I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam UU No 29 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-
Undang No 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dan RPP,
mengamanatkan bahwa Pembangunan transmigrasi berbasis kawasan
yang memiliki keterkaitan dengan kawasan disekitarnya, membentuk satu-
kesatuan dalam sistem pengembangan ekonomi wilayah. Pembangunan
kawasan transmigrasi dirancang secara holistik dan komprehensif sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW).Pembangunan Kawasan
Transmigrasi dapat berbentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi
(WPT) atau Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT).Pembangunan
Wilayah Pengembangan Transmigrasi diarahkan untuk mewujudkan pusat
pertumbuhan baru atau sebagai kawasan perkotaan baru. Sedangkan
Lokasi Permukiman Transmigrasi diarahkan untuk mendukung pusat
pertumbuhan yang telah ada atau yang sedang berkembang sebagai
kawasan perkotaan baru.
Penyusunan Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) adalah sebagai
dasar untuk mewujudkan pembangunan kawasan transmigrasi,
pengembangan masyarakat dan kawasan transmigrasi. Dalam RPP
pelaksanaan UU 15/1997 yang telah diubah dengan UU 29/2009,
Penyusunan RKT dilaksanakan secara bertahap mulai dari perencanaan
WPT dan LPT, kemudian dilanjutkan dengan Penyusunan Rencana Satuan
Kawasan Pengembangan (RSKP) dan secara lebih rinci dibuat Rencana
Teknis Satuan Permukiman.
Rencana Teknis Satuan Permukiman (RTSP)menghasilkan dokumen
perencanaan sebagai pedoman dan arahan untuk pembukaan lahan dan
pembangunan permukiman transmigrasi. Disamping itu agar kawasasn
transmigrasi tidak terisolir diperlukan Perencanaan jalan untuk
menghubungkan pemukiman /kawasan transmigrasi dengan pusat
pertumbuhan terdekat.
Kedepan untuk lebih memeratakan hasil pembangunan dan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam di permukiman yang
sudah ada di luar Jawa,Sumatera dan Bali,pembangunan transmigrasi
tidak hanya merencanakan pembangunan pemukiman-pemukiman baru
1|P age
saja (SP baru), namun sudah saatnya direncanakan pula pembangunan SP
pugar. Konsep dan pendekatannya adalah, satuan pemukiman baru yang
direncanakan akan diintegrasikan dengan permukiman penduduk
lokal/setempat yang akan dipugar menjadi satu kesatuan pemukiman (SP
Pugar). Disamping itu dalam rangka mewujudkan satu kesatuan
pengembangan ekonomi wilayah, pemukiman - pemukiman transmigrasi
akan di integrasikan dengan desa setempat (SP tempatan) masuk dalam
satu kesatuan SKP.
Penyusunan RTSP dan Rencana Teknis Jalandiperlukan untuk
mendukung program pembangunan pemukiman transmigrasi pada tahun
berikutnya.
2|P age
3. Tersedianya informasi mengenai jumlah penduduk lokal dan Jumlah
Transmigran yang bisa ditempatkan.
4. Berkembangnya komoditas unggulan/potensial di calon permukiman
transmigrasi untuk mendukung pengembangan ekonomi kawasan.
5. Terciptanya keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan
permukiman transmigrasi dan desa-desa setempat dalam kawasan.
3|P age
1.4. Luaran
Hasil penyusunan RTSP dan RTJ ada 2 (dua) produk yaitu :
1. RTSP, terdiri atas :
a. Dokumen Laporan,
b. Album Peta dan,
c. Pilok
d. RAB
e. CD
4|P age
Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3800).
5|P age
3. Aspek Legalitas
a. Desa yang diusulkan SP Pugar masuk ke dalam SK Pencadangan
Areal yang berada diluar kawasan hutan atau ijin lokasi/HGU
perusahaan;
b. Penduduk setempat menginginkan dan mengusulkan adanya
transmigran di desanya dan telah menyerahkan lahan nya
(berdasarkan Surat Keterangan Tanah) yang ditanda tangani
minimal oleh 85 % pemilik tanah dan mencakup luas 85 % dari luas
yang akan diserahkan yang dituangkan dalam BA;
c. Telah ada hasil konsolidasi lahan yang diterbitkan oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten dan telah diterbitkan SK HPL untuk
pembangunan pemukiman transmigrasi.
Secara singkat penyusunan RTSP dan RTJ mengikuti tahapan sebagai berikut:
Persiapandata sekunder dan peta-peta pendukung
Koordinasi
Musyawarah I
Orientasi Lapangan
Survai lapangan :
Untuk penyusunan RTSP
o Survai pendahuluan
- Survai dan pemetaan seluruh areal survai;
6|P age
- Survai dan pemetaan penduduk peserta pugar (untuk survai
pugar);
- Survai tanah dan evaluasi kesesuaian lahan ;
- Survai penggunaan lahan dan sumber daya hutan;
- Survai iklim dan hidrologi ;
- Survai kependudukan dan sosial budaya;
- Survei dan pemetaan rumah penduduk,sarana dan
prasaranayang harus dipugar (untuk SP Pugar);
- Survai agro ekonomi:
o Musyawarah II;
o Survai detail di calon areal permukiman :
- Survai topografi
- Survai tanah
- Survai penggunaan lahan dan sumber daya hutan
- Pembuatan sumur uji
o Pengolahan data dan analisa lapang;
o Penyusunan RTSP Tentative;
o Rencana pembukaan lahan ;
o Musyawarah III.
Untuk penyusunan RTJ
o Reconaissance Survei;
o PemasanganBench Mark dan patok-patok sementara;
o Pengukuran Polygon/Traverse;
o Pengamatan matahari/azimuth geografis;
o Pengukuranbedatinggi;
o Pengukuran Cross Section;
o Pengukuran situasi sungai/jembatan;
o Pembuatan peta tentatif Alinemen Horizontal Jalan
o Staking Out;
o Penelitian mekanika tanah dan sumber material;
o Survei hidrologi dan lingkungan ;
o Survei sosial dan ekonomi;
o Foto lapangan.
Pengolahan data, analisa dan penyusunan RTSP di Lapangan
7|P age
Penilaian Aksesibilitas;
Penilaian fisik lahan;
Penilaian status lahan;
Penilaian ketersediaan air dan resiko banjir;
Penilaian Kesesuian permukiman;
Penilaian kependudukan dan sosial budaya.
Penyusunan Rencana Teknis SP Tentative
Penataan desa pugar;
Penyusunan rencana tata ruang pemukiman .
Musyawarah III
Penajaman Analisa dan penyusunan Rencana
Untuk pekerjaan RTSP
o Penajaman pengolahan Data dan Analisa
- Telaahan Kebijakan;
- Identifikasi kedudukan SP dalam hirarki pusat;
- Penilaian Aksesibilitas;
- Penilaian fisik lahan;
- Penilaian status lahan ;
- Penilaian ketersediaan air dan resiko banjir;
- Penilaian Kesesuian permukiman ;
- Penilaian kependudukan dan sosial budaya.
o Penyusunan RTSP Definitive
- Luasan SP ;
- Rencana Detail Pemanfaatan ruang SP;
- Rencana Pembukaan lahan SP ;
- Rencana Penyiapan bangunan SP :
o Rencana detail pola usaha pokok dan pengembangan usaha yang
dapat dikembangkan;
o Perhitungan Kelayakan usaha transmigran;
o Telaahan Lingkungan ;
o Rencana Daya Tampung Penduduk SP ;
o Rencana jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan;
o Rencana Kebutuhan Pembangunan SP .
Untuk pekerjaan RTJ
8|P age
o Perhitungan Volume Pekerjaan Pelaksanaan Fisik Pembuatan
Jalan;
o Penyempurnaan Desain Jalan sesuai Standar Geometrik Jalan;
o Analisis Data;
o Estimasi Volume Pekerjaan dan Biaya.
9|P age
Untuk mengetahui kondisi penutupan lahan awal areal studi, pola
drainase dan informasi awal mengenai landform secara perlu
dilakuakn interpretasi citra satelit.
5. Pembuatan Peta Rencana Kerja
Berdasarkan hasil studi literatur, interpretasi citra satelit dan hasil
pembuatan peta dasar , maka dibuat peta rencana kerja survei di
lapangan.
a. Untuk RTSP skala 1 : 10.000 yang meliputi rencana survai:
Rencana survai topografi;
Rencana survei posisi rumah-rumah serta lahan penduduk yang
akan dipugar, serta jalan dan Fasum desa eksisting (bila SP pugar);
Rencana survai tanah;
Rencana survai hidrologi;
Rencana survai penggunaan lahan;
Rencana survei potensi hutan (bila ada);
Rencana Chek posisi areal yang telah dllakukankonsolidasi tanah
untuk pemukiman transmigran.
b. Untuk RTJ skala 1 : 5.000 mencakup informasi-informasi antara lain :
Data kemiringan/slope (land unit slope) dan punggung bukit;
Pola drainase;
Alinemen horisontal rencana jalan;
Pusat-pusat pemukiman yang dilalui, nama kampung/kotanya bila
diketahui;
6. Persiapan peralatan survai lapangan baik alat, chek list dan persiapan
administrasi.
Konsultan harus menyiapkan peralatan survei dan bahan yang memadai
baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta telah mendapat persetujuan
dari pihak Pemberi Tugas. Konsultan juga harus menyiapkan tenaga
personil sesuai dengan bidang tugas dan keahliannya.
4.2. Koordinasi
Koordinasi dimaksudkan sebagai upaya agar pekerjaan lapang berjalan
dengan lancar sesuai dengan rencana. Untuk itu perlu disiapkan
kelengkapan administrasi koordinasi dengan instansi terkait baik intern
10 | P a g e
maupun ekstern di tingkat pusat, diantaranya Dinas Transmigrasi Provinsi
dan Kabupaten, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kab, Dinas
Perhubungan Prov/Kab, ASDP setempat sehubungan dengan prasarana
dan pemukiman transmigrasi yang akan direncanakan. Kegiatan ini dapat
dibantu oleh pengawas lapangan atau asisten pengawas lapangan.
Hal-hal yang perlu dikoordinasikan:
1) Pemantapan lokasi kegiatan;
2) Pencapaian lokasi;
3) Program Dinas yang menangani Transmigrasi terhadap pembangunan
fisik yang direncanakan dan UPT-UPT di sekitar lokasi proyek;
4) Program Pemda dan lintas sektor terkait;
5) Informasi kemampuan kontraktor di daerah tersebut;
6) Personil Dinas yang akan mengantar ke lokasi proyek.
4.3. Musyawarah I
Musyawarah dilakukan tiga kali bersama dengan kepala desa, tokoh
masyarakat dan masyarakat, aparat desa dan kecamatan, dinas yang
membidangi ketransmigrasian kabupaten/kota, pelaksana pekerjaan dan
wakil dari pusat. Musyawarah dilakukan sebanyak 3 kali:
Musyawarah tahap I dilaksanakan pada waktu tiba di lapangan :Pada
tahap ini merupakan pemantapan hasil sosialisasi sebelumnya yang
dilakukan oleh dinas kabupaten/kota.
11 | P a g e
Untuk SP Pugar :
Sosialisasi konsep pemugaran;
untuk mengkonfirmasi kesepakatam yang telah dilakukan
sebelummnya, atas kesediaannya masyarakat untuk menerima
transmigran dalam satu kesatuan pemukiman dan ;
Kesepakatan terhadap data atau dokumen legalitas serta surat
penyerahan tanah yang telah mereka tandangani dan telah diterbitkan
surat persetujuannya dari BPN;
Menginventariir data rumah yang perlu dipugar;
Inventarisasi calon TPS ;
Usulan calon TPA;
persetujuan dilakukan penyusunan tata ruang permukiman yang
terintegrasi dengan desa tersebut;
Pembuatan Berita Acara.
4.4. OrientasiLapangan
Orientasi lapang meliputi Batas areal studi , Batas areal survai sesuai peta
rencana kerja dan disempurnakan di lapangan, Orientasi calon
permukiman, penentuan untuk patok awal.
4.5. SurvaiLapangan
4.5.1. Untuk Kegiatan Penyusunan RTSP
Survai Pendahuluan di Seluruh Areal Survai (untuk SP pugar batas
administrasi desa)
1. Survai topografi meliputi :
o Penentuan BM 0 dan baseline;
o Survai kelerengan pada jalur rintisan per 500 m;
Untuk SP baru survei kelerengan diseluruh areal survai
sedangkan untuk SP pugar terbatas pada areal hasil konsolidasi
lahan untuk SP Pugar, survai dan Pemetaan topografi ada
tambahan yaitu:
Pemetaan posisi rumah penduduk, sarana dan prasarana
yang harus dipugar;
12 | P a g e
Pemetaan posisi FU dan jalan yang akan diperbaiki
(fungsional).
2. Survai Tanah pada jalur rintisan per-500 m di seluruh areal survai;
3. Survai Penggunaan Lahan Dan Sumber Daya Hutan pada jalur
rintisan per-500 m di seluruh areal survai;
4. Survai Iklim dan Hidrologi ;
5. Survai dan pemetaan penduduk peserta pugar :
o Inventarisasi nama-nama penduduk yang akan dipugar rumahnya;
o Inventarisasi pecahan KK dan lahan miliknya untuk dibangunkan
rumah;
o Identifikasi FU dan jalan yang akan diperbaiki (fungsional).
6. Survai Agro Ekonomi di desa calon pugar.
B. Pengukuran Pengikatan
13 | P a g e
o Berdasarkan Peta Rencana Kerja Topografi, pengukuran harus
diikatkan terhadap patok hasil RSKP titik tetap (BM) dan Patok
areal terekomendasi.
o Pengukuran Pengikatan menggunakan theodolite ketelitian 30”,
pengukuran sudut horizontal dilakukan bersamaan pengukuran
vertical (tachimetry).
o Datum vertikal dapat menggunakan ketinggian permukaan air laut
rata-rata atau ketinggian Baromatrik atau ketinggian patok BM
RSKP.
o Pada setiap BM, GCP dan titik penting lainnya di cek koordinatnya
dengan GPS.
o Ketelitian Pengukuran Pengikatan disyaratkan sebagai berikut:
Ketelitian sudut: 4’√n (n= jumlah titik polygon)
Ketelitian linier jarak: 1/2000
Ketelitian beda tinggi: 60 mm√DKm (D= jumlah jarak dalam
Km).
14 | P a g e
horizontal minimal 30". Untuk pengecekan koordinat BM, BL dan
titik penting lainnya di cek dengan GPS.
o Pengukuran base line dilakukan pulang pergi atau merupakan loop
tertutup.
o Sudut horizontal diamati dengan pembacaan ke target belakang
bacaan biasa, lalu ke target depan bacaan biasa, lalu dengan
posisi teropong luar biasa target depan dibaca luar biasa, kemudian
diarahkan ke target belakang bacaan luar biasa (B B,LB LB)..
o Bersamaan dengan pengukuran horizontal dilakukan pengukuan
beda tinggi dengan metoda tachymetry. Selisih beda tinggi
pembacaan Biasa dan Luar Biasa ke target belakang tidak boleh
lebih dari 2 mm, demikian juga untuk target depan.
o Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur pulang pergi.
o Jarak antara dua titik polygon yang berurutan 50 m maksimum
100m.
o Tingkat ketelitian pengukuran base line disyaratkan sebagai
berikut:
Ketelitian sudut: 4’√n (n= jumlah titik polygon)
Ketelitian linier jarak: 1/2000
Ketelitian beda tinggi: 60 mm√DKm (D= jumlah jarak dalam
Km).
15 | P a g e
o Pengecekan kemiringan lahan dilakukan pada titik-titik tertentu
dalam jalur rintisan per 250m sesuai dengan peta kerja dengan
memperhatikan kelas kemiringan yang akan dicek.
o Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat ukur
clinometer, kompas , pita ukur dan GPS.
o Pengamatan kemiringan dilakukan dengan jarak 50 m ke depan,
ke kanan dan kiri. Dari data prosentase kemiringan (%) yang
didapat baik positif/tanjakan maupun negatip/lereng, akan diambil
nilai yang maksimum.
o Tempat berdiri pengamatan dan titik target diamati koordinatnya
dengan menggunakan GPS, koordinat dalam UTM .
o Berdasarkan hasil pengamatan kemiringan lahan tadi di lakukan
perbaikan terhadap peta kemiringan lahan.
o Pengelompokan kemiringan lahan berdasarkan bentuk
topografinya terbagi atas beberapa kelas kemiringan lahan :
- Datar 0–3%
- Landai/ berombak 3–8%
- Bergelombang 8 – 15 %
- Agak Berbukit 15 – 25 %
- Berbukit 25 – 40 %
- Bergunung > 40 %.
o Keberadaan detail alam pada jalur rintisan dan sekitarnya seperti
sungai, alur, rawa jalan dan sebagainya harus diukur koordinatnya
menggunakan GPS dan dimensinya di catat. Selanjutnya,
keberadaan detail-detail tersebut harus dicatat dan dibuat sketsa
lapangannya dalam buku ukur.
16 | P a g e
1. Pengecekan tata letak/posisi obyek yang ada di peta dengan skala
dilakukan:
Melakukan pengukuran on screen koordinat obyek-obyek yang
mudah diidentifikasi dengan mencatat dan membuat daftar
koordinat obyek tersebut.
Dengan menggunakan peta rencana kerja, posisi obyek-obyek
tersebut di cek koordinatnya di lapangan dengan menggunakan
GPS.
Berdasarkan hasil pengecekan bila terjadi perbedaan, maka
koordinat di peta disesuaikan dengan koordinat lapangan.
17 | P a g e
Lahan yang diusahakan penduduk setempat.
Survei tanah akan memiliki kegunaan yang tinggi jika teliti dalam
memetakannya, hal itu berarti :
18 | P a g e
f. Daerah survei berrawa, padang rumput atau savana yang
tidak menampakkan gejala permukaan.
Dalam metoda ini, pengamatan dilakukan dalam pola teratur pada
interval titik pengamatan yang berjarak sama dalam kedua arah.
Sangat cocok diterapkan pada daerah-daerah di mana posisi
pemeta, sukar ditentukan dengan pasti.
19 | P a g e
3. Metoda Grid Bebas
a. Perpaduan metoda grid-kaku dengan metoda fisiografi.
b. Digunakan pada survei detil sampai dengan semi-detil, yang
kemampuan foto udara dianggap terbatas dan di tempat-
tempat yang orientasi lapangan cukup sulit.
c. Pengamatan lapangan dilakukan pada titik-titik seperti pada
grid-kaku, tapi jarak titik-titik pengamatan tidak perlu sama
dalam dua arah, tetapi tergantung keadaan fisiografi.
d. Jika terjadi perubahan fisiografi yang menyolok dalam jarak
dekat pengamatan akan lebih rapat.
e. Jika bentuk-lahan relatif seragam maka pengamatan akan
renggang.
f. Sangat baik diterapkan oleh surveyor yang belum
berpengalaman dalam IFU.
20 | P a g e
2. Penentuan Titik Observasi Dalam Transek juga merupakan
daerah pewakil sederhana dalam bentuk jalur/rintisan yang
mencakup satuan landform, sebanyak mungkin.
21 | P a g e
soil mapping unit atau satuan peta tanah (SPT).
22 | P a g e
3. Penentuan titik Pengamatan dilakukan dengan berdasarkan
satuan peta lahan homogen dengan jumlah titik pengamatan
dilakukan proporsional dengan luasan dan tingkat homogenitas
karakteristik tanah pada masing-masing satuan peta tanah.
4. Pengamatan tanah dilakukan dengan cara pengamatan
penampang profil dan pengeboran pada masing-masing titik
pengamatan yang mewakili masing-masing satuan peta tanah
homogeny
5. Pengamatan tanah dilapangan dilakukan berdasarkan petunjuk
survei soil survey staff/Dokumen Petunjuk Pengamatan tanah
dari Balai Besar Sumberdaya Lahan/Puslittanak tahun 1993.
Contoh Tabel deskripsi profil dan pengeboran lihat lampiran.
Sedangkan pengamatan pengujian kesuburan dilapangan
dilakukan dengan mengunakan soil test kit kesuburan tanah.
6. Jumlah profil pewakil masing-masing SPT minimal 2 profil dan
jumlah titik pengeboran mengikuti jalur transek (sedikitnya
dilakukan pada beberapa lokasi yaitu pada bagian lereng bawah,
lereng tengah, lereng atas/puncak, sehingga akan diperoleh 3-5
titik setiap satuan lahan), atau minimal 1 titik pengamatan untuk
luasan 12,5 ha di seluruh areal survai ..
7. Jika extrapolasi berdasarkan kesamaan karakteristik landform,
bahan induk dan relief.
8. Setiap SPT akan diambil sampel tanah komposit minimal 2
sampel komposit, pada kedalaman 0-30 dan 30-60 cm yang
selanjutnya akan dilakukan analisa laboratorium untuk penilaian
kesuburan tanah dan penilaian kesesuaian lahan.
9. Laboratorium analisis disarankan dilakukan dilaboratorium yang
sudah terakreditasi, misalnyaLaboratorium BBSDL, Laboratorium
Riset Perkebunan atau Laboratorium Tanah Perguruan Tinggi.
10. Sebelum dilakukan analisis laboratorium, sampel tanah dan air
perlu dilakukan pengecekan ulang misalnya, data deskripsi,
penomoran/label, kondisi contoh tanah utuh.
11. Untuk tanah gambut hendaknya dilakukan pemboran dengan
menggunakan bor gambut terhadap kedalamannya sampai
23 | P a g e
dijumpai batuan /lapisan tanah mineral denganserta diamati
ketebalandan tingkat kematangan bahan organik(Fibrist, Hemist,
Saprist) serta potensi gambut dengan melakukan analisa Kadar
Abu di laboratorium.Untuk Gambut di daerah pasang surut dan
rawa lebak perlu itu diukur kedalaman pirit ( FeS2) serta sifat
drainasenya.
24 | P a g e
komposit dan contoh fisik/undistrub-sample (jika ada) di
plotkan pada peta yang disajikan.
Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil
pada lokasi yang dicalonkan untuk pekarangan (LP) dan
Lahan Usaha I (LU.I), dengan kerapatan satu contoh untuk
setiap blok/kelompok lahan pekarangan atau minimal per 25
ha (50 KK) diambil dari kedalaman 0-30 cm. Sedangkan untuk
Lahan Usaha II dengan kerapatan satu contoh per 50 Ha
pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.
Tabel
Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi
CONTOH CONTOH
JENIS ANALISA KETERANGAN
PROFIL KESUBURAN
25 | P a g e
kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah,
struktur, konsistensi, reaksi tanah (pH), Kapasitas Tukar
Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), drainase tanah,
P2O5, K2O, C organik,status kesuburan dan kondisi
factor pembatas yang menonjol seperti : kejenuhan
alumunium, gambut, banjir, erosi, sulfat masam dan
sebagainya.
Setiap titik pengamatan tanah dan pemboran profil di
plotkan pada peta SPL yang dilengkapi dengan macam
tanah, kedalaman efektif, tekstur lapisan atas dan bawah
serta kedalaman drainase.
26 | P a g e
masukan input teknologi, tingkat rendah yang diperlukan
sehingga didapat kesesuaian lahan potensial. Begitu pula
untuk tipe penggunaan lain, juga untuk tanaman tahunan
yang diusulkan. Kesesuaian lahan tingkat unit disajikan pada
peta skala 1 : 10.000.
27 | P a g e
Tanaman Perkebunan. Selanjutnya dilakukan penilaian
kesesuaian lahan untuk beberapa komoditi, sehingga
dapat ditentukan jenis komoditi yang paling sesuai.
28 | P a g e
pengamatan yang terbaru di lapangan dan data-data penunjang lain
yang ada.
Pengamatan di lapangan harus dibuat dan dicatat pada semua
katagori yang diidentifikasikan dengan satu pengamatan setiap 50
meter sepanjang semua rintisan dan poligon yang dipakai untuk
survai tanah.
Peta penggunaan lahan harus menunjukkan juga batas-batas HPH,
“Long Yard” dan “Camp” serta jalan angkutan kayu utama (main
logging road) dengan cabang-cabangnya, dan jembatan yang ada;
kesemuanya meliputi yang sedang direncanakan maupun yang
sudah ada.
Untuk kelengkapan data, harus menghubungi Instansi
Perhubungan, Pertanian, BPN, Kehutanan, Pekerjaan Umum serta
Camat setempat mengenai keadaan lahan pada saat diadakan studi
serta rencana dari instansi-instansi tersebut yang berkaitan dengan
masalah penggunaan lahan daerah studi. Wawancara dengan lurah
dan petani-petani setempat diperlukan antara lain untuk mengetahui
status pemilikan lahan di aerah studi. Wawancara dengan lurah dan
petani-petani setempat diperlukan antara lain untuk mengetahui
status pemilikan lahan di daerah tersebut.
29 | P a g e
Penelitian flora dan fauna dimaksudkan sebagai masukan dalam
telaahan lingkungan.
30 | P a g e
Penelitian potensi tegakan kayu dilakukan dengan cara sampling,
yaitu dengan membuat plot sample 0,1 Ha (50 x 20 meter),
mengikuti jalur rintisan Topografi dilakukan secara random (acak).
Penelitian ini dilakukan hanya meliputi 1% dari areal yang akan
digunakan bagi peruntukan transmigrasi. Penentuan pembuatan
plot sample dengan cara lain diperbolehkan setelah dikonsultasikan
dengan Direktorat Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Transmigrasi.
Garis tengah pohon yang diukur adalah 1,3 meter di atas
permukaan tanah (DBH)/10 Cm di atas banjir, untuk semua jenis
pohon yang tidak rusak dan dikelompokkan dengan garis tengah :
7-30 Cm, 31-60 Cm, 61-90 Cm, 91-120 Cm dan di atas 120 Cm.
Kesalahan penarikan contoh 10% atau kurang pada tingkat
kenyataan 95%. Kelas hutan 1 s.d 10 dikelompokkan menjadi kelas
hutan primer, sekunder.
Inventarisasi terinci tidak perlu untuk hutan sekunder, kecuali survai
pendahuluan menunjukkan bahwaada 20 M3/Ha atau lebih kayu
yang bisa dipakai dengan DBH lebih dari 60 Cm. Untuk keadaan itu
cukup dihitung jumlah pohon beserta diameternya.
Buku Hijau Departemen Kehutanan sangat diperlukan konsultan
untuk masukan identifikasi jenis pohon dan sebagai panduan untuk
mentransfer nama pohon lokal ke mana botanisnya.
Dalam penentuan klasifikasi hutan tersebut perlu diinformasikan
kondisi lahan (basah, kering, rawa) sebagai masukan cara apa yang
terbaik dalam rangkaian pembukaan lahan (cara mekanis, manual
dan sebagainya).
Status hutan perlu diinformasikan menurut Peta Kawasan Hutan
dan Perairan , Kategori hutan (basah,kering,rawa) dan pemegang
konsesi hutan (HPH).
Penelitian flora dilakukan berdasarkan pengamatan jenis flora yang
terdapat selama penelitian potensi tegakan kayu, sedangkan
penelitian fauna dilakukan berdasarkan wawancara dengan dinas
kehutanan setempat dan penduduk/tokoh masyarakat setempat.
31 | P a g e
Konsultan hatus mencatat jenis-jenisnya yang dominant, spesifik
dan yang dilindungi sebagai masukan dalam telaahan lingkungan.
Pengamatan flora dan fauna.
Flora dan faunan (perlu diamati apakah ada flora dan faunan
langka yang dilindungi, yang merupaka makanan satwa liar dan
yang potensial untuk pengembangan ekonomi masyarakat)
perekonomian.
B. Hidrologi
Penyelidikan sumber daya air perlu melihat semua Sub Wilayah
Aliran Sungai yang akan mempengaruhi daerah studi tersebut,
berdasarkan pada Laporan tahap RSKP, Interpretasi Foto Udara
dan peta WAS.
Penyelidikan hidrologi harus dilakukan untuk semua daerah aliran
sungai yang akan mempengaruhi daerah tersebut, berdasarkan
pada Laporan tahap RSKP, Interpretasi Foto Udara, dan peta yang
ada.
32 | P a g e
Peta harus disajikan pada skala 1: 10.000 dimana pada peta
tersebut digambarkan pola drainase, batas daerah sungai utama,
daerah genangan dan daerah bahaya banjir. Semua sungai harus
diteliti mengenai lebar, kedalaman, dan debitnya yang kemudian
diplot pada peta.
Daerah bahaya banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas
daerah sungai, perkiraan penyaluran, bentuk sungai, dan informasi
dari survai topografi, tanah, dan tata guna lahan;
Pada survai pendahuluan ketersediaan bersih dilakukan dengan
mengecek sumur air dangkal dari pemukiman penduduk setempat,
Daerah bahaya banjir harus diperkirakan berdasarkan data luas
daerah sungai, perkiraan pengaliran, bentuk sungai dan informasi
dari survai topografi, tanah dan tata guna lahan serta informasi
penduduk-penduduk daerah sekitar.
33 | P a g e
sumberdaya manusia eksisting, sehingga nilai guna di SP Pugar
menjadi maksimal.
c. Identifikasi potensi limbah menjadi barang yang mempunyai nilai
tambah. Penggunaan limbah sebagai sumber ekonomi antara lain;
kompos, biogas, biomass, dan pupuk organik.
34 | P a g e
b. Potensi penguatan modal ekonomi dengan memfokuskan upaya
membuat sesuatu kelebihan dari kekurangan sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia eksisting, sehingga nilai guna di SP Pugar
menjadi maksimal.
c. Identifikasi potensi limbah menjadi barang yang mempunyai nilai
tambah. Penggunaan limbah sebagai sumber ekonomi antara lain;
kompos, biogas, biomass, dan pupuk organic.
Maksud dan tujuan survei aspek sosial budaya adalah untuk mengetahui
adat istiadat penduduk setempat serta transmigran yang sudah ada, baik
di dalam maupun sekitar daerah penelitian sebagai masukan di dalam
memprediksi akan terjadi gesekan sosial atau konflik sosial dengan akan
35 | P a g e
disatukannya penduduk pendatang dengan penduduk setempat dan juga
sebagai masukan di dalam penyusunan rekomendasi penyiapan
pemukiman, penempatan, pengembangan pertanian transmigran dan
telaahan lingkungan.
36 | P a g e
Penentuan waktu survai lapang (topografi, kemiringan, tanah,
jalan, penggunaan lahan, sumber daya air, kehutanan, sosial
ekonomi dan budaya) beserta pendamping dari desa dan warga
yang berkepentingan;
Penentuan waktu musyawarah III.
Hasil musyawarah II dituangkan dalam bentuk berita acara.
37 | P a g e
pengukuran jalan desa yang menghubungkan desa induk dengan calon
permukiman baru transmigran.
38 | P a g e
Ketelitian linier jarak: 1/2000
Ketelitian beda tinggi: 60 mm√DKm (D= jumlah jarak dalam
Km).
39 | P a g e
rintisan 500 m, jalur rintisan 250 m) dan penarikan kontur harus
dilakukan di lapangan;
Tabel
Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi
CONTOH CONTOH
JENIS ANALISA KETERANGAN
PROFIL KESUBURAN
Tekstur dalam 3 fraksi V V Contoh kesuburan
secara kwalitatif dapat
pH (H2O dan Kel 1 : 1) V V dilakukan di lapangan
Total P V V (Soil Test Kit)
Total K V V
Kapasitas Tukar Kation V V
(KTK)
Kejenuhan Basa (KB) V V
Ca, Mg, K, Na dapat V V
ditukar
40 | P a g e
Total N V V
C Organik V V
P Tersedia - V
Toksisitas & kekahatan * V V
A1, H dapat ditukar - V
Ket : V = Dilakukan
-= Tidak dilakukan
*=: Dilakukan terutama untuk tanah-tanah bermasalah
D. Survei Hidrologi
1. Air tanah yang dapat diperoleh dari air sumur yang dangkal harus
diuji, yaitu dengan membuat sumur uji pada lahan pekarangan dan
pusat SP, sekurang-kurangnya 2 buah pada tempat yang mewakili
daerah yang diteliti. Sumur uji dibuat sampai kedalaman ± 10 meter
41 | P a g e
dengan menggunakan Portable Hand bor/borhydral/peralatan lain
yang memungkinkan untuk mengetahui kedalaman aquifer.
Sedangkan untuk menghitung debit sumur uji digunakan metode
Recovery Test, kondisi setempat pada waktu pembuatan sumur
dicatat (misal: keadaan hujan, dekat sungai, dsb).
2. Posisi/letak sumur uji ditandai dengan patok pralon/PVC dicat merah
dan diberi nomor urut, dan diikatkan kerintisan T0 terdekat. Air sumur
uji harus di ukur DHL-nya untuk membedakan air jebakan atau air
tanah dangkal.
3. Variasi kedalaman air tanah harus ditentukan dengan alat portable
hand bor/borhydral/peralatan lain yang memungkinkan dan dengan
mengamati permukaan air selama studi untuk dapat mengetahui
fluktuasi air tanah.
Jika sumur air tanah dangkal tidak tersedia, maka sumur air lain
yang biasanya digunakan untuk pemukiman transmigrasi harus
diteliti , seperti:
o Kolam tandon air atau yang berasal dari mata air. Jika
Konsultan merekomendasikan pemanfaatan sumber-sumber
ini, maka harus digambarkan letak air permukaan yang akan
digunakan sebagai sumber (dalam text map), ditentukan cara
pengambilan sumbernya, manual atau pompanisasi dan
pipanisasi. Jika bersifat pipanisasi dan pompanisasi maka
harus jelas letak Bendalinya, perkiraan panjang pipa yang
dibutuhkan, jenis pompa dan perkiraan biaya dan sumber
untuk operasional dan harus diteliti kualitas, kuantitas dan
kontinuitasnya.
o Sumber air yang berasal dari air hujan pada dasarnya tidak
dihendaki sebagai sumber utama, karena sifatnya (yang tidak
mengandung mineral) yang dalam penggunaan jangka
panjang dapat merusak kesehatan transmigrasi. Sumber air
atap ini sifatnya hanya merupakan pelengkap dari sumber air
lain yang direkomendasikan.
42 | P a g e
Analisis terperinci data hujan harus dibuat untuk menentukan
volume air yang harus dikumpulkan dari atap rumah
transmigran yang standar (+36 m2) Kebutuhan penerimaan
air harus dihitung, bentuk dan spsesifikasi standar harus
disiapkan untuk suatu sistem pengumpulan dan penyimpanan
air atap;
Jika sumber-sumber tersebut di atas tidak tersedia, atau tersedia
tapi tidak mencukupi, maka Konsultan harus merekomendasikan
perlunya penelitian sumber air tanah dalam, dan
direkomendasikan penelitian lebih lanjut. Dalam kaitan ini perlu
ditekankan bahwa rencana tata ruang yang disusun tidak dapat
diprogramkan pembangunannya sebelum penelitian air tanah
dalam (pada tahap yang telah lanjut) menjamin ketersediaan
sumber air untuk transmigran.
Hasil Analisa Laboratorium kualitas air minum yang
direkomendasikan dibandingkan terhadap: Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor: 907/Menkes/SK/VII/2002. Dalam hal
kualitas air minum kurang memenuhi syarat konsultan harus
merekomendasikan penanganan pengelolaan air minum yang
dapat diterapkan di lokasi Transmigrasi.
Sedangkan untuk air pertanian dibandingkan terhadap standar
kriteria FAO dan US Salinity Staf. Laboratorium air diarahkan ke
Balai POM dan Pusat POM (Pengawasan Obat dan Makanan).
Hasil lab yang asli dikirim ke Direktorat Perencanaan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi
Ditjen PKP2Trans.
Untuk daerah studi yang terpengaruh oleh adanya intrusi air laut
konsultan harus meneliti batas intrusinya. Penelitian EC harus
dilakukan secara lebih mendalam. Pengukuran kualitas air (EC
dan pH) harus dilakukan di lapangan dan di laboratorium untuk
sumber-sumber air tanah dan air permukaan.
Dalam hal lokasi survai terpengaruh pasang surut konsultan
harus mencatat fluktuasi pasang surut selama survai.
43 | P a g e
Perlu penelitian lokasi-lokasi sumber air yang dapat
dilaksanakan untuk mikro hidro.
Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan
air yang direncanakan
Penyimpanan air hujan dari atap harus diteliti. Analisis terperinci
data hujan harus dibuat untuk menentukan volume air yang
harus dikumpulkan dari atap rumah transmigran yang standar (+
36 m2) Kebutuhan penerimaan air harus dihitung, bentuk dan
spsesifikasi standar harus disiapkan untuk suatu sistem
pengumpulan dan penyimpanan air atap;
Jika ada kemungkinan sistem pengadaan air bersih yang lebih
baik harus dikemukakan untuk pemakaian yang akan datang;
Perkiraan terinci biaya harus disiapkan untuk sistem pengadaan
air yang direncanakan.
44 | P a g e
SPL yang tidak sesuai untuk pengguna apapun saat ini, dan dapat
sesuai bila terlebih dahulu diperbaiki kondisi lahannya (misalnya
perlu dibuat saluran drainase terlebih dahulu, lahan harus dibuat
teras bangku, dll)
SPL yang selamanya tidak dapat digunakan apapun, harus
dikonservasi
Kesesuaian lahan yang direkomendasikan untuk pemukiman
transmigrasi adalah Kesesuaian lahan actual, namun kesesuaian
lahan potensial dapat direkomendasikan sepanjang perbaikan yang
diusulkan dapat dikerjakan oleh sektor terkait.
45 | P a g e
Berdasarkan hasil pembuatan sumur uji yang telah dilakukan pada
saat penyusunan RK-SKP apakah potensi air yang terdapat di areal
studi dapat memenuhi kebutuhan air penduduk secara terus menenrus
yaitu sebesar 300 liter/hari/KK dan apakah di areal calon LP
merupakan daerah yang aman , bukan daerah rawan banjir.
46 | P a g e
transmigran. Bila ada disusun rekomendasi untuk mengantisipasi
terjadinya konflik tersebut.
A. Prinsip Perencanaan
Prinsip Perencanaan dalam menyusun Rencana Detail pemanfaatan
ruang SP , adalah sebagai berikut:
Penggunaan lahan direncanakan untuk Lahan pekarangan, Lahan
Usaha untuk lahan tanaman Pangan dan Tanaman Tahunan) harus
berdasarkan kesesuaian lahan;
Pemukiman harus menyediakan suatu lingkungan sosial yang serasi
dan sesuai dengan kebutuhan pemukiman;
RTSP disusun dengan mempertimbangkan aksesibilitas
(kemudahan hubungan), baik hubungan di dalam SP maupun
hubungan SP dengan daerah luar;
Prasarana harus efisien dan mengutamakan kemudahan fungsi
pelayanan;
Harus mempertimbangkan kelestarian alam antara lain dengan
merencanakan penggunaan lahan untuk konservasi alam pada
lokasi yang kritis;
Areal yang direncanakan hurus memiliki ketersediaan air bersih yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan air transmigran dengan kapasitas
60 liter/orang/hari;
Pola pemukiman harus mempertimbangkan:
o Kemudahan transmigran dalam mencapai pusat fasilitas umum;
o Kemudahan transmigran dalam mencapai lahan usaha
o Kemudahan transmigran untuk melakukan mobilitas baik
didalam maupun ke luar permukiman.
Alokasi lahan
Lahan pada SP Pugar terdiri dari lahan yang diberikan kepada
transmigran (kapling) dan lahan yang dialokasikan kepada fasiliats
47 | P a g e
umum atau penggunaan masyarakat (tabel 1) dan Lahan penduduk
setempat.
Lahan yang diserahkan menjadi milik tansmigran terdiri dari :
o Lahan Pekarangan 0,1 - 0,25 Ha/KK;
o Lahan Usaha I 0,75 – 0,9 Ha/KK;
o Lahan Usaha II 1,00 Ha /KKuntuk transmigran.
Sedangkan alokasi lahan penduduk setempat tidak ditentukan
mengikuti kepemilikan yang ada, kecuali mereka bersedia dilakukan
konsolidasi lahan sehingga alokasi lahan penduduk setempat akan
sama dengan alokasi lahan untuk transmigran.
Lahan yang tidak diserahkan menjadi milik transmigran terdiri dari:
o Lahan Fasilitas Umum di Pusat desa, 8-12 Ha/SP;
o Lahan Kas Desa, 10 Ha/SP;
o Lahan Kuburan, 2 Ha/SP;
o Test Farm, 4 Ha/SP;
o Seed Farm, 4 – 6 Ha/SP (pusat SKP);
o Lahan Penggembalaan, 10 Ha/SP
48 | P a g e
Kesesuaian lahan yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan
usaha transmigran masuk kedalam klas S1 – S3. Lahan yang
dikategorikan N1 dapat direkomendasikan, namun perlu harus ada
perbaikan terlebih dahulu menjadi klas S, sebelum dilakukan
penyiapan lahan dan pembangunan rumah (Lihat lampiran ).
Ukuran Kapling
Bentuk kapling harus persegi empat,denganukuran kapling yang efektif
dan efisien dari segi pengadaan prasarana disarankan:
LP
25 m X 40 m = 1.000 m2
25 m x 100 m = 2.500 m2
LU
I 75 m x 100 m = 7.500 m2
90 m X 100 m = 9.000 m2
LU II
100 m X 100 m = 10.000 m2
Jarak Tempuh
Jarak sasaran maksimum dari lahan pekarangan kebeberapa
penggunaan sebagai berikut, dari lahan pekarangan ke:
Fasilitas Umum / Pusat Desa, 0,5 - 1,5 km
Lahan Usaha I, 1,5 – 2,5 Km
Lahan Usaha II, 2,5 – 3,5 Km
Daya Tampung
Jumlah kepala keluarga pada setiap Satuan Permukiman (SP) 300 -
500 Kepala Keluarga. Jumlah tersebut dipertimbangkan sebagai
jumlah yang ideal, karena jumlah ini membenarkan adanya 1 unit
Sekolah Dasar. Jumlah lebih kecil bisa diterima dengan permukiman
baru sebanyak 200 KK dan yang terintegrasi 100 KK, sehingga daya
tampung menjadi 300 KK
Bedasarkan hasil super impose direkomendasikan :
Blok areal untuk Pusat SP;
Areal untuk permukiman transmigran;
49 | P a g e
Areal untuk pemukiman transmigran yang menunjukkan areal
LU I dan LU II;
Arah jalan poros untuk menghubungkan SP/desa pugar dengan
desa utama dan desa sekitranya;
Areal pemukiman yang harus dipugar (untuk perencanaan SP
Pugar);
Areal penggunaan lahan milik penduduk desa pugar (untuk
perencanaan SP Pugar ).
Dalam pengaturan tata ruang :
Usahakan Pusat Desa berada di tengah-tengah antara blok LP
transmigran dan Pemukiman Penduduk yang akan dipugar ,
agar pelayanan ditinjau dari segi jarak dapat diberikan secara
berkeadilan;
Blok-blok ditunjukkan pada RTSP ; blok I, blok II, dst untuk
masing LP, LU I dan LU II;
Rencana Jalan Poros dan Jalan Desa;
Perkiraan Jumlah Kapling tiap blok disebutkan;
Lahan-lahan yang harus dikonservasi sudah ditandai.
50 | P a g e
Salah penutup sudut tidak lebih dari 4” n; (n = jumlah titik
polygon).
Ketelitian linier tidak lebih dari 1/2.500.
Salah penutup beda tinggi tachimetri 60 mm D Km (D = Jumlah
jarak jalur pengukuran beda tinggi).
51 | P a g e
azimuth dan jarak. Harus diperhatikan besar deklinasi magnetis di
daerah tersebut;
4. Peta BPL disajikan pada peta berskala 1 : 5000 yang menyajikan:
Batas lahan yang akan dibuka yaitu LP, LU I PD dan jalan poros;
Patok-patok BM, BPL beserta garis batas pembukaan lahan
sesuai dengan arah azimuth dan jaraknya;
Besar volume pembukaan lahan sesuai dengan tutupan lahan
untuk masing-masing LP,LU I dan PD.
52 | P a g e
gambaran kondisi medan secara menyeluruh. Kegiatan yang dilakukan
dari tahapan pekerjaan ini meliputi :
1. Menentukan titik awal dan titik akhir dari rencana jalan tersebut di
lapangan, sejauh yang telah ditentukan di atas peta dasar/peta kerja;
2. Mencatat keterangan penting di sepanjang jalan seperti
rawa/kebun/ladang dengan batas-batasnya, sungai atau saluran
dengan ukuran karakteristiknya, jembatan atau gorong-gorong
dengan dimensinya, dll;
3. Mengadakan pencatatan lokasi sumber material yang dapat
digunakan untuk pekerjaan penimbunan dan pavement/struktur
perkerasan yang lokasi-lokasinya digambarkan di atas peta dasar dan
dilampirkan pada gambar rencana;
4. Merintis dan menetapkan trase jalan yang akan digunakan sebagai
pedoman bagi tim pengukuran;
5. Bila melalui desain RTSP/RSKP yang belum dibuka harus mengikuti
koridor jalan yang ditentukan dalam peta RTSP/RSKP tersebut.
53 | P a g e
Dibagian atas patok BM dipasang baut dengan ukuran diameter
3/8" atau 4 mm;
Patok BM diberi nomor urut pada sisi depan da n sisi samping diberi
label JL TRANS dan pada sisi atas diberi label BM TRANS;
Patok BM dipasang pada awal dan akhir Jalan dan setiap 5 km
jalan.
2. Patok Sementara
Patok sementara dipakai sebagai patok pengukuran atau tempat
berdirinya alat, dengan ketentuan sebagai berikut :
Patok dibuat dari kayu dengan ukuran diameter 5 cm – 7 cm
dengan panjang 60 cm;
Patok dipasang pada setiap jarak maksimum 100 m;
Patok diberi nomor urut dan dicat warna kuning serta ditanam
sedalam 40 cm (atau muncul 20 cm di atas permukaan tanah);
Di bagian atas patok dipasang paku seng.
Pengukuran topografi dilakukan pada jalur lintas jalan yang telah dirintis
dan dipatok.
1. Polygon
a. Polygon diukur dengan menggunakan alat Theodolite (T0) atau
sejenisnya dan perhitungannya menggunakan metode Bowdith.
b. Pengukuran polygon harus diikatkan pada titik tetap yang
diketahui koordinatnya dan titik ikat hasil pengukuran tata ruang.
Bilamana kedua titik ikat tersebut di atas tidak ada di sekitar lokasi
maka pengukuran dan perhitungan polygon menggunkan
koordinat lokal (0,0) yang dimulai di awal proyek.
2. Jarak ukur dengan meteran baja, dalam satu arah dan dikontrol
dengan azimuth jarak optis, dibaca ke muka dan ke belakang.
3. Kontrol azimuth dilakukan pada setiap titik pengikat tetap (BM)
dengan menggunakan azimuth hasil pengamatan matahari atau
dengan polygon tertutup.
4. Ketelitian yang disyaratkan :
54 | P a g e
a. Ketelitian pengukuran sudut maksimum adalah 10” (detik) untuk
setiap titik polygon;
b. Kesalahan penutup jarak linier < 1/2000.L (L = Jarak).
55 | P a g e
kiri sumbu jalan pada sebagai jalan yang lurus 25 m ke sisi luar dan 50
m ke sisi dalam pada jalan menikung;
4. Untuk daerah pegunungan yang pada saat pengukuran masih belum
dapat ditentukan rencana center line jalannya, koridor perlu diperlebar
sehingga diperoleh jangkauan medan yang lebih luas.
56 | P a g e
4.5.2.9. Staking Out
Pekerjaan staking out atau uitzet dilakukan dengan menggunakan alat ukur
Theodolite T0 atau alat ukur yang sederajat dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dilakukan pada titik awal, titik akhir dan titik simpul pada sumbu
berdasarkan perhitungan rencana as jalan dan PI (Point Intersection);
2. Patok terbuat dari paralon dengan ukuran diameter 3 inch dan panjang
75 cm;
3. Ditanam sedalam 55 cm atau muncul setinggi 20 cm di atas
permukaan tanah;
4. Diisi dengan beton tumbuk;
5. Dicat warna merah;
6. Diberi tanda yang jelas dan nomor urut;
7. Jarak maksimum antar patok ± 250 m.
57 | P a g e
2. Mengamati data air banjir secara visual dilapangan.
Hasil yang diharapkan adalah menentukan daerah banjir dan
tinggi banjir/genangan pada areal survei.
58 | P a g e
Fungsi dan peran calon SP yang distudi apakah sudah sesuai
dengan kondisi lapangan; lapangan memang secara posisi
geografis dibandingkan dengan SP-SP atau desa-desa dalam
SKP dan pola jaringan jalan yang menghubungkan calon SP ada
, memang sesuai dijadikan pusat kawasan;
Kondisi lahan calon SP sesuai dikembangkan kan untuk
komoditas unggulan yang disarankan dalam Rencana rinci SKP.
b. Penilaian Aksesibilitas
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemudahan
pencapaian dari calon SP ke desa/pusat pertumbuhan yang ada.
Pada penilaian ini dilakukan :
Analisis keterkaitan SP dengan pusat SKP;
Analisis keterkaitan SP dengan pusat WPT/LPT;
Analisis keterkaitan SP dengan pusat pusat pemerintahan
(kecamatan dan kabupaten).
Idealnya calon SP dapat dicapai dengan waktu tempuh 1 – 2 jam
perjalanan dari pusat pertumbuhan terdekat. Namun bila lebih dari 2
jam perlu dievaluasi apakah karena kondisi jalannya jelek atau
memang jaraknya yang terlalu jauh. Tingkat kemudahan ini perlu
dipertimbangkan, agar para transmigran dan penduduk setempat tidak
terkendala dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
59 | P a g e
Test Farm, 4 Ha/SP;
Seed Farm, 4 – 6 Ha/SP (pusat SKP);
Lahan Penggembalaan, 10 Ha/SP.
c. Rencana Blok-blok
RTSP menunjukkan blok-blok. PenggunaanBlok-blok antara 25 –
50KK berdasarkan faktor-faktor yang sebagai berikut:
Faktor Sosial
Penting sekali rencana dibuat dengan memperhatikan kebutuhan
untuk mengembangkan prasarana sedemikian rupa sehingga
menimbulkan keadaan yang dapat memungkinkan kehidupan
masyarakat bermasyarakat yang baik. Jadi sebagian besar lahan
pekarangan harus diusahakan menghadap ke jalan desa, bukan ke
jalan penghubung atau ke jalan poros.
Batas Blok
Batas-batas blok untuk setiap penggunaan yang diusulkan harus
sesederhana yaitu garis lurus, jalan atau ciri-ciri alam, misalnya
sungai. Untuk lebih mengenali batas-batas dilengkapi dengan
batas-batas kapling. Blok LP disajikan dalam peta 1:2.500 dan LU
disajikan dalam peta 1:5.000.
Rencana terinci untuk pusat desa disajikan dalam peta 1 2.500. Peta
tersebut menuju batas kapling masing-masing bangunan FU,
Konsultan harus tahu fasilitas umum yang akan diberikan sebagai
standard.
60 | P a g e
Desain dan spesifikasi yang standar untuk semua fasilitas tersebut
adalah yang disiapkan oleh Dit. Perencanaan Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan Transmigrasi, Ditjen. PKP2Trans
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi. Konsultan tidak harus mendesain lagi rumah
transmigran atau sekolah.
61 | P a g e
Kuburan 2,00 Ha 2,00 Ha LC 0 – 15%
Pangonan / Penggembalaan 10 Ha 10 Ha Non LC 0 – 15%
Test Farm 4 Ha 4 Ha LC 0 – 3%
Seed Farm (lokasi menyatu 4, 0 – 6 Ha - LC 0 – 3%
dengan test farm)
Tanah Bengkok
- Kepala Desa 10 Ha 10 Ha LC 0 – 8%
- Staf Desa 10 Ha 10 Ha Non LC 0 – 8%
- Bondo Desa 10 Ha 10 Ha Non LC 0 – 8%
Jalan Penghubung
- Jalan Poros ( 20 m )
- Jalan Desa ( 10 m ) 6 Ha 6 Ha LC 0 – 15%
- Jalan Lahan ( 5m) 0 – 15%
a. Lahan dengan kemiringan 0-8% diperbolehkan jika masih sesuai untuk tanaman Lahan
Pekarangan. * LC = Land Clearing
e. Lahan Konservasi
Untuk menjaga kelestarian lingkungan lokasi-lokasi dibawah ini harus
diperuntukan sebagai lahan konservasi yang tidak boleh dibuka,
sebagai berikut:
50 meter dari kiri dan kanan sungai besar atau 2 kali dalam
lereng yang curam dari pinggir lereng;
25 meter dari kiri dan kanan sungai kecil;
Lahan dengan kemiringan di atas 25%;
Lahan yang merupakan daerah genangan atau rawa yang tidak
sesuai untuk daerah pertanian.
Pekerjaan konservasi tanah yang sederhana misalnya penanaman
rumput sepanjang kontur, dibuat oleh petani sendiri yang tidak
mempengaruhi alokasi lahan.
Tabel
Penentuan Kualitas Air
Kadar Maksimum yang
No Parameter Satuan Diperbolehkan
Air Minum Air Bersih
I Fisika
Bau - Tidak Berbau Tidak Berbau
Rasa - Tidak Berasa Tidak Berasa
62 | P a g e
Tidak
Warna - Tidak berwarna
berwarna
Kekeruhan Skala NTU 5 25
TDS Mg/L 1.000 1.000
II Kimia
Besi Mg/L 0,3 0,02
Kesadahan (CaCO3) Mg/L 500 75,00
Klorida Mg/L 250 2,25
Mangan Mg/L 0,1 0,00
Nitrat + sbg N Mg/L 10 0,64
Nitrit + sbg N Mg/L 1,0 0,20
pH Mg/L 6,5 – 8,5 7,80
Sulfat Mg/L 250 2,05
Raksa Mg/L 1,0 <0,004
Sumber: Permenkes RI No. 907/ Menkes/ SK/ VII/2002
63 | P a g e
3. Kantor KUPT/Desa I
4. Rumah KUPT/Kades I
5. Rumah Petugas I
6. Gudang Pupuk I
7. Gudang Beras I
8. Rumah Perawat I
9. Pustu I
10. Rumah Kepala Sekolah II
11. Rumah Guru I
12. Rumah Penjga Sekolah II
13. Sekolah Dasar / Sekolah Menengah Pertama I
14. Taman Kanak-kanan II
15. Masjid I
16. Lantai Pengeringan II
17. KUD II
18. Pasar/Toko III
Sumber : Hasil Analisa dan Standar Perencanaan
Keterangan :
- Prioritas pembangunan I / dibangun tahun pertama
- Prioritas pembangunan II/ dibangun tahun ke-2 atau ke-3 penempatan
- Prioritas pembangunan III/ dibangunan tahun ke->3 penempatan
Type Bangunan
64 | P a g e
umum antar pusat SP ditentukan dari besarnya daya tampung SP yang
bersangkutan. Untuk SP yang berdaya tampung lebih besar dari 400
termasuk SP besar, sehingga jenis fasilitas yang disediakan harus mampu
menunjang pelayanan SP itu sendiri maupun pemukiman lain di
sekitarnya.
65 | P a g e
distribusi dan pemasaran hasil, terutama untuk tanaman pangan dan
hortikultura yang memerlukan penanganan cepat. Pemilihan bentuk
usaha tani di pemukiman harus berdasarkan kesesuaian agroekologi
wilayah, nilai strategis, potensi komersial/pasar, keunggulan spesifik
dan memperhatikan kearifan lokal, agar pendapatan usaha tani dapat
mencapai target.
66 | P a g e
atau sistem produksi, yaitu: pergiliran tanaman dan produksi
massal (serentak).
67 | P a g e
6. Prakiraan produksi pertanian
Prakiraan produksi pertanian diperlukan sebagai arahan dan target
produksi sekaligus evaluasi dan pengendalian kegiatan produksi
pertanian. Dalam menyusun prakiraan produksi pertanian yang
optimal sebaiknya berdasarkan upaya peningkatan mutu
intensifikasi lahan pertanian.
8. Pemasaran hasil
Dalam penyusunan Rencana Pengembangan Usaha perlu
merekomendasikan mengenai pemasaran hasil.
68 | P a g e
E. Perhitungan Kelayakan usaha transmigran
Kelayakan usaha transmigran merupakan tingkat keberhasilan usahatani
Transmigran, dalam hal ini pendapatan dari usaha tani setelah dikurangi
dengan biaya produksi, setara dengan kebutuhan minimum yang telah
ditentukan melalui Peraturan Menteri Transmigrasi Per.25/Men/IX/2009
tentang Tingkat Perkembangan Permukiman Transmigrasi dan
Kesejahteraan Transmigran. Apabila berdasarkan hasil perhitungan
pendapatan transmigran tersebut tidak layak untuk kehidupan
transmigran, konsultan perlu membuat usulan pemecahan/alternatif
pengembangan pertanian di daerah studi tersebut.
F. Telaahan Lingkungan
Pelaksanaan pembangunan kawasan transmigrasi sebagai suatu sistem
terdiri dari subsistem perencanaan kawasan transmigrasi, subsistem
pembangunan kawasan transmigrasi dan subsistem pengembangan
msyarakat dan kawasan transmigrasi. Dokumen RTSP sebagai bagian
dari subsistem perencanaan kawasan transmigrasi harus memuat
telaahan lingkungan yang holistik dan komprehensif, mencakup aspek
biofisik, sosial budaya dan ekonomi, supaya pelaksanaan pembangunan
kawasan transmigrasi berkelanjutan. Karena pada hakekatnya
pembangunan kawasan transmigrasi merupakan turunan dari
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
69 | P a g e
Aspek Lingkungan Biofisik.
Dalam melaksanakan metode pembukaan lahan, terutama
pembukaan lahan usaha transmigran harus merekomendasikan
pembukaan lahan yang relatif dapat menekan atau tidak
menyebabkan dampak terjadinya erosi. Dan harus memakai metode
pembukaan lahan yang tetap menjaga kesuburan tanah dengan
mempertahankan ketebalan humus yang ada pada permukaan tanah,
misalnya pembukaan lahan tanpa tanpa bakar. Pada lahan-lahan
marginal yang ketebalan humusnya tipis pembukaan lahan secara
manual sangat dianjurkan.
Dalam mengelola sumber daya air, baik air permukaan maupun air
tanah untuk kebutuhan air minum dan kebutuhan sehari-hari serta air
pertanian, dibutuhkan rekomendasi tentang water manajemen.
Pengelolaan air tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi banjir dan
timbulnya penyakit akibat dari pencemaran air.Dalam
mengembangkan potensi energi terbarukan, telaahan mencakup
kemungkinan mengembangkan potensi Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS), dan sumber energi terbarukan lainnya dari pengolahan
limbah dan biomas.
Dalam mengembangkan infrastruktur jalan dan jembatan, aligment
jalan harus memenuhi kriteria cut and fill serta kemiringan dan
tikungan yang tidak membahayakan.
Pada kiri kanan jalan desa harus direkomendasikan penanaman
pohon pelindung yang bermanfaat untuk warga masyarakat baik
berupa lindungan maupun hasil tanamannya.
Pada kiri kanan sungai harus disisakan area untuk mencegah
terjadinya banjir, pembukaan lahan permukiman hendaknya dimulai
dari paling tidak 25 sd 50 m dari kiri kanan sungai, tergantung dari
lebar sungai.
70 | P a g e
Persebaran dan penataan ruang antara transmigran dan penduduk
lokal harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi terjadinya
proses pembauran agar dapat berlangsung secara harmonis dan
alamiah, serta menjunjung tinggi keragaman budaya.
Sosialisasi hasil konsolidasi lahan, sebagai dasar adanya potensi
penambahan transmigran harus benar-benar intensif dan betul-betul
dipahami baik oleh penduduk lokal maupun transmigran, agar tidak
menimbulkan konflik masalah tanah dikemudian hari. Terutama
apabila ada kehadiran investor yang akan mendapat lahan berupa
hak guna usaha di sekitar permukiman Satuan Permukiman tersebut.
Harus menjunjung tinggi tentang keberadaan atas tanah hak
masyarakat adat. Kondisi konflik tanah masyarakat adat yang terjadi
di beberapa kawasan permukiman transmigrasi harus dijadikan
pengalaman yang kurang baik, dan dilakukan penyempurnaan di
waktu yang akan datang.
Rekomendasi dokumen RTSP Pugar harus memuat dan
mengarahkan masyarakat untuk betul-betul memahami bahwa
pembangunan permukiman transmigrasi yang berwawasan
lingkungan adalah pada dasarnya harus benar-benar
mempertimbangkan, menganalisis, dan mengkalkulasi secara cermat
dan cerdas setiap potensi sumber daya alam dan sumber daya
buatan yang dikelola oleh sumber daya manusia.
Dokumen RTSP juga harus memuat rekomendasi tentang cara atau
metode meningkatkan pelatihan dan pendidikan yang difokuskan
kepada; pendidikan, kesehatan, nutrisi, meelek huruf, kebersamaan,
untuk meningkatkan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja.
71 | P a g e
konsisten
Harus merekomendasikan cara-cara penguatan modal ekonomi
terutama memfokuskan kepada upaya membuat sesuatu kelebihan
dari kekurangan, memaksimumkan nilai guna dari sumber daya
eksisting. Upaya-upaya tersebut antara lain; penggunaan limbah
sebagai sumber ekonomi seperti kompos, biogas, biomass, pupuk
organik, memperlancar pergerakan uang dimasyarakat, memproduksi
barang dan jasa untuk ekspor dan kebutuhan sendiri, pengembangan
kelembagaan keuangan.
Dokumen RTSP harus menyajikan akan terjadinya transformasi
ekonomi dari yang semula kegiatan usaha primer berupa hasil
pertanian di hulu secara berangsur-angsur ke barang dan jasa berupa
kegiatan uasaha sekunder dan tersier yang membutuhkan fasilitas
pasar dan kelembagaan ekonomi yang berbeda.
Pembangunan pertanian di setiap satuan permukiman transmigrasi
secara bertahap diarahkan untuk mengurangi penggunaan pupuk
buatan dan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Rekomendasi
untuk pembinaan masyarakat transmigrasi diarahkan untuk
mengembangkan pertanian organik, dalam upaya untuk menekan
terjadinya kerusakan tanah.
Untuk mencegah terjadinya konflik antara penduduk lokal dan
transmigran, karena disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan
pendapatan antara warga masyarakat, maka dalam mengembangkan
pola usaha pokok dan kegiatan usaha, harus benar-benar
berdasarkan keahlian dan kesesuaian potensi sumber daya alam di
setiap kawasan transmigrasi yang beragam.
Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang
tidak terbarukan harus betul dianalisis dampak langsung maupun
dampak yang tidak langsung.
Kedepan yang sangat penting juga adalah rekomendasi mengenai
green business, bagaimana membangun masyarakat untuk diarahkan
menjadi ecopreneuer.
72 | P a g e
G. Rencana Daya Tampung Penduduk SP
Daya Tampung Penduduk SP menurut hasil penyusunan RTSP,
merupakan pejumlahan dari:
1. Jumlah KK di blok pemukiman penduduk setempat saat ini;
2. Jumlah KK yang dihasilkan penyusunan Rencana blok pemukiman
untuk transmigran.
73 | P a g e
4.6.2. Analisa dan Rencana untuk RTJ.
A. Analisa data lapangan
Analisa data lapangan bertujuan untuk mendukung proses perhitungan
konstruksi yang akan direncanakan. Kegaiatan yang dilakukan yaitu :
Mengolah dan menggambar data topografi (kontur dan trace);
Mengolah dan menggambarkan hasil pekerjaan DCP;
Mengolah data borlog.
C. Desain Jalan
Desain jalan bertujuan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan
pengendara dan menghindari batasan–batasan kritis alinemen horizontal
dan vertikal. Kegiatan yang dilakukan adalah :
Penggambaran alinemen horizontal
Perhitungan dan penggambaran alinemen vertical
Dalam merencanakan jalan, sejauh mungkin berpegang pada buku
standar spesifikasi perencanaan geometrik jalan raya No.13/1970
dalam hal perencanaan konstruksi jalan Penghubung (kolektor
primer)/ Poros (lokal primer) ini diadakan penyesuaian dan modifikasi
sebagai berikut :
Golongan Daerah
No Uraian Satuan
Dataran Perbukitan Pegunungan
1. Kecepatan Rencana Km/jam 60 40 30
2. Jari-jari lengkung M 115 50 30
3. Landai Max % 6 8 10
4. Miring Tikungan Max % 10
Lebar Daerah Milik Jalan M 20
(ROW) minimum
Lebar M 4,5
Konstruksi - Sub base material tebal 30 cm
Perkerasan
Lereng 4
%
Melintang
Bahu Jalan Lebar M 1,5 m
74 | P a g e
Konstruksi -
Lereng 6
%
Melintang
75 | P a g e
Bahan dan Upah (Basic Price) yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan
Umum setempat.
4. Bila pencapaian lokasi sulit, untuk keperluan pelaksanaan fisik
konsultan harus memberikan rekomendasi pencapaian lokasi untuk
mobilisasi personil dan alat lengkap dengan cara, jadwal dan biaya
transportasinya.
V. TENAGA AHLI
DIREKTORAT P3KTrans
PEJABAT
DIREKSI KONSULTAN PEMBUAT KOMITMEN
KETUA TIM
AHLI PERENCANAAN
PENGAWAS LAPANG DINAS/INSTANSI
WILAYAH
TERKAIT DI DAERAH
TENAGA AHLI
Ahli Tanah
Ahli Geodesi
Ahli Hidrologi
Ahli Teknik Sipil Jalan
Ahli Teknik Sipil Estimator
Ahli Kehutanan
Ahli Sosek Pertanian
Ahli Sosiologi
TENAGA PENDUKUNG
Operator Komputer
Juru Gambar/Draftman
Surveyor Tanah
Surveyor Topografi
Keterangan:
Garis Koordinasi
Garis Komando
76 | P a g e
2. Kebutuhan Tenaga Ahli
Tabel
Kebutuhan Tenaga Ahli
Pengalaman
Jabatan Dalam
No Profesi/Keahlian Latar Belakang Pendidikan Kerja
Proyek
(Tahun)
TENAGA AHLI
1 Ahli Perencanaan Wilayah S1 Planologi 4 Ketua Tim
2 Ahli Geodesi S1 Geodesi 3 Anggota
3 Ahli Tanah S1 Ilmu Tanah 3 Anggota
4 Ahli Teknik Sipil (jalan) S1 Teknik Sipil + SKA 3 Anggota
5 Ahli Teknik Sipil (estimator) S1 Teknik Sipil + SKA 3 Anggota
S1 Geologi/ Agrometerologi/
6 Ahli Hidrologi 3 Anggota
Geografi
7 Ahli Kehutanan S1 Kehutanan 2 Anggota
8 Ahli Sosial Ekonomi S1 Sosial Ekonomi 3,5 Anggota
9 Ahli Sosiologi S1 Sosiologi 2,5 Anggota
SURVEYOR
- Topografi
- Mekanika Tanah
- Sosial
PENDUKUNG
- Juru gambar
- Operator Komputer
77 | P a g e
b. Ahli geodesi
Melakukan analisis kelerengan untuk mendapatkan informasi
klasifikasi kelerengan beserta posisi dan luasannya;
Melakukan koordinasi di bidang kegiatan topografi;
Bertanggungjawab terhadap pemasangan patok BM, BPL, BM
Jalan dan patok lainnya;
Mengkoordinasikan penggambaran semua peta;
Bertanggungjawab terhadap peta orientasi, peta topografi, peta
BPL dan peta kemiringan lereng.
c. Ahli tanah
Mengarahkan, mengevaluasi dan memberi petunjuk kepada
surveyor tanah;
Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya dalam melakukan
pekerjaan penilaian kondisi fisik dan kimia tanah;
Bertanggungjawab terhadap analisa tanah dan kesesuaian lahan
serta penyusunan peta kesesuaian lahan dan peta satuan lahan.
f. Ahli hidrologi
Mengidentifikasi daerah-daerah bahaya banjir, pengamatan
pasang surut dan intrusi air laut serta genangan-genangan yang
ada di daerah survai;
78 | P a g e
Mengevaluasi ketersediaan sumber daya air untuk keperluan air
minum transmigran dan keperluan lainnya;
Menganalisa data iklim, minimal 10 tahun terakhir;
Bertanggungjawab terhadap perhitungan dan peta sumber daya
air.
g. Ahli kehutanan
Melakukan survai tentang flora dan fauna;
Menghitung perkiraan potensi kayu;
Melakukan deliniasi status dan fungsi kawasan, serta kelas
hutan;
Bertanggungjawab terhadap analisa penggunaan lahan dan
status hutan serta penyusunan peta-peta penggunaan lahan dan
sumber daya hutan.
i. Ahli Sosiologi
Melakukan survei sosial budaya masyarakat setempat
Melakukan analisa gejala-gejala kemasyarakatan, permasalahan-
permasalahan kemasyarakatan;
Menyusun alternatif pemenuhan kebutuhan masyarakat dan aspirasi
masyarakat terhadap program transmigrasi;
Bertanggung jawab terhadap rekomendasi alokasi daya tampung
TPA, asal TPA, dan penyelesaian permasalahan sosial
kemasyarakatan penduduk setempat.
79 | P a g e
VI. JADWAL PELAKSANAAN
3 Ahli Tanah 3
4 Ahli Teknik Sipil Jalan 3
7 Ahli Kehutanan 2
Ahli Sosial Ekonomi
8 3,5
Pertanian
9 Ahli Sosiologi 2,5
80 | P a g e
VII. PERALATAN
VIII. KELUARAN
81 | P a g e
a. Peta dasar dapat menggunakan sumber hasil foto udara,
citra satelit, dan RBI;
b. Format peta dalam disajikan dalam album berukuran A1 –
A0 (full color), terkecuali pada laporan akhir dilengkapi peta-
peta dalam format A-3;
c. Peta-peta yang disajikan dalam album meliputi:
Tabel
Daftar Peta
No. Jenis Peta Skala
1 Daftar Isi
2 Peta Orientasi 1 : 1.000.000 / 1 : 500.000
3 Peta RWPT 1 : 50.000
4 Peta RSKP 1 : 25.000
Peta Situasi Desa
5 (Pugar dan baru) 1 : 10.000
sebaran FU
6 Peta Kemiringan Lahan 1 : 10.000
Peta Penggunaan dan
7 1 : 10.000
Penguasaan Lahan
Peta Satuan Tanah /
8 1 : 10.000
Lahan
Peta Kesesuaian
9 1 : 10.000
Lahan
Peta Potensi Sumber
10 1 : 10.000
Daya Air
11 Peta Topografi 1 : 10. 000 dan 1: 5.000
Peta Satuan Tanah /
12 1 : 5.000
Lahan (LP dan LU I)
Peta Kesesuaian
13 1 : 5.000
Lahan (LP dan LU I)
Peta Analisa Tata
14 1 : 5.000
Ruang
Peta Rencana Tata
15 1 : 10.000
Ruang
16 Peta Detil Tata Ruang 1 : 5.000
17 Peta Pusat Desa 1 : 1.000
18 Peta BPL 1 : 10.000
19 Peta Alinemen Jalan 1 : 10.000
20 Peta Jaringan Jalan 1 : 25.000 s/d 50.000
82 | P a g e
Laporan akhir merupakan draft final yang telah dipaparkan dan
diperbaiki terdiri dari:
a. Jilid A : Laporan Akhir
b. Jilid B : Perhitungan Konstruksi
c. Jilid C: Rencana Anggaran Biaya.
d. Laporan Ringkasan Eksekutif (executive summary)
B. Gambar Rencana
Peta dan gambar yang harus disajikan dalam album gambar
rencana meliputi:
a. Peta Orientasi Proyek, skala 1 : 250.000
b. Peta Lokasi Sumber Material, skala 1 : 250.000 atau 1 :
100.000
c. Peta Lokasi Proyek, skala 1 : 250.000 atau 1 : 100.000
d. Peta Lay Out Jaringan Jalan, skala 1 : 10.000
e. Peta situasi trase jalan dan alinemen horisontal, skala 1 :
2.000 dan 1 : 200
Data Tikungan;
Kontur Topografi;
Interval kontur 0,25 m untuk daerah datar dan 0,50 m
sampai 1,0 m untuk daerah bukit/pegunungan;
Stationing Jalan;
Arah/Azimuth Jalan;
Patok BM;
Situasi existing.
f. Alinemen vertikal, skala 1 : 2.000 dan 1 : 200
Data lengkung vertikal;
Diagram superelevasi;
Kemiringan memanjang;
Elevasi tanah asli dan permukaan jalan rencana;
Posisi gorong-gorong dan jembatan.
g. Gambar potongan memanjang trase jalan dengan
skalahorisontal 1 : 500 s.d. 1 : 1.000 dan skalavertikal 1 :
100 s.d. 1 : 200.
83 | P a g e
h. Gambar potongan melintang trase jalan dengan skala 1 : 50
s.d.1 : 100
i. Gambar konstruksi jalan, skala 1 : 50 s.d. 1 :100
Dokumen Lelang;
Soft Copy;
Buku Data Ukur:
a. Album Peta
b. Gambar Rencana Teknis
c. Softcopy (CD)
84 | P a g e
4. Laporan Akhir sebanyak 10 eksemplar
Merupakan laporan final sebagai penyempurnaan dari draft laporan
akhir yang telah diperbaiki dan disempurnakan berdasarkan hasil
diskusi. Laporan akhir ini sebanyak 20 eksemplar yang dilengkapi
dengandokumentasi lainnya, Ringkasan Eksekutif (Executive
Summary) merupakan ringkasan yang menjadi titik perhatian (high
light) dokumen RTSP.
85 | P a g e
XI. Penutup
Demikian kerangka acuan kerja kegiatan Penyusunan RTSP untuk
dipedomani, sehingga menghasilkan manfaat yang maksimal, efektif sesuai
dengan yang diharapkan.
Direktur
Perencanaan Pembangunan
Dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi
ttd
86 | P a g e
LAMPIRAN I
OUTLINE LAPORAN RTSP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PETA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Dan Sasaran
1.3. Metode Pelaksanaan
1.4. Lingkup Wilayah Dan Type SP
1.5. Susunan Tim
2.2. Topografi
2.2.1. Kerangka Dasar Pengukuran
2.2.2. Kemiringan Lahan
2.3. Hidrologi
2.3.1. Iklim
2.3.1.1. Keadaan Umum Dan Klasifikasi Iklim
2.3.1.2. Curah Hujan
2.3.2. Sub Wilayah Aliran Sungai (Debit, Tinggi Muka Air,
Kualitas)
2.3.3. Sumberdaya Air (Debit Dan Kualitas)
87 | P a g e
2.3.4. Air Tanah
2.3.4.1. Air Tanah Dangkal
2.3.4.2. Air Tanah Dalam
2.3.4.3. Detail Topografi
2.4. Vegetasi
2.4.1. Jumlah Dan Potensi Tegakan
2.4.2. Status Hutan
2.4.3. Penggunaan Lahan
2.4.4. Flora Dan Fauna
88 | P a g e
2.6.3. Satuan Peta Lahan
2.6.4. Kesuburan Tanah
2.6.5. Penilaian Kesesuaian Lahan
89 | P a g e
3.5. Pembukaan Lahan
3.5.1. Batas Pembukaan Lahan (Termasuk Panjang Jalan)
3.5.2. Metode Pembukaan Lahan (Termasuk Perkiraan
Waktu Yang Dibutuhkan, Peralatan Dan Tenaga Kerja
Yang Dibutuhkan Dimana Peralatan Harus Mengacu
Kepada Perlatan Jalan)
3.5.3. Potensi Erosi Tanah
3.5.4. Persyaratan Teknis Penyiapan Lahan
3.5.5. Biaya Pembukaan Lahan (Mengikuti Standar Harga
Satuan Setempat)
90 | P a g e
3.8.6. Biaya Pembangunan Test Farm
3.8.7. Biaya Pengembangan Pertanian
3.8.8. Biaya Pengadaan Dukungan Pelayanan Pemerintah
3.8.9. Rekapitulasi Biaya Pengembangan
3.10.Telaahan Lingkungan
3.10.1. Dampak Lingkungan Fisik Dan Biologi
3.10.2. Dampak Lingkungan Sosial Dan Ekonomi
3.10.3. Alternatif Tindakan
4.2 Rekomendasi
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
91 | P a g e
LAMPIRAN II
LAPORAN RTJ
LAPORAN AKHIR ( JILID A)
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.3 Sasaran
1.4 Metoda Pendekatan
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
2.1 Status Administrasi Dan Pencapaian Lokasi
2.2 Kondisi Tata Guna Lahan(Land Use)
2.3 Kondisi Sosial Ekonomi (Jumlah SP-Daya Tampung)
2.4 Kondisi Topografi
2.5 Kondisi Tanah Dasar
2.6 Lokasi Sumber Material
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Organisasi Kerja
3.2 Komposisi Tim
3.3 Jadwal Waktu Pelaksanaan
BAB IV HASIL PEKERJAAN
4.1 Konstruksi Yang Diusulkan
4.2 Perkiraan Rencana Anggara Biaya (RAB)
4.3 Jadwal Waktu Pelaksanaan Fisik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Lampiran Gambar/Peta
- Lampiran Gambar Konstruksi
92 | P a g e
LAMPRAN III
LAPORAN AKHIR ( JILID B)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Letak Administrasi
1.3 Pencapaian Lokasi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Lampiran Gambar/Peta
- Lampiran Hasil Laboratorium
93 | P a g e
.LAPORAN AKHIR
JILID C
94 | P a g e