Anda di halaman 1dari 13

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)/ TERM OF REFERENCE (TOR)

PENGUKURAN, PEMETAAN DAN INFORMASI BIDANG TANAH


PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP 10.000 BIDANG
TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Pertanahan Nasional
Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan
Program : Program Pengelolaan Pertanahan Daerah
Hasil : Diterbitkannya Peta Bidang Tanah
Unit Eselon II/Satker : Kantor Wilayah BPN Provinsi Bali/Kantor
Pertanahan Kabupaten Gianyar
Kegiatan : Peta Bidang Tanah
Indikator Kinerja : Jumlah Bidang Tanah
Satuan Ukur/Jenis Keluaran : Bidang/Peta Bidang Tanah
Volume : 10.000 Bidang

I. Latar Belakang
A. Dasar Hukum

1. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok


Agraria;
2. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
3. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
4. Undang-undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
5. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
6. Peraturan Presiden No. 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang
7. Peraturan Presiden No. 20 tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional;
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 8 tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
9. Peraturan Menteri Negara Agararia/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3
Tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah;
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 28 Tahun 2016 tentang Percepatan Program Nasional Agraria Melalui
Pendaftaran Tanah Sistematik;
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi;
12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap jo. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap;
2

B. Gambaran Umum
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menetapkan, bahwa untuk menjamin kepastian hukum
oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang jo Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (KATR/BPN) ditugaskan untuk
melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan dan bertanggung jawab
kepada Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi.
Untuk percepatan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
UUPA yang saat ini telah mencapai ± 44.227.462 bidang tanah dari ± 108.422.172
bidang tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia (berdasarkan data per tanggal 23
November 2016), sehingga masih terdapat sebanyak 64.194.710 bidang tanah yang
belum terdaftar. Sampai dengan akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
2005-2025 direncanakan seluruh bidang tanah di Indonesia sudah terdaftar. Oleh
karena itu perlu dilaksanakan pendaftaran tanah pertama kali secara masal melalui
Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang merupakan
salah satu Program Prioritas Nasional sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang akan
dilaksanakan mulai tahun 2017 dengan target pada tahun 2017 sebanyak 5.000.000
bidang, tahun 2018 sebanyak 7.000.000 bidang, tahun 2019 sebanyak 10.000.000
bidang, tahun 2020 sebanyak 10.000.000 bidang, tahun 2021 sebanyak 10.000.000
bidang, tahun 2022 sebanyak 10.000.000 bidang, tahun 2023 sebanyak 10.000.000
bidang dan tahun 2024 sebanyak 2.444.710 bidang tanah.
Target kegiatan legalisasi aset pada tahun 2017 adalah sebanyak 5 juta bidang
sedangkan usulan anggaran APBN tahun 2017, khususnya untuk legalisasi aset yang
telah disetujui hanya dapat membiayai kegiatan sebanyak 2 juta bidang tanah
sehingga masih terdapat kekurangan dana untuk 3 juta bidang tanah atau sekitar Rp.
1,2 triliun. Terkait hal tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN akan
mengupayakan dana legalisasi aset untuk 3 juta bidang tanah dengan meminta
penambahan anggaran tahun 2017 kepada Direktorat Jenderal Anggaran,
Kementerian Keuangan RI. Dengan demikian diharapkan target kegiatan legalisasi
aset tahun 2017 dapat tercapai dengan dukungan dana yang memadai.
Untuk lebih meningkatkan pencapaian penyelesaian target tepat waktu dan
tepat sasaran serta untuk mencapai hasil yang optimal kinerja dan keuangan dalam
rangka percepatan pendaftaran tanah, maka kegiatan pensertipikatan dilaksanakan
melalui pendaftaran tanah sistematik lengkap. Melalui pendaftaran tanah sistematik
lengkap, selain pendaftaran tanah pertama kali secara serentak, dilaksanakan pula
pemutakhiran data dan informasi bidang tanah. Melalui pendaftaran tanah sistematik
lengkap diharapkan diperoleh Peta Bidang Tanah beserta informasi bidang tanahnya
secara lengkap dan utuh desa demi desa atau kelurahan demi kelurahan. Salah satu
tahapan dalam kegiatan adalah pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang
dilaksanakan secara sistematik lengkap mengelompok dalam satu wilayah
desa/kelurahan lengkap.
Tujuan dari pelaksanaan pensertipikatan bidang tanah secara sistematik
lengkap mengelompok dalam satu wilayah desa/kelurahan lengkap diantaranya:
1. Waktu pelaksanaan relatif lebih cepat dibandingkan pelaksanaan pengukuran
dan pemetaan bidang tanah secara sporadik;
2. Mobilisasi dan koordinasi petugas ukur lebih mudah dilaksanakan;
3

3. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang belum terdaftar dan yang
sudah terdaftar dalam satu wilayah desa/kelurahan;
4. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang bermasalah dalam satu
wilayah desa/kelurahan.
5. Persetujuan batas sebelah menyebelah (asas contradictoir delimitatie) relative
lebih mudah dilaksanakan;

II. Penerima Manfaat


Adapun penerima manfaat dari kegiatan pendaftaran tanah sistematis lengkap, antara
lain:
1. Masyarakat
Dengan diperolehnya sertipikat hak atas tanah, maka diharapkan dapat membuka
akses permodalan atau sumber-sumber ekonomi lainnya bagi penambahan modal
usaha bagi masyarakat dan dapat mengurangi potensi timbulnya sengketa tanah ;
2. Pemerintah
Tersedianya informasi bidang-bidang tanah yang terdaftar akan membantu
pemerintah dalam perencanaan pembangunan secara baik.

III. Strategi Pencapaian Keluaran

SPESIFIKASI TEKNIK
PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL

A. BAHAN, PERALATAN DAN TENAGA PELAKSANA YANG DIGUNAKAN

Bahan Yang Disediakan Oleh Pemberi Pekerjaan

Bahan yang akan diberikan oleh Pemberi Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral
pada Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap kepada pelaksana pekerjaan adalah
:

1. Surat Keputusan Penetapan Lokasi beserta dengan lampiran poligon batas wilayah
kerjanya dan;

2. Persiapan Administrasi Surat Tugas

3. Data Bidang-bidang tanah bersertipikat di dalam lokasi PTSL yang telah terpetakan
dalam KKP dalam bentuk *.DWF (Format Autocad) maupun yang belum terpetakan
secara digital dilengkapi dengan copy :

a. Peta Pendaftaran.

b. Daftar Tanah.

c. SU (sesuai kondisi dan permintaan secara resmi), GS maupun GU.

d. Peta lainnya (Prona, PP 10, dll).

dan;

4. Daftar Nama dan Nomor Hak bidang tanah yang berada pada KW 1, 2, 3, 4, 5, dan
6 di dalam wilayah desa yang ditetapkan sebagai lokasi PTSL dengan format *.xls
dan dicetak serta ditandatangani oleh Kepala Seksi Infrastruktur Pertanahan, dan;

5. Peta Dasar Pendaftaran (berupa peta foto atau peta garis) dengan skala 1 : 1.000
atau 1 : 2.500 dengan Sistem Koordinat Nasional Proyeksi TM 3º dalam bentuk
digital (apabila ada);

6. Peta Citra/ Peta Foto pada lokasi kerja sebagai Peta Kerja (apabila ada);
4

7. Deskripsi Tugu Titik Dasar Teknis (apabila ada);

8. Data lain: Batas Kawasan Hutan, Kawasan Konservasi, Peta PBB, batas
administrasi, atau data pendukung lainnya (apabila ada).

Biaya yang timbul dari bahan yang dicopy/digandakan ini harus ditanggung oleh Pelaksana
Pekerjaan.

Peralatan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan

Kriteria peralatan minimum yang digunakan dalam pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap adalah sebagai berikut :

Volume ( unit )
No. Peralatan Keterangan
10.000 bidang
Alat Ukur Jarak (pita ukur) atau 10 buah
1. ms
Distometer
2. Software Pengukuran & Pemetaan 1 buah ms / sb
3. Komputer Grafis 10 unit ms / sb
4. Printer A3 5 buah ms / sb
a. - Total Station dan 5 unit
5. ms / sb
- GPS Geodetik atau 3 unit
b. GNSS CORS atau 3 unit ms / sb
c. GNSS RTK (1 set = 1 base dan 1 set
ms / sb
3 rover)
Kamera digital/Mobile Phone/GPS 3 unit
6. Navigasi berkamera (GPS ms
geotagging)
7. Komputer Pengolah Citra 1 ms / sb
8. Scanner A4 2 ms

Keterangan :

a. ms = milik sendiri

b. sb = sewa beli

c. Alat Ukur Jarak yang dimaksud adalah alat ukur meteran dengan bahan yang stabil
(tidak mudah mengembang atau mengkerut). Alat ukur meteran dari bahan plastik
yang mudah mengembang atau mengkerut tidak boleh digunakan dalam pekerjaan
ini.

d. Software Pengukuran & Pemetaan yang digunakan untuk mengolah hasil


pengukuran dengan output file sesuai dengan standar di Kementerian ATR/BPN
yaitu *.dxf.

e. Komputer Pengolah Foto/Citra harus memenuhi spesifikasi :


 Intel i5 atau setara
 Monitor Grafis 17”
 RAM minimum 32 GB
 Hard Disk minimum 2 TB
 VGA Card minimum 4 GB
f. Foto geotagging dibuat minimal 1 (satu) foto untuk setiap lembar Gambar Ukur dan
diserahkan dalam format softcopy pada saat proses kendali mutu. Penamaan file
foto geotagging sama dengan nomor Gambar Ukur.
5

Tenaga Pelaksana Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan

Kualifikasi dan jumlah tenaga pelaksana minimum yang dipersyaratkan dalam


pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap adalah sebagai berikut :

Jumlah
No. Keahlian bidang Kualifikasi
10.000
1. Manager Proyek 1 Tenaga ahli
2. Surveyor Kadastral Berlisensi 1 Tenaga ahli
Asisten Surveyor Kadastral
3. 2 Tenaga ahli
Berlisensi
4. Asisten Surveyor 8 Tenaga Trampil
Tenaga lokal dan atau
5. Pembantu Asisten Surveyor 10
Petugas Desa/Kelurahan

Tenaga lokal dan


7. Staf Administrasi 1
menguasai Komputer

8. Petugas Pemetaan/Drafter 3 Tenaga ahli

Keterangan :

a. Manager Proyek minimal mempunyai pengalaman dalam manajerial proyek;

b. Surveyor Kadastral Berlisensi adalah surveyor yang telah mempunyai lisensi dari
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;

c. Asisten Surveyor Kadastral Berlisensi mempunyai lisensi Asisten Surveyor


Kadastral dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;;

d. Asisten Surveyor berpendidikan minimal SMA atau SMK yang mempunyai


pengalaman dalam bidang survei/pemetaan minimal 1 (satu) tahun dan
diutamakan menggunakan tenaga lokal;

e. Petugas Pemetaan/Drafter berpendidikan minimal SMA atau SMK yang mampu


menguasai dan mengoperasikan software pengukuran dan pemetaan bidang
(misal software CAD);

f. Petugas Pengolah Citra berpendidikan minimal SMA atau SMK yang


berpengalaman dalam pengolahan Raw Data Image Citra Satelit Resolusi Tinggi.

B. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Lokasi Pekerjaan

Lokasi Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap ini adalah sesuai dengan lokasi yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yaitu Desa Melinggih,
Desa Kelusa, Desa Buahan, Desa Puhu, Desa Melinggih Klod, Desa Bresela, Kecamatan
Payangan, Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali.
6

Lingkup Pekerjaan

Lingkup Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran


Tanah Sistematik Lengkap ini adalah :

1. Persiapan dan Perencanaan Pekerjaan.


a. Persiapan Umum dan Presentasi Rencana Kerja
b. Pengumpulan Bahan
c. Survey Pendahuluan
d. Pengukuran GCP
e. Pengolahan dan Pencetakan Peta Kerja
f. Pengadaan Base Camp
g. Pendaftaran sebagai Mitra pada Aplikasi KKP

2. Penyuluhan

3. Identifikasi dan Delineasi Batas Bidang Tanah

4. Pengukuran Bidang-bidang Tanah dan Pembuatan Gambar Ukur


a. Penetapan Batas dan Pengukuran bidang-bidang tanah yang belum terdaftar
b. Pembaruan Data Bidang Tanah Terdaftar (K4)
c. Pembuatan Gambar Ukur
d. Pengumpulan Toponimi dan Informasi Bidang Tanah Terdaftar

5. Pemetaan Bidang-bidang Tanah.


a. Plotting hasil deliniasi dan pengukuran bidang
b. Pembuatan Peta Bidang Tanah dalam bentuk digital dan hard copy.
c. Checkplot dan editing

6. Pembuatan Peta Bidang Tanah (untuk lampiran pengumuman)


a. Pembuatan Daftar Tanah
b. Pencetakan Peta Dasar Pendaftaran (vektor)
c. Pembuatan Peta Indeks

7. Pembuatan Laporan.
a. Pembuatan Laporan Awal.
b. Pembuatan Laporan Bulanan.
c. Pembuatan Laporan Akhir.

8. Penyerahan Hasil Pekerjaan.

C. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Persiapan dan Perencanaan Pekerjaan

a. Persiapan Umum dan Presentasi Rencana Kerja.


Sebelum melaksanakan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus mempresentasikan
kepada Pemberi Pekerjaan dan Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap mengenai:
1. Organisasi Proyek.
2. Metode Kerja dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
3. Rencana mobilisasi tenaga dan alat.
4. Metode pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah setempat.
5. Program mutu proyek.

b. Pengumpulan Bahan.
Pelaksana Pekerjaan harus mengumpulkan bahan-bahan yang berguna dalam
pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral seperti yang tertera dalam Pasal 4.
Kanwil maupun Kantah mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan bahan
tersebut.
Selain bahan yang berasal dari Pemberi Pekerjaan, Kanwil atau Kantah; Pelaksana
Pekerjaan dapat mengumpulkan bahan lain dari sumber lain yang dianggap perlu untuk
7

kelancaran pelaksanaan pekerjaan (misal : peta PBB, peta Desa, peta RTRW, dsb).
Biaya yang timbul dari pengumpulan bahan ini ditanggung oleh Pelaksana Pekerjaan.

c. Survey Pendahuluan
Sebelum dilaksanakan pengukuran bidang tanah, Pelaksana Pekerjaan didampingi Tim
Penyuluhan Kantor Pertanahan melaksanakan penyuluhan yang bertujuan untuk :
1. Berkoordinasi dengan aparat desa/ Ketua RW/Ketua RT/Tokoh Masyarakat
tentang rencana, jadwal dan pelibatan masyarakat dalam pemasangan tanda
batas bidang tanah dan pengukurannya.
2. Membagikan Formulir Persiapan Pengukuran Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (Lampiran No 5) dan dikumpulkan selambat-lambatnya sebelum
pelaksanaan pengukuran.
3. Mendapatkan gambaran awal jumlah bidang yang dapat diukur.
4. Mengumpulkan salinan Kartu Tanda Penduduk (KTP) peserta PTSL.
5. Mengumpulkan salinan dokumen alas hak (jika ada) atau dokumen pernyataan
pemilikan/penguasaan tanah dari peserta PTSL.

d. Pengadaan Base Camp


Basecamp Pelaksana Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral bertempat di
lokasi PTSL atau tempat lain yang letaknya tidak jauh dari lokasi PTSL dengan tujuan
untuk memudahkan koordinasi dengan Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematik
Lengkap. Selanjutnya pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan mobilisasi Peralatan
dan Tenaga Pelaksana yang dimulai paling lama 10 (sepuluh) hari setelah SPMK
(Surat Perintah Mulai Kerja).

Pasal 10
Identifikasi dan Delineasi Batas Bidang Tanah

Identifikasi dan deliniasi ditujukan dalam rangka memetakan penguasaan dan pemilikan
serta letak bidang-bidang tanah masyarakat. Hasil identifikasi dan deliniasi dituangkan pada
Peta Kerja dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat. Surveyor Kadastral
Berlisensi berkewajiban memberikan sosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat,
sehingga masyarakat dapat melakukan identifikasi dan deliniasi batas bidang tanah secara
mandiri.

Peta Kerja hasil identifikasi dan deliniasi batas bidang tanah oleh masyarakat yang di
dalamnya sudah memuat batas-batas bidang tanah serta nama pemilik/kuasa atau
pemohon menjadi dasar pelaksana/penyedia melaksanakan pengukuran. Diharapkan
dengan adanya Peta Kerja hasil partisipasi masyarakat pelaksanaan pengukuran dapat
berjalan lebih mudah dan cepat.

Pengukuran Bidang-bidang Tanah

a. Peta Kerja hasil partisipasi masyarakat menjadi dasar dalam pelaksanaan pengukuran
bidang tanah.
b. Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dapat menggunakan metode pengukuran
fotogrametris langsung di atas Peta Kerja hasil partisipasi masyarakat apabila:
a. Peta Kerja yang digunakan merupakan peta dasar pendaftaran berupa peta foto
yang memenuhi standard.
b. batas bidang tanah dapat diidentifikasi dengan jelas secara visual.
c. panjangan sisi bidang lebih besar dari 20 m.
d. hanya dapat dilaksanakan untuk daerah terbuka, non-pemukiman, non-komersial,
non-industri.
c. Metode Pengukuran Fotogrametris memerlukan pengukuran tambahan sebagai kontrol
terhadap hasil delineasi batas bidang tanah. Pengukuran tambahan sebagai kontrol
dilaksanakan dengan mengukur secara terestris 1 buah baseline diupayakan secara
diagonal untuk setiap Gambar Ukur. Hasil ukuran tambahan ini kemudian dibandingkan
dengan hasil delineasinya.
8

d. Apabila kondisi sebagaimana dimaksud pada huruf b tidak terpenuhi, atau untuk
daerah pemukiman, komersil, industri maka pelaksanaan pengukuran bidang tanah
wajib menggunakan metode terestris, GNSS atau kombinasi.
e. Prinsip dasar pengukuran bidang tanah dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran
tanah harus memenuhi kaidah-kaidah teknis pengukuran dan pemetaan sehingga
bidang tanah yang diukur dapat dipetakan, dapat diketahui letak dan batasnya di atas
peta serta dapat direkonstruksi batas-batasnya di lapangan.
f. Penunjukan batas bidang tanah, pemasangan tanda batas, dan atau identifikasi
batas bidang tanah dilakukan oleh pemilik tanah atau kuasanya atau perangkat
desa/kelurahan/kampung/RW/RT.
g. Objek Pengukuran adalah seluruh bidang tanah yang belum terdaftar maupun telah
terdaftar (yang sebelumnya belum dipetakan atau yang perlu ditingkatkan kualitas
datanya) dengan melakukan penyesuaian terhadap struktur topografis yang ada dalam
satu Desa / Kelurahan secara lengkap sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
h. Apabila dalam pengukuran bidang tanah ditemukan adanya bidang-bidang tanah yang
sudah terdaftar yang belum terpetakan, maka bidang-bidang tersebut diukur dan
dipetakan dengan metode pengukuran yang sama dengan bidang tanah yang belum
terdaftar. Jika terjadi perbedaan dengan data yang lama (GU, PBT atau SU), data yang
digunakan untuk pemetaan pada peta pendaftaran adalah data hasil pengukuran
sistematik. Kemudian bidang–bidang tanah tersebut dipetakan pada Peta Pendaftaran.
Apabila luas bidang tanah terdaftar (sudah bersertipikat) yang diukur sekarang melebihi
0,5 √L (L = Luas bidang tanah yang tercantum dalam sertipikat) maka harus segera
dilaporkan ke Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dalam bentuk
laporan dan dibuat Berita Acara yang memuat daftar bidang bidang tanah yang
berbeda tersebut.
i. Apabila hasil pengukuran bidang-bidang tanah belum terdaftar terindikasi overlap
dengan bidang tanah yang sudah terdaftar dan telah terpetakan, harus dicatat pada
Gambar Ukur dan dibuatkan daftarnya.

j. Akurasi absolut (ketelitian titik koordinat di peta dengan koordinat di lapangan yang
diperoleh melalui pengecekan independent control points) minimum 0.3 mm x (1:5.000)
= 1,5 meter.

k. Akurasi relatif (ketelitian panjangan sisi bidang tanah di peta dengan panjangan sisi
bidang tanah di lapangan secara terestris) minimum 1,5 x Ground Sampling Distance
(GSD), dalam hal ini GSD maksimum adalah 1 meter. Sehingga, akurasi relatif
minimum adalah 1,5 x 1 meter = 1,5 meter.

l. Untuk mengidentifikasi satu bidang tanah dan membedakan dengan bidang tanah
lainnya, diperlukan tanda pengenal bidang tanah yang bersifat unik, sehingga dengan
mudah mencari dan membedakan bidang tanah yang dimaksud dengan bidang tanah
lainnya. Tanda pengenal tersebut disebut Nomor Identifikasi Bidang (NIB) sementara.
NIB sementara tersebut merupakan penghubung antara Peta Pendaftaran dan daftar
lainnya yang ada dalam proses pendaftaran tanah.

Pembuatan Gambar Ukur ( GU )

a. Gambar Ukur (DI. 107) pada prinsipnya adalah dokumen yang memuat data hasil
pengukuran bidang tanah yang dapat berupa :
a. gambar bidang tanah disertai jarak, sudut dan azimuth, dan situasi
sekitarnya, atau
b. gambar bidang tanah disertai nilai koordinat dan situasi sekitarnya.
Selain data-data tersebut di atas juga dicantumkan keterangan-keterangan lain yang
mendukung untuk memudahkan dalam penatausahaan gambar ukur. Catatan-catatan
pada gambar ukur harus dapat digunakan sebagai data rekonstruksi batas bidang
tanah apabila karena sesuatu hal titik-titik batas yang ada di lapangan hilang.
b. 1 (satu) lembar Gambar ukur sistematik dapat memuat satu bidang tanah atau lebih.
9

c. Gambar Ukur dapat berupa (contoh terlampir):


c1. Blanko GU sesuai dengan format kertas standar A3/double A4 dengan
ketebalan seperti karton manila, atau
c2. Peta kerja yang dilengkapi dengan hasil ukuran lapangan/delineasi, atau
d. Gambar Ukur yang dihasilkan dengan metode terestris harus mencantumkan angka
ukur panjang sisi, sudut, dan/atau koordinat bidang tanah hasil ukuran di lapangan.
e. Gambar Ukur yang dihasilkan dari metode fotogrametris dengan deliniasi harus
mencantumkan ukuran panjangan sisi bidang tanah hasil deliniasi yang dilengkapi
dengan koordinat muka peta kerja. Data ukuran panjangan sisi bidang tanah hasil
pengecekan di lapangan dapat ditambahkan, bila diperlukan.
f. Gambar ukur yang dihasilkan dengan cara pengamatan satelit yang data ukurannya
dalam bentuk digital (seperti GNSS, dll), terdiri dari formulir gambar ukur dan print out
koordinat hasil hitungan.
g. Gambar Ukur wajib menyertakan informasi metadatanya.
h. Contoh format GU dan informasi dalam GU hasil kegiatan pengukuran dan pemetaan
bidang tanah sistematis lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2A dan 2B.
i. Untuk proses kendali mutu, penyerahan GU dilengkapi dengan softcopy foto
geotagging yang menggambarkan kondisi lapangan beserta petugas ukur.
j. Gambar ukur wajib ditandatangani oleh pemilik/kuasa atau pemohon sebagai bentuk
persetujuan penetapan batas.
k. Gambar ukur wajib ditandatangani atau disahkan oleh Surveyor Kadastral Berlisensi
(Surveyor Kadaster atau Asisten Surveyor Kadaster).

Pembaruan Data Bidang Tanah Terdaftar (K4)

a. Kondisi bidang tanah terdaftar hasil unduh dari aplikasi KKP, terbagi dalam dua kondisi,
terpetakan dan belum terpetakan. Terhadap kondisi tersebut dilakukan verifikasi dan
tindak lanjut.
b. Verifikasi dan tindak lanjut untuk bidang belum terpetakan
Dalam status link-up data elektronik, bidang tanah ini termasuk kualitas bidang KW 4, 5
dan 6. Kondisi ini disebabkan dua hal yaitu sertipikat tidak ada Gambar Situasi (GS)
dan sertipikat dengan GS/SU belum/tidak dipetakan.
b1. Sertipikat tidak ada Gambar Situasi.
Terhadap kondisi bidang tanah seperti ini perlu dilakukan beberapa langkah
sebagai berikut :
1. Inventarisasi Buku Tanah di arsip Kantah.
2. Buat daftar beserta jenis, nomor hak, nama dan luasnya
3. Identifikasi di lapangan dengan ber-koordinasi dan komunikasi dengan
masyarakat dan tetua di wilayah tersebut. Pada tahap penyuluhan data
tersebut sudah disampaikan pada masyarakat.
4. Identifikasi lapangan meliputi dua hal subyek yang tercantum di sertipikat dan
keberadaan posisi bidang tanah secara fisik.
5. Ploting/pemetaan terhadap bidang-bidang tanah yang terukur.
6. Penerbitan Nomor Identifikasi Bidang.
7. Link-up data spasial (bidang/persil) dengan data tekstual.

b2. Sertipikat ada Gambar Situasi/Surat Ukur.


Belum atau tidak terpetakan bidang tanah terdaftar pada peta GeoKKP bisa terjadi
karena beberapa kemungkinan, antara lain peta dasar pendaftaran (fisik) belum
tersedia, salah dalam ploting (human error), sudah ter-ploting tetapi peta
pendaftaran (fisik) hilang (tidak ter-migrasi ke geodatabase) dan lain-lain.
Beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu :
10

1. Inventarisi Surat Ukur (fisik), dari pemilik sertipikat atau arsip di Kantor
Pertanahan (Surat Ukur dan atau Gambar Ukur).
2. Buat daftar inventarisasi
3. Koordinasi dan komunikasi dengan masyarakat dan tetua di wilayah tersebut.
4. Identifikasi lapangan meliputi dua hal subyek yang tercantum di sertipikat dan
keberadaan bidang tanah secara fisik
5. Ploting/pemetaan terhadap bidang-bidang tanah yang terukur.
6. Link-Up data spasial (bidang/persil) dengan data tekstual.
7. Terhadap kondisi Surat Ukur yang tidak ditemukan (su0), setelah dilakukan
identifikasi dan cek di lapangan, terdapat dua kemungkinan, yaitu tanahnya
tumpang tindih (bx) dan tidak tumpang tindih (b0).
 Untuk bidang tanah yang tumpang tindih (bx) dilakukan mediasi dan
dibuatkan Berita Acara Mediasi. Jika terjadi kesepakatan dilakukan
pengukuran ulang dengan melibatkan semua pihak. Hasil pengukuran
bidang tanah tersebut dituangkan dalam Berita Acara Pengukuran
Ulang, dan dapat diterbitkan PBT revisi. Peta Bidang Tanah ini
dimungkinkan untuk digunakan sebagai kelengkapan proses
pemeliharaan data dalam rangka Ganti Blangko pada pelayanan rutin
di Kantor Pertanahan sesuai dengan ketetentuan.
 Untuk bidang tanah yang tidak tumpang tindih dilanjutkan dengan
pemetaan/ploting bidang tanah terukur.
8. Berita Acara hasil mediasi yang tidak sepakat terhadap bidang tanah yang
tumpang tindih merupakan output kegiatan bidang K4 dan diserahkan ke
Kantor Pertanahan.

c. Verifikasi dan Tindak Lanjut Bidang Tanah sudah terpetakan pada posisi/koordinat
yang tidak tepat.
Kondisi ini terjadi karena beberapa kemungkinan, antara lain kesalahan dalam
pemilihan zone TM3° dalam proses pemetaan pada saat proses permohonan rutin,
kesalahan proses migrasi (data analog ke dijital) peta pendaftaran tanah, human error
dan lain-lain.
Dampak yang terjadi terhadap kesalahan ploting tersebut adalah tumpang tindih
dengan bidang tanah yang lain, baik yang sudah bersertipikat atau yang akan
bersertipikat (akan dipetakan).
Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
c1. Inventarisasi data Surat Ukur dan Gambar Ukur (fisik).
c2. Identifikasi dan memastikan bentuk, luas dan informasi bidang tanah yang berada
di lokasi tersebut. Jika perlu, dilakukan pengukuran ulang terhadap posisi bidang
tanah.
c3. Hasil identifikasi lapangan yaitu posisi bidang tanah tepat (valid) atau tidak tepat.
Terhadap posisi yang tepat dilakukan ploting ulang.
c4. Untuk ploting ulang bisa berakibat tumpang tindih dengan bidang tanah yang lain
atau tidak tumpang tindih.
c5. Untuk bidang yang tumpang tindih dikoordinasi dengan pemilik bidang tanah yang
terkait dan mediasi dan dibuatkan Berita Acara Mediasi.
c6. Jika hasil inventarisasi SU/GU tidak ditemukan dilakukan pembuatan Berita Acara
Hilang/Data Tidak Ada (contoh terlampir) dan dilakukan sesuai proses di atas.

d. Berita Acara Mediasi dan Berita Acara Pengukuran Ulang terhadap kondisi bidang
tanah tersebut merupakan output kegiatan bidang K4 dan diserahkan ke Kantor
Pertanahan. Data tersebut di entri dan tercatat pada Aplikasi KKP dan data BT/SU fisik.
e. Biaya Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dalam rangka Pembaruan Data
Bidang Tanah Terdaftar (K4) maksimal 54% dari biaya Pengukuran dan Pemetaan
Bidang Tanah Belum Terdaftar.
11

Pemetaan Bidang-bidang Tanah

a. Dalam pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran


Tanah Sistematik Lengkap ini proses pemetaan bidang tanah dilakukan secara digital
dengan menggunakan Software Pengukuran & Pemetaan yang digunakan untuk
mengolah hasil pengukuran dengan output file sesuai dengan standar di Kementerian
ATR/BPN yaitu *.dxf.
b. Perhitungan luas bidang tanah harus dilakukan setelah hasil pengukuran bidang
tanah dipetakan dengan bantuan software pengukuran dan pemetaan.
c. Layer, penamaan file, struktur data, format data yang digunakan dalam pemetaan
adalah layer sesuai dengan standar Badan Pertanahan Nasional.
d. Pemberian Nomor Identifikasi Bidang (NIB) dilakukan pada bidang-bidang tanah
yang sudah terpetakan. NIB tersebut diperoleh dari Aplikasi GeoKKP setelah melalui
proses kendali mutu oleh Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
Dengan demikian Pelaksana Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral wajib
berkoordinasi dengan Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dalam
hal pemberian NIB tersebut.

Pembuatan Peta Bidang Tanah

a. Peta bidang tanah adalah hasil pemetaan 1 (satu) bidang tanah atau lebih pada
lembaran kertas dengan suatu skala tertentu yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh
pemilik tanah dan digunakan untuk pengumuman data fisik bidang tanah.
b. Peta Bidang Tanah dibuat untuk 1 (satu) atau beberapa bidang tanah dalam satuan
wilayah tertentu (setiap RT atau beberapa RT) sesuai kesepakatan dengan Ketua
Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dengan menyesuaikan data
topografis yang ada (misalnya jalan, sungai dan lain-lain) dan disertai NIB.
c. Peta bidang tanah dapat dicetak pada kertas HVS 80 gr format A3
d. Peta Bidang Tanah ditandatangani oleh Surveyor Kadaster Berlisensi dan dibubuhi cap
basah Penyedia Jasa (KJSKB atau Perusahaan Geospasial Pertanahan/Survei dan
Pemetaan).
e. Tata cara pembuatan Peta Bidang Tanah dapat dilihat pada Lampiran

Pengumuman dan Perbaikan Peta Bidang Tanah Setelah Pengumuman

a. Peta bidang tanah, digunakan untuk pengumuman. Pengumuman dimaksud untuk


memberikan kesempatan kepada warga masyarakat pemilik tanah atau pihak lain yang
berkepentingan untuk mengajukan sanggahan apabila ada haknya yang terlampaui,
baik tentang nama kepemilikan, luas dan bentuk bidang tanah (untuk memenuhi asas
publisitas).
b. Apabila terdapat sanggahan pada saat pengumuman dan berdasarkan penelitian
Panitia Ajudikasi terdapat kekeliruan mengenai hasil ukuran bidang tanah yang
tercantum pada Peta Bidang Tanah, maka pada Peta Bidang Tanah tersebut harus
dilakukan perbaikan.
c. Jika terdapat sanggahan/keberatan terhadap hasil pengukuran dan atau pemetaan
harus diverifikasi oleh Panitia Ajudikasi.
d. Sanggahan/keberatan tersebut dapat berupa luas, letak bidang tanah, bentuk bidang
tanah, batas bidang tanah, subyek, informasi.
e. Keberatan disampaikan secara tertulis dari yang bersangkutan atau kuasanya kepada
Panitia Ajudikasi.
f. Dalam hal terdapat perubahan nama pemilik, atau luas atau NIB, maka perbaikan Peta
Bidang Tanah cukup dicoret hal-hal yang diperbaiki dan diparaf (disertai tanggal) oleh
Ketua Panitia/Waka Puldasik.
12

g. Apabila terdapat perubahan bentuk atau letak bidang tanah, maka Peta Bidang Tanah
harus dicetak kembali. Terhadap bidang tanah yang lama (disanggah) diberi tanda
silang (X) dengan tinta warna merah. Jika tidak keberatan terhadap hasil revisi,
penyanggah menandatangani pada PBT pada stempel seperti contoh di bawah.

Pembuatan Daftar Tanah

a. Semua bidang tanah, baik yang dikuasai oleh perorangan, badan hukum maupun
pemerintah dengan sesuatu hak maupun tanah negara, yang terletak di desa /
kelurahan yang bersangkutan harus dibukukan dalam Daftar Tanah.
b. Daftar Tanah dibuat per desa/kelurahan menggunakan aplikasi KKP.

Pembuatan Laporan

a. Laporan yang dimaksud adalah bentuk paparan / sajian tertulis yang menjelaskan
kegiatan proyek selama selang waktu tertentu berikut masalah-masalah khusus yang
perlu diketahui oleh pemberi pekerjaan yang timbul selama pelaksanaan pengukuran
dan pemetaan kadastral. Seluruh dokumen harus diserahkan kepada pemberi
pekerjaan.
b. Laporan Awal, Laporan ini berisi metode kerja, rencana kerja, perkiraan waktu
pekerjaan, daftar personil dan peralatan, serta hal lainnya yang dipandang perlu.
c. Laporan Bulanan, Laporan ini disajikan setiap akhir bulan dan diserahkan kepada
pemberi pekerjaan setiap tanggal 5 bulan berikutnya.
d. Laporan Akhir, Laporan ini menyajikan seluruh hasil kegiatan, masalah-masalah yang
timbul beserta pemecahan masalahnya, analisa teknik, grafik, sketsa, dll dari awal
sampai akhir kegiatan pengukuran dan pemetaan kadastral. Laporan akhir ini
diserahkan kepada pemberi pekerjaan paling lambat 3 ( tiga ) minggu setelah kontrak
pekerjaan berakhir. Format Laporan Akhir akan ditentukan kemudian oleh Pihak
Pemberi Pekerjaan.

Penyerahan Hasil Pekerjaan

Hasil-hasil yang diserahkan pihak Pelaksana Pekerjaan kepada Pemberi Pekerjaan


(Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional) adalah sebagai berikut
:

1. Kegiatan Pengukuran :
a. Gambar Ukur (hardcopy asli beserta dokumen pendukungnya, misal : Berita Acara,
fotokopi Identitas, copy SU Bidang K4, dll., serta seluruh data softcopy/digital
terkait data ukuran lapangan). Print out GU merupakan minute dan menjadi bagian
dari protokol KJSKB yang bersangkutan.
b. Peta Kerja (hardcopy atau softcopy hasil lapangan)
2. Kegiatan Pemetaan :
a. Daftar Tanah ( DI. 203A )
b. Peta Bidang Tanah ( DI. 201 C ) dalam bentuk hardcopy dan softcopy
3. Laporan-Laporan :
a. Laporan Awal.
b. Laporan Bulanan.
c. Laporan Akhir.
4. Semua soft copy disimpan dalam bentuk External Drive, termasuk juga Laporan Akhir.
13

Larangan-larangan

1. Dilarang melaksanakan pengukuran sebelum dilaksanakan penyuluhan;


2. Dilarang menggunakan Peta Dasar Pendaftaran berupa Peta Garis sebagai dasar
untuk deliniasi dan pengukuran di lapangan;
3. Dilarang menggunakan aplikasi tanpa lisensi kecuali aplikasi open source;
4. Dilarang melaksanakan pengukuran dan pemetaan di luar area yang ditetapkan
sebagai lokasi PTSL.

IV. Jadwal Kegiatan


Jadwal Pengukuran Bidang Tanah dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan
Agustus atau 180 (seratus delapan puluh) hari kalender

V. Biaya
Biaya kegiatan Pengukuran, Pemetaan dan Infromasi Bidang tanah dibebankan pada
DIPA 056.01.2.432071/2018 Tahun 2018. Biaya yang dianggarkan untuk kegiatan
tersebut adalah sebesar Rp 1.752.480.000,-

Kepala Kantor Pertanahan Kab. Gianyar

I Made Daging, A.Ptnh, M.H


NIP. 19690818 199103 1 004

Anda mungkin juga menyukai