HAK MILIK, HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK
PAKAI
❖ Dasar Hukum
1. Pasal 33 UUD 1945
2. UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
3. PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah
4. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak
Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
5. Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Standar Pelayanan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional
6. Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 7 Tahun 2017 tentang
PPengaturan dan Tata Cara Penetapan Hak Guna Usaha
7. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak
Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah
8. Peraturan Kepala Badan Pertanahan nasional Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Pengukuran dan Pelayanan Pertanahan.
HAK MILIK
❖ Hak milik adalah hak turun temurun terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah
❖ Kata terkuat dan terpenuh tidak berarti bahwa hak milik itu merupakan
hak yang mutlak, tak dapat diganggu gugat dan tidak terbatas, akan tetapi
kata terkuat terpenuh itu dimaksudkan untuk membedakan jangka
waktu berlakunya hak milik dengan hak guna usaha, hak guna bangunan
dan hak lainya.
❖ Permohonan Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai diajukan
melalui Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Sedangkan untuk
permohonan HGU diajukan kepada Kakanwil BPN Provinsi dengan:
• Melampirkan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala
BPN RI no. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan
Pertanahan.
• Membayar biaya sebagaimana diatur dalam PP No. 128 Tahun 2015
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP yang berlaku pada
Kementerian ATR/BPN.
❖ Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan
tanah yang dideligasikan kepada Panitia Pemeriksaan Tanah A untuk
permohonan hak yang diajukan oleh perorangan atau badan hukum
perdata atau pemeriksaan tanah oleh Panitia Peneliti Tanah untuk
permohonan hak yang diajukan oleh badan hukum publik.
❖ Sedangkan untuk permohonan HGU Kakanwil melakukan pemeriksaan
tanah yang didelegasikan kepada Panitia Pemeriksaan Tanah B.
❖ Apabila hasil pemeriksaan/penelitia tanah yang dituangkan dalam
Risalah Pemeriksaan/Penelitian tanah berkesimpulan subjek hak dan
objek hak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan, Kepala Kantor Pertanahan menerbitkan Keputusan Pemberian
Hak.
❖ Apabila hal tersebut menjadi kewenangannya atau meneruskannya
kepada Kakanwil dengan disertai pendapat dan pertimbangannya apabila
hal tersebut bukan kewenangannya.
❖ Setelah menerima berkasi permohonan tersebut Kakanwil meneliti
kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas tanah yang
dimohon.
❖ Berdasarkan hasil penelitian kelengkapan dan kebenaran data yuridis
dan data fisik atas tanah yang dimohon serta mempertimbangkan
pendapat dan pertimbangan Kakanwil, Menteri ATR/Kepala BPN
menerbitkan Keputusan Pemberian Hak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
❖ Penerimaan hak berkewajiban membayar Bea Perolehan Hak Atas
Tanah/Bangunan (BPHTB) pada instansi Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda) dan mendaftarkan Keputusan Pemberian Haknya pada Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota untuk diterbitkan sertifikat ha katas
tanahnya.
❖ Pengertian
1. Objek Panitia Pelaksanaan Penguasaan milik Belanda yang
selanjutnya disebit Objek P3MB adalah semua benda tetap milik
perseorangan warga Negara Belanda yang tidak terkena oleh Undang-
Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisme Perusahaan Milik
Belanda yang pemiliknya telah meninggalkan wilayah Republik
Indonesia.
2. Objek Peraturan Presidium Kabinet Dwikora Nomor 5/Prk/1965 yang
selanjutnya disebit Prk.5 adalah semua rumah dan tanah bangunan
kepunyaan badan-badan hukum yang direksi/pengurusnya sudah
meninggakkan Indonesia dan menurut kenyataanya tidak lagi
menyelenggarakan ketatalaksanaan dan usahanya, dinyatakan jatuh
kepada Negara dan dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia.
3. Panitia P3MB/Prk.5 adalah Panitia yang ditetapkan oleh Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional.
4. Penilai Pertanahan adalah orang perseorangan yang melakukan
penilaian secara independan dan profesional yang telah mendapat izin
praktik Penilaian dari Menteri Keuangan dengan telah mendapatkan
lisensi dari Menteri ATR/Kepala BPN untuk menghitung nilai/harga
tanah dan bangunan.
5. Menteri menetapkan dan mendaftarkan objek P3MB/Prk.5
6. Penetapan objek P3MB/Prk.5 dilimpahkan kepada Kepala Kantor
Wilayah.
7. Pendaftaran tanda bukti hak objek P3MB/Prk.5 dilaksanakan di
Kantor Pertanahan.
HAK PENGELOLAAN
❖ Dasar Hukum:
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria;
2. PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
3. PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah;
4. Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan
Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara Dan Ketentuan-
Ketentuan Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya;
5. Peraturan Menteri Agraria No. 1 Tahun 1966 tentang Pendaftaran Hak
Pakai dan Hak Pengelolaan;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara
Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian
Tanaj Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya (dicabut oleh
PMNA/KBPN No. 9/1999);
7. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak
Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
❖ Subjek Hak Pengelolaan sebagaimana dalam Pasal 67 ayat (1)
PMNA/KBPN No.9/1999 dapat diberikan kepada:
1. Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah;
2. Badan Usaha Milik Negara;
3. Badan Usaha Milik Daerah;
4. PTPersero/Badan Otorita/Badan-badan hukum pemerintah lainnya
yang ditunjuk pemerintah.
KONVERSI/PENGAKUAN HAK
❖ Pengertian Konversi Hak Atas Tanah
Konversi hak atas tanah adalah perubahan hak atas tanah lama yang
sudah ada pada saat berlakunya UUPA menjadi hak atas tanah yang
sesuai dengan ketentuan UUPA seperti hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan dan hak pakai.
❖ Dasar hukum
a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 125 Tahun 2015 tentang Nomor 128
Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang berlaku di Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
d. Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan
Ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria;
e. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 2 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang
diubah dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor
8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997;
f. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Pengaturan dan Pelayanan Pertanahan.
❖ Dasar Hukum:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif
Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
d. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan
Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan;
e. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pengaturan dan Tata Cara
Penetapan Hak Guna Usaha;
f. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2013
tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan
Kegiatan Pendaftaran Tanah;
g. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Pengaturan dan Pelayanan Pertanahan;
h. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 1997
tentang Perubahan Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak
Pakai Dan Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Pakai;
i. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999
tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah Tinggal yang
Telah dibeli Oleh Pegawai Negeri Dari Pemerintah; dan
j. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 1998
tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk Rumah Tinggal.
❖ Pemberian Hak
Pemberian hak dapat dilaksanakan dengan keputusan:
a. Pemberian hak secara individual
b. Pemberian hak secara kolektif
c. Pemberian hak secara umum
❖ Tata Cara Pemberian Hak Atas Tanah
a. Permohonan diajukan melalui Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota;
b. Kepala Kantor Pertanahan menerbitkan keputusan pembarian hak
apabila memenuhi persyaratn sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. Setelah menerima berkas permohonan tersebut Kepala Kantor Wilayah
meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas
tanah yang dimohon;
d. Dalam hal keputusan pemberian hak tersebut telah dilimpahkan
kepada Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Wilayah menerbitkan
Keputusan pemberian haknya sesuai dengan peraturan perundnag-
undangan;
e. Dalam hal keputusana pemberian hak tersebut tidak dilimpahkan
kepada Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Wilayah menyampaikan
berkas permohonan dimaksud kepada Kepala Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional disertai pendapatan dan
pertimbangan;
f. Setelah menerima berkas permohonan tersebut Kepala Menteri
ATR/Kepala BPN meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan
data fisik atas tanah yang dimohon;
g. Berdasarkan hasil penelitian kelengkapan dan kebenaran data yuridis
dan data fisik atas tanah yang dimohon serta pertimbangan pendapat
dan pertimbangan Kepala Kantor Wilayah, Menteri ATR/Kepala BPN
menerbitkan Keputusan Pemberian Hak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
LANDREFORM
❖ Pengertian Landreform
• Pengertian umum: perombakan dan pembangunan struktur pertanian
lama menjadi struktur pertanian baru.
• Dalam arti sempit: perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan
tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan
pengusahaan tanah.
• Dalam arti luas:
1) Pembaharuan hukum agrarian
2) Penghapusan hak-hak asing
3) Mengakhiri penghisapan feudal secara bertahap
4) Perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta
hubungan hukum terkait penguasan tanah
5) Perencanaan, persediaan, peruntukan dan penggunaan tanah
sesuai dengan daya dan kesanggupan serta kemampuannya.
❖ Tujuan Landreform
• Umum: untuk mempertinggi taraf hidup dan penghasilan petani
penggarap sebagai landasan pembangunan ekonomi menuju
masyarakat adil dan Makmur berdasarkan Pancasila.
• Sosial Ekonomi:
1) Memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat
2) Memperbaiki produksi nasional
• Sosial Politik:
1) Menghapuskan pemilikan tanh yang luas
2) Mengadakan pembagian yang adil atas tanah
• Mental Psikologis:
1) Meningkatkan kegairahan kerja bagi petani penggarap
2) Memperbaiki hubungan kerja antara pemilik tanah
denganpenggarapnya.
Batas maksimal luas tanah kombinasi adalah luas tanah sawah ditambah
dengan tanah kering senilai tanah sawah ditambah 30% tanah kering di
daerah yang tidak padat, dan 20% didaerah yang padat dengan ketentuan
total seluruhnya tidak boleh melebihi dari 20 ha.
❖ Tanah Absentee
✓ Tanah absentee adalah tanah pertanian yang pemiliknya bertempat
tinggal diluar kecamatan letak tanahnya.
✓ Perkembangan transportasi memungkinkan orang bisa
mengusahakan tanahnya secara efektif walaupun bertempat tinggal
diluar kecamatan sehingga ketentuan absentee perlu ditinjau
Kembali.
❖ Redistribusi Tanah
Tanah-tanah yang dapat diredistribusikan meliputi:
a. Tanah-tanah yang melebihi batas maksimum
b. Tanah-tanah absentee yang diambil oleh Pemerintah
c. Tanah-tanah swapraja dan bekas swapraja yang telah beralih kepada
negara
d. Tanah-tanah lain yang dikuasai langsung oleh Negara yang akan
ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria
REFORMA AGRARIA
❖ Dasar Hukum Reforma Agraria
• Ketetapan MPR RI Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria
dan Pengelolaan Sumber DAya Alam
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 tentang Penghapusan tanah-
tanah Partikelir
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
• Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria
❖ Pengertian
1. Penatagunaan Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik
yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia.
2. Penguasan Tanag adalah hubungan hukum antara orang per orang,
kelompok orang atau badan hukum dengan tanah Sebagian
dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria.
3. Pemanfaat tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah
tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya.
4. Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna
tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaat tanah
yang berwujud konsolidasi pemanfaatan sebagai satu kesatuan
sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil.
❖ ANALIS DATA
Analisa penatagunaan tanah terdiri dari analisa perubahan penggunaan
tanah, analisa kesesuaian penggunaan tanah terhadap rencana tata
ruang,
analisa ketersediaan tanah dan analisa ketersediaan tanah untuk
komoditas tertentu.
1. Analisa Perubahan Penggunaan Tanah.
Analisa perubahan penggunaan tanah dilakukan untuk mengetahui
laju
perubahan penggunaan tanah dalam kurun waktu kurang lebih 3 s/d
5
tahun. Analisa perubahan penggunaan tanah terdiri dari:
a. Perubahan penggunaan tanah
Melalui Analisa Perubahan Penggunaan Tanah, dapat diketahui
luas dan lokasi perubahan penggunaan tanah dalam kurun waktu
tertentu.
b. Perubahan penggunaan tanah pada fungsi kawasan.
Perubahan penggunaan tanah tidak selamanya berlangsung sesuai
dengan arahan tata ruang. Melalui Analisa Perubahan Penggunaan
Tanah pada Fungsi Kawasan, dapat dilihat besarnya penyusutan
dan/atau penambahan luas penggunaan tanah pada fungsi
kawasan tertentu, yang selanjutnya dapat dikaji kesesuaiannya
dengan tata ruang.
2. Analisa Kesesuaian Penggunaan Tanah Terhadap Rencana Tata Ruang
Analisa kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW dilakukan
untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan ruang/implementasi RTRW
yang telah dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah. Semakin
besar penggunaan tanah yang sesuai dengan RTRW maka semakin
baik pula pelaksanaan RTRW dalam wilayah kabupatern/kota.
Analisa Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW sebagai
berikut:
a. Menyusun Matriks Kesesuaian penggunaan tanah terhadap arahan
fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
dengan klasifikasi sebagai beriku:
- Sesuai apoabila penggunaan tanah yang ada telah sesuai dengan
arahan fungsi Kawasan dalam dokumen dan Peta RTRW. Sebagai
contoh, penggunaan tanah sawah pada fungsi kawasan
pertanian lahan basah.
- Tidak Sesuai; apabila penggunaan tanah tidak sesuai dengan
arahan fungsi kawasan dalam dokumen dan Peta RTRW. Sebagai
contoh, industri pada fungsi kawasan pertanian lahan basah.
- Penentuan tingkat kesesuaian sebagaimana tersebut di atas,
- mengacu poda peta RTRW maupun jenis kegiatan yang
diperbolehkan untuk setiap fungsi kawasan dalam dokumen
RTRW.
b. Melaksanakan overlay (tumpang-susun) Peta Penggunaan Tanah
(baru terhadap Peta RTRW dengan menggunakan Matriks
Kesesuaian sebagai acuan.
3. Analisa Ketersediaan Tanah
Analisa ketersediaan tanah terdiri dari 2 (dua) analisa, yaitu analisa
prioritas Ketersediaan Tanah dan Analisa Ketersediaan Tanah untuk
Kegiatan atau Komoditas Tertentu.
Pada prinsipnya analisa ketersediaan tanah mengacu pada
penggunaan dan penguasaan tanah. Tanah-tanah yang belum
digunakan secara intensif dan belumn dikuasai dengan hak atas tanah
(skala besar) dikategorikan sebagai tanah-tanah yang tersedia untuk
berbagai kegiatan sesuai dengan tata ruang. Sedangkan tanah-tanah
yang telah digunakan secara intensif dan telah dikuasai dengan hak
atas tanah (skala besar) masih dikategorikan tersedia dalam rangka
penyesuaian dan optimalisasi penggunaan tanah.
❖ IMPLEMENTASI
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 12 Tahun 2021
tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan
❖ Pengertian dan Kedudukan Pertimbangan Teknis Pertanahan
Pertimbangan yang memuat hasil analisis teknis penatagunaan Tanah
yang meliputi ketentuan dan syarat penguasaan, pemilikan, penggunaan,
dan/atau pemanfaatan Tanah dengan memperhatikan Rencana Tata
Ruang, sifat dan jenis hak, kemampuan Tanah, ketersediaan Tanah serta
kondisi permasalahan pertanahan.
I. KONSEPSI WP3WT
❖ DASAR HUKUM
Peraturan yang mendasarí kegiatan di lingkungan Direktorat WP3WT
yang utama adalah pasal 33 (3) UUD 1945. Selanjutnya peraturan yang
terkait dengan WP3WT adalah:
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Pokok Agraria.
2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
3. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil
4. Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
5. Peraturan Menteri ATR/ Kepala BPN No. 17 Tahun 2016 tentang
Penataan Pertanahan Di Wilayah Pesisir.
❖ Wilayah Pesisir
• Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat
danlaut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Ruang
lingkup pengaturan Wilayah Pesisir meliputi daerah peralihan
antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan
di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi
kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur
dari garis pantai.
• Karakteristik wilayah pesisir umumnya adalah pemukiman nelayan,
pasar dengan tempat pelelangan ikan. Sebagian wilayah yang dekat
dengan muara atau sumber air tawar dibuat tambak air payau
dengan komoditi seperti ikan dan udang.
• Sawah, tegalan dan kebun rakyat dengan komoditi khas seperti
kelapa dan pisang juga dapat tumbuh di sekitar pesisir atau di
wilayah pesisir langsung. Semak belukar dengan tumbuhan bakau
masih terdapat walaupun arealnya makin berkurang karena dialih
fungsikan menjadi tambak. Tempat rekreasi dibuat di tempat yang
mempunyai pemandangan dan pantai indah.
❖ PULAU-PULAU KECIL
• Pulau Kecil (UU No.27 tahun 2007) adalah pulau dengan luas lebih
kecil atau sama dengan 2.000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya.
• Pulau Terluar (Perpres No.78 tahun 2005) adalah pulau yang
memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan
garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional
dan nasional.
• Wilayah Perbatasan adalah bagian dari Wilayah negara yang terletak
pada sisi dalam sepanjang batas Wilayah Indonesia dengan negara
lain, dalam hal batas Wilayah negara di darat, kawasan Wilayah
Perbatasan berada di kecamatan (UU Nomor 43 Tahun 2008).
• Kawasan tertentu adalah kawasan yang (ditetapkan secara nasional
mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan.
1. Rencana Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
2. 15 Danau Prioritas Danau.
3. Kawasan Strategis Nasional (berdasarkan PP Nomor 26 Tahun
2008).
❖ DANAU PRIORITAS
1. Danau Toba di Sumatera Utara;
2. Danau Maninjau dan Danau Singkarak di Sumatera Barat;
3. Danau Kerinci di Jambi;
4. Rawa Danau di Banten,
5. Danau Rawapening di Jawa Tengah;
6. Danau Batur di Bali;
7. Danau Tempe dan Danau Matano di Sulawesi Selatan:
8. Danau Poso di Sulawesi Tengah;
9. Danau Tondano di Sulawesi Utara;
10. Danau Limboto di Gorontalo;
11. Danau Sentarum di Kalimantan Barat;
12. Danau Cascade Mahakam-Semayang di Kalimantan Timur;
13. Danau Melintang di Kalimantan Timur;
14. Danau Jempang di Kalimantan Timur, dan
15. Danau Sentani di Papua;
❖ Pra Inventarisasi
1. Penguasaan Tanah
2. Pemilikan Tanah
REFORMA AGRARI
❖ Arah Kebijakan dan Stategis Bidang Pertanahan RPJMN 2020-
2024
1. Membangun sistem pendaftaran tanah publikasi positif.
2. Reforma agrarian melalui redistribusi tanah dan bantuan
pemberdayaan masyarakat.
3. Pencadangan taanh bagi pembangunan untuk kepentingan
umum.
4. Pencapaian proporsi kompetensi SDM ideal bidang pertanahan
untuk mencapai kebutuhan minimum juru ukur pertanahan.
❖ Makna Filosofis
✓ Mengukuhkan kedaulatan negara atas tanah untuk
kemakmuran rakyat.
✓ Amanat konstitusi Bumi,Air dan Kekayaan Alam yang
terkandung di dalamnya dikuasi oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
❖ Reforma Agraria
• ASSET REFORM
Penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah berdasarkan hukum dan peraturan
perundan undangan pertanahan.
• ACCESS REFORM
Proses penyediaan akses bagi penerima manfaat terhadap
sumber-sumber ekonomi dan produksi yang memungkinkan
mereka untuk mengembangkan tanahnya sebagai sumber
kehidupan.
I. TAHAP PERENCANAAN
Pasal 15 UU No. 2/2012 ada 9 poin isi dokumen perencaan:
1. Maksud dan tujuan pembangunan;
2. Kesesuaian RTRW;
3. Letak tanah;
4. Luas tanah yang dibutuhkan;
5. Gambaran umum status tanah;
6. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan PT;
7. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
8. Perkiraan nilai tanah;
9. Rencana pengganggaran.
❖ Konsultasi Publik
1. Dilaksanakan dikantor kelurahan atau desa;
2. Undangan di berikan lambat 3 hari sebelum konsultasi publik
dilaksanakan;
3. Tim persiapan menjelaskan maksud dan tujuan rencana
pembangunan, tahapan pengadan tanah, peran penilai dalam
menentukan nilai ganti rugi, dsb;
4. Konsultasi publik dilakukan secara dialogis.
❖ Sub direktorat bina zona nilai ekonomi Kawasan dan kendali mutu
1. Seksi zona nilai ekonomi Kawasan
2. Seksi kendali mutu nilai ekonomi Kawasan
❖ Kegitan Utama
• Pembinaan Penilai Pertanahan
• Pelatihan dalam rangka peningkatan keterampilan penilai tanh
• Pemberian lisensi penilaian tanah
• Pengembangan metode pembuatan peta zona nilai tanah.
❖ Struktur Organisasi
Berdasarkan peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2020 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang Pasal 6 huruf f- Direktorat Jenderal
Pengadaan Tanag dan Pengembangan Pertanahan terdiri dari direktorat:
1. Pembinaan pengadaan tanah dan pencadangan tanah
2. Pemanfaatan tanah
3. Konsolidasi tanah dan pengembangan pertanahan
4. Penilaian tanah dan ekonomi pertanahan
❖ Definisi/Pengertian
• Konsolidasi tanah adalah kebijakan penataan Kembali penguasaan,
pemilikan,penggunaan dan pemanfaatan tanah dan ruang sesuai
rencana tata ruang serta usaha penyediaan taanah untuk kepentingan
umum dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan sumber daya alam berdasarkan partisipasi aktif
masyarakat.
• Konsolidasi tanah vertikal adalah konsolisasi tanah yang
diselenggarakan untuk pengembangan Kawasan dan bangunan yang
berorientasi vertikal.
• Konsolidasi Tanah Pertanian adalah Konsolidasi Tanah yang dilakukan
pada tanah-tanah pertanian yang berada di kawasan perdesaan.
• Konsolidasi Tanah Non-Pertanian adalah Konsolidasi Tanah yang
dilakukan pada tanah non-pertanian, termasuk penyediaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum di kawasan perkotaan dan
semi perkotaan.
• Konsolidasi Tanah Swadaya adalah Konsolidasi Tanah yang
merupakan prakarsa masyarakat atau pemangku kepentingan lain di
luar Kementeriaan Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional yang belum masuk dalam rencana kegiatan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
• Utilitas adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan
permukiman
• Perhimpunan Peserta/Penghuni adalah perkumpulan yang dibentuk
oleh peserta Konsolidasi Tanah (Vertikal) untuk keperluan koordinasi,
menampung aspirasi dan peran aktif masyarakat dalam
penyelenggaraan Konsolidasi Tanah serta pengelolaan Tanah Usaha
Bersama, termasuk didalamnya mewakili peserta untuk melakukan
perbuatan hukum yang diperlukan.
• Tanah untuk Pembangunan yang selanjutnya disebut TP adalah
bagian dari tanah peserta yang diserahkan atau disediakan bagi
pembangunan prasarana, sarana dan utilitas serta Tanah Usaha
Bersama sesuai kesepakatan
• Tanah Usaha Bersama yang selanjutnya disingkat TUB adalah tanah
milik bersama peserta yang dapat diusahakan, dikerjasamakan atau
dialihkan dengan pihak ketiga untuk kepentingan bersama.
• Tanah Negara adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak
atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
dan/atau tidak merupakan tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat,
tanah wakaf, barang milik negara/daerah/desa atau badan usaha
milik negara/badan usaha milik daerah, dan tanah yang telah ada
penguasaan dan belum dilekati dengan sesuatu hak atas tanah.
• Peran/Fungsi Konsolidasi Tanah:
1. Optimalisasi lahan pertanian
2. Pengembangan kota baru
3. Penyediaan perumahan dan permukiman
4. Peremajaan Kawasan perkotaan, pengembangan Kawasan, dan
penataan Kawasan dan penataan Kawasan kumuh
5. Penataan Kembali Kawasan pasca bencana
6. Penyelesaian konflik pertanahan
• Azas/Prinsip Konsolidasi Tanah
1. Keterbukaan sata dan informasi
2. Partisipasi/trust
3. Kesejahteraan
4. Berkeadilan (win-win)
❖ Konsolidasi Tanah:
1. Pengembangan Wilayah
2. Peremajaan Kota (KTV)
3. Penataan Pasca Bencana & Konflik
4. Optimalisasi Tanah Pertanian
KESIMPULAN:
1. Konsolidasi tanah merupakan salah satu instrument dalam
perwujudan rencana tata tuang yang telah diamanatkan dalam
beberapa UU/PP.
2. Konsolidasi Tanah dapat diselenggarakan untuk berbagai peruntukan
Kawasan pertanian (perdesaan), non pertanian (perkotaan), horizontal
dan vertikal.
3. Konsolidasi tanah diselenggarakan mengacu ke rencana taat
ruang/RDTR secara narasi diharapkan bisa diamanatkan dalam RDTR
missal: redevelopment, Brown-field,
4. Penyelenggaraan konsolidasi tanah dilakukan baik oleh Kementerian
ATR/BPN maupun pihak lain sesuai dengan ketentuan yang diatur.
5. Walaupun pada dasarnya bersifat voluntary dalam hal tertentu
Konsolidasi Tanah dapat bersifat wajib (mandatory).
❖ Berdasarkan fungsi dan peruntukan kawasan, Konsolidasi Tanah
dibedakan menjadi:
a. Konsolidasi Tanah Pertanian; dan
b. Konsolidasi Tanah Non-Pertanian.
❖ Kerangka Acuan Kerja Pengaturan Rencana Tata Ruang: Pada kegiatan ini
Penata ruang melekukan penyusunan konsep Kerangka Acuan Kerja
(KAK) yang merupakan gambaran umum/penjelasan mengenai suatu
kegiatan penyusunan pengaturan Rencana Tata Ruang yang hasilnya
akan direview oleh Ahli Madya/Utama.
❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi yang dibutuhkan umumnya berupa data sekunder
seperti peraturanm perundang-undangan terkait (acuan normatif),
materi teknis dari Rencana Tata Ruang seperti buku fakta dan analisis
yang dilengkapi peta-peta, buku rencana, dan album peta dan/atau
data sekunder lain.
✓ Data juga dapat berupa data primer atau data terkait lainnya apabila
dibutuhkan.
❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi yang dibutuhkan umumnya berupa data sekunder
seperti peraturan perundang-undangan terkait (acuan normatif), best
practice dari dalam dan luar negeri, jurnal atau artikel ilmiah dan/atau
data sekunder lain.
✓ Data juga dapat berupa data primer atau data terkait lainnya apabila
dibutuhkan.
✓ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian
kebijakan dalam rangka pembuatan peraturan sesuai karakeristik
wilayah dan atau tema rencana tata ruang yang selanjutnya
dituangkan dalam Naskah Akademik.
❖ Muatan penyusunan:
1. Peraturan perundang-undangan terkait (acuan nirmatif)
2. Hasil inventarisasi kendala yang dihadapkan
3. Bahan tayang
4. Bahan terkait lainnya
❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi dapat berupa data primer seperti hasil dari survei
(wawancara/kuesioner) dandata sekunder seperti peraturan
perundang-undangan terkait sebagai acuan normatif juga telaah
pustaka termasuk data dari instansi, best practice dari dalam dan luar
negeri, studi literatur yang menghimpun jurnal/artikel ilmiah sebagai
bahan pertimbangan pada kegiatan berikutnya, dan lainnya.
✓ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian
kebijakan terhadap rangka pembuatan peraturan sesuai karakeristik
wilayah dan/atau tema rencana tata ruang yang selanjutnya
dituangkan dalam Naskas Akademik.
❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi dapat berupa data primer seperti hasil dari survei
(wawancara/kuesioner dan data sekunder seperti peraturan
perundanng-undangan terkait sebagai acuan normatif juga telaah
pustaka termasuk data dari instansi best practice dari dalam dan luar
negeri, studi literatur yang menghimpun jurnal/artikel-artikel ilmiah
sebagai bahan pertimbangan pada kegiatan berikutnya, dan
sebagainya.
✓ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian
kebijakan dalam rangka pembuatan peraturan sesuai kebutuhan
pengaturan penertiban pemanfaatan ruang di tingkat daerah maupun
nasional yang selanjutnya dituangkan dalam Naskah Akademik.
❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi dapat berupa data primer seperti hasil dari survei
(wawancara/kuesioner) dan data sekunder seperti peraturan
perundang-undanganterkait sebagai acuan normatif juga telaah
pustaka termasuk data dari instansi, best practice dari dalam dan luar
negeri, studi literatur yang menghimpun jurnal/artikel-artikel ilmiah
sebagai bahan pertimbangan pada kegiatan berikutnya, dan
sebagainya.
✓ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajlan
kebijakan dalam rangko pembuatan peraturan sesuai kebutuhan
pengaturan pengawasan penataan ruang di tingkat daerah maupun
nasional yang selanjutnya dituangkan dalam Naskah Akademik.
❖ Defisini
✓ Pada butir kegiatan Penyusunan Konsep Kerangka Acuan Kerja
merupakan gambaran umum atau penjelasan mengenai suatu
kegiatan penelaahan dan analisis terkait program khusus pengaturan
penataan ruang yang hasilnya akan direview oleh ahli Madya Utama.
✓ Hasil yang dinilai sebagai angka kredit untuk kegiatan ini adalah draft
KAK.
❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi dapat berupa data primer seperti hasil dari survei
(wawancara/kuesioner) dan data sekunder seperti peraturan
perundang-undanganterkait sebagai acuan normatif juga telaah
pustaka termasuk data dari instansi, best practice dari dalam dan luar
negeri, studi literatur yang menghimpun jurnal/artikel-artikel ilmiah
sebagai bahan pertimbangan pada kegiatan berikutnya, dan
sebagainya.
✓ Data juga dapat disesuaikan dengan masukan atau input yang
diperlukan pada setiap analisis dan dapat pula menyesuaikan
kebutuhan pembuatan kajian atau telahaan terkait program-program
khusus kegiatan pengaturan penataan ruang.
❖ Muatan penyusunan
Laporan hasil analisis setidaknya memuat informasi kompilasi dan
pengolahan data yang telah dikumpulkan dalam butir kegiatan
sebelumnya yang sama-sama dilakukan oleh penata ruang ahli pertama.
❖ Hasil yang dapat dinilai dari kegiatan penyusunan konsep KAK kegiatan
penyusunan norman standar, prosedur, Kriteria (NSPK) bidang penataan
ruang adalah hasil dari kegiatan ini berupa draft KAK.
❖ Muatan penyusunan
Dalam laporan hasil identifikasi kebutuhan data yang dihasilkan dari
kegiatan ini perlu memuat informasi terkait:
✓ Kebutuhan NSPK berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 23
tahun 2014 tentang pemerintah daerah.
✓ Usulan internal (unit kerja).
✓ Usukan dari pengguna NSPK (Pemerintah Daerah) kebutuhan NSPK
diperoleh dari kajian peraturan perundang-undangan bidang penataan
ruang/peraturan terkait lainnya.
Data dan informasi Norma, Standar, Prosedur, Kriteria di Bidang
Penataan Ruang
❖ Pengumpulan data dan informasi penyusunan Norma, Standar, Prosedur,
Kriteria (NSPK) bidang penataan ruang merupakan butir kegiatan untuk
melakukan pengumpulan data baik data primer dan/atau data sekunder
untuk memperoleh informasi terkait penyusunan Norma, Standar,
Prosedur, Kriteria.
• Data sekunder: dapat diperoleh dari studi literatur atau penelusuran
pusaka.
• Data primer: dapat diperoleh dari observasi lapangan, wawancara,
kuisioner, workshop, FGD, diskusi panel, seminar dsb.
❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi dapat berupa data primer seperti hasil dari survei
(wawancara/kuesioner) dan data sekunder seperti peraturan
perundang-undangan terkait sebagai acuan normatif juga telaah
pustaka termasuk data dari instansi, best practice dari dalam dan luar
negeri, studi literatur yang menghimpun jurnal/artikel-artikel ilmiah.
✓ Data dan informasi perlu dikumpulkan sangat lengkap dengan melihat
dari berbagai aspek dan sumber untuk menghasilkan NSPK bidang
penataan ruang yang teruji dan mampu mengakomodasi seluruh
kepentingan sebagaimana tujuan NSPK tersebut dibuat.
❖ Definisi:
Pada kegiatan analisis ini, penata ruang melakukan analisis data dan
informasi hasil pengumpulan data primer dan sekunder dengan
menggunakan metode analisis yang sesuai dengan penyusunan Norma,
Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK) Bidang Penataan Ruang yang
outputnya berupa laporan hasil analisis.
❖ Pengertian:
• Koordinasi penyelengaraan penataan ruang merupakan upaya untuk
meningkatkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan penataan ruang (PP No. 21 tahun 2021).
• Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang dilakukan melalui
koerdinasi dalam satu wilayah administrasi, koordinasi antar daerah dan
koordinasi antar tingkat pemerintahan.
❖ Tujuan Koordinasi penyelengaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan keterpaduan baik dalam penyelenggaraan penataan ruang
pada semua tingkat pemerintahan maupun antar tingkat pemerintahan.
❖ Fungsi Koordinasi penyelengaraan penataan ruang dilaksanakan antara lain
melalui berbagai forum dan rapat koordinasi.
❖ Wewenang pemerintah daerah perovinsi dalam penyelengaraan penataan
ruang mencakup pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan ruang wilayah kota dan kabupaten terhadap
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kota/kabupaten serta
pelaksanaan strategis kota/kabupaten serta pelaksanaan penataan ruang
provinsi pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi.
❖ Pengertian:
• Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan
kemampuan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan penataan
ruang.
• Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku sumber daya manusia dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
❖ Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan melalui
1. Penyelenggaraan dan fasilitas pendidikan pelatihan bidang penataan
ruang.
2. Penyusunan program pendidikan dan pelatihan bidang penataan ruang
sesuai pemangku kepentingan..
3. Penerapan sistemm sertifikasi dalam penyelenggaraan dan fasilitas
pendidikan pelatihan dalam bidang penataan ruang.
4. Evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan bidang penataan ruang.
❖ Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Fasilitas Pendidilan dan Pelatihan
Bidang Penataan Ruang:
• Penyusunan kerangka acuan kerja merupakan gambaran umum atau
penjelasan mengenaik kegiatan fasilitas pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan bagi pemerintah daerah dan masyarakat yang hasilnya akan
direview oleh ahli Madya/Utama.
• Hasil Yng dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK yang dibuat oleh
penata ruang sebelum dilaksanakannya kegiatan.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan
2. Konsep Supervisi Pembuatan Peta Rencana Tata Ruang Bagi Pihak Ketiga
❖ Peta Rencana Tata Ruang merupakan peta hasil perencanaan tata
ruang yang termasuk ke dalam klasifikasi peta tematik sintesis, yakni
peta yang berisi suatu tema tertentu hasil proses sintesis dari peta
tematik dasar dan atau/peta tematik analisis.
❖ Secara umum terdapat 2 jenis peta yang menajdi keluaran dalam
rencana tata ruang:
1. Peta rencana struktur ruang
2. Peta rencana pola ruang
❖ Persoalana kelembagaan dalam penyusunan rencana tata ruang
diantaranya meliputi:
1. Ikatan ahli perencana masih sebatas bekerja sebagai konsultan
penyusuna RTR dengan tingkat kompetensi yang bervariasi.
2. Lembaga penelitian masih didominasi yang bergerak di bidang
lingkungan hidup, jarang yang bergerak di penataan ruang.
3. Lembaga penelitian tersebar tanpa koordinasi.
❖ Pihak ketiga yang terlibat dalam penyusunan peta rencana tata ruang
perlu dilakukan pengawasan/supervisi berupa asistensi atau
bimbingan dan konsultasi. Sehingga penyusunan peta rencana tata
ruang lebih optimal terutama salah satunya berkaitan dengan kriteria
kesamaan dengan peta dasar.
Materi Dasar-Dasar Pengetahuan Pertanahan
Pengawasan Penataan Ruang