamatan independen
di setiap titik
- setidaknya 3 kali
(% dari jumlah titik)
- setidaknya 2 kali
(% dari jumlah titik)
Interval data pengamatan (detik)
Jumlah satelit minimum
Nilai PDOP yang diperlukan
Elevasi satelit minimum
Pengamatan data meteorologis
Orde jaringan
1
2
survei GPS
survei GPS
6 jam
2 jam
00
GPS kontinu
kontinu
4.8
Orde 4 (Poligon)
10"
2 seri
5"
sebelum pengamatan
5 kali
di awal dan akhir jaringan
pengamatan matahari
atau dari 2 titik GPS
Untuk pengadaan jaring titik kontrol orde-00 s/d orde-4 (GPS) yang berbasiskan pada
pengamatan satelit GPS, spesifikasi teknis untuk metode dan strategi pengolahan data
yang sebaiknya digunakan diberikan pada Tabel 4.9. Untuk pengadaan jaring titik kontrol
orde-4 yang berbasiskan pada pengukuran poligon, spesifikasi teknis yang terkait dengan
pengolahan datanya diberikan pada Tabel 4.10.
Berkaitan dengan pengolahan data survei GPS, di samping spesifikasi yang diberikan pada
Tabel 4.9, ada beberapa hal yang juga perlu dispesifikasikan yaitu:
1. seluruh data pengamatan GPS di konversi ke rinex (receiver independent exchange
format) ;
2.
3.
dalam pengolahan baseline GPS, koordinat dari titik referensi yang digunakan
untuk penentuan vektor baseline tidak boleh berasal dari hasil penentuan posisi secara
absolut;
4.
untuk pengolahan data survei GPS untuk pengadaan jaringan orde-1 s.d. orde-4
(GPS), perangkat lunak untuk perataan jaring (bebas maupun terikat) boleh tidak sama
dengan perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan baseline;
16
23 dari 82
Tipe perangkat
lunak yang
digunakan
Tipe orbit satelit
yang digunakan
Ambiguitas fase
Eliminasi kesalahan dan bias
Tahapan
penentuan
koordinat
Mekanisme
kontrol kualitas
00
ilmiah
0
ilmiah
Precise
Precise
(IGS)
(IGS)
float
float
differencing
differencing +
+ estimasi
estimasi
pengolahan multi-baseline,
penentuan koordinat
1
ilmiah
2
komersil
3
komersil
4 (GPS)
komersil
Precise
(IGS)
fixed
differencing +
estimasi
broadcast
broadcast
broadcast
fixed
differencing
fixed
differencing
fixed
differencing
pengolahan baseline,
perataan jaring bebas,
perataan jaring terikat
uji-uji statistik terhadap parameter ketelitian koordinat
serta terhadap panjang baseline yang diukur lebih dari
satu kali (common baselines)
pengolahan
baseline
SNI 19-6724-2002
17
SNI 19-6724-2002
Orde 4 (Poligon)
hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter
SNI 19-6724-2002
Orde Jaringan
00
Bentuk laporan
Isi laporan
(minimal)
26 dari 82
geodetik (L,B,h), geosentrik (X,Y,Z), dan proyeksi peta (UTM atau TM-3)
20
geodetik , geosentrik,
dan/atau
koordinat
proyeksi peta
(UTM atau TM-3)
SNI 19-6724-2002
SNI 19-6724-2002
Bibliografi
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). 1996. Klasifikasi,
Standar Survei dan Spesifikasi Survei Kontrol Geodesi, Cibinong, Pusat Pemetaan,
Bakosurtanal, Versi 1, Februari 1996.
BPN (Badan Pertanahan Nasional). 1997. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala
BPN No. 3/1997, tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.
24/1997 tentang Pendaftaran Tanah.
GSD (Geodetic Survey Division). 1992. Guidelines and Specifications for GPS Surveys,
Geodetic Survey Division, Canada Center for Surveying, Release 2.1, December
1992.
GSD (Geodetic Survey Division). 1996. Accuracy Standards for Positioning, version 1.0,
Geomatics Canada, September 1996.
ICSM (Inter-Governmental Committee on Surveying and Mapping). 1996. Standards and
Practices for Control Surveys (SP1), ICSM Special Publication No. 1, 22
November 1996.
ICSM (Inter-Governmental Committee on Surveying and Mapping). 1997. Best Practice
Guideline Use of the Global Positioning System (GPS) for Surveying Application,
version 2.0, 1 November 1997.
Krakiwsky, E.J. and D. E. Wells. 1971. Coordinate Systems in Geodesy. Fredericton, N.B.,
Canada : Lecture Notes No. 16. Dept. of Geodesy and geomatics Engineering,
University of New Brunswick.
MGIC (Maritime GPS Implementation Committee). 1996. Guidelines for Managing a
GPS Based Control System in the Maritime Provinces, Version 1.0, Maritime GPS
Implementation Committee, Canada, March 1996.
OSG (Office of Surveyor General). 1998. Accuracy Standards for Geodetic Surveys, OSG
Standard 1, Land Information New Zealand, 1 March 1998.
US-ACE (U.S. Army Corps of Engineers). 1994. Topographic Surveying, Engineer
Manual, , EM 1110-1-1005, 31 August 1994.
US-NSDI (U.S. National Spatial Data Infrastructure). 1998. Geospatial Positioning
Accuracy Standards, USA, FGDC-STD-007-1998.
SNI 19-6724-2002
Lampiran 1
Formulir rekoinasans titik
Tanggal rekonaisans :
Baru/Sudah Ada :
Aman/Tidak Aman :
Dapat Dicapai Mobil (ya/tidak) :
Obstruksi (ya/tidak) :
DIAGRAM AKSESIBILITAS
DIAGRAM LOKASI
DIAGRAM OBSTRUKSI
CATATAN
30
Elevasi
330
300
30
60
60
90
90
270
120
240
Asimut
150
210
180
Diperiksa oleh :
Tanggal :
SNI 19-6724-2002
Kelurahan
Surveyor
Tanggal
Rekoinasans
Baru/
Sudah
Ada
Aman/Tidak
Aman
Dicapai
Mobil ?
Obstruksi
Keberadaan
Tugu
Penggunaan
dalam proyek
ini
29 dari 82
SNI XX-XXXX-200X
SNI 19-6724-2002
Lampiran 2
Desain dan ukuran tugu untuk orde-0, orde-1, orde-2, orde-3, dan orde-4
SNI 19-6724-2002
80 cm
55 cm
25 cm
35 cm
0 cm
permukaan tanah
permukaan tanah
Begezting
Cor adukan semen, pasir dan
batu perbandingan:1:2:3
65 cm
Tanah Urug
besi diameter 9 mm
Pasir
10 cm
besi diameter 6 mm
N1.
MILIK NEGARA
DILARANG MERUSAK DAN
MENGGANGGU TANDA INI
SNI 19-6724-2002
35
30
35
5
Marmer
10
SNI XX-XXXX-200X
35
Warna Biru
15
Permukaan
Tanah
10
80
10
32 dar 82
30
50
10
10
20
10
10
20
45
55
55
45
SNI 19-6724-2002
30
30
22,5
30
Warna Biru
20
Permukaan
Tanah
60
7,5
7,5
22,5 30
40
33 dari 82
5
7,5
15
30
40
40
SNI XX-XXXX-200X
7,5
15
SNI 19-6724-2002
SNI XX-XXXX-200X
20
20
20
15
Warna Biru
15
Permukaan
Tanah
30
5
5
34 dari 82
15
15
2,5
2,5
10
5
10
20
25
25
20
SNI 19-6724-2002
KETERANGAN TUGU
DALAM BENTUK KUNINGAN
YANG DITEMPELKAN PADA BADAN TUGU
35 dari 82
Lambang
Garuda
Lambang
Garuda
Milik Negara
Milik Negara
Tahun Pengukuran
Tahun Pengukuran
SNI XX-XXXX-200X
SNI 19-6724-2002
Lampiran 3
Formulir-formulir deskripsi titik, sketsa lokasi serta foto tugu
Logo
Instansi
Pemberi
Pekerjaan
No. TITIK
02. NAMA
03. DESA/KAMPUNG
05. KABUPATEN/KODYA
:
:
04. KECAMATAN
06. PROPINSI
:
:
08. RECEIVER
KOORDINAT PENDEKATAN
12. LINTANG
13. BUJUR
meter
:
16. KENAMPAKAN YANG MENONJOL
:
:
18. TRANSPORTASI/AKOMODASI
20. TANGGAL
22. TANGGAL
SNI 19-6724-2002
Logo
Instansi
Pemberi
Pekerjaan
Sketsa Umum :
Dibuat Oleh :
Tanggal Pembuatan :
Diperiksa Oleh :
Tanggal Pemeriksaan :
No. TITIK
SNI 19-6724-2002
Logo
Instansi
Pemberi
Pekerjaan
MENUJU LOKASI
( ...... km dari lokasi)
MENUJU LOKASI
( ..... km dari kolasi)
SEKITAR LOKASI
( ...... m dari lokasi)
SEKITAR LOKASI
( ...... m dari lokasi)
No. TITIK
SNI 19-6724-2002
Dibuat Oleh :
Tanggal Pembuatan :
Diperiksa Oleh :
Tanggal Pemeriksaan :
SNI 19-6724-2002
Logo
Instansi
Pemberi
Pekerjaan
No. TITIK
Dibuat Oleh :
Tanggal Pembuatan :
Diperiksa Oleh :
Tanggal Pemeriksaan :
SNI 19-6724-2002
Lampiran 4
Formulir catatan lapangan
Nama (file) Stasiun :
Julian Day/Tahun :
No. Stasiun :
Tgl/Bulan :
Lokasi :
Hari :
Lintang :
Waktu UTC
Bujur :
Tinggi :
meter
/
/
Rencana
Aktual
Awal
Selesai
PELAKSANA
N AMA
INSTANSI
1.
2.
TINGGI ANTENA
(Gunakan tongkat ukur yang telah disediakan untuk mengukur ketinggian
antena diatas titik / marker pada 3 tempat dari hole piringan antena.
Perbedaan maksimum hasil ukurannya 2 mm. Tinggi antena rata dari
ke-3 ukuran dimasukkan dalam receiver. Lakukan pengukuran tinggi
antena pada saat akhir pengamatan)
Apakah antena menghadap ke Utara ?
[ ] Ya, [ ] Tidak, Azimut : ________o
Apakah benang silang berimpit dengan marker ?
Sebelum [ ] Ya, [ ] Tidak
Sesudah [ ] Ya, [ ] Tidak
Sebelum
Posisi ke-
Sesudah
Meter
Inchi
Meter
Inchi
(s.d. 0.001 m)
(s.d. 0.001 m)
1.
2.
3.
Rata-rata
DOWNLOAD DATA
No.
Nama File
ZipFile
UnZipFile
Catatan
1.
2.
Total
Nama (file) Stasiun :
Julian Day/Tahun :
SNI 19-6724-2002
PERALATAN
Merk Alat
No. Seri
No. Unit
Receiver:
Antena :
Tribrach :
Kabel antena :
Sumber Listrik
AC
DC
Download PC/Software :
PARAMETER PENGAMATAN
Interval Pengamatan
Elevasi
Minimum Satelit
CATATAN PENGAMATAN
Waktu (UTC)
Nomor Satelit
% Memori
:
:
:
:
:
:
:
GANGGUAN SERIUS SELAMA PENGAMATAN
(beri keterangan jika terjadi gangguan yang mempengaruhi data pengamatan)
Waktu (UTC)
Uraian Kejadian
:
:
:
:
DATA METEOROLOGI
Waktu (UTC)
awal, tengah, akhir pengamatan
:
:
:
Temp. Basah
Temp. Kering
Tek. Udara
Catatan
SNI 19-6724-2002
Lampiran 5
Formulir daftar koordinat titik kontrol
NO. TITIK
Logo dari
Instansi Pemberi
Pekerjaan
:
:
:
:
:
KORDINAT GEODETIK
07. X (meter) =
10. LINTANG
08. Y (meter) =
11. BUJUR
09. Z (meter) =
MATRIKS VARIANS-KOVARIANS
KOORDINAT : UTM/TM-3 *
13.
14. TIMUR (m) =
15. UTARA (m) =
15. ZONE
simetri
:
:
SNI 19-6724-2002
Logo
KOORDINAT KARTESIAN
KOORDINAT GEODETIK
05.
X (meter)
09. LINTANG
06.
Y (meter)
10. BUJUR
07.
Z (meter)
simetri
Catatan : ..............................................................
:
:
:
KOORDINAT UTM
12. TIMUR
13. UTARA
14. ZONE
SNI 19-6724-2002
Lampiran 6
Pedoman Pelaksanaan Metode Poligon
Survai untuk penentuan posisi dari suatu jaringan titik di permukaan bumi, dapat dilakukan
secara terestris maupun ekstra-terestris. Pada survai dengan metode terestris, penentuan
posisi titik-titik dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap target atau objek yang
terletak di permukaan bumi. Dalam hal ini, metode-metode penentuan posisi terestris yang
umum digunakan saat ini adalah metode poligon, metode pengikatan ke muka
(intersection), metode pengikatan ke belakang (resection), atau kombinasi antara metodemetode tersebut. Karakteristik umum dari metode-metode ini diberikan secara skematis
pada Gambar 6.1. Perlu juga dicatat di sini bahwa ada beberapa lagi metode penentuan
posisi terestris, seperti triangulasi, trilaterasi,dan triangulaterasi. Tapi metode-metode ini
sudah tidak banyak lagi digunakan, terutama setelah adanya metode penentuan posisi yang
berbasiskan satelit.
Metode
Contoh Geometri
Data Ukuran
Poligon
Sudut
dan Jarak
Pengikatan
Kemuka
Sudut
di titik-titik
tetap
Pengikatan
Kebelakang
Sudut
di titik-titik
yang akan
ditentukan
posisinya
Sudut
yang diukur
Jarak
yang diukur
SNI 19-6724-2002
Berikut ini karakteristik metode pengukuran poligon akan dijelaskan secara singkat.
6.1 Karakteristik Metode Poligon
Metode poligon adalah metode penentuan posisi dua dimensi secara terestris dari
rangkaian titik-titik yang membentuk poligon (lihat Gambar 6.2). Pada metode ini
koordinat titik, (x,y) atau (E,N), ditentukan berdasarkan pengamatatan sudut-sudut
horizontal di titik-titik poligon, serta jarak horizontal antar titik-titik yang berdampingan,
seperti diilustrasikan pada Gambar 6.2.
1
B
d1
d2
1
Diketahui
Dicari
Diukur
:
:
:
d3
d4
3
d5
6
C
Pada metode poligon ini, pengukuran sudut umumnya dilakukan dengan alat ukur
theodolit, dan pengukuran jarak umumnya dilakukan dengan pita ukur ataupun alat ukur
EDM (Electronic Distance Measurement). Sedangkan titik-titik ikat yang digunakan,
contohnya pada Gambar 6.2 adalah A,B,C dan D, adalah titik-titik yang telah diketahui
koordinatnya.
Dari Gambar 6.2 di atas terlihat bahwa kualitas dari koordinat titik-titik poligon yang
diperoleh akan tergantung pada kualitas dari titik kontrol (ikat) yang digunakan, kualitas
data ukuran jarak dan sudut serta geometri dari poligon itu sendiri.
6.2. Penentuan Koordinat Titik-titik Poligon
SNI 19-6724-2002
j
Aij
dij
X
Xj = Xi + dij.sin Aij
Yj = Yi + dij.cos Aij
dimana :
dij = jarak antara titik i dan j, dan
Aij = sudut jurusan sisi ij.
(7.1)
Jika dihitung dari koordinat dua titik, maka seandainya kedua titik ikat tersebut adalah A
dan B (seperti kasus Gambar 6.2), maka sudut jurusan sisi AB dapat dihitung dari rumus
umum berikut :
dimana:
(6.2)
X = XB XA ,
Y = YB XA ,
(6.3)
Perlu dicatat di sini bahwa untuk suatu sisi, sudut jurusan dari titik-titik ujungnya akan
berbeda sebesar 1800. Sebagai contoh untuk Gambar 6.2, maka :
ABA = AAB - 1800 ,
(6.4)
Sedangkan sudut jurusan dari sisi-sisi lainnya dalam poligon dapat dihitung dari sudut
jurusan sisi awal serta sudut-sudut ukuran berdasarkan rumus umum berikut (lihat Gambar
7.4 sebagai referensi) :
Ajk = Aij + (j 1800)
Ajk
j
Aij
(6.5)
Aij
j
i
k
kasus 1
Ajk
j
j
kasus-2
SNI 19-6724-2002
SNI 19-6724-2002
Pada hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter, maka persamaan pengamatan
dasar yang digunakan adalah :
Jarak :
(6.6)
SNI 19-6724-2002
Xij
Yij
= Xj Xi
= Xj Xi
Xjk
Yjk
(6.7)
= Xk Xj ,
= Yk Yj ,
(6.8)
Sedangkan untuk hitung perataan kuadrat terkecil metode bersyarat, tiga persamaan syarat
yang digunakan adalah :
Syarat absis
Syarat ordinat
Syarat sudut
:
:
:
(6.9)
(6.10)
(6.11)
Metode Bowditch sendiri, yang banyak digunakan dalam pengolahan data poligon, pada
dasarnya bisa dilihat sebagai bentuk yang lebih sederhana dari hitung perataan kuadrat
terkecil metode bersyarat.
7.3. Kontrol Kualitas Pengukuran Poligon
Salah satu mekanisme pengontrolan kualitas dari pengukuran poligon yang umum
digunakan adalah dengan menilai kesalahan-kesalahan penutup absis, ordinat, dan sudut
yang diperoleh. Dalam hal ini kesalahan-kesalahan penutup tersebut dihitung berdasarkan
rumus-rumus (7.9) s/d (7.11) sebelumnya, sebagai berikut :
fX = (dij.sin Aij) - (Xakhir Xawal) ,
fY = (dij.cos Aij) - (Yakhir Yawal) ,
f = (i) n.1800 - (Aakhir Aawal) ,
(7.12)
(7.13)
(7.14)
(7.15)
Untuk pengadaan jaring kontrol horizontal orde-4, yang berbasiskan pada pengukuran
poligon, maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengukuran adalah :
fd /(d) < 1/6000,
f < 10n,
(7.16)
(7.17)
dimana (d) adalah jumlah jarak ukuran dan n adalah jumlah titik poligon.