Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENYEHATAN PERMUKIMAN

“ Fungsi, Persyaratan Letak Ruangan dan Bangunan serta Hubungan Dengan


Kepadatan Hunian “

Dosen Pengajar :

Imam Tohari, ST., M.MKes

Narwati,S.Si, M.Kes

Disusun Oleh :

SUB GENAP

D-III Semester V - KELAS A

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

TAHUN 2020
NAMA KELOMPOK :

1. Adinda Febiola Ayu. B (P27833118002)


2. Guntur Pratama Surbakti (P27833118005)
3. Muhammad Syahrul Rizal (P27833118007)
4. Safira Alya Nurul. J (P27833118009)
5. Putri Firdha Wahyuni (P27833118011)
6. Presillia Aulina (P27833118013)
7. Milanti Nadia Fitri (P27833118015)
8. Asslama Suci Wulandari (P27833118018)
9. Rifka Anggraeni (P27833118020)
10. Dwi Haslinda Rohmini (P27833118022)
11. Farida Dwi Risma. N (P27833118024)
12. Keyko Damayanti (P27833118026)
13. Violita Elvira (P27833118028)
14. Valleri Paquita Hakiki (P27833118031)
15. Sarah Nurizha. A (P27833118034)
16. Afni Nur Fadhillah (P27833118036)
17. Ragil Triantika. P (P27833118038)
18. Amartha Dewati Narulita (P27833118040)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“Penyehatan Permukiman”
Dalam penulisan makalah ini, telah banyak mendapat bantuan dan dorongan dari
pihak dalam penyelesaian makalah ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penyusun
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dosen pengajar mata kuliah Penyehatan Pemukiman
2. Teman-teman yang mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penyusun.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Surabaya, 15 September 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 5
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................................ 6
BAB II .................................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 7
A. Pengertian .................................................................................................................. 7
B. Hubungan dengan Kepadatan Hunian ......................................................................... 7
C. Persyaratan Letak Ruangan dan Bangunan ................................................................. 8
BAB III ............................................................................................................................... 12
PENUTUP .......................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang
digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun
1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung,
dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik
demi kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan,
2001).
Rumah sebagai tempat bernaung harus memenuhi kebutuhan ruang akan kegiatan bagi
penghuninya. Terdapat beberapa ruang pokok yang ada pada sebuah rumah, yaitu ruang tidur,
ruang belajar atau ruang kerja, ruang keluarga, ruang services seperti dapur, dan teras atau
ruang tamu. Makna yang terkandung di dalam kebutuhan ruang-ruang tersebut
mencerminkan bahwa rumah adalah tempat untuk istirahat, tempat untuk mengaktualisasikan
diri guna meningkatkan mutu kehidupan, rumah sebagai tempat sosialisasi utamanya dengan
keluarga, rumah sebagai tempat menyediakan kebutuhan jasmani dan rohani, serta rumah
sebagai tempat bernaung. Selain itu rumah diharapkan tidak over crowding sehingga dapat
menimbullkan rasa nyaman bagi penghuninya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat
berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan
kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat
bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi,
teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Kepadatan Hunian?
2. Apa yang dimaksud Hubungan dengan kepadatan hunian?
3. Apa saja persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999?

5
C. Tujuan
- Umum
Untuk memahami adanya Hubungan Kepadatan Hunian dengan Fungsi,
Persyaratan Letak Ruangan dan Bangunan pada Hunian Tempat Tinggal.

- Khusus
1. Untuk dapat Mengetahui Definisi dari Kepadatan Hunian
2. Untuk dapat Memahami Hubungan dengan Kepadatan Hunian
3. Untuk dapat Memahami Apa Saja Persyaratan Letak Ruangan atau Bangunan
menurut Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kepadatan hunian adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan
jumlah anggota keluarga satu rumah tinggal. Kepadatan hunian paling banyak
termasuk kategori padat dan paling sedikit termasuk kategori tidak padat. Masih
banyaknya rumah responden termasuk kategori padat dikarenakan luas rumah tidak
mencukupi sesuai dengan persyaratan yaitu 8 m2 untuk 2 orang dewasa. Kepadatan
penghuni dalam satu rumah tinggal akan memberikan pengaruh bagi penghuinya.
Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan
overcrowded.
Kepadatan hunian (over crowding) menimbulkan efek negatif terhadap
kesehatan fisik, mental maupun moral. Penyebaran penyakit menular di rumah yang
padat penghuninya cepat terjadi. Semakin banyak jumlah penghuni rumah maka
semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran, sehingga kadar oksigen dalam
ruangan menurun dan peningkatan CO2 yang menyebabkan penurunan kualitas udara
dalam rumahKondisi ini tidak sehat karena menyebabkan kurangnya konsumsi
oksigen. Selain itu, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi sistem
respirasi akan mudah menular kepada anggota keluarga lain.Hal ini disebabkan dalam
etiologi penyakit seperti Streptococcus pneumonia, atau kuman Mycobacterium
tuberculosis berukuran sangat kecil, bersifat aerob, dapat bertahan hidup lama dalam
sputum kering serta ekskreta lain dan dengan mudah dapat dieksresikan melalui
inhalasi butir sputum lewat batuk, bersin maupun bicara (droplet infection).

B. Hubungan dengan Kepadatan Hunian


Kepadatan hunian yang melebihi satandar dapat menyebabkan suhu ruangan
meningkat akibat aktifitas penghuni rumah. Pada kondisi luas rumah yang cukup akan
memberikan ruang gerak yang cukup dan memberikan perasaan yang nyaman bagi
penghuninya. Kenyamanan dalam ruangan juga dapat terganggu karena sirkulasi
udara yang tidak lancar, hal ini bisa disebabkan juga karena ventilasi yang kurang,
sehingga menimbulkan suhu ruangan terasa panas. Untuk menjaga lancarnya sirkulasi
udara dalam rumah, maka perlu diperhatikan sistem ventilasi rumah agar suhu
ruangan selalu normal.

7
Rumah yang tidak sehat erat kaitannya dengan peningkatan kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang merupakan penyakit infeksi akut menyerang
salah satu bagian atau lebih saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli termasuk
jaringan disekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura3. Rumah yang tidak
memenuhi persyaratan, dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga
tubuh mudah terkena penyakit. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa rumah yang
terlalu sempit mengakibatkan tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat.
Penelitian (Herlina, 2010) menyatakan ada hubungan antara kelembaban dan
kepadatan hunian dengan kejadian ISPA Non Pnemonia pada balita di Kelurahan
Tewah Kalimantan Tengah. Hasil uji statistik Chi-Square yaitu nilai p value sebesar
0,000 < α (0,05) dengan nilai OR = 8,179 maka balita yang kelembaban di ruang
tidurnya tidak memenuhi syarat 40- 70% akan beresiko terkena ISPA Non Pnemonia
8,179 kali lebih besar daripada balita yang kelembaban di ruang tidurnya memenuhi
syarat dengan CI = (2,683 – 24,939) serta hubungan kepadatan hunian dengan
kejadian ISPA Non Pnemonia, hasil uji statistik Chi-Square yaitu nilai p value =
0,000 < α (0,05) dengan nilai OR = 17,333 maka balita yang ruang tidurnya padat
hunian akan beresiko terkena ISPA Non Pnemonia 17,333 kali lebih besar
dibandingkan dengan balita yang ruang tidurnya tidak padat dengan CI = (5,154 –
58,291).

C. Persyaratan Letak Ruangan dan Bangunan


Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
1. Bahan Bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain: debu total tidak lebih dari 150 µg m3 , asbestos kurang dari 0,5
fiber/m3 /jam, timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg bahan;
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:

a) Langit-langit

Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah


hendaknya mudah dibersihkan, tidak rawan kecelakaan, berwarna terang,
8
dan harus menutup rata kerangka atap (Adnani, 2011).

b) Dinding

Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding


sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus
dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh
lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding
terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.

c) Lantai

Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, rata, tidak licin,
stabil waktu dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan, dan kedap air.
Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, untuk rumah bukan
panggung sebaiknya tinggi lantai ± 10 cm dari pekarangan dan 25 cm
dari badan jalan (Adnani,2011).

d) Pembagian ruangan / tata ruang

Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan


fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :

(1) Ruang untuk istirahat/tidur

Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur


orang tua dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa.
Tersedianya jumlah kamar yang cukup dengan luas ruangan
sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang
agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan
kegiatan.

(2) Ruang dapur

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena


asap dari hasil pembakaran dapat membawa dampak negatif
terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang
baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan keluar.

(3) Kamar mandi dan jamban keluarga

9
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu
lubang ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar.

e) Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu
ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun
secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari
pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik
dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya :

(1) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan.
Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.

(2) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap
kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.

(3) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua


lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses
aliran udara lebih lancar.

3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh
bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
4. Kualitas udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut : a. Suhu
udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C; b. Kelembaban udara berkisar antara
40% sampai 70%; c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam; d. Pertukaran
udara; e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam; f. Konsentrasi gas
formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3 .
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
6. Binatang penular penyakit Tidak ada tikus bersarang di rumah.
7. Penyediaan air bersih
a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 l/orang/hari;

10
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990 dan Permenkes 907 tahun 2002.
8. Sarana penyimpanan makanan
Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.
9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan
bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan
pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur
dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.Lantai harus kuat untuk menahan beban
diatasnya, rata, tidak licin, stabil waktu dipijak, permukaan lantai mudah
dibersihkan, dan kedap air.Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang
sesuai dengan fungsinya.
b. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat,
Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas
lubang ventilasi insidentil minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas
lantai ruangan.
c. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990 dan Permenkes 907 tahun 2002.

Kepadatan hunian menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan fisik, mental maupun
moral. Penyebaran penyakit menular di rumah yang padat penghuninya cepat
terjadi.Kepadatan hunian yang melebihi satandar dapat menyebabkan suhu ruangan
meningkat akibat aktifitas penghuni rumah. Pada kondisi luas rumah yang cukup akan
memberikan ruang gerak yang cukup dan memberikan perasaan yang nyaman bagi
penghuninya. Kenyamanan dalam ruangan juga dapat terganggu karena sirkulasi udara yang
tidak lancar, hal ini bisa disebabkan juga karena ventilasi yang kurang, sehingga
menimbulkan suhu ruangan terasa panas.

12
B. Saran

Dalam membangun rumah seharusnya harus memenuhi berbagai syarat kriteria rumah
sehat dari segi konstruksi, penghawaan, pencahayaan, dan sanitasi. Setiap unsur dari rumah
harus diperhatikan dengan baik dan tidak bisa diabaikan agar tercipta rumah yang memenuhi
syarat sebagai rumah sehat. Selain itu, meskipun rumah yang telah dibangun dengan
memenuhi syarat kesehatan, kita juga harus memperhatikan kriteria baku yang telah dibuat
oleh pemerintah. Dengan demikian, rumah sehat yang kita miliki juga tidak melanggar
ketentuan dari pemerintah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999


Faizah Dina, Syahruddin. Hubungan antara Kondisi Lingkungan Rumah dengan Masalah
Kesehatan Respirasi di Pemukiman Kumuh Jakarta. 2014

Darmiah, Imam Santoso, Maharso. 2015. Hubungan Kepadatan Hunian Dan Kualitas Fisik
Rumah Desa Penda Asam Barito Selatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 12(1) : 232

Saputra, Febri. 2017. Persyaratan Rumah Sehat. Jakarta.

UU RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

14

Anda mungkin juga menyukai