Disusun Oleh:
ZULKARNAIN ANSAR
NIM. 13222791
Kelas B
2). apabila batas-batas bidang yang akan direkonstruksi bukan pada sistem lembar
peta nasional atau pada saat pengukuran bidang mempergunakan sistem
koordinat lokal maka sistem koordinat lokal tersebut terlebih dahulu harus
ditransformasi ke sistem grid koordinat lembar peta nasional, dan
3). dibutuhkan minimal dua buah receiver GPS dengan satu receiver ditempatkan
pada stasiun koordinat yang sudah diketahui dari hasil perapatan titik kontrol
geodesi sebelumnya dan satu receiver lagi ditempatkan pada t i t i k di sekitar
lokasi yang akan ditentukan poisinya. Jenis peralatan GPS yang digunakan
harus memiliki kemampuan menentukan posisi secara differential real time
positioning artinya posisi ditentukan pada saat itu juga tanpa harus melalui
prosessing data terlebih dahulu.
Perencanaan metode
Pencarian lokasi
titik-titik batas
persil di lapangan
pengukuran
berdasarkan bahan
rencana yang
Penentuan kembali
koordinat titik-titik
batas persil tanah.
tersedia
Penggunaan dari beberapa metode di atas harus disesuaikan dengan kondisi dan
situasi lapangan, ketelitian hasil rekonstruksi yang diinginkan serta peralatan yang
digunakan. Persyaratan geometris dari penentuan metode rekonstruksi di atas perlu
disesuaikan dengan metode pengukuran pada saat pengukuran bidang atau parsil
dilaksanakan, misalnya pada waktu pengukuran bidang menggunakan metode offset, maka
untuk keperluan rekontruksi batas akan lebih mudah apabila mempergunakan metode
Offset kembali.
Pada dasarnya, kegiatan rekonstruksi batas dapat digunakan kombinasi antara
penerapan GNSS CORS dengan metode Terrestrial. Dalam penerapannya, sistem kerangka
referensi GNSS CORS BPN RI menggunakan ITRF 2008 sedangkan survei yang
sebelumnya berdasarkan DGN 95 dengan acuan ITRF 92, maka akan terdapat perbedaan
koordinat. Tentunya data koordinat TDT dan batas bidang tanah sistem lama tersebut tidak
dapat secara langsung digunakan untuk pelaksanaan rekonstruksi. Perlu dilakukan
transformasi koordinat terlebih dahulu sebelum dilakukan rekonstruksi. Transformasi
koordinatnya dilakukan terhadap koordinat TDT
telah hilang atau sudah tidak efektif lagi (telah mengalami pergeseran atau letaknya yang
sangat jauh dari bidang tanah).
C. PELAKSANAAN REKONSTRUKSI BATAS BIDANG TANAH
a. Rekonstruksi batas bidang tanah dari aspek teknis
Rekonstruksi batas bidang tanah di lapangan memerlukan syarat-syarat teknis
sebagai berikut :
1. Terdapat gambar rencana yang memuat ukuran-ukuran ricikan bidang tanah
dan pengikatannya. Yang berupa GU (DI107 dan DI107A) dan/atau arsip SU
dan/atau SU dan/atau peta pendaftaran yang dibuat dalam proses pendaftaran
tanah sebelumnya dan/atau GIM (Graphical Indeks Mapping) dan/atau citra
beresolusi tinggi yang dapat diturunkan angka-angka ukurnya.
2. Terdapat infrastruktur pengukuran dalam pekerjaan rekonstruksi yaitu patok
batas
di
sekitar
bidang,
tugu
TDT,
objek-objek
tetap
yang
dijadikanikatan/acuan.
b. Ketelitian rekonstruksi batas bidang tanah.
Hasil rekonstruksi merupakan hasil baru yang minimal memiliki ketelitian yang
sepadan dengan sebelumnya. Terkait ketelitian rekonstruksi sangat berpengaruh
pada pemenuhan akurasi titik stake out yang diinginkan. Akurasi titik stake out
dapat tercapai dipengaruhi oleh standar deviasi titik stake out yang dicapai nilainya
lebih kecil dari nilai standar deviasi titik stake out yang diinginkan.
c. Rekonstruksi batas bidang tanah dari aspek yuridis
Batas bidang tanah secara hukum merupakan bidang permukaan menetapkan
diawalinya dan diakhirinya pemilikan tanah seseorang. Istilah batas terjamin atau
guaranteed boundary merupakan batas setelah memenuhi asas kontradiktur
delimitasidan dan telah dilakukan penetapan batas oleh Pemerintah melalui
pengukuran secara cermat dan jeli, data rekaman letak batas tersebut dapat
digunakan untuk rekonstruksi batas bidang tanah. Apabila penetapan batas tidak
dilakukan secara asas kontradiktur delimitasi, maka penetapan batas dilakukan
dengan keputusan hakim.
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1997 menjelaskan mengenai penetapan batas bisa dilaksanakan apabila
sudah ada kesepakatan. Sebagai penjelasan dari Pasal 18 PP No. 24/1997 :
Pemegang hak atas bidang tanah yang belum terdaftar atau yang sudah
terdaftar tetapi belum ada surat ukur/gambar situasinya atau yang surat
ukur/gambar situasinya sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan yang
sebenarnya, dan pihak lain yang menguasai bidang tanah yang
bersangkutan,
dalam
pendaftaran
tanah
sistematik,
diwajibkan
Persyaratan:
1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau
kuasanya di atas materai cukup
2. Surat Kuasa apabila dikuasakan
3. Fotocopy identitas (KTP, KK) pemohon dan kuasa apabila dikuasakan, yang
telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
4. Fotocopy Akta Pendirian dan Pengesahan Badan Hukum yang telah dicocokkan
dengan aslinya oleh petugas loket bagi Badan Hukum
5. Fotocopy Sertipikat yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
Biaya:
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan
negara
bukan pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Waktu:
12 (dua belas) hari untuk luasan tidak lebih dari 40 Ha
30 (tiga puluh) hari untuk luasan lebih dari 40 Ha
Keterangan:
Formulir permohonan memuat:
1. Identitas diri
2. Luas, letak dan penggunaan tanah yang dimohon
3. Pernyataan telah memasang tanda batas
Tujuan dari rekontruksi batas tersebut adalah :
1. Memasang dan menetapkan batas bidang tanah sesuai dengan data pengukuran
pendaftaran tanah pertama kali.
2. Terpasangnya kembali batas bidang tanah ( patok ) yang hilang.
3. Memperjelas batas bidang tanah yang di sengketakan (dipermasalahkan)
4. Tercapainya Kejelasan batas bidang tanah sehingga sewaktu di perlukan
misalnya penunjukan batas bidang tanah jelas, sehingga calon pembelipun
tentunya lebih mantab dan bukan keragu-raguan yang di informasikan
Pada Pasal 4 ayat (1) PP No.13/2010 tarif pelayanan pengukuran dan pemetaan
batas bidang tanah dihitung dengan rumus :
a.
c.
Keterangan :
HSBKu = Harga Satuan Belanja Khusus Kegiatan Pengukuran yang berlaku untuk
tahun berkenaan, untuk komponen belanja bahan dan honor yang terkait dengan
keluaran (output) kegiatan.
Prosedur Pengukuran Bidang Tanah :
sesuai PP No. 13 Tahun 2010 dan berdasarkan luas yang akan diukur.
Tahap 3 Apabila rekonstruksi batas merupakan wewenang Kantah, kemudian
dilaksanakan proses layanan yang pelaksanaan rekonstruksi batas dengan
rekonstruksi batas.
Kemudian pada tahap 6 petugas loket pelayanan menyerahkan Peta Bidang,
Surat Keterangan, dan Peta Situasi kepada pemohon.
Aspek sosial masyarakat tidak terlepas dari teori konflik. Kehidupan masyarakat
mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi terkait dengan permasalahan, terlebih
permasalahan pertanahan. Permasalahan pertanahan yang terjadi karena sengketa
batas bidang tanah lebih banyak diselesaikan tanpa musyawarah pemecahan
permasalahaan karena sifat egois antara para pihak terkait. Rekonstruksi batas
bidang tanah berperan sangat penting sebagai cara meminimalkan permasalahan
sengketa batas bidang tanah.
Pelayanan rekonstruksi batas bidang tanah juga sangat terkait dengan prosedur tata
kelola GU sebagai data otentik untuk pelaksanaan rekonstruksi batas bidang tanah.
Penyimpanan yang memudahkan dalam pencarian GU saat dibutuhkan kembali ketika
pelaksanaan rekonstruksi batas bidang tanah. Hal ini diatur dalam PP No. 24/2010 yang
merupakan proses penyempurnaan dari PP No. 10/1961 tentang pendaftaran tanah yaitu
penyimpanan GU yang dilakukan per tahun.
miring .Tuan B selama ini tidak mempunyai masalah batas dengan tuan A.
Namun ketika dia membaca peta, dia mengetahui sebagian tanah A masuk dalam
sertipikatnya. Oleh karena itu, tuan B mengajukan permohonan pengembalian
batas. Motifnya adalah serakah. Ingin agar BPN memasang patok sesuai dengan
data pada sertipikat, karena tanah sangat bernilai. Oleh karena itu, pengembalian
batas dilakukan tidak hanya mendudukan batas sesuai gambar, tetapi juga
melakukan penelitian. Disini dibutuhkan kecerdasan dari petugas ukur dalam
mengambil keputusan. Jika hal ini menemukan perdamaian, maka dilakukan
pengukuran ulang, sehingga dilakukan perbaikan pada Gambar Ukur dan Surat
Ukur.
Referensi :
Abidin, Hasanuddin Z. 2001 . Geodesi Satelit. Jakarta: Pradnya Paramita.
Hendra,Yudha Hidayat.2013.Skripsi Pelaksanaan Rekonstruksi Batas Bidang Tanah Dari
Aspek Teknis, Yuridis, Administratif dan Sosial di Kantor Pertanahan Kabupaten
Banyuwangi. Yogyakarta : STPN
Kariyono.2014. Skripsi Rekonstruksi Batas Bidang Tanah Menggunakan Jaringan
Referensi Satelit Pertanahan. Yogyakarta : STPN