I. Latar Belakang
A. Dasar Hukum
1. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
2. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
3. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
4. Undang-undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
5. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
6. Peraturan Presiden No. 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang
7. Peraturan Presiden No. 20 tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional;
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
8 tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
9. Peraturan Menteri Negara Agararia/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun
1997 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah;
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 28 Tahun 2016 tentang Percepatan Program Nasional Agraria Melalui
Pendaftaran Tanah Sistematik;
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi;
12. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap jo. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap;
B. Gambaran Umum
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria (UUPA) menetapkan, bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh
pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang jo Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (KATR/BPN) ditugaskan untuk melaksanakan
urusan pemerintahan di bidang pertanahan dan bertanggung jawab kepada
Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi.
Untuk percepatan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
UUPA yang saat ini telah mencapai ± 44.227.462 bidang tanah dari ± 108.422.172
bidang tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia (berdasarkan data per tanggal 23
November 2016), sehingga masih terdapat sebanyak 64.194.710 bidang tanah yang
belum terdaftar. Sampai dengan akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
2005-2025 direncanakan seluruh bidang tanah di Indonesia sudah terdaftar. Oleh
karena itu perlu dilaksanakan pendaftaran tanah pertama kali secara masa! melalui
Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang merupakan
salah satu Program Prioritas Nasional sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 35 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang akan
dilaksanakan mulai tahun 2017 dengan target pada tahun 2017 sebanyak 5.000.000
bidang, tahun 2018 sebanyak 7.000.000 bidang, tahun 2019 sebanyak 10.000.000
bidang, tahun 2020 sebanyak 10.000.000 bidang, tahun 2021 sebanyak 10.000.000
bidang, tahun 2022 sebanyak 10.000.000 bidang, tahun 2023 sebanyak 10.000.000
bidang dan tahun 2024 sebanyak 2.444.710 bidang tanah.
Target kegiatan legalisasi aset pada tahun 2017 adalah sebanyak 5 juta bidang
sedangkan usulan anggaran APBN tahun 2017, khususnya untuk legalisasi aset yang
telah disetujui hanya dapat membiayai kegiatan sebanyak 2 juta bidang tanah sehingga
masih terdapat kekurangan dana untuk 3 juta bidang tanah atau sekitar Rp. 1,2 triliun.
Terkait hal tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN akan mengupayakan
dana legalisasi aset untuk 3 juta bidang tanah dengan meminta penambahan anggaran
tahun 2017 kepada Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan RI. Dengan
demikian diharapkan target kegiatan legalisasi aset tahun 2017 dapat tercapai dengan
dukungan dana yang memadai.
Untuk lebih meningkatkan pencapaian penyelesaian target tepat waktu dan
tepat sasaran serta untuk mencapai hasil yang optimal kinerja dan keuangan dalam
rangka percepatan pendaftaran tanah, maka kegiatan pensertipikatan dilaksanakan
melalui pendaftaran tanah sistematik lengkap. Melalui pendaftaran tanah sistematik
lengkap, selain pendaftaran tanah pertama kali secara serentak, dilaksanakan pula
pemutakhiran data dan informasi bidang tanah. Melalui pendaftaran tanah sistematik
lengkap diharapkan diperoleh Peta Bidang Tanah beserta informasi bidang tanahnya
secara lengkap dan utuh desa demi desa atau kelurahan demi kelurahan. Salah satu
tahapan dalam kegiatan adalah pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang
dilaksanakan secara sistematik lengkap mengelompok dalam satu wilayah
desa/kelurahan lengkap.
Tujuan dari pelaksanaan pensertipikatan bidang tanah secara sistematik lengkap
mengelompok dalam satu wilayah desa/kelurahan lengkap diantaranya:
1. Waktu pelaksanaan relatif lebih cepat dibandingkan pelaksanaan pengukuran dan
pemetaan bidang tanah secara sporadik;
2. Mobilisasi dan koordinasi petugas ukur lebih mudah dilaksanakan;
3. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang belum terdaftar dan yang
sudah terdaftar dalam satu wilayah desa/kelurahan;
4. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang bermasalah dalam satu
wilayah desa/kelurahan.
5. Persetujuan batas sebelah menyebelah (asas contradictoir delimitatie) relative lebih
mudah dilaksanakan;
SPESIFIKASI TEKNIK
PENGUKURAN DAN PEMETAAN SERTA PENGUMPULAN
INFORMASI BIDANG TANAH
A. UMUM
Pasal 1
Pendahuluan
3
Nasional Nomor 35 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap
Filosofi dari pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral khususnya pada Kegiatan
Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkapini adalah "No Maps No Registration", artinya kunci
utama pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pemetaan kadastral adalah Peta Dasar
Pendaftaran, baik berupa peta garis maupun peta foto dan dalam bentuk digital.
Dalam pelaksanaan di lapangan, Pelaksana Pekerjaan wajib melapor dan selalu
berkoordinasi kepada Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap sekaligus
sebagai petugas Supervisidan Kantor Pertanahan Setempat, sesuai dengan struktur
organisasi dan ketentuan yang berlaku; serta wajib mengunakan Spesifikasi Teknis ini.
Pasal 2
Pengertian-pengertian
1. Bidang Tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang
terbatas.
2. Peta Dasar Pendaftaran adalah peta yang memuat titik-titik dasar teknik dan unsur-unsur
geografis seperti sungai, jalan, bangunan, batas fisik bidang-bidang tanah dan batas
administrasi. Peta Dasar Pendaftaran dapat berupa peta garis atau peta foto. Peta Dasar
Pendaftaran menjadi dasar untuk pembuatan Peta Pendaftaran.
3. Peta Kerja adalah peta dasar yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan pengukuran
dan pemetaan bidang tanah belum terdaftar dan peningkatan kualitas bidang tanah
terdaftar. Peta Kerja dapat berupa hardcopy yang dicetak dan dibawa ke lapangan saat
pengukuran dan pemetaan bidang tanah, atau berupa softcopy yang digunakan di lokasi
PTSL dengan bantuan aplikasi pengukuran dan pemetaan bidang tanah.
4. Pengukuran Bidang Tanah secara sistematisadalah proses pemastian letak batas
bidang-bidang tanah yang terletak dalam satu atau beberapa desa/kelurahan atau bagian
dari desa/kelurahan atau lebih dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah secara
sistematis.
5. Gambar Ukur (DI. 107) adalah dokumen yang mencantumkan gambar suatu bidang tanah
atau lebih dan situasi sekitarnya serta data basil pengukuran bidang tanah baik berupa
jarak, sudut, azimuth, sudut jurusan ataupun nilai koordinat.
6. Pemetaan Bidang Tanahadalah kegiatan pengolahan data dan penggambaran hasil
pengukuran bidang-bidang tanah dengan suatu metode tertentu pada mediatertentu
sehingga letak danukuran bidang tanahnya dapat diketahui dari media tempat pemetaan
bidang tanahtersebut.
7. Peta Foto adalah peta yang menggambarkan detail lapangan dari citra foto dengan skala
tertentu.Peta foto sudah melalui proses pemetaan fotogrametri oleh karena itu ukuran-
ukuran pada peta foto sudah benar dengan demikian detail-detail yang ada di peta foto dan
dapat diidentifikasi dilapangan mempunyai posisi sudah benar di peta.
8. Identifikasi Bidang Tanah secara Fotogrametrik adalah penentuan batas-batas bidang
tanah secara visual/physical boundaries yang terlihat pada peta foto atau peta CSRT dan di
lapangan dengan menarik garis ukur (deliniasi) pada peta foto atau peta CSRT dengan
terlebih dahulu menandai (prick) detail yang posisinya sama pada peta foto atau peta
CSRT tersebut
9. Peta Bidang Tanah adalah gambar yang memuat satu bidang tanah atau lebih pada suatu
wilayah tertentu yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan penunjukan batas oleh
pemilik dan pars pihak yang berbatasan dan digunakan untuk keperluan pengumuman.
4
10. Peta Pendaftaran adalah Peta yang menggambarkan satu bidang tanah atau lebih yang
batas-batasnya ditentukan berdasarkan penunjukan batas oleh para pemilik dan disahkan
penggunaannya oleh pejabat yang berwenang untuk keperluan pendaftaran tanah.
11. Daftar Peta Pendaftaran ( DI. 311 A )adalah daftar yang memuat data-data mengenai
nomor lembar dan skala peta dalam sistem proyeksi TM 3° serta cakupan desa /
kelurahannya.
12. Surat Ukur ( DI. 207 )adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam
bentuk peta atau uraian.
13. Daftar Surat Ukur ( DI. 311 B )adalah daftar yang memuat data mengenai nomor Surat
Ukur, tanggal penerbitan, luas bidang, NIB, nomor Peta Pendaftaran dan nomor kotaknya,
letak tanah dan nomor gambar ukur serta keterangan.
14. Daftar Tanah ( DI. 203 )adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas
bidang tanah dengan suatu sistem penomoran.
15. Nomor Identifikasi Bidang (NIB) adalah nomor yang diberikan kepada setiap bidang
tanah untuk keperluan pendaftaran tanah.
16. Komputerisasi Kegiatan Pertanahan yang selanjutnya disingkat KKP adalah
penyelenggaraan dan pengelolaan kegiatan agraria/pertanahan dan tata ruang berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
17. Peningkatan Kualitas Data atau Pengumpulan Informasi Bidang Tanah Terdaftar
yakni melakukan perbaikan data bidang tanah yang sudah diterbitkan sertipikat
menyangkut perbaikan data fisik bidang tanahnya disesuaikan dengan keadaan saat ini
dan pemberian informasi toponiminya.
18. Peningkatan Kualitas Data Bidang Tanah Terdaftar yakni melakukan perbaikan data
bidang tanah yang sudah diterbitkan sertipikat menyangkut perbaikan data fisik bidang
tanahnya disesuaikan dengan keadaan saat ini dan pemberian informasi toponominya.
Pasal 3
Tujuan Pelaksana Pekerjaan
Tujuan Pelaksana Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran
Tanah Sistematik Lengkapini adalah :
1. Terpetakannya semua bidang tanah tanpa terkecuali balk yang belum terdaftar
maupun yang telah terdaftar sesuai dengan spesifikasi dan target yang telah
ditetapkanpada lokasi pekerjaan dalam Dokumen Lelang.
2. Adanya Peta Pendaftaran yang lengkap dalam satu satuan wilayah atau sebagian
wilayah desa/kelurahan dalam Sistem Koordinat Nasional Proyeksi TM 3° dalam
format digital dengan standar data spasial yang telah ditetapkan.
Pasal 4
Bahan Yang Disediakan Oleh Pemberi Pekerjaan
Bahan yang akan diberikan oleh Pemberi Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral
pada Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap kepada pelaksana pekerjaan adalah :
1. Surat Keputusan Penetapan Lokasi beserta dengan lampiran poligon batas wilayah
kerjanya dan;
2. Persiapan Administrasi Surat Tugas
5
3. Data Bidang-bidang tanah bersertipikat di dalam lokasi PTSL yang telah terpetakan
dalam KKP dalam bentuk *.DWF (Format Autocad)maupun yang belum terpetakan
secara digital dilengkapi dengan copy :
a. Peta Pendaftaran.
b. Daftar Tanah.
c. SU (sesuai kondisi dan permintaan secara resmi), GS maupun GU.
d. Peta lainnya (Prona, PP 10, dll).
dan;
4. Daftar Nama dan Nomor Hak bidang tanah yang berada pada KW 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 di
dalam wilayah desa yang ditetapkan sebagai lokasi PTSL dengan format *.xls dan
dicetak serta ditandatangani oleh Kepala Seksi lnfrastruktur Pertanahan, dan;
5. Peta Dasar Pendaftaran (berupa peta foto atau peta garis) dengan skala 1: 1.000 atau
1 : 2.500 dengan Sistem Koordinat Nasional Proyeksi TM 3°dalam bentuk digital
(apabila ada);
6. Peta Citra/ Peta Foto pada lokasi kerja sebagai Peta Kerja(apabila ada);
7. Deskripsi Tugu Titik Dasar Teknis(apabila ada);
8. Data lain: Batas Kawasan Hutan, Kawasan Konservasi, Peta PBB, batas administrasi,
atau data pendukung lainnya (apabila ada).
Biaya yang timbul dari bahan yang dicopy/digandakan ini harus ditanggung oleh Pelaksana
Pekerjaan.
Pasal 5
Peralatan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Kriteria peralatan minimum yang digunakan dalam pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap adalah sebagai berikut :
Volume ( unit )
No. Peralatan Ket
20.000 bidang
3. Printer A3 10 buah ms
Keteranoan :
a. ms = milik sendiri
6
b. Alat Ukur Jarak yang dimaksud adalah alat ukur meteran dengan bahan yang stabil
(tidak mudah mengembang atau mengkerut). Alat ukur meteran dari bahan plastik
yang mudah mengembang atau mengkerut tidak boleh digunakan dalam pekerjaan ini.
c. Software Pengukuran & Pemetaan yang digunakan untuk mengolah hasil pengukuran
dengan output file sesuai dengan standar di Kementerian ATR/BPN yaitu *.dxf.
d. Foto geotagging dibuat minimal 1 (satu) foto untuk setiap lembar Gambar Ukur dan
diserahkan dalam format softcopy pada saat proses kendali mutu. Penamaan file foto
geotagging sama dengan nomor Gambar Ukur.
Pasal 6
Tenaga Pelaksana Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Kualifikasi dan jumlah tenaga pelaksana minimum yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
adalah sebagai berikut :
r
Jumlah
No. Keahlian bidang Kualifikasi
20.000
Surveyor Kadaster
2 1 Tenaga kompeten
Berlisensi
Keterangan :
a. Manager Proyek minimalmempunyai pengalaman dalam manajerial proyek;
b. Surveyor Kadastral Berlisensi adalah surveyor yang telah mempunyai lisensi
dariKementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
c. Asisten Surveyor Kadaster Berlisensimempunyai lisensi Asisten Surveyor
KadasterdariKementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
d. Asisten Surveyor berpendidikan minimal SMA atau SMKyang mempunyai pengalaman
dalam bidang survei/pemetaan minimal 1 (satu) tahun dan diutamakan
menggunakan tenaga lokal;
e. Petugas Pemetaan/Drafter berpendidikan minimal SMA atau SMK yang mampu
menguasai dan mengoperasikan software pengukuran dan pemetaan bidang (misal
software CAD);
7
C. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pasal 7
Lokasi Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap ini adalah sesuai dengan lokasi yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yaitu :
Pasal 8
Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap ini adalah :
8
1. Persiapan dan Perencanaan Pekerjaan.
a. Persiapan Umum dan Presentasi Rencana Kerja
b. Pengumpulan Bahan
c. Survey Pendahuluan
d. Pengukuran GCP*
e. Pemotretan Drone/Pengolahan Citra*
f. Pengolahan dan Pencetakan Peta Kerja
g. Mobilisasi tenaga dan alat
h. Pendaftaran sebagai Mitra pada Aplikasi KKP, wajib untuk Surveyor Kadaster
Berlisensi dan Asisten Surveyor Kadaster Berlisensi
* untuk seluruh wilayah kecuali wilayah kategori 5 (Pulau Jawa dan Bali)
2. Penyuluhan
6. Pencetakan Peta Bidang Tanah dan Daftar Tanah (untuk lampiran pengumuman)
a. Pembuatan Peta Bidang Tanah
b. Pembuatan Daftar Tanah
7. Pembuatan Laporan.
a. Pembuatan Laporan Awal.
b. Pembuatan Laporan Bulanan.
c. Pembuatan Laporan Akhir.
9
Penyerahan Hasil Pekerjaan.
Penyuluhan
Pembuatan Laporan
"a■ppw.lr
Penyerahan Hasil
Pekerjaan
10
D. PELAKASANAAN PEKERJAAN
Pasal 9
Persiapan dan Perencanaan Pekerjaan
b. Pengumpulan Bahan.
Pelaksana Pekerjaan harus mengumpulkan bahan-bahan yang berguna dalam pekerjaan
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral seperti yang tertera dalam Pasal 4.
Kanwil maupun Kantah mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan bahan tersebut.
Selain bahan yang berasal dari Pemberi Pekerjaan, Kanwil atau Kantah; Pelaksana
Pekerjaan dapat mengumpulkan bahan lain dari sumber lain yang dianggap perlu untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan (misal : peta PBB, peta Desa, peta RTRW, dsb). Biaya
yang timbul dari pengumpulan bahan ini ditanggung oleh Pelaksana Pekerjaan.
c. Survey Pendahuluan
Sebelum dilaksanakan pengukuran bidang tanah, Pelaksana Pekerjaan didampingi Tim
Penyuluhan Kantor Pertanahan melaksanakan penyuluhan yang bertujuan untuk :
1. Berkoordinasi dengan aparat desa/ Ketua RW/Ketua RT/Tokoh Masyarakat tentang
rencana, jadwal dan pelibatan masyarakat dalam pemasangan tanda batas bidang
tanah dan pengukurannya.
2. Membagikan Formulir Persiapan Pengukuran Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (Lampiran No 5) dan dikumpulkan selambat-lambatnya sebelum
pelaksanaan pengukuran.
3. Mendapatkan gambaran awal jumlah bidang yang dapat diukur.
4. Mengumpulkan salinan Kartu Tanda Penduduk (KTP) peserta PTSL.
5. Mengumpulkan salinan dokumen alas hak (jika ada) atau dokumen pernyataan
pemilikan/penguasaan tanah dari peserta PTSL.
11
e. Pemotretan Drone/Pengolahan Citra*
Pemotretan dengan Drone adalah kegiatan pembuatan peta kerja dengan melakukan
pemotretan udara menggunakan wahana pesawat udara nirawak (drone). Kegiatan ini
dilakukan apabila pada lokasi PTSL tidak tersedia Peta Dasar. Selain pemotretan dengan
Drone, pembuatan peta kerja dapat dilakukan dengan melakukan pengolahan raw data
Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT).
* pemotretan drone untuk seluruh wilayah kecuali wilayah kategori 5 (Pulau Jawa dan Bali)
12
Pasal 10
Penyuluhan
Pasal 11
Identifikasi Batas Bidang Tanah
Identifikasi ditujukan dalam rangka memetakan penguasaan dan pemilikan serta letak bidang-
bidang tanah masyarakat. Hasil identifikasi dituangkan pada Peta Kerja dengan melibatkan
partisipasi masyarakat setempat. Surveyor Kadaster Berlisensi berkewajiban memberikan
sosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat melakukan
identifikasi batas bidang tanah secara mandiri.
Peta Kerja hasil identifikasi batas bidang tanah oleh masyarakat yang di dalamnya sudah
memuat batas-batas bidang tanah serta namapemilik/kuasa atau pemohon menjadi dasar
pelaksana/penyedia melaksanakan pengukuran. Diharapkan dengan adanya Peta Kerja hasil
partisipasi masyarakat pelaksanaan pengukuran dapat berjalan lebih mudah dan cepat.
- Peta Sebaran
Bidang Tanah Identifikasi
Pejabat dan
- Daftar Tanah Validasi
Struktural Pelaksanaan
Kantor
- Daftar Kualitas
Data Bidang
0 Aku rasi
Posisi
0 Pengukuran
Pertanahan Bidang
- Daftar Data Fisk
(K4)
- Data Lain
Pasal 12
Pengukuran Bidang-bidang Tanah
a. Peta Kerja hasil identifikasi batas bidang tanah melalui partisipasi masyarakat menjadi
dasar dalam pelaksanaan pengukuran bidang tanah.
b. Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dapat menggunakan metode pengukuran
fotogrametris Iangsung di atas Peta Kerja hasil partisipasi masyarakat apabila:
a. Peta Kerja yang digunakan merupakan peta dasar pendaftaran berupa peta foto yang
memenuhi standard.
b. Batas bidang tanah dapat diidentifikasi dengan jelas secara visual.
c. Panjangan sisi bidang lebih besar dari 20 m.
d. Hanya dapat dilaksanakan untuk daerah terbuka, non-pemukiman, non-komersial, non-
industri.
e. Mewajibkan petugas ukur untuk datang ke lapangan dalam rangka verifikasi batas
bidang tanah.
13
diagonal untuk setiap Gambar Ukur.Hasil ukuran tambahan ini kemudian
dibandingkandengan hasil delineasinya.
c. Apabila kondisi sebagaimana dimaksud pada huruf b tidak terpenuhi, atau untuk daerah
pemukiman, komersil, industri maka pelaksanaan pengukuran bidang tanah wajib
menggunakan metode terestris, GNSS atau kombinasi.
d. Prinsip dasar pengukuran bidang tanah dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah
harus memenuhi kaidah-kaidah teknis pengukuran dan pemetaan sehingga bidang tanah
yang diukur dapat dipetakan, dapat diketahui letak dan batasnya di atas peta serta dapat
direkonstruksi batas-batasnya di lapangan.
e. Penunjukan baths bidang tanah, pemasangan tanda batas, dan atau identifikasi
baths bidang tanah dilakukan oleh pemilik tanah atau kuasanya atau perangkat
desa/kelura ha n/ka m pung/RW/RT.
f. Objek Pengukuran adalah seluruh bidang tanah yang belum terdaftar maupun telah
terdaftar (yang sebelumnya belum dipetakan atau yang perlu ditingkatkan kualitas datanya)
dengan melakukan penyesuaian terhadap struktur topografis yang ada dalam satu
Desa/Kelurahan secara lengkap sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
g. Apabila dalam pengukuran bidang tanah ditemukan adanya bidang-bidang tanah yang
sudah terdaftaryang belum terpetakan (bidang-bidang tanah K4), maka dilakukan hal
sebagai berikut :
i. Bidang-bidang tersebut diukur dan dipetakan dengan metode pengukuran yang
sama dengan bidang tanah yang belum terdaftar.
ii. Jika terjadi perbedaan dengan data yang lama (GU, PBT atau SU), data yang
digunakan untuk pemetaan pada peta pendaftaran adalah data hasil pengukuran
sistematik, kemudian bidang-bidang tanah tersebut dipetakan pada Peta
Pendaftaran.
iii. Apabila luas bidang tanah terdaftar (sudah bersertipikat) yang diukur sekarang
melebihi 0,5 \IL (L = Luas bidang tanah yang tercantum dalam sertipikat) maka
harus segera dilaporkan ke Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap dalam bentuk laporan dan dibuat Berita Acara yang memuat daftar bidang
bidang tanah yang berbeda tersebut.
h. Apabila hasil pengukuran bidang-bidang tanah belum terdaftarterindikasi overlap dengan
bidang tanah yang sudah terdaftar dan telah terpetakan,harus dicatat pada Gambar Ukur
dan dibuatkan daftarnya.
Akurasi absolut (ketelitian titik koordinat di peta dengan koordinat di lapangan yang
diperoleh melalui pengecekan independent control points) Iebih besar atau sama dengan
0.3 mm x (1:5000) = 1,5 meter.
J. Akurasi relatif (ketelitian panjangan sisi bidang tanah di peta dengan panjangan sisi
bidang tanah di lapangan secara terestris) minimum 0,1 mm x (1:5000) = 0.5 meter.
k. Untuk mengidentifikasi satu bidang tanah dan membedakan dengan bidang tanah lainnya,
diperlukan tanda pengenal bidang tanah yang bersifat unik, sehingga dengan mudah
mencari dan membedakan bidang tanah yang dimaksud dengan bidang tanah lainnya.
Tanda pengenal tersebut
Pasal 12
Pembuatan Gambar Ukur ( GU )
a. Gambar Ukur (DI. 107) pada prinsipnya adalah dokumen yang memuat data hasil
pengukuran bidang tanah yang dapat berupa :
a. gambar bidang tanah disertai jarak, sudut dan azimuth, dan situasi sekitarnya, atau
b. gambar bidang tanah disertai nilai koordinat dan situasi sekitarnya.
Selain data-data tersebut di atas juga dicantumkan keterangan-keterangan lain yang
mendukung untuk memudahkan dalam penatausahaan gambar ukur. Catatan-catatan
pada gambar ukur harus dapat digunakan sebagai data rekonstruksi batas bidang tanah
apabila karena sesuatu hal titik-titik batas yang ada di lapangan hilang.
b. 1 (satu) lembar Gambar ukur sistematik dapat memuat satu bidang tanah atau lebih.
c. Gambar Ukur dapat berupa(contoh terlampir):
c1. Blanko GU sesuai dengan format kertas standar A3/doubleA4dengan ketebalan seperti
karton manila, atau
c2. Peta kerja yang dilengkapi dengan hasil ukuran lapangan/delineasi, atau
c3.Gambar Ukur elektronik yang diperoleh melalui proses perekaman data menggunakan
peralatan digital dari aplikasi yang sudah disetujui oleh Pusat Data dan Informasi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN.
Gambar Ukur yang dihasilkan dengan metode terestris harus mencantumkan angka ukur
panjang sisi, sudut, dan/atau koordinat bidang tanah hasil ukuran di lapangan.
e. Gambar Ukur yang dihasilkan dari metode fotogrametris dengan deliniasi harus
mencantumkan ukuran panjangan sisi bidang tanah hasil deliniasi yang dilengkapi dengan
koordinat muka peta kerja. Data ukuran panjangan sisi bidang tanah hasil pengecekan di
lapangan dapat ditambahkan, bila diperlukan.
f. Gambar Ukur wajib menyertakan informasi metadatanya.
g. Contoh format GU dan informasi dalam GU hasil kegiatan pengukuran dan pemetaan
bidang tanah sistematis lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2A dan 2B.
h. Untuk proses kendali mutu,penyerahan GU dilengkapi dengan softcopy foto
geotaggingyang menggambarkan kondisi lapangan beserta petugas ukur.
i. Gambar ukur wajib ditandatangani oleh pemilik/kuasa atau pemohon sebagai bentuk
persetujuan penetapan batas.
j. Gambar ukur wajib ditandatangani atau disahkan oleh Surveyor Kadastral Berlisensi
(Surveyor Kadaster atau Asisten Surveyor Kadaster).
k. Untuk Gambar Ukur Elektronik, persetujuan batas dapat direkam dan dituangkan dengan
menggunakan finger reader dan disahkan oleh Surveyor Kadastral Berlisensi(Surveyor
Kadaster atau Asisten Surveyor Kadaster) menggunakan tanda tangan elektronik. Proses
tersebut dilakukan melalui aplikasi yang telah disetujui oleh Pusat Data dan Informasi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN.
15
Gambar Ukur
Halaman 1
mencantumkan
data administrasi Halaman 3
penomoran, letak mencantumkan Halarnan 4
dan sket lokasi Halaman 2 hasil pengkartiran mencantumkan
bidang-bidang mencantumkan / penggambaran informasi (atrihut)
tanah terukur dan data dan informasi data dan informasi rnasing-masing
terpetakan dan pengambilan data lapangan dari hasil hidang yang
keterangan tentang lapangan perhitungan/komp tergambar pada
petugas pelaksana utasi software dan halaman 1.
pengambilan data
hardware
lapangan serta
legalitasnya
Pasal 13
Peningkatan Kualitas Data Bidang Tanah Terdaftar (K4)
Kondisi bidang tanah terdaftar hasil unduh dari aplikasi KKP, terbagi dalam dua kondisi,
terpetakan dan belum terpetakan. Terhadap kondisi tersebut dilakukan verifikasi dan tindak
lanjut.
Verifikasi dan tindak lanjut untuk bidang belum terpetakan
Dalam status link-up data elektronik, bidang tanah ini termasuk kualitas bidang KW 4, 5 dan
6. Kondisi ini disebabkan dua hal yaitu sertipikat tidak ada Gambar Situasi (GS) dan
sertipikat dengan GS/SU belum/tidak dipetakan.
b1. Sertipikat tidak ada Gambar Situasi.
Terhadap kondisi bidang tanah seperti ini perlu dilakukan beberapa langkah sebagai
berikut :
1. lnventarisasi Buku Tanah di arsip Kantah.
2. Buat daftar beserta jenis, nomor hak, nama dan luasnya
3. Identifikasi di lapangan dengan ber-koordinasi dan komunikasi dengan masyarakat
dan tetua di wilayah tersebut. Pada tahap penyuluhan data tersebut sudah
disampaikan pada masyarakat.
4. Identifikasi lapangan meliputi dua hal subyek yang tercantum di sertipikat dan
keberadaan posisi bidang tanah secara fisik.
5. Ploting/pemetaan terhadap bidang-bidang tanah yang terukur.
6. Penerbitan Nomor Identifikasi Bidang.
7. Link-up data spasial (bidang/persil) dengan data tekstual.
16
1. Inventarisi Surat Ukur (fisik), dari pemilik sertipikat atau arsip diKantor Pertanahan
(Surat Ukur dan atau Gambar Ukur).
2. Buat daftar inventarisasi
3. Koordinasi dan komunikasi dengan masyarakat dan tetua di wilayah tersebut.
4. Identifikasi lapangan meliputi dua hal subyek yang tercantum di sertipikat dan
keberadaan bidang tanah secara fisik
5. Ploting/pemetaan terhadap bidang-bidang tanah yang terukur.
6. Link-Up data spasial (bidang/persil) dengan data tekstual.
7. Terhadap kondisi Surat Ukur yang tidak ditemukan (su0), setelah dilakukan
identifikasi dan cek di lapangan, terdapat dua kemungkinan, yaitu tanahnya
tumpang tindih (bx) dan tidak tumpang tindih (b0).
Untuk bidang tanah yang tumpang tindih (bx) dilakukan mediasi dan
dibuatkan Berita Acara Mediasi. Jika terjadi kesepakatan dilakukan
pengukuran ulang dengan melibatkan semua pihak. Hasil pengukuran
bidang tanah tersebut dituangkan dalam Berita Acara Pengukuran Ulang,
dan dapat diterbitkan PBT revisi. Peta Bidang Tanah ini dimungkinkan
untuk digunakan sebagai kelengkapan proses pemeliharaan data dalam
rangka Ganti Blangko pada pelayanan rutin di Kantor Pertanahan sesuai
dengan ketetentuan.
Untuk bidang tanah yang tidak tumpang tindih dilanjutkan dengan
pemetaan/ploting bidang tanah terukur.
8. Berita Acara hasil mediasi yang tidak sepakat terhadap bidang tanah yang
tumpang tindih merupakan output kegiatan bidang K4 dan diserahkan ke Kantor
Pertanahan.
c. Verifikasi dan Tindak Lanjut Bidang Tanah sudah terpetakan pada posisi/koordinat yang
tidak tepat.
Kondisi ini terjadi karena beberapa kemungkinan, antara lain kesalahan dalam pemilihan
zone TM3° dalam proses pemetaan pada saat proses permohonan rutin, kesalahan proses
migrasi (data analog ke dijital) peta pendaftaran tanah, human error, dan lain-lain.
Dampak yang terjadi terhadap kesalahan ploting tersebut adalah tumpang tindih dengan
bidang tanah yang lain, baik yang sudah bersertipikat atau yang akan bersertipikat (akan
dipetakan).
Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
c1. lnventarisasi data Surat Ukur dan Gambar Ukur (fisik).
c2. Identifikasi dan memastikan bentuk, luas dan informasi bidang tanah yang berada di
lokasi tersebut. Jika perlu, dilakukan pengukuran ulang terhadap posisi bidang tanah.
c3. Hasil identifikasi lapangan yaitu posisi bidang tanah tepat (valid) atau tidak tepat.
Terhadap posisi yang tepat dilakukan ploting ulang.
c4. Untuk ploting ulang bisa berakibat tumpang tindih dengan bidang tanah yang lain atau
tidak turn pang tindih.
c5. Untuk bidang yang tumpang tindih dikoordinasi dengan pemilik bidang tanah yang
terkait dan mediasi dan dibuatkan Berita Acara Mediasi.
c6. Jika hasil inventarisasi SU/GU tidak ditemukan dilakukan pembuatan Berita Acara
Hilang/Data Tidak Ada (contoh terlampir) dan dilakukan sesuai proses di atas.
d. Berita Acara Mediasi dan Berita AcaraPengukuran Ulang terhadap kondisi bidang tanah
tersebut merupakan output kegiatan bidang K4 dan diserahkan ke Kantor Pertanahan. Data
tersebut di entri dan tercatat pada Aplikasi KKP dan data BT/SU fisik.
17
e. Kriteria bidang tanah belum terdaftar yang dapat dijadikan target K4 dan dapat
dipertanggungjawabkan adalah :
i. Bidang tanah terdaftar dengan kualitas bidang tanah KW 4, 5 dan 6 pada desa yang
ditetapkan sebagai lokasi PTSL dengan NIB yang terbit sebelum 1 Januari 2017;atau
ii. Bidang tanah yang belum mempunyai NIB (Bidang tanah yang pengukurannya sebelum
PMNA No. 3 Tahun 1997);
Pasal 14
Geotagging
Foto geotagging dibuat minimal 1 (satu) foto untuk setiap lembar Gambar Ukur dan diserahkan
dalam format softcopy pada saat proses kendali mutu
Property Value
GPS
Latitude 6: 23: 49.98180000300132E
Longitude 106: 50: 16.955499999981
altitude 164
File
Name 20170721_102406.1pg
Item type JPG Rle
Folder path C: Users \ Rendra My VVija...
Date created 28.09/201814:37
Date modified 21/07/2017 10:24
Site 4.13 ME
Ittributes A
Offline status
Shared with
Owner DESKTOP-TV8CR7E
Computer DESKTOP-TVBCR7E this
Pasal 15
Pemetaan Bidang-bidang Tanah
a. Dalam pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral pada Kegiatan Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkapini proses pemetaan bidang tanah dilakukan secara digital dengan
menggunakan Software Pengukuran & Pemetaan yang digunakan untuk mengolah hasil
pengukuran dengan output file sesuai dengan standar di Kementerian ATR/BPN yaitu *.dxf.
Perhitungan luas bidang tanah harus dilakukan setelah hasil pengukuran bidang tanah
dipetakandengan bantuan software pengukuran dan pemetaan.
c. Layer, penamaan file, struktur data, format data yang digunakan dalam pemetaan adalah
layer sesuai dengan standar Badan Pertanahan Nasional.
d. Pemberian Nomor Identifikasi Bidang (NIB) dilakukan pada bidang-bidang tanah yang
sudah terpetakan. NIB tersebut diperoleh dari Aplikasi GeoKKP setelah melalui proses
kendali mutu oleh Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. Dengan
demikian Pelaksana Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral wajib berkoordinasi
dengan Panitia Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dalam hal pemberian NIB
tersebut.
18
Pasal 16
Kontrol Kualitas Hasil Pekerjaan
Hasil Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral oleh pelaksana wajib memenuhi proses
Kontrol Kualitas sebelum diajukan kepada Kantor Pertanahan untuk dilakukan pengendalian
mutunya. Kontrol Kualitas dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan Kontrol Kualitas Kegiatan
Pengukuran, Pemetaan dan Informasi Bidang Tanah (Pihak Ketiga Iainnya). Pengadaan
pekerjaan Kontrol Kualitas akan dilaksanakan terpisah.
Kontrol Kualitas dilaksanakan denganpemeriksaan teknis/verifikasilapanganhasil pengukuran
dan pemetaan dengan cara pengambilansampel secara random minimal sebanyak 10%
dengan sebaran bidang yang merata dari jumlah total bidang yang diajukan proses kendali
mutunya.
Tujuan Kontrol Kualitas adalah untuk memastikan bahwahasil kegiatan pengukuran dan
pemetaan bidang tanah telah memenuhi syarat teknis sebelum proses kendali mutu sehingga
dapat terhindar bottleneck pada saat di Kantor Pertanahan.
Pasal 17
Kendall Mutu Hasil Pekerjaan
Penerbitan NIB
19
Pasal 18
Pencetakan Peta Bidang Tanah dan Daftar Tanah
a. Peta bidang tanah adalah hasil pemetaan 1 (satu) bidang tanah atau lebih pada lembaran
kertas dengan suatu skala tertentu yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh pemilik tanah
dan digunakan untuk pengumuman data fisik bidang tanah.
b. Peta Bidang Tanah dibuat untuk 1 (satu) atau beberapa bidang tanah dalam satuan
wilayah tertentu (setiap RT atau beberapa RT) sesuai kesepakatan dengan Ketua Panitia
Ajudikasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkapdengan menyesuaikan data topografis
yang ada (misalnya jalan, sungai dan lain-lain) dan disertai NIB.
c. Peta bidang tanah dapat dicetak pada kertas HVS 80 gr format A3
d. Peta Bidang Tanah ditandatangani oleh Surveyor Kadaster Berlisensi dan dibubuhi cap
basah Penyedia Jasa (KJSKB atau Perusahaan Geospasial Pertanahan/Survei dan
Pemetaan).
e. Peta Bidang Tanah ( DI. 201 C ) dicetak dalam rangka arsip, pengumuman dan pencairan.
Peta Bidang Tanah dapat memuat 1 (satu) atau lebih bidang tanah (PBT tidak dicetak
untuk setiap bidang tanah).
f. Tata cara pembuatan Peta Bidang Tanah dapat dilihat pada Lampiran.
g. Semua bidang tanah, balk yang dikuasai oleh perorangan, badan hukum maupun
pemerintah dengan sesuatu hak maupun tanah negara, yang terletak di desa / kelurahan
yang bersangkutan harus dibukukan dalam Daftar Tanah.
h. Daftar Tanah ( DI. 203A ), dicetak terpisah untuk bidang tanah terdaftar dan peningkatan
kualitas K4.
i. Daftar Tanah dibuat per desa/kelurahan menggunakan aplikasi KKP.
)
1 \
??
..rA..,. .".
UM • : MOD
Sm. mama= mai lab Ite Zoo •L.
Noma..
*Is atm
CIM•
•MMINcak
•••0•11.1.11111
1..0. ••■••••••
t•gline•
: 1.1■111m1b..111100~
1111113MIM:
‘,...e....i......mms.....milsolo.skra.~.1
wel.mgmmrsao, mon• AM WENN WNW.Imila
■
11w,I• M. ...MIIIN
aus Game llim inoruna.mpaameesal elopm•aw sob
O. web.
.1101. n ..•..
..1.......m rms me
. i
mammon. asIon
• oe0111.1= . soleilkOMM. asiCi=
S..1.10 am foraaup
l a Nah Mass ---
$..*.... .110 ONO.
/My SA a isoroem
H1.11147 .411%).,
PiCyaalm.t
.Ad IlloweePah W....Mr=
/11..4` A PIMOIMMIA UMW
*P." 111.111/441:
0.10...0410~Wwn.
W Wmo P.M.1.1101•00•11L flaumOis.
....
20
Pasal 19
Pengumuman dan Perbaikan Peta Bidang Tanah Setelah Pengumuman
Pasal 20
Pembuatan Laporan
a. Laporan yang dimaksud adalah bentuk paparan/sajian tertulis yang menjelaskan kegiatan
proyek selama selang waktu tertentu berikut masalah-masalah khusus yang perlu diketahui
oleh pemberi pekerjaan yang timbul selama pelaksanaan pengukuran dan pemetaan
kadastral. Seluruh dokumen harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan.
b. Laporan Awal, Laporan ini berisi metode kerja, rencana kerja, perkiraan waktu pekerjaan,
daftar personil dan peralatan, serta hal lainnya yang dipandang perlu.
c. Laporan Bulanan, Laporan ini disajikan setiap akhir bulan dan diserahkan kepada pemberi
pekerjaan setiap tanggal 5 bulan berikutnya.
d. Laporan Akhir, Laporan ini menyajikan seluruh hasil kegiatan, masalah-masalah yang
timbul beserta pemecahan masalahnya, analisa teknik, grafik, sketsa, dll dari awal sampai
akhir kegiatan pengukuran dan pemetaan kadastral. Laporan akhir ini diserahkan kepada
pemberi pekerjaan paling lambat 3 (tiga) minggu setelah kontrak pekerjaan berakhir.
Format Laporan Akhir akan ditentukan kemudian oleh Pihak Pemberi Pekerjaan.
Pasal 21
Penyerahan Hasil Pekerjaan
21
seluruh data softcopy/digital terkait data ukuran lapangan). Print out GU merupakan
minute dan menjadi bagian dari protokol KJSKB yang bersangkutan.
2. Kegiatan Pemetaan :
a. Daftar Tanah ( DI. 203A ), dicetak terpisah untuk bidang tanah terdaftar dan peningkatan
kualitas K4.
b. Peta Bidang Tanah ( DI. 201 C )dalam bentuk hardcopysebanyak 3 (tiga) rangkap
(untuk arsip, pengumuman dan pencairan) dan softcopy. Peta Bidang Tanah terdiri
dari 1 (satu) atau Iebih bidang tanah (PBT tidak dicetak untuk setiap bidang tanah).
3. Laporan-Laporan :
a. Laporan Awal.
b. Laporan Bulanan.
c. Laporan Akhir.
4. Semua softcopydisimpan dalam bentuk External Drive, termasuk juga Laporan Akhir.
Pasal 22
Larangan-larangan
7")
V. Biaya
Biaya kegiatan Pengukuran, Pemetaan dan Informasi Bidang tanah dibebankan pada DIPA
Kantor Pertanahan Kabupaten Pemalang Tahun 2019. Biaya yang dianggarkan untuk
kegiatan tersebut adalah sebesar Rp. 3.504.960.000,-
1
3
LAMPIRAN-LAMPIRAN
24
LAMPIRAN 2
Lampiran 2A.
Jar 107
1311.13AN InEWTAN.A.11A.N NASIONAL
KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN SI.E1VIAN
GAN/1E1AR U1C.Ult
Nomor : 0001/2017
I. LOKASI
Nomor Petra Penclaftaran 49.1-4.4.060-16-3
Nomor Petra Kerja PK-1
Nomor Foto Udara : -
nesa/Keltarahan
Kecamatan
Kabupaten/Kotamadya Stamen
KETERANG.AN PENG.1LIKUR.
Pengulcur/Bacian Hulcurn : Flasuki
Tanggal Pengukuran xx-xx-xxxx
Tamda Tangan
KETE.1R.A.NIGAN
IV. SICI,Y1'
U
I
25
LAMPIRAN 2
26
LAMP I RAN 3.
PETA BIDANG TANAH
.WW,IAAL
U
MR=1■1=:=11■1......
. . ,., . . .
Wu 1:140
......r WA NO T. I. M.
4...... :16.11161
,C.X MA : ANAL
35.■ :Al.
.f...... :./....
........ :WM..
MON. :i.....
L.I...
El : ...........:: W.
...WI
VII WIWI TOWS 0 0•1■1110.41.10 .11.411...110.110011
tame orgralooK,.. A 16.1.11...*owe saw
a. pm,* o..+......
- F a. NW TIO”11■4.1. OM WI.% U. ...I.4Ws
.. Imar.
lams ...11wor mop.. ...............
la ..... raPp• .... 0...... a. ow or ..r.
WWII 11.......
• .....................4MN Ms um..
...............,.4..........T.....
i..........g.. MII. Ift. 6.1.2.1.81. v.
All 11.1.170 AIM •111.114111.11111.1■148 IMMO IIIMM. MANI
ammo Aiwa .4. pill. am g ....mg,.. .... Mown
,....”....w. ANL
uSTIA Kreuarreo,
Sesw &MOW AMON Mina kiN-
Sawa Di. .f.An
PLOW..
u5o5 .......Wa.mr=
....At A.Swerrow,IMm.1
TUP:Mn.464/17
1.1010.1.40.....,
................. arrato.
27
LAMPIRAN 4.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
28
LAMPIRAN 5
• ' Formalir em rilbogokan soot perryoluharl/wslaffsus,
Nomor Urut :
Kam, bersedia menjadi peserta PTSL dan akan melengkapi persyaratan yang diperlukan
sampai dengan sertipikat kami tenma.
Pemilik Tanah
Letak Tanah
NIK
Perkiraan Luas Bidang m'
Sketsa bentuk bidang (gamborkon beserta dengon nomo permlik bersebelohon)
Isobek di sine; bagion int untuk Colon Peserto don diserahkan kepado Petugos Ukur soot dilaksanakan Pengukuran Bidang Ionahnya)
Nomor Urut :
Pemilik Tanah
Letak Tanah
NIK
Perkiraan Luas Bidang :
Nama tetangga berbatasan :
Utara Timur
Barat : Selatan
LAMPIRAN 6
FORMUUR
INFORMASI BIDANG TANAH
KEGIATAN : PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP
BENDA ALAM
(
NIP / No. Lisensi 1
Catatan :
*) Coret salah satu yang tidak perlu
30
LAMPIRAN 7
BERITA ACARA
SERAH TERIMA DATA FISIK KEGIATAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN
PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK LENGKAP (PTSL)
NOMOR :
PIHAK PERTAMA telah menyerahkan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA
menyatakan telah menerima dari PIHAK PERTAMA data-data kelengkapan bidang tanah
terdaftar dengan perincian sesuai dengan Lampiran yang menjadi satu kesatuan dengan
Berita Acara ini.
Pasal 2
(1) PIHAK KEDUA bertanggung jawab penuh terhadap data yang diperoleh dari PIHAK
PERTAMA.
(2) PIHAK KEDUA tidak akan memberikan data kepada pihak lain dan menjaga
kerahasiaan data yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA.
(3) PIHAK KEDUA bersedia menerima sanksi baik perdata maupun pidana apabila
menyalahgunakan data tersebut.
(4) PIHAK PERTAMA menyatakan telah memberikan seluruh data bidang tanah terdaftar
pada lokasi yang telah ditetapkan menjadi lokasi PTSL kepada PIHAK KEDUA dalam
bentuk softcopy.
Pasal 3
PIHAK PERTAMA telah menvalidasi data-data bidang tanah yang diserahkan kepada
PIHAK KEDUA untuk dapat digunakan dalam rangka mendukung pekerjaan pengukuran
dan pemetaan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL)
Pasal 4
31