Anda di halaman 1dari 157

SURVEY PENGUKURAN DAN PEMETAAN

Ditjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang, melaksanakan


perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang:

1. Pengukuran dan pemetaan kadastral


Pengukuran dan pemetaan kadastral adalah pekerjaan pengukuran dan
pemetaan dan pemetaan bidang tanah dalam rangka proses pendaftaran
tanah.
• Pengukuran merupakan proses pengumpulan data fisik bidang tanah.
• Pemetaan merupakan proses penggambaran hasil pengukuran
sehingga diperoleh kepastian posisi/letak bidang tanah tersebut pada
peta pendaftaran.
❖ Mempunyai aspek legalitas harus dilakukan dengan memperhatikan
kaidah-kaidah pengukuran dan pemetaan yang akurat serta sedapat
mungkin mendapat persetujuan dari para tetangga yang berbatasan
(azas contradictoire delimitatie).
❖ Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang
tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan
mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya (PP No.
24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah).
❖ Pengumpulan data fisik dapat dilakukan secara sporadik (terpencar-
pencar) atau sistematik (serentaj, dalam satu wilayah administrasi
Desa/Kelurahan).
❖ Pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam
rangka PTSL dilakukan dalam dua mekanisme yaitu:
a. secara swakelola dilakukan petugas ukur ASN atau SKB perorangan.
b. pihak ketiga dilaksanakan oleh KJSKB atau Perusahaan (Badan
Hukum Perorangan) di bidang industri survei, pemetaan dan
informasi geospasial.
❖ Metode pengukuran bidang tanah
Pengukuran bidang tanah dilaksanakan untuk menentukan/letak
geografis, batas, luas dan bentuk geometris bidang tanah dapat
dilakukan dengan metode:
a. Terestris adalah pengukuran secara langsung di lapangan dengan
cara mengambil data berupa ukuran sudut dan/atau jarak yang
dikerjakan dengan dengan Teknik-teknik pengambilan data
trilaterasi (jarak), triangulasi (sudut) atau triangulaterasi (sudut dan
jarak).
b. Fotogrametris adalah identifikasi bidang-bidang tanah dengan
menggunakan blow-up atau peta foto yang merupakan hasil
pemetaan fotogrametrik. Biasanya digunakan untuk daeraah
terbuka (mudah untuk diidentifikasi). Apabila terdapat titik-titik
batas yang tidak dapat diidentifikasi misalnya terhalang atau
tertutup pohon makan dilakukan pengukuran tambahan (suplesi)
dengan cara mengikatkan pada detail-detail terdekat yang kelihatan
sehingga titik batas tersebut dapat ditentukan dipeta.
c. Pengamatan satelit atau disebut ekstraterestrial dikarenakan
pengukuran tetap dilaksanakan dengan mendatangi lokasi
pengukuran akan tetapi menggunakan teknologi satelit positioning
(GNSS) yang berada diluar angkasa.
GNSS (Global Navigation Satelit System) merupakan sistem satelit
navigasi dan penentuan posisi yang dikembangkan oleh beberapa
negara seperti GSP (Global Positioning System) dari Amerika Serikat
Glonass dari Rusia, BeiDou dari China dan Galileo dari Eropa.
d. Kombinasi ketiganya
❖ Peraturan terkait pengukuran dan pemetaan kadastral diantaranya
sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 19
2) PP No. 24 Tahun 1997 Pasal 14,17,18,19,20,21,22
- Pasal 17: Pemilim tanah memiliki kewajiban memasang dan
memelihara tanda batas.
3) PP Nomor 128 Tahun 2015
4) Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 pasal 19,
20,21
- Pasal 22: spesifikasi patok tanda batasbidang tanah
5) Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010
6) Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN RI Nomor 6 Tahun 2018
7) Petunjuk Teknis PTSL Nomor 1/Juknis-100.HK.02.01/III/2020
❖ Untuk membedakan bidang tanah satu dengan lainnya diperlukan
tanda pengenal bidang tanah yang bersifat unik nomor identifikasi
Bidang (NIB). NIB terdiri dari 13 digit yang terdiri dari:
✓ 2 digit pertama: 01-99 adalah Kode Provinsi
✓ 2 digit kedua: 01-99 adalah Kode Kabupaten/Kotamadya
✓ 2 digit Ketiga: 01-99 adalah Kode Kecamatan
✓ 2 digit Keempat: 01-99 adalah Kode Desa/Kelurahan
✓ 5 digit terakhir: 00001-99999 adalah Nomor Bidang Tanah
❖ Pemilik tanah mengajukan permohonan pengukuran kepada Kepala
Kantor Pertanahan setempat (lokasi bidang tanah).
Kewenangan pengukuran:
• Luas sampai 10 Ha menjadi wewenang Kantor Pertanahan
• Luas 10-1000 Ha permohonan diteruskan kepada Kantor Wilayah
• Luas Lebih dari 1000 Ha permohonan diteruskan kepada
Kementerian ATR/BPN (Ditjen SPPR).
❖ Gambar ukur adalah dokumen tempat mencantumkan gambar suatu
bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil
pengukuran bidang tanah baik berupa jarak,sudut,aximuth ataupun
sudut jurusan dan koordinat baik dalam bentuk elektonika atau non
elektronik. Dibuat dilokasi pada saat pengukuran.
❖ Peta bidang tanah (PBT) adalah gambar hasil pemetaan satu bidang
tanah atau lebih pada lembaran kertas dengan suatu skala tertentu
yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
dan digunakan untuk pengumumandata fisik.
❖ PBT bukan merupakan bukti kepemilikan ha katas tanah, batas-batas
pada PBT merupakan batas tanah yang dimohon dan ditunjuk oleh
pemohon yang dapat direvisi atau dibatalkan apabila sidalamnya
terdapat penguasaan/pemilikan oleh pihak lain atau termasuk areal
yang dilarang sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan
yang berlaku.
❖ Penggambaran bidang tanah hasil pengukuran menggunakan
perangkat lunak CAD yang telah distandarisasi struktur datanya baik
penamaan layer, topologi dll.
❖ Dalam perpetaan ada 2 jenis kategori peta:
1) Peta dasar memuat unsur-unsur dasar bai kalam maupun buatan
seperti sungai, pantai, jalan, bangunan penting dan sebagainya.
2) Peta tematik.
❖ Peta dasar pendaftaran adalah peta yang memuat titik-titik dasar
Teknik dan unsur geografis.

2. Pengukuran dan pemetaan dasar pertanahan


• Peta dasar pendaftaran adalah peta yang memuat titik-titik dasar
Teknik dan unsur geografis, seperti sungai, jalan, bangunan dan batas
fisik bidang-bidang tanah.
• Titik dasar Teknik adalah titik yang mempunyai koordinat yang
diperoleh dari suatu pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem
tertentu yang berfungsi sehingga titik control atau titik ikat untuk
keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas.
• Titik dasar Teknik dilaksanakan berdasarkan kerapatan dan
dibedakan atas orde 0,1,2,3,4 serta titik dasar Teknik perapatan.
Pemasangan titik dasar Teknik orde 0 dan 1 dilaksanakan oleh
Bakosurtanak (skrng Badan Informasi Geospasial) sedangkan orde
2,3,4 dan titik dasar Teknik perapatan dilaksakan oleh Badan
Pertanahan Nasional.
• Tahap kegiatan pemasangan titik dasar Teknik adalah sebagai berikut:
a. Inventarisasi dilakukan dengan mengumpulkan peta dasar Teknik,
peta topografi atau peta rupa bumi atau peta lain yang telah ada
dalam wilayah yang akan dipasang titik dasar Teknik yang akan
dirapatkan.
b. Perencanaan dalam hal pemasangan titik dasar Teknik dilakukan
sekaligus untuk daerah yang luas dan membutuhkan banyak titik
dasar Teknik, perencanaan penempatan lokasi titik dasar Teknik
diusahakan tersebar secara merata pada wilayah kerja tersebut.
c. Survei pendahuluan tahapan kegiatan yang dilakukan untuk
memastikan lokasi pemasangan titik dasar Teknik sesuai dengan
perencanaan yang telah dilakukan dengan melihat kondisi nyata
dilapangan.
d. Monumentasi berupa pemasangan konstruksi fisik titik dasar
Teknik sesuai dengan spesifikasi dalam peraturan yang berlaku.
Titik dasar Teknik orde 2,3 dibuat dengan kontruksi beton dan titik
dasar Teknik orde 4 dibuat sesuai dengan kondisi dilapangan
dengan tetap memperhatikan kondidi tanah di lokasi pemasangan,
ketersediaan bahan dan kemudahan untuk membawa ke lokasi
serta keamanan fisik dilapangan.

3. Survei dan pemetaan tematik


❖ Peta tematik pertanahan adalah peta yang dibuat untuk menapilkan
tema-tema tertentu yang berkaitan dengan aspek pertanahan.
❖ Tujuan membuat peta tematik pertanahan menyiapkan informasi
sebagai bahan/data spasial untuk merumuskan kebijakan pertanahan
secara nasional, regional dan sectoral.
❖ Kegiatan survei pemetaan tematik secara umum terdiri atas:
1. Persiapan yaitu:
a. Persiapan administrasi: menyiapkan dokumen yang diperlukan
agar penyelenggaraan kegiatan survei pemetaan berjalan benar
sesuai prosedur dan lancar karena mendapat dukungan dari
pihak terkait.
b. Persiapan Teknik: penyiapan peta kerja dan peralatan yang akan
digunakan dalam kegiatan survei pemetaan.
2. pengambilan data, pekerjaan survei pemetaan tematik umumnya
menggunakan metode survey atau pengamatan ground check dan
pengambilan data sekunder. Interpretasu citra dapat dilakukan
debelum survei agar mengurangi durasi waktu survey sehingga
ground check dilakukan untuk memastikan kebenaran interpretasi
citra yang telah dilakukan dan/atau bagi lokasi yang diragukan
hasil interpretasinya.
3. pengolahan data, tindak lanjut dari pengambilan data. Untuk data
spasial yang diperoleh harus melalui tahapan pengolahan data agar
data dapat ditampilkan dengan benar, akurat dan mudah
dimengerti. Kendali mutu terhdap pengolahan data adalah menilai
setiap pekerjaan teknis di dalam aplikasi pembuat peta. Faktor
kendali mutu yang dilakukan adalah kendali jutu tabulasi data,
kendali mutu entri data kendali mutu editing data, kendali mutu
edge matching, kendali mutu validasi data dan kendali mutu
integrasi data.
4. penyajian data, tahap terakhir dalam penyelesaian pekerjaan peta.
Secara umum hasil akhir pembuatan peta adalah pembuatan
layout. Untuk pembuatan peta digital masih harus disertai dengan
pembuatan struktur data dan pengisian data (data record) untuk
penyimpanan data didalam geodatabase. Kendali mutu penyajian
data adalah kendali mutu layout peta, kendali mutu unggah
geodatabase dan kendali mutu pelaporan.
❖ Peta tematik pertanahan, tema utama:
1. Peta penggunaan tanah
2. Peta gambaran umum penguasaan tanah
3. Peta kemampuan tanah
4. Peta pemanfaatan tanah
5. Peta infrastruktur wilayah
6. Peta tempat-tempat penting
7. Peta indikasi tanah terlantar
8. Peta tanah kritis

❖ Peta tematik pertanahan, tema pendukung:


1. Peta wilayah ketinggian
2. Peta ekosistem pesisir
3. Peta morfologi pantai
4. Peta sebaran izin lokasi
5. Peta wilayah transmigrasi
6. Peta Kawasan lindung dan Kawasan budidaya
7. Peta Kawasan industry
8. Peta konflik pertanahan
9. Peta rawan bencana
10. Peta penguasaan perkebunan
11. Peta-peta sosial ekonomi
MATERI DASAR-DASAR PENGETAHUAN
PERTANAHAN
PENETAPAN HAK DAN PENDAFTARAN TANAH

HAK MILIK, HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK
PAKAI
❖ Dasar Hukum
1. Pasal 33 UUD 1945
2. UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
3. PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah
4. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak
Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
5. Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Standar Pelayanan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional
6. Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 7 Tahun 2017 tentang
PPengaturan dan Tata Cara Penetapan Hak Guna Usaha
7. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak
Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah
8. Peraturan Kepala Badan Pertanahan nasional Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Pengukuran dan Pelayanan Pertanahan.

HAK MILIK
❖ Hak milik adalah hak turun temurun terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah
❖ Kata terkuat dan terpenuh tidak berarti bahwa hak milik itu merupakan
hak yang mutlak, tak dapat diganggu gugat dan tidak terbatas, akan tetapi
kata terkuat terpenuh itu dimaksudkan untuk membedakan jangka
waktu berlakunya hak milik dengan hak guna usaha, hak guna bangunan
dan hak lainya.

❖ Ciri-ciri Hak Milik


a. Hak Milik merupakan hak atas tanah yang paling kuat artinya tidak
mudak hapus serta mudah dipertahankan terhadap gangguan dari
pihak lain oleh karena itu maka Hak Milik termasuk salah satu hak
yang wajib didaftarkan (Pasal 23 UUPA).
b. Hak Milik mempunyai jangka waktu yang tidak terbatas.
c. Terjadinya Hak Milik karena hukum adat diatur dengan Peraturan
Pemerintah selain itu juga bisa terjadi karena penetapan pemerintahan
atau ketentuan Undang-Undang (Pasal 22 UUPA).
d. Hak Milik dapat dialihkan kepada pihak lain melalui jual beli, hibah,
tukar menukar, pemberian dengan wasiat pemberian menurut hukum
adat dan lain-lain pemindahan perbuatan yang bermaksud
memindahkan hak milik yang pelaksanaannya diatur oleh Peraturan
Perundangan (Pasal 20 ayat 2 UUAP).
e. Penggunaan Hak Milik oleh bukan pemiliknya dibatasi dan diatur
dengan peraturan perundangan (Pasal 24 UUPA).
f. Hak milik dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak
tanggungan (Pasal 25 UUPA).
g. Subjek pemegang Hak Milik adalah warga Negara Indonesia, Badan
Hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah (Pasal 21 UUPA).

❖ Subjek yang dapat mempunyai Hak Milik


a. Warga Negara Indonesia.
b. Badan-Badan Hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah dapat
mempunyai Hak Milik. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 1963 adalah:
1) Bank-bank yang didirikan oleh Negara (selanjutnya disebut Bank
Negara).
2) Perkumpulan-perkumpulan Koperasi Pertanian.
3) Badan-Badan Keagamaan yang ditunjuk Menteri ATR/Kepala BPN
setelah mendengar Menteri Agama.
4) Badan-badan Sosial, yang ditunjuk oleh Menteri ATR/Kepala BPN
setelah mendengan Menteri Sosial.
❖ Dalam UUPA Pasal 20, 25 dan 26 disebutkan bahwa Hak Milik pada
azasnya dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain dan dapat
dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak Tanggungan.
❖ Yang dimaksud dengan beralih adalah suatu peralihan/pemindahan hak
yang disebabkan karena seseorang yang mempunyai hak (pemegang hak)
meninggal dunia dikenal sebagai peristiwa hukum.
❖ Hapusnya Hak Milik:
a. Tanahnya jatuh kepada Negara
1) Karena pencabutan hak
2) Karena penyerahan secara sukarela oleh pemiliknya
3) Karena ditelantarkan
4) Karena dialihkan kepada orang asing
b. Tanahnya Musnah

HAK GUNA USAHA


❖ Hak guan usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara dalam jangka waktu paling lama 35 tahun
sebagaimana tersebut dalam pasal 29 guna perusahaan pertanian,
perikanan atau peternakan (Pasal 28 (1) UUPA).
❖ Subyek Hak Guna Usaha (Pasal 30 ayat 1 UUPA jo. Pasal 2 PP 40/96 jo.
Pasal 17 Permenag/Ka.BPN 9/99)”
a. Warga Negara Indonesia: hak guna usaha yang dapat diberikan kepada
perorangan minimal 5 ha dan maksimal 25 ha. Hal tersebut dibatasi
karena Hak Guna Usaha di atas 25 ha memerlukan manajemen yang
lebih baik.
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia: Hak Guna Usaha yang diberikan kepada
badan hukum minimal 5 ha. Badan usaha ini bisa berbentuk badan
hukum biasa, badan hukum berbentuk saham patungan yaitu
perusahaan yang menggunakan penanaman modal asing bisa juga
badan hukum yang menggunakan modal dalam negeri.

❖ Obyek Hak Guna Usaha


a. Tanah Negara (Pasal 28 UUPA jo. Pasal 4 ayat 1 PP 40/96).
b. Apabila tanah yang dijadikan obyek obyek Hak Guna Usaha tersebut
merupakan Kawasan hutan yang didapat dikonversi, maka terhadap
tanah tersebut perlu adanya pelepasan Kawasan hutan Menteri
Kehutanan.
c. Apabila tanah yang akan dijadikan obyek Hak Guna Usaha adalah
tanah yang sudah mempunyai hak, maka hak tersebut harus
dilepaskan terlebih dahulu.
d. Dalam hal tanah yang dimohon terdapat tanaman dan atau bangunan
milik orang lain yang keberadaannya berdasarkan alas hak yang sah,
maka pemilik tanaman atau bangunan tersebut harus mendapat ganti
rugi dari pemegang hak baru.

❖ Terjadinya dan jangka Waktu Hak Guna Usaha


a. Terjadinya Hak Guna Usaha karena keputusan pemberian hak oleh
Menteri/Kepala Badan Pertanahan Nasional/Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Propinsi setempat. Hak Guna Usaha lahir
sejak ditetapkan dan untuk memperoleh bukti ha katas
tanah/sertifikat, penerima hak diwajibkan mendaftarkan Hak Guna
Usaha dan membayar biaya pendaftarannya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Setempat dan
kepada pemegang haknya diberikan tanda bukti berupa sertifikat
(Pasal 19 UUPA).
b. Jangka waktu Hak Guna paling lama 35 tahun dan dapat diperpanjang
paling lama 25 tahun dan setelah jangka waktu pemberiab dan
perpanjangannya berakhir maka kepada pemegang hak dapat
diberikan pembaharuan Hak Guna Usaha diatas tanah yang sama.

❖ Peralihan dan Pembebanan Hak Guna Usaha


• Hak Guna Usaha dapat beralih dan dialihkan hal ini bisa dilaksanakan
melalui jual beli, tukar menukar,penyertaan dalam modal, hiah dan
pewarisan.
• Peralihan Hak Guna Usaha ini harus didaftar di Kantor Pertanahan
(Pasal 16 PP 40/96).
• Peralihan Hak Guna Usaha yang disebabkan jual beli hal ini harus
dilakukan dihadapan PPAT hal ini diatur dalam Pasal 37 PP No.
24/1997 jo Pasal 98 Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 3
tahun 1997 dan peralihan ini baru bisa dilakkukan setelah ada ijin
peralihan dari Menteri Agraria/Kepala BPN berdasarkan Udang-
undang Nomor 28.1956.
• Disamping Hak Guna Usaha dapat dialihkan juga dapat dbebani
dengan Hak Tanggungan, ketentuan mengenai pembebanan Hak
Tangggungan ini diatir dalam UU No. 4 Tahun 1996.

❖ Hapusnya Hak Guna Usaha


Berdasarkan Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
karena:
a. Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputudan
pemberian atau perpanjangannya.
b. Dibatalkan haknya oleh pejabat berwenang sebelum jangka waktunya
berakhir karena:
1) Tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak dan/atau
dilanggarnya ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12, PAsal 13 dan atau Pasal 14.
2) Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
3) Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka
waktunya berakhir.
4) Dicabut berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961
5) Diterlantarkan.
c. Tanahnya musnah.

HAK GUNA BANGUNAN


❖ Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan bangunan diatas
tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu paling lama 30
tahun.
❖ Atas pemegang hak dengan mengingat keperluan dan keadaan
bangunannya jangka waktu Hak Guna Bangunan dapat di perpanjang
dengan jangka waktu paling lama 20 tahun.
❖ Penggunaan tanah yang dipunyai dengan Hak Guna Bangunan adalah
untuk mendirikan bangunan-bangunan meliputi bangunan rumah
tinggal, usaha perkantoran, pertokoan, industry dan lain-lain.
❖ Subyek Hak Guna Bangunan:
a. Wargaa Negara Indonesia.
b. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
❖ Jangka waktu Hak Guna Bangunan paling lama 30 tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 20 tahun dan setelah jangka waktu pemberian
dan perpanjangannya berakhir maka pemegang hak dapat diberikan
pembaharuan Hak Guna Bangunan atas tanah yang sama (Pasal 25 PP
Nomor 40 Tahun 1996).
❖ Tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna Bangunan:
a. Tanah Negara
b. Tanah Hak Pengelolaan
c. Tanah Hak Milik

❖ Terjadinya Hak Guna Bangunan:


• Hak Guna Bangunan atas tanah negara diberikan dengan keputusan,
pemberian hak (ketetapan Pemerintah) oleh Menteri atau Pejabat yang
ditunjuk.
• Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik terjadi berdasarkan
perjanjian pihak yang berbentuk otentik antara pemegang Hak Milik
dengan pihak yang akan memperoleh H Hak Guna Bangunan dengan
akta yang dibuat dihadapan PPAT yang kemudian didaftarkan di
Kantor Pertanahan.
• Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan diberikan dengan
keputusan pemberian hak oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk
berdasarkan usul pemegang Hak Pengelolaan yang kemudian
didaftarkan di Kantor Pertanahan.

❖ Pembebanan Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan uang dengan


dibebani Hak Tanggungan. Hak Tanggungan yang dibebankan Hak Guna
Bangunan tersebut hapus apabila Hak Guna Bangunan hapus.
❖ Peralihan Hak Guna Bangunan terjadi karena:
a. Jual beli
b. Tukar menukar
c. Penyertaan dalam modal
d. Hibah
e. Pewarisan peralihan Hak Guna Bangunan harus didaftarkan pada
Kantor Pertanahan

❖ Hapusnya Hak Guna Bangunan:


a. Berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan.
b. Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang/pemegang Hak Pengelolaan
/Pemegang Hak Milik sebelum jangka waktunya berakhir, karena:
1) Tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak.
2) Tidak dipenuhinya syarat-syarat atau kewajiban yang tertuang
dalam perjanjian penggunaan tanah Hak Milik atau Hak
Pengelolaan L.
3) Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap.
4) Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka
wkatu berakhir.
5) Dicabut berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961
6) Ditelantarkan.
c. Tanahnya musnah.
d. Pemegang hak tidak memenuhi syarat.
HAK PAKAI
❖ Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil
dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang
lain yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam
keputusan pemberian oleh pejabat berwenang memberikannya atau
dalam perjanjian dari pemilik tanah yang bukan perjanjian sewa menyewa
atau perjanjian pengolah tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan
dengan jiwa dan ketentuan Undang-Undang ini.

❖ Subjek yang dapat mempunyai Hak Pakai:


a. Warga Negara Indonesia
b. Badan Hukum yang didirikan menurut Hukum Indonesia
berkedudukan di Indonesia
c. Departmeen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Pemerintah
Daerah
d. Badan Keagamaan dan Sosial
e. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia
f. Perwakilan Negaea Asing dan Perwakilan Badan Hukum

❖ Tanah yang dapat diberikan Hak Pakai:


a. Tanah Negara
b. Tanah Hak Pengelolaan
c. Tanah Hak Milik

❖ Terjadinya Hak Pakai:


a. Hak Pakai atas tanah Negara diberikan dengan keputusan pemberian
hak oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
b. Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan diberikan dengan keputusan
pemberian hak oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan
usul pemegang Hak Pengelolaan.
c. Hak Pakai atas tanah Hak Milik terjadinya dengan pemberian tanah
oleh pemegang Hak Milik dengan Akta yang dibuat oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah dan wajib didaftarkan dalam buku tanah pada
Kantor Pertanahan dan mengikat pihak ketiga sejak saat
pendaftarannnya.

❖ Jangka waktu Hak Pakai:


a. Hak Pakai diberikan paling lama 25 tahun dan dapat diperpanjang
jangka waktu 20 tahun atau diberikan untuk jangka yang tidak
ditentukan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu
Hak Pakai atau perpanjangannya habis maka kepda pemegang hak
dapat diberikan pembaharuan Hak Pakai atas nama yang sama.
b. Jangka waktu Hak Pakai untuk jangka waktu yang telah ditentukan
selama dipergunakan untuk keperluan tertentu diberikan kepada:
1. Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan
Pemerintah daerah.
2. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional.
3. Badan keagamaan dan badan sosial.

❖ Peralihan Hak Pakai peralihan:


a. Jual beli
b. Tukar menukar
c. Penyertaan dalam modal
d. Hibah
e. Pewarisan

❖ Hapusnya Hak Pakai:


a. Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan
pemberian haknya.
b. Dibatalkan olehPejabat yang berwenang
1. Dilepaskan secara sukarela
2. Dicabut berdasarkan Undang-undang nomor 20 Tahun 1961
3. ditelantarkan
c. Tanahnya musnah

TATA CARA PEMBERIAN HAK ATAS TANAH

❖ Permohonan Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai diajukan
melalui Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Sedangkan untuk
permohonan HGU diajukan kepada Kakanwil BPN Provinsi dengan:
• Melampirkan persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala
BPN RI no. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan
Pertanahan.
• Membayar biaya sebagaimana diatur dalam PP No. 128 Tahun 2015
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP yang berlaku pada
Kementerian ATR/BPN.
❖ Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan
tanah yang dideligasikan kepada Panitia Pemeriksaan Tanah A untuk
permohonan hak yang diajukan oleh perorangan atau badan hukum
perdata atau pemeriksaan tanah oleh Panitia Peneliti Tanah untuk
permohonan hak yang diajukan oleh badan hukum publik.
❖ Sedangkan untuk permohonan HGU Kakanwil melakukan pemeriksaan
tanah yang didelegasikan kepada Panitia Pemeriksaan Tanah B.
❖ Apabila hasil pemeriksaan/penelitia tanah yang dituangkan dalam
Risalah Pemeriksaan/Penelitian tanah berkesimpulan subjek hak dan
objek hak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan, Kepala Kantor Pertanahan menerbitkan Keputusan Pemberian
Hak.
❖ Apabila hal tersebut menjadi kewenangannya atau meneruskannya
kepada Kakanwil dengan disertai pendapat dan pertimbangannya apabila
hal tersebut bukan kewenangannya.
❖ Setelah menerima berkasi permohonan tersebut Kakanwil meneliti
kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas tanah yang
dimohon.
❖ Berdasarkan hasil penelitian kelengkapan dan kebenaran data yuridis
dan data fisik atas tanah yang dimohon serta mempertimbangkan
pendapat dan pertimbangan Kakanwil, Menteri ATR/Kepala BPN
menerbitkan Keputusan Pemberian Hak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
❖ Penerimaan hak berkewajiban membayar Bea Perolehan Hak Atas
Tanah/Bangunan (BPHTB) pada instansi Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda) dan mendaftarkan Keputusan Pemberian Haknya pada Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota untuk diterbitkan sertifikat ha katas
tanahnya.

❖ Perpanjangan dan Pembaharuan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan


dan Hak Pakai sebagaimana PP Nomor 40 Tahun 1996 persyaratan
sebagai berikut:
a. Tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan.
b. Sifat dan tujuan pemberian hak tersebut.
c. Syarat-syarat pemberian hak tersebit dipenuhi dengan baik oleh
pemegang hak.
d. Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.
e. Jangka waktu berdiri Badan Hukum harus sesuai dengan jangka
waktu perpanjangan jangka waktu dan pembaharuan Hak Guna
Usaha yang akan diberikan.
f. Atas tanah yang diberikan perpanjangan jangka waktu dan
pembaharuan Hak Guna Usaha/Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
jelas terpelihara dalam keadaan baik dan tidak ada perubahan serta
tidak terdapat penggarapan/pendudukan rakyat secara menetap.

❖ Jangka waktu perpanjangan dan pembaharuan hak:


a. Hak Guna Usaha: diberikan untuk jangka waktu paling lama 35 tahun
dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25 tahun dan
dapat diberikan pembaharuan paling lama 35 tahun.
b. Hak Guna Bangunan: diberikan untuk jangka waktu paling lama 30
tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20
tahun dan dapat diberikan pembaharuan paling lama 30 tahun.
c. Hak Pakai: diberikan untuk jangka waktu paling lama 25 tahun dan
dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun atau
diberikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan selama tanahnya
dipergunakan untuk keperluan terntentu (Instansi
Pemerintah/BUMN/BUMD/Badan Keagamaan dan Sosial). Dan dapat
diberikan pembaharuan paling lama 25 tahun.

Penetapan Hak Atas Tanah Bekas Penggunaan Benda-


Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara Belanda
(P3MB) Atau Badan Hukum Milik Belanda (Prk 5)
❖ Dasar Hukum
1. UU No. 3 Prp Tahun 1960 tentang Penguasaan Benda-Benda Tetap
Milik Perseorangan Warga Negara Belanda.
2. UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
3. UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Restribusi Daerah.
4. PP No. 223 Tahun 1961 tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 4 dan 5
UU No. 3 Prp Tahun 1960 tentang Penguasaan Benda-Benda Tetap
Milik Perseorangan Warga Negara Belanda.
5. PP No. 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian ATR/BPN.
6. Peraturan Presidium Kabinet Dwikora No. 5/Prk/1965 tentang
Penegasan Status rumah/tanah kepunyaan badan-badan hukum yang
ditinggalkan Direksi/Pengurusnya.
7. Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2020 tentang Tata
Cara Penetapan dan Pendaftaran Hak Atas Tanah Bekas Penguasaan
Benda-Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara Belanda atau
Badan Hukum Milik Belanda.

❖ Pengertian
1. Objek Panitia Pelaksanaan Penguasaan milik Belanda yang
selanjutnya disebit Objek P3MB adalah semua benda tetap milik
perseorangan warga Negara Belanda yang tidak terkena oleh Undang-
Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisme Perusahaan Milik
Belanda yang pemiliknya telah meninggalkan wilayah Republik
Indonesia.
2. Objek Peraturan Presidium Kabinet Dwikora Nomor 5/Prk/1965 yang
selanjutnya disebit Prk.5 adalah semua rumah dan tanah bangunan
kepunyaan badan-badan hukum yang direksi/pengurusnya sudah
meninggakkan Indonesia dan menurut kenyataanya tidak lagi
menyelenggarakan ketatalaksanaan dan usahanya, dinyatakan jatuh
kepada Negara dan dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia.
3. Panitia P3MB/Prk.5 adalah Panitia yang ditetapkan oleh Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional.
4. Penilai Pertanahan adalah orang perseorangan yang melakukan
penilaian secara independan dan profesional yang telah mendapat izin
praktik Penilaian dari Menteri Keuangan dengan telah mendapatkan
lisensi dari Menteri ATR/Kepala BPN untuk menghitung nilai/harga
tanah dan bangunan.
5. Menteri menetapkan dan mendaftarkan objek P3MB/Prk.5
6. Penetapan objek P3MB/Prk.5 dilimpahkan kepada Kepala Kantor
Wilayah.
7. Pendaftaran tanda bukti hak objek P3MB/Prk.5 dilaksanakan di
Kantor Pertanahan.

❖ Subjek calon pembeli objel P3MB/Prk 5 diberikan dengan memakai


urutan pengutamaan sebagai berikut:
1. Aparatur sipil negara penghuni rumah/pemakai tanah yang
bersangkutan yang belum mempunyai rumah/tanah.
2. Aparatur sipil negara penghuni rumah/pemakai tanah yang
bersangkutan asalkan dengan pembelian yang baru tidak melebihi dari
2 rumah/bidang tanah.
3. Aparatur sipil negara bukan penghuni rumah/pemakain tanah yang
bersangkutan yang belum mempunyai rumah/tanah.
4. Aparatur sipil negara tetapi yang menjadi penghuni rumah pemakai
tanah yang bersangkutan yang belum mempunyai rumah/tanah.
❖ Urutan pengutamaan subjek calon pembeli objek P3MB/Prk.5
sebagaimana tersebut diats dapat dikecualikan dan objek P3MB/Prk.5
diberikan kepada pihak lain dengan ketentuan:
❖ Pemerintah tidak menggunakan objek P3MB/Prk.5 dan merupakan pihak
yang menguasai terakhir Objek P3MB/Prk.5 dengan itikad baik.

❖ Tata cara pembelian bangunan dan tanah objek P3MB/Prk.5:


• Dalam hal berkas permohonan telah memenuhi persyaratan (sesuai
ketentuan Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2020),
Kepala Kantor Pertanahan melakukan kegiatan pengukuran atas
tanah yang dimohon.
• Berdasarkan hasil pengukuran Kepala kantor Pertanahan menerbitkan
Peta Bidang Tanah.
• Kepala Kantor Pertanahan menyampaikan surat permohonan beserta
kelengkapan kepada Kepala Kantor Wilayah disertai pertimbangan.
• Kepala Kantor Wilayah membentuk susunan Panitia P3MB/Prk.5 yang
terdiri atas:
a. Kepala Bidang Hubungan Hukum Pertanahan sebagai ketua
merangkap anggota;
b. Kepala bidang yang membidangi aset di pemerintahan provinsi
sebagai anggota;
c. Kepala Kantor Pertanahan sebagai anggota;
d. Kepala bagian yang membidangi aset di pemerintahan
Kota/kabupaten.
e. Kepala bagian yang membidangi bangunan di pemerintahan
kota/kabupaten sebagai anggota, untuk provinsi Daerah Khusus
Ibu Kota Jakarta Kepala Bagian yang membidangi aset provinsi;
f. Kepala seksi di bidang hubungan hukum pertanahan sebagai
Sekretaris bukan anggota.
• Setelah berkas diterima Kepala Kantor Wilayah memerintahkan
Panitia P3MB/Prk.5 untuk melakukan pemeriksaan dokumen dan
pemeriksaan lapang dalam rangka persetujuan prinsip.
• Hasil pemeriksaan lapang dan pemeriksaan dokumen dibuat dalam
Berita Acara Pemeriksaan.
• Berita Acara Pemeriksaan tersebut memuat:
a. Uraian mengenai pemohon;
b. Uraian mengenai tanah dan bangunan dan pertimbangan dari
Panitia P3MB/Prk.5 yang berisi rekomendasi setuju atau tidaknya
persetujuan prinsip untuk membeli rumah/bangunan dan
memperoleh hak atas tanah objek P3MB/Prk.5.
• Ketua panitia P3MB/Prk.5 mengumumkan Berita Acara Pemeriksaan
di 2 Surat Kabar harian yang beredar secara umum Nasional dengan
masa tenggang 14 hari kalender sejak diumumkan.
• Dalam hal ini tidak ada keberatan setelah masa tenggang waktu
pengumuman dibuatkan Berita Acara Pengumuman oleh Ketua
Panitia P3MB/Prk.5.
• Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan dan Berita Acara
Pengumuman apabila disetujui Kepala Kantor Wilayah menunjuk dan
memerintahkan kepada Penilai Pertanahan untuk melakukan
penilaian tanah dan bangunan.
• Berdasarkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan Panitia P3MB/Prk.5 dan
hasil penilaian tanah dan bangunan oleh Penilai Pertanaha, Kepala
Kantor Wilayah menetapkan Keputusan Penjualan Rumah/Bangunan
dan Pemberian Hak Atas Tanah.
• Keputusan Rumah/Bangunan dan Pemberian Hak Atas Tanah
disampaikan kepada Pemohon.
• Penerima hak wajib melakukan pendafataran keputusan penjualan
rumah/bangunan dan pemberian hak atas tanah pada kantor
pertanahan setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Biaya penetapan dan pendaftaran ha katas tanah objek P3MB/Prk.5
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

HAK PENGELOLAAN
❖ Dasar Hukum:
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria;
2. PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
3. PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah;
4. Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan
Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara Dan Ketentuan-
Ketentuan Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya;
5. Peraturan Menteri Agraria No. 1 Tahun 1966 tentang Pendaftaran Hak
Pakai dan Hak Pengelolaan;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara
Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian
Tanaj Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya (dicabut oleh
PMNA/KBPN No. 9/1999);
7. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak
Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
❖ Subjek Hak Pengelolaan sebagaimana dalam Pasal 67 ayat (1)
PMNA/KBPN No.9/1999 dapat diberikan kepada:
1. Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah;
2. Badan Usaha Milik Negara;
3. Badan Usaha Milik Daerah;
4. PTPersero/Badan Otorita/Badan-badan hukum pemerintah lainnya
yang ditunjuk pemerintah.

❖ Tata cara Pemberian Hak Pengelolaan


• Pemohon mengajukan permohonan Hak Pengelolaan secara tertulis
kepada Menteri ATR/Kepala BPN melalui Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan:
a. Keterangan mengenai pemohon
Nama badan hukum:tempat kedudukan, akta pendiriannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data
fisik:
− Bukti pemilikan dan bukti perolehan tanah berupa sertipikat,
penunjukan atau penyerahan dari pemerintah, pelepasan
Kawasan hutan dari instansi yang berwenang, akta pelepasan
bekas tanah milik adat atau bukti perolehan tanah lainnya.
− Letak, batas-batas dan luasnya.
− Jenis tanah (pertanian/non pertanian).
− Status tanahnya (tanah haka tau tanah negara).
• Kepala Kantor Pertanahan kabupaten/Kota selanjutnya:
− Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik,
− Mencatat pada formular-formulir isian,
− Memberikan tanda terima berkas permohonan sesuai formular
isian,
• Memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya-biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan permohonan tersebut dengan
rinciannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
• Langkah berikutnya Kepala Kantor Pertanahan memerintahkan:
Kepala Seksi HHP atau petugas yang ditunjuk untuk memeriksa
permohonan hak terhadap tanah yang sudah terdaftar, sepanjang data
yuridis dan data fisiknya telah cukup untuk mengambil keputusan
yang dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanag (konstatering
Rapport) atau Tim Penelitian Tanah untuk memeriksa permohonan
hak terhadap tanah yang belum terdaftar yang dituangkan dalam
berita acara, Panitia Pemeriksa Tanah A untuk memeriksa
permohonan hak terhadap tanah selain yang diperiksa sebagaimana
dimaksud diatas yang dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah.
• Setelah permohonan Hak Pengelolaan dimaksud telah memenuhi
syarat.
• Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkitan menyampaikan berkas
permohonan tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah disertai
pandapatan dan pertimbangan.
• Atas berkas permohonan yang telah diterima Kepala Kantor Wilayah
kemudian memerintahkan Kepala Bidang Hak-hak atas tanah untuk
memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik dan
apabila belum lengkap segera meminta Kepala kantor Pertanahan yang
bersangkutan untuk melengkapinya.
• Setelah itu Kepala Kantor Wilayah meneliti kelengkapan dan
kebenaran data yuridis dan data fisik atas tanah yang dimohon beserta
pendapat dan pertimbangan Kepala Kantor Pertanahan dan memeriksa
kelayakan permohonan Hak Pengelolaan tersebut untuk diproses lebih
lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
• Jika berkas permohonan dimaksud telah memenuhi syarat.
• Kepala Kantor Wilayah yang bersangkutan menyampaikan berkas
permohonan tersebut kepada Menteri ATR/Kepala BPN disertai
pendapat dan pertimbangannya.
• Setelah menerima berkas permohonan yang disertai pendapat dan
pertimbangan Menteri ATR/Kepala BPN memerintahkan kepada
Pejabat yang ditunjuk untuk memeriksa dan meneliti kelengkapan
data yuridis dan data fisik.
• Apabila berkas permohonan dimaksud belum lengkap segera meminta
Kepada Kepala Kantor Wilayah yang bersangkutan untuk
melengkapinya.
• Terhadap permohonan yang telah lengkap Menteri kemudian
memperhatikan pendapat pertimbangan Kepala kantor Wilayah dan
selanjutnya memeriksa kelayakan permohonan tersebut dapat atau
tidaknya dikabulkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
• Setelah mempertimbangkan pendapat dan pertimbangan Kepala
Kantor Wilayah Menteri/Kepala BPN Menerbitkan keputusan
pemberian Hak Pengelolaan atas tanah yang dimohon (atau keputusan
penolakan yang disertai dengan alasan penolakannya) dan
menyampaikan kepada Pemohon agar didaftarkan pada Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota untuk diterbitkan Sertifikat HPLnya.

❖ Hak dan kewajiban pemegang Hak Pengeloalaan


Sebagaimana penegasan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
1/1977 maka hak dan kewajiban pemegang Hak pengelolaan adalah:
1. Memelihara, merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang
bersangkutan;
2. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan usahanya, dan;
3. Menyerahkan bagian-bagian daripada tanah itu kepada pihak ketiga
menurut persyaratan yang ditentukan.
Dasar-Dasar Tata Ruang Dan Pertanahan Pendaftaran Tanah
dan Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah di Indonesia
❖ Jenis-Jenis Sistem Pendaftaran Tanah
• Sistem Pendaftaran Tanah Positif
Sistem ini menunjukkan bahwa sertipikat tanah yang diberikan adalah
berlaku sebagai tanda bukti hak yang bersifat mutlak (absolut) serta
sertipikat merupakan bentuk satu-satunya tanda bukti ha katas tanah
yang dimiliki oleh seseorang.
Ciri-ciri pendaftaran tanah yang menggunakan sistem publikasi positif:
a. Sistem pendaftaran tanah menggunakan sistem pendaftaran hak
(registration of titles);
b. Sertipikat yang diterbitkan sebagai tanda bukti hak bersifat mutla,
yaitu data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam sertipikat
tidak dapat diganggu gugat dan memberikan kepercayaan yang
mutlak pada buku tanah;
c. Negara sebagai pendaftar menjamin bahwa data fisik dan data
yuridis dalam pendaftaran tanah adalah benar;
d. Pihak ketiga yang memperoleh tanah dengan itikad baik
mendapatkan perlinduangan hukum yang mutlak;
e. Pihak lain yang dirugikan atas diterbitkannya sertipikat tanah
mendapatkan kompensasi dalam bentuk yang lain;
f. Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah membutuhkan waktu tang
lama, petugas pendaftaran tanah melaskanakan tugasnya dengan
sangant teliti, dan biaya yang relative tinggi.

• Sistem Pendaftaran Tanah Negatif


✓ Sistem publikasi negative menunjukkan ciri bahwa apa yang
tercantum di dalam sertifikat tanah adalah dianggap benar dampai
dapat dibuktikan suatu keadaan yang sebaliknya (tidak benar)
dimuka pengadilan.
✓ Surat tanda bukti hak berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat
yang berarti pula bahwa keterangan-ketarangan yang tercantum
didalamnya mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima (oleh
hakim) sebagai keterangan yang benar sepanjang tidak ada alat
pembuktian lain yang membuktikan sebaliknya.
✓ Sistem ini misalnya dianut oleh Negara Belanda dan Hongkong
(sebelum tahun 2010).
✓ Ciri-ciri sistem publikasi negative dalam pendaftaran tanah:
a. Sistem pendaftaran tanah menggunakan sistem pendaftaran ajta
(registration of deed);
b. Sertifikat yang diterbitkan sebagai tanda bukti hak bersifat kuat,
yaitu data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam sertipikat
dianggap benar sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya oleh alat
bukti yang lain. Sertipikat bukan satu-satunya tanda bukti hak;
c. Negara sebagai pendaftar tidak menjamin bahwa data fisik dan
data yuridis dalam pendaftaran tanah adalah benar;
d. Dalam sistem publikasi ini menggunakan Lembaga kedaluwarsa
(aqquisitive verjaring atau adverse possessive);
e. Pihak lain yang dirugikan atas diterbitkannya sertipikat dapat
mengajukan keberatan kepada penyelenggara pendaftaran tanah
untuk membataljan sertipikat ataupun gugatan ke pengadilan
untuk meminta agar sertipikat dinyatakan tidak sah;
f. Petugas pendaftaran tanah bersifat pasif, yaitu hanya menrima
apa yang dinyatakan oleh pihak yang meminta pendaftaran
tanah.

❖ Sistem Pendafatran tanah yang dianut di Indonesia


• Sistem publikasi pendaftaran tanah di Indonesia menurut UUPA
adalah sistem publikasi negative bertendensi positif artinya sistem
negative yang mengandung unsur positif karen akan menghasilkan
surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat seperti yang dinyatakan dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c, Pasal
23 ayat 2, Pasal 32 ayat 2 dan Pasal 38 ayat 2 UUPA.
• Sistem publikasi yang dianut adalah bukan sistem negative murni
karena pejabat pendaftaran tanah dalam rangka pengumpulan data
bersikap passif dan pada umumnya menggunakan sistem pendaftaran
akta yang memuat data itulah yang didaftar.
• Dalam akta tersebut oleh pejabat pendaftaran dibubuhkan catatan
bahwa telah dilakukan pendaftarannya.
• Akta itukah yang merupakan tanda bukti hak.
• Mengacu kepada penjelasan Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (PP Pendaftaran
tanah), sistem publikasi yang digunakan di Indonesia adalah sistem
publikasi negatif yang mengandung unsur positif.
• Hal ini dapat dibuktikan dari hal hal berikut:
a. Pendaftaran tanah menghasilkan surat tanda bukti hak yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, bukan sebagai alat
pembuktian yang mutlak (sistem publikasi negatif);
b. Sistem pendafatran tanah menggunakan sistem pendaftaran hak
(registration of titles), bukan sistem pendafataran akta (registration
of deed) (Sistem publikasi positif);
c. Negara tidak menjamin kebenaran data fisik dan data yuridis yang
tercantum dalam sertipikat (sistem publikasi negarif);
d. Petugas pendaftaran tanah bersifat aktif meneliti kebenaran data
fisik dan data yuridis (sistem publikasi positif);
e. Tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan jaminan
kepastian hukum (sistem publikasi positif);
f. Pihak yang dirugikan atas diterbitkannya sertpikat dapat
mengajukan keberatan kepada penyelenggara pendaftaran tanah
untuk membatalkan sertipikat atau mengajukan gugatan ke
pengadilan agar sertipikat dinyatakan tidak sah (sistem publikasi
negatif).
❖ Pengertian, Tujuan dan Asas serta Penyelenggaraan Pendaftaran
Tanah
❖ Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria atau biasa disebut UUPA pada Pasal 19 ayat
(1) disebutkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemetintah
diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia
menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan Pemerintah.
❖ Oleh Pemerintah kemudian diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang kemudian diganti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dengan peraturan
pelaksanaannya Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 3 Tahun
1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang diubah dengan Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN No,or
3 Tahun 1997.

❖ Pengertian Pendaftaran Tanah


• Pasal 1 PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
menyebutkan bahwa pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah
dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan
hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya.
• Sedangkan kegiatan pendaftaran tanah tercantum dalam Pasal 19 ayat
(2) UUPA menyebutkan bahwa pendaftaran tanah meliputi:
a. Pengukuran, Perpetaan dan Pembukuan Tanah;
b. Pendaftaran hak-hak atas tanag dan peralihan hak-hak tersebut;
c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai paket
pembuktian yang kuat.

❖ Tujuan Pendaftaran Tanah


• Menurut Pasal 19 UUPA tujuan pendaftaran tanah adalah untuk
menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran
tanah diseluruh wilayah RI menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
• Sedangkan berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yaitu:
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum
kepada pemegang ha katas suatu bidang tanah, satuan rumah
susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat
memperoleh datayang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun yang sudah terdaftar.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

❖ Asas Pendaftaran Tanah dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor


24 Tahun 1997:
a. Asas Sederhana
b. Asas Aman
c. Asas Terjangkau
d. Asas Mutakhir
e. Asas Terbuka

❖ Penyelenggaraan Pendafataran Tanah


Pendaftaran tanah merupakan kewajiban pemerintah yang
diselenggarakan dengan mengingat kondisi keadaan Negara dan
masyarakat, keperluan lalu lintas, sosial, ekonomi, serta kemungkinan
penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria yang dalam
Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan
pendaftaran termaksud dalam ayat (1) diatas dengan ketentuan bahwa
rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya
tersebut.
• Objek pendaftaran tanah meliputi:
a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan dan hak pakai;
b. Tanah-tanah hak pengelolaan;
c. Tanah wakaf;
d. Hak milik atas satu rumah susun;
e. Hak tanggungan;
f. Tanah negara.
Satuan Wilayah Tata Usaha Pendaftaran Tanah
• Satuan wilayah tata usaha pendaftaran tanah adalah desa atau
kelurahan.
• Khusus untuk pendaftaran tanah hak guna usaha, hak pengelolaan,
hak tanggung dan tanah negara satuan wilayah tata usaha
pendaftarannya adalah Kabupaten/Kota.

Menurut Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997


dinyatakan bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data
pendaftaran tanah.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui:


a. Pendaftaran tanah secara sistematik dilaksanakan pada suatu rencana
kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh
Menteri;
b. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan
pihak yang berkepentingan.

Dalam perkembangannya pendaftaran secara sistematik tidak saja


diarahkan hanya mengelompok tetapi selain mengelompok diarahkan juga
ke desa/kelurahan lengkap, yakni dilaksanakan untuk seluruh bidang
tanah yang ada dalam satu desa/kelurahan dan sejak tahun 2016 sampai
dengan saat ini dilakukan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

Sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan data pendaftaran taanh


meliputi:

1) Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak


2) Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya

❖ Pendaftaran Tanah Secara Sistematik


• Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara srentak yang meliputi
semua onyek pendaftaran tanah yang belum didaftar salam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
• Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana
kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh
Menteri.
• Karena pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan oleh Prakarsa
pemerintah, maka kegiatan tersebut didasarkan pada suatu rencana
kerja yang ditetapkan oleh Menteri.
• Tahapan Pendaftaran Tanah Secara Sistematik:
1. Penetapan Lokasi;
2. Persiapan;
3. Pembentukan Panitia Ajudikasi dan Satuan Tugas (Satgas);
4. Penyuluhan;
5. Pengumpulan Data Fisik;
6. Pengumpulan dan Penelitian Data Yuridis;
7. Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis dan Pengesahannya;
8. Penegasan Konversi, Pengakuan Hak dan Pemberian Hak;
9. Pembukuan Hak;
10. Penerbitan Sertipikat; dan
11. Penyerahan Hasil Kegiatan.

❖ Pendaftran Tanah Secara Sporadik


• Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah
untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran
tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan
secara individua tau massal.
• Pendaftaran tanah secara sporadic dilaksanakan atas permintaan
pihak yang berkepentingan.
• Sebagaimana diamatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa pendaftaran tanah
merupakan kewajiban pemerintah yang diselenggarakan dengan
mengingat kondidi keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu
lintas, sosial, ekonomi, serta kemungkinan penyelenggaraannya,
menurut pertimbangan Menteri Agraria yang dalam Peraturan
Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran
termaksud dalam ayat (1) diatas dengan ketentuan bahwa rakyat yang
tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.
• Sehingga dimungkinkan masyarakat dapat memohonkan pendaftaran
tanah melalui kegiatan pendaftaran tanah secara sporadik.
• Tahapan kegiatan pendaftaran secara sporadik dilakukan atas
permohonan yang bersangkutan:
1. Permohonan pendaftaran tanah secara sporadic dengan surat
permohonan meliputi permohonan untuk:
a. Melakukan pengukuran bidang tanah untuk keperluan tertentu
b. Mendaftarkan hak lama yang berasal dari konversi/pengakuan
hak-hak lama;
c. Mendaftarkan hak baru dibuktikan dengan penetapan
pemberian hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang
berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah
negara.
2. Pengukuran;
3. Pengumpulan dan penelitian data yuridis bidang tanah;
4. Pengumuman data fisik dan data yuridis dan pengesahannya;
5. Penegasan konversi/pengakuan hak;
6. Pembukuan hak; dan
7. Penerbitan sertipikat.

❖ Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap


• Pendaftaran Tanah Sistematis lengkap adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi
semua objek pendaftaran tanah di seluruh wilayah RI dalam suatu
wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan
itu yang meliputi pengumpulan data fisik dan data yuridis mengenai
satu atau beberapa objek pendaftaran tanah untuk keperluan
pendafatarannya.
• Pendaftaran Tanah Sistematis lengkap dituangkan dalam Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah
Sistematis lengkap dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan
Pendaftaran Tanah Sistematis lengkap yang dilaksanakan desa
demi desa di wilayah kabupaten dan kelurahan demi kelurahan di
wilayah perkotaan yang meliputi semua bidang tanah di seluruh
wilayah RI.
• Tujuan dari Pendaftaran Tanah Sistematis lengkap adalah untuk
mewujudkan pemberian kepastian hukum dan perlindungan
hukum ha katas tanah masyarakat berlandaskan asas sederhana,
cepat, lancar, aman, adil, merata dan terbuka serta akuntabel,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat dan ekonomi negara serta mengurangi dan encegah
sengketa dan konflik pertanahan.
• Tahap pelaksanaan kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis
lengkap:
1. Perencanaan;
2. Penetapan Lokasi;
3. Persiapan;
4. Pembentukan dan Penetapan Panitia Ajudikasi PTSL dan
Satuan Tugas;
5. Penyuluhan
6. Pengumpulan data fisik dan pengumpulan data yuridis;
7. Penelitian data yuridis untuk pembuktian hak;
8. Pengumuman data fisik dan data yuridis serta pengesahannya;
9. Penegasan konversi/pengakuan hak dan penetapan pemberian
hak;
10. Pembukuan hak;
11. Penerbitan sertipikat ha katas tanah;
12. Pendokumentasian dan penyerahan hasil kegiatan; dan
13. Pelaporan.

• Dalam pendaftaran tanah terdapat pembuktian hak atas tanah yang


berasal dari:
− Perubahan konversi hak-hak lama yang perubahan tersebut
terjadi karena hukum pada tanggak 24 September 1960 tanggal
di undangkannya UUPA oleh dan berdasarkan ketentuan-
ketentuan konversi UUPA.
− Pemberian ha katas tanah oleh pejabat yang berwenang seperti
hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai.

KONVERSI/PENGAKUAN HAK
❖ Pengertian Konversi Hak Atas Tanah
Konversi hak atas tanah adalah perubahan hak atas tanah lama yang
sudah ada pada saat berlakunya UUPA menjadi hak atas tanah yang
sesuai dengan ketentuan UUPA seperti hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan dan hak pakai.
❖ Dasar hukum
a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 125 Tahun 2015 tentang Nomor 128
Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang berlaku di Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
d. Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan
Ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria;
e. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 2 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang
diubah dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor
8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997;
f. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Pengaturan dan Pelayanan Pertanahan.

❖ Pembagian Konversi Hak Atas Tanah


Berdasarkan ketentuan di bagian Kedua UUPA tentang Ketentuan-
Ketentuan Konversi yaitu Pasal I samapi dengan Pasal VIII secara garis
besar konversi ha katas tanah terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
a. Konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah hak barat.
1. Hak Eigendom
2. Hak Opstal
3. Hak Erfpacht
1) Hak Erfpacht untuk perusahaan kebun besar dapat dikonversi
menjadi hak guna usaha.
2) Hak Erfpacht untuk perumahan dapat dikonversi menjadi hak
guna bangunan.
3) Hak Erfpacht untuk pertanian kecil tidak dikonversi dan
dihapus.
4. Hak Gebruik
b. Konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah bekas hak Indonesia.
1. Hak Erpacht yang altijddurend
2. Hak Agrarische Eigendom
3. Hak Gogolan
4. Tanah Yasan/Tanah Bekas Hak Milik Adat
c. Konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah bekas swapraja.
Daerah Swapraja adalah daerah raja-raja semasa pemerintahan
Kolonial Belanda:
1. Hak Hanggaduh
2. Hak Grant
1) Grant Sultan
2) Grant Controleur
3. Hak Konsesi dan Sewa untuk perusahaan kebun besar
PEMBERIAN HAK ATAS TANAH
❖ Pemberian hak atas tanah adalah penetapan pemerintah yang
memberikan suatu ha katas tanah negara, perpanjangn jangka waktu
hak, pembaharuan hak, perubahan hak, termasuk pemberian hak
diatasnya hak pengelolaan. Pemberian hak meliputi hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah negara dan hak
pengelolaan.

❖ Dasar Hukum:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif
Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
d. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan
Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan;
e. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pengaturan dan Tata Cara
Penetapan Hak Guna Usaha;
f. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2013
tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan
Kegiatan Pendaftaran Tanah;
g. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Pengaturan dan Pelayanan Pertanahan;
h. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 1997
tentang Perubahan Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak
Pakai Dan Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Pakai;
i. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999
tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah Tinggal yang
Telah dibeli Oleh Pegawai Negeri Dari Pemerintah; dan
j. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 1998
tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk Rumah Tinggal.

❖ Pemberian Hak
Pemberian hak dapat dilaksanakan dengan keputusan:
a. Pemberian hak secara individual
b. Pemberian hak secara kolektif
c. Pemberian hak secara umum
❖ Tata Cara Pemberian Hak Atas Tanah
a. Permohonan diajukan melalui Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota;
b. Kepala Kantor Pertanahan menerbitkan keputusan pembarian hak
apabila memenuhi persyaratn sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. Setelah menerima berkas permohonan tersebut Kepala Kantor Wilayah
meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas
tanah yang dimohon;
d. Dalam hal keputusan pemberian hak tersebut telah dilimpahkan
kepada Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Wilayah menerbitkan
Keputusan pemberian haknya sesuai dengan peraturan perundnag-
undangan;
e. Dalam hal keputusana pemberian hak tersebut tidak dilimpahkan
kepada Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Wilayah menyampaikan
berkas permohonan dimaksud kepada Kepala Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional disertai pendapatan dan
pertimbangan;
f. Setelah menerima berkas permohonan tersebut Kepala Menteri
ATR/Kepala BPN meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan
data fisik atas tanah yang dimohon;
g. Berdasarkan hasil penelitian kelengkapan dan kebenaran data yuridis
dan data fisik atas tanah yang dimohon serta pertimbangan pendapat
dan pertimbangan Kepala Kantor Wilayah, Menteri ATR/Kepala BPN
menerbitkan Keputusan Pemberian Hak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

❖ Wewenang Pemberian Hak


Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2013
tentang Pelimpahan kewenangan pemberian ha katas tanah dan kegiatan
pendaftaran tanah. Kewenangan pemberian haka atas tanah diberikan
kepada:
a. Kepala Kantor Pertanahan
b. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan
c. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional

❖ Pendaftaran Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah


Surat keputusan pemberian hak atas tanah atau perpanjangan jangka
waktu haka tau pemberian pembaharuan hak didaftarkan di Kntor
Pertanahan dilampirkan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB) untuk
diterbitkan Sertipikat Hak Atas Tanah.

Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah


❖ Ketentuan umum sesuai ketentuan Pasal 94 Permenang Nomor 3 Tahun
1997 Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilaksanakan terhadap obyek
pendaftaran tanah yang telah terdaftar.
❖ Pendaftaran Perubahan Data Yuridis Pendaftaran Tanah:
a. Peralihan hak karena jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan
dalam perusahaan, dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya;
b. Peralihan hak karena pewarisan;
c. Peralihan hak karena penggabungan atau peleburan perseroan atau
koperasi;
d. Pembebanan hak tanggungan;
e. Peralihan hak tanggungan;
f. Hapusnya hak atas tanah, hak pengelolaan, hak milik atas satuan
rumah susun dan hak tanggungan;
g. Pembagian hak bersama;
h. Perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan pengadilan
atau penetapan ketua pengadilan;
i. Perubahan nama akibat pemegang hak yang ganti nama;
j. Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah.

❖ Pendaftaran Perubahan Data Fisik Pendaftaran Tanah


a. Pemecahan bidang tanah;
Dari satu bidang tanah dapat dipecah secara sempurna menjadi
beberapa bagian yang masing-masing merupakan satuan bidang baru
dengan status hukum yang sama dengan bidang tanah semula.
Persyaratan, biaya, waktu dapat dipelajari pada materi SOP sesuai
dengan Perkaban No. 1 Tahun 2010.
b. Pemisahan Sebagian atau beberapa bagian dari bidang tanah;
Atas permintaan pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dari
satu bidang tanah yang telah didaftar dapat dilakukan pemisahan
Sebagian atau beberapa bagian dengan menyebutkan untuk
kepentingan apa pemisahan tersebut dilakukan dan melampirkan:
1) Sertipikat ha katas tanah induk
2) Identitas pemohon
3) Persetujuan tertulis pemegang hak tanggungan, apabila ha katas
tanah yang bersangkutan dibebani hak tanggungan
4) Surat kuasa tertulis apabila permohonan diajukan bukan oleh
pemegang hak
c. Penggabungan dua atau lebih bidang tanah.
Atas permintaan pemegang hak yang bersangkutan dua bidang tanah
atau lebij yang sudah didaftar dan letaknya berbatasan yang
kesemuanya atas nama pemilik yang sama dapat digabung menjadi
satu satuan bidang baru jika semuanya dipunyai dengan yang sama
dan bersisa jangka waktu yang sama. Persyaratan, biaya, waktu dapat
dipelajari pada materi SOP sesuai dengan Perkaban No. 1 Tahun 2010.

❖ Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemeliharaan data


fisik
• Bidang tanah yang akan dilakukan perubahan data fisik harus sudah
terdaftar haknya dan jangka waktu haknya belum berakhir.
• Untuk penggabungan beberapa bidang hak harus mempunyai status
hak, dan pemegang hak yang sama apabila jangka waktunya ada yang
berbeda hasil penggabungan dipilih tanggal waktu berakhir paling
dahulu.

❖ Peralihan Hak Atas Tanah/HM Sarusun Karena Lelang


• Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan
penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin
meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang
didahului dengan pengumuman lelang.
• Jenis-jenis lelang
a. Lelang eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan
putusan/penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang
dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan.
b. Lelang noneksekusi wajib adalah lelang untuk melaksanakan
penjualan barang yang oleh peraturan perundang-undangan
diharuskan dijual secara lelang.
c. Lelang noneksekusi sukarela adalah lelang atas barang milik
swasta.

❖ Peralihan Hak Atas Tanah Diluar Lelang


• Jual beli yaitu peralihan hak sebagai akibat telah dibuatnya suatu
perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan (tanah) dan pihak lainnya untuk
membayar harga yang telah dijanjikan.
• Tanah termasuk dalam kategori sebagai benda tidak bergerak, maka
menurut KUHPerdata pihak penjual memiliki kewajiban utama untuk
menyerahkan tanah yang diperjualbelikan itu kepada pihak pembeli
melalui perbuatan hukum yang disebut penyerahan yuridis atau
yuridische levering.
• Dalam hukum adat tentang jual beli tanah maka terdapat 2 hal pokok
yang mensyaratkan sahnya suatu jual beli. Syarat dimaksud
mengharuskan bahwa jual beli harus dilakukan secara terang dan
tunai atau kontan, yaitu:
1) Terang artinya bahwa jual beli tersebut harus dilakukan didepan
ketua masyarakat adat yang bersangkutan ataupun didepan saksi-
saksi.
2) Sedangkan tunai atau kontan berarti pembeli harus membayar
penuh harga yang telah disepakati.

❖ Peralihan Hak Atas Tanah/HM Sarusun Karena Tukar Menukar


Tukar menukar yaitu peralihan hak yang terjadi karena adanya suatu
perjanjian dengan mana kedua belah pihak mengikatkan dirinya untuk
saling memberikan suatu barang secara bertimbal balik sebagai gantinya
suatu barang lain.
❖ Peralihan Hak Atas Tanah/HM Sarusun Karena Hibah
• Hibah yaitu peralihan hak sebagai akibat adanya suatu perjanjian
dengan mana si penghibah diwaktu hidupnya dengan Cuma-Cuma dan
dengan tidak dapat ditarik Kembali menyerahkan suatu benda guna
keperluan si penerima hibah yang merima penyerahan itu.
• Hibah Suami Isteri:
1) Penghibahan antara suami istri selama dalam perkawinan tidak
diperbolehkan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1678
KUHPerdata, yang dianut KUHPerdata adalah kawin dalam
pencampuran kekayaan.
2) Dengan Undang-Undang No. 1/1974 tentang perkawinan yang
menganut sistem pemisahan harta kekayaan dimana masing-
masing pihak berwenang mengelola sendiri terhadap harta-harta
yang dibawa ke dalam perkawinan termasuk harta yang diperoleh
selama perkawinan karena hibah, hadiah maupun warisan.
Ketentuan Pasal 1678 diatas hanya memiliki arti apabila suami istri
kawin dengan perjanjian pemisahan harta kekayaan.

❖ Peralihan Hak Atas Tanah/HM Sarusun Karena Pemasukan Ke Dalam


Perusahaan/Inbreng
• Pemasukan dalam perusahaan yaitu peralihan hak yang terjadi
sebagai akibat adanya perjanjian dengan mana pihak yang satu
memasukkan tanahnya sebagai penyertaan ke dalam suatu Perseroan
Terbatas sebagai pihak kedua, selanjutnya pihak kedua mengganti
nilai tanah tersebut dengan saham perusahaan dimaksud.
• Pasal 34 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) para pendiri/calon pemenang saham PT menyetorkan
modalnya dalam bentuk:uang, aset, maupun good will
(kecakapan/nama baik) inbreng.
• Bila pemegang saham menyetorkan modal dalam bentuk aset
pribadinya ke dalam harta kekayaan PT, yang diperhitungkan dengan
sejumlah saham.

❖ Peralihan Hak Atas Tanah/HM Sarusun Karena Warisan


1) Warisan yaitu peralihan hak yang terjadi sebagai akibat suatu
peristiwa hukum yaitu matinya seorang pewaris.
2) Wasiat adalah pemberian secara sukarela yang dilaksanakan setelah
pemberinya meninggal dunia, dari sumber:http://kbbi.web.id/wasiat
yang dimaksud dengan:
a. Wasiat: pesan terakhir yang disampaikan oleh orang yang akan
meninggal (biasanya berkenaan dengan harta kekayaan dsb);
b. Wasiat dibawah tangan: wasiat yang dibuat sendiri, tidak di muka
notaris, kepada seorang ahli waris untuk menerima Sebagian atau
seluruh warisan;
c. Wasiat hukum: wasiat yang dibuat di muka notaris dan diumumkan
setelah si pembuat meninggal dunia;
d. Wasiat rahasia: wasiat yang ditaruh di sampul tertutup dan
disimpan oleh notaris (dikuatkan dalam bentuk akta dengan
disaksikan oleh empat orang).
• Hal-hal mengenai pewarisan/wasiat:
a. Dalam hukum waris islam pada prinsipnya pembagian terhadap
anak laki-laki lebih besar dari anak perempuan. Hal ini berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 176 KHI
b. Dalam BW (Burgerlijk Wetboek) atau Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang termasuk ahli waris adalah:
✓ Gol. Pertama yaitu keluarga dalam garis lurus kebawah, meliputi
anak-anak beserta keturunan mereka beserta suami atau isteri
yang ditinggalkan.
✓ Gol. Kedua yaitu keluarga dalam garis lurus keatas meliputi
orang tua dan saudara, baik laki-laki maupun perempuan serta
keturunan meraka.
✓ Gol. Ketiga meliputi kakek, nenek dan leluhur selanjutnya keatas
dari pewaris.
✓ Gol. Keempat meliputi anggota keluarga dalam garis kesamping
dan sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam.

❖ Peralihan Hak Atas Tanah Karena Pembagian Hak Bersama


Pembagian hak bersama yaitu peralihan hak yang terjadi sebagai akibat
timbulnya perjanjian diantara para pihak untuk mengakhiri suatu
pemilikan bersama.

❖ Peralihan Hak Atas Tanah Karena Merger


• Merger adalah proses difusi atau penggabungan dua perseroan dengan
salah satu diantarnya tetap berdiri dengan nama perseorangannya
sementara yang lain lenyap dengan segala nama dan kekayaannya
dimasukan dalam perseroan yang tetap berdiri tersebut.
• Merger terbagi menjadi tiga:
1. Merger horizontal adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis
(usahanya sama);
2. Merger vertikal adalah merger yang terjadi antara perusahaan-
perusahaan yang saling berhubungan, misalnya dalam atur
produksi yang berurutan;
3. Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang
menghasilkan berbagai produk yang berbeda-beda dan tidak ada
kaitannya.
Perubahan Data Pendaftaran Tanah
❖ Perubahan Data Pendaftaran Tanah Berdasarkan Putusan Atau
Penetapan Pengadilan
1. Berdasarkan Pasal 55 PP No. 24 Tahun 1997 Panitera Pengadilan
wajib memberitahukan kepada Kepala kantor Pertanahan Mengenai
isi semua putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dan penetapan ketua pengadilan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan pada data mengenai bidang tanah yang sudah
didaftar atau satuan rumah susun untuk dicatat pada buku tanah
yang bersangkutan dan sedapat mungkin pada sertipikatnya dan
daftar-daftar lainnya.
2. Pencatatan dapat dilakukan juga atas permintaan pihak yang
berkepentingan bersadarkan Salinan resmi putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap atau Salinan penetapan
ketua pengadilan yang bersangkutan yang diserahkan olehnya kepada
kepala Kantor Pertanahn. Pencatatan hapusnya ha katas tanah, hak
pengelolaan dan hak milik atas satuan rumah susun berdasarkan
putusan pengadilan dilakukan setelah diperoleh surat keputusan
mengenai hapusnya hak yang bersangkutan dari Menteri atau Pejabat
yang ditunjuk.

❖ Pendaftaran perubahan nama akibat pemegang hak ganti nama


Permohonan pendaftaran perubahan nama pemegang suatu hak karena
yang bersangkutan berganti nama diajukan oleh yang berkepentingan
dengan melampirkan bukti adanya perubahan nama sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

❖ Pendaftaran perpanjangan jangka waktu


Perpanjangan jangka waktu ha katas tanah didaftar berdasarkan
keputusan pemberian perpanjangan jangka waktu hak yang
bersangkutan dengan mencatat perpanjangan jangka waktu tersebit
dalam buku tanah dan sertipikat.

❖ Pendaftaran pembaruan dan perubahan hak


Dalam pemdaftaran pembaharuan hak dan perubahan hak buku tanah
dan sertipikat lama dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan buku
tanha dan sertipiakt baru dengan nomor hak baru.

❖ Pendaftaran hapusnya ha katas tanah


Pendaftaran hapusnya hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah
susun yang disebabkan oleh habisnya jangka waktu hak tersebut
dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan karena jabatannya
berdasarkan data di Kantor Pertanahan.

❖ Pendaftaran pembebanan, peralihan dan hapusnya hak tanggungan


a. Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut benda-
benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk
pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.
b. Kreditor adalah pihak yangberpiutang dalam satu hubungan utang-
piutang tertentu.
c. Debitor adalah pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang
piutang tertentu.
d. Akta pemberian hak tanggungan adalah akta pejabat Pembuat Akta
Tanah berisi pemberi Hak Tanggungan kepada kreditor tertentu
sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya.
e. Pejabat Pembuata Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang diberi
wewenang untuk membuat akta pemindahan ha katas tanah, akta
pembebanan ha katas tanah dan akta pemberian kuasa membebankan
hak tanggungan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

❖ Sifat Hak Tanggungan


a. Hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi kecuali jika
diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan.
b. Apabila Hak Tanggungan dibebankan pada beberapa hak atas tanah
dapat diperjanjikan dalam akta pemberian hak tanggungan yang
bersangkutan bahwa pelunasn utang yang dijamin dapat dilakukan
dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-
masing hak atas tanah yang merupakan bagian dari obyek hak
tanggungan yang akan dibebaskan dari hak tanggungan tersebut
sehingga kemudian hak tanggungan itu hanya membebani sisa obyek
hak tanggungan untuk menjamin sisa utang yang belum dilunasi.
c. Apabila debitor cidera janji pemegang hak tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutang
dari hasil penjualan tersebut.
d. Hak tanggungan tetap mengikuti obyeknya dalam tangan siapa pun
obyek tersebut berada.

❖ Objek Hak Tanggungan


Objek hak tanggungan sebagaimana siatur dalam Pasal 4 ayat (1)
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 adalah:
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
d. Hak Pakai Atas Tanah Negara
e. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
❖ Pemberian dan Pemegang Hak Tanggungan
a. Pemberi Hak Tanggungan
1) Pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan
hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum terhadap obyek hak tanggungan yang bersangkutan.
2) Kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek
hak tanggungan harus ada pada pemberi hak tanggungan pada saat
pendaftaran hak tanggungan yang dilakukan.
b. Pemegang Hak tanggungan
Pemegang hak tanggungan adalah orang perseorangan atau badan
hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.

LANDREFORM DAN REFORMA AGRARIA


❖ Penyelenggaraan Landreform dan Reforma Agraria
• Pelaksanaan Landreform
• Pelaksanaan Redistribusi Tanah
• Pelaksanaan Reforma Agraria

LANDREFORM
❖ Pengertian Landreform
• Pengertian umum: perombakan dan pembangunan struktur pertanian
lama menjadi struktur pertanian baru.
• Dalam arti sempit: perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan
tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan
pengusahaan tanah.
• Dalam arti luas:
1) Pembaharuan hukum agrarian
2) Penghapusan hak-hak asing
3) Mengakhiri penghisapan feudal secara bertahap
4) Perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta
hubungan hukum terkait penguasan tanah
5) Perencanaan, persediaan, peruntukan dan penggunaan tanah
sesuai dengan daya dan kesanggupan serta kemampuannya.

❖ Tujuan Landreform
• Umum: untuk mempertinggi taraf hidup dan penghasilan petani
penggarap sebagai landasan pembangunan ekonomi menuju
masyarakat adil dan Makmur berdasarkan Pancasila.
• Sosial Ekonomi:
1) Memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat
2) Memperbaiki produksi nasional
• Sosial Politik:
1) Menghapuskan pemilikan tanh yang luas
2) Mengadakan pembagian yang adil atas tanah
• Mental Psikologis:
1) Meningkatkan kegairahan kerja bagi petani penggarap
2) Memperbaiki hubungan kerja antara pemilik tanah
denganpenggarapnya.

❖ Penegasan Tanah Objek Landreform (TOL)


• TOL adalah kegiatan penetapan tanah-tanah yang terkena ketentuan
landreform menjadi tanah objek landreform untuk diredistribusikan
kepada petani penggarap yang memnuhi persyaratan.
• Tujuan penegasan TOL:
a. Memperoleh data atas tanah negara yang digarap/dikerjakan oleh
para petani penggarap.
b. Menerbitkan penguasaan tanah dan pemanfaatan tanah negara.
c. Membantu para petani penggarap untuk ditegaskan sebagai tanah
objek landreform.

❖ Dasar Hukum Landreform


A. Undang-Undang
Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria, pasal-pasal terkait dengan landreform:
• Pasal 7: agar tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan
dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan.
• Pasal 10 (1) : setiap ornag dan badan hukum yang mempunyai
sesuatu ha katas tanah pertanian pada asasnya diwajibkan
mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif dengan
mencegah cara-cara pemerasan
• Pasal 13 (2) : pemerintah mencagah adanya usaha dalam lapangan
agrarian dan organisasi-organisasi perseorangan yang bersifat
monopoli swasta.
• Pasal 17:
1) Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 7 maka untuk
mencapai tujuan yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) diatur
luas maksimum dan minimum tanah yang boleh dipunyai
dengan sesuatu hak tersebut dalam pasal 16 oleh satu keluarga
atau badan hukum.
2) Penetapan batas maksimum termaksud dapat ayat (1) pasal ini
dilakukan dengan Peraturan perundangan dalam waktu yang
singkat.
3) Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum
termasud dalam ayat (2) pasal ini diambil oleh pemerintah
dengan ganti rugi untuk selanjutnya dibagi kepada rakyat yang
membutuhkan menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah.
4) Tercapainya batas maksimum termaksud dalam ayat (1) pasal
ini yang akan ditetapkan dengan peraturan perundangan
dilaksanakan secara berangsur-angsur.
B. Peraturan Pelaksanaan
1. Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan
Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian.
2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1964 tentang Perubahan dan
Tambahan Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 tentang
Pelaksanaan Pembagian Tanah Dan Pemberian Ganti Kerugian.
3. Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1977 tentang Pemilikan Tanah
Pertanian Secara Guntai 9Absentee) bagi para Pensiun Pegawai
Negeri.
4. Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1980 tentang Organisasi dan
Tata Cara Penyelenggaraan Landreform.

❖ Penetapan Luas Maksimum Penguasaan Tanah


• Batas luas penguasaan tanah pertanian diatur dalam peraturan
pemerintah pengganti Undang-Undang (Perppu) No. 56 Tahun 1960
tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.
• Terdapat 3 hal yang diatur dalam undang-undang tersebut:
1. Penetapan luas maksimum pemilikan dan penguasaam tanah
pertanian.
2. Penetapan luas minimum pemilikan tanah pertanian dan larangan
pemecahan pemilik tanah.
3. Penebudan tanah-tanah pertanian yang digadaikan.

❖ Tanah Kelebihan Maksimum


✓ Tanah-tanah pertanian yang dapat dimiliki oleh masing-masing
anggota keluarganya dengan total akumulasi tidak bolej melebihi
batas maksimum.
✓ Jumlah anggota keluarga adalah 7 orang. Setiap anggota se;enihnya
dapat ditambah dengan 10% dari batas maksimum dengan ketentuan
bahwa jumlah tanah pertanian yang dimiliki seluruhnya tidak boleh
dari 20 ha (tanah sawah + tanah Kering)

❖ Tujuan Penetapan Luas Maksimum Tanah Pertanian


✓ Terwujudnya keadilan dan pemerataan penguasaan dan pemilikan
tanah.
✓ Mencegah terjadinya pemusatan dan pemilikan tanah serta mencegah
terjadinya spekulasi.
✓ Tercapainya efesiensi dan optimalisasi pemanfaatan tanah.

❖ Pengecualian Batas Luas Maksimum Tanah Pertanian


✓ Tanah pertanian yang dikuasai dengan Hak Guna Usaha.
✓ Tanah pertanian yang dikuasai dengan hak-hak sementara, terbatas
pada yang didapatkan dari pemerintah, misalnya hak pakai.
✓ Tanah-tanah pertanian yang dikuasai oleh badan-badan hukum.
❖ Kepadatan Penduduk Untuk Tanah Pertanian
Daerah-daerah yang Tanah
Sawah
kepadatan penduduknya digolongkan Kering
tiap kilometer persegi Ha Ha
Sampai 50 Tidak padat 15 20
51 sampai 250 Kurang padat 10 12
251 sampai 400 Cukup padat 7,5 9
400 keatas Sangat padat 5 6

Batas maksimal luas tanah kombinasi adalah luas tanah sawah ditambah
dengan tanah kering senilai tanah sawah ditambah 30% tanah kering di
daerah yang tidak padat, dan 20% didaerah yang padat dengan ketentuan
total seluruhnya tidak boleh melebihi dari 20 ha.

❖ Luas Minimum Pemilikan Tanah Pertanian


Berdasarkan UU No. 56/Prp/1960 pemerintah mengupayakan setiap
petani sekeluarga memiliki tanah pertanian minimal 2 ha.

❖ Pemecahan Pemilikan Tanah Pertanian


Didalam UU No. 56/Prp/1960 ditentukan pencegahan pemilikan tanah-
tanah pertanian menjadi bagian-bagian yang kurang dari 2 ha. Dalam
bagi waris diupayakan bagian dari waris berupa tanah pertanian tidak
kurang dari 2 ha.

❖ Tanah Absentee
✓ Tanah absentee adalah tanah pertanian yang pemiliknya bertempat
tinggal diluar kecamatan letak tanahnya.
✓ Perkembangan transportasi memungkinkan orang bisa
mengusahakan tanahnya secara efektif walaupun bertempat tinggal
diluar kecamatan sehingga ketentuan absentee perlu ditinjau
Kembali.

❖ Penguasaan Tanah Pertanian Secara Absentee


Ketentuan tersebut tidak berlaku, apabila:
1. Letak tanah dikecamatan yang berbatasan dengan kacamatan tempat
tinggal pemilik
2. Pemilik tanahnya:
✓ Sedang menjalankan tugas negara
✓ Senang menunaikan kewajiban agama
✓ Mempunyai alasan khusu yang dapat diterima oleh Menteri Agraria
✓ Khusus PNS dan Pejabat TNI/POLRI ketentuannya adalah seluas
2/5 dari luas maksimum yang ditentukan untuk daerah yang
bersangkutan.
Pensiunan PNS dan TNI/POLRI tetap terkena ketentuan absentee. Tanah
absentee juga tidak boleh dialihkan ke PNS dan TNI/POLRI.
❖ Tanah Swapraja dan Bekas Swapraja
✓ tanah swapraja atau bekas swapraja yang masih ada sejak tanggal 24
September 1960 menjadi hapus dan beralih kepada negara.
✓ Adalah tanah domein swapraja dan bekas swapraja yang dimiliki oleh
kerajaan dan bukan milik pribadi dari raja yang bersifat feudal dan
tidak sesuai dengan jetentuan Undang-Undang NO. 5 Tahun 1960.
✓ Peruntukan:
a. Untuk kepentingan Pemerintah.
b. Untuk yang langsung dirugikan karena dihapusnya hak-hak
swapraja atas tanah tersebut.
c. Untuk rakyat yang membutuhkan tanah.

❖ Tanah-tanah Yang Langsung Dikuasi Oleh Negara


✓ Adalah tanah yang dikuasai langsung oleh negara telah habis waktu
atau dibatalkan haknya.
✓ Tanah-tansh negara yang dimaksud adalah:
• Tanah bekas hak erfpacht/Hak Guna Usaha
• Tanah kehutanan yang telah dikeluarkan dari Kawasan hutan
• Tanah adat/ulayat yang tealah dikeluarkan oleh Kepala Adat/Tetia
Adat Setempat.
• Tanah lainnya seperti tanah gogolsn tanah timbul tanah pantai.
✓ Tanah obyek landreform yang akan diberikan ganti rugi oleh
pemerintah yaitu tanah kelebihan maksimum dan absentee serta
tanah partikelir.

❖ Gadai Tanah Pertanian dan Tanaman Keras adalah hubungan hukum


antara seorang dengan tanah kepunyaan orang lain. Didalam pegadaian
dihindari unsur pemerasan atau unsur curang dalam transaksi.
❖ Bagi Hasil Tanah Pertanian menurut UU No. 2 Tahun 1960 tentang Bagi
Hasil adalah perjanjian yang diadakan antara pemilik tanah dengan
seseorang atau badan hukum yang disebut penggarap.

❖ Redistribusi Tanah
Tanah-tanah yang dapat diredistribusikan meliputi:
a. Tanah-tanah yang melebihi batas maksimum
b. Tanah-tanah absentee yang diambil oleh Pemerintah
c. Tanah-tanah swapraja dan bekas swapraja yang telah beralih kepada
negara
d. Tanah-tanah lain yang dikuasai langsung oleh Negara yang akan
ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria

❖ Tanah-tanah yang akan ditegaskan menjadi obyek landreform adalah:


a. Termasuk dalam keputusan Menteri Pertanian dan Agraria Nomor
S.K.30/Ka/1962 tentang Penegasan Tanah-tanah yang akan dibagikan
dalam rangka pelaksanaan landreform:
a) Tanah partikelir sesuai penerapan UU No. 1 Tahun 1958
1) Berupa tanah pertanian
2) Tidak diberikan Kembali kepada bekas pemilik
3) Tidak dapat diberikan dengan hak milik
b) Tanah bekas hak erfpacht/Guna Usaha:
1) Berupa tanah pertanian
2) Dikuasai langsung oleh negara
b. Tanah-tanah yang dkuasai langsung oleh negara berdasarkan
Keputusan Kepala BPN Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Permohonan Penegasan Tanah Negara Menjadi Obyek
Pengaturan Penguasaan Tanah/landreform berupa:
1) Tanah negara bebas
2) Tanah bekas erfpacht
3) Tanah bekas HGU
4) Tanah bekas kehutanan
5) Tanah bekas gogolan
6) Tanah bekas hak adat/ulayat

❖ Penerimaan Redistribusi Tanah:


a. Penggarap yang mengerjakan tanah
b. Buruh tani tetap pada bekas pemilik yang mengerjakan tanah yang
bersangkutan
c. Pekerja tetap pada bekas pemilik tanah yang bersangkutan
d. Penggarap yang belum sampai 3 tahun mengerjakan tanah yang
bersangkutan
e. Penggarap yang mengerjakan tanah hak pemilik
f. Penggarap tanah-tanah yang oleh Pemerintah diberi peruntukan lain
g. Penggarap yang tanah garapannya kurnag dari 0,5 ha
h. Pemilik yang luas tanahnya kurang dari 0,5 ha
i. Petani atau buruh tani lainnya

❖ Syarat Penerima Redistribusi Tanah:


✓ Syarat Umum:
Warga negara Indonesia bertempat tinggal di kecamatan tempat letak
tanah yang bersangkutan dan kuat kerja dalam pertanian.
✓ Syarat Khusus:
• Bagi petani yang terholong dalam prioritas a, b, e, f dan g telah
mengerkalan tanah yang bersangkutan sekurang-kurangnya 3
tahun berturut-turut
• Bagi petani yang tergolong dalam prioritas d telah mengerjakan
tanahnya 2 musim berturut-turut
• Bagi para pekerja tetap yang tergolong dalam prioritas telah bekerja
pada bekas pemilik selama 3 tahun berturut-turut

REFORMA AGRARIA
❖ Dasar Hukum Reforma Agraria
• Ketetapan MPR RI Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria
dan Pengelolaan Sumber DAya Alam
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 tentang Penghapusan tanah-
tanah Partikelir
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
• Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria

❖ Sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA)


• Identifikasi dan investigasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah (IP4T) sebanyak 18 Juta bidang atau 9 juta ha
• Identifikasi Kawasan hutan yang akan dilepaskan sebanyak 4,1 juta
ha
• Identifikasi tanah hak yang habis masa berlakunya, tanah terlantar
dan tanah transmigrasi yang belum bersertipikat sebanyak 1 juta ha
• Identifikasi tanah milik masyarakat dengan kriteria penerima reforma
agrarian untuk legalisasi asset sebanyak 3,9 juta ha

❖ Ruang Lingkup Reforma Agraria DI Dalam RPJMN 2020-2024


• Penyediaan sumber tanah obyek reforma agrarian (TORA), termasuk
melalui pelepasan Kawasan hutan
• Pelaksanaan redistribusi tanah termasuk untuk pengembangan
Kawasan transmigrasi
• Pemberian sertipikat tanah (legalisasi) termasuk untuk Kawasan
transmigrasi yang penempatan sebelum tahun 1998
• Pemberdayaan masyarakat penerima TORA

❖ Reforma Agraria = Akses Reform + Aset Reform


• Aset Reform adalah pengaturan Kembali penguasaan dan pemilikan
tanah.
• Akses reform merupakan pemberian akses permodalan kepada
masyarakat dalam hal ini dengan menggunakan sertipikat tanah
sebagai modal penciptaan atau pengembangan usaha.

❖ Tujuan Pelaksanaan Reforma Agraria


1. Mengurangi ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah
2. Menciptakan sumber-sumber kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat yang berbasis agrarian
3. Meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan
4. Memperbaiki akses masyarakat kepada sumber ekonomi
5. Menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi kemiskinan
6. Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup serta menangani
dan menyelesaikan konflik agrarian.

❖ Penataan Penguasaan Dan pemilikan Tanah


Penataan penguasaan dan pemilikan tanah melalui kerangka Reforma
Agraria berupa:
• Redistribusi tanah kepada penggarap tak bertanah
• Pengakuan pemerintah terhadap hak mutlak masyarakat lokal/adat

Rancangan kebijakan terkait reforma agrarian antara lain tataguna tanah,


sewa menyewa, pajak tanah, sakap menyakap, pembatasan minimum dan
maksimum penguasaan tanah dan penegakab sanksi hukum

❖ Kepastian Hukum Dan Legalisasi Hak Atas Tanah


• Redistribusi penguasaan/pemilikan tanah: taanh Objek Reforma
Agraria (TORA) untuk kelompok masyarakat miskin pedesaan.
• Rediistribusi penggunaan/pemanfaatan tanah: penyewaan tanah
kepada petani penggarap seperti tanah kas desa, tanh hak berskala
luas dan sebagainya

❖ Proses Pelaksanaan Legalisasi Hak Atas Tanah


Kegiatan-kegiatan prioritas dari reforma agrarian adalah, sebagai berikut:
1. Perbaikan proposi petugas ukur dan petugas reforma agrarian di
Kabupaten/Kota
2. Peningkatan cakupan Peta Dasar Pertanahan
3. Peningkatan legalisasi asset untuk rakyat miskin
4. Publikasi tata batas Kawasan hutan
5. Legalisasi untuk penguatan hak bersama atas TORA hasil reditribusi
6. Legalisasi untuk tanah transmigrasi
7. Sosialisasi peraturan terkait adat/ulayat dan legalisasi pengakuan
wilayah adat

❖ Pengertian Akses reform

❖ Bentuk Akses Reform


• Sumber permodalan
• Sarana produksi
• Teknologi tepat guna
• Konversi tanah dan air
• Pemasaran
• Koperasi
• Pemberdayaan lainnya

❖ Tahapan Kegiatan Akses Reform


• Tahap menentukan pendekatan awal
• Tahap fasilitasi
• Tahap perumusan strategi
• Tahap pembangunan komitmen
• Tahap pengembangan jati diri

❖ Kegiatan Prioritas Akses Reform


• Koordinasi pemberdayaan
• Sekolah lapangan petani
• Jaringan pemasaran
• Pembangunan infrastruktur
• Bantuan permodalan dan kelembagaan
• Pengembangan teknologi hasil pertanian

❖ Pelaksanaan Akses Reform


• Alat : menyiapkan perangkat aparat pemberdayaan, penerima manfaat
dan isntasni terkait lainnya
• Cara : menentukan cara efektif, efisien melalui kegiatan pemetaan
sosial (social mapping) dan Analisa sosial
• Sistem : rangkaian kegiatan antar komponen yang membentuk satu
kesatuan terintegrasi
• Aksi : memotivasi memfasilitasi dan control bagi aparat pelaksana serta
masyarakat penerima manfaat
PENATAGUNAAN TANAH
❖ Peraturan yang terkait dengan Penatagunaan Tanah adalah:
• Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
• Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
• Undang-Undang No. 41 Tahun 2007 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
• Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah
• Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung
• Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 13 Tahun
2021 tentang Pelaksanaan Kesesuaian Kagiatan Pemanfaatan Ruang
dan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang
• Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 12 Tahun
2021 tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan

❖ Pengertian
1. Penatagunaan Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik
yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia.
2. Penguasan Tanag adalah hubungan hukum antara orang per orang,
kelompok orang atau badan hukum dengan tanah Sebagian
dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria.
3. Pemanfaat tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah
tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya.
4. Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna
tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaat tanah
yang berwujud konsolidasi pemanfaatan sebagai satu kesatuan
sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil.

❖ Dasar-dasar Penatagunaan Tanah:


1. Kewenangan mengatur persediaan, peruntukan, penggunaan tanah
serta pemeliharaannya ada pada negara.
2. Hak atas tanah memberi wewenang kepada pemegang hak untuk
menggunakan tanah tersebut secara aktif.
3. Kewenangan pemegang hak atas tanah untuk menggunakan tanah
dibatasi oleh ketentuan: hak atas tanah berfungsi sosial.
4. Perlindungan terhadap pihak ekonomi lemah dalam proses
penatagunaan tanah.
5. Penatagunaan tanah tidak dapat dipisahkan dari pengaturan
penguasaan dan pemilikan tanah.
6. Penatagunaan tanah sebagai subsistem penataan ruang dan sub
sistem pembangunan.
7. Penatagunaan tanah adalah multi dimensi dan multi sectoral.
8. Penatagunaan tanah harus mampu menyediakan tanah bagi semua
kegiatan pembangunan yang sifatnya dinamis.
9. Penyelenggaraan penatagunaan tanah tugas pemerintah pusat,
pelaksanaannya di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi.

❖ Prinsip Perencanaan Tata Guna Tanah:


1. Prinsip penggunaan aneka (principle of multiple use)
Prinsip ini menghendaki agar rencana tata agraria dapat memenuhi
beberapa kepentingan sekaligus pada satu kesatuan tanah tertentu.
2. Prinsip penggunaan maksimum (principle of maximum production)
Prinsip ini dimaksudkan agar penggunaan suatu bidang agrarian
diarahkan untuk memperoleh hasil fisik yang setinggi-tingginya untuk
memenuhi kebutuhan rakyat yang mendesak.
3. Prinsip penggunaan optimum (principle of optimum use)
Prinsip ini menghendaki agar penggunaan suatu bidang agrarian dapat
memberikan keuntungan ekonomis yang sebesar-besarnya kepada
orang menggunakan/mengusahakan tanpa merusak Sumber alam itu
sendiri.

❖ Kebijakan Penatagunaan Tanah:


1. Penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRw), memenuhi syarat- syarat penggunaan dan
pemanfaatan tanah, memelihara tanah, dan mencegah kerusakan
tanah/lingkungan.
2. Penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan RTRW tidak dapat
diperluas atau dikembangkan penggunaannya.
3. Hak Atas Tanah dapat diberikan terhadap bidang-bidang tanah yang
terletak di Kawasan Lindung kecuali pada Kawasan Hutan dan pada
lokasi situs di Kawasan Cagar Budaya.
4. Pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan RTRW tidak dapat
ditingkatkan pemanfaatannya.
5. Penetapan RTRW tidak memepengaruhi status hubungan hukum di
atas tanah.

❖ Karakteristik Penggunaan Tanah


A. Klasifikasi penggunaan tanah perkotaan
1) Tanah Perumahan adalah bidang-bidang tanah yang digunakan
untuk kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan.
2) Tanah Perusahaan adalah bidang-bidang tanah yang digunakan
untuk suatu badan hukum dan atau badan usaha milik
pemerintah maupun swasta untuk kegiatan ekonomi yang bersifat
komersial bagi
pelayanan perekonomian dan atau tempat transaksi barang dan
jasa.
3) Tanah Tidak Ada Bangunan adalah bidang-bidang tanah di dalam
wilayah perkotaan yang belum atau tidak digunakan untuk
pembangunan perkotaan.
B. Klasifikasi Penggunaan tanah perdesaan:
1) Tanah Perkampungan adalah areal tanah yang digunakan untuk
kelompok bangunan padat ataupun jarang tempat tinggal
penduduk untuk dimukimi secara menetap.
2) Tanah Persawahan adalah areal tanah pertanian basah dan atau
kering yang digenangi air secara periodik dan atau terus menerus
ditanami padi dan atau diselingi dengan tanaman tebu, tembakau
dan atau tanaman semusim lainnya.
3) Tanah Industri adalah tanah areal yang digunakan untuk kegiatan
ekonomi berupa proses pengolahan bahan-bahan baku menjadi
barang jadi/setengah jadi dan atau setengah jadi menjadi barang
jadi.
4) Pertanian Tanah Kering Semusimadalah areal pertanian yang tidak
pernah diairi dan mayoritas ditanami dengan tanaman umur
pendek.
5) Kebun campur adalah areal yang ditanami rupa-rupa jenis
tanaman keras dan atau tanaman semusim dan atau kombinasi
tanaman keras dan semusim atau tanaman buah-buahan serta
tidak jelas mana yang menonjol.
6) Tanah Perkebunan adalah areal tanah yang ditanami tanaman
keras dengan satu jenis tanaman.
7) Hutan adalah areal yang ditumbuhi oleh pepohonan yang tajuk
pohonnya dapat saling menutupi/bergesekan.
8) Perairan Darat adalah areal tanah yang digenangi air, secara
permanen baik buatan maupun alami.

❖ Unsur Kemampuan Tanah


Kemampuan Tanah adalah penilaian pengelompokan potensi unsur-
unsur fisik wilayah bagi kegiatan penggunaan tanah. Unsur kemampuan
tanah terdiri dari:
1. Kemiringan tanah/ lereng
2. Kedalaman efektif tanah
3. Tekstur tanah
4. Drainase
5. Erosi
6. Faktor pembatas

❖ Klasifikasi kemampuan tanah berdasarkan tingkat skala peta. Kelas


kemampuan tanah pada tingkat peta skala detail lebih banyak dari skala
umum.
❖ Penyajian peta kemampuan tanah merupakan kombinasi unsur-unsur
kemampuan tanah yang dinyatakan dalam bentuk notasi. Sebagai contoh:
IA2bt:
I : Kemiringan tanah/lereng : O-2%
A : Kedalaman efektif tanah: lebih dari 90 cm
2 : Tekstur tanah sedang
b : Tidak pernah tergenang
t : Tidak ada erosi

❖ Untuk menentukan kriteria jenis peruntukan penggunaan tanah yang


tepat pada kemiringan tanah tertentu.
• Lereng adalah sudut kemiringan tanah yang dibentuk oleh permukaan
tanah dengan bidang datar yang dinyatakan dalam persen (%) dan
menunjukkan perbandingan antara beda tinggi dua titik diatas
permukaan tanah dengan jarak proyeksi antara dua titik tersebut
• Kedalaman efektif tanah adalah tebal lapisan tanah bagi pertumbuhan
tanaman yang dihitung dari permukaan tanah sampai bahan induk
tanah atau sampai batas bawah yang perakan tanaman tidak dapat
menembusnya.

❖ Secara umum menggambarkan tingkat kegemburan tanah dan penting


untuk mengetahui jenis vegetsi yang cocok.
• Tekstur tanah adalah keadaan halus kasarnya tanah yang ditentukan
atau dinilai berdasarkan perbandingan fraksi pasir, debu dan liat.
Memberikan informasi jenis tanaman yang cocok pada tekstur tanah
tertentu
• Drainase adalah keadaan air permukaan tanah yang menunjukkan
lama dan seringnya tanah dalam kondisi jenuh air atau menunjukkan
kecepatan air meresap atau mengalir dari permukaan tanah suatu
tempat.
• Erosi adalah pengikisan lapisan permukaan tanah oleh kekuatan,
sehingga mengakibatkan butiran tanah terangkut ke tempat lain
• Faktor pembatas merupakan keadaan yang membatasi usaha
memanfaatkan tanah sebagai akibat sifat fisik dan kimiawi tanah.
Terdiri dari:
✓ Permukaan berbatu
✓ Endapan batu pasir
✓ Batu sabak
✓ Air asin
✓ Tanah labil
✓ Gambut

❖ Pengelolaan Data Penatagunaan Tanah Peraturan Pemerintah No. 16


Tahun 2004 tentangPenatagunaan Tanah menegaskan bahwa
penyelenggaraan
Penatagunaan Tanah terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
a. Inventarisasi data dan informasi penatagunaan tanah
b. Penyusunan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan tanah
untuk berbagai kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang (yang lebih
dikenal dengan istilah neraca penatagunaan tanah)
c. Perumusan pola penyesuaian penatagunaan tanah dengan rencana
tata ruang.
❖ Keseluruhan kegiatan penyelenggaraan penatagunaan tanah tersebut
membutuhkan basis data yang akurat dan terkini, yang dikelola dalam
suatu sistem informasi geografi yang Pengelolaan Sistem Informasi
Geografi telah menjadi salah satu tupoksi Direktorat Penatagunaan Tanah
sebagaimana
dimaksud dalam Permen Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional No. 16 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan tata kerja kementerian agraria dan tata ruang/badan
pertanahan Nasional.

❖ ANALIS DATA
Analisa penatagunaan tanah terdiri dari analisa perubahan penggunaan
tanah, analisa kesesuaian penggunaan tanah terhadap rencana tata
ruang,
analisa ketersediaan tanah dan analisa ketersediaan tanah untuk
komoditas tertentu.
1. Analisa Perubahan Penggunaan Tanah.
Analisa perubahan penggunaan tanah dilakukan untuk mengetahui
laju
perubahan penggunaan tanah dalam kurun waktu kurang lebih 3 s/d
5
tahun. Analisa perubahan penggunaan tanah terdiri dari:
a. Perubahan penggunaan tanah
Melalui Analisa Perubahan Penggunaan Tanah, dapat diketahui
luas dan lokasi perubahan penggunaan tanah dalam kurun waktu
tertentu.
b. Perubahan penggunaan tanah pada fungsi kawasan.
Perubahan penggunaan tanah tidak selamanya berlangsung sesuai
dengan arahan tata ruang. Melalui Analisa Perubahan Penggunaan
Tanah pada Fungsi Kawasan, dapat dilihat besarnya penyusutan
dan/atau penambahan luas penggunaan tanah pada fungsi
kawasan tertentu, yang selanjutnya dapat dikaji kesesuaiannya
dengan tata ruang.
2. Analisa Kesesuaian Penggunaan Tanah Terhadap Rencana Tata Ruang
Analisa kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW dilakukan
untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan ruang/implementasi RTRW
yang telah dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah. Semakin
besar penggunaan tanah yang sesuai dengan RTRW maka semakin
baik pula pelaksanaan RTRW dalam wilayah kabupatern/kota.
Analisa Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW sebagai
berikut:
a. Menyusun Matriks Kesesuaian penggunaan tanah terhadap arahan
fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
dengan klasifikasi sebagai beriku:
- Sesuai apoabila penggunaan tanah yang ada telah sesuai dengan
arahan fungsi Kawasan dalam dokumen dan Peta RTRW. Sebagai
contoh, penggunaan tanah sawah pada fungsi kawasan
pertanian lahan basah.
- Tidak Sesuai; apabila penggunaan tanah tidak sesuai dengan
arahan fungsi kawasan dalam dokumen dan Peta RTRW. Sebagai
contoh, industri pada fungsi kawasan pertanian lahan basah.
- Penentuan tingkat kesesuaian sebagaimana tersebut di atas,
- mengacu poda peta RTRW maupun jenis kegiatan yang
diperbolehkan untuk setiap fungsi kawasan dalam dokumen
RTRW.
b. Melaksanakan overlay (tumpang-susun) Peta Penggunaan Tanah
(baru terhadap Peta RTRW dengan menggunakan Matriks
Kesesuaian sebagai acuan.
3. Analisa Ketersediaan Tanah
Analisa ketersediaan tanah terdiri dari 2 (dua) analisa, yaitu analisa
prioritas Ketersediaan Tanah dan Analisa Ketersediaan Tanah untuk
Kegiatan atau Komoditas Tertentu.
Pada prinsipnya analisa ketersediaan tanah mengacu pada
penggunaan dan penguasaan tanah. Tanah-tanah yang belum
digunakan secara intensif dan belumn dikuasai dengan hak atas tanah
(skala besar) dikategorikan sebagai tanah-tanah yang tersedia untuk
berbagai kegiatan sesuai dengan tata ruang. Sedangkan tanah-tanah
yang telah digunakan secara intensif dan telah dikuasai dengan hak
atas tanah (skala besar) masih dikategorikan tersedia dalam rangka
penyesuaian dan optimalisasi penggunaan tanah.

IMPLEMENTASI PENATAGUNAAN TANAH


❖ IMPLEMENTAS
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 13 Tahun 2021
tentang Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan
Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang.
❖ Fungsi KKPR Awal
1) Acuan Pemanfaatan Ruang
2) Acuan Administrasi Pertanahan
❖ Data/Informasi Penguasaan dan Perolehan Tanah Pertimbangan Acuan
Penerbitan KKPR Hak Atas Tanah (HAT)
Di satu lokasi yang sama, hanya boleh terbit maksimal 2 KKPR. yang terdiri
atas:
1 KKPR untuk perolehan tanah, dan
1 KKPR untuk pemilik tanah
❖ Pasal 176 UU CK, angka 10 Pasal 402 A UU No. 23/2014 tentang
Pemerintahan Daerah Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi serta Daerah Kabupaten/Kota
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
harus
dibaca dan dimaknai sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang
Undang tentang Cipta Kerja.

❖ IMPLEMENTASI
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 12 Tahun 2021
tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan
❖ Pengertian dan Kedudukan Pertimbangan Teknis Pertanahan
Pertimbangan yang memuat hasil analisis teknis penatagunaan Tanah
yang meliputi ketentuan dan syarat penguasaan, pemilikan, penggunaan,
dan/atau pemanfaatan Tanah dengan memperhatikan Rencana Tata
Ruang, sifat dan jenis hak, kemampuan Tanah, ketersediaan Tanah serta
kondisi permasalahan pertanahan.

❖ Diterbitkan dalam rangka


✓ penerbitan KKPR
✓ penegasan status dan rekomendasi penguasaan Tanah Timbul
✓ penyelenggaraan kebijakan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
❖ Subjek pertimbangan teknis pertanahan Penerbitan KKPR
a. Pelaku usaha;
b. Masyarakat; atau
c. Kementerian/Lembaga.

Penegasan status dan rekomendasi penguasaan tanah timbul


Penyelenggaraan kebija kan penggunaan dan pemanfaatan tanah
a. warga negara Indonesia; dan
b. Badan Hukum.
❖ Ketentuan Umum Pertimbangan Teknis Pertanahan
✓ Tidak merugikan kepentingan umum
✓ Tidak mengganggu penggunaan tanah sekitar
✓ Memenuhi asas keadilan dan keberlanjutan
✓ Memperhatikan unsur-unsur Kemampuan Tanah
✓ Memenuhi ketentuan peraturan perundangan

❖ Batasan tidak merugikan kepentingan umum (1)


✓ Ketersediaan tanah yang relatif mencukup untuk perkembangan
kehidupan masyarakat.
✓ Terpadu dengan lingkungan sekitarnya yaitu tidak
menutup,memelihara dan meningkatkan akses jalan masyarakat,
saluran drainase/pembuangan dan jaringanirigasi
✓ Menyediakan sesuai kebutuhan meliputi akses jalan, saluran
drainase/pembuangan, jaringan irigasi atau lainnya
✓ Harus menyediakan sarana dan prasarana publik sesuai dengan
perencanaan pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
✓ Menyediakan sarana
• Pengolahan limbah
• Ruang terbuka hijau
• Sarana konservasi tanah dan air seperti sumur resapan, biopori,
terasering, Sodetan Sarana dan prasarana lainnya seperti tempat
parkir, basement, tempat ibadah sesuai dengan skalanya, sanitasi,
kebersihan, keamanan dan sebagainya
✓ Rencana penggunaan dan pemantaatan tanah diupayakan
menghindari tanah-tanah pertanian subur, tanah beririgasi dan tanah-
tanah yang memiliki habitat khusus untuk komoditas tertentu.

❖ Batasan tidak merugikan kepentingan umum (2)


✓ Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada Pulau-pulau kecil Tanah
timbul Tanah hasil reklamasi Bidang-bidang tanah yang berada di
sempadan pantai, sempadan danau, sempadan waduk, sempadan
sungai.
1. Tidak boleh menutup akses masyarakat
2. Memelihara dan meningkatkan kualitas sarana akses
3. Tidak boleh menguasai, memiliki,menggunakan dan
memanfaatkan pulau-pulau kecil, tanah timbul, tanah hasil
reklamasi secara keseluruhan
4. Memelihara bagian wilayah pulau-pulaukecil, tanah timbul, tanah
hasil reklamasi yang tidak dikuasai atau dimiliki sebagai bentuk
partisipasi sosialnya

❖ Batasan Tidak Merugikan Kepentingan Umum (3)


Penggunaan dan pemanfaatan tanah yang memanfaatkan tubuh
air/menjorok ke laut, danau seperti restoran, cottage, resort, harus
memenuhi ketentuan:
1. Tidak boleh mematikan usaha-Usaha nelayan setempat
2. Tidak boleh merusak ekosistem pantai seperti terumbu karang,
mangrove, dan biota laut lainnya
3. Tidak boleh menimbulkan polusi air
4. Harus menyediakan sarana pencegahan abrasi dan erosi Pantai
seperti pemecah gelombang, rekayasa vegetative dan sebagainya
❖ Batasan tidak merugikan kepentingan umum (4)
✓ Rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah yang memanfaatkan air
tanah dalam jumlah yang besar:
1. Harus memperhitungkan ketersediaan air tanah bagi masyarakat
sekitar.
2. Harus menyediakan air bersih beserta sarana dan prasarananya
bagi masyarakat sekitar.
✓ Penggunaan dan pemanfaatan tanah yang memanfaatkan tubuh
air/menjorok ke laut, danau seperti restoran, cottage, resort, harus
memenuhi ketentuan:
1. Harus mendorong pertumbuhan dan pengembangan sosial ekonomi
masyarakat pada garis perbatasan Negara.
2. Harus terintegrasi dengan program pertahanan dan keamanan
Negara.

❖ Batasan Tidak Mengganggu Penggunaan Tanah Sekitar (1)


Penggunaan dan pemanfaatan tanah tidak melanggar norma sosial,
budayo, agama dan keyakinan yang dianut mayoritas masyarakat
setempat, meliputi:
1. Tidak melaksanakan usaha tertentu di lingkungan masyarakat yang
memiliki budaya dan keyakinan yang berbeda dengan usaha tersebut.
2. Penggunaan dan pemanfaatantanah dimungkinkan apabila
memperoleh persetujuan dari masyarakat sekitar
3. Kegiatan harus memperoleh izin dari instansi yang berwenang.

❖ Batasan Tidak Mengganggu Penggunaan Tanah Sekitar (2)


✓ Dilarang meniadakan atau merugikan kegiatan perekonomian
masyarakat yang telah ada Penggunaan dan pemanfaatan tanah untuk
pusat-pusat perdagangan modern tidak boleh berada di lingkungan
lokasi pasar tradisional
✓ Penggunaan dan pemanfaatan tanah yang menimbulkan polusi suara,
tanah, udara, air dan bau:
1. Harus melakukan rekayasa teknis seperti instalasi pengolahan
limbah, teknik peredam suara, teknik vegetasi, ruang terbuka hijau
dan sebagainya.
2. Tidak boleh ditempatkan di wilayah permukiman, pendidikan dan
peribadatan kecuali dengan persetujuan dari masyarakat sekitar.

❖ Batasan Memenuhi Azas Keberlanjutan (1)


Tidak boleh menguasai sumber air atau mata air, merubah bentang alam
secara besar-besaran. Wilayah sekitar situ, mata air, sungai, danau atau
tubuh air alami lainnya
1. Dilarang melakukan kegiatan penggunaan dan pemanfaatan tanah
yang berdampak pada hilang atau berkurangnya kualitas (luasan
maupun
kedalaman) situ, mata air, sungai, danau atau tubuh air alami lainya.
2. Dilarang merusak atau menutupsumber air atau mata air.
3. Dilarang melakukan pengurukan/ penimbunan/reklamasi situ, mata
air atau tubuh air alami lainya.
4. Dilarang mencemari situ, mata air atau tubuh air alami lainnya.

❖ Batasan Memenuhi Azas Keberlanjutan (2)


Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung harus
memperhatikan keterbatasan daya dukung, keterkaitan ekosistem,
keanekaragaman hayati serta kelestarian fungsi lingkungan. Penggunaan
dan pemanfaatan tanah di wilayah sekitar situs sejarah tidak boleh
mengganggu/merusak/mengubah/menghilangkan keberadaan situs.
1. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung tidak
mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan
ekosistem alami
2. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung dibatasi
untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan ekowisata sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

❖ Batasan Memenuhi Azas Keberlanjutan (3)


Penggunaan dan pemanfaatan tanah di wilayah sekitar situs sejarah tidak
boleh mengsangsu/merusak/mengubah/menghilangkan keberadaan
situs
1. Untuk tanah yang tergenang periodik wajib dibangun sistim tata air
seperti saluran drainase/pembuangan yang memadai.
2. Untuk tanah yang tergenang terus-menerus sebagai wilayah
tangkapan air alami tidak boleh ditimbun, direklamasi atau dibangun.
3. Wilayah yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air tidak boleh
ditimbun, direklamasi atau dibangun.

❖ Batasan Memenuhi Azas Keberlanjutan (4)


✓ Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada daerah dengan lereng 15%
(lima belas persen) -40% (empat puluh persen), harus dilakukan
dengan rekayasa teknis mekanik dan vegetatif yang sesuai untuk
mencegah terjadinya erosi, aliran permukaan (run-off), dan longsor.
✓ Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada daerah dengan lereng lebih
dari 40% (empat puluh persen), dibatasi untuk kegiatan yang berfungsi
lindung dan/atau kegiatan lain yang didukung dengan rekayasa teknis
yang berteknologi tinggi.

❖ Batasan Memenuhi Azas Keberlanjutan (5)


Pembatasan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada ketinggian lebih
dari 1000 md.p.l
1. Kegiatan yang berfungsi lindung
2. Kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan fungsi lindung.
Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada wilayah gambut dengan
kedalaman lebih dari3 m tidak diperkenankan. Daerah rawan bencana,
seperti rawan longsor dan rawan banjir, dilarang dipergunakan untuk
kegiatan budidaya.

❖ Batasan Memperhatikan Azas Keadilan


Harus mempertimbangkan penyediaan tanah yang relatif mencukupi dan
atau bentuk kerjasama lainnya bagi perkembangan kehidupan
masyarakat.
Dapat mengembangkan kehidupan ekonomi masyarakat sekitar:
1. Melalui pemberian akses ekonomi bagi masyarakat untuk
menggunakan dan memanfaatkan tanahnya secara lebih baik
2. Membuka peluang pelibatan masyarakat (kemitraan) dalam usaha
penggunaan dan pemanfaatan tanahnya secara lebih baik.
Dapat mengembangkan kehidupan sosial masyarakat sekitar melalui
pelibatan peran serta masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan.

❖ Batasan Memenuhi Ketentuan Peraturan Perundangan


✓ Penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai dengan fungsi
kawasan dalam Rencana Tata Ruang yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah Harus memperhatikan ketentuan dan syarat
✓ penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

❖ Tahapan Kegiatan Pertimbangan Teknis Pertanahan


1. Permohonan
2. peninjauan lokasi
3. pengolahan dan analisis data
4. rapat pembahasan
5. penyusunan risalah dan peta
6. penetapan

PENATAAN WILAYAH PESISIR, PULAU-PULAU KECIL,


PERBATASAN, DAN WILAYAH TERTENTU

I. KONSEPSI WP3WT
❖ DASAR HUKUM
Peraturan yang mendasarí kegiatan di lingkungan Direktorat WP3WT
yang utama adalah pasal 33 (3) UUD 1945. Selanjutnya peraturan yang
terkait dengan WP3WT adalah:
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Pokok Agraria.
2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
3. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil
4. Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
5. Peraturan Menteri ATR/ Kepala BPN No. 17 Tahun 2016 tentang
Penataan Pertanahan Di Wilayah Pesisir.

❖ Wilayah Pesisir
• Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat
danlaut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Ruang
lingkup pengaturan Wilayah Pesisir meliputi daerah peralihan
antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan
di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi
kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur
dari garis pantai.
• Karakteristik wilayah pesisir umumnya adalah pemukiman nelayan,
pasar dengan tempat pelelangan ikan. Sebagian wilayah yang dekat
dengan muara atau sumber air tawar dibuat tambak air payau
dengan komoditi seperti ikan dan udang.
• Sawah, tegalan dan kebun rakyat dengan komoditi khas seperti
kelapa dan pisang juga dapat tumbuh di sekitar pesisir atau di
wilayah pesisir langsung. Semak belukar dengan tumbuhan bakau
masih terdapat walaupun arealnya makin berkurang karena dialih
fungsikan menjadi tambak. Tempat rekreasi dibuat di tempat yang
mempunyai pemandangan dan pantai indah.

❖ PULAU-PULAU KECIL
• Pulau Kecil (UU No.27 tahun 2007) adalah pulau dengan luas lebih
kecil atau sama dengan 2.000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya.
• Pulau Terluar (Perpres No.78 tahun 2005) adalah pulau yang
memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan
garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional
dan nasional.
• Wilayah Perbatasan adalah bagian dari Wilayah negara yang terletak
pada sisi dalam sepanjang batas Wilayah Indonesia dengan negara
lain, dalam hal batas Wilayah negara di darat, kawasan Wilayah
Perbatasan berada di kecamatan (UU Nomor 43 Tahun 2008).
• Kawasan tertentu adalah kawasan yang (ditetapkan secara nasional
mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan.
1. Rencana Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
2. 15 Danau Prioritas Danau.
3. Kawasan Strategis Nasional (berdasarkan PP Nomor 26 Tahun
2008).

❖ Kawasan Ekonomi Khusus


NO NAMA KEK LOKASI
1 KEK Sei Mengkei Kab Simalungun dan Kab Batubara,
Sumut Mrpk kawasan industri
berbasis kelapa sawit yg dibangun
PTPN-11
2 KEK Lubuk Tutung Kaltim
3 KEK Palu Kota Palu, Sulteng (2010) Investor yg
baru adalah pengolahan rotan
4 KEK Tanjung Merah Di Kota Bitung. Sulut.Luas kawasan
Bitung 512 Ha
5 KEK Marunda
6 KEK Kendal Kendal, Jateng Ada Pelabuhan
penyeberangan dan akses jalam
,emuju
pelanuhan

7 KEK Tanjung Lesung Kab Pandeglang, Banten. Industri


pariwisata.
8 Krakatau Steel Prop Banten
Cilegon
9 Kawasn Mekar Putih Kota Baru, Kalsel
10 Kawasan Pariwisata Kab Lombok Tengah, NTB
Mandalika Industri Pariwisata
11 Tanjung Buton Kab Siak. Riau
12 Tanjung Batu Kab Belitung, Prop BaBel
13 Trans Kalimantan Kaltim
Economic Zone
14 Kep Seribu
15 KEK Tuban
16

❖ DANAU PRIORITAS
1. Danau Toba di Sumatera Utara;
2. Danau Maninjau dan Danau Singkarak di Sumatera Barat;
3. Danau Kerinci di Jambi;
4. Rawa Danau di Banten,
5. Danau Rawapening di Jawa Tengah;
6. Danau Batur di Bali;
7. Danau Tempe dan Danau Matano di Sulawesi Selatan:
8. Danau Poso di Sulawesi Tengah;
9. Danau Tondano di Sulawesi Utara;
10. Danau Limboto di Gorontalo;
11. Danau Sentarum di Kalimantan Barat;
12. Danau Cascade Mahakam-Semayang di Kalimantan Timur;
13. Danau Melintang di Kalimantan Timur;
14. Danau Jempang di Kalimantan Timur, dan
15. Danau Sentani di Papua;

B. Isu-Isu Pokok WP3WT


1. Isu-Isu Pokok Wilayah Pesisir
a. Kemiskinan dan ketertinggalan masyarakat pesisir.
b. Reklamasi Pantai dan Tertutupnya akses masyarakat umum.
c. Pemberian Hak di atas Permukaan Air.
2. Isu-lsu Pokok Pulau-Pulau Kecil
a. Penguasaan Pulau Oleh Perseorangan/ Privat.
b. Penguasaan Pulau Oleh Pihak Asing.
c. Perlindungan Ekosistem.
3. Isu-Isu Pokok Wilayah Perbatasan
a. Munculnya konflik sosial
b. Permasalahan kedaulatan negara
c. Permasalahan pertahanan keamanan
d. Masyarakat miskin dan tertinggal.
4. Isu-lsu Pokok Wilayah Tertentu
a. Pengadaan tanah
b. Perlindungan lingkungan hidup
c. Kemudahan perizinan

II. INVENTARISASI WP3WT


A. Ruang Lingkup Wilayah
❖ Wilayah Pesisir
Ruang lingkup inventarisasi pertanahan di wilayah pesisir
mencakup wilayah administrasi kecamatan hingga ke arah laut
sampai kedalaman 10 meter di bawah permukaan laut (dpl) atau
jarak mil dari garis surut terendah.
❖ Pulau-pulau Kecil
Ruang lingkup inventarisasi dan identifikasi data pertanahan di
pulau kecil ini mencakup pulau kecil dan sekitarnya dalam satu
akses transportasi (termasuk pulau batu/karang, gosong pasir, di
sekitar pulau kecil).
❖ Wilayah Perbatasan
Ruang lingkup inventarisasi pertanahan wilayah perbatasan
mencakup wilayah administrasi kecamatan perbatasan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
❖ Wilayah Tertentu
• Danau meliputi daratan sepanjang tepian danau dengan satuan
pendataan wilayah administrasi desa/kelurahan yang
bersinggungan dengan tepian danau
• KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) mencakup satu kecamatan
utuh di lokasi calon KEK berada dan ke arah laut sepanjang
hingga kedalaman 10 meter dibawah permukaan laut (dpl) atau
maksimum berjiarak mil dari garis pantai surut terendah (jika
berdampingan dengan laut).

❖ Pra Inventarisasi
1. Penguasaan Tanah
2. Pemilikan Tanah

❖ Kegiatan Inventarisasi lapang:


• Penguasaan tanah. Mengkonfirmasi data penguasaan tanah
yang telah diplotkan ke dalam peta kerja.
• Pemilikan Tanah. Mengkonfirmasi data pemilikan tanah yang
tidak berupa peta pendaftaran/peta bidang (hanya berupa
informasi tekstual) terhadap fakta di lapangan.
• Penggunaan Tanah. Mengkonfirmasi informasi penggunaan
tanah yang telah diplotkan ke dalam peta kerja. Bersamaan
dengan proses tersebut, sekaligus dilakukan konfirmasi data
pemanfaatan tanahnya Pemanfaatan Tanah.
• Merupakan turunan dari data penggunaan tanah. Metode
pengumpulan data spasial pemanfaatan tanah adalah dengan
mengidentifikasi jenis pemanfaatan tanah yang ada pada bidang
penggunaan tanahnya di lapangan.

IV. PENATAAN DAN PEMANFAATAN WP3WT


A. Ruang Lingkup
• Kawasan Perbatasan : unit kecamatan perbatasan dalam 1
kabupaten.
• Pesisir : unit kecamatan darat plus laut 1 mil dari garis pantai, atau
kedalaman 10 meter dpal dalam 1 kabupaten.
• Pulau-Pulau Kecil : satu gugusan (karang gosong pasir ), 1 akses
transportasi.
• Wilayah Tertentu (KEK, Situ,Danau) : unit kecamatan.

❖ Arahan Penataan Kawasan:


• Pelaksanaan legalisasi Aset untuk bidang tanah yang belum
terdaftar:
• Reforma Agraria yang meliputi bidang bidang tanah yane sudah
dikuasai dan dimanfaatkan diredistribusikan atau baru akan
diredistribusikan.
• Redistribusi untuk tanah Negara yang sudah dimanfaatkan oleh
parorangan yang pengsunaannya sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Pengadaan tanah.
• Optimalisasi Pemanfaatan dan penggunaan setelah bidang
tanah terdaftar.
• Penyesuaian Penggunaan atau usulan revisi Rencana Tata
Ruang untuk bidang tanah yang penggunaannya tidak sesuai
dengan araharn peruntukannya.
• Penyeleseian penguasaan tanah yeng berada didalam kawasan
hutan.
• pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

✓ Bidang tanah belum terdaftar berpotensi menjadi obyej kegiatan


legalisasi asset, jika memiliki klasifikasi penguasaan (1), (2), (3)
dan (4).
✓ Bidang tanah belum terdaftar berpotensi menjadi obyek reforma
agrarian jika memiliki klasifikasi keterolahan A dengan
klasifikasi penguasaan (1), (2) atau (5) dan terletak pada zona 2
atau 4.
✓ Bidang tanah belum terdaftar berpotensi menjadi obyek
redistribusi tanah, jika memiliki klasifikasi keterolahan A,
dengan klasifikasi penguasaan (5).
✓ Bidang tanah belum terdaftar diarahkan untuk disesuaikan
penggunaan dan pemanfaatannya atau diusulkan untuk
direvisi rencana tata ruangnya bila terletak pada zona 4 atau
zona 8.
✓ Bidang tanah terdaftar diarahkan untuk disesuaikan
penggunaannya dan pemanfaatannya atas diusulkan untuk
direvisi rencana tata ruangnya bila terletak pada zona 3 atau
zona 7.
✓ Bidang tanah terdaftar dengan klasifikasi keterolahan B atau C
diarahkan untuk dioptimalkan penggunaan dan
pemanfaatannya apabila terletak pada zona 1,2,3, atau 4.
✓ Bidang tanah dengan klasifikasi keterolahan A yang terletak
dalam Kawasan hutan diarahkan berpotensi menjadi obyek
inventarisasi P4T.

V. MONITORING DAN EVALUASI PEMANFAATAN KAWASAN WP3WT


A. Ruang Lingkup
• Kawasan Perbatasan : unit kecamatan perbatasan dalam 1
kabupaten.
• Pesisir: unit kecamatan darat plus laut 1 mil dari garis pantai, atau
kedalaman 10 meter dpal dalam 1 kabupaten.
• Pulau-Pulau Kecil: satu gugusan (karang, gosong pasir ), 1 akses
transportasi.
• Wilayah Tertentu (KEK, Situ,Danau): unit kecamatan.

❖ Diagram Alur Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Kawasan


1. Persiapan
2. TCK Monev
3. Penyiapan Data Monitoring
4. Monitoring Pemanfaatan Kawan
5. Pengolahan Data
6. Evaluasi Pemanfaatan Kawasan
7. Penyusunan Laporan

❖ Analisis Ketersediaan Air


• Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ketersediaan air tanah
yang dipengaruhi penggunaan tanahnya. Dengan metode ini, dapat
diketahui secara umum apakah sumber daya air di suatu wilayah
dalam keadaan surplus atau defisit.
• Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan air di suatu
wilayah tercukupi, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa
wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan akan air.
Penentuan daya dukung air dilakukan dengan membandingkan
ketersediaan dan kebutuhan air di setiap lokasi.

❖ Rekomendasi Pemanfaatan Kawasan


Tercapainya efektifitas pemanfaatan kawasan sangat bergantung pada
kemampuan tanah dan penggunaan tanahnya. Setiap daerah
mempunyai potensi yang berbeda-beda. Rekomendasi pemanfaatan
kawasan didapatkan dari penggabungan analisis kemampUan tanah
dan kesesuaian terhadap tata ruang dengan mempertimbangkan
ketersediaan air sebagai faktor penunjang.

❖ Tabel Rekomendasi Pemanfaatan Kawasan.


Kesesuaian
Kode Kemapuan Rencana Rekomendasi
Tanah Tata Ruang
Pemanfaatan Kawasan telah
sesuai dengan kemampuasn
KW1 Sesuai Sesuai tanah dan rencana tata ruang
untuk itu dapat dipertahankan
atau dikembangkan
Pemanfaatan pada Kawasan ini
berdasarkan kemampuan tanh
telah sesuai. Namun dari segi
hukum belum sesuai. Oleh
Tidak
KW2 Sesuai karena itu Kawasan ini dapat
Sesuai
dijadikan Kawasan cadangan
jika akan diadakan penyesuaian
rencana tata ruang sesuai
dengan kemampuan tanahnya.
Pemanfaatan pada Kawasan ini
sesuai dari segi hukum namun
tidak sesuai dari segi
kemampuan tanah jika
Tidak
KW3 Sesuai pemafaatan Kawasan eksisting
Sesuai
pada lokasi ini merupakan
fungsi strategis, maka boleh
dipertahankan sebagai Kawasan
pemanfaatan terbatas.
Sangat direkomendasikan untuk
Tidak Tidak penyesuaian penggunaan sesuai
KW4
Sesuai Sesuai dengan kemampuan tanah dan
rencana tata ruang.

REFORMA AGRARI
❖ Arah Kebijakan dan Stategis Bidang Pertanahan RPJMN 2020-
2024
1. Membangun sistem pendaftaran tanah publikasi positif.
2. Reforma agrarian melalui redistribusi tanah dan bantuan
pemberdayaan masyarakat.
3. Pencadangan taanh bagi pembangunan untuk kepentingan
umum.
4. Pencapaian proporsi kompetensi SDM ideal bidang pertanahan
untuk mencapai kebutuhan minimum juru ukur pertanahan.

❖ Pemberdayaan Tanah Masyarakat


1. Pra Sertipikasi
2. Sertipikasi Hak Atas Tanah
3. Pemberdayaan Masyarakat Pra/Pasca Sertipikasi
4. Peningkatan Kesejahteran Masyarakat

❖ Makna Filosofis
✓ Mengukuhkan kedaulatan negara atas tanah untuk
kemakmuran rakyat.
✓ Amanat konstitusi Bumi,Air dan Kekayaan Alam yang
terkandung di dalamnya dikuasi oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

❖ Reforma Agraria
• ASSET REFORM
Penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah berdasarkan hukum dan peraturan
perundan undangan pertanahan.
• ACCESS REFORM
Proses penyediaan akses bagi penerima manfaat terhadap
sumber-sumber ekonomi dan produksi yang memungkinkan
mereka untuk mengembangkan tanahnya sebagai sumber
kehidupan.

❖ SKEMA KOORDINASI LOKASI REFORMA AGRARIA


1. Mengarahkan pelaksanaan program penataan akses K/L Pemda
tahun berjalan untuk memberikan bantuan pada lokasi lokasi
program redistribusi dan legalisasi aset tanah yang telah
dilakukan BPN pada tahun T-1 (yang telah bersertipikat).
Skema ALokasi Akses (K/L-Pemda) mengikuti lokasi aset (BPN)
yang ada.
2. BPN mengarahkan penetapan desa program legalisasi aset
tanah (PTSL) tahun berjalan pada lokasi pelaksanaan program
penataan akses K/L-Pemda, yang telah atau sedang berjalan.
Skema B Lokasi Legalisasi asset (BPN) mengikuti lokasi akses
(K/L Pemda).
❖ YANG PERLU DILAKUKAN OLEH PEMDA (OPD) PASCA
PEMBERIAN
SeHAT adalah PENATAAN AKSES:
✓ Pemberian Bantuan Permodalan;
✓ Pemberian Bantuan Pendampingan;
✓ Pemberian Bantuan Sarana Produksi;
✓ Pengembangan Teknologi dan Pengolahan
✓ Interkoneksi dengan Dunia Usaha;
✓ Pemasaran hasil-hasil produksi.
✓ Dan lain-lain
❖ PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT:
1. Sertipikasi Hak Atas Tanah (Aset Reform)
2. Meningkatkan Akses Permodalan Dan Pengembangan Usaha
Produktif Pasca Legalisasi Aset (Akses Reform).

❖ Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Kanwil:


1. Bimbingan Teknis SDM Pelaksana Pemberdayaan Masyarakat:
Sosialisasi Pemberdayaan Pusat (Narasumber).
2. Inventarisasi Potensi dan Pendampingan (Identitas Potensi
Penerima Manfaat): Pemetaan sosial kantah.
3. Fasilitas dan Kerjasama: Penyerahan Sertifikat dan Rakor
POKJA.
4. Pengembangan dan Diseminasi Model Pemberdayaan: Rapat
POKJA (model Pemberdayaan Kantah, diversifikasi usaha yang
berdaya saing).
5. Monitoring dan Evaluasi: Database (Penguatan Basis Data),
Penetapan tindak lanjut kegiatan.

❖ Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Kantah:


1. Pembentukan Organisasi: Pembentukan POKJA (Peningkatan
Kapasitas Kelembagaan).
2. Penetapan Lokasi Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat:
Penetapan Lokasi dan SK.
3. Pemetaan Sosial: Pengolahan dan Analisis Data.
4. Penyuluhan Dalam Rangka Pengembangan program:
Masyarakat Partisipatif, mandiri, Wirausaha (Kelompok Usaha
bersama).
5. Penyusuhan Model Pemberdayaan: Model Pemberdayaan.
6. Pendampingan Pemberdayaan: Pendampingan POKJA Untuk
Memperoleh Akses dan Fasilitasi Kemitraan.
7. Evaluasi dan Pelaporan: Laporan Akhir.

❖ MODEL PEMBERDAYAAN PROGRAM MINA PADI DI INDONESIA


✓ Program PTSL
✓ Program Mina Padi di Dinas Pertanian
✓ Kombinasi dan integrasi padi dengan ikan dapat meningkatkan
nilai produksi
✓ Minapadi mendukung peningkatan produksi ikan tanpa
mengurangi produksi padi;
✓ Paket bantuan pemerintah yang diberikan antara lain; benih
padi, bibit ikan, pakan ikan dan pupuk
✓ Tujuan Akhirnya Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani.

❖ Contoh Model Pemberdayaan Minapadi


Budidaya padi dan pemeliharaan ikan, yang dilakukan secara
bersamaan di lahan sawah (Pengairan teknis dan setengah teknis).

Meningkatkan produktivitas lahan sawah, serta tidak mengurangi


hasil/produksi padi.

• Kotoran ikan membuat Lahan sawah menjadi subur


(Mengurangi penggunaan pupuk)
• Ikan dapat juga membatasi tumbuhnya gulma (Mengurangi
biaya penyiangan)
• Meningkatkan pendapatan sebesar 20%.

Karakteristik padi yang cocok untuk sistem minapadi:


• Pengakaran dalam,
• Cepat beranak (bertunas),
• Batang kuat/tdk mudah rebah,
• Tahan genangan
• Daun tegak
• Tahan hama dan penyakit.

❖ SKEMA SKEMA KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


✓ objek: TANAH HASIL REDISTRIBUSI
✓ BPN: lEGALISASI ASET
✓ Pemda: Pendampingan Usaha melalui pembentukan koperasi,
pelatihan budidaya singkong dan produk olahannya (Dinas
Pertanian, Dinas Koperasi UKM, dil)
✓ Bank :PT.Bank Jateng memberikan fasilitasi kredit untuk
pengembangan usaha produktif masyarakat
✓ Masy :Melalui Kelompok Tani dan Gapoktan melakukan
penjagaan fungsi konservasi lahan ditepi sungai dengan
penanaman pohon dengan bibit bantuan dari PT. Karya Alam
Sari Merdeka.
I. PENGADAAN TANAH
Pengadaan tanah adalah kegiatan meyediakan tanah dengan cara memberi
ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. (Pasal 1 angka
2 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan taanh bagi
pembangunan untuk kepentingan umum).

I. TAHAP PERENCANAAN
Pasal 15 UU No. 2/2012 ada 9 poin isi dokumen perencaan:
1. Maksud dan tujuan pembangunan;
2. Kesesuaian RTRW;
3. Letak tanah;
4. Luas tanah yang dibutuhkan;
5. Gambaran umum status tanah;
6. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan PT;
7. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
8. Perkiraan nilai tanah;
9. Rencana pengganggaran.

❖ Isi dokumen perencanaan berdasarkan:


1. RTRW (Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota)
2. Prioritas Pembangunan
a. Rencana pembangunan jangka menengah
b. Rencana strategis
c. Rencana kerja pemerintah/instansi yang bersangkutan
3. Studi Kelayakan
a. Survey sosial ekonomi
b. Kelayakan lokasi
c. Analis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan
masyarakat
d. perkiraan nilai tanah
e. dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul
f. studi lain yang dibutuhkan

II. TAHAP PERSIAPAN


Pasal 16 UU No. 2/2012 ada 3 kegiatan:
1. Pemberitahuan Rencana Pembangunan
2. Pendataan Awal Lokasi Rencana Pembangunan
3. Konsultasi Publik

❖ Pemberitahuan Rencana Pembangunan:


1. Maksud dan tujuan rencana pembangunan;
2. Letak tanah dan luas tanah yang dibutuhkan;
3. Tahapan rencana pengadaan tanah;
4. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengadaan tanah;
5. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
6. Informasi lainnya yang dianggap perlu;
7. Pemberitahuan disampaikan secara langsung, kepada masyarakat
melalui sosialisasi, tatap muka dan surat pemberitahuan.

❖ Pendataan Awal Lokasi Rencana Pembangunan


❖ Pengumpulan data awal pihak yang berhak dan obyek pengadaan
tanah.
❖ Pihak yang berhak terdiri dari:
a. Perseorangan
b. Badan hukum
c. Badan sosial
d. Badan keagamaan
e. Instansi pemerintah
❖ Pihak yang berhak meliputi:
a. Pemegang atas tanah : perseorangan atau badan hukum.
b. Pemegang HPL : instansi pemerintah dan badan hukum.
c. Nadzir untuk tanah wakaf : dilakukan sesuai dengan ketentuan
perundnag-undangan di bisang wakaf.
d. Pemilik tanah bekas milik adat.
e. Masyarakat hukum adat.
f. Pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik.
g. Pemegang dasar penguasaan atas tanah dan/atau.
h. Pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan
dengan tanah.

❖ Konsultasi Publik
1. Dilaksanakan dikantor kelurahan atau desa;
2. Undangan di berikan lambat 3 hari sebelum konsultasi publik
dilaksanakan;
3. Tim persiapan menjelaskan maksud dan tujuan rencana
pembangunan, tahapan pengadan tanah, peran penilai dalam
menentukan nilai ganti rugi, dsb;
4. Konsultasi publik dilakukan secara dialogis.

III. PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH


Pasal 27 ada 5 kegiatan:
1. Inventarisasi dan identifikasi;
2. Penilaian ganti kerugian;
3. Musyawarah penetapan ganti kerugian;
4. Pemberian ganti kerugian;
5. Pelepasan tanah instansi.

❖ Inventarisasi dan identifikasi


✓ Pembekalan kepada anggota pelaksana pengadaan tanah dan
anggota satgas A dan satgas B;
✓ Pemberitahuan rencana akan dimulainya kegiatan inventarisasi
dan identifikasi kepada warga/pihak yang berhak;
✓ Pengumuman peta bidang dan daftar nominatif:
• Dilaksanakan dilokasi: Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan
dan lokasi Pengadaan Tanah.
• Waktu pelaksanaan selama 14 hari kerja dengan memberi
kesempatan kepada pihak yang berhak untuk mencermati data
yang diumumkan dan mengajukan keberatan bila dirasa kurang
tepat.
• Verifikasi.

❖ Penilaian Ganti Kerugian:


✓ Penilaian pertanahan melaksanakan penilaian dalam jangka waktu
30 hari kerja.
✓ Melaksanakan koordinasi dengan tim pelaksana pengadaan tanah
apabila terdapat perbedaan daftar nominatif dan peta bidang
dilapangan.
✓ Mendampingi tim pelaksana pada saat musyawarah.

❖ Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian:


1. Musyawarah sepakat atau tidak sepakat akan dituangkan dalam
berita acara kesepakatan.
2. Pihak yang berhak yang belum sepakat dalam waktu 14 hari dapat
mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri.
3. Untuk keberatan ke Pengadilan Negeri pihak yang berhak dapat
mengajukan permohonan kepada Ketua Pelaksana Pengadaan
Tanah untuk menerbitkan Salinan/kutipan BA musyawrah ganti
rugi.
4. Ketua pelaksanaan dapat membentuk Tim musyawarah ganti rugi
yang terdiri dari unsur; BPN, Apraisal, Satgas A dan Satgas B.
Pemda setempat;
5. Validasi.

❖ Pemberian Ganti Kerugian:


a. Naskah berita acara pelepasan hak dan kuitansi disiapkan oleh
sekretaruat pelaksanaan pengadaan tanah;
b. Ketua pelaksana pengadaan tanah dapat membentuk tim
pembayaran ganti rugi yang terdiri dari unsur: BPN, Instansi yang
memerlukan tanah, Kepala Desa, Pemda, Pihak Perbankan dan
Pihak Keamanan;
c. Teknis pembayaran ganti rugi.

❖ Pelepasan tanah instansi:


1. Pelepasan objek pengadaan taanh sebagaimana dimaksud dalam
pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) tidak diberikan ganti kerugian,
kecuali:
a. Objek pengadaan tanah yang telah berdiri bangunan yang
dipergunakan secara aktif untuk penyelenggaraan tugas
pemerintahan;
b. Objek pengadaan tanah yang dimiliki/dikuasai oleh Badan
Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah; dan.atau
c. Objek pengadaan tanah kas desa.
2. Ganti kerugian atas objek pengadaan tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c diberikan dalam
bentuk tanah dan/atau bangunan atau relokasi.

IV. TAHAP PENYERAHAN HASIL


Pasal 48 ada 2 kegiatan:
1. Lembaga pertanahan menyerahkan hasil pengadaan tanah kepada
instansi yang memerlukan tanah;
2. Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan
kegiatannya setelah dilakukan serah terima hasil pengadaan tanah.

II. PENILAIAN TANAH


❖ DASAR HUKUM
• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
• Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
• PP 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas penerimaan negara
bukan pajak yang berlaku pada Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN;
• Perpres 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
• Perpres 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional;
• Peraturan Ka BPN RI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
dan Pengaturan Pertanahan;
• Permen ATR/Ka BPN No. 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian ATR/BPN;
• Permen ATR/Ka. BPN No. 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kelola Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan.

A. Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah


❖ Berdasarkan Peraturan Peraturan Presiden RI Nomor 47 tahun
2020 Tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang Pasal 6 huruf f:
Direktorat Jenderal Pengadaan tanah dan Pengembangan
Pertanahan, terdiri dari Direktorata:
1. Pembinaan pengadaan tanah dan pencadangan tanah
2. Pemanfaatan Tanah
3. Konsolidasi tanah dan pengembangan pertanahan
4. Penilaian tanah dan ekonomi pertanahan
❖ Susunan Organisasi Direktorat Penilaian Tanah dan Ekonomi
Pertanahan
Direktorat Penilaian Tanah dan Ekonomi Pertanahan terdiri atas:
a. Subdirektorat penyediaan dan pemanfaatan nilai tanah
b. Subdirektorat pengembangan penilaian tanah
c. Subdirektorat pendayagunaan ekonomi pertanahan
d. Subbagian tata usaha
e. Kelompok jabatan fungsional

❖ Tugas pokok dan fungsi Direktorat Penilaian Tanah dan


Ekonomi Pertanahan (Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/BPN N0. 16 2020)
➢ Tugas (Pasal 368) : melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
dan pemberian bimbingan teknis dan supervise serta
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan, fasilitas penanganan
permasalahan informasi nilai tanah, pengembangan penilaian,
pemanfaatan nilai tanah sebagai dasae kebijakan dan
pendayagunaan ekonomi pertanahan.
➢ Tugas (Pasal 368)
1. Penyediaan informasi nilai tanah dan properti,
pengembangan penilaian dan pendayagunaan ekonomi
pertanahan.
2. Pembinaan penyediaan dan pendayagunaan ekonomi
pertanahan
3. Penyiapan pemanfaatan peta nilai tanah dan properti sebagai
dasar layanan pertanahan dan referensi kebijakan ekonomi
pertanahan.
4. Fasilitas penanganan permasalahan informasi nilai tanah dan
properti, pengembangan penilaian dan pendayagunaan
ekonomi pertanahan
5. Pelaksanaan pembangunan basis data informasi nilai tanah
dan properti, pengembangan penilaian dan pendayagunaan
ekonomi pertanahan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh direktur Jenderal
dan
7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

❖ Kanwil BPN Provinsi Bidang Pengadaan Tanah (Pasal 31


Permen ATR/Ka.BPN No. 17/2020)
Seksi pengadaan tanah dan pengembangan mempunyai tugas:
1. Melakukan pelaksanaan pengadaan dan pencadangan tanah,
konsolidasi tanah
2. Pengembangan pertanahan dan pemanfaatan tanah
3. Penilaian tanah dan ekonomi
❖ Kantor Pertanahan Kab/Kota (Pasal 31 Permen ATR/Ka.BPN
No. 17/2020)
Coordinator pelaksanaan fungdi pelayanan fungsional mempunyai
tugas:
Mengoordinasikan dan mengelola kegiatan pelayanan fungsional
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

B. RUANG LINGKUP DIREKTORAT PENILAIAN TANAH DAN EKONOMI


PERTANAHAN
❖ Penilaian tanah dan land management:
1. Land development
2. Land administrator
3. Land cadastre
4. Land value

❖ Pengelolaan pertanahan meliputi penatagunaan tanah (landuse),


pengukuran dan pendafataran tanah (land cadstre), pengaturan
penguasaan dan pemilikan tanah (land tenure) dan Penilaian tanah
(land value).
❖ Penilaian tanah adalah serangkaian proses menilai suatu bidang
tanah dan asset pertanahan dalam rangka memperoleh estimasi
ukuran finansial dan ekonomi dari suatu obyek yang dinilai.
❖ Fungsi tanah adalah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
menciptakan keadilan sosial, menciptakan harmoni, serta
menjamin keberlangsungan sistem kemasyarakatan dan
kebangsaan Indonesia.

❖ Keterkaitan Tugas Pokok dan Fungsi (Penilaian Tanah)


• Direktorat Penilaian Tanah dan Ekonomi Pertanahan (Pasal 368
Permen ATR/Ka. BPN Nomor 18 Tahun 2020): melaksanaan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis
dan Supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan,
fasilitasi penanganan permasalahan informasi nilai tanah,
pengembangan penilaian, pemanfaatan nilai tanah sebagai dasar
kebijakan dan pendayagunaan ekonomi pertanahan.
• Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan (Kanwil) (Pasal 31
Permen ATR/Ka. BPN Nomor 17 Tahun 2020)
a. Melakukan pelaksanaan pengadaan dan pencadangan tanah
konsolidasi tanah;
b. Pengembangan pertanahan dan pemanfaatan tanah;
c. Penilaian tanah dan ekonomi pertanahan.
• Koordinator Pelaksana Fungsi Pelayanan Fungsional (Kantah)
(Pasal 37 Permen ATR Ka. BPN Nomor 17 Tahun 2020) :
Mengoordinasikan dan mengelola kegiatan pelayanan fungsional
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
❖ Direktorat Penilaian Tanah:
• Sub Direktorat Bina Zona Nilai Ekonomi Kawasan Dan Kendali
Mutu:
1. Seksi Zona Nilai Ekonomi Kawasan
2. Seksi Kendali Mutu Nilai Ekonomi Kawasan
• Sub Direktorat Bina Zona Dan Kendali Mutu Zona Nilai Tanah:
1. Seksi Zona Nilai Tanah
2. Seksi Kendali Mutu Zona Nilai Tanah
• Sub Direktorat Penilaian Bidang Tanah:
1. Seksi Bina Penilaian Tanah
2. Seksi Pengadaan dan Kendali Mutu Penilaian Bidang Tanah
dan Properti.

❖ Sub direktorat bina zona nilai ekonomi Kawasan dan kendali mutu
1. Seksi zona nilai ekonomi Kawasan
2. Seksi kendali mutu nilai ekonomi Kawasan

❖ Pemetaan Nilai Ekonomi Kawasan (ZNEK)


• Diterapkan untuk kegiatan penilaian ekonomi sumber data alam
dan lingkungan yang tercakup suatu kawasan.
• Nilai dari fungsi ekonomi Kawasan pada suatu daerah dalam
bentuk peta zona nilai Kawasan (ZNEK).
• Dibuat dalam skala 1:10.000 atau lebih besar, menggambarkan
informasi Kawasan serta nilai ekonominya.
• Pelaksanaan survei dan pemetaan nilai ekonomi kawsan
mengacu kepada metode penilaian dalam SOP penilaian tanah.

❖ Pengertian Nilai Ekonomi Kawasan (ZNEK)


• Nilai ekonomi Kawasan adalah seluruh agregat nilai-nilai
ekonomi (baik nilai guna langsung maupun nilai guna tak
berlangsung, serta nilai optional atau pilihan, nilai keberadaan
dan nilai pewarisan) suatu Kawasan, diluar nilai-nilai tanah dan
property yang ada di dalam Kawasan yang dinilai tersebut (SOP
Direktorat Penilaian Tanah 2017).
• Manfaat Nilai Ekonomi Kawasan:
a. Referensi pengambilan keputusan spasial: perencanaan tata
ruang kota, pelaksanaan pembangunan yang
mengalihfungsikan lahan, penataan pemukiman, konsolidasi
tanah dan sebagainya;
b. Peta zona nilai ekonomi (ZNEK) dapat berperan sebagai bahan
informasi utama untuk proses ini;
c. Bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan,
khususnya dalam hal ini Pemerintah Daerah dalam
menetapkan kebijakan pelestarian Kawasan:
d. Informasi potensi asset negara asset negara (inventory dan
monitoring asset suatu Kawasan).
• Peta ZNEK Kab.Bintan-Kep.Riau 2014
- Menilai Kawasan wisata lagol, pantai trikora
- Hutan mangrove dan Kawasan permukiman
• Peta ZNEK Kab. Magelang, 2016
- Menilai Kawasan wisata candi Borobudur dan Budidaya Ikan
Air Tawar
• Sub direktorat Bina Zona Dan Kendali Mutu Zona Nilai Tanah
Terdiri atas 2 seksi:
1. Seksi zona Nilai Tanah
2. Seksi Kendali Mutu Zona Nilai Tanah
• Kegiatan Utama:
1. Pembuatan peta zona nilai tanah
2. Pembaruan (updating) peta zona nilai tanah
❖ Pengertian Zona Nilai Tanah (ZNT):
• Zona Nilai Tanah adalah hamparan bidang atau beberapa bidang
tanah sehingga terbentuk sebuah polygon yang menggambarkan
nilai tanah yang relative sama yang batasannya bisa bersifat
imajiner ataupun nyata sesuai dengan penggunaan tanah dan
mempunyai perbedaan nilai antara satu dengan yang lainnya
berdasarkan Analisa petugas dengan metode perbandingan
harga pasar dan biaya. (SOP Direktorat Penilaian Tanah 2017).
• Manfaat Zona Nilai Tanah: peta zona nilai dapat dimanfaatkan
untuk penentuan tarif dalam pelayanan pertanahan, referensi
masyarakat dalam transaksi, memberikan informasi kepada
pengguna yang bergerak di bidang properti, memberikan
informasi kepada instansi, pemerintah daerah dalam rangka
pengenaan pajak PBB, PPH dan BPHTB, referensi penyusunan
dokumen perencanaan pengadaan tanah.

❖ Manfaat Informasi Nilai Tanah:


1. Referensi masyarakat dalam transaksi pertanahan dan properti;
2. Referensi dalam perencanaan kegiatan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum;
3. Alat monitoring nilai dan pasar tanah properti;
4. Referensi pengambilan keputusan spasial: perencanaan
pengalihfungsian lahan kebijakan ekonomi spasial;
5. Informasi nilai tanah dalam menyelesaian sengketa, pertanahan,
waris, dll
6. Nilai tanah menjadi rujukan harga pasar tanah yang digunakan
dalam berbagai kegiatan pembangunan.

❖ Pemetaan Zona Nilai Tanah


• Luasan : Wilayah luas dan bersifat massal (banyak bidang
tanah).
• Delineasi Zona : Delineasi batas zona/bentang dengan
mempertimbangkan beberapa kesamaan, seperti aksesibilitas,
fasos, dll sehingga dalam 1 zona diperkiraan mempunyai nilai
yang sama.
• Skala : dibuat dalam skala 1:25.000, 1:10.000 dan 1:2.500 yang
menggambarkan informasi nilai tanah.
• Pengumpulan data : Pengumpulan data harga pasar dan sebagai
pembanding dalam menentukan nilai tanah.
• Penilaian : Prinsip penilaian menggunakan penilaian berbasis
nilai pasar.

❖ Pembaruan Zona Nilai Tanah


• Penerapan : Penerapan terhadap peta ZNT untuk mendapatkan
informasi nilai tanah yang terbaru.
• Pelaksanaan : Pembaruan Peta ZNT dilaksanakan minimal 1
tahun sekali atau sesuia perkembangan daerah.
• Sampling Zona : dilakukan secara massal dengan sistem
sampling (indeks) per zona di atas peta ZNT yang telah ada.
• Perhitungan : Penilaian berbasis transaksi nilai pasar dengan
menentukan titik-titik sampal pada zona, baik bidang tanah
pertanian, non pertanian, maupun komersial dengan
perhitungan melalui sistem indeks.
• Produk : Prodeuk adalah berupa peta ZNT yang telah
diperbaharui (update).
❖ Contoh Peta ZNT Skala 1:10.000 Kabupaten Bogor (Swakelola
Pusat).
❖ Contoh Peta ZNT Skala 1:25.000 Kabupaten Malang (Pihak Ketiga)

❖ Pelaksana Dan Sumber Pembiayaan Pembuatan Peta ZNT &


ZNEK
❖ Pelaksana Dan Sumber Pembiayaan Pembuatan Peta ZNT dan ZNEK
• Swakelola pusat/daerah APBN/PNBP)
• Pihak Ketiga (APBN)
• Kerjasama dengan Pemerintah Daerah (APBD)
❖ Skala Prioritas Pembuatan Pemetaan Zona Nilai Tanah Yang
dibiayai APBN
• Ibu Kota Provinsi
• Kabupaten/Kota (berdasarkan Volume Pelayanan)
• Permohonan Kanwil/Kantah

❖ Sub Direktorat Penilain Bidang Tanah, terdiri dari:


1. Seksi Bina Penilai Tanah
2. Seksi Penilaian Bidang Tanah dan Properti

❖ Kegitan Utama
• Pembinaan Penilai Pertanahan
• Pelatihan dalam rangka peningkatan keterampilan penilai tanh
• Pemberian lisensi penilaian tanah
• Pengembangan metode pembuatan peta zona nilai tanah.

❖ Pelayanan Pemberian Lisensi Penilai Pertanahan


Penilai pertanahan adalah penilaian publik yang telah mendapat
lisensi dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang agrarian/pertanahan dan tata ruang untuk menghitung
nilai objek kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum atau kegiatan pertanahan dan penataan ruang
lainnya. (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang
penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum).

❖ Alur Pelayanan Lisensi Penilaian Tanah


1. Pemohon
2. Daftar
3. Pembayaran
4. Upload berkas persyaratan
5. Verifikasi berkas
6. Pemohon terima SK Lisensi

❖ Pengembangan Peta ZNT Di Direktorat Penilaian Tanah Peta


Nilai Bidang Tanah
• Saat ini direktorat penilaian taanh pembuatan peta ZNT
berbasis Zona/Bentang.
• Pengembangan aplikasi peta nilai bidang tanah, pada
prinsipnya tiap bidang tanah akan mempunyai data-data
attribute yang lengkap dan dapat dikombinasikan dengan peta
tematik yang lain. Informasi bidang tanah subyek pemilikan.
Jenis hak, jenis penggunaan tanah, nilai tanah dll.

❖ Pengertian Peta nilai Bidang Tanah ZNT


• Penilaian massal berbasis bidang adalah penilaian tanah
sistematik suatu wilayah dengan melakukan uji statistic atas
karakteristik masing-masing bidang tanah.
• Manfaat: nilai bidang tanah dapat digunakan untuk acuan
penetuan tarif pelayanan pertanahan, acuan dalam konversi
nilai bidang tanah ke dalam nilai unit vertical satuan rumah
susun/apartment pada kegiatan konsolidasi tanah, referensi
bagi penilai berlisensi dalam menghitung penggantian yang
layak dan adil dalam tahapan perenaan dan pelaksanaan
pengadaan tanah acuan nilai untuk penentuan PBB, PPH,
BPHTB, Jual Beli Properti dan penggunaan lainnya.
III. KONSOLIDASI TANAH

❖ Peraturan/Perundangan Mengenai Konsolidasi Tanah


1. UUPA No. 5 Tahun 1960: Pasal 6 menegaskan adanya fungsi sosial hak
atas tanah;
2. UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007: Palagraf 2 Pemanfaatan
Ruang Wilayah Pasal 34 ayat (3) menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah dan
Kawasan strategis dilaksanakan melalui pengembangan Kawasan
secara terpadu, salah satunya melalui konsolidasi tanah;
3. UU Perumahan dan Kaw. Perkim No. 1 Tahun 2011: Pasal 106 huruf b
menyatakan bahwa penyediaan tanah untuk pembangunan rumah,
perumahan dan Kawasan permukiman dapat dilakukan melalui
konsolidasi tanah.
4. UU Rumah Susun No. 20 Tahun 2011: Pasal 11 ayat (1) huruf b
menyatakan bahwa penyediaan tanah untuk pembangunan rumah
susun dapat dilakukan melalui konsolidasi tanah.
5. UU pengadaan Tanah No. 2 Tahun 2012: Pasal 10 huruf o menyatakan
bahwa taanh untuk kepentingan umum yang dijamin oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah digunakan untuk pembangunan
penataan permukiman kumuh perkantoran dan/atau konsolidasi
tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah
sengan status sewa.
6. PP Ketransmigrasian No. 3 Tahun 2014: Pasal 24 ayat (4) menyatakan
bahwa tanah yang diperuntukkan bagi pemugaean pemukiman
penduduk setempat sebagai bagian dari SP-Pugar dilaksanakan
penataannya melalui konsolidasi tanah.
7. PP penyelenggaraan Perumahan dan Kaw. Perkim No. 14 Tahun 2016:
Pasal 122-126. Pasal 126 menyatakan bahwa konsolidasi tanah
diutamakan bagi:
a. Perumahan kumuh dan pemukiman kumuh;
b. Permukiman yang tumbuh pesat secara alami
c. Permukiman yang mulai tumbuh
8. Reforma Agraria Perpres 86: Pasal 10 (3) menyatakan bahwa dlam hal
objek redistribusi tanah untuk non-pertanian yang memerlukan
penataan maka dapat dilakukan melalui konsolidasi tanah disertai
dengan pemberian setipikat hak milik atas sertipikat hak milik atas
satuan rumah susun.

❖ Struktur Organisasi
Berdasarkan peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2020 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang Pasal 6 huruf f- Direktorat Jenderal
Pengadaan Tanag dan Pengembangan Pertanahan terdiri dari direktorat:
1. Pembinaan pengadaan tanah dan pencadangan tanah
2. Pemanfaatan tanah
3. Konsolidasi tanah dan pengembangan pertanahan
4. Penilaian tanah dan ekonomi pertanahan

❖ Definisi/Pengertian
• Konsolidasi tanah adalah kebijakan penataan Kembali penguasaan,
pemilikan,penggunaan dan pemanfaatan tanah dan ruang sesuai
rencana tata ruang serta usaha penyediaan taanah untuk kepentingan
umum dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan sumber daya alam berdasarkan partisipasi aktif
masyarakat.
• Konsolidasi tanah vertikal adalah konsolisasi tanah yang
diselenggarakan untuk pengembangan Kawasan dan bangunan yang
berorientasi vertikal.
• Konsolidasi Tanah Pertanian adalah Konsolidasi Tanah yang dilakukan
pada tanah-tanah pertanian yang berada di kawasan perdesaan.
• Konsolidasi Tanah Non-Pertanian adalah Konsolidasi Tanah yang
dilakukan pada tanah non-pertanian, termasuk penyediaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum di kawasan perkotaan dan
semi perkotaan.
• Konsolidasi Tanah Swadaya adalah Konsolidasi Tanah yang
merupakan prakarsa masyarakat atau pemangku kepentingan lain di
luar Kementeriaan Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional yang belum masuk dalam rencana kegiatan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
• Utilitas adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan
permukiman
• Perhimpunan Peserta/Penghuni adalah perkumpulan yang dibentuk
oleh peserta Konsolidasi Tanah (Vertikal) untuk keperluan koordinasi,
menampung aspirasi dan peran aktif masyarakat dalam
penyelenggaraan Konsolidasi Tanah serta pengelolaan Tanah Usaha
Bersama, termasuk didalamnya mewakili peserta untuk melakukan
perbuatan hukum yang diperlukan.
• Tanah untuk Pembangunan yang selanjutnya disebut TP adalah
bagian dari tanah peserta yang diserahkan atau disediakan bagi
pembangunan prasarana, sarana dan utilitas serta Tanah Usaha
Bersama sesuai kesepakatan
• Tanah Usaha Bersama yang selanjutnya disingkat TUB adalah tanah
milik bersama peserta yang dapat diusahakan, dikerjasamakan atau
dialihkan dengan pihak ketiga untuk kepentingan bersama.
• Tanah Negara adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak
atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
dan/atau tidak merupakan tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat,
tanah wakaf, barang milik negara/daerah/desa atau badan usaha
milik negara/badan usaha milik daerah, dan tanah yang telah ada
penguasaan dan belum dilekati dengan sesuatu hak atas tanah.
• Peran/Fungsi Konsolidasi Tanah:
1. Optimalisasi lahan pertanian
2. Pengembangan kota baru
3. Penyediaan perumahan dan permukiman
4. Peremajaan Kawasan perkotaan, pengembangan Kawasan, dan
penataan Kawasan dan penataan Kawasan kumuh
5. Penataan Kembali Kawasan pasca bencana
6. Penyelesaian konflik pertanahan
• Azas/Prinsip Konsolidasi Tanah
1. Keterbukaan sata dan informasi
2. Partisipasi/trust
3. Kesejahteraan
4. Berkeadilan (win-win)

❖ Ilustrasi Perkembangan Perkotaan


• Perkembangan oleh masyarakat secara alami, berpotensi slum area
(kumuh) jika tidak ditata.
• Pembangunan dalam rangka investasri/usaha oleh swasta
• Pembangunan fasilitas umum secara parsial
• Penataan melalui konsolidasi tanah

❖ Tipilogi Konsolidasi Tanah

❖ Tanah Obyek Konsolidasi Tanah


❖ Ruang Lingkup Penyelenggaraan Konsolidasi Tanah (REN-LAK-BANG-
WAS)
1. Perencanaan Konsolidasi Tanah (POKT)
• Pembentukan tim koordinasi dan tim perencanaan/Pelaksanaan
• Kajian tata ruang dan kebijakan sector
• Pemetaan social dan analisis potensi Kawasan
• Pembuatan s.ket desain awal (visioning) dan penyepakata
konsolidasi tanah dan
• Penetapan lokasi konsolidasi tanah
2. Pelaksanaan Konsolidasi Tanah
• Pengumpulan data fisik, yuridis dan penilaian objek Konsolidasi
tanah
• Penyusunan desain dan rencana aksi konsolidasi tanah
• Pelepasan hak atas tanah dan penegasan tanah objek konsolidasi
tanah
• Penerapan desain konsolidasi tanah (staking-out) dan
• Penerbitan sertifikat hak atas tanah dan penyerahan hasil
konsolidasi tanah
3. Pengembangan Hasil Konsoldasi Tanah
• Persiapan pelaksanaan pembangunan
• Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas
• Penerbitan sertifikat hak atas tanah serah terima asset
• Pembentukan perhimpunan pemilik dan penghuni serta
pemberdayaan masyarakat
• Pengelolaan asset hasil konsolidasi tanah
4. Pengawasan Konsolidasi Tanah
• Pemantauan kesesuaian tahapan dan dokumen konsolidasi tanah
• Pemantauan progress dan implementasi desain Konsilidasi tanah
• Pemantauan dan evaluasi dampak socsial ekonomi dan lingkungan
• Evaluasi kinerja Kawasan dan pembanginan berkala setiap 5 tahun
• Perencanaan dan pembangunan Kembali Kawasan (jangka Panjang)

❖ Dimensi Konsilidasi Tanah


• Konsolidasi tanah horizontal
• Konsolidasi tanah vertical

❖ Konsolidasi Tanah:
1. Pengembangan Wilayah
2. Peremajaan Kota (KTV)
3. Penataan Pasca Bencana & Konflik
4. Optimalisasi Tanah Pertanian

❖ Indikator Keberhasilan Konsolidasi Tanah:


• Peningkatan optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan tanah yang
optimal
• Peningkatan efisiensi dan produktivitas penggunaan tanah dan ruang
• Peningkatan kualitas lingkungan
• Peningkatan kepastian hukum ha katas tanah dan ruang diatas
dan/atau di bawah tanah

❖ Pokok-pokok Pengaturan Konsolidasi Tanah pada Permen Konsolidasi


Tanah No. 12 Tahun 2019:
A. Umum
Berdasarkan sifat/kesepakatan konsolidasi tanah dilaksanakan secara
sukarela (voluntary) dan wajib (mandatory).
B. Penyelenggraan Konsolidasi Tanah
• Penyelenggaraan konsolidasi tanah dapat dilakukan oleh
pemerintah. Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Swasta.
• Penyelenggaran konsolidasi tanah skala kecil dilakukan oleh Kantor
Pertanahan dan Skala Besar dilakukan oleh Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional.
C. Subjek dan Objek Konsolidasi Tanah
• Objek konsolidasi tanah berasal dari:
1. Tanah negara yang dikuasai/digarap masyarakat
2. Tanah yang sudah terdaftar
3. Tanah hak yang belum terdaftar dan/atau
4. Tanah asset (BUMN/BUMD) yang sudah dilepaskan dan
dikuasai masyarakat
• Konsolidasi tanah dapat diselenggarakan apabila disepakati oleh
paling sedikit 60% dari peserta konsolidasi tanah.
• Mekanisme pengadaan taanh untuk kepentingan umum bagi
peserta konsolidasi tanah yang tidak sepakat
D. Pembiayaan Konsolidasi Tanah
a. Partisipasi masyarakat
b. Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)
c. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
d. Badan hukum pemerintah/swasta, swadaya masyarakat dan/atau
e. Sumber pembiayaan lainnya yang sah
E. Konsolidasi Tanah Vertikal
Penyelenggaraan konsolidasi taanh vertical mutatis mutandis dengan
penyelenggaraan konsolidasi tanah dengan penambahan
1. Analisis dampak lingkungan dalam tahap perencanaan
2. Perhitungan nilai perbandingan proproesional/pertelaan sesuai
desain
3. Sertifikat atas tanah Bersama dan atas satuan rumah susun

❖ Persyaratan Konsolidasi Tanah Pada Permen Konsolidasi Tanah No.


12 Tahun 2019
1. Konsolidasi tanah dilaksanakan berdasarkan kesepakatan.
2. Dalam hal terdapat pemegang hak/penggarap tanah yang tidak
bersedia menjadi peserta konsolidasi tanah,
hak/penguasaan/penggarapan tanahnya dapat dialihkan kepada
pihak lain yang bersedia menjad peserta.
3. Dalam hal tidak terjadi kespakatan, maka proses konsolidasi tanah
dilakukan melalui mekanisme pengadaan taanh untuk kepentingan
umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Ganti kerugian yang diberikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dilaksanakan melalui mekanisme sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pengadaan
tanah.
5. ganti kerugian yang diberikan oleh pihak swasta atau peseta
konsolidasi tanah dilaksanakan melalui kespakatan para pihak.

PERENCANAAN KONSOLIDASI TANAH

❖ Perencanaan Konsolidasi Tanah (POKT)


• Perencanaan Konsolidasi Tanah adalah proses pemilihan lokasi untuk
diusulkan dan ditetapkan sebagai lokasi yang memenuhi kriteria
Konsolidasi Tanah.
• Desain Konsolidasi Tanah adalah tatanan bentuk, luas, letak bidang,
status kepemilikan bidang tanah dan rencana Pembangunan
Prasarana, Sarana dan Utilitas hasil penataan yang disepakati
bersama oleh peserta Konsolidasi Tanah.
• Penerapan Desain Konsolidasi Tanah adalah penerapan titik-titik batas
bidang tanah yang ada di peta Rancangan Konsolidasi Tanah ke lokasi
Konsolidasi Tanah (Staking Out).
• Persyaratan Teknis adalah persyaratan mengenai struktur bangunan,
keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan lain-lain yang
berhubungan dengan rancang bangun, termasuk kelengkapan
prasarana dan fasilitas lingkungan, yang diatur dengan Ketentuan
peraturan perundang-undangan serta disesuaikan dengan kebutuhan
dan perkembangan.
• Akta Pemisahan adalah tanda bukti pemisahan rumah susun atas
satuan-satuan rumah susun, bagian bersama, benda bersama dan
tanah bersama dengan pertelaan yang jelas dalam bentuk gambar,
uraian dan batas-batasnya dalam arah vertikal dan horizontal yang
mengandung Nilai Perbandingan Proporsional.
• Nilai Perbandingan Proporsional adalah angka yang menunjukkan
perbandingan antara satuan rumah susun terhadap hak atas bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama, dihitung berdasarkan
nilai satuan rumah susun yang bersangkutan terhadap nilai rumah
susun secara keseluruhan pada waktu pelaku pembangunan untuk
pertama kali memperhitungkan biaya pembangunannya secara
keseluruhan untuk menentukan harga jualnya.
• Pertelaan adalah pernyataan dalam bentuk gambar dan uraian yang
menunjukkan batas yang jelas dari satuan rumah susun, bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama beserta uraian Nilai
Perbandingan Proporsional.
• Menindaklanjuti hasil rapat Direktur Jenderal Penataan Agraria yang
telah dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2019 mengenai arahan
Kementerian PPN/Bappenas tentang Prioritas Nasional Berbasis
Bidang Kewilayahn untuk mendukung pengembangan wilayah untuk
mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan maka semua
kegiatan tahun 2020-2024 akan diarahkan ke 234 kabupaten/kota
yang telah ditentukan oleh kementerian PPN/Bappenas.
• Mengingat kegiatan potensi objek konsolidasi tanah (POKT) sejak
tahun 2018 merupakan bagian dari tahap perencanaan konsolidasi
tanah maka lokasi perncanaan konsolidasi tanah (POKT) tahun 2019
akan disesuaikan dengan arahan Kementerian PPN/Bappenas untuk
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan konsolidasi tanah di tahun 2020.

❖ Bagan Air Perencanaan Konsolidasi Tanah


❖ REN Konsolidasi Tanah (POKT)
1. Persiapan: Ouput
1) SK Tim Koordinasi,
2) SK Tim Perencanaan/Pelaksanaan
2. Kajian Tata Ruang dan Program Sektor: Output
1) Peta Indikasi Potensi KT
2) BA, Sosialisasi dengan Pemda
3) Data potensi dukungan satker
4) BA Pemilihan Lokasi
5) Peta Peninjauan Lapang
3. Pemetaan Sosial, Potensi Kawasan dan Peninjauan Lapang, Output:
1) BA Hasil Sosialisasi KT
2) Peta Hasil Peninjauan Lapang
3) Hasil Analisis Kuesioner
4) Pemetaan Stakeholder
5) Peta Potensi Subjek KT
6) Hsail SWOT Spesial
4. Visioning dan penyepakatan, Output:
1) Desain awal (visioning)
2) BA persetujuan Terhadap Rencana KT
3) Resume Hasil Pemaparan ke Pusat
5. Penetapan Lokasi, output:
1) BA Komitmen Pemda atas Rencana KT
2) Pengajuan Usulan SK Penetapan Lokasi
3) Laporan Dokumen Perencanaan KT

❖ Subjek dan Objek Perencanaan Konsolidasi Tanah


• Subjek Konsolidasi Tanah:
✓ Subjek KT merupakan peserta yang memenuhi syarat yaitu
perseorangan Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum
yang berkedudukan selaku: Pemegang hak dan penggarap Tanah
Negara.
✓ Disepakati paling sedikit 60% dari peserta KT
• Objek Konsolidasi Tanah:
✓ Tanah yang sudah terdaftar
✓ Tanah hak yang belum terdaftar
✓ Tanah negara yang sudah dikuasai/digarap dan/atau
✓ Tanah asset BUMN/BUMD/Badan Hukum lainnya yang sudah
dilepaskan dan dikuasai masyarakat
✓ Kewajiban TP (PSU dan Tub)

❖ Dokumen Perencanaan Konsolidasi Tanah


• Perencanaan KT: kegiatan penyiapan lokasi konsolidasi tanah yang
didasarkan pada kajian dan analisis kewilayahan, social, ekonomi,
budaya dan lingkungan.
• Pelaksanaan Perencanaan KT/Pemangku Kepentingan (Badan Kedua,
Pasal 14):
1. Kementerian ATR/BPN
2. Kementerian/Lembaga lainnya
3. Pemda
4. Koperasi, BUMN, BUMD, BUMDes
5. Akademisi, Praktisi
6. Masyarakat
• Dokumen Perencanaan Konsolidasi Tanah, Verifikasi Oleh
Kementerian ATR/BPN:
1. Kajian tata ruang dan kebijakan sektor
2. Analisis pemetaan sosial dan potensi Kawasan
3. Sket desain awal (visoning) Konsolidasi Tanah
4. Kesepakatan Peserta Konsolidasi Tanah, dan
5. Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah
Penjelasan:
Kajian Tata Ruang dan Kebiajkan Sektor
❖ Kajian tata ruang merupakan kegiatan analisis data spasial dengan
memperhatikan:
a. peruntukan kawasan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah;
b. pembagian zonasi dan peraturan zonasi sesuai dengan Rencana Detail
Tata Ruang;
c. topografi, penggunaan tanah dan gambaran umum penguasaan tanah;
dan
d. daya dukung dan daya tampung kawasan.
❖ Kajian kebijakan, rencana dan program sektor terkait pada lokasi
Konsolidasi Tanah, meliputi:
a. pembangunan infrastruktur wilayah;
b. pembangunan prasarana, sarana dan utilitas; dan
c. pembangunan sektor lainnya.
❖ Hasil kajian tata ruang dan kebijakan sektor digunakan untuk menentuka
lokasi Konsolidasi Tanah yang terpilih.
❖ Lokasi terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam
Berita Acara Pemilihan Lokasi oleh Tim Koordinas.

Pemetaan Sosial dan Analisis Potensi Kawasan:

❖ Pemetaan sosial dilakukan untuk inventarisasi dan identifikasi data


sosial, ekonomi dan budaya, serta sosialisasi untuk menjaring aspirasi
masyarakat di lokasi Konsolidasi Tanah.
❖ Analisis potensi kawasan dilakukan untuk inventarisasi dan identifikasi
data dan informasi pertanahan, data fisik lingkungan untuk mengetahui
potensi, kekurangan, peluang, dan ancaman di lokasi Konsolidasi Tanah.
❖ Data dan informasi pertanahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18
ayat (2) meliputi:
a. bentuk dan luas bidang tanah;
b. data pemegang hak dan/atau penggarap tanah; dan
c. status kepemilikan tanah.
❖ Data fisik dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. topografi;
b. penggunaan tanah;
c. ketersediaan dan kondisi prasarana, sarana dan utilitas;
d. daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
e. aspek kebencanaan
❖ Hasil pemetaan sosial dan analisis potensi Kawasan dituangkan dalam
Peta Potensi Objek Konsolidasi Tanah yang digunakan untuk menentukan
strategi pengembangan lokasi Konsolidasi Tanah.

Sket desain awal (visoning) Konsolidasi Tanah


❖ Sket desain awal (visioning) merupakan gambaran kasar mengenai tema
dan arah pengembangan lokasi Konsolidasi Tanah.
❖ Sket desain awal (visioning) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
antara lain:
a. gambaran konsep kebijakan makro dan kriteria perencanaan/desain
kawasan;
b. penetapan tema dan arah pengembangan kawasan;
c. sket desain awal yang menggambarkan pembagian blok dan perkiraan
jumlah rencana bidang tanah/unit serta rencana penyediaan
prasarana, sarana dan utilitas; dan
d. perkiraan biaya pelaksanaan dan pembangunan Konsolidasi Tanah.
❖ Sket desain awal (visioning) menjadi dasar untukmenghasilkan
kesepakatan pemegang hak dan/atau penggarap tanah terhadap rencana
Konsolidasi Tanah.
❖ Pernyataan kesepakatan pemegang hak dan/atau penggarap tanah
terhadap rencana Konsolidasi Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dituangkan di dalam Berita Acara dan ditandatangani oleh masing-
masing pemegang hak dan/atau penggarap tanah.
❖ Ketentuan Mengenai pembuatan sket desain awal (visioning) dan
penyepakatan Konsolidasi Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (4) berlaku secara mutatis mutandis untuk
pembuatan sket desain awal (visioning) dan penyepakatan Konsolidasi
Tanah Vertikal, dengan penambahan desain awal bangunan vertikal.

Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah

❖ Penetapan lokasi Konsolidasi Tanah dilakukan dengan


mempertimbangkan dokumen perencanaan Konsolidasi Tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5).
❖ Penetapan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjelaskan
tentang letak lokasi, luas, jumlah bidang serta keterangan lainnya yang
dianggap perlu sebagai dasar lokasi pelaksanaan Konsolidasi Tanah.
❖ Penetapan lokasi Konsolidasi Tanah skala kecil dituangkan dalam
Keputusan Bupati/Walikota.
❖ Penetapan lokasi Konsolidasi Tanah skala besar/strategis dituangkan
dalam Keputusan Gubernur atau Menteri.
❖ Dalam hal Konsolidasi Tanah swadaya, Kepala Kantor Pertanahan
memberikan pertimbangan kepada Bupati/Walikota dalam penerbitan
Keputusan Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah.
❖ Terhadap Konsolidasi Tanah swadaya, usulan penetapan lokasi dilampiri
dengan bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
❖ setelah penetapan lokasi Konsolidasi Tanah tidak bolehdilakukan
peralihan hak dan/atau penguasaan tanah.
❖ Format Keputusan Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ayat (4) dan ayat tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

❖ Tahapan penyusunan dokumen perencanaan Konsolidasi Tanah


meliputi:
a. pembentukan Tim Koordinasi dan Tim Perencana/Pelaksana;
b. kajian tata ruang dan kebijakan sektor;
c. pemetaan sosial dan analisis potensi kawasan;
d. pembuatan sket desain awal (visioning) dan penyepakatan Konsolidasi
Tanah; dan
e. penetapan lokasi Konsolidasi Tanah.

PELAKSANAAN KONSOLIDASI TANAH

❖ Pelaksanaan Konsolidasi Tanah meliputi kegiatan:


a. pengumpulan data fisik, yuridis dan penilaian objek Konsolidasi
Tanah;
b. penyusunan desain dan rencana aksi Konsolidasi Tanah;
c. pelepasan Hak atas Tanah dan penegasan tanah objek Konsolidasi
Tanah;
d. penerapan desain Konsolidasi Tanah (staking out); dan
e. penerbitan sertipikat Hak atas Tanah dan penyerahan hasil
Konsolidasi Tanah.
❖ Manfaat Konsolidasi Tanah:
➢ Bagi Masyarakat:
✓ Masyarakat tidak tergusur, ikut berperan serta dalam
pembangunan sekaligus menikmati hasil pembangunan.
✓ Meningkatkan kualitas lingkungan menjadi teratur dan tertata
serta meningkatkan nilai tanah.
✓ Menata Kawasan permukiman kumuh.
✓ Jaminan kepastian hukum atas pemilikan tanah dengan bukti
sertifikat tanah.
➢ Bagi Pemda:
✓ Mendukung rencana tata ruang wilayah
✓ Mempercepat pemeataan pembangunan
✓ Mengurnagi pengeluaran/anggaran pemerintah untuk pembebasan
tanah.
✓ Tersedianya tanah untuk infrastruktur lingkungan seperti jalan,
drainase, taman dan fasos/fasum lainnya.

❖ Sertipikasi Konsolidasi Tanah:


✓ Mulai tahun 2019, kegiatan sertipikasi konsolidsai tanah dilaksanakan
melalui 2 skema, yaitu melalui penetapan lokasi dan tanpa penetapan
lokasi.
✓ Pelaksanaan kegiatan sertipikasi Konsolidasi Tanah melalui enetapan
lokasi sama seperti tahapan kegaitan sertipikasi konsolidasi tanah
pada umumnya.
✓ Pelaksanaan kegiatan sertipikasi konsolidasi tanah tanpa penetapan
lokasi merupakan kelanjutan dari pelaksanaan kegiatan Potensi Obyek
Konsolidasi Tanah (POKT) pada Tahun 2018.
• Konsolidasi Tanah Tanpa Penetapan Lokasi:
1. Lokasi berasal dari POKT Tahun 2018 dan tahun berikutnya
2. Lokasi berasal dari dokumen perencanaan program-program
sektoral (KOTAKU, SP-Pugar, Replanting Sawit, Kawasan
Bencana dsb)
3. Penetapan lokasi dilakukan pada kegiatan POKT
• Konsolidasi Tanah Melalui Penetapan Lokasi:
1. Lokasi berasal dari POKT sebelum tahun 2018
2. Lokasi berasal dari usulan Pemda atau masyarakat
3. Dilaksanakan dengan mengkonfirmasi Kembali persetujuan
pelaksanaan Konsolidasi Tanah
❖ Tahapan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Tahun 2019 (1) melalui
Penetapan Lokasi
❖ Tahapan pelaksanaan konsolidasi Tanah Tahun 2019 (2) Tanpa
Penetepan Lokasi
1. Penataan
a. Pengumpulan data fisik
b. Pengumpulan data yuridis
c. Penyusunan desain Konsolidasi Tanah
d. Pelepasan Hak Atas Tanah dan penegasan tanah objek
Konsolidasi Tanah
e. Penerapan desain Konsolidasi Tanah (Staking Out)
f. Pemisahan desain Konsolidasi Tanah Ke Lapang
g. Penerbitan Hak Atas Tanah dan sertipikat Hak Atas Tanah
2. Pengawasan supervise dan Monitoring
Supervisi, Monitoringa dan evaluasi pelaksanaan Konsolidasi
tanah…
3. Pelaporan
Penyusunan Laporan:
❖ Pelaksanaan Konsolidasi Tanah
• Pengumpulan data fisik, yuridis dan penilaian obyek Konsolidasi
Tanah (Data dan Nilai Objek).
• Penyusunan Desain dan Rencana Aksi Konsolidasi Tanah (Desain
dan RenAksi Konsolidasi Tanah).
• Pelepasan Hak Atas Tanah dan Penegasan Tanah Objek Konsolidasi
Tanah (Berita Acara).
• Penerapan Desain Konsolidasi Tanah (Staking-Out), (Penerapan
Lapangan).
• Penerbitan Sertifikat Hak Atas Tanah dan Penyerahan Hasil
Konsolidasi Tanah (Sertifikat dan Hasil Konsolidasi Tanah).
Keterangan:
Dalam hal konsolidasi tanah vertikal:
1. Penilaian objek Konsolidasi Tanah digunakan untuk menentukan
NPP dan Penilaian ganti kerugian (Pasal 35).
2. Penyusunan desain rumah susun (perselaan) menunjukkan dengan
jelas mengenai gambar/batas-batas hak perorangan dan hak
bersama yaitu pembagian atas masing-masing satuan rumah susun
bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama beserta uraian
nilai perbandingan proporsionalnya (Pasal 36).
3. Penerbitan sertifikat Hak Atas Tanah terhadap tanah bersama (Pasal
39).
❖ Pelaksanaan Konsolidasi Tanah

KELEMBAGAAN KONSOLIDASI TANAH


❖ Pembiayaan dan Kerja Sama (1)
Sumber pembiayaan konsolidasi tanah:
1. Partisipasi masyarakat
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
4. Badan Hukum Pemerintah/Swasta, Swadaya Masyarakat
5. Sumber Pembiayaan Lainnya Yang Sah.

❖ Pembiayaan dan Kerja Sama (2)


Kelembagaan Konsolidasi Tanah
1. Aspek Ekonomi
2. Aspek Kelembagaan
3. Aspek Sosial
4. Aspek Lingkungan
CONTOH PELAKSANAAN KONSOLIDASI TANAH DI INDONESIA
❖ Potensi Konsolidasi Tanah Transmigrasi Pada SP-Pugar di Kab. Malaka
Prov NTT Tahun 2018
Gambaran Umum:
• Lokasi: Desa Kapitan Meo, Kec. Laen Manen, Kab. Malaka Prov NTT.
• Jumlah bidang (estimasi): 250 bidang/KK.
• Luas Survey pada POKT Yahun 2018: 490 Ha sedangkan Luas untuk
rencana permukiman Konsolidasi Tanah Transmigrasi Sekitar 140 Ha.
• Progres: pengusulan SK Penetapan lokasi ke Bupati malaka.
• Targrt Konsolidasi Tanah di NTT Tahun 2018: 200 bidang ada
penambahan 222 bidang untuk lokasi Konsolidasi Tanah SP-Pugar di
Kab. Malaka (tital Potensi 1.020 bidang).

KESIMPULAN:
1. Konsolidasi tanah merupakan salah satu instrument dalam
perwujudan rencana tata tuang yang telah diamanatkan dalam
beberapa UU/PP.
2. Konsolidasi Tanah dapat diselenggarakan untuk berbagai peruntukan
Kawasan pertanian (perdesaan), non pertanian (perkotaan), horizontal
dan vertikal.
3. Konsolidasi tanah diselenggarakan mengacu ke rencana taat
ruang/RDTR secara narasi diharapkan bisa diamanatkan dalam RDTR
missal: redevelopment, Brown-field,
4. Penyelenggaraan konsolidasi tanah dilakukan baik oleh Kementerian
ATR/BPN maupun pihak lain sesuai dengan ketentuan yang diatur.
5. Walaupun pada dasarnya bersifat voluntary dalam hal tertentu
Konsolidasi Tanah dapat bersifat wajib (mandatory).
❖ Berdasarkan fungsi dan peruntukan kawasan, Konsolidasi Tanah
dibedakan menjadi:
a. Konsolidasi Tanah Pertanian; dan
b. Konsolidasi Tanah Non-Pertanian.

❖ Berdasarkan dimensi pemanfaatan tanah, pelaksanaan konsolidasi


tanah dibedakan menjadi:
a. Konsolidasi Tanah Horizontal; dan
b. Konsolidasi Tanah Vertikal.

❖ Berdasarkan skala luasan, Konsolidasi Tanah dapat dibedakan menjadi:


a. Konsolidasi Tanah Skala Kecil:
• merupakan Konsolidasi Tanah yang dilaksanakan pada lokasi yang
berada dalam lingkup Kabupaten/Kota.
• dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan
b. Konsolidasi Tanah Skala Besar dan/atau Strategis.:
• Merupakan Konsolidasi Tanah yang dilaksanakan:
a. pada lokasi lintas Kabupaten/Kota; dan
b. untuk lokasi yang memiliki nilai strategis nasional.
• dilaksanakan oleh Kantor Wilayah.
• Dalam kondisi tertentu, penyelenggaraan Konsolidasi Tanah skala
besar dan/atau strategis dapat dilakukan oleh Menteri.

❖ Berdasarkan keperluannya, Konsolidasi Tanah dapat dilaksanakan


secara:
a. Sederhana merupakan pelaksanaan Konsolidasi Tanah yang
ditujukan untuk pelayanan Konsolidasi Tanah Swadaya dan
penyediaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum; dan
b. Lengkap merupakan Konsolidasi Tanah yang mencakup seluruh
proses penyelenggaraan Konsolidasi Tanah untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan
melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
PENCEGAHAN DAN UPAYA SENGKETA PERTANAHAN
Jenis Sengketa Pertanahan
❖ Penanganan dan penyelesaian kasus pertanahan, diatur dalam: Peraturan
Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 21 Tahun 2020 tentang Penanganan dan
Penyelesaian Kasus Pertanahan.
❖ Kasus pertanahan adalah sengketa, konflik atau perkara tanah yang
disampaikan kepada Kementerian ATR/BPN, Kantor Wilayah BPB, Kantor
Pertanahan sesuai kewenangannya untuk mendapatkan penanganan dan
penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
❖ Sengketa tanah adalah perselisihan pertanahan antara perseorangan,
badan hukum, atau Lembaga yang tidak berdampak luas.
❖ Konflik tanah adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan,
kelompok, golongan, organisasi, badan hukum atau Lembaga yang
mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas.
❖ Perkara tanah adalah perselisihan pertanahan yang penanganan dan
penyelesaiannya melalui Lembaga peradilan.
❖ Jenis sengketa (Sumardjono, 2018):
• Sengketa di atas tanah perkebunan;
• Sengketa di atas tanah kaawasan hutan;
• Sengketa di atas tanah yang telas dibebaskan oleh pengembang
perumahan/perkantoran Kawasan industry dan lain-lain;
• Sengketa di atas tanah objek landreform;
• Sengketa tanah di atas bekas tanah parikelir ex. UU No. 1 tahun 1958;
• Sengketa di atas tanah bekas hak barat;
• Sengketa di atas tanah yang dikuasai TNI-ABRI;
• Sengketa di atas masyarakat dengan PT. KAI, PT. Pelindo dan lain-lain.
• Sengketa-sengekta lain karena tumpeng tindih girik, eigendom, dan
konflik yang berasal dari putusan pengadilan.
❖ Tipologi masalah pertanahan adalah jenis sengketa, konflik dan atau
perkara pertanahan yang disampaikan atau diadukan dan ditangani
terdiri dari masalah yang berkaitan dengan:
❖ Penguasaan dan pemilikan tanah;
❖ Penetapan hak dan pendaftaran hak;
❖ Batas atau letak bidang tanah;
❖ Pengadaan tanah;
❖ Tanah obyek landreform;
❖ Tanah ganti rugi tanah partikelir;
❖ Tanah ulayat;
❖ Pelaksanan putusan pengadilan.

Penyebab Sengketa Pertanahan


A. Tanah Milik Masyarakat:
1. Sengketa tanah belum terdaftar: Penyebab sengketa ini disebabkan
karena tanda batas tidak ada atau tidak jelas dan surat-surat tanah
yang tumpeng tindih pengakuan.
2. Sengketa tanah sudah terdaftar, penyebabnya:
a. Adanya sertipikat yang overlap pada bidang tanah yang sama;
b. Adanya gugatan terhadap bukti sertipikat tanah;
c. Adanya kelalaian pemilik tanah untuk menjaga batas bidang tanah
dan menelantarkan taanhnya terutama dengan ukuran bidang
tanah yang cukup luas.
3. Sengekta penggarapan atas tanah negara, penyebabnya:
a. klaim sepihak atas Garapan suatu bidang tanah;
b. sengketa ini terjadi pada redistribusi tanah dimana terdapat
kesalahn dalam penunjukkan subjek penerima manfaat;
c. pada objek konsolidasi tanah disebabkan inkonsitensi dalam
penerimaan bidang tanag hasil konsolidasi.
4. Sengketa peralihan hak penyebab sengketa ini adanya wanprestasi
(pelanggaran kesepakatan) dari salah satu pihak seperti terjadi pada
peralihan jual beli, hibah, merger, penyertaan modal, dan sebagainya.
5. Sengketa waris penyebab sengketa ini adanya pengabaian atau klaim
dari salah satu ahli waris.

B. Tanah Milik Instansi Pemerintah


Tanah milik instansi pemerintah adalah tanah milik instansi pemerintah
pusat dan daerah, kepolisian, dan militer yang telah terdaftar dalam
barang milik negara atau barang milik daerah (BMB/BMD).
1. Sengketa tanah belum terdaftar penyebab sengketa ini:
a. tanda batas tidak jelas dan surat-surat tanah yang tumpeng tindih
pengakuan;
b. klaim penyerahan tanah oleh masyarakat;
c. masyakat meminta tanahnya kembali padahal taanh sudah
tercatat dalam BMB/BMD yang sudah terbangun.
2. Sengketa tanah sudah terdaftar, penyebab sengketa ini kurang lebih
sama dengan sengketa pada tanh milik perorangan.
3. Sengketa tanah hak pengelolaan, penyebabnya:
a. umumnya terjadi pada tanah berskala luas dimana Sebagian dari
areal tidak diagarap sehingga muncul terjadinya pendudukan
tanah;
b. lokasi aral hak pengelolaan tumpeng tindih dengan tanh yang
dimiliki masyarakatsejak lama dan belum pernah digantirugi.
4. Sengketa tanah Kawasan militer, biasa tanah untuk Latihan tempur:
a. Penunjukan dari penguasa militer dan sejak lama dimanfaatkan
untuk kepentingan militer;
b. Tanah yang disengketakan tersebut sebelumnya merupakan
perampasan tanah oleh pemerintah colonial Jepang yang belum
diganti rugi;
c. Adanya penggarapan dari masyarakat yang berujung pada klaim
penguasaan tanah.

C. Tanah Milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD)


1. Sengketa tanah negara bebas
a. Tanda batas tidak jelas dan surat-surat tanah yang tumpeng tindih
pengakuan;
b. Tanah negara yang tidak dimanfaatkan atau ditelantarkan lalu
diokupaso oleh masyarakat;
c. Pengakuan masyarakat bahwa sejak lama belum diganti rugi,
bahwa tanah negara bebas diklaim sebagai tanah adat sehingga
terjadi tuntutan untuk membayar ganti rugi adat;
d. Tumpeng tindih dengan sector lain yang telah memperoleh izin
usaha
2. Sengketa tanah sudah terdaftar
a. Tanah berskala luas diokupasi oleh masyarakat baik karena tanah
tidak dimanfaatkan;
b. Sebagian kasus penyerobotan dapat terjadi oleh badan hukum
swasta baik disengaja maupun tidak sengaja karena kesalahan
petugas lapang.

D. Tanah Kawasan Hutan


Sengketa tanah sudah terdaftar
1. Tanah milik masyarakat yang menurut peta kehutanan masuk dalam
Kawasan hutan;
2. Masyarakat mereka sudah lama menghuni telah memiliki sertifikat.

E. Tanah Kawasan Pertambangan


Sumber sengketa tanah Kawasan pertambangan adalah penetapan
Kawasan pertambangan tidak mencari informasi mengenai status tanah
yang akan dieksplorasi akibatnya Ketika operasional pertambangan
berjalan dapat gugatan masyarakat yang merapa belum diajak
musyawarah.

F. Tanah Kawasan lainnya


Sengketa yang termasuk Kawasan lain adalah:
• Kawasan wisata;
• Kawasan industry;
• Kawasan jasa dan perdagangan;
• Kawasan hunian campur;
• Kawasan Pendidikan;
Sumber sengketa tanah Kawasan lain dapat muncul pada waktu lokasi
peruntukan melalui ijin lokasi dan setelah memperoleh hak atas tanah
tersebut pada waktu penetapan lokasi sering terjadi sengketa mengenai
rencana peruntukan dan adanya klaim dari orang lain yang merasa
berhak untuk mendapatkan ganti rugi.

G. Sengketa Milik Badan Hukum


Sengketa tanah milik badan hukum di bidang pertanian yang paling
banyak jumlah kasus mengingat luas yang dimiliki jauh lebih besar
dibandingkan untuk usaha non pertanian. Sumber sengketa yaitu dapat
muncul pada waktu ijin lokasi dan setelah memperoleh hak atas tanah
pada waktu ijin lokasi sering terjadi sengketa mengenai rencana
peruntukan dan adanya klaim dari orang lain yang merasa berhak untuk
mendapatkan ganti rugi.

H. Sengketa Tanah Negara Bebas


Sengketa pertanahan yang terjadi karena:
a. adanya tumpeng tindih pengakuan Garapan;
b. masyarakat yang merupakan petani penggarap mendapat gugatan
dari petani lainnya sehingga sengketa menjadi bibit konflik sosial.

I. Sengketa Tanah Ulayat/Tanah Adat


Sengketa tanah ulayat dapat terjadi secara:
1. Sengketa Internal adalah anggota masyarakat adat yang bersiteru
mengenai adanya kepentingan atas suatu areal di dalam tanah adat
2. Sengketa Eksternal adanya sengketa batas atau bagian wilayah
tertentu dengan perusahaan berbadan bukum maupun dengan
kelompok masyarakat lainnya.

Dampak Sosial Ekonomi Akibat Sengketa Pertanahan


❖ Dampak sosial ekonomi yang muncul sebagai akibat terjadinya sengketa
tanah yang berlarut-larut adalah sebagai berikut:
1. Menimbulkan persoalan sosial;
2. Tanah menjadi tidak produktif;
3. Pemblokiran area menaikan biaya transportasi;
4. Biaya yang dikeluarkan terus membengkak.

❖ Bagi pemerintah desa berlarutnya sengketa tanah dalam skala besar


dalam wilayahnya adalah:
1. Menciptakan suasana tidak kondusif;
2. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi;
3. Terhambatnya pembangunan infrastruktur;
4. Bertambahnya beban tugas aparat desa.

❖ Skala dampak sosial ekonomi bagi subyek yang bersengketa, sebagai


berikut:
1. Perorangan vs perorangan: terbatas hanya menyangkut kedua belah
pihak;
2. Perorangan vs badan hukum: terbatas menyangkut klaim beberapa
orang dengan nilai kecil atau besar tetapi dampaknya terbatas;
3. Masyarakat vs masyarakat: nilai total besar dan dampaknya juga
besar;
4. Masyarakat vs badan hukum: nilai total besar dan dampaknya juga
besar.

❖ Mengakhiri berlarutnya sengketa pertanahan, sebagai berikut:


1. Musyawarah atau mediasi;
2. Memanfaatkan tanah bersama;
3. Pola redistribusi-konsolidasi tanah;
4. Tanah hak berskala besar dapat menjadi tanah terlantar dan statusnya
dapat menjadi tanah negara;
5. Menyerahkan ke jalur pengadilan.

Memelihara Tanda Batas Bidang Tanah


Pasal 17 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah: Penempatan tanda-tanda batas termasuk
pemeliharaannya wajib dilakukan oleh pemegang hak atas tanah yang
bersangkutan.
Ketentuan tersebut ditujukan untuk tanah-tanah yang akan didaftarkan
atau yang akan dimohon sertifikat tanda batas tersebut harus dipelihara.
Peran kepala desa dalam pemasangan dan pemiliharaan tanda batas hanya
sebatas mengingatkan. Penyampaian bisa dilakukan secara lisan, pertemuan
yang bekerja sama dengan Kantor Pertanahan. Bentuk lainnya penyampain
tertulis melalui poster, leaflet, brosur, serta penggunaan media sosial.

Memanfaatkan Tanah Sesuai Peruntukan


Tanah-tanah yang dimiliki perorangan, badan hukum atau instansi
pemerintah harus dimanfaatkan sesuai peruntukan pemanfaatan tanah
sesuai dengan tata ruang dan penggunaan tanahnya. Keseuaian dengan tata
ruang akan berinflikasi pada jenis kegiatan fisik diatas tanah tersebut
sedangkan kesesuain penggunaan tanah tersebut akan menentukan pada
jenis hak atas tanah yang dapat diberikan.
Kondisi rawan sengketa pemanfaatan tanahnya adanya sebegai berikut:
1. Tanah pekarangan: biasanya tanah perkarangan berada di kota atau
pinggiran kota dan dibiarkan tidak terawatt serta tidak dipagari menjadi
rawan terhadap penyerobotan.
2. Tanah perumahan dan pertanian skala luas: perusahaan tidak mampu
menggarap tanah yang telah diperoleh karena masalah, modal kondisi
tanah tidak dimanfaatkan maka terjadi akupasi pada bagian yang
berbatasab dengan tanah masyarakat.
3. Tanah desa: pemanfaatan tanh desa oleh pihak lain atau masyarakat
karena tanda batas tanah yang tidak ada atau menjadi tidak jelas karena
disengaja atau tidak disengaja.
4. Tanah Kawasan militer atau Kawasan lainnya: pemanfaatan tanah yang
tidak terus menerus atau dibiarkan kosong tidak ada kegiatan selama
bertahun-tahun menyebabkan taanh tersebut digunakan oleh pihak lain.

❖ Pemanfaatan tanah yang tidak dilakukan baik, menyebabkan


Penyerobotan tanah oleh pihak lain, pemilik tanah harus bertanggung
jawab, setelah bidang tanahnya dibatasi, juga diatas tanah itu harus
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan peruntukan permohonan hak.

Memelihara Dokumen Terkait Tanah


❖ Dokumen terkait tanah adalah segala bentuk bukti tertulis yang
mendukung bukti perolehan atau penguasaan/pemilikan tanah.
❖ Bukti dokumen terkait tanah untuk tanah-tanah yang belum terdaftar
adalah surat-surat keterangan dan bukti tertulis lainnya yang dibutuhkan
untuk permohonan hak maupun untuk menguatkan klaim penguasaan
hak atas tanah dan perolehan tanah.
❖ Tanah yang sudah memiliki ha katas tanah yaitu dokumen yang harus
dijaga dan dipelihara adalah sertifikat hak atas tanh serta bukti-bukti
pajak.
❖ Dalam memelihara dokumen terkait tanah Pemerintah desa harus:
1. Menyimpan dan mengamankan sertipikat tanah milik desa atau
dokumen terkait tanah desa bila belum terdaftar;
2. Diletakkan tempat yang khusus dan aman;
3. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai penyimpanan dan
pengamanan arsip-arsip tanah, seperti sertipikat.
Tujuannya agar tanah tersebut tidak dimanfaatkan oleh para oknum
untuk memperoleh keuntungan yang kelak akan menimbulkan sengketa
tanah.
Apabila diwilayah desa terdapat pembebasan tanah dalam rangka
investasi atau pembangunan untuk kepentingan umum maka kepala desa
perlu juga memperoleh Salinan atau rekaman data warga desa yang
menerima ganti rugi. Hal ini semata mata untuk menjaga apabila ada
sengketa tanah maka pemerintah desa dapat menyampaikan masukan
berdasarkan data yang dimiliki.

Pendekatan Sosial Penanganan Sengketa Pertanahan


Sengketa pertanahan bersifat kompleks di wilayah desa kasus sengketa
tanah yang bersifat perseorangan dengan kasus sengketa batas atau
sengketa waris masih dapat diupayakan penanganan oleh kepala desa.
Penanganan yang rumit kasus sengketa yang melibatkan banyak pihak dan
masyarakat. Tanah-tanah beskala besar seperti perkebunan, perumahan,
Kawasan militer dan Sebagainya termasuk juga sengketa tanah hak
pengelolaan dengan masyarakat.
Perdamaian kasus-kasus sengekta:
1. Masalah sengketa tanah bersifat sederhana yaitu mudah ditelusuri
penyebabnya;
2. Pihak-pihak yang bersengketa masih warga desa setempat;
3. Objek sengketa adalah bidang tanah;
4. Usia sengketa masih relative baru dan belum berlarut.
Kepada desa bisa melakukan
1. Inisiatif untuk menangani sengketa;
2. Intensitas dan variasi pertemuan;
3. Win-win solution;
4. Peredam konflik sosial.

Kerjasama Berbagai Pihak Untuk Penanganan Sengketa


❖ Penanganan kasus sengketa tanah secara formal dilakukan oleh Kantor
Pertanahan untuk dilakukan mediasi.
❖ Kasus sengketa yang bergulir ke meja pengadilan: keputusan ditentukan
oleh hakim pengadilan baik perdata maupun tata usaha negara.
❖ Didalam penanganan sengketa tanah kepala desa sangat berperan dalam
memberikan informasi, Kerjasama dan upaya membantu penanganan
hingga penyelesaian sengketa tanah.
❖ Bentuk informasi yang disampaikan kepada instansi yang berwenang
dalam penanganan sengketa tanah adalah sebagai berikut:
1. Keterangan mengenai Riwayat tanah secara umum;
2. Kondisi terkini mengenai tanah secara umum;
3. Upaya-upaya perdamain yang telah diinisiasi oleh pemerintah desa;
4. Dokumen-dokumen terkait mengenai tanah yang disengketakan bila
ada.
❖ Bagi kepala desa dan aparatur desa dalam penyimpanan informasi atau
keterangan tersebut diatas harus berpedoman pada sikap:
1. Netral;
2. Jujur dan terbuka;
3. Bersikap membantu;;
4. Jelas dan detail sepanjang diketahui;
5. Berdasarkan fakta bukan opini.
❖ Bentuk Kerjasama tidak hanya memberikan informasi tetapi juga bisa
dilibatkan dalam berbagai upaya sebagai berikut:
1. Pemantauan perkembangan kasus sengketa tanah khususnya yang
berskaala besar;
2. Turut andil mengupayakan musyawarah dalam penanganan sengketa;
3. Turut serta dalam tim penyuluhan atau sosialisasi;
4. Menciptakan suasana konduktif bersama-sama pihak terkait.
Kasus sengketa pertanahan selalu ada dan silih berganti.

Pengaduan Sengketa Pertanahan


❖ Pasal 4 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 11 Tahun 2016.
Penyelesaian kasus pertanahan bahwa penyelesaian sengketa dan konflik
dilakukan berdasarkan inisiatif dari Kementerian ATR/BPN atau
pengaduan masyakarat.
❖ Pengaduan masyarakat dapat dilakukan pada:
1. Kepala Kantor Pertanahan secata tertulis
2. Loket pengaduan
3. Kotak surat atau website kementerian
Alamat tujuan pengaduan disampaikan kepada Kantor Wilayah BPN
dan/atau Kementerian ATR/BPN.
Berkas pengaduan diteruskan kepada Kepala Kantor Pertanahan.
Memuat identitas pengadu dan uraian singkat kasus.
❖ Pengaduan harus dilampiri:
1. Fotokopi identitas pengadu
2. Fotokopi identitas penerima kuasa dan surat kuasa
3. Data pendukung atau bukti-bukti yang terkait.

❖ Masyarakat yang mengadu mengisi format yang telah disediakan sesuai


dengan:
• lampiran I Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 11 Tahun 2016.
• Setelah pengaduan diterima: petugas yang bertanggungjawab dalam
menangani pengaduan melakukan pemeriksaan berkas pengaduan.
• Petugas menyampaikan berkas pengaduan kepada pejabat yang
bertanggung jawab dalam menangani sengketa, konflik dan perkara
pada Kantor Pertanahan.
• Pengaduan yang telah memenuhi syarat yang diterima langsung
melalui loket pengaduan, kepada pihak pengadu diberikan surat
tanda penerimaan pengaduan.
• Apabila pengaduan tidak memenuhi syarat: mengembalikan berkas
pengaduan dan memberitahukan kekuranglengkapan berkas.

❖ Surat tanda penerimaan pengaduan dibuat sesuai dengan:


Lampiran II peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala BPN No.
II Tahun 2016.
❖ Prosedur pengaduan sengketa tanah dari masyarakat berlaku juga untuk
kepala desa dalam hal laporan sengketa tanah desa:
1. Kepala Desa mengadu ke Kantor Pertanahan dengan atas nama
pemerintah desa;
2. Data atau dokumen terkait tanah desa yang disengketakan harus
dikumpulkan terlebih dahulu;
3. Identitas objek tanah sengketa sebaiknya sirekapitulasi.
Materi Dasar-Dasar Pengetahuan Pertanahan
Pengaturan Penataan Ruang

I. Penyusunan Pengaturan Rencana Tata Ruang

❖ Rencana tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang


disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara
hierarki terdiri atas rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata
ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.

❖ Pengaturan Penataan Ruang: Upaya pembentukan landasan hukum bagi


pemerintah pusat pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan
ruang.

❖ PASAL 12 UU No.26 Penataan Ruang dilakukan melalui penetapan


ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang
termasuk pedoman bidang penataan ruang.

❖ Pengaturan Penataan Ruang:


✓ Mewujudkan ketertiban dalam penyelenggaraan Penataan ruang;
✓ Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan;
✓ Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan.

❖ Penyusunan dan Penetapan Rencana Umum Tata Ruang:


1. Penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah nasional;
2. Penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah provinsi;
3. Penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah kabupaten;
4. Penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah kota;

❖ Tahapan proses penyusunan rencana tata ruang:


1. Persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. Pengumpulan data;
3. Pengolahan dan analisis data;
4. Perumusan konsepsi rencana tata ruang;
5. Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan tentang
rencana tata ruang.

❖ Kerangka Acuan Kerja Pengaturan Rencana Tata Ruang: Pada kegiatan ini
Penata ruang melekukan penyusunan konsep Kerangka Acuan Kerja
(KAK) yang merupakan gambaran umum/penjelasan mengenai suatu
kegiatan penyusunan pengaturan Rencana Tata Ruang yang hasilnya
akan direview oleh Ahli Madya/Utama.

❖ Muatan kerangka acuan kerja:


✓ Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
✓ Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
✓ Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
✓ Dasar Hukum
✓ Metodologi
✓ Output Keluaran Kegiatan
✓ Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
✓ Sumber Pembiayan Kegiatan
✓ Tenaga Ahli yang dilibatkan

Data dan Informasi Pengaturan Rencana Tata Ruang:


❖ Pengumpulan Data dan Informasi Rencana Tata Ruang merupakan butir
kegiatan untuk melakukan pengumpulan data, baik data primer
dan/atau data sekunder untuk memperoleh informasi terkait penyusunan
pengaturan rencana tata ruang.
a. Data Sekunder: dapat diperoleh dari studi literatur atau penelusuran
pustaka
b. data primer: dapat diperoleh dari observasi lapangan, wawancara,
kuisioner, workshop, FGD, diskusi panel, seminar dsb.

❖ Beberapa Turunan Kegiatannya:


a. Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
b. Form wawancara/kuisioner
c. List data primer dan sekunder
d. Instansi tujuan
e. Jadwal kegiatan
f. Lokasi survei

❖ Pengumpulan Data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya:


a. Swakelola
b. Kontraktual

❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi yang dibutuhkan umumnya berupa data sekunder
seperti peraturanm perundang-undangan terkait (acuan normatif),
materi teknis dari Rencana Tata Ruang seperti buku fakta dan analisis
yang dilengkapi peta-peta, buku rencana, dan album peta dan/atau
data sekunder lain.
✓ Data juga dapat berupa data primer atau data terkait lainnya apabila
dibutuhkan.

❖ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian


kebijakan dalam rangka pembuatan peraturan sesuai karakeristik
wilayah dan atau tema rencana tata ruang yang selanjutnya dituangkan
dalam Naskah Akademik.

Analisis Data dan Informasi Pengaturan Rencana Tata Ruang


❖ Defisini Analisis Data dan Informasi Pengaturan Rencana Tata Ruang:
Penata ruang melakukan pengolahan data dan menganalisis data dan
informasi hasil pengumpulan data primer dan/atau sekunder dengan
menggunakan metode analisis yang sesuai dengan penyusunan
pengaturan rencana tata ruang yang hasilnya akan direview oleh Ahli
Madya/Utama.
❖ Laporan hasil analisis, setidaknya memuat informasi:
a. Kompilasi data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penyusunan
pengaturan rencana tata ruang.
b. Hasil analisis data dan informasi sektoral/multisektoral dibutuhkan
dalam kegiatan penyusunan pengaturan rencana tata ruang.
❖ Pengaturan rencana tata ruang:
✓ dituangkan dalam bentuk rancangan peraturan perundang-undangan
seperti Reperkada, Raperda maupun bentuk peraturan lainnya.
✓ Analisis yang digunakan untuk pengaturan rencana tata ruang
bermanfaat dalam perumusan pasal per pasal dari pengaturan rencana
tata ruang.

Materi Teknis Pengaturan Rencana Tata Ruang


❖ Materi Teknis Pengaturan Rencana Tata Ruang:
✓ Kegiatan penyiapan bahan materi teknis
✓ Penyiapan bahan pembahasan materi teknis
✓ Penyiapan konsep materi teknis
✓ Penyusunon telaahan pembahasan teknis konsep materi teknis
✓ Perumusan telaahan konsep materi teknis dalam pembahasan lintas
sektor
✓ Perumusan hasil pembahasan konsep materi teknis
✓ Penyusunan kajian strategis terhadap konsep materi teknis
✓ Penyusunan rekomendasi hasil kajian strategis terhadap konsep.

❖ Materi teknis pengaturan rencana tata ruang dapat berupa naskah


akademik atau kajian lain yang mendukung diperlukannya pengaturan
atau peraturan tentang rencana tata ruang.

❖ Bahan materi teknis dapat berupa:


✓ Peraturan perundang-undangan terkait (acuan normatif) dan/atau data
lain sesuai kebutuhan
✓ Hasil inventarisasi kendala yang dihadapi
✓ Bahan tayang
✓ Bahan terkait lainnya

❖ Bahan Pembahasan Materi Teknis Pengaturan Rencana Tata Ruang:


1. Bahan tayang terkait materi teknis pengaturan rencana tata ruang
2. Sasaran output kegiatan
3. Hal-hal yang perlu disepakati
4. Draft berita acara pembahasan materi teknis
❖ Bahan Materi substansi teknis, bahan yang perlu disiapkan dalam
penyiapan rancangan peraturan perundang-undangan:
✓ Materi teknis pengaturan rencana tata ruang (ketentuan teknis)
✓ Rapermen pengaturan rancangan tata ruang, dilengkapi dengan berita
acara pembahasan lintas sektor dan daerah
✓ Naskah akademik dan dokumen lain yang dipersyaratkan
(kelengkapan adminsitrasi).

II. Penyusunan Pengaturan Pembinaan Penataan Ruang


Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pengaturan Pembinaan Penataan
Ruang
❖ Pembinaan penataan ruang adalah upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggaraan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah dan mayarakat. Pemerintah
melakukan pembinaan penataan ruang secara sinergi bersama
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota dan
masyarakat.

❖ Kegiatan pembinaan Penataan Ruang


a. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang
b. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang
penataan ruang
c. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan penataan
ruang
d. Pendidikan dan pelatihan
e. Penelitian kajian dan pengembangan
f. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang
g. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat
h. Peningkatan pemahaman dan tanggung jawab masyarakat
i. Pengembangan profesi perencana tata ruang

❖ Kerangka Acuan Kerja Pengaturan Pembinaan Penarataan Ruang


✓ Penyusunan Konsep Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran
umum atau penjelasan mengenai kegiatan penyusunan pengaturan
Pembinaan Penataan Ruang yang hasilnya akan direview oleh ahli
Madya/Utama. Kegiatan ini ditujukkan untuk level 2 yaitu Ahli
Pertama.
✓ Hasil yang dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK.

❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja Pengaturan Pembinaan Penataan Ruang:


✓ Latar belakang dan masalah kegiatan
✓ Maksud, tujuan dan sasaran kegiatan
✓ Ruang lingkung kegiatan (lokasi dan Substansi)
✓ Dasar hukum
✓ Metodologi
✓ Output/kelurahan kegiatan
✓ Tahapan dan waktu pelaksanaan
✓ Sumber pembiayaan kegiatan
✓ Tenaga ahli yang dilibatkan
Data dan informasi pengaturan pembinaan penataan ruang
❖ Definisi
pengumpulan data primer dan/atau data sekunder untuk memperoleh
informasi terkait penyusunan pengaturan pembinaan penataan ruang.
✓ Data sekunder: dapat diperoleh dari studi literatur atau penelusuran
✓ Data primer: dapat diperoleh dari observasi lapangan, wawancara,
kuisioner, workshop, FGD, diskusi panel, seminar dsb.

❖ Beberapa turunan kegiatannya:


✓ Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
✓ Form wawancara/kuisioner
✓ List data primer dan sekunder
✓ Instansi tujuan
✓ Jadwal kegiatan
✓ Lokasi survei

❖ Pengumpulan Data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya:


a. Swakelola
b. Kontraktual

❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi yang dibutuhkan umumnya berupa data sekunder
seperti peraturan perundang-undangan terkait (acuan normatif), best
practice dari dalam dan luar negeri, jurnal atau artikel ilmiah dan/atau
data sekunder lain.
✓ Data juga dapat berupa data primer atau data terkait lainnya apabila
dibutuhkan.
✓ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian
kebijakan dalam rangka pembuatan peraturan sesuai karakeristik
wilayah dan atau tema rencana tata ruang yang selanjutnya
dituangkan dalam Naskah Akademik.

Analisis data pengaturan pembinaan penataan ruang


❖ Penataan ruang melakukan analisis data dan informasi hasil
pengumpulan data primer dan.atau sekunder dari butir sebelumnya
dengan menggunakan metode analisi yang disesuaikan dengan lebutuhan
analisis pada pengaturan pembinaan penataan ruang dan hasilnya akan
direview oleh ahli madya/utama. Hasil dari kegiatan ini berupa laporan
hasil analisis.
❖ Muatan penyusunan, Laporan hasil analisis dari kegiatan ini setidaknya
memuat informasi:
1. Kompilasi data yang telah dikumpulikan dalam kegiatan penyusunan
pengaturan pembinaan penataan ruang
2. Hasil analisis data dan informasi sektoral/multisektoral yang
dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan pengaturan pembinaan
penataan ruang.

❖ Konsep pengaturan pembinaan penataan ruang adalah menyiapkan


bahan materi teknis pengaturan pembinaan penataan ruang, menyiapkan
bahan pembahasan materi teknis pengaturan pembinaan penataan
ruang, dan menyiapkan bahan materi substansi teknis pengaturan
pembinaan penataan ruang.

❖ Kegiatan menyiapkan bahan pembahasan materi teknis:


✓ Dilakukan setelah disusunnya materi teknis dan bertujuan menunjang
pembahasan yang akan dilakukan terhadap materi teknis yang telah
tersusun.
✓ Semua kegiatan dalam ranah penataan ruang yang dilakukan untuk
menunjang proses legalisasi dokumen pembinaan penataan ruang.

❖ Muatan penyusunan:
1. Peraturan perundang-undangan terkait (acuan nirmatif)
2. Hasil inventarisasi kendala yang dihadapkan
3. Bahan tayang
4. Bahan terkait lainnya

❖ Bahan pembahasan materi teknis pengaturan pembinaan penataan


ruang:
1. Bahan tayang terkait materi teknis pengaturan pembinaan penataan
ruang
2. Sasaran output kegiatan
3. Hal-hal yang perlu disepakati
4. Draf berita acara pembahasan materi

❖ Bahan Materi substansi teknis:


✓ Materi teknis pengaturan pembinaan penataan ruang yang
sebelumnya telah tersusun.
✓ Rapermen pengaturan pembinaan penataan ruang, dilengkapi dengan
berita acara pembahasan lintas sektor dan daerah.
✓ Naskah akademik dan dokumen lain yang dipersyaratkan.

III. Penyusunan Pengaturan Pengendalian Pemanfaatan


Ruang
❖ Hakikat
Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan untuk menjamin
terwujudnya tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang.
❖ Pelaksanaan pengendalian pemanfataan ruang:
✓ Penilaian pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dan
pernyataan mandiri pelaku UMK
✓ Penilaian perwujudan RTR
✓ Pemberian insentif dan disinsentif
✓ Pengenaan sanksi
✓ Penyelesaian sengketa penataan ruang

❖ Istilah dan definisi ngendalian pemanfaatan ruang:


✓ Penyelenggaran Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan
ruang.
✓ Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian tujuan
penataan ruang
✓ Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata Ruang

❖ Fungsi Pengendalaa Pemanfaatan Ruang:


✓ Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan
✓ Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
✓ Menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan
ruang
✓ Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang
✓ Mencegah dampak pembangunan yang merugikan

❖ Kerangka Acuan Kerja


✓ Gambaran umum atau penjelasan mengenai kegiatan pengaturan
pengendalian pemanfaatan ruang yang hasilnya akan direview oleh ahli
Madya/Utama. Hasil yang dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK
✓ Kegiatan yang termasuk dalam pengafuran pengendalian pemanfaatan
ruang beragam, di antaranya Berkenaan dengan pengaturan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang KKIR dan pengaturan
pemberian insentif disinsentif.

Data dan informasi pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang


❖ Hakikat Pengumpulan data dan informasi pengaturan pengendalian
pemanfaatan ruang, kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data
primer dan/atau data sekunder untuk memperoleh informasi terkait
pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang.

❖ Pengumpulan Data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya:


a. Swakelola
b. Kontraktual
❖ Beberapa turunan kegiatannya:
✓ Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
✓ Form wawancara/kuisioner
✓ List dan primer dan sekunder
✓ Instansi tujuan
✓ Jadwal kegiatan
✓ Lokasi survei

❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi dapat berupa data primer seperti hasil dari survei
(wawancara/kuesioner) dandata sekunder seperti peraturan
perundang-undangan terkait sebagai acuan normatif juga telaah
pustaka termasuk data dari instansi, best practice dari dalam dan luar
negeri, studi literatur yang menghimpun jurnal/artikel ilmiah sebagai
bahan pertimbangan pada kegiatan berikutnya, dan lainnya.
✓ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian
kebijakan terhadap rangka pembuatan peraturan sesuai karakeristik
wilayah dan/atau tema rencana tata ruang yang selanjutnya
dituangkan dalam Naskas Akademik.

❖ Pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang adalah mencakup butir


kegiatan menyiapkan bahan materi teknis pengaturan pengendalían
pemanfaatan ruang, menyiapkan bahan pembahasan materi teknis
pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang, dan menyiapkan bahan
materí substansi teknis pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang.

❖ Kegiatan penyiapan bahan materi substansi teknis adalah semua kegiatan


dalam ranah penata ruang yang dilakukan untuk menunjang proses
legalisasi dokumen pembinaan penataan ruang.

❖ Muatan penyusunan bahan materi teknis dapat berupa:


1. Peraturan perundang-undangan terkait (acuan normatif) dan/atau
data lain sesaui kebutuhan.
2. Hasil inventarisasi kendala yang dihadapi.
3. Bahan tayang sesuai tema dari pengaturan pengendalian pemanfaatan
ruang yang akan dibuat.

❖ Bahan pembahasan materi teknis pengaturan pengendalian pemanfaatan


ruang:
1. Bahan tayang terkait materi teknis pengaturan pengendalian
pemanfaatan ruang
2. Sasaran output kegiatan
3. Hal-hal yang perlu disepakati
4. Draf berita acara pembahasan materi teknis

❖ Bahan materi substansi teknis pengaturan pengendalian pemanfaaatan


ruang
1. Materi teknis pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang yang
sebelumnya telah tersusun.
2. Draft rapermen pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang.

❖ Draft Rapermen dilengkapi dengan:


1. Berita acara pembahasan lintas sektor dan daerah
2. Naskah akademik
3. Dokumen lain yang dipersyaratkan (kelengkapan adminsitrasi) untuk
menunjang legalisasi peraturan perundang-undangan.

IV. Penyusunan Pengaturan Penertiban Pemanfaatan Ruang


❖ Kerangka Acuan Kerja Pengaturan Penertiban Pemanfaatan Ruang
✓ Konsep Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran umum atau
penjelasan mengenai kegiatan pengaturan pengendalian pemanfaatan
ruang yang hasilnya akan direview oleh ahli Madya/Utama.
✓ Hasil yang dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK yang dibuct oleh
penata ruang sebelum dilaksanakannya kegiatan. Kegiatan pengafuran
penertiban pemanfaatan ruang beragam, di antaranya pemberian
sanksi bagi pelanggaran pemanfaatan ruang.

❖ Muatan kerangka acuan kerja pengaturan penertiban pemanfaatan ruang


✓ Latar belakang dan masalah kegiatan
✓ Maksud, tujuan dan sasaran kegiatan
✓ Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
✓ Dasar Hukum
✓ Metodologi
✓ Output/Keluaran Kegiatan
✓ Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
✓ Sumber Pembiayan Kegiatan
✓ Tenaga Ahli yang dilibatkan

Data dan informasi pengaturan penertiban pemanfaatan ruang


❖ Pada butir kegiatan pengumpulan data dan informasi pengaturan
penertiban pemanfaatan ruang, kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data primer dan atau data sekunder untuk memperoleh
informasi terkait pengaturan penertiban pemanfaatan ruang.
✓ Data sekunder: dapat diperoleh dari studi literatur atau penelusuran
pusaka.
✓ Data primer: dapat diperoleh dari observasi lapangan, wawancara,
kuisioner, workshop, FGD, diskusi panel, seminar dsb.

❖ Beberapa Turunan Kegiatannya


✓ Menyusun konsep desain survei yang
✓ minimal memuat metodologi
✓ Form wawancara kuisioner
✓ List data primer dan sekunder
✓ Instansi tujuan
✓ Jadwal kegiatan
✓ Lokasi Survei

❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi dapat berupa data primer seperti hasil dari survei
(wawancara/kuesioner dan data sekunder seperti peraturan
perundanng-undangan terkait sebagai acuan normatif juga telaah
pustaka termasuk data dari instansi best practice dari dalam dan luar
negeri, studi literatur yang menghimpun jurnal/artikel-artikel ilmiah
sebagai bahan pertimbangan pada kegiatan berikutnya, dan
sebagainya.
✓ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian
kebijakan dalam rangka pembuatan peraturan sesuai kebutuhan
pengaturan penertiban pemanfaatan ruang di tingkat daerah maupun
nasional yang selanjutnya dituangkan dalam Naskah Akademik.

Pengaturan penertiban pemanfaatan ruang


❖ Pengaturan penertiban pemanfaatan ruang adalah menyiapkan bahan
materi teknis pengaturan penertiban pemanfaatan ruang, menyiapkan
bahan pembahasan materi teknis pengaturan pengaturan penertiban
pemanfaatanruang, dan menyiapkan bahan materi substansi teknis
pengaturan penertiban pemanfaatan ruang.

❖ Pengaturan Penetiban Pemanfaatan Ruang


✓ Penyiapan bahan materi teknis dilakukan sebelum disusunnya materi
teknis dan kegiatan ini bertujuan menunjang penyusunan mater
teknis.
✓ Kegiatan menyiapkan bahan pembahasan materi teknis dilakukan
setelah disusunnya materi teknis dan bertujuan menunjang
pembahsan yang akan dilakukan terhadap materi teknis yang telah
tersusun.

❖ Muatan penyusunan bahan materi teknis perlu disiapkan untuk


menunjang butir kegiatan penataan:
a. Pengaturan perundang-undangan terkait sebagai acuan normatif
dan/atau data lain sesuai kebutuhan
b. Hasil inventarisasi kendala yang dihadapi
c. Bahan tayang sesuai tema dari pengaturan penertiban pemanfaatan
ruang yang akan dibuat. Bahan tayang dapat lebih dari satu
disesuaikan dengan kebutuhan.
V. Penyusunan Pengaturan Pengawasan Penataan Ruang

❖ Kerangka Acuan Kerja


Pada kegiatan ini penata ruang melakukan penyusunan konsep Kerangka
Acuan Kerja (KAK) yang merupakan gambaran umum atau penjelasan
mengenai suatu kegiatan penyusunan pengaturan pengawasan penataan
ruang yang hasilnya akan direview oleh Ahli Madya/Utama.

❖ Muatan kerangka acuan kerja pengawasan penataan ruang


✓ Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
✓ Maksud Tujuan dan Sasaran Kegiatan
✓ Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
✓ Dasar Hukum
✓ Metodologi
✓ Output/Keluaran Kegiatan
✓ Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
✓ Sumber Pembiayan Kegiatan
✓ Tenaga Ahli yang dilibatkan

❖ Data dan informasi pengaturan pengawasan penataan ruang


✓ Kegiatan pengumpulan data dan informasi pengaturan pengawasan
penataan ruang adalah pengumpulan data primer dan/atau
data:sekunder untuk memperoleh informasiterkait pengaturan
pengawasan penataan ruang.
• Data sekunder: dapat diperoleh dari studi literatur atau
penelusuran pusaka.
• Data primer: dapat diperoleh dari observasi lapangan, wawancara,
kuisioner, workshop, FGD, diskusi panel, seminar dsb.

❖ Kegiatan pengumpulan data dan informasi pengaturan pengawasan


penataan ruang:
✓ Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
✓ Form wawancara/kuisioner
✓ List data primer dan sekunder
✓ Instansi tujuan
✓ Jadwal Kegiatan
✓ Lokasi survei

❖ Pengumpulan data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya:


a. Swakelola
b. Kontraktual

❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi dapat berupa data primer seperti hasil dari survei
(wawancara/kuesioner) dan data sekunder seperti peraturan
perundang-undanganterkait sebagai acuan normatif juga telaah
pustaka termasuk data dari instansi, best practice dari dalam dan luar
negeri, studi literatur yang menghimpun jurnal/artikel-artikel ilmiah
sebagai bahan pertimbangan pada kegiatan berikutnya, dan
sebagainya.
✓ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajlan
kebijakan dalam rangko pembuatan peraturan sesuai kebutuhan
pengaturan pengawasan penataan ruang di tingkat daerah maupun
nasional yang selanjutnya dituangkan dalam Naskah Akademik.

❖ Pengaturan pengawasan penataan ruang


Pengaturan pengawasan penataan ruang yang dimaksud adalah
menyiapkan bahan materi teknis pengaturan pengawasan penataan
ruang, menyiapkan bahan pembahasan materi teknis pengaturan
pengawasan penataan ruang, dan menyiapkan bahan materi substansi
teknis pengaturan pengawasan penataan ruang.

❖ Pengaturan Pengawasan Penataan Ruang


✓ Penyiapan bahan materi teknis dilakukan sebelum disusunnya materi
teknis dan kegiatani bertujuan menunjang penyusunan materi teknis.
✓ Kegiatan menyiapkan bahan pembahasan materi teknis dilakukan
setelah disusunnya materi teknis dan bertujuan menunjang
pembahasan yang akan dilakukan terhadap materi teknis yang telah
tersusun.
✓ Kegiatan penyiapan bahan materi substansi teknis adalah semua
kegiatan dalam ranah penata ruang yang dilakukü untuk menunjang
proses legalisasi dokumen pengawasan penataan ruang.

❖ Muatan Penyusun Bahan materi teknis perlu disiapkan


1. Peraturan perundang-undangan terkait sebagai acuan normatif
dan/atau data lain sesuai kebutuhan.
2. Hasil inventarisasi kendala yang dihadapi.
3. Bahan tayang sesuai tema dari pngaturan pengawasan penataan
ruang yang akan dibuat.

❖ Penyiapan bahan pembahasan materi teknis


1. Bahan tayang terkait materi teknis pengaturan pengawasan penataan
ruang
2. Sasaran output kegiatan
3. Hal-hal yang perlu disepakati
4. Draft berita acara pembahasan materi teknis
VI. Telaah dan Analisis Program Kegiatan Pengaturan
Penataan Ruang

❖ Defisini
✓ Pada butir kegiatan Penyusunan Konsep Kerangka Acuan Kerja
merupakan gambaran umum atau penjelasan mengenai suatu
kegiatan penelaahan dan analisis terkait program khusus pengaturan
penataan ruang yang hasilnya akan direview oleh ahli Madya Utama.
✓ Hasil yang dinilai sebagai angka kredit untuk kegiatan ini adalah draft
KAK.

❖ Muatan kerangka acuan kerja pengawasan penataan ruang


✓ Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
✓ Maksud Tujuan dan Sasaran Kegiatan
✓ Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
✓ Dasar Hukum
✓ Metodologi
✓ Output/Keluaran Kegiatan
✓ Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
✓ Sumber Pembiayan Kegiatan
✓ Tenaga Ahli yang dilibatkan

❖ Data dan informasi terkait program khusus pengaturan penataan ruang


Hakikat: pengumpulan data dan informasi terkait program khusus
kegiatan pengaturan penataan ruang merupakan kegoatan untuk
melakukan pengumpulan data baik data primer dan/atau data sekunder
untuk memperoleh informasi terkait program khusus kegiatan
pengaturan penataan ruang.
• Data sekunder: dapat diperoleh dari studi literatur atau penelusuran
pusaka.
• Data primer: dapat diperoleh dari observasi lapangan, wawancara,
kuisioner, workshop, FGD, diskusi panel, seminar dsb.

❖ Kegiatan pengumpulan data dan informasi pengaturan pengawasan


penataan ruang:
✓ Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
✓ Form wawancara/kuisioner
✓ List data primer dan sekunder
✓ Instansi tujuan
✓ Jadwal Kegiatan
✓ Lokasi survei

❖ Pengumpulan data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya:


a. Swakelola
b. Kontraktual

❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi dapat berupa data primer seperti hasil dari survei
(wawancara/kuesioner) dan data sekunder seperti peraturan
perundang-undanganterkait sebagai acuan normatif juga telaah
pustaka termasuk data dari instansi, best practice dari dalam dan luar
negeri, studi literatur yang menghimpun jurnal/artikel-artikel ilmiah
sebagai bahan pertimbangan pada kegiatan berikutnya, dan
sebagainya.
✓ Data juga dapat disesuaikan dengan masukan atau input yang
diperlukan pada setiap analisis dan dapat pula menyesuaikan
kebutuhan pembuatan kajian atau telahaan terkait program-program
khusus kegiatan pengaturan penataan ruang.

❖ Analisis data terkiat program khusus kegiatan pengaturan penataan


ruang.
✓ Penataan ruang melakukan analisis data dan informasi hasil
pengumpulan data perimer dan sekunder dengan menggunakan
metode analisis yang sesuai untuk kegiatan penalaahan dan analisis
terkait program-program khusus kegiatan pengaturan penataan
ruang.

❖ Muatan penyusunan
Laporan hasil analisis setidaknya memuat informasi kompilasi dan
pengolahan data yang telah dikumpulkan dalam butir kegiatan
sebelumnya yang sama-sama dilakukan oleh penata ruang ahli pertama.

❖ Laporan hasil analisis setidaknya memuat informasi:


✓ Kompilasi data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelaahan
dan analisis terkait program-program khusus kegiatan pengaturan
penataan ruang.
✓ Hasil analisis data dan informasi sektoral/multisektoral yang
dibutuhkan dalam kegiatan penelaahan dan analisis terkait program-
program khusus kegiatan pengtauran ruang.

❖ Metode telaah dan analisis untuk kegiatan program-program khusus


kegiatan pengaturan penataan ruang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan analisis pada setiap case/kasus dari program-program khusus
tersebut.
VII. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, Kriteria Bidang
Penataan Ruang

❖ Definisi, pada kegiatan ini penata ruang melakukan penyusunan konsep


kerangka acuan kerja (KAK) yang merupakan gambaran umum atau
penjelasan mengenai suatu kegiatan penyusunan norma, standar,
prosedur, kriteria (NSPK) bidang penataan ruang yang hasilnya akan
direview olwh Ahli Madya/Utama.

❖ Hasil yang dapat dinilai dari kegiatan penyusunan konsep KAK kegiatan
penyusunan norman standar, prosedur, Kriteria (NSPK) bidang penataan
ruang adalah hasil dari kegiatan ini berupa draft KAK.

❖ Muatan kerangka acuan kerja:


✓ Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
✓ Maksud Tujuan dan Sasaran Kegiatan
✓ Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
✓ Dasar Hukum
✓ Metodologi
✓ Output/Keluaran Kegiatan
✓ Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
✓ Sumber Pembiayan Kegiatan
✓ Tenaga Ahli yang dilibatkan

Identifikasi Kebutuhan Norma, Standar, Prosedur, kriteria di Bidang


Penataan Ruang:

❖ Hakikat: Pada kegiatan identifikasi kebutuhan NSPK bidang penataan


ruang, penataan Ruang Ahli Pertama melakukan identifikasi terhadap
kebutuhan NSPK bidang penataan ruang berdasarkan kajian peraturan
perundang-undangan dan kajian kebutuhan penggunaan NSPK yang
diperlukan.

❖ NSPK bidang penataan ruang tidak hanya dibuat untuk mengakomodir


amanah di dalam perundnag-undangan tetapi dibuat pula dengan
menyesuaikan kebutuhan dan permintaan NSPK bidang penataan ruang
di tingkat nasional dan daerah.

❖ Muatan penyusunan
Dalam laporan hasil identifikasi kebutuhan data yang dihasilkan dari
kegiatan ini perlu memuat informasi terkait:
✓ Kebutuhan NSPK berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 23
tahun 2014 tentang pemerintah daerah.
✓ Usulan internal (unit kerja).
✓ Usukan dari pengguna NSPK (Pemerintah Daerah) kebutuhan NSPK
diperoleh dari kajian peraturan perundang-undangan bidang penataan
ruang/peraturan terkait lainnya.
Data dan informasi Norma, Standar, Prosedur, Kriteria di Bidang
Penataan Ruang
❖ Pengumpulan data dan informasi penyusunan Norma, Standar, Prosedur,
Kriteria (NSPK) bidang penataan ruang merupakan butir kegiatan untuk
melakukan pengumpulan data baik data primer dan/atau data sekunder
untuk memperoleh informasi terkait penyusunan Norma, Standar,
Prosedur, Kriteria.
• Data sekunder: dapat diperoleh dari studi literatur atau penelusuran
pusaka.
• Data primer: dapat diperoleh dari observasi lapangan, wawancara,
kuisioner, workshop, FGD, diskusi panel, seminar dsb.

❖ Muatan Penyusunan
✓ Data dan informasi dapat berupa data primer seperti hasil dari survei
(wawancara/kuesioner) dan data sekunder seperti peraturan
perundang-undangan terkait sebagai acuan normatif juga telaah
pustaka termasuk data dari instansi, best practice dari dalam dan luar
negeri, studi literatur yang menghimpun jurnal/artikel-artikel ilmiah.
✓ Data dan informasi perlu dikumpulkan sangat lengkap dengan melihat
dari berbagai aspek dan sumber untuk menghasilkan NSPK bidang
penataan ruang yang teruji dan mampu mengakomodasi seluruh
kepentingan sebagaimana tujuan NSPK tersebut dibuat.

Analisis data Norma Standar, Prosedur, Kriteria di Bidang Penataan


Ruang

❖ Definisi:
Pada kegiatan analisis ini, penata ruang melakukan analisis data dan
informasi hasil pengumpulan data primer dan sekunder dengan
menggunakan metode analisis yang sesuai dengan penyusunan Norma,
Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK) Bidang Penataan Ruang yang
outputnya berupa laporan hasil analisis.

❖ Laporan hasil analisis:


a. Informasi kompilasi data
b. Pengolahan data yang telah dikumpulkan
❖ Laporan hasil analisis (laporan kegiatan):
✓ Kompilasi data yang telah dikumpulin dalam kegiatan penyusunan
family free NSPK antara lain: kajian peraturan perundang-undangan
dan mapping kebutuhan pengguna NSPK.
✓ Hasil analisis data dan informasi sektoral/multisektoral yang
dibutuhkan dalam kegiatan penyusunan NSPK bidang penataan
ruang.

Norma, Standar, Prosedur, Kriteria di Bidang Penataan Ruang


❖ Definisi: menyiapkan bahan materi teknis norma, Standar, Prosedur,
Kriteria di Bidang Penataan Ruang.
❖ Muatan Penyusun Bahan materi teknis perlu disiapkan
1. Peraturan perundang-undangan terkait sebagai acuan normatif
dan/atau data lain sesuai kebutuhan.
2. Hasil inventarisasi kendala yang dihadapi.
3. Bahan tayang sesuai tema dari pngaturan pengawasan penataan
ruang yang akan dibuat.
Materi Dasar-Dasar Pengetahuan Pertanahan
Pembinaan Penataan Ruang
I. Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang

❖ Pengertian:
• Koordinasi penyelengaraan penataan ruang merupakan upaya untuk
meningkatkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan penataan ruang (PP No. 21 tahun 2021).
• Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang dilakukan melalui
koerdinasi dalam satu wilayah administrasi, koordinasi antar daerah dan
koordinasi antar tingkat pemerintahan.
❖ Tujuan Koordinasi penyelengaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan keterpaduan baik dalam penyelenggaraan penataan ruang
pada semua tingkat pemerintahan maupun antar tingkat pemerintahan.
❖ Fungsi Koordinasi penyelengaraan penataan ruang dilaksanakan antara lain
melalui berbagai forum dan rapat koordinasi.
❖ Wewenang pemerintah daerah perovinsi dalam penyelengaraan penataan
ruang mencakup pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan penataan ruang wilayah kota dan kabupaten terhadap
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kota/kabupaten serta
pelaksanaan strategis kota/kabupaten serta pelaksanaan penataan ruang
provinsi pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi.

Konsep kerangka acuan kerja kegiatan koordinasi penyelengaraan


penataan ruang
❖ Kerangka Acuan Kerja
• Keterpaduan dalam penyelenggaraan penataan ruang merupakan
integrasi dalam perencanaan, sinkronisasi dalam pemrograman dan
koordinasi dalam pelaksanaan.
• Fungsi Koordinasi penyelengaraan penataan ruang dilaksanakan untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan penyelenggaraan penataan ruang
antara lain konflik dalam pemanfaatan ruang, konflik dalam pemanfaatan
ruang, konflik kewenangan, dan penanganan bencana skala nasional
yang berimplikasi pasa proses penataan ruang.
• Penata ruang harus melakukan penyususn konsep kerangka acuan kerja
(KAK) yang merupakan gambaran umum/penjelasn mengenai suatu
kegiatan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang yang hasilnya akan
direview oleh Ahli Madya/Utama.
• Hasil dari kegiatan penyusunan konsep KAK kegiatan koordinasi
penyelenggaraan penataan ruang adalah draft KAK.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan
❖ Konsep Persiapan Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang
• Menyiapkan bahan materi teknis koordinasi penyelenggraan penataan
ruang. Penyiapkan bahan materi teknis dilakukan ssbelum disusunnya
materi teknis dan kegiatan ini bertujuan menunjang penyusunan materi
teknis.
• Kegiatan menyiapkan bahan pembahasan materi substansi teknis
dilakukan setelah disusunnya materi teknis dan bertujuan menunjang
pembahasan yang akan dilakukan terhadap materi teknis yang telah
tersusun.
• Menyiapkan bahan materi substansi teknis koordinasi penyelenggaraan
penataan ruang. Kegiatan penyiapan bahan materi substasni teknis
adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menunjang proses
legalisasi dokumen pembinaan penataan ruang.
❖ Muatan penyusunan:
1. Peraturan perundang-undangan terkait dan/atau data lain sesuai
kebutuhan.
2. Hasil inventarisasi kendala yang dihadapi
3. Bahan tayang sesuai tema dari kebutuhan dalam kegiatan koordinasi
penyelenggaraan penataan ruang.
❖ Muatan Penyusunan, bahan materi teknis yang perlu disiapkan:
1. Bahan tayang terkait materi teknis koordinasi penyelenggaraan penataan
ruang.
2. Sasaran output kegiatan.
3. Hal-hal yang perlu disepakati
4. Draft berita acara pembahasn materi teknis.
❖ Bahan materi substasi teknis
Kegiatan pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang:
• Materi teknis penyelenggaraan penataan ruang yang sebelumnya telah
tersusun.
• Peraturan atau Rapermen terkait penyelenggaraan penataan ruang
❖ Peraturan atau Rapermen penyelenggaraan penataan ruang yang dilengkapi
dengan:
• Berita acara pembahasan lintas sektor dan daerah
• Naskah Akademik
• Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk meunjang legalisasi peraturan
perundang-undangan.

II. Sosialisasi Penyelenggaraan Penataan Ruang


❖ Pengertian: tugas dalam penataan ruang salahsatunya melaksanakan
penyelenggaraan penatan ruang yang sepenuhnya merupakan tugas negra
yang diperuntukkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
❖ Wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang mencakup
pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta pelaksanaan untuk
penataan ruang nasionala dan kawasan strategis nasional.
❖ Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pelaksanaan Sosialisasi
Penyelnggaraan Penataan Ruang:
• Penyusunan konsep kerangka acuan kerangka merupakan gambaran
umum atau penjelasan mengenai kegiatan sosialisasi penyelenggaraan
penataan ruang yang hasilnya akan direview oleh ahli Madya/Utama.
• Hasil yang dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan
❖ Data dan informasi sosialisasi penyelenggaraan penataan ruang
Hakikat: pengumpulan data dan sosialisasi penyelenggaraan penataan ruang
adalah pengumpulan data primer dan/atau data sekunder untuk
memperoleh informasi terkait penyusunan sosialisai penyelenggaraan
penataan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop, FGD,
diskusi panel, seminar dsb.
❖ Beberapa Turunan Kegiatannya:
1. Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
2. Form wawancara/kuisioner
3. List data primer dan sekunder
4. Instansi tujuan
5. Jadwal kegiatan
6. Lokasi survei
❖ Pengumpulan Data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya:
a. Swakelola
b. Kontraktual
❖ Muatan Penyusunan
• Data dan informasi yang dibutuhkan umumnya berupa data sekunder
seperti peraturan perundang-undangan atau acuan normatif atau
kebijakan terkait, best practice dari dalam dan luar negeri, jurnal atau
artikel ilmiah dan/atau data sekunder lain.
• Data juga dapat berupa data primer atau data terkait lainnya apabila
dibutuhkan.
❖ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian kebijakan
dalam rangka pembuatan peraturan sesuai karakeristik wilayah dan atau
tema rencana tata ruang yang selanjutnya dituangkan dalam Naskah
Akademik.
❖ Konsep penyususnan sosialisai penyelenggaraan penataan ruang
• Pengertian: sosialisasi penyelenggaraan penataan ruang meliputi
penyampian peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang
penataan ruang.
• Sosialisasi dapat dilaksanakan melalui tatap muka anatar lain dialog,
seminar, lokakarya, dan atau diskusi.
• Sosialisasi melalui media elektronik anatar lain melaluo penyiaran di
media radio dan/atau televisi, rubrik tanya jawab melalui media internet,
video, audio, multimedia kontem daring dan sebagainya.
❖ Penyusunan sosialisasi penyelenggaraan penataan ruang
Menyiapkan bahan materi teknis sosialisasi penyelenggaraan penataan
ruang.
• Penyiapan bahan materi teknis dilakukan sebleum disusunnya materi
teknis dan kegiatan ini bertujuan menunjang penyusunan materi teknis
• Kegiatan meyiapkan bahan pembahasan materi teknis dilakukan setelah
disusunnya materi teknis dan bertujuan menunjang pembahasan yang
akan dilakukan terhadap materi teknis yang telah tersusun.
• Kegiatan penyiapan bahan materi substansi teknis adalah semua
kegiatan dalam ranah penata ruang yang dilakukan untuk menunjang
proses legalisasi dokumen penyelenggaraan penataan ruang.
❖ Muatan penyusunan:
1. Peraturan perundang-undangan terkait dan/atau data lain sesuai
kebutuhan.
2. Hasil inventarisasi kendala yang dihadapi
3. Bahan tayang sesuai tema dari kebutuhan dalam kegiatan
penyelenggaraan penataan ruang
❖ Muatan Penyusunan, bahan materi teknis yang perlu disiapkan:
1. Bahan tayang terkait materi teknis koordinasi penyelenggaraan penataan
ruang.
2. Sasaran output kegiatan.
3. Hal-hal yang perlu disepakati
4. Draft berita acara pembahasn materi teknis.
❖ Bahan materi substasi teknis
Kegiatan pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang:
• Materi teknis penyelenggaraan penataan ruang yang sebelumnya telah
tersusun.
• Peraturan atau Rapermen terkait penyelenggaraan penataan ruang
❖ Peraturan atau Rapermen penyelenggaraan penataan ruang yang dilengkapi
dengan:
• Berita acara pembahasan lintas sektor dan daerah
• Naskah Akademik
• Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk meunjang legalisasi peraturan
perundang-undangan.

III. Bimbingan, Supervisi, dan Konsultasi Bidang Penataan


Ruang
❖ Pengertian:
• Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan penataan
ruang merupakan upaya untuk mendampingi, mengawasi, dan
memberikan penjelasn kepada pemangku kepentingan dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
• Bimbingan, supervisi dan konsultasu pelaksanaan penataan ruang
antara lain dilakukan dalam rangka proses persetujuan substansi
rancangan peraturan daerah tentang RTR.
❖ Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan penataan
ruang dilaksanakan melalui:
• Pemberian bimbingan kepada pemangku kepentingan dalam
mengimplementasikan peraturan perundang-undangan dan pedoman
bidang penataan ruang.
• Pemberian supervisi kepada pemangku kepentingan dalam pelaksanaan
penataan ruang.
• Pemberian konsultasi pelaksanaan penataan ruang bagi pemangku
kepentingan.
❖ Konsep Kerangka Acuan Kerja Bimbingan Penataan Ruang
• Penyusunan kerangka acuan kerja bimbingan teknis penataan ruang
merupakan gambaran umum atau penjelasan mengenai kegiatan
bimbingan teknis penataan ruang yang hasilnya akan direview oleh ahli
madya/utama.
• Kerangka acuan kerja :
✓ Kegiatan ini ditujukkan untyk level 2 yaitu ahli pertama
✓ Hasil yang dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan
❖ Konsep Persiapan PelaksanaanBimbingan, Supervisi, dan Konsultasi Bidang
Penataan Ruang:
• Menyiapkan bahan materi teknis: pelaksanaan bimbingan, supervisi dan
konsultasi bidang penataan ruang. Penyiapan bahan materi teknis
dilakukan sebelum disusunnya materi teknis dan kegiatan ini bertujuan
menunjang penyusunan materi teknis.
• Menyiapkan bahan pembahasan materi teknis: bimbingan, supervisi dan
konsultasi bidang penataan ruang. Kegiatan Menyiapkan bahan
pembahasan materi teknis dilakukan setelah disusunnya materi teknis
dan bertujuan menunjang pembahasan yang akan dilakukan terhadao
materi teknis
• Menyiapkan bahan materi substansi teknis: pelaksanaan bimbingan,
supervisi dan konsultasi bidang penataan ruang. Kegiatan penyiapan
bahan materi substansi teknis adalah semua kegiatan dalam ranah
penata ruang yang dilakukanuntuk menunjang proses legalisasi
dokumen pembinaan penataan ruang.
❖ Muatan penyusunan:
1. Peraturan perundang-undangan terkait dan/atau data lain sesuai
kebutuhan.
2. Hasil inventarisasi kendala yang dihadapi
3. Bahan tayang sesuai tema dari kebutuhan dalam kegiatan pelaksanaan
bimbingan, supervisi dan konsultasi bidang penataan ruang.
❖ Kegiatan penataan ruang, bahan pembahasan materi teknis
1. Bahan tayang terkait materi teknis pelaksanaan bimbingan, supervisi
dan konsultasi bidang penataan ruang.
2. Sasaran output kegiatan.
3. Hal-hal yang perlu disepakati
4. Draft berita acara pembahasn materi teknis.
❖ Bahan materi substasi teknis
Kegiatan pelaksanaan bimbingan, supervisi dan konsultasi bidang penataan
ruang:
• Materi teknis pelaksanaan bimbingan, supervisi dan konsultasi bidang
penataan ruang.
• Peraturan atau Rapermen terkait bimbingan, supervisi dan konsultasi
bidang penataan ruang
❖ Peraturan atau Rapermen Penyelenggaraan penataan ruang, yang perlu
disiapkan:
• Berita acara pembahasan lintas sektor dan daerah
• Naskah Akademik
• Dokumen lainyang dipersyaratkan untuk meunjang legalisasi peraturan
perundang-undangan.

IV. Fasilitasi Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Bidang


Penataan Ruang bagi Pemerintah Daerah dan Masyarakat

❖ Pengertian:
• Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan
kemampuan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan penataan
ruang.
• Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku sumber daya manusia dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
❖ Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan melalui
1. Penyelenggaraan dan fasilitas pendidikan pelatihan bidang penataan
ruang.
2. Penyusunan program pendidikan dan pelatihan bidang penataan ruang
sesuai pemangku kepentingan..
3. Penerapan sistemm sertifikasi dalam penyelenggaraan dan fasilitas
pendidikan pelatihan dalam bidang penataan ruang.
4. Evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan bidang penataan ruang.
❖ Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Fasilitas Pendidilan dan Pelatihan
Bidang Penataan Ruang:
• Penyusunan kerangka acuan kerja merupakan gambaran umum atau
penjelasan mengenaik kegiatan fasilitas pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan bagi pemerintah daerah dan masyarakat yang hasilnya akan
direview oleh ahli Madya/Utama.
• Hasil Yng dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK yang dibuat oleh
penata ruang sebelum dilaksanakannya kegiatan.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan

❖ Konsep Identifikasi Kebutuhan Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Bidang


Penataan Ruang Bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat
• Tujuan:
✓ pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku sumber saya manusia dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
✓ Pendidikan dan pelatihan dapat dilaksanakan melalui metode E-
Learning. E-learning: proses belajar mengajar yang menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi yang dapat diakses kapan saja,
dimana saja, dan oleh siapa saja sesuai dengan kelompok targetnya.
❖ Identifikasi kebutuhan kegiatan pendidikan dan pelatihan:
Melakukan pengumpulan data dan informasi terkait kebutuhan program
pendidikan dan pelatihan bidang penataan ruang dilakukan dengan
melakukan pengumpulan data baik data primer dan/atau data sekunder
untuk memperoleh informasi.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop, FGD,
diskusi panel, seminar dsb.
❖ Beberapa Turunan Kegiatannya:
2. Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
3. Form wawancara/kuisioner
4. List data primer dan sekunder
5. Instansi tujuan
6. Jadwal kegiatan
7. Lokasi survei
❖ Pengumpulan Data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya:
a. Swakelola
b. Kontraktual

V. Penelitian dan Pengembangan Bidang Penataan Ruang


❖ Pengertian:
• penelitian dan pengembangan merupakan upaya pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan inovasi atau penemuan
baru dalam bidang penataan ruang.
• Penelitian, kajian dan pengembangan dilaksanakan oleh lembaga
penelitian dan masyarakat.
❖ Tujuan:
• Penelitian, kajian dan pengembangan untuk menemukan solusi serta
mengantisipasi kebutuhan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang penataan ruang.
• Penelitian, kajian dan pengembangan dilakukan antara lain melalui
eksperimen, studi kasus, dan pengkajian teknologi bidang penataan
ruang.
• Hasil penelitian dan pengembangan dimanfaatkan dalam perumusan
kebijakan dan strategi, serta norma, standar, prosedur, dan kriteria
bidang penataan ruang.
❖ Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Bidang Penataan Ruang:
• Penyusunan Konsep Kerangka Acuan Kerja (KAK) merupakan gambaran
umum atau penjelasan mengenai kegiatan penelitian dan pengembangan
penataan ruang yang hasilnya akan direview oleh Ahli Madya/Utama.
• Penyusunan KAK ini ditujukan untuk level kompetensi 2 yaitu Ahli
Pertama. Untuk tujuan penilaian DUPAK (Daftar Usulan Penetapan Angka
Kredit).
• Hasil dari kegiatan penyusunan kerangka acuan kerja berupa draft KAK
yang dibuat oleh penata ruang sebelum dilaksanakannya kegiatan.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan
❖ Konsep identifikasi kebutuhan penelitian dan pengembangan bidang
penataan ruang.
Identifikasi kebutuhan kegiatan penelitian dan pengembangan bidang
penataan ruang dilakukan dengan pengumpulan data dan informasi
kebutuhan kegiatan penelitian dan pengembangan bidang penataan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop, FGD,
diskusi panel, seminar dsb.
❖ Beberapa Turunan Kegiatannya:
a. Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
b. Form wawancara/kuisioner
c. List data primer dan sekunder
d. Instansi tujuan
e. Jadwal kegiatan
f. Lokasi survei
❖ Pengumpulan Data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya:
b. Swakelola
c. Kontraktual

VI. Pengembangan Sistem Informasi Bidang Penataan Ruang

1. Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pengembangan Sistem


Informasi Bidang Penataan Ruang
• Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang
merupakan upaya untuk mengembangkan sistem informasi dan
komunikasi penataan ruang yang mutakhir, efisien, dan terpadu.
• Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang
dilaksanakan melalui penyediaan basis data dan informasi bidang
penataan ruang dengan mengembangkan jaringan sistem elektronik.
❖ Kerangka Acuan Kerja
• Penyusunan konsep kerangka acuan kerja (KAK) yang merupakan
gambaran umum atau penjelasan mengenai kegiatan pengembangan
sistem informasi bidang penataan ruang yang hasilnya akan direview
oleh ahli madya/utama.
• Hal yang dinilai dari kegiatan penyusunan konsep KAK kegiatan
pengembangan sistem informasi bidang penataan ruang adalah hasil
dari kegiatan ini berupa draft KAK.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan

2. Konsep inventarisasi Sistem Informasi dan Komunikasi Bidang Penataan


Ruang
❖ Pengumpulan sistem informasi dan komunikasi bidang penataan ruang
adalah pengumpulan data primer dan/atau data sekunder untuk
memperoleh informasi terkait sistem informasi penataan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop,
FGD, diskusi panel, seminar dsb.
❖ Sistem informasi dan komunikasi bidang penataan ruang terkait
informasi tat ruang yang saat ini tersedia yaitu GISTARU dan PROTARU
• GISTARU merupakan sistem informasi yang menampilkan rencana
tata ruang pada tingkat nasional, KSN, Provinsi, Kab/Koya dan RDTR
yang disertai dengan file batang tubuh Perda, Peta pila danstruktur
ruang (jpeg) serta dilengkapi dengan bukti berita acara verifikasi peta.
• PROTARU adala sistem informasi yang menyajikan progres
penyelesaian rencana tata ruang dari mulai tahap penyusunan sampai
dengan ditetapkan menjadi peraturan perundangan.

VII. Pelaksanaan Penyebarluasan Informasi Penataan ruang


❖ Pengertian:
• Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat
merupakan upaya untuk mempublikasikan berbagai aspek dalam
penataan ruang.
• Penyebarluasan informasi penataan ruang dilakasanakan melalui media
elektonik dan media cetak yang mudah dijangkau oleh masyarakat
dengan prinsip-prinsip keterbukaan informasi.
❖ Wewenang Pemerintah, pemerintah berwenang untuk menyebarluaskan
informasi yang berkaitan dengan:
1. Rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan
penataan ruang wilayah nasional.
2. Arahan peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam
rangka pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.
3. Pedoman bidang penataan ruang.
❖ Konsep persiapan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang:
• Penyiapan bahan materi teknis dilakukan sebelum disusunnya materi
teknis dan kegiatan ini bertujuan menunjang penyusunan materi teknis.
• Kegiatan menyiapkan bahan pembahasan materi teknis dilakukan setelah
disusunnya materi teknis dan bertujuan menunjang pembahasn yang
akan dilakukan terhadap materi teknis yang telah tersusun.
• Kegiatan penyiapan bahan materi substansi teknis adalag semua kegiatan
dalam ranah penata ruang yang dilakukan untuk menunjang proses
legalisasi dokumen pembinaan penataan ruang.
❖ Kerangka Acuan Kerja
• Penyusunan konsep kerangka acuan kerja merupakan gambaran umum
atau penjelasan mengenai suatu kegiatan publikasi penataan ruang yang
dihasilkan akan direview oleh ahli Madya/Utama.
• Hasil yang dinilai sebagai angka kredit untuk kegiatan ini adalah draft
KAK.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan
❖ Konsep Inventarisasi Informasi Bidang Penataan Ruang Pada Kegiatan
Publikasi Informasi Penataan Ruang.
Pengumpulan data dan informasi terkait publikasi informasi penataan ruang
merupakan butir kegiatan untuk melakukan pengumpulan data baik data
primer dan/atau data sekunder untuk memperoleh informasi terkait
kegiatan publikasi informasi penataan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop, FGD,
diskusi panel, seminar dsb.
❖ Konsep identifikasi kebutuhan informasi untuk publikasi informasi penataan
ruang.
• Identifikasi kebutuhan informasi untuk publikasi penataan ruang dapat
dilakukan dengan melakukan pengumpulan data dan informasi terkait
kebutuhan program penyebarluasan informasi penataan ruang.
• Dilakukan dengan melakukan pengumpulan data baik data primer
dan/atau sekunder untuk memperoleh informasi terkait kebutuhan
informasi bidang penataan ruang.
❖ Konsep penyusunan informasi untuk publikasi informasi penataan ruang,
diantaranya adalah menyiapkan:
1. Bahan materi publikasi informasi penataan ruang
2. Bahan pembahasan materi teknis publikasi informasi penataan ruang
3. Bahan materi substansi teknis informasi terkait pantaan ruang
• Penyiapan bahan materi teknis dilakukan sebelum disusunnya materi
teknis dan kegiatan ini bertujuan menunjang penyusunan materi teknis.
• Kegiatan menyiapkan bahan pembahasan materi teknis dilakukan setelah
disusunnya materi teknis dan bertujuan menunjang pembahasan yang
akan dilakukan terhadap materi teknis yang telah tersusun.

VIII. Pengembangan Kesadaran dan Tanggung Jawab


Masyarakat di Bidang Penataan Ruang
❖ Pengertian: pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat
merupakan upaya untuk menumbihkan dan meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang.
❖ Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dilaksanakan
melalui:
1. Penyuluhan bidang penataan ruang
2. Pemberian ceramah diskusi umum dan debat publik
3. Pembentukan kelompok masyarakat peduli tata ruang
4. Penyediaan unit pengaduan
❖ Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pengembangan Kesadaran dan
Tanggung jawab Masyarakat di Bidang Penataan Ruang
• Kerangka Acuan Kerja
• Penyusunan konsep kerangka acuan kerja merupakan gambaran
umum atau penjelasan mengenai suatu kegiatan pengembangan
kesadaran dan tanggungjawab masyarakat bidang penataan ruang
yang dihasilkan akan direview oleh ahli Madya/Utama.
• Hasil yang dinilai sebagai angka kredit untuk kegiatan ini adalah draft
KAK.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan
Konsep Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Kesadaran dan Tanggungjawab
Masyarakat Bidang Penataan Ruang.
❖ Pengertian:
• Identifikasi kebutuhan kegiatan pengembangan kesadaran dan
tanggungjawab masyarakat bidang penataan ruang dapat dilakukan
dengan melakukan pengumpulan data dan informasi terkait kebutuhan
pengembangan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat dalam
penataan ruang.
• Dilakukan dengan melakukan pengumpulan data baik data primer
dan/atau data sekunder untuk memperoleh informasi terkait program
kegiatan pengembangan kesadaran bidang penataan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop,
FGD, diskusi panel, seminar dsb.
• Pengumpulan data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya yaitu
swakelola dan kontraktual.
Konsep pengembangan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat bidang
penataan ruang
❖ Pengembangan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat sebagai kegiatan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran serta tanggungjawab
masyarakat yang diharapkan akan meningkatkan peran masyarakat dalam
penataan ruang.
❖ Upaya pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran dan tanggungjawab
masyarakat dalam bidang penataan ruang, antara lain:
• Memberikan dan menyelenggrakan penyuluhan, bimbingan, dorongan,
pengayoman, pelayanan, bantuan teknis, bantuan hukum, serta
pendidikan dan pelatihan.
• Menyebarluaskan informasi mengenai proses penataan ruang kepada
masyarakat secara terbuka.
• Mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang wilayah
kepada masyarakat.
• Memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi
yang dialami sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang
sesuai dengan rencana tata ruang.
• Melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses
perencanaan tata ruang, menikmati pemanfaatan ruang yang berkualitas
dan pertambahan nilai ruang akibat rencana tata ruang yang ditetapkan
serta menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
• Memperhatikan dan menindaklanjuti saran usul dan keberatan dari
masyarakat dalam rangka peningkatan mutu penataan ruang.
❖ Keterlibatan pihak pemerintah dengan swasta serta masyarakat:
• Dalam kaitannya dengan bentuk peran serta masyarakat dalam
pemanfaatan ruang, dalam pelaksanaannya selain melibatkan pihak
pemerintah juga dapat melibatkan pihak swasta dan masyarakat yang
kegiatannya dapat berupa:
a. Joint venture (usaha bersama) atau joint enterprise.
b. Kerjsama perencanaan/program baik dengan swasta nasional maupun
swasta luar negeri.
c. Swadaya masyarakat dan partisipasi masyarakat.
d. Kerjasama perencanaan yang saling menguntungkan dengan daerah
tetangga.

IX. Penelaahan dan Analisis Keuangan Terkait Program-Program


Khusus Pada Kegiatan Pembinaan Penataan Ruang
Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Program Khusus Pembinaan Penataan
Ruang
❖ Defisi:
• Kegiatan penyusunan konsep kerangka acuan kerja merupakan
gambaran umum atau penjelasan mengenai suatu kegiatan penelaahan
dan analisis terkait program pembinaan penataan ruang yang hasilnya
akan direview oleh Ahli Madya/Utama.
• Hasil yang dinilai dari penyusun kerangka acua kerja adalah draft KAK
program pembinaan penataan ruang.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan

❖ Konsep Data dan Informasi Program Kegiatan Pembinaan Penataan Ruang


Pengumpulan data dan informasi terkait program kegiatan pembinaan
penataan ruang merupakan kegiatan untuk melakukan pengumpulan data
baik primer dan/atau data sekunder untuk memperoleh informasi terkait
kegiatan pembinaan penataan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop, FGD,
diskusi panel, seminar dsb.
❖ Konsep Analisis Data Program Kegiatan Pembinaan Penataan Ruang
• Terkait analisis data program kegiatan pembinaan penataan ruang,
penata ruang melakukan analisis data dan informasi hasil pengumpulan
data primer dan sekunder dengan menggunakan metodw analisis yang
sesuai untuk program kegiatan pembinaan penataan ruang.
• Sehingga output dari hasil analisis program kegiatan pembinaan
penataan ruang adalah laporan hasil analisis program.
• Laporan hasil analisis setidaknya memuat informasi kompilasi dan
pengolahan data yang telah dikumpulkan dalam butir kegiatan
sebelumnya yang sama-sama dilakukan oleh penata ruang ahli pertama.

X. Evaluasi Kegiatan Pembinaan Penataan Ruang Bagi Pihak


Ketiga

❖ Konsep Supervisi Kegiatan Pembinaan Penataan Ruang Bagi Pihak Ketiga


• Pada kegiatan pengawasan/supervisi program pembinaan penataan
ruang pihak ketiga, penata ruang ahli pertama menyusun administrasi
supervisi terhadap pekerjaan pihak ketiga yang berkaitan dengan
kegiatan penyusunan materi teknis penataan ruang.
• Apabila penyusunan materi teknis dari kegiatan pembinaan penataan
ruang dikerjakan oleh pihak ketiga yang umumnya adalah konsultan,
maka penataan ruang berkewajiban untuk melakukan pengawsan atau
pengevaluasian pekerjaan pihak ketiga tersebut.
• Penata ruang ahli muda mengerjakan kegiatan supervisi terkait substansi
pekerjaan pihak ketiga.
• Penata ruang ahli pertama lebih diarahkan untuk kegiatan supervisi yang
bersifat mengontrol kelengkapan administrasi pekerjaan dalam kegiatan
pembinaan penataan ruang oleh pihak ketiga.
• Hasil dari kegiatan supervisi ini berupa laporan hasil evaluasi program.
❖ Bentuk dari kegiatan supervisi kegiatan pembinaan penataan ruang yang
dilaksanakan pihak ketiga adalah asistensi atau bimbingan dan konsultasi.
Untuk kegiatan asistensi memuat informasi dan ketentuan yang meliputi:
1. Progres pekerjaan.
2. Rencana tindaklanjut.
3. Lembar asistensi disertai tandatangan kedua pihak (pihak ketiga dan
supervisor).
4. Dokumentasi (rekaman suara, rekaman video tangkapan layar
(screenshoot), Surel/e-mail.
Materi Dasar-Dasar Pengetahuan Pertanahan
Pelaksanaan Penataan Ruang

I. Perencanaan Tata Ruang

1. Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Penyusunan Rencana Tata


Ruang
❖ Definisi:
• Pada kegiatan penyusunan rencana tata ruang penata ruang
melakukan penysunan kerangka acuan kerja (KAK) yang
merupakan gambaran umum/penjelasn mengenai suatu kegiatan
penyusunan rencana tata ruang yang hasilnya akan di review oleh
Ahli Madya/Utama.
• Hasil dari kegiatan penyusunan konsep KAK kegiatan pengaturan
rencana tata ruang adalah draft KAK.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan

2. Konsep Penyusunan Rencana Tata Ruang


❖ Hakikat: Penyusunan dan penetapan rencana umum tata ruang dalam
pelaksanaan perencanaan tata ruang terdiri atas:
• Penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah nasional
• Penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah provinsi
• Penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah kabupaten
• Penyusunan dan penetapan rencana tata ruang wilayah Kota
❖ Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana umum tata ruang
• Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana umum tata
ruang lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak
pelaksanaan penyusunan rencana umum tata ruang
• Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana umum tata
ruang tidak melebihi masa berakhirnya rencana umum taat ruang
yang sedang berlaku.
• Apabila rencana umum tata ruang tidak dapat ditetapkan hingga
berakhirnya batas waktu penyusunan dan penetapan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah tidak menerbitkan dan/ayau
memperbaharui izin pemnafaatan ruang di wilayahnya.
❖ Pelaksanaan perencanaan tat ruang diselenggarakan untuk:
1. Menyusun rencana tata ruang sesuai prosedur
2. Menentukan rencana struktur ruang dan pola ruang yang
berkualitas
3. Menyediakan landasan spasial bagi pelaksanaan pembangunan
sektoral dan kewilayahan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat.
❖ Prosedur penyusunan rencana tat ruang:
1. Proses penyusunan rencana tata ruang.
2. Pelibatan peran masyarakat dalam perumusan konsepsi rencana
tata ruang.
3. Pembahasan rancangan rencana tat ruang oleh pemangku
kepentingan.
Tata cara penyusunan rencana tata ruang mencakup proses
penyusunan, pelibatan peran masyarakat dalam penyusunan dan
pembahasan rancangan rencana tata ruang kabupaten/kota oleh
pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota.

3. Konsep data dan informasi penyusunan rencana tata ruang


❖ Pengertian:
Pengumpulan data dan informasi penyusunan rencana tata ruang
merupakan butir kegiatan untuk melakukan pengumpulan data baik
data primer dan/atau data sekunder untuk memperoleh informasi
terkait penyusunan rencana tata ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop,
FGD, diskusi panel, seminar dsb.
4. Konsep Analisis Dasar Penyusunan Rencana Tata Ruang
❖ Dalam penyusunan rencana tata ruang serangkaian analisis
digunakan sebagai masukan dalam merumuskan konsepsi dasar
rencana tat ruang meliputi:
1. Tujuan penataan wilayh perencanaan.
2. Penyusunan rencana struktur ruang.
3. Penyusunan rencana pola ruang.
4. Perumusan ketentuan pemanfaatam ruang.
5. Penentuan deliniasi blok peruntukkan.
6. Perumusan aturan dasar dan teknis peraturan zonasi.
❖ Analisis yang digunakan penyusunan rencana tata ruang mengacu
pada Permen ATR/BPN 11 Tahun 2021 yang meliputi:
1. Analisis struktur internal wilayah perencanaan.
2. Analisis sistem penggunaan lahan (land use).
3. Analisis kedudukan dan peran wilayah perencanan dalam wilayah
yang lebih luas.
4. Analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan wilayah
perencanaan.
5. Analisis sosial budaya, analisis kependudukan.
6. Analisis ekonomi dan sektor unggulan, analisis transportasi.
7. Analisis sumber daya buatan.
8. Analisis kondisi lingkungan binaan.
9. Analisis kelembagaan.
10. Analisis karakteristik peruntukan zona.

5. Konsep Mekanisme Identifikasi Data Spasial Penysunan Rencana Tata


Ruang
❖ Definisi
Data spasial merupakan data yang menunjuk posisi geografi dimana
setiap karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan
cara unik. Untuk menetukan posisi secara absolut dapat didasarkan
pada sistem koordinat.
❖ Jenis data spasial dalam sistem informasi geografi dapat dibagi
menjadi dua format yakni data vektor dan data raster:
• Data vektor merupakan data yang mempunyai arah dan besaran.
• Data raster yang dikenal sebagai data citra menggunakan teknologi
penginderaan jauh.
❖ Data spasial biasanya memuat dua informasi penting yang berbeda
dengan data lainnya yakni:
1. Informasi mengenai lokasi (spasial) berkaitan dengan suatu
koordinat baik koordinat geografi (lintang bujur) dan
2. Koordinat XYZ seperti datum dan proyeksi.

6. Konsep Perencanaan Tata Ruang


❖ Rencana Tata Ruang:
Perangkat penataan ruang wilayah yang disusun berdasarkan
pendekatan wilayah administrasi yang secara hierarki terdiri atas
rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah
provinsi dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
❖ Prosedur Perencanaan Rencana Tata Ruang
Pembahasan antar instansi terkait dan pembahasan antar [emerintah
daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk rencana taat
ruang yang penetapannya menjadi kewenangan pemerintah daerah.
❖ Pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang
Pelaksanaan perencanaan tata ruang meliputi prosedur penyusunan
rencana tat ruang dan prosedur penetapan rencana tata ruang.
7. Konsep Mekanisme Identifikasi Kelengkapan Dokumen Rencana Tata
Ruang
❖ Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
penataan Ruang
Jangka waktu penyusunan dan penetapan rencana detail tata ruang
kabupaten/kota paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
dimulainya pelaksanaan penyusunan rencana detail tata ruang
kabupaten/kota.
❖ Penyusunan rancangan peraturan tentang rencana detail tata ruang
dalam bentuk racnangan peraturan kepala daerah (Raperkada)
• Penyusunan kajian kebijakan Raperkada tentang rencana detail
tata ruang.
• Penyusunan reperkada tentang rencana detail tata ruang.
❖ Naskah/dokumen Raperkada tentang Rencana detail Tata Ruang
terdiri atas:
• Raperkada: rumusan pasal per pasal dari buku rencana.
• Lampiran: peta rencana struktur ruang rencana pola ruang, tabel
indikasi program pemanfaatan ruang prioritas, serta tabel
ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan (tabel ITBX) Khusus
untuk lampiran peta rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang disajikan dalam format A1.

8. Konsep Identifikasi Kebijakan Rencana Dan Program Keberlanjutan


Lingkungan
❖ Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang diharapkan diantaranya:
• Aman dan nyaman: keadaan dimana masyarakat dapat
mengartikulasikan nilai-nilai sosial busaya dan fungsinya sebagai
manusia.
• Produktif: proses dimana produksi dan distribusi berjalan secara
efisien sehingga mampu memberikan nilai tambah ekonomi untuk
kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing.
• Berkelanjutan: kondisi dimana kualitas lingkungan fisik dapat
ditingkatkan, tidak hanya untuk generasi saat ini, namun juga
untuk generasi yang akan datang.

II. Tinjauan Rencana Tata Ruang

1. Konsep Kerangka acuan Kerja Kegiatan Peninjauan Rencana Tata Ruang


❖ Pengertian
Peninjauan kembali RTR merupakan kegiatan yang meliputi
peninjauan kembali terhadap rencana umum tata ruang dan
peninjauan kembali terhadap rencana rinci tata ruang. Peninjauan
kembali RTR dilakukan 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima )
tahunan.
❖ Dalam rangka pelaksanaan peninjauan kembali RTR
• Penyusunannya menjadi kewenangan pemerintah daerah.
• Permohonan peninjauan kembali RTR kepada Menteri.
❖ Kerangka Acuan Kerja
• Penyusunan konsep kerangka acuan kerja merupakan gambaran
umum atau penjelasan mengenai kegiatan peninjauan rencana tata
ruang yang hasilnya akan direview oleh ahli Madya/Utama.
• Hasil yang dinilai sebagai angka kredit untuk kegiatan ini adalah
draft KAK.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan

2. Dokumen Rencana Tata Ruang


❖ Pembagian rencana tata ruang mengacu pada PP Nomor 21 Tahun
2021 yang dibagi menjadi rencana umum dan rencana rinci tata ruang.
• Rencana Umum Tata Ruang Secara Hierarkis:
a. Rencana tata ruang wilayah nasional
b. Rencana tata ruang wilayah provinsi
c. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten
d. Rencana tata ruang wilayah Kota
• Rencana Rinci Tata Ruang:
1. RTR Pulau/Kepulauan, RTR KSN, RZ KSNT, RZ KAW, dan RDTR
KPN sebagai rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah
nasional.
2. RDTR Kabupaten sebagai rencana rinci dari rencana tata ruang
wilayah kabupaten.
3. RDTR Kota sebagai rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah
kota.
• Dokumen rencana pembangunan yang meliputi:
a. RPJP Nasional dan RPJM Nasional
b. Renstra dan Renja Kementerian dan Lembaga
c. Rencana kerja pemerintah
d. RPJPD dan RPJMD Provinsi
e. RPJPD dan RPJMD Kabupaten/Kota

III. Pemanfaatan Ruang

❖ Pengertian: Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang merupakan pelaksanaan


pembangunan dan pengembangan wilayah, baik yang dilaksanakan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun oleh masyarakat harus
mengacu pada rencana tata ruang.

1. Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pemanfaatan Ruang


Pelaksanaan pemanfaatan ruang dilakukan melalui:
• Pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
• Pelaksanaan sinkronisasi program pemanfaatan ruang

2. Konsep Data dan Informasi Pemanfaatan Ruang


Data dan informasi pemanfaatan ruang dari kegiatan yang dilakukan
adalah pengumpulan data primer data/atau data sekunder untuk
memperoleh informasi terkait pemanfaatan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop,
FGD, diskusi panel, seminar dsb.

3. Konsep Identifikasi Pemanfaatan Ruang Pada Dokumen Rencana Tata


Ruang
❖ Pengertian:
Penyusunan program pemanfaatan ruang merupakan kegiatan untuk
menghasilkan program pemanfaatan ruang yang meliputi program
jangka panjang, program jangka menengah, dan program tahunan
yang dimana penyusunan program pemanfaatan ruang dilakukan
berdasarkan indikasi program utama yang termuat dalam dokumen
rencana tata ruang dan dilakukan melalui sinkronisasi program
sektoral dan kewilayahan baik di pusat maupun disaerah secara
terpadu.
❖ Pelaksanaan program pemanfaatan ruang merupakan kegiatan
pelaksanaan rencana pembangunan dan harus memperhatikan:
• Standar kualitas lingkungan
• Aspek kelayakan ekonomi dan finansial
• Aspek kelayakan tekni
• Standar pelayanan minimal
❖ Jangka waktu pelaksanaan pemanfaatan ruang terdiri atas:
• Pemanfaatan ruang jangka panjang selama 20 (dua puluh) tahun
• Pemanfaatan ruang jangka menengah selama 5 (lima) tahun
• Pemanfaatan ruang jangka Tahunan selam 1 (satu) tahun

4. Konsep Monitoring Pemanfaatan Ruang


❖ Pengertian: dalam rangka menjaga konsistensi dari pemanfaatann
ruang terhadap rencana tata ruang wilayah, diperlukan upaya
pemantauan (monitoring) terhadap pemanfaatan ruang yang berjalan
serta mengevaluasi kesesuaian pemenfaatan ruang yang ada terhadap
rencana tata ruang wilayahnya.
❖ Tujuan pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang adalah
merumuskan rekomendasi dalam rangka menjaga konsistensi
pemanfaatan ruang terhadap rencana tata ruang wilayah (RTRW).
❖ Pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang dilakukan dalam
rangka:
• Mengevaluasi penyebab terjadinya permsalahan pemanfaatan
ruang.
• Menganalisis tindakan yang diperlukan untuk mengurangi.
• Merumuskan langkah tindak lanjut yang diperlukan.
❖ Lingkup pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang diarahkan pada
dua kriteria berikut:
1. Konsistensi struktur ruang yakni tingkat kesesuaian struktur ruang
aktual terhadap rencana tata ruang.
2. Konsistensi pola ruang yakni tingkat kesuaian pola ruang aktual
terhadap rencana tata ruang.

IV. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

1. Konsep kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pengendalian Pemanfaatan


Ruang.
❖ Hakikat:
• Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilaksanakan untuk mendorong
terwujudnya tata ruang sesuai dengan RTR
• Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang
terpisahkan dari proses penataan ruang untuk mewujudkan tertin
tata ruang.
• Pemanfaatan ruang dalam pelaksanaannya tidak selalu sejalan
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan,
• Ketidaksesuaian atau pelanggaran tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya tekanan perkembangan pasar
terhadap ruang, belum jelsanya mekanisme pengendalian, dan
lemahnya penegakan hukum.
❖ Pelaksanaan pengendalian pemanfaatam ruang:
1. Pengaturan zonasi
2. Perizinan
3. Pemberian insentif dan disinsentif
4. Pengenaan sanksi
❖ Fungsi Pengendalian Pemanfaatan Ruang:
• Sebagai alat pengendalian pengembangan kawasan
• Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
• Menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfataan
ruang
• Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang
• Mencegah dampak pembangunan yang merugikan
❖ Pengendalian pemanfaatan ruang untuk:
a. Menaati RTR yang telah ditetapkan.
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan RTR.
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang.
❖ Kerangka Acuan Kerja
• Gambaran umum atau penjelasan mengenai kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang yang hasilnya akan di review oleh ahli
madya/utama.
• Hasil yang dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK yang dibuat
oleh penata ruang sebelum dilaksanakannya kegiatan.
• Kegiatan penegndalian pemanfaatan ruang diantaranya pemberian
sanksi bagi pelanggaran pemanfaatan ruang.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan
2. Konsep Data dan Informasi Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
❖ Kegiatan pengumpulan data dan informasi pelaksanaan pengemdalian
pemanfaatan ruang adalah pengumpulan data primer dan/atau data
sekunder untuk memperoleh informasi terkait pengendalian
pemanfaatan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop,
FGD, diskusi panel, seminar dsb.
❖ Beberapa Turunan Kegiatannya:
1. Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
2. Form wawancara/kuisioner
3. List data primer dan sekunder
4. Instansi tujuan
5. Jadwal kegiatan
6. Lokasi survei
❖ Muatan Penyusunan
• Data dan informasi yang dibutuhkan umumnya berupa data
primer seperti hasil survei (wawancara/kuesioner) dan data
sekunder seperti peraturan perundang-undangan atau acuan
normatif juga telaahan pustaka termasuk data dari instansi, best
practice dari dalam dan luar negeri, studi literatur yang
menghimpun jurnal atau artikel ilmiah sebagai bahan
pertimbangan pada kegitan berikutnya dan sebagainya.
• Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian
kebijakan terhadap rangka pembuatan peraturan sesuai
dkebutuhan pengendalian pemanfaatan ruang yang selanjutnya
dituangkan dalam naskah akademik.

3. Konsep Pengelolaan dan Analisis Data Pengendalian Pemanfaatan Ruang


❖ Metode pengumpulan dan pengolahan data dalam pengenalian
pemanfaatan ruang dapat berupa survey atau pengumpulan data.
❖ Dengan metode tersebut dilakukan untuk mendapatkan pemahaman
kondisi fisik lingkungan dan sosial budaya dalam rangka penyusunan
instrumen lengkap pengendalian pemanfaatan ruang.
❖ Pengumpulan data dapat dilakukan dengan survei primer dan survei
sekunder.
❖ Metode analisis menggunakan pendekatan penginderaan jauh (remote
sensing) dengan melakukan analisis klasifikasi citra satelit baik yang
dilakukan secara tersedia (supervised) atau yang tidak terselia
(unsupervised) untuk mendapatkan peta tutupan lahan eksisting dan
sebaran wilayah.
V. Penertiban Pemanfaatan Ruang

1. Susunan Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Penertiban Pemanfaatan


Ruang
❖ Konsep Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran umum atau
penjelasan mengenai kegiatan penertiban pemanfaatan ruang yang
hasilnya akan direview oleh ahli Madya/Utama.
❖ Hasil yang dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK.
❖ Kegiatan penertiban diantaranya pemberian sanksi bagi pelanggaran
pemanfaatan ruang.
2. Konsep Data dan Informasi Penertiban Pemanfaatan Ruang
❖ Data dan informasi dapat berupa
• Data primer seperti: hasil dan survei (wawancara/kuesioner).
• Data sekunder seperti:
✓ Peraturan perundang-undangan atau kebijakan terkait (acuan
normatif)
✓ Best practice dari dalam dan luar negeri
✓ Studi literatur jurnal atau artikel ilmiah
✓ Studi literatur jurnal atau artikel imliah
✓ Dan/atau data sekunder lain.
❖ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian
kebijakan
Dalam rangka pembuatan peraturan sesuai kebutuhan pengaturan
penertiban pemanfaatan ruang ditingkat daerah maupun nasional.
Selanjutnya dituangkan dalam naskah akademik.

3. Konsep/kajian Indikasi Pelanggaran, Sengketa dan Konflik Penertiban


Pemanfaatan Ruang
❖ Penertiban pelanggaran, sengketa dan konflik pemanfaatan ruang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah daerah.
• Melakukan pengawsan untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak
dibuka kembali sampai dengan orang yang melakukan pelanggaran
memenuhi kewajiban.
• Pencabutan kesesuaina kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan
apabila muatan kesesuaian tidak dipenuhi oleh pemegang
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
• Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang adalah izin pemanfataan
ruang yang diterbitkan setelah undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Karya.
❖ Pemanfataan ruang yang dilakukan dengan tidak mematuhi ketentuan
yang tercantum dalam muatan kesesuain kegiatan pemanfaatan
ruang, seperti;
• Lokasi kegiatan
• Jenis kegiatan pemanfaatan ruang
• Koefisien dasar bangunan atau koefisien wilayah terbangun
• Koefisien lantai bangunan ketentuan atata bangunan
• Persyaratan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang
• Ketentuan batas sempadan.
❖ Termasuk juga pemanfaatan ruang yang menghalangi akses atau
tertutupnya akses masyarakat untuk mencapai kawasan yang
dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan sebagai milik
umum antara lain:
• Pesisir pantai, sungai, danau dan situ..
• Sumber daya alam serta prasarana publik, sumber air, taman
dan/atau ruang terbuka hijau.
• Fasulitas pejalan kaki lokasi danatau jalur evakuasi bencana
dan/atau jalan umum.
❖ Sanksi administrasi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang
dikenakan berdasarkan kreiteria:
• Besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran
pemanfaatan ruang.
• Nilai manfaatn pengenaan sanksi yang diberikan terhadap
pemanfataan ruang.
• Kerugian publik yang ditimbulkan akibat pelanggaran pemanfaatan
ruang.
❖ Sanksi administrasi dikenakan untuk memberikan efek jera kepada
pelanggar pemanfaatan ruang sehingga pelanggar tersebut mengalami
suatu kondisi yang mengakibatkannya tidak akan mengulangi lagi
perbuatannya.

VI. Telaah Analisis Program Kegiatan Pengaturan Penataan


Ruang

1. Susunan Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pelaskanaan Penataan


Ruang.
❖ Kerangka Acuan
• Penyusunan Konsep Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran
umum atau penjelasan mengenai suatu kegiatan penelaahan dan
analisis terkait program pelaksanaan penataan ruang yang hasilnya
akan direview oleh ahli Madya/Utama.
• Hasil yang dinilai sebagai angka kredit untuk kegiatan ini adalah
draft KAK.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan

2. Data dan Informasi Terkait Program Pelaksanaan Penataan ruang


❖ Pengumpulan data dan informasi terkait program khusus kegiatan
pelaksanaan penataan ruang merupakan butir kegiatan untuk
melakukan pengumpulan data baik data primer dan/atau data
sekunder untuk memperoleh informasi terkait program khusu kegiatan
pelaksanaan penataan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop,
FGD, diskusi panel, seminar dsb.
❖ Beberapa turunan kegiatannya yaitu mencakup konsep desain survei
yang minimal memuat:
• Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
• Form wawancara/kuisioner
• List data primer dan sekunder
• Instansi tujuan
• Jadwal kegiatan
• Lokasi survei
❖ Pengumpulan data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya:
swakelola dan kontraktual.
❖ Muatan penyusunan
Data dan informasi dapat berupa
• Data primer seperti: hasil dan survei (wawancara/kuesioner).
• Data sekunder seperti:
✓ Peraturan perundang-undangan atau kebijakan terkait (acuan
normatif)
✓ Best practice dari dalam dan luar negeri
✓ Studi literatur jurnal atau artikel ilmiah
✓ Studi literatur jurnal atau artikel imliah
✓ Dan/atau data sekunder lain.
❖ Data juga dapat disesuaikan dengan masukan atau input yang
diperlukan pada setiap analisis
• Data dapat pula menyesuaikan kebutuhan pembuatan kajian atau
telaahan terkait program kegiatan pelaskanaan penataan ruang.
• Boleh jadi setiap program meemiliki kebutuhan data yang berbeda
untuk menganalisisnya sesuai tema atau konsentrasi masing-
masing program.

3. Konsep Pengolahan dan Analisis Data program Pelaksanaan Penataan


Ruang
❖ Pengertian:
Penata ruang melakukan analisis data dan informasi hasil
pengumpulan data primer dan sekunder menggunakan metode analisi
yang sesuai. Output dari kegiatan ini adalah laporan hasil analisis.
❖ Muatan penyusunan
Laporan hasil analisis setidaknya memuat: informasi kompilasi dan
pengolahan data yang telah dikumpulkan dalam butir kegiatan
sebelumnya yang sama-sama dilakukan oleh penata ruang ahli
pertama.
❖ Laporan hasil analisis atau laopran kegiatan setidaknya memuat:
• Kompilasi data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelaahan
dan analisis terkait program pelaksanaan penataan ruang.
• Hasil analisis data dan informasi sektoral/multisektoral yang
dibutuhkan dalam kegiatan penelaahan dan analisis terkait
program pelaksanaan penataan ruang.

VII. Evaluasi Kegiatan pelaksanaan Penataan Ruang Bagi


Pihak Ketiga

1. Konsep Supervisi Kegiatan Pelaksanaan Penataan Ruang Bagi Pihak


Ketiga
❖ Kegiatan supervisi kegiatan pihak ketiga dalam pelaksanaan penataan
ruang adalah penata ruang Ahli Pertama menysusun hasil supervisi
kegiatan pelaksana penataan ruang bagi pihak ketiga berkaitan dengan
kegiatan penyusunan materi teknis penataan ruang.
❖ Apabila penyusunan materi teknis kegiatan supervisi dilakukan oleh
konsultan: Penata Ruang berkewajiban untuk melakukan pengawsan
atau pengevaluasian pekerjaan pihak ketiga tersebut.
❖ Jika Penata Ruang Ahli Muda mengerjakan kegiatan supervisi untuk
substanasi pekerjaan pihak ketiga: Ahli pertama lebih diarahkan
untuk kegiatan supervisi yang bersifat mengontrol kelengkapan
administrasi pekerjaan pihak ketiga. Laporan hasil analisis.
❖ Bentuk dari kegiatan supervisi kegiatan pelaksanaan penataan ruang
bagi pihak ketiga adalah berupa asistensi atau bimbingan dan
konsultasi. Lembar asistensi ini memuat informasi dan ketentuan
seperti:
a. Progres pekerjaan
b. Rencana tindak lanjut
c. Lenbar asistensi bertandatangan
d. Dokumentasi

2. Konsep Supervisi Pembuatan Peta Rencana Tata Ruang Bagi Pihak Ketiga
❖ Peta Rencana Tata Ruang merupakan peta hasil perencanaan tata
ruang yang termasuk ke dalam klasifikasi peta tematik sintesis, yakni
peta yang berisi suatu tema tertentu hasil proses sintesis dari peta
tematik dasar dan atau/peta tematik analisis.
❖ Secara umum terdapat 2 jenis peta yang menajdi keluaran dalam
rencana tata ruang:
1. Peta rencana struktur ruang
2. Peta rencana pola ruang
❖ Persoalana kelembagaan dalam penyusunan rencana tata ruang
diantaranya meliputi:
1. Ikatan ahli perencana masih sebatas bekerja sebagai konsultan
penyusuna RTR dengan tingkat kompetensi yang bervariasi.
2. Lembaga penelitian masih didominasi yang bergerak di bidang
lingkungan hidup, jarang yang bergerak di penataan ruang.
3. Lembaga penelitian tersebar tanpa koordinasi.
❖ Pihak ketiga yang terlibat dalam penyusunan peta rencana tata ruang
perlu dilakukan pengawasan/supervisi berupa asistensi atau
bimbingan dan konsultasi. Sehingga penyusunan peta rencana tata
ruang lebih optimal terutama salah satunya berkaitan dengan kriteria
kesamaan dengan peta dasar.
Materi Dasar-Dasar Pengetahuan Pertanahan
Pengawasan Penataan Ruang

I. Pemantauan dan Evaluasi

1. Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi


Pemenfaatan Ruang
❖ Pemantauan Pemanfaatan Ruang merupakan kegiatan pengamatan
secara langsung, tidak langsung dan/atau melalui laporan mayarakat
terhadap struktur dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang
melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
❖ Evaluasi pemanfaatan Ruang merupkan kegiatan penilaian terhadap
tingkat pencapaian struktur dan pola ruang sesuai dengan rencana tata
ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya secara terukur dan objektif.
❖ Pemantauan pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui tiga tahap:
1. Tahap persiapan
2. Tahap pengumpulan data dan informasi
3. Tahap pelaporan
❖ Tujuan pemantaun dan evaluasi pemanfaatan ruang dilakukan dalam
rangka:
1. Menganalisis penyebab terjadinya permasalahan pemanfaatan ruang.
2. Menganalisis tindakan yang diperlukan untuk mengurangi
penyimpangan pemanfaatan ruang.
3. Merumuskan langkah tindak lanjut yang diperlukan.
❖ Kerangka Acuan Kerja (KAK) merupakan gambaran umum/penjelasan
mengenai suatu kegiatan penyusunan pemantauan dan evaluasi
pemanfaatan ruang yang hasilnya akan direview oleh Ahli Madya/Utama.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan
❖ Cakupan Kegiatan, lingkup kegiatan pemantauan dan evaluasi penataan
ruang:
a. Pemantauan:
• pengumpulan data dan peta terkait struktur dan pola ruang
• pengamatan dan pencatatan kegiatan perwujudan struktur dan
pola ruang
b. Evaluasi:
• Pengumpulan data hasil pemantauan
• Analisis (metode, pendekatan, rumusan)
• Pengukuran tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang
• Perumusan penyebab rendahnya konsistensi struktur ruang dan
pola ruang
• Perumusan kesimpulan dan rekomendasi
c. Pelaporan:
• Tahapan pelaporan
• Outline laporan
• Laporan
❖ Objek pemantauan dan evaluasi
• Objek Pemantuan:
a. Rencana struktur ruang.
b. Rencana pola ruang.
c. Indikasi program utama.
d. Kondisi aktual di lapangan.
e. Pelaporan masyarakat.
• Objek Evaluasi:
a. Perbandingan kondisi aktual dengan rencana tata ruang.
b. Tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang.
c. Permasalahan rendahnya konsistensi struktur ruang dan pola
ruang.
d. Kesimpulan dan rekomendasi.
2. Konsep Data dan Informasi Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang
❖ Pengumpulan data dan informasi pemantauan dan evaluasi pemanfaatan
ruang merupakan kagiatan untuk melakukan pengumpulan data baik
data primer dan/atau data sekunder untuk memperoleh informasi terkait
pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang.
❖ Pengumpulan data dan informasi dilakukan oleh petugas surveyor yang
ditunjuk oleh instansi/unit kerja yang berwenang melakukan
pemantauan.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustaka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop,
FGD, diskusi panel, seminar dsb.
❖ Muatan penyusunan
Data dan informasi yang dibutuhkan, berupa data sekunder seperti:
• Peraturan perundang-undangan terkait (acuan normatif).
• Materi teknis dari rencana tata ruang seperti buku fakta dan analisis
yang dilengkapi peta-peta, tabuku rencana dan album peta.
• Dan/atau data sekunder lain.
❖ Untuk dapat mengevaluasi hasil dari kegiatan pemantauan pemanfaatan
ruang diperlukan adanya kelengkapan berikut:
• Data dan informasi hasil pemantauan sesuai dengan matriks hasil
pemantauan.
• Peta rencana tata ruang wilayaj yang meliputi peta rencana struktur
wilayah dan peta rencana pola wilayah dengan skala sesuai dengan
ketentuan
• Peta hasil pemantauan lapangan
• Daftar inventarusasi indikator evaluasi baik tahunan maupun lima
tahunan sesuai dengan lingkup dan kedalaman muatan rencana tata
ruang wilayah.
3. Konsep Pengolahan dan Analisis Data Informasi Pemantauan dan Evaluasi
Pemanfaatan Ruang
❖ Kegiatan analisis dilakukan melalui metode analisis kuantitatif dengan
cara melakukan perhitungan berdasarkan skala nilai kegiatan analisis
dilakukan melalui:
a. Analisis overlay:nalisis overlay peta rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang dengan peta kondisi aktual digunakan sebagai alat
bantu dalam merumuskan kesesuain dan tingkat simpangan.
b. Perbandingan data dan informasi: metode ini digunakan untuk
menganalisis data yang berasal dari muatan perda RTRW dan
dokumen yang siserahkan oleh SKPD terkait.
❖ Muatan penyusunan, laporan hasil analisis setidaknya memuat:
• Informasi kompilasi data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan
penyusunan pengaturan rencana tata ruang juga hasil analisis data.
• Informasi sektoral/multisektoral yang dibutuhkan dalam kegiatan
pementauan dan evaluasi pemanfaatan ruang.

II. Pengawasan Teknis Penataan Ruang

1. Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pengawasan Teknis Penataan Ruang


❖ Pengawasan penataan ruang merupakan upaya yang dilakukan agar
penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
❖ Pengawasan teknis merupakan pengawasan terhadap keseluruhan proses
penyelenggaraan penataan ruang yang dilakukan secara berkala.
❖ Obyek pengawasan teknis:
1) Kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang,
meliputi pengawasan terhadap:
a. Kinerja pengaturan penataan ruang, meliputi:
• Kinerja penyusunan peraturan perundang-undangan bidang
penataan ruang.
• Kinerja penetapan peraturan perundang-undangan bidang
penataan ruang.
b. Kinerja pembinaan penataan ruang, meliputi:
• Kinerka koordinasi penyelenggaraan penataan ruang
• Kinerja Kinerja sosialisasi peraturan perundang-undangan dan
pedoman bidang penataan ruang
• Kinerja oemberian bimbingan suoervisi dan konsultasi
pelaksanaan penataan ruang
• Kinerja pendidikan dan pelatihan
• Kinerja penelitian dan pengembangan
• Kinerja pengembangan sistem informasi dan komunikasi
penataan ruang
• Kinerja penyebarluasan informasi penataan ruang kepada
masyarakat
• Kinerja pengembangan kesdarab dan tanggung jawab
masyarakat
c. Kinerja pelaksanaan penataan ruang, meliputi:
• Kinerja penyusunan rencana tata ruang wilayah beserta rencana
rincinya
• Kinerja penyusunan indikasi program beserta pembiayaannya
• Kinerja pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang
2) Kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang, meliputi
pengawasan terhadap:
a. Kinerja fungsi dan manfaat pengaturan penataan ruang yang
antara lain meliputi efektivitas perundang-undangan bidang
penataan ruang.
b. Kinerja fungsi dan manfaat pembinaan penataan ruang yang antara
lain meliputi tingkat pemahaman aparatur pemerintah daerah dan
masyarakat terhadap penataan ruang.
c. Kinerja fungsi dan manfaat pelaksanaan penataan ruang, yang
antara lain meliputi kesesuaian antara rencana tata ruang dan
pelaksanaan pemanfaatan ruang termasuk keterpaduan program.
3) Kinerja pemenuhan SPM bidang penataan ruang, meliputi pengawasan
terhadap:
a. Kinerja penyediaan informasi penataan ruang
b. Kinerja penyediaan ruang terbuka hijau publik
Kinerja penyediaan ruang terbuka hijau publik tersebut hanya menjadi
obyek pengawasan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
❖ Kerangka Acuan Kerja Pengawasan Teknis
• Penyusunan Konsep Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran
umum atau penjelasan mengenai kegiatan pengawasan teknis
penataan ruang yang hasilnya akan direview oleh Ahli Madya/Utama.
• Pengawasan teknis dilakukan terhadap keseluruhan objek
pengawasan penataan ruang secara berkala setiap 2 tahun sejak RTR
ditetapkan
1) Pemantauan
a. Pemantauan merupakan pengamatan terhadap keseluruhan
obyek pengawasan teknis dan/atau mengidentifikasi
permasalahan.
b. Pengamatan dapat dilakukan secara langsung dan/atau tidak
langsung.
c. Pengamatan secara tidak langsung dapat berasal dari laporan
masyarakat.
d. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengamatan,
pemerintah/pemda menyediakan sarana penyampaian laporan
masyarakat.
2) Evaluasi dilakukan dengan melaksanakan penilaian tingkat
pencapaian kinerja obyek pengawasan teknis secara terukur dan
obyektif melalui pembobotan.
3) Pelaporan: hasil evaluasi dituangkan dalam laporan hasil
pelaksanaan pengawasan teknis yang memuat penilaian:
• Penataan ruang diselenggrakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
• Penataan ruang diselenggarakan tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan

2. Konsep data dan Infromasi Pengawasan Teknis Penataan Ruang


❖ Pengumpulan data dan informasi pengawasan teknis penataan ruang
adalah pengumpulan data primer dan/atau data sekunder untuk
memperoleh informasi terkait penyusunan pengaturan pembinaan
penataan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop,
FGD, diskusi panel, seminar dsb.
❖ Beberapa turunan kegiatan dari pengumpulan data dan informasi
menysusun konsep desain survei yang minimal memuat:
• Menyusun konsep desain survei yang minimal memuat metodologi
• Form wawancara/kuisioner
• List data primer dan sekunder
• Instansi tujuan
• Jadwal kegiatan
• Lokasi survei
❖ Pengumpulan data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya: swakelola
dan kontraktual.
❖ Muatan penyusunan
Data dan informasi dapat berupa
• Data Primer seperti:
✓ Peraturan perundang-undangan atau kebijakan terkait (acuan
normatif)
✓ Best practice dari dalam dan luar negeri
✓ Studi literatur jurnal atau artikel ilmiah
✓ Studi literatur jurnal atau artikel imliah
✓ Dan/atau data sekunder lain.
❖ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian
kebijakan dalam rangka pembuatan peraturan sesuai kebutuhan
pengawasan teknis penataan ruang di tingkat daerah maupun nasional
yang selanjutnya dituangkan dalam naskah akademik.

3. Konsep Pengolahan dan Analisis Data Informasi Pengawasan Teknis


Penataan Ruang
❖ Penata ruang melakukan analisis data dan informasi hasil pengumpulan
data. Analisis data dan informasi hasil pengumpulan data primer
dan/atau sekunder dari butir sebelumnya dengan menggunakan metode
analisis yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis pada pengawasan
teknis penataan ruang dan hasilnya akan direview oleh ahli
Madya/Utama.
❖ Hasil kegiatan tersebut berupa laporan hasil analisis.
❖ Muatan penyusunan
Laporan hasil analisis dari kegiatan ini setidaknya memuat informasi:
• Kompilasi data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan pengawasan
teknis penataan ruang.
• Hasil analisis data dan informasi sektoral/multisektoral yang
dibutuhkan dalam kegiatan pengawasan teknis penataan ruang.

III. Pengawasan Khusus Penataan Ruang

1. Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Pengawasan Khusus Penataan


Ruang
❖ Pengawasan khusus merupakan pengawasan terhadap permasalahan
khusus dalam penyelenggaeaan penataan ruang yang dilaksanakan
sesuai kebutuhan.
❖ Obyek pengawasan khusus
• Permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dalam proses
pengawasan teknis.
• Indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang yang mempunyai dampak
strategis.
• Benlcana alam yang mempengaruhi kinerja penyelenggaraan penataan
ruang.
❖ Pengawasan khusus dilakukan secara insidental sesuai kebutuhan dalam
masa periode pelaksanaan pengawasan teknis.
Pengawasan khusus dilakukan melalui kegiatan:
1) Pemantauan
Pemantauan dilakukan melalui pemeriksaan data dan informasi
permasalahn khusus, melalui:
• Pengumpulan data dan informasi.
• Verifikasi data dan informasi permasalahan khusus.
2) Evaluasi, dilakukan melalui:
• Pengkajian teknis atau audit tata ruang.
• Dituangkan dalam laporan hasil pelaksanaan pengawasan khusus.
3) Pelaporan
• Laporan hasil pengawasan khusus
• Disampaikan kepada pihak yang berwenang dalam meindaklanjuti
hasil pengawasan penataan ruang.
❖ Kerangka Acuan Kerja Pengawasan teknis
• Penyusunan Konsep Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran
umum atau penjelasan mengenai kegiatan pengaturan pengendalian
pemanfaatan ruang yang hasilnya akan direview oleh ahli
madya/utama.
• Hasil yang dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan

2. Konsep Data dan Informasi Pengawasan Khusus Penataan Ruang


❖ Pengumpulan data dan informasi pengawasan penataan ruang adalah
pengumpulan data primer dan/atau data sekunder untuk memperoleh
informasi terkait pengawasan khusus penataan ruang.
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustaka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop,
FGD, diskusi panel, seminar dsb.
❖ Beberapa turunan kegiatannya pengumpulan data dan informasi
pengawasan khusus penataan ruang menyusun konsep desain survei
yang minimal memuat:
• Metodologi
• Form wawancara/kuisioner
• List data primer dan sekunder
• Instansi tujuan
• Jadwal kegiatan
• Lokasi survei
❖ Pengumpulan data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya: swakelola
dan kontraktual.
❖ Muatan penyusunan
Data dan informasi dapat berupa
• Data Primer seperti:
✓ Peraturan perundang-undangan atau kebijakan terkait (acuan
normatif)
✓ Best practice dari dalam dan luar negeri
✓ Studi literatur jurnal atau artikel ilmiah
✓ Studi literatur jurnal atau artikel imliah
✓ Dan/atau data sekunder lain.
❖ Data juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kajian
kebijakan dalam rangka pembuatan peraturan sesuai kebutuhan
pengawasan khusus penataan ruang di tingkat daerah maupun nasional
yang selanjutnya dituangkan dalam naskah akademik.

3. Konsep Pengolajan dan Analisis Data Informasi Pengawasan Khusus


Penataan Ruang
❖ Penata ruang melakukan analisis data dan informasi hasil pengumpulan
data. Analisis primer dan/atau sekunder dari butir sebelumnya dengan
menggunakan metode analisis yang disesuaikan dengan kebutuhan
analisis pada pengawasan teknis penataan ruang dan hasilnya akan
direview oleh ahli Madya/Utama.
❖ Hasil kegiatan tersebut berupa laporan hasil analisis.
❖ Muatan penyusunan
Laporan hasil analisis dari kegiatan ini setidaknya memuat informasi:
• Kompilasi data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan pengawasan
khusus penataan ruang.
• Hasil analisis data dan informasi sektoral/multisektoral yang
dibutuhkan dalam kegiatan pengawasan teknis penataan ruang.

IV. Telaah dan Analisis Kegiatan Program Pengawasan


Penataan Ruang

1. Konsep Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Program Pengawasan Penataan


Ruang
❖ Penyusunan Konsep Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran umum
atau penjelasan mengenai kegiatan program pengawasan penataan ruang
yang hasilnya akan direview oleh Ahli Madya/Utama.
❖ Hasil yang dinilai pada kegiatan ini adalah draft KAK.
❖ Muatan Kerangka Acuan Kerja, secara garis besar umumnya draft KAK
memuat informasi:
1. Latar Belakang dan Masalah Kegiatan
2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan
3. Ruang Lingkup Kegiatan (Lokasi dan Substansi)
4. Dasar Hukum
5. Metodologi
6. Output Keluaran Kegiatan
7. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
8. Sumber Pembiayan Kegiatan
9. Tenaga Ahli yang dilibatkan
2. Konsep Pengolahan dan Analisis Data Informasi Kegiatan Program
Pengawasan Penataan Ruang
❖ Kegiatan pengolahan dan analisis data informasi kegiatan program
pengawasan penataan ruang merupakan kegiatan yang dilakukan
terlebih dahulu adalah pengumpulan data primer data/atau data
sekunder untuk memperoleh informasi terkait program pengawasan
penataan ruang.
❖ Data dapat diperoleh dari beberapa sumber:
• Data sekunder: studi literatur atau penelusuran pustaka
• Data primer: observasi lapangan, wawancara, kuisioner, workshop,
FGD, diskusi panel, seminar dsb.
❖ Pengumpulan data dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya:
kontraktual dan swakelola.
❖ Muatan penyusunan
Laporan hasil analisis dari kegiatan ini setidaknya memuat informasi:
• Kompilasi data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelaahan
dan analissi terkait program pengawasan penataan ruang.
• Hasil analisis data dan informasi sektoral/multisektoral yang
dibutuhkan dalam kegiatan penelaahan dan analisis terkait program
pengawasan penataan ruang.
• Metode telaah dan analisis untuk kegiatan program pengawasan
penataan ruang dapat disesuaikan dengan kebutuhan analisis pada
setiap case dari program-program khusus tersebut.

V. Evaluasi Kegiatan Pengawasan Penataan Ruang Bagi Pihak


Ketiga

1. Konsep Supervisi Kegiatan Pengawasan Penataan Ruang Bagi Pihak Ketiga


❖ Pengawasan penataan ruang merupakan upaya yang dilakukan agar
penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
❖ Pengawasan dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
sesuai kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat.
❖ Penata ruang ahli pertama menyusun hasil supervisi kegiatan
pengawasan penataan ruang bagi pihak ketiga yang berkaitan dengan
kegiatan penyusunan materi teknis penataan ruang.
❖ Penyusunan materi teknis dari kegiatan supervisi kegiatan pengawasan
penataan ruang bagi pihak ketiga umumnya yang melaksanakannya
adalah konsultan.
• Penata ruang berkewajiban untuk melakukan pengawasan atau
pengevaluasian pekerjaan pihak ketiga tersebut.
• Laporan hasil analisis.
❖ Muatan Penyusunan
Bentuk dari kegiatan supervisi kegiatan pengawasan penataan ruang bagi
pihak ketiga adalah berupa asistensi atau bimbingan dan konsultasi
lembar asistensi ini memuat informasi dan ketentuan, seperti:
1. Progres pekerjaan
2. Rencana tindak lanjut
3. Lembar asistensi disetai tandatangan kedua pihak
4. dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai