Anda di halaman 1dari 21

Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta di Indonesia

(One Map Policy)

KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYELENGGARAAN


PENATAAN RUANG DI INDONESIA
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Manado, 26 Mei 2016

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG


(Pasal 1 Uu 26 tahun 2007)
Pasal 1 (6)
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang
PENGATURAN
Upaya pembentukan landasan hukum penataan
ruang

PEMBINAAN

Upaya meningkatkan kinerja penataan ruang

- Perencanaan Ruang
PELAKSANAAN

PENGAWASAN

Pemanfaatan Ruang
Pengendalian Ruang

Adalah upaya mewujudkan penyelenggaraan ruang sesuai


dengan ketentuan

PRINSIP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG


(Pasal 7 Uu 26 tahun 2007)

dilakukan oleh Negara


kepada Pemerintah dan pemerintah daerah

Tetap menghormati hak

yang dimiliki orang

Dilakukan dengan Lintas Sektor,


Lintas Wilayah, dan
Lintas Pemangku Kepentingan

PERENCANAAN RUANG DI INDONESIA


(Pasal 14 Uu 26 tahun 2007)

PERENCANAAN RUANG

RENCANA UMUM

RENCANA RINCI

RTRWN

RTR PULAU/ RTR KSN

RTRWP

RTR Kawasan Strategis


Provinsi

RTRW KAB/KOTA

RDTR KAB/KOTA DAN RTR


KS KAB/KOTA

KARAKATER RENCANA UMUM :


Pendekatan wilayah administratif
muatan terdiri dari rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang

KARAKTER RENCANA RINCI :


Pendekatan nilai strategis
muatan terdiri dari blok dan subblok
peruntukan

Perda RTRW (Peta pola dan struktur ruang) digunakan sebagai


dasar pengambilan keputusan atas izin penggunaan suatu
kawasan (sehingga perlu didukung dengan data spasial berkualitas)
Perizinan utama dalam pembangunan dan penyediaan infrastruktur harus selaras dengan RTRW

UMUM

UU No.2/2012 (Pasal 7) Pengadaan Tanah


Untuk Kepentingan Umum
Perpres No.71/2012 (Pasal 5)
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunana untuk Kepentingan Umum

IZIN LINGKUNGAN (AMDAL)

PP No. 27/2012 (Pasal 13 dan 14) Izin


Lingkungan

PENETAPAN LOKASI BANDARA

CONTOH: BANDARA

SEKTORAL

PENGADAAN TANAH/IZIN LOKASI

PP No.70/2001 (Ps. 8) Kebandarudaraan


KM No. 48/2002 (Ps.3) Penyelenggaraan
Bandar Udara Umum

RENCANA INDUK BANDARA

UU No.1/2009 (Ps. 199) Penerbangan


PM No. 69/2013 (Ps. 21) Tatanan
Kebandarudaraan Nasional

IZIN PEMBANGUNAN BANDARA

PP No.70/2001 (Ps. 19) Kebandarudaraan

Berdasarkan Hasil Rekapitulasi per 17 April 2015, 83% wilayah telah


memiliki Perda RTRW.

Belum Selesai

Selesai

RTRW
Habis
Masa
Berlaku

Belum Memiliki
Perda RTRW

RTRW Lama
Masih
Berlaku
Tetapi Belum
Sesuai
UU No.
26/2007

Provinsi

26

34

Kabupat
en

41

31

332

412

87

93

Wilayah

Kota

Perda
RTRW
Ditetapkan
(Sesuai
UU No.
26/2007)

Total

namun
demikian peta
Perda RTRW
perlu selaras
dengan peta
dasar dan peta
tematik status
dan potensi
wilayah
5

RENCANA TATA RUANG DAN PERIZINAN


Proses Perizinan
(PP 15/2010)

Pengaturan
Rencana Tata Ruang

Arahan Pemanfaatan Ruang


Sektoral

RTRW Nasional
(PP N0. 26 Tahun 2008)

1:
1.000.000

Dasar Pelaksanaan RTRWN


dalam Penyusunan RTRW Prov

RTR Pulau/Kepulauan
(Perpres)

1:
500.000

Pedoman Penetapan Lokasi


dan Fungsi Ruang untuk
Investasi

RTRW Provinsi
(Perda Prov)

1:
250.000

Pengaturan Zonasi
Pengembangan Kawasan

RTR Kawasan Strategis


Nasional (Perpres)

1:
50.000

Pengaturan Zonasi
Pemanfaatan Ruang Kawasan

RTR Kawasan Strategis


Provinsi (Perda Prov)

1:
50.000

Dasar untuk Penerbitan


Perizinan Lokasi, AMDAL,
dan Administrasi Pertanahan

RTRW Kab/Kota
(Perda Kab/Kota)

1:
50.000

Dasar Pemberian Izin


Pemanfaatan Ruang / Lokasi

Rencana Rinci (Detail)


Tata Ruang Kecamatan
(SK Gub/Bupati/Walikota)

1 : 10.000
1 : 5.000

Dasar Pemberian Izin


Bangunan, KDB, KLB

Lembar Kerja / Urban


Design Guideline
(SK Kepala Dinas Tata
Kota)

1 : 2.000
1 : 1.000

Skala Peta

Keterpaduan Program dan Perencanaan


RENCANA
PEMBANGUNAN

Nasional

RTRWN

RPJPNasional
RPJMN

Provinsi

RENCANA SPASIAL

RTR Kawasan
Strategis Nasional

RPJMN

RPJMN 2014-2019 :
Program NAWA CITA
RPJPDaerah Provinsi

RPJMD

RPJMD

RTRW Provinsi

Masih adanya
Gap Rencana
Pembangunan
vs Spatial
Planning

Kabupaten/ RPJPD Kab/Kota


Kota
RPJMD

RPJMD
Pasal 2(2) Perpres 9 2016:

RTR Kawasan
Strategis

RTRW Kab/Kota
RTR Kawasan
Strategis Kab/Kota
Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan
Perkotaan

Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta berfungsi sebagai :


a. Acuan perbaikan data IGT masing-masing sektor

b. Acuan perencanaan pemanfaatan ruang skala luas yang terintegrasi dalam dokumen
Rencana Tata Ruang

KEDUDUKAN DAN FUNGSI RDTR


Rencana rinci disusun apabila :
1. rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan
acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang karena
tingkat ketelitian petanya belum mencapai 1:5000;
dan/atau
2. rencana umum tata ruang sudah mengamanatkan
bagian dari wilayahnya yang perlu disusun RDTRnya.
Rencana rinci (RDTR) tidak perlu disusun apabila
rencana umum tata ruang sudah disusun pada tingkat
ketelitian peta 1:5000, maka tinggal dilengkapi dengan
Peraturan Zonasi.

PRINSIP PENYUSUNAN RDTR

1. Fungsi umum peruntukan RTRW masih terpenuhi


dengan dominasi (>50% fungsi peruntukan RTRW
sama dengan fungsi Rencana Rinci)
2. Penyesuaian dengan objek bidang pertanahan
(property right = development right)
3. Menggunakan prinsip keterbukaan perencanaan
dalam pengembangan kawasan.
4. Pengembangan skala pelayanan dan transportasi
umum

ASPEK DOMINASI KAWASAN

Fungsi
Industri
yang
dirincikan

Fungsi Permukiman yang dirincikan

PENYESUAIAN OBJEK PERTANAHAN

Objek Bidang Permukiman

KETERBUKAAN PERENCANAAN

Seminar dan FGD

Kesepakatan
Stakeholder

Pembahasan RDTR

PENGEMBANGAN SKALA PELAYANAN DAN TRANSPORTASI

Apa Kebijakan Satu Peta itu?


(Perpres 9, 2016)

Kebijakan Satu Peta


bertujuan untuk mewujudkan satu peta yang mengacu pada satu referensi geospasial, satu
standar, satu basis data, dan satu geoportal pada tingkat ketelitian peta skala 1:50.000

Berfungsi menjadi acuan:

perbaikan data IGT masing-masing sektor; dan


perencanaan pemanfaatan ruang skala luas yang terintegrasi dalam dokumen
Rencana Tata Ruang

Terdiri atas kegiatan:

kompilasi data IGT (K/L, Pokja, Pemda)


integrasi data IGT dan verifikasi IGT terhadap IGD;
sinkronisasi antar data IGT; dan
penyusunan rekomendasi dan fasilitasi penyelesaian
permasalahan IGT termasuk penyediaan alokasi anggaran dalam
rangka penyelesaian permasalahan tersebut.
14

Komposisi Tim Percepatan KSP


(Perpres 9, 2016)
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN

KOORDINASI

TIM PERCEPATAN KSP


Ketua
: Menko Perekonomian
Anggota
:
1.
Menteri PPN/Kepala BAPPENAS
2.
Menteri Keuangan
3.
Menteri Dalam Negeri
4.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
5.
Menteri Agraria dan Tata Ruang
6.
Sekretariat Kabinet

TIM
PELAKSANA
Ketua
: Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG)
Wakil Ketua 1 : Deputi Bidang Pengembangan Regional, Kementerian PPN/BAPPENAS;
Wakit Ketua 2 : Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri;

SEKRETARIAT
Sekretaris
Wakil Sekretaris 1
Wakil Sekretaris 2

: Deputi VI, Kemenko Perekonomian;


: Deputi II Kantor Staf Kepresidenan;
: Deputi IGT, BIG

Satuan Tugas 1
KOMPILASI dan
INTEGRASI

TEKNIS
POKJA &
WALIDATA

Satuan Tugas 2
SINKRONISASI

Lingkup Kegiatan Kebijakan Satu Peta (2016 2019)


KOMPILASI

01

Proses pengumpulan IG Tematik yang


dimiliki oleh Kementerian/Lembaga saat ini

INTEGRASI

02

Proses penyelarasan IG Tematik, baik yang


telah dimiliki oleh Kementerian/Lembaga
maupun yang baru dibuat, pada IG Dasar

SINKRONISASI

03
Produk
One Map

Proses penyelarasan antar IG Tematik,


termasuk didalamnya penyelesaian konflik
yang terjadi akibat tumpang tindih hasil
Integrasi

Prinsip Penyelenggaraan Kebijakan Satu Peta

LINTAS SEKTOR DAN LINTAS PEMANGKU KEPENTINGAN


2016

Kelompok A: Peta Status


(K/L terkait dan 34 Pemprov)
IGT Peta Regulasi

Sinkronisasi/penyelesaian konflik antar IGT

Kompilasi Informasi GeoSpatial Tematik (IGT)

Kebijakan Satu Peta

1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.

IGT Kehutanan (SK Penetapan,


IUPHHK, HTR, KHDTK)
IGT Migas dan Minerba (IUP/KP,
Izin WKP)
IGT Pertanahan Skala Luas (HGU,
HPL, HGB)
IGT Tanah Ulayat
IGT Perizinan Lokasi
(Kabupaten/kota)
IGT Kawasan Khusus (KEK,
Kawasan Industri, KPBPB)
IGT Transmigrasi
IGT Batas Negara (darat dan laut)
IGT Batas Wilayah Administrasi
(darat dan laut)

IGT Peta Perencanaan Ruang


1.
2.
3.
4.

Perda RTRW (Kab/Kota, dan Provinsi)


Perpres RTR Kawasan Strategis
Nasional
Peta Wilayah Pertahanan
Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
Provinsi

Kelompok B: Peta Potensi


(yg dimiliki K/L Terkait saat ini)
Peta Dasar RBI
1: 50.000

IGT Peta Transportasi dan Utilitas


1.
2.
3.
4.
5.

Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan Umum
Bandar Udara
Jaringan Jalan dan Kereta Api
Jaringan Utilitas (Pipa Migas, SPAM,
IPAL, TPA)
6. Jaringan Kelistrikan
7. Bendungan, Sabo DAM, dan Irigasi

IGT Peta Lingkungan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Air Tanah dan Air Permukaan


Neraca SD Alam (Hutan, Air, Lahan)
Tutupan Lahan
Lahan Gambut
Struktur Geologi, dan Jenis Batuan
Struktur dan Jenis Tanah
Curah hujan dan Energi
Daerah Aliran Sungai

IGT Peta Potensi Kawasan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Lahan Baku Sawah


Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
Bentang Alam Karst
Sumberdaya Geologi
Sumberdaya Mineral
Potensi Desa (Podes)
Cagar Budaya

Kompilasi peta tematik (status dan potensi) di atas peta RBI 1: 50.000

2018
Kebijakan Satu Peta sebagai dasar pengambilan keputusan

2019

17

Prinsip Penyelenggaraan Kebijakan Satu Peta Oleh

Pemerintah yang diwakili Walidata


SIMPUL JARINGAN

KELOMPOK
KERJA

SEKRETARIAT
KEBIJAKAN SATU PETA

Walidata 1
K/L 1

Walidata 2

Pokja 1

Walidata 3

Pokja 2

Walidata 1
K/L 2

KOMPILASI

Pokja 3

Walidata 2
Walidata 3

Walidata 2

Pokja 4
Pokja 5

Walidata 1
K/L
15

SATGAS 1

SATGAS 2
SINKRONISASI

Pokja
13

Walidata 3
PRINSIP PEMENUHAN NAWACITA
18

Prinsip Penyelenggaraan Sinkronasasi Kebijakan Satu Peta

MEMPERTIMBANGKAN KONDISI EKSISTING


Tahap
JENIS DATA IGT
1.IGT Status Lahan
2.IGT Perencanaan
Ruang
3.IGT Utilitas dan
Transportasi
4.IGT Potensi
Kawasan
5.IGT Lingkungan

1.
2.

Desk Study

Identifikasi dan Klasifikasi Permasalahan


Proses Penilaian awal dan Analisa Masalah dengan parameter :
Kesesuaian Kelompok Data IGT
Kemanfaatan, mencakup analisa proyeksi keuntungan dan
keberlanjutan kawasan
Implikasi Hukum, termasuk analisa dampak gugatan hukum
Penguasaan Real (Lapangan), menyangkut aspek penggunaan lahan
eksisting dilapangan.
Implikasi Sosial, termasuk didalamnya analisa kependudukan,
ketenagakerjaan, dan religi.
Penilaian Daya dukung dan Daya Tampung Kawasan

Tahap

Field Work

Dilaksanakan
oleh SATGAS II
dengan
melibatkan
K/L/D/I

Dipergunakan untuk memperolah gambaran Local


Knowledge (politik daerah dan eksisting landuse)
Klarikasi kajian Desk Studi, terutama mengenai
dampak Sosial dan Lingkungan

Tahap

Pembahasan dan
Penyusunan Rekomendasi

1. Dilakukan dengan FGD/Seminar


2. Pembahasan parameter solusi
3. Rumusan Rekomendasi penyelesaian
masalah multi sektor

Diselesaikan oleh Tim


Percepatan dengan masukan
teknis dari Tim Pelaksana
Jika diperlukan, maka Presiden
dapat mengeluarkan kebijakan
untuk menyelesaikan masalah

OUTPUT ONE MAP POLICY


Pemenuhan Jaringan Data Spasial Nasional yang Terintegrasi

ONE

DATA

ONE

MAP

SKALA 1:50.000

Pengembangan
Perangkat Simpul

Pengembangan di
600an Simpul Jaringan

- Kebutuhan Anggaran
- Keamanan Server

Pengembangan
SDM Simpul

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai