1.1.2. Relevansi
Materi pada bab ini akan memberikan keahlian bagi ahli geodesi
mengenai persyaratan dan spesifikasi teknik untuk pengadaan titik kontrol tanah.
Metode pelaksanaan pengadaan titik kontrol tanah meliputi metode pengukuran
titik kontrol horisontal dan titik kontrol vertikal. Disamping itu akan memberikan
keahlian bagi mahasiswa dalam membuat perencanaan pengadaan titik kontrol
tanah.
Pemetaan Fotogrametri 59
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
1.2. Penyajian
1.2.1. Uraian dan Contoh
PENGADAAN TITIK KONTROL TANAH
Pada setiap pekerjaan pemetaan metode Fotogrametris selalu
memerlukan titik kontrol tanah. Dalam proses pemetaan fotogrametri titik kontrol
tanah tersebut antara lain digunakan untuk keperluan triangulasi udara dan
keperluan pemetaan lainnya.
Pemetaan Fotogrametri 60
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
Pemetaan Fotogrametri 61
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
Pemetaan Fotogrametri 62
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
Pemetaan Fotogrametri 63
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
Sebagai contoh : bila skala foto udara yang akan dibuat adalah skala 1 :
10.000, maka diperoleh harga-harga :
d = 10.000 / 30 mm = 0.33 meter atau 0.4 meter
p = 5 X 0.4 meter = 2.0 meter
Pemetaan Fotogrametri 64
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
Jenis GPS ini mempunyai ketelitian yang tinggi. Ketelitian GPS tipe
ini memiliki ketelitian yang lebih tinggi daripada GPS tipe navigasi. Karena
ketelitiannya yang tinggi, GPS tipe geodetic banyak digunakan untuk
keperluan geodesi(contoh :pengadaan jaring kerangka dasar titik-titik kontrol,
mempelajari dinamika bumi seperti yang berkaitan dengan pegerakan sesar-
sesar maupun lempeng benua yang selanjutnya digunakan untuk memprediksi
gempa bumi ataupun letusan gunung berapi, menentukan parameter dari
pergerakan kutub, serta panjang hari).
Pemetaan Fotogrametri 65
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
data. Setelah receiver diaktifkan akan diterima data digital dari satelit yang
mengorbit.
Ketelitian posisi yang didapatkan dari pengamatan GPS bergantung
dari 4 faktor, yaitu :
1. Ketelitian data, yang dipengaruhi :
a. Tipe data yang digunakan
b. Kualitas receiver GPS
c. Level dari kesalahan bias
2. Geometri satelit, yang dipengaruhi :
a. Jumlah satelit
b. Lokasi dan distribusi satelit
c. Lama pengamatan
3. Metode penentuan posisi, yaitu :
a. Absolute & differential positioning
b. Static, rapid static, pseudo-kinematik
c. One & multi monitor stations
4. Strategi pemrosesan data, yang diantaranya ialah :
a. Real time & post processing
b. Strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias
c. Metode estimasi yang digunakan
d. Pemrosesan baseline & perataan jaring
e. Kontrol kualitas
Dalam pengolahan secara post processing, pengolahan dilakukan
setelah dilakukan pengamatan. data disimpan dalam memori alat, maupun
pada computer yang dihubungkan dengan receiver. Pada pengolahan data
secara post processing, pengamat bisa melakukan seleksi data. Data hasil
pengamatan akan relatif lebih teliti. Tipe geodetic merupakan receiver yang
relatif paling canggih, paling mahal, dan juga memberikan data paling presisi.
Receiver tipe geodetik yang beredar di pasaran seperti yang dikeluarkan
perusahaan-perusahaan Trimble 4.000 SSE dan 4.000 SSi, , Sokkia Stratus,
dan TopCon Hiper. Berikut ini diberikan contoh alat ukur GPS Sokkia Stratus
dan TopCon Hiper GB.
Pemetaan Fotogrametri 66
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
Pemetaan Fotogrametri 67
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
Pemetaan Fotogrametri 68
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
PERATAAN JARING
Pemetaan Fotogrametri 69
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
d. Reduksi baseline
Reduksi baseline adalah untuk menghitung panjang baseline
antara titik-titik pengamatan beserta nilai koordinat dari titik-titik yang
diamati, dimana terlebih dahulu dilakukan koreksi akibat pengaruh cycle
slip, noise, ionosphere dan integer ambiguity. Pengolahan data dilakukan
dengan processing mode baseline yang dapat dilakukan dengan
mempergunakan program modul program TopCon Tools dan Spectrum 3.3.
Untuk mencapai ketelitian yang memenuhi persyaratan maka
proses reduksi baseline juga menyertakan koreksi pengaruh refraksi
troposfir (model koreksi Hopfield) dan koreksi ionosfer (model koreksi
Klobuchar). Keseluruhan proses pengolahan dapat digambarkan secara
skematis seperti pada diagram dibawah ini:
Hasil yang diperoleh dari baseline processing adalah :
- Baseline ( Jarak antar satu stasiun ke stasiun lainnya )
- Koordinat masing-masing stasiun dalam sistem:
( X, Y , Z ) = Koordinat Kartesian 3-D geosentris
(x, y , z ) = Selisih koordinat kartesian antara dua titik.
( x, y, z ) = koordinat kartesian
(L,B,h ) = Koordinat Geodetik
( L, B, h) = Selisih koordinat geodetik antara dua titik
(L, B, h ) = Ketelitian koordinat geodetik
e. Kontrol Kualitas
Untuk baseline < 10 km, komponen lintang dan bujur dari kedua
baseline tidak boleh berbeda lebih besar dari 0.03 meter. Komponen tinggi
tidak boleh lebih besar dari 0.06 meter. Sedangkan untuk baseline > 10 km,
komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda lebih
besar dari 0.05 meter. Komponen tinggi tidak boleh berbeda dari 0.10
meter.
f. Perataan Jaring
Pemetaan Fotogrametri 70
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
g. Transformasi Koordinat
Untuk memperoleh nilai koordinat dalam bidang datar sehingga
bisa digunakan untuk keperluan praktis maka dilakukan pekerjaan
transformasi. Proses yang dilakukan dalam tahap ini adalah perhitungan
Lintang, Bujur dan Tinggi terhadap spheroid pada datum DGN95 dan
perhitungan Koordinat menggunakan proyeksi UTM pada ellipsoid referensi
WGS - 84
Dalam pengukuran dengan menggunakan alat GPS maka tinggi
yang dihasilkan adalah tinggi diatas speroid dari datum yang digunakan.
Tinggi orthometrik dapat dicari dengan undulasi, misalnya dengan
menggunakan model geoid global EGM96 atau undulasi hasil pengurangan
tinggi ellipsoid dan fisik pada suatu titik, namun hasil perhitungan ini tidak
akan memenuhi syarat apabila akan dipakai untuk kontrol vertikal dalam
pembuatan peta skala besar.
Pemetaan Fotogrametri 71
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
5. Pengukuran Spotheight
Pada pembuatan peta foto untuk keperluan perencanaan irigasi
biasanya memelukan ketelitian elevasi yang akurat, oleh karena itu
diperlukan pengukuran ketinggian titik detail (spotheight) dengan pengukuran
waterpas, pengukuran tachimetri menggunakan alat ukur theodolit dan
penggambaran dengan stereo plotter. Tujuan pengukuran Spotheight adalah
untuk memperoleh data ketinggian titik-titik detail yang ada di foto udara.
Berdasarkan ketinggan titik-titik detail tersebut, maka dapat digambarkan
kontur-kontur dengan interval tertentu sesuai dengan yang diinginkan.
Pengukuran spotheight dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai
dengan keadaan lapangan, diantaranya adalah dengan cara-cara sebagai
berikut :
1. Untuk daerah terbuka dan datar, pengukuran spotheight dapat dilakukan
dengan cara sipat datar. Pengukuran tinggi spotheight harus dimulai /
diikatkan pada benchmark yang terdekat. Untuk daerah yang terbuka
tetapi agak curam jika tidak dapat dilakukan pengukuran sipat datar, maka
dapat dilakukan dengan cara tachimetri yaitu menggunakan theodolit.
2. Untuk daerah yang tertutup dan sulit diidentifikasi, maka pengukuran
posisi horizontal dapat dilakukan dengan cara poligon, sedangkan posisi
vertikal dapat dilakukan dengan cara sipat datar atau cara tachimetri
sesuai dengan keadaan di lapangan.
3. Untuk daerah yang sangat sulit misalnya daerah rawa, maka penentuan
ketinggian titik detail dan penarikan garis kontur dapat dilakkan dengan
stereo plotter.
Pada waktu melakukan pengukuran di lapangan, selain melakukan
pengukuran spotheight biasanya juga melakukan pekerjaan identifikasi obyek
Pemetaan Fotogrametri 72
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
Data definitif hasil hitungan perataan yang terdiri dari data koordinat
tanah dan data ketinggian ini selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan
triangulasi udara atau keperluan pekerjaan lainnya
1.2.2. Latihan
1.3. Penutup
Pada pekerjaan pemetaan metode fotogrametris diperlukan titik kontrol
tanah baik titik kontrol tanah horisontal maupn titik kontrol vertikal. Konfigurasi
pemasangan titik kontrol tanah horisontal dan vertikal harus dilakukan dengan
spesifikasi teknik tertentu sesuai dengan standar pemetaan fotogrametri.
Pengukuran titik kontrol tanah horisontal dilakukan dengan alat ukur GPS tipe
Geodetic GPS. Pengukuran GPS dilakukan dengan metode static survey.
Sedangkan pengukuran titik kontrol vertikal dilakukan dengan metode
Pemetaan Fotogrametri 73
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
Pemetaan Fotogrametri 74
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
1.3.4. Rangkuman
Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat rangkuman sebagai berikut :
1. Pada pekerjaan pemetaan fotogrametri diperlukan data titik kontrol tanh
horisontal dan titik kontrol tanah vertikal. Konfigurasi pemasangan benchmark
dan premark pada pengadaan titik kontrol tanah harus memenuhi kriteria
yang sudah ditetapkan.
2. Pengukuran titik kontrol horisontal pada pemetaan fotogrametri dilakukan
dengan metode satelit GPS. Peralatan ukur yang digunakan adalah GPS
Geodetic single frequensi (L1) atau double frequensi (L1 dan L2), sedangkan
pengukuran GPS dilakukan dengan metode static.
3. Pengukuran titik kontrol vertikal pada pemetaan fotogrametri dilakukan
dengan pengukuran waterpas.
Pemetaan Fotogrametri 75
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
Pemetaan Fotogrametri 76
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
3. Jika skala foto udara yang akan dibuat adalah skala 1 : 15.000, maka ukuran
premark adalah sebagai berikut :
d = 15.000 / 30 mm = 0.50 meter
p = 5 X 0.5 meter = 2.5 meter
Bentuk dan ukuran dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
DAFTAR PUSTAKA
1. Avery, T. Eugene, 1990, ” Penafsiran Potret Udara”, Akademika Pressindo,
Jakarta.
2. Brinker, Russel C and Wolf, Paul R., 1997, ” Dasar-Dasar Pengukuran
Tanah ”, Erlangga, Jakarta.
3. Ligterink, G.H, ”Dasar-Dasar Fotogrametri – Interpretasi Foto Udara ”, UI
– Press, Jakarta, 1987.
4. Moffit, F.H., and Mikhail, E.M., 1980, ” Photogrammetry”, Third Edition,
Harper Co, USA.
5. Sosrodarsono, Suyono., dan Takasaki Matayoshi, 1981, ” Pengukuran
Topografi dan Teknik Pemetaan ”, Pradyana Paramita, Jakarta.
6. Wolf, Paul R., 1974, ” Element of Photogrametry ”, Mc. Graw Hill
Kagakusha Ltd, Tokyo, Japan.
Pemetaan Fotogrametri 77
Pengadaan Titik Kontrol Tanah
SENARAI
1. Pada pekerjaan pemetaan fotogrametri diperlukan pengadaan titik
kontrol tanah horisontal dan vertikal dengan kriteria tertentu susuai spesifikasi
teknik yanhg diinginkan.
2. Selain benchmark pada pekerjaan pengadaan titik kontrol tanah juga
dilakukan pemasangan premark dengan bentuk dan ukuran tertentu. Premark
digunakan untuk keperluan identifikasi lapangan dari udara pada saat
pemotretan udara, sehingga lokasi pemotretan tidak keluar dari jalur yang
direncanakan.
3. Titik kontrol horisontal diukur dengan metode satelit GPS dan untuk titik
kontrol vertkal diukur dengan metode waterpas.
Pemetaan Fotogrametri 78