Anda di halaman 1dari 9

PERBEDAAN PRONA DAN PTSL

A. Tujuan
1. Prona
Prona bertujuan memberikan pelayanan pendaftaran tanah
pertama kali dengan proses yang sederhana, mudah, cepat, dan murah
dalam rangka percepatan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia untuk
menjamin kepastian hukum hak atas tanah. Sasaran Prona adalah bidang
tanah yang belum terdaftar. Jadi, tujuan utama prona adalah sertipikat.
2. PTSL
Adapun tujuan PTSL, sebagai berikut :
a. Waktu pelaksanaan relatif lebih cepat dibandingkan pelaksanaan
pengukuran dan pemetaan bidang tanah secara sporadik;
b. Mobilisasi dan koordinasi petugas ukur lebih mudah dilaksanakan;
c. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang belum terdaftar
dan yang sudah terdaftar dalam satu wilayah desa/kelurahan;
d. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang bermasalah
dalam satu wilayah desa/kelurahan;
e. Persetujuan batas sebelah menyebelah (asas contradictuur
delimitatie) relative lebih mudah dilaksanakan.
Pengukuran dan pemetaan PTSL dilakukan terhadap bidang tanah
yang sudah terdaftar maupun bidang tanah yang belum terdaftar. Jadi,
tujuan utama PTSL bukan sertipikat, melainkan memperbaiki kulitas
data. Data yang termasuk Kelas 2 sampai dengan Kelas 6 diharapkan
bisa menjadi Kelas 1.
B. Inisiasi
1. Prona
Prona yang merupakan singkatan dari Proyek Agraria Nasional
adalah rangkaian kegiatan pensertipikatan tanah secara masal, pada
suatu wilayah administrasi Desa/Kelurahan atau sebutan lain atau
bagian-bagiannya. Prona termasuk program pendaftaran tanah secara
sistematik. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak
yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar
dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Oleh karena
itu, yang menjadi objek prona bisa sebagian dari wilayah suatu
desa/kelurahan
2. PTSL
PTSL yang merupakan singkatan dari Pendaftaran tanah secara
sistematis lengkap adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek
pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam satu wilayah
desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat, dan juga termasuk
pemetaan seluruh objek pendaftaran tanah yang sudah didaftar dalam
rangka menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap mengenai
bidang-bidang tanahnya. Oleh karena itu, yang menjadi objek PTSL
adalah seluruh bidang tanah di wilayah suatu desa/kelurahan.
C. Regulasi
1. Prona
Adapun peraturan yang mengatur tantang Prona, sebagai berikut :
a. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Program Nasional Agraria
(Prona).
b. Petunjuk Teknis Kegiatan Prona.
c. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 tentang
Percepatan Program Nasional Agraria melalui Pendaftaran Tanah
Sistematis.
2. PTSL
Adapun peraturan yang mengatur tantang PTSL, sebagai berikut :
a. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
b. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
c. Petunjuk Teknis Pengukuran Dan Pemetaan Bidang Tanah Sistematik
Lengkap.
D. Teknis pengukuran dan pemetaan
1. Prona
a. Pemenuhan asas Contradictur delimitation mutlak harus dipenuhi
dan dilaksanakan oleh pemilik tanah atau penerima kuasa.
b. Penunjukan batas harus dilaksanakan oleh pemilik tanah atau
penerima kuasa dan hadir ketika dilaksanakn pengukuran.
c. Pemasangan tanda batas dilaksanakan oleh pemilik tanah disaksikan
oleh pemilik tanah berbatasan.
d. Metode pengukuran yang digunakan adalah terestris, fotogrametris,
ekstraterestrial, atau kombinasi dari metode tersebut. Khusus
metode fotogrametris, belum diatur terkait penggunaan CSRT
dan/atau foto udara yang diambil dari UAV.
2. PTSL
a. Pemasangan tanda batas dilaksanakan oleh pemilik tanah, penerima
kuasa atau aparat desa yuang mengetahui secara jelas batas
kepemilikan tanah obyek PTSL. Dalam pelaksanaan dilapangan,
aparat desa bahkan menandatangani persetujuan tanda batas pada
Gambar Ukur, apabila pemilik tanah berbatasan berhalangan hadir.
b. Pengukuran dan pemetaan bidang tanah PTSL dilaksanakan dengan
metode terestris, fotogrametris, pengamatan satelit dan kombinasi
dari ketiga metode tersebut. Penggunaan Drone/UAV dalam
pembuatan peta dasar sudah diatur dalam PTSL.
c. Peta kerja adalah peta yang menyajikan unsur alam dan buatan
manusia yang berada di permukaan bumi, digambarkan pada suatu
bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi tertentu untuk
keperluan identifikasi bidang tanah serta kegiatan pertanahan
lainnya. Peta kerja yang bersumber dari peta dCSRT dan/atau
pni(UAV) tidak dapat digunakan untuk dan pemetaan bidang tanah,
karena UAV tidak menggunakan kamera matrik. Kulifikasi peta kerja
yang digunakan adalah peta yang bersumber dari wahana berkamera
matrik. Wahana berkamera matrik akan memuat fidusial, tanggal dan
informasi lainnya.
d. Melakukan identifikasi dan geotagging bidang tanah belum terdaftar
dan sudah terdaftar tetapi belum dipetakan, berdasarkan fotokopi
sertifikat atau fotokopi SU/GU. Kemudian dilakukan unggah foto
geotagging pada aplikasi, dapat dilakukan secara online maupun
offline. Geotagging adalah mendokumentasikan posisi koordinat
bidang tanah yang difoto dengan peralatan GPS handheld yang
dilengkapi kamera geotagging atau kamera smartphone
berkemampuan geotagging.
e. Gambar ukur adalah dokumen tempat mencantumkan gambar suatu
bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil
pengukuran bidang tanah baik berupa jarak, sudut, azimuth, ataupun
sudut jurusan. Adapun ketentuan Gambar Ukur :
1) Gambar ukur dapat memuat satu atau beberapa bidang tanah
dalam satu formulir Gambar Ukur. Catatan-catatan pada gambar
ukur harus dapat digunakan sebagai data rekonstruksi batas
bidang tanah.
2) Format Gambar Ukur PTSL dapat berupa :
3) Format DI 107, atau
4) Format kertas standar A0, A1, A2, A3 atau A4 yang dapat memuat
beberapa bidang tanah.
5) Peta Kerja dilampirkan pada Gambar Ukur menjadi satu kesatuan
yang tidak terpisahkan atau dicetak pada halaman 2 lembar
Gambar Ukur.
6) Informasi bidang tanah yang diperoleh dapat ditulis pada kolom
yang tersedia di format GU atau berupa daftar pada lembar
tersendiri dan menjadi bagian dari GU. Gambar Ukur
mencantumkan data sebagai berikut :
a) Panjang sisi, sudut, dan/atau koordinat bidang tanah hasil
ukuran di lapangan yang dihasilkan dengan metode terestris;
b) Deliniasi harus mencantumkan koordinat titik batasnya
dan/atau ukuran panjangan sisi bidang tanah hasil
pengukuran di lapangan dan hasil deliniasi yang dihasilkan
dari metode fotogrametris;
c) Tanda tangan dari pemilik/kuasa sebagai penunjuk batas
dan/atau diketahui oleh aparat desa/kelurahan untuk
memenuhi azas persetujuan batas sebelah menyebelah
Tandatangan Petugas Ukur atau oleh Surveyor Kadaster
Berlisensi dan/ atau disaksikan oleh aparat desa;
d) Jika menggunakan peralatan elektronik (misalnya GPS),
dilampirkan hasil hitungan data digital berupa cetak baik
untuk pengukuran teristris dan atau pengamatan satelit;
e) Cetakan kartir hasil pengukuran bidang-bidang tanah sesuai
cakupan jumlah bidang tanah yang ada di GU tersebut.
Cetakan dapat di halaman 3 pada DI 107 atau lembar lain,
dengan mencantumkan skala peta, arah utara, NIB/ nomor
berkas/NUB sesuai tahap kegiatan pada saat pencetakan.
E. Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Prona
Kegiatan Prona dilaksanakan oleh Tim Mobilisasi yang dibentuk
oleh Kementerian ATR/BPN dan Kantor Wilayah BPN. Tim Mobilisasi
beranggotakan tenaga teknis Kantor Wilayah BPN dan Kantor
Pertanahan. Tim Mobilisasi dalam melaksanakan kegiatan pengukuran
dan pemetaan bidang tanah dapat menggunakan Surveyor Berlisensi.
2. PTSL
Kegiatan PTSL dapat dilakukan melalui 2 mekanisme, yaitu sebagai
berikut :
a. Swakelola, dilakukan petugas ukur ASN dan atau SKB perorangan,
b. Pihak Ketiga, dilaksanakan oleh KJSKB atau Perusahaan (Badan
Hukum Perseroan) di bidang industri survei, pemetaan dan informasi
geospasial.
Sebagai petugas pelaksana pengukuran dan pemetaan bidang
tanah, SKB perorangan maupun yang tergabung dalam KJSKB/ Badan
Hukum Perseroan yang telah divalidasi melalui Aplikasi Mitra
(www.mitra.atrbpn.go.id) diberikan kewenangan tertentu akses ke
Aplikasi KKP sebagai Petugas Ukur dan Pemetaan.
F. Biaya
1. Prona
Adapun kegiatan Prona dapat dibiayai dengan :
a. Anggaran Pemerintah Pusat (APBN) yang pembiayaannya dibebankan
pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kantor Pertanahan.
b. Anggaran Pemerintah Daerah (APBD),
2. PTSL
Adapun kegiatan PTSL dapat dibiayai dengan :
c. Anggaran Pemerintah Pusat (APBN),
d. Anggaran Pemerintah Daerah (APBD),
e. Dana desa,
f. Swadaya masyarakat,
g. Swasta/BUMN/BUMD melalui program Corporate Social
Responsibility (CSR),
h. Dana lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
G. Kualitas Data
Persyaratan utama agar data tekstual dan data spasial berkorelasi
maka dilakukan proses integrasi, yaitu link data tekstual dan data spasial
dengan menggunakan data penghubung/link berupa: NIB dan Nomor SU.
Adapun kualifikasi kualitas data bidang tanah terdaftar, sebagai berikut :
Kelas Bidang Tanah GS/SU GS/SU Buku Tanah
Terpetakan Spasial Tekstual
1 Ada Ada Ada Ada
2 Ada Tidak Ada Ada Ada
3 Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada
4 Tidak Ada Ada Ada Ada
5 Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada
6 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada
Secara elektronik data bidang tanah dapat diketahui status kelas-nya
dari aplikasi KKP. Ketiadaan data spasial bidang tanah, pada kelas 4, 5 dan 6
dapat terjadi karena sertipikat tidak ada gambar, sertipikat bidang tanah
belum dipetakan atau sertipikat dipetakan pada posisi yang tidak akurat.
Hasil yang diharapkan adalah semua basis data dengan kualitas
kelas/kualitas Adapun kegiatan peningkatan kualitas data, sebagai berikut :

Kelas/Kualitas
Tahapan
1 2 3 4 5 6

Entri, validasi Buku Tanah, dan validasi SU tekstual  


Digitasi/scanning, editing SU spasial    
Digitasi/scanning, standarisasi dan validasi Peta
Pendaftaran   
Pemetaan bidang tanah   
Impor SU spasial digital    
Impor/insert bidang tanah   
Kontrol kualitas      
H. Hubungan buku tanah, surat ukur dan bidang tanah.
Data elektronik pendaftaran tanah merupakan dijitalisasi data fisik
bidang tanah berupa Buku Tanah, Surat Ukur dan Bidang Tanah (persil) yang
dipetakan di Peta Pendaftaran. Pada masing-masing data fisik tersebut
tercantum data penghubungyang menyebabkan adanya ikatan sebagai satu
kesatuan yaitu berupa Nomor, Terdapat 3 (tiga) alternatif nomor yang
menjadi data penghubung yaitu NIB atau Nomor SU/GS atau Nomor Hak.
Hubungan antara ketiga data tersebut, sebagai berikut :
1. Untuk setiap Bidang Tanah terpetakan :
a. diberikan identitas NIB dan Nomor SU yang berhubungan dengan
dokumen SU tekstual;
b. diberikan tipe dan Nomor Hak Atas Tanah (HAT) yang
berhubungandokumen Buku Tanah.
2. Untuk setiap SU spasial yang terbit :
a. diberikan identitas NIB yang berhubungan dengan Bidang Tanah
terpetakan;
b. diterbitkan Nomor SU yang berhubungan dengan SU Tekstual.
3. Untuk setiap SU tekstual yang terbit :
a. diberikan identitas Nomor SU dan NIB yang berhubungan dengan
Bidang Tanah terpetakan dan SU spasial;
b. diberikan Tipe dan Nomor HAT yang berhubungan dengan Buku
Tanah.
Berdasarkan hubungan tersebut, maka keberadaan Bidang Tanah
(persil) sebagai data spasial tidak dapat diabaikan (harus ada), karena
sertipikat sebagai bukti yuridis hak atas tana mencakup dua hal yaitu
kepastian subyek (Buku Tanah) dan kepastian posisi obyek (Bidang
Tanah/persil) di peta. Secara elektronik, keempat media tersebut (Buku
Tanah-SU tekstual-SU spasial dan Bidang Tanah) disimpan dalam bentuk
tabel-tabel di basis data. Khusus untukdata spasial disimpan dalam bentuk
geodatabase yang ber-geo-refference.

Anda mungkin juga menyukai