Anda di halaman 1dari 13

ASPEK TEKNIS PEMBANGUNAN PERMUKIMAN

Dosen Pengampu:

Catur Puspawati, ST, MKM

Kelompok 4

Adhellia Sekar Nirwana (P21335119002)

PROGRAM STUDI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sanitasi
Pemukiman. Kami juga turut berterima kasih kepada ibu Catur Puspawati, ST, MKM selaku
dosen mata kuliah Sanitasi Pemukiman yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sesuatu yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Akhir kata kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Jakarta, 2 September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah perumahan menjadi masalah yang sangat penting bagi setiap individu karena
individu akan selalu tinggal dalam suatu masyarakat, maka dalam setiap masyarakat akan
terdapat rumah-rumah yang menampung kebutuhan manusia. Dilihat dari proses pemukiman,
rumah merupakan sarana pengaman bagi manusia, pemberi ketentraman hidup dan sebagai
pusat kegiatan berbudaya. Dalam fungsinya sebagai alat pengaman diri, rumah tidak
dimaksudkan untuk pelindung yang menutup diri penghuninya seperti sebuah benteng, tetapi
pelindung yang justru juga harus membuka diri dan menyatu sebagai bagian dari
lingkungannya.

Perumahan dan pemukiman selain merupakan kebutuhan dasar manusia juga mempunyai
fungsi yang strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya,
dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang serta merupakan pengaktualisasian jati
diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas
kehidupan yang layak dan bermartabat melalui pemenuhan kebutuhan papannya. Dengan
demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan pemukiman sebagai salah satu sektor
prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya adalah sangat strategis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lokasi

Pemilihan lokasi pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut:

1) Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, alihan lahar, tanah
longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya.

2) Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas
tambang.

3) Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur
pendaratan penerbangan Pemilihan lokasi pemukiman yang baik menurut Wonosuprojo, dkk
(1993) perlu mempertimbangkan beberapa aspek,antara lain:

1. Aspek Teknis Pelaksanaan

a) Mudah mengerjakannya dalam arti tidak banyak pekerjaan gali dan urug,
pembongkaran tonggak kayu, dan sebagainya.

b) Bukan daerah banjir, gempa, angina rebut, perayapan.

c) Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti.

d) Kondisi tanah baik, sehingga kontruksi bangunan direncanakan semurah mungkin.

e) Mudah mendapat air bersih, listrik, pembuangan air limbah/ kotoran/ hujan.

f) Mudah mendapat bahan bangunan.

g) Mudah mendapat tenaga kerja.

2. Aspek Tata Guna Tanah

a) Tanah secara ekonomis lebih sukar dikembangkan secara produktif.

b) Tidak merusak lingkungan yang ada, bahkan kalau dapat memperbaikinya.


c) Sejauh mungkin mempertahankan fungsi sebagai reservoir air tanah, dan
penampungan air hujan.

3. Aspek Kesehatan

a) Lokasi sebaiknya jauh dari lokasi pabrik yang dapat mendatangkan polusi.

b) Tidak merusak lingkungan yang ada, bahkan kalua dapat memperbaikinya.

c) Sejauh mungkin mempertahamkan fungsi sebagai reservoir air tanah, dan


penampungan air hujan.

4. Aspek Politik Ekonomis

a) Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitarnya.

b) Dapat merupakan suatu contoh bagi masyarakat disekitarnya untuk membangun


rumah dan lingkungan yang sehat.

c) Mudah menjualnya karena lokasinya disukai oleh calon pembeli dan mendapat
keuntungan yang wajar

2.2 Penetapan luas rumah, jumlah dan ukuran ruang

Kebutuhan ruang per orang di hitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam
rumah.Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi,
kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya.
Rumah sederhana memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan
kegiatan hidup serhari – hari secara layak.Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah
9m2 dengan perhitungan ketinggian rata – rata langit – langit adalah 2.80 m. Kebutuhan
minimum ruang pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut:

1. Kebutuhan luas per jiwa

2. Kebutuhan luas per kepala keluarga (KK)

3. Kebutuhan luas lahan per unit bangunan.

Rumah merupakan ruang/wadah tempat manusia atau kelompok terkecil manusia


(keluarga) melakukan aktivitas sesuai dinamika kehidupan pribadi keluarganya.Rumah
dikatakan rumah tumbuh, karena manusia dalam melaksanakan kegiatan hidup
dankehidupannya melakukan trasformasi dari kegiatan sosial, biologi, ekonomi ke
dalampengubahan bentuk fisik rumah. Jadi rumah bukan merupakan produk akhir (end
product), tapi merupakan produk yang tumbuh sejalan dengan kegiatan manusia/penghuni di
dalamnya dan sesuai dinamika kehidupan yang dijalankannya.Aplikasi pemanfaatan luas
ruang rumah untuk mewadahi kegiatan keluarga yang paling pokok sekurang-kurangnya.
Ruang paling pokok untuk keluarga, maksimal 4 jiwa. Luas Kavling maksimum 90 m2
digunakan untuk semua kondisi siklus, agar dapat mewadahi pertumbuhan rumah hingga
siklus kehidupan keluarga terakhir (4 jiwa dewasa).Kebutuhan ruang rumah diperuntukkan
mewadahi kegiatan suami istri (pasutri), anak balita dan anak dewasa, sesuai siklus
kehidupan keluarga hingga menjadi pasutri kembali.

2.3 Konstruksi khusus

Konstruksi khusus bangunan yang dibuat untuk direncanakan mengikuti  persyaratan teknis
kesehatan, sehingga dapat menekan resiko kesehatan sekecil mungkin.

1. Pondasi

Pondasi harus kuat, guna meneruskan bahan bangunan ke tanah dasar, memberikan
kestabilan bangunan dan merupakan konstruksi penghubung antara  bangunan dengan tanah
bangunan dengan tanah. Ketentuan umum suatu pondasi harus mempeetimbangkan hal-hal
sebagai  berikut:

a) Pondasi harus ditempatkan di tanah keras  

b) Penampang melintang pondasi harus simetris

c) Harus dihindarkan penempatan pondasi pada sebagian dan sebagian tanah lunak

d) Disarankan menggunakan pondasi menerus, mengikuti panjang denah bangunan

e) Pondasi dibuat menerus pada kedalaman yang sama

f) Apabila digunakan pondasi setempat/umpak, maka masing  –   masing pondasi setempat
tersebut harus diikat satu dengan lainnya secara kaku dengan balok  pengikat.

g) Penggunaan pondasi pada kondisi tanah lunak dapat Penggunaan pondasi pada kondisi
tanah lunak dapat digunakan pondasi pelat beton igunakan pondasi pelat beton atau jenis
pondasi alternatif lainnya
h) Untuk rumah panggung di tanah keras menggunakan pondasi tiang, maka masingmasing
dari tiang harus terikat sedemikian rupa satu sama lainnya dengan silang  pengaku,  pengaku,
bagian bawah tiang yang berhubungan berhubungan dengan tanah diberi telapak telapak dari
batu cetak atau batu kali sehingga sehingga mampu memikul memikul beban yang diatasnya
diatasnya secara merata. Ukuran batu cetak 25 x 25 cm, tebal 20 cm.

Secara umum sistem pondasi yang memikul pondasi yang memikul beban kurang dari dua
ton (beban kecil), yang biasa digunakan untuk rumah sederhana dapat dikelompokkan
kedalam tiga sistem pondasi, yaitu : pondasi setempat; dan pondasi tidak langsung.

Sistem pondasi yang digunakan pada rumah dan pengembangannya dalam hal ini rumah
sederhana sehat adalah sistem pondasi setempat dari bahan pasangan batu kali atau pasangan
beton tanpa tulangan dan sistem pondasi tidak langsung dari bahan kayu ulin atau gelam.

2. Lantai

Fungsi lantai harus mampu:

a) Menahan air tanah dan uap basah dari tanah kedalam ruang, sehingga ruang menjadi basah
dan atau lembab.  

b) Menahan masuknya binatang melata yang keluar dari tanah (cacing, ular), dan atau
serangga.

Persyaratan:

a) Menggunakan bahan bangunan yang kedap air dan tidak bisa ditembus binatang melata
maupun serangga dari bawah tanah.  

b) Permukaan lantai harus selalu terjaga dalam kondisi kering (tidak lembab), dan tidak licin
sehingg tidak licin sehingga tidak mengakibatkan penghuni menjadi tergelincir.

c) Ketinggian lantai bangunan minimal 10 cm dari halaman atau 25 cm dari  permukaan


jalan.

d) Ketinggian Ketinggian peil lantai juga harus peil lantai juga harus berada diatas peil banjir
y berada diatas peil banjir yang diberlakukan d ang diberlakukan di lingkungan lokasi rumah.
3. Dinding

Fungsi dinding:

a) Dinding berfungsi untuk membentuk ruang, dinding dapat bersifat masif, transparan, atau
semi transparan.  

b) Dinding harus mampu menahan gangguan alam seperti angin kencang, hujan, dan panas,
agar tidak mengganggu aktivitas penghuni di dalam ruang, selain itu dinding juga harus
kedap air, sehingga tidak menyebabkan ruang menjadi lembab.

c) Bahan bangunan yang digunakan harus tahan terhadap tekanan angin, panas, dan kedap air.
Lapisan permukaan dinding mudah dibersihkan dan tidak menggunakan bahan yang
mengandung bahan beracun dan berbahaya.

4. Plafon atau Langit –  Langit

Fungsi plafon/langit-langit

a) Menjadi komponen ruang bagian atas  

b) Menahan mengalirnya udara panas yang ada di rongga atap akibat panas matahari yang
diterima pada penutup atap, langsung ke dalam ruang di  bawahnya.

Persyaratan:

a) Tinggi plafond/langit-langit sekurang-kurang-nya 2,80 m, Tinggi langit-langit untuk kamar


mandi, wc, dan cuci s untuk kamar mandi, wc, dan cuci sekurang-kurangnya ekurang-
kurangnya 2,40 m. 2,40 m.  

b) Bahan langit-langit bisa terbuat dari bahan organik seperti: gedeg bambu, bilik, kayu lapis;
bahan anorganik seperti Gypsum, asbes, partikel board; atau bahan campuran seperti: papan
campuran seperti: papan partikel semen, partikel semen, kayu-semen, dan kayu-semen, dan
lain-lain. lain-lain.

5. Atap Atap terdiri dari Rangka atap dan penutup atap.

Fungsi:
a) Rangka atap berfungsi sebagai penyangga penutup atap,  

b) Penutup atap, berfungsi sebagai penahan terhadap gangguan alam (hujan, panas, angin dll),
serta binatang. binatang.

Persyaratan:

a) Pemilihan bahan untuk penutup atap dipertimbangkan terhadap jenis penutup atap yang
dipilih, karena masing-masing jenis memiliki ketentuan/persyaratan terhadap Sudut
kemiringan atap yang dikeluarkan oleh produsen penutup atap. Sebagai dasar acuan, atap
dengan bahan plat gelombang, kemiringan minimum adalah 150 , sementara untuk
penggunaan atap genteng beton dan keramik kemiringan minimum adalah 300.  

b) Pemilihan bahan dan struktur rangka atap harus mampu memikul beban mati (berat bahan
penutup atap dan bahan rangka atap), maupun beban hidup (manusia, angin, hujan), serta
mengikuti persyaratan kemiringan penutup atap yang dipilih.

6. Ventilasi

Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan
menyehatkan manusia. Berdasarkan kejadiannya, ventilasi dapat dibagi ke dalam dua jenis,
yaitu :

a) Ventilasi alam Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan, yaitu : daya difusi dari gas
–  gas, gerakan angin dan gerakan massa di udara karena perubahan temperature udara dan
ventilasi ini mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperature udara dan dan
kelembapannya. Selain melalui jendela dan pintu dan lubang angin, maka ventilasi pun dapat
diperoleh dari pergerakan udara sebagai hasil sifat  porocus dinding ruang  porocus dinding
ruangan, atap dan lantai. an, atap dan lantai.  

b) Ventilasi buatan Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan dengan menggunakan
alat mekanis maupun elektrik.Alat  –   alat tersebut di antaranya adalah kipas angin, exhauster
dan AC (air conditioner ).
2.4 Penerangan

Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)


No.829 / Menkes / SK / VII / 1999 meliputi parameter sebagai berikut Pencahayaan alam
dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan
intensitas penerangan 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

Pencahayaan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan melalui
jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang terbuka. Cahaya matahari berguna
untuk penerangan dan juga dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk,
membunuh kuman penyakit tertentu seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain.
Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan untuk berbagai
keperluan menurut WHO di mana salah satunya adalah untuk kamar keluarga dan tidur dalam
rumah adalah 60 – 120 Lux. Guna memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara
optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur dan luas jendela yang baik
minimal mempunyai luas 10-20% dari luas lantai.

Letak dan orientasi rumah harus dipertimbangkan terhadap arah mata angin, dimana daerah
servis (palayanan) diletakan pada arah timur  –   barat, daerah hunian diletakan pada arah
utara selatan.Hindari sisi bangunan yang paling luas untuk tidak menghadap barat. Posisi
rumah yang ideal adalah sesuai dengan orientasi peredaran matahari, dan sesuai dengan arah
angin, dimana distribusi matahari harus merata, sepanjang jam  penyinaran yaitu antara jam
8.00 –  16.00. Usahakan menempatkan ruang tidur pada posisi menghadap matahari pagi, dan
jendela  jendela sebaiknya sebaiknya tembus pandang pandang agar sinar matahari matahari
pagi dapat masuk kedalam kedalam ruangan sampai dengan jam 10.00.

Bila ruang berada pada posisi menghadap arah matahari sore, sebaiknya di depan ruang
ditanami pohon pelindung agar radiasi panas dari cahaya matahari secara langsung dapat
dihindari. Jadi cahaya yang masuk kedalam ruangan hanya cahaya langit saja.

Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat dipengaruhi
oleh:

1) Cara pemasangan sumber cahaya pada dinding atau langit langit

2) Konstruksi sumber cahaya dalam ornamen yang dipergunakan

3) Luas dan bentuk ruangan


4) Penyebaran sinar dari sumber cahaya Cahaya dapat diukur dengan satuan foot candle (Fc
atau Lux).

Satu foot candle adalah penerangan yang dihasilkan oleh sebuah lilin standar pada jarak 1
kaki yang menerangi bundaran dengan jari-jari 1 kaki dengan sedemikian rupa sehingga sinar
mengenai permukaan pada sudut tegak lurus ke sumbunya.

1 Lumen = Jumlah cahaya yang diperlukan untuk menerangi bidang seluas 1 kaki persegi
dengan kekuatan 1 Fc .

1 Lux = 1 Lumen/m2 .

1Fc = 10,764 Lux.

1Lumen = kurang lebih 0,0015 Watt

1Watt = 667 Lumen

Alat pengukur cahaya biasa disebut Light meter, foot candle meter atau Lux meter. Satuan
pencahayaan adalah Lumen, sedangkan untuk penerangan menggunakan satuan Lux.
Intensitas cahaya yang dibutuhkan di dalam ruangan rumah tangga berkisar antara 50-100
Lux.

1) Dapur memerlukan 200 Lux

2) Kamar tidur 100 Lux

3) Kamar mandi 100 Lux

4) Ruang makan 100 Lux

5) Ruang belajar sekurangnya 100 Lux

6) Ruang tamu diatur sesuai selera penghuni (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pemukiman, 2012).

Penggunaan kap lampu harus memungkinkan sudut cahaya 300   dari langitlangit. Kebutuhan
penerangan minimal ruangan adalah sebagai berikut:

a. Ruang tamu luas 9 m2   : 60 watt  

b. Ruang makan luas 6 m2   : 40 watt


c. Kamar tidur luas 9 m2   : 40 watt

d. Lampu tidur : 10 watt

e. Dapur luas 4 m2   : 40 watt

f. Kamar mandi/wc luas 3 m2  : 25 watt

Untuk penerangan malam hari dalam ruangan terutama untuk ruang baca dan kerja,
penerangan minimum adalah 150 lux atau sama dengan 10 watt lampu TL, atau 40 watt
lampu pijar. Seluruh aktifitas keluarga harus berada pada daerah terang, untuk menjaga
kesehatan mata serta menjamin keselamatan kerja sesuai kecukupan penerangan yang
dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Sari Mila, Mahyuddin, Marulam MT Simarmata, Andi Susilawaty dkk. 2020. “Kesehatan
Lingkungan Perumahan”. Yayasan Kita menulis.

Sabaruddin, Arief, Hartini, dan Yuri Hermawan. 2011.  Modul Rumah Sehat . Kementerian
Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan.Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman Pengembangan Permukiman.http://litbang.pu.go.id http://litbang.pu.go.id. 

Sujono, Aris Budianto, dan Siti Kusumawati. 2012. Serial Buku Ajar Kesehatan Lingkungan:
Sanitasi Pemukiman. Jakarta: Poltekkes Kemenkes Jakarta II.

Anda mungkin juga menyukai