Oleh:
Aulia Zuraida 20150610012
Arief Kresna W.P. 20160610010
Christina C.C Paji 20160610015
Hiba Asmara 20160610069
A. LATAR BELAKANG
Tujuan dibentuknya negara Republik Indonesia ditetapkan dalam
Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
(UUD Negara RI) Tahun 1945, yaitu :
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia:
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdsrakan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial
Salah satu tujuan dibentuknya negara Republik Indonesia ialah
memajukan kesejahteraan umum dilaksanakan pembangunan nasional, yang
hakikatnya yaitu pembangunan manusia Indonesiadan pembangunan
seluruh rakyat Indonesia yang menekankan pada keseimbangan
pembangunan kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah.
Pasal 28H ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 menegaskan bahwa :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan.” Rumah sebagai tempat tinggal
mempunyai peran yang strategis dalam pembentukan watak dan kepribadian
bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya,
berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga terpenuhinya tempat tinggal
merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yang akan terus ada dan
berkembang sesuai dengan tahapana atau siklus kehidupan manusia.
Perumahan merupakan kebutuhan dasar di samping pangan dan
sandang. Pemenuhan kebutuhan akan perumahan yang meningkat
bersamaan dengan pertambahan penduduk diperlukan penanganan dengan
perencanaan yang seksama disertai keikutsertaan dana dan daya yang ada
dalam masyarakat.1 Setiap manusia dihadapkan pada 3 (tiga) kebutuhan
dasar, yaitu pangan (makanan), sandang (pakaian), dan papan (rumah).
Catatan :
1) Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2010 – 2035, Status Mei
2) Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per 2000 – 2010 untuk Aceh
dihitung dengan menggunakan Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN)
2005 dan Sensus Penduduk 2010
3) Rata- rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun 2010-2016 untuk
Kalimantan Timur merupakan gabungan antara Kalimantan dan
Kalimantan Utara.
Gambar 1.1 Presentase Penduduk
8 Ibid
9 Tjuk Kuswartojo, Perumahan dan Pemukiman di Indonesia, (Bandung:Penerbit ITB,
2005), hal 10
10 Pasal 1 Undang-undang No.20 tahun 2011 tentang Rumah Susun
11 Pasal 3 Undang-undang No.20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
b. Rumah Susun Khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan
untuk memenuhi kebutuhan khusus. Berdasarkan Pasal 21 ayat 5 UU
Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang dimaksud dengan
“Kebutuhan Khusus” antara lain adalah kebutuhan untuk perumahan
transmigrasi, pemukiman kembali korban bencana, dan rumah sosial
untuk menampung orang Lansia, masyarakat miskin, yatim piatu dan
anak terlantar, serta termasuk juag untuk pembangunan rumah yang
lokasinya terpancar dan rumah diwilayah perbatasan negara.
c. Rumah Susun Negara merupakan rumah susun dimiliki negara dan
berfungsi sebagai temoat tinggal atau hunian, sarana pembinaan
keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/ atau
pegawai negeri.
d. Rumah Susun Komersial dalah rumah susun yang diselenggarakan
untuk mendapatkan keuntungan12.
Pemanfaatan rumah susun dilaksanakan sesuai dengan fungsi:
a. Hunian, yaitu rumah susun ayang seluruhnya berfungsi sebagai
tempat tinggal
b. Campuran adalah rumah susun yang sebagian berfungsi sebagai
tempat tinggal dan sebagian lagi berfungsi sebagai tempat usaha
campuran antara fungsi hunian dan bukan hunian13.
Adrian Sutedi memeberikan uraian mengenai jenis Rumah Susun menurut
fungsi penggunaannya, yaitu :
a. Rumah Susun Hunian, yaitu rumah susun yang digunakan untuk
akomodasi atau tempat tinggal, seperti perumahan, apartemen, town
house dan bangunan lainnya yang berfunsi untuk tempat tinggal.
b. Rumah Susun Komersial adalah bangunan yang digunakan untuk
kepentingan-kepentingan komersial seperti pertokoan,
perkantoran,pabrik,restoran dan lain sebagainya
12 Ketentuan Umum Pasal 1 butir 7, butir 8, butir 9, butir 10 Undang-undang No.20 Tahun
2011
13 Adrian Sutendi “Hukum Rumah Susun dan Apartemen”, Sinar Grafika, Jakarta, 2010
h.10
c. Rumah Susun Industri, merupakan bangunan yang digunakan untuk
kepentingan industri misalnya penyimpanan barang dalam jumlah
besar atau tempat aktifitas pabrik dan industri lainnya.
d. Rumah Susun keramah tamahan, mislanya hotel, motel,hostel dan
sebagainya 14
Saat ini masyarakat Surabaya sudah tidak asing dengan adanya
pembangunan rumah susun komersial. Di kota Surabaya, pertumbuhan
penduduk menjadi sebuah masalah yang terkait dengan pemukiman.
Akibatnya harga lahan di Kota Surabaya melambung tinggi akibat permintaan
yang besar. Tuntutan inilah yang membuat gencarnya pembangunan secara
vertikal di Surabaya dibandingkan dengan pembangunan kawasan
perumahan.
Menurut KBBI, apartemen merupakan “tempat tinggal (terdiri atas
kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur dan sebagainya) yang berada
pada satu lantai bangunan bertingkat yang besar dan mewah, dilengkapi
dengan berbagai fasilitas (kolam renang, pusat kebugaran, toko dan
sebagainya)”.
Pengertian tersebut serupa dengan pengertian rumah susun di
Indonesia menurut UU Rusun yaitu: “Rumah susun adalah bengunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional...terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama.”
Dapat dikatakan bahwa apartemen disamakan dengan rumah susun
dan merupakan suatu tempat tinggal yang tidak berdiri sendiri dan berada
dalam suatu struktur bangunan bertingkat, yang juga dilengkapi dengan
akses dan fasilitas bersama berupa kolam renang, taman bermain,
minimarket dan juga layanan keamanan. Beberapa apartemen juga dilengkapi
dengan mall, pusat perbelanjaan dan hotel.
Fungsi dari apartemen sendiri yakni sebagai Tempat untuk berumah
tangga,bagian dari eksistensi individu/keluarga, bagian dari kawasan
14 Ibid
fungsional kota, investasi (keluarga dan perusahaan), ruang untuk
rekreasi,ruang yang digunakan untuk berinteraksi diantara sesama anggota
keluarga,wadah sebagai batasan privasi.
Penyebab Tumbuhnya Apartemen (Rumah Susun Komersial) di Kota
Besar
a. Bid Rent Theory
Bid Rent Theory adalah teori yang menjelaskan perubahan harga
real estate seiring jaraknya dengan CBD (Central Bussiness
District).
b. Deurbanisasi
Fenomena deurbanisasi yakni banyaknya pencari kerja yang baru
ini membuat kebutuhan akan tempat tinggal yang dekat dengan
lokasi kerja mereka menjadi meningkat.
Karakteristik Sosiologis Warga Surabaya di dalam memilih hunian
apartemen
a. Utility Maximization
Teori ini disebut pula trade-off transportasi dan biaya lahan
(transportation and alnd cost trade-off).
b. Teori Tiebout
Teori ini menyebutkan bahwa salah satu faktor utama yang
mempengaruhi pemilihan lokasi perumahan adalah kualitas dan
biaya dari pelayanan publik.
c. Teori sosial – ekonomi
Teori ini mengungkapkan bahwa faktor sosial-ekonomi dan tipe
individu yang menempati suatu lokasi adalah faktor yang
mempengaruhi pemilihan lokasi perumahan.
d. Teori lingkungan dan kepadatan populasi
Teori ini diperoleh dari survey yang dilakukan oleh Myers dan
Gearin yang menghasilkan temuan bahwa preferensi terhadap
lingkungan perumahan yang masih kosong dan dapat dilalui
dengan mudah lebih tinggi daripada lingkungan perumahan yang
padat.
e. Keterjangkauan harga
Burgess dan Skeltys mengungkapkan bahwa batasan anggaran dan
pembiayaan perumahan adalah faktor yang signifikan dalam
pemilihan lokasi perumahan.
f. Kualitas hidup
Selain faktor –faktor di atas, faktor lainnya yang mempengaruhi
pemilihan lokasi perumahan oleh rumah tangga adalah faktor
kualitas kehidupan.
Pembangunan rumah susun komersial merupakan permasalahan yang
sangat kompleks, yang tidak hanya menyangkut aspek fisik membangun
rumah susun, tetapi terkait sektor yang amat luas dalam pengadaannya,
seperti izin, pertanahan, industri bahan bangunan, lingkungan hidup dan
aspek sosial ekonomi budaya masyarakat, dalam upaya membangun aspek-
aspek kehidupan masyarakat yang harmonis.
Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.
Sebagai kota metropolitan ini Surabaya merupakan kota yang sangat
berpengaruh dalam dunia bisnis, oleh karena itu para pebisnis sering
menghabiskan beberapa hari di Surabaya, hal inilah yang membuat para
pengembang rumah susun komersial membangun rumah susun komersial di
wilayah Surabaya. Karena dengan adanya rumah susun komersial di Surabaya
tersebut dapat menjadi tempat persinggahan sementara oleh para pebisnis di
Indonesia.
Selain alasan bisnis, alasan pengembangan rumah susun komersial di
Surabaya juga terdapat pada padatnya jumlah penduduk di Surabaya baik
dalam banyaknya pendatang maupun penduduk asli Surabaya itu sendiri
yang berjumlah sekitar 2.896.19515. Luas wilayah di kota Surabaya itu sendiri
hanya sekitar 350,54 km² dengan luas wilayah dan kepadatan penduduk asli
Surabaya dan pendatang tersebut rumah susun menjadi solusi keterbatasan
ruang di kota Surabaya.
15 BPS Surabaya, “Proyeksi Penduduk Kota Surabaya Tahun 2019” diakses dari
https://surabayakota.bps.go.id/dynamictable/2018/04/18/23/proyeksi-penduduk-kota-surabaya-
menurut-jenis-kelamin-dan-kelompok-umur-tahun-2019.html, pada tanggal 21 Maret 2019 pukul
11.02.
Dikutip dari Kompas.com, Surabaya sendiri memiliki Apartemen
sekitar 26.463 unit per Juni 2017*. Jumlah ini terdistribusi di beberapa
wilayah . Sebanyak 46 persen di Surabaya Barat, 43 persen di Surabaya
Timur, 7 Persen di Surabaya Selatan, dan 4 persen di Surabaya Pusat.
Termasuk Paling banyak diantara kota-kota lainnya yang ada di Jawa Timur.
Selanjutnya, yang menjadi pertanyaan sederhana sebagai pengantar tulisan
ini dalam perspektif hukum adalah, Apa dasar hukum apartemen di
Indonesia? Jawabannya tidak ada, yang ada hanya dasar hukum rumah susun,
yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun,
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun, dan UU
Rusun.
Dengan sejumlah apartemen atau rumah susun komersial tersebut
pasti muncul permasalahan-permasalahan baik dalam segi izin rencana
fungsi dan pemanfaatan.
Sebagai contoh karena kurangnya pengawasan dalam segi peraturan
daerah tentang rumah susun komersial di Surabaya, telah terjadi kasus
penipuan apartemen fiktif yang dilakukan oleh PT. Sipoa Group 16
Ketentuan-ketentuan tentang permasalahan tersebut haruslah
diselesaikan oleh Pemerintah Daerah karena berdasarkan Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun yang terdapat pada Pasal 33
“Ketentuan lebih lanjut mengenai permohonan izin rencana fungsi dan
pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 serta permohonan izin
pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 diatur dengan peraturan daerah.”.
Hingga saat ini belum ada peraturan daerah di Surabaya mengenai
rumah susun komersial, maka dari itu peraturan daerah tentang rumah
susun di Surabaya ini sangatlah diperlukan, terutama mengenai rumah susun
dalam segi komersial.
16 Pradhitya Fauzi, “Korban Penjualan Apartemen Fiktif di Surabaya Tuntut Dalang Kasus
Sipoa Group Dicekal.” Diakses dari http://jatim.tribunnews.com/2018/10/02/korban-penjualan-
apartemen-fiktif-di-surabaya-tuntut-dalang-kasus-sipoa-group-dicekal, pada tanggal 28 Maret
2019 pukul 8.28
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa perlu Raperda Tentang Rumah Susun Komersial di Surabaya
dan masalah apa yang dapat dipecahkan dengan adanya Raperda
tersebut?
2. Hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan landasan sosiologis,
filosofis, yuridis dalam pembentukan Raperda Tentang Rumah Susun
Komersial di Surabaya?
3. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan dan arah pengaturan Raperda Tentang Rumah Susun
Komersial di Surabaya?
D. METODE PENELITIAN
Metode berasal dari kata metodhos yang artinya cara atau menuju satu
jalan. Metode merupaka kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
kerja sistematis untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai
upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah termasuk keabsahannya.
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan
dengan metode-metode yang berkaitan dengan analisis dan terkonstruksi
secara metodelogis, sistematis, dan konsisten.
Dapat dikatakan bahwa metode merupakan suatu unsure mutlak
harus ada dalam penelitian, dipilih berdasarkan dan pertimbangan
keserasian, variabel dan masalah yang hendak diteliti. Hal tersebut tentunya
dapat memperoleh hasil penelitian yang mempunyai nilai validitas dan
rehabilitas yang tinggi17. Dalam hal ini metode-metode yang kami gunakan
dalam menggunakan pembuatan naskah akademik tentang Rumah Susun
Komersial adalah sebagai berikut:
1. Tipe Penelitian
Penelitian dalam penulisan naskah akademik rumah susun komersial
ini adalah penelitian dalam bentuk hukum untuk mencari pemecahan isu
hukum (rumusan masalah), tipe yang di gunakan adalah yuridis normative
yaitu penelitian dengan mengingat bahwa permasalahan yang diteliti
17 Soerjon Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta UI Press, 1986, hlm. 35
berkisar pada Peraturan Perundang-Undangan, yaitu hubungan peraturan
yang satu dengan peraturan yang lainnya serta kaitannya dengan
implementasi dalam praktik18
2. Pendekatan Masalah
Dalam penulisan naskah akademik ini, maka kami akan menggunakan
pendekatan masalah secara Statute Approach, yaitu pendekatan masalah yang
dilakukan dengan mempelajari hukum positif yaitu peraturan perundang-
undangan.19
3. Sumber Bahan Hukum
Didalam pengambilan bahan hukum terdapat dua macam menut Peter
Mahmud Marzuki yaitu20:
a. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang bersifat publikasi.
Bahan-bahan dari hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum
yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tersebut
berupa buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum,
dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.
b. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoritatif,
yang artinya mempunyai otoritas. Bahan- bahan hukum primer terdiri
dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.
18 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimert, Semarang: Ghalia
Indonesia, 1990, hlm. 97
19 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (edisi revisi), PT. Kharisma Putra Utama,
Jakarta, 2005, hlm. 136
20 Ibid, hlm. 181
para ahli, sehingga dapat dihubungkan dengan masalah-masalah yang ada
didalam masyarakat guna menyelesaikan masalah tersebut.