I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian, ditetapkan
bahwa pembangunan transmigrasi dilaksanakan berbasis kawasan yang memiliki
keterkaitan dengan kawasan di sekitarnya membentuk suatu kesatuan sistem
pengembangan ekonomi wilayah. Kawasan Transmigrasi dibangun dan
dikembangkan di kawasan perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam yang memiliki keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan dengan pusat pertumbuhan dalam satu kesatuan sistem
pengembangan.Pembangunan Kawasan Transmigrasi dirancang secara holistik dan
komprehensif sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Pedesaan/Wilayah
Kabupaten dalam bentuk Wilayah Pengembangan Transmigrasi atau Lokasi
Permukiman Transmigrasi.
Dalam UU No 29 tahun 2009 juga disebutkan bahwa perencanaan kawasan
transmigrasi adalah perencanaan kawasan
yang mempunyai fungsi utama
budidaya, dalam bentuk Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT), Perencanaan
Kawasan Transmigrasi pada setiap Kawasan Transmigrasi, yang menghasilkan :
a. Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) berupa R-WPT dan R-LPT
b. Rencana Perwujudan Kawasan Transmigrasi.
RKT dapat berupa Rencana Tata Ruang WPT atau Rencana LPT.
Pengembangan Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) diarahkan untuk
mewujudkan pusat pertumbuhan baru sebagai Kawasan Perkotaan Baru,
sedangkan pengembangan Lokasi Permukiman Transmigrasi diarahkan untuk
mendukung pusat pertumbuhan yang telah ada atau yang sedang berkembang
sebagai Kawasan Perkotaan Baru.
Wilayah Pengembangan Transmigrasi merupakan bentuk kawasan transmigrasi
yang dikembangkan dari kawasan perdesaan menjadi sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumberdaya alam yang memiliki keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan dengan pusat pertumbuhan baru sebagai KPB.Wilayah Pengembangan
Transmigrasi terdiri atas: beberapa SKP, dan salah satu SKP yang dikembangkan
menjadi KPB.
Sedangkan Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT) merupakan bentuk
kawasan transmigrasi yang dikembangkan daripusat pertumbuhan yang ada atau
yang sedang berkembang menjadi KPB yang memiliki keterkaitan fungsional dan
hierarki keruangan dengan beberapa SKP sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumberdaya alam.
Rencana Perwujudan Kawasan Transmigrasi merupakan rencana
pelaksanaan kegiatan
pembangunan dan pengembangan untuk mewujudkan
1|P age
tata ruang SKP yang mendukung terciptanya Kawasan Transmigrasi secara aman,
produktif dan berkelanjutan yang dapat mengintegrasikan antara permukiman
penduduk setempat dengan permukiman transmigrasi.
2|P age
dalam SKP ;
3. Mengetahui batas areal yang perlu dilaksanakan konsolidasi lahan untuk
kawasan transmigrasi;
1.3.
Landasan Hukum
Acuan yang dipergunakan untuk penyusunan rencana rici SKP ini disusun
TentangPerubahan
Atas
UU
No
15
Tahun
1997Tentang
Ketransmigrasian
5. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Kawasan
Perkotaan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);
6. Undang Undang no 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman berupa KPB.
II.
RUANG LINGKUP
2.1.
pembangunan
Permukiman
Transmigrasi
sekurang-
skala 1 : 20.000.
2.2.
j.
Pada tahap persiapan, perlu dilakukan Studi literatur. Hal ini dimaksudkan
untukmengetahui informasi awal mengenai kawasan yang akan di studi.
2. Pembuatan Peta Dasar skala 1 : 20.000 dengan luasan 5.000 10.000 Ha
6|P age
pertemuan
dengan
aparat-aparat
kecamatan,
desa
dan
pengambilan
data
lapangan
dan
memudahkan
interpolasi data di atas peta, maka lebih baik menggunakan base line
sebagai kerangka pemetaan.
2) Jarak base line ke batas areal survai tidak boleh lebih dari 3 Km, bila
lebih harus dibuat base line yang sejajar dengan base line pertama.
3) Pemasangan Patok Beton (BM) setiap jarak 3 Km atau sekitar 60 titik
polygon, sebagai titik control pengukuran. Sebagai titik control bantu
dibuat dari Bahan PVC di cor beton (BL), dipasang setiap jarak 1 Km.
7|P age
Ketelitian
pembacaan
theodolite
untuk
sudut
pembacaan
Biasa dan Luar Biasa ke target belakang tidak boleh lebih dari 2 mm,
demikian juga untuk target depan.
9) Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur pulang pergi.
10) Jarak antara dua titik polygon yang berurutan 50 m maksimum 100m.
11) Tingkat ketelitian pengukuran base line disyaratkan sebagai berikut:
- Ketelitian sudut: 4n (n= jumlah titik polygon)
- Ketelitian linier jarak: 1/2000
- Ketelitian beda tinggi: 60 mmDKm (D= jumlah jarakdalam Km)
b. Membuat jalur pengamatan rintisan dengan interval 500 meter, jalur
rintisan dibuat tegak lurus terhadap base line dimaksudkan agar
memudahkan dalam menginterpolasi data yang diperoleh dilapangan.
Data yang diperoleh melalui jalur pengamatan adalah data topografi,
kemiringan lahan, tanah, penggunaan tanah dan hutan. Salah satu data
yang perlu diamati adalah data kemiringan lahan yang akan digunakan
sebagai masukan dalam perencanaan permukiman.
1) Data kemiringan lahan yang diperoleh dari data DEM maupun citra
satelit perlu dilakukan pengcekan lapangan , pengamatan merata pada
setiap kelas kemiringan lahan dan menyebar di seluruh areal survai.
8|P age
Datar
Landai/ berombak
Bergelombang
8 15 %
Agak Berbukit
15 25 %
Berbukit 25 40 %
Bergunung
3- 8%
> 40 %
2. Survai Tanah
Survai tanah merupakan kegiatan pengumpulan data kimia, fisik, dan
biologi dilapangan maupun dilaboratorium, dengan tujuan pendugaan
penggunaan lahan umum maupun khusus.
Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan
memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah, sama sifatnya
kedalam satuan peta tanah tertentu. Sifat dari satuan peta secara singkat
dicantumkan dalam legenda, sedang uraian lebih detail dicantumkan dalam
laporan
survei
tanah
yang
selalu
menyertai
peta
tanah
tersebut
Survei tanah baruakan memiliki kegunaan yang tinggi jika teliti dalam
memetakannya. Hal itu berarti :
1. Tepat mencari site yang representatif, tepat meletakkan site pada peta
yang harus didukung oleh peta dasar yang baik
2. Tepat dalam mendeskripsi profil atau benar dalam menetapkan sifat-sifat
morfologinya.
3. Teliti dalam mengambil contoh dan
4. Benar melakukan analisis laboratorium.
sama dengan digunakan untuk survei topografi yaitu data SPOT 5 atau Allos ,
untuk melakukan identifikasi satuan-satuan peta tanah.
Sebelum dilakukan survei pengamatan tanah terlebih dahulu dibuatkan
peta kerja pengamatan tanah/Peta Satuan Lahan Homogen sementara yang
selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar evaluasi lahan setelah
dilakukan revisi delineasi berdasarkan kondisi lapangan. Unsur-unsur
pembentuk satuan lahan homogen adalah suatu lokasi wilayah yang
mempunyai satuan tanah yang homogen terdiri dari relief, landform, bahan
induk (peta geologi), penggunaan tanah. Peta satuan Lahan Homogen ini
selanjutnya akan dilakukan proses evaluasi kesesuaian lahan.
Peta satuan lahan homogen disusun terdiri dari landform, relief, bahan
induk dan penggunaan tanah.
a. Pengamatan pemboran dan diskripsi profil mengikuti pedoman Soil
survai manual (Soil Survai staff, 1951, 1961) atau Pedoman
Pengamatan tanah di lapang (Dok LPT, 1969).
b. Pemetaan tanah/satuan lahan dilakukan pada tingkat semidetail untuk
seluruh
areal
survai
pekarangan/pangan
dan
fasilitas
tingkat
detail
umum
dengan
untuk
calon
klasifikasi
lahan
menurut
salah
satu
profil
pewakil
diambil
contoh
tanah
setiap
areal
survai
dan
skala
1:10.000
untuk
calon
lahan
Setiap titik observasi tanah baik pemboran, profil, komposit dan contoh
fisik/undistrub-sample (jika ada) di plotkan pada peta yang disajikan.
e. Contoh tanah komposit untuk penilaian kesuburan diambil pada lokasi
yang dicalonkan untuk pekarangan (LP) dan Lahan
Usaha I (LU.I),
Jenis analisa yang perlu dilakukan untuk contoh profil dan kesuburan
seperti terlihat pada tabel :
Tabel
Analisa Tanah di Lokasi Transmigrasi
CONTOH
PROFIL
CONTOH
KESUBURAN
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
JENIS ANALISA
KETERANGAN
Contoh
kesuburan
secara
kwalitatif dapat
dilakukan
di
lapangan (Soil
Test Kit)
*)untuk
tanah
bermasalah
12 | P a g e
Klimatologi,
unsur
ini
diarahkan
pada
perhitungan
Unsur Morfologi diarahkan pada pola/ arah aliran air permukaan/ air
sungai, dan sedimentasi pada alur pelayaran yang memprediksi pola /
letak cekungan / lembah, serta kemungkinan memprediksi adanya
genangan banjir;
13 | P a g e
Lithologi
(sedimentasi
batuan
induk
disertai
teksturnya),
pemukaan
lokasi
tersebut,
minimal
skala
250.000,
manusia
Standart
Kementerian
Kesehatan
Republik
kedalaman
waktu
dan
lama
genangan
air
harus
hidrologi
kawasan
yang
bersangkutan
studi
dilakukan
berdasarkan data yang ada, data Geologi, data lapangan (Geolistrik dan
sumur) dan pengalaman penduduk setempat. Juga diteliti pengamatan
sifat
air
(pH,
DHL,
Salinitas
sifat-sifat
penting
lainnya)
dan
sistem
drainase dan
penyediaan air tawar dan air asin. Untuk pola nelayan, juga dapat
menentukan kapan tidak dapat melaut karena iklim yang sangat buruk,
kondisi alur pelayaran, terutama pada saat air surut.
4. Survai Penggunaan Lahan Dan Konsolidasi Lahan
Survai ini dilakukan dalam dua tahap:
1. Survai tahap pertama dilaksanakan bersama-sama survai pendahuluan
topografi awal mengidentifikasi penggunaan lahan kawasan studi,
2. Survai tahap ke dua dilakukan setelah disusun draft struktur ruang RSKP
dan dilaksanakan musyawarah untuk mengetahui kepemilikan lahan yang
direkomendasikan unttuk dilakukan konsolidasi lahan.
a. Survai tahap I (pertama)
Jenis Pengunaan lahan yang didapatkan dari hasil penafsiran citra satelit
(pada tahap persiapan) dilakukan ground checkdi lapangan. Tipe citra
satelit yang dapat digunakan dalam pekerjaan penyusunan RSKP adalah
citra satelit yang memiliki resolusi medium-tinggi misal citra spot, alos,
15 | P a g e
pengamatan
pada
lokasi-lokasi
yang
diragukan.Hasil
pemukiman
transmigrasi
(merupakan
batas
yang
akan
peribadatan, sarana
dilakukan
19 | P a g e
dan
Pengembangan
Kawasan
Transmigrasi,
Ditjen
PKP2Trans.
g. Penyajian Peta Kesesuaian Lahan
-
20 | P a g e
Kemiringan lahan.
Kemiringan lahan yang direkomendasikan untuk LP, LU I, LU II
mempertimbangkan aspek lingkungan dan keamanan.
Tabel
Kemiringan Lahan
Standar tidak Rata-
Keterangan
Peruntukan
Standar Rata-Rata
LP
08%
0 15 %
Diatas 8 % memerlukan
LU I
08%
0 15 %
perlakuan teknis
Rata
0 25 %
0 15 %
Kesesuaian lahan
Kesesuaian
lahan
yang
dapat
direkomendasikan
untuk
No
I
21 | P a g e
Parameter
Fisika
Bau
Rasa
Tabel
Penentuan Kualitas Air
Kadar Maksimum yang
Diperbolehkan
Satuan
Air Minum
Air Bersih
-
Tidak Berbau
Tidak Berasa
Tidak Berbau
Tidak Berasa
Kekeruhan
TDS
Kimia
Besi
Kesadahan (CaCO3)
Klorida
Mangan
Nitrat + sbg N
Nitrit + sbg N
pH
Sulfat
Raksa
II
Skala NTU
Mg/L
5
1.000
25
1.000
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
0,3
500
250
0,1
10
1,0
6,5 8,5
250
1,0
0,02
75,00
2,25
0,00
0,64
0,20
7,80
2,05
<0,004
program
22 | P a g e
- Kemudahan
hubungan
dengan
pusat-pusat
pertumbuhan
yang
direncanakan atau yang ada dalam RKT (RWPT atau RLPT) melalui
penyediaan akses jalan serta prasarana pendukung transportasi
lainnya;
- Sebaran lahan yang direkomendasikan dalam setiap calon SP telah
mempertimbangkan jarak jangkau yang direncanakan untuk LP ke LU
I dan LU II memenuhi kriteria jarak sebagai berikut:
Jarak LP ke PD, Lahan Usaha
1)
2)
3)
4)
LP ke PD
LP ke LU I
LP ke LU
Antar SP
Mak 1,5 Km
Mak 2,5 Km
Mak 3,5 Km
Mak 7,0 km
c. Untuk yang diprediksi akan dijadikan desa pugar, pada peta perlu
ditunjukkan mana yang akan tetap sebagai tanah milik penduduk desa
setempat, mana tanah milik yang disepakati akan dikonsolidasi untuk
pembangunan pemukiman transmigrasidengan disertai surat penyerahan
tanah dari penduduk.
d. Untuk yang diprediksi akan dijadikan SP baru, perlu adanya dukungan
surat penyerahan tanah dari penduduk setempat yang akan di proses
nantinya untuk penerbitan SK-HPL.
e. Untuk yang diprediksi akan dijadikan desa tempatan , ditunjukkan surat
kesepakatan dari kepala desa nya, dan bila desa tersebut akan dijadikan
sebagai pusat SKP sudah ada surat kesediaan untuk menyediakan areal
untuk pusat SKP seluas 8 12 ha.
f. Areal HGU yang telah disepakati untuk plasma dan sesuai untuk
dikembangkan perkebunan:
1.
2.
23 | P a g e
Bedasarkan RKT;
program
24 | P a g e
Pusat-pusat
(Pusat
SKP
dan
Pusat
SP),
dengan
mempertimbangkan:
-
Bila bersedia dibuat berita acara penyerahan lahan yang ditanda tangani
minimal 85 % dari pemilik tanah yang meilput minimal 85 % dari luas yang
akan diserahkan;
2.2.8. Identifikasi
Dan
PemetaanLahan
Yang
Direkomendasikan
Untuk
Jarak titik-titik poligon diukur dengan pita untuk seraha dan di cek dengan
jarak optis ke muka dan ke belakang.
Sebagai pengikat titik polygon batas lahan tersebut, diambil titik Bench
Mark (BM) pada base line terdekat.
26 | P a g e
2.2.9.1.
Kawasan
Transmigrasi
harus
terintegrasi
dengan
usaha
dan
yang
menjadi
orientasi
pusat
2.2.9.3.
Ditinjau status hutan nya merupakan APL ( Hutan Produksi yang dapat
dikonversiinas perlu koordinasi dengan Dinas Kehutanan dan secara
27 | P a g e
2.2.9.4.
Utama
dan
Pusat
Desa,
desa-desa
yang
masuk
SKP
28 | P a g e
kebutuhan
prasaranadan
sarana
didasarkan
prediksi
2.
Analisis Pasar;
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Analisis KelembagaanEkonomi;
komoditas
direncanakan
atau
unggulan
yang
atau
sedang
usaha
berjalan
ekonomi
layak
yang
untuk
aspek
Finansial.
Aspek ini berkaitan dengan perkiraan biaya investasi, perkiraan biaya
operasi dan pemeliharaan,kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan,
perkiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi. Selain perhitungan ini,
juga perluditampilkan perhitungan break even point beserta pay back
period, proyeksi laba/rugi, proyeksi aliran kas dan dampak kegiatan usaha
pertanian terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan.
2.2.12. Analisis demografi dan sosial budaya
Analisis data demografi
geografis, dan
didapatkan, baik secara online maupun dari data-data yang dapat diperoleh
dari instansi-instansi terkait. Sedangkan analisis sosial budaya akan
menghasilkan profil masyarakat lokal berdasarkan unsur-unsur kebudayaan
dan kecenderungan sikap toleransi terhadap kebudayaan yang berbeda dan
faktor-faktor sosial-budaya yang berpotensi menjadi konflik sosial.
Berdasarkan
dihasilkan
hasil
aspek-aspek
analisis
sosial
memberikan pertimbangan
sosial-budaya
budaya
dan
dan
demografi
demografi
akan
yang
dapat
yang
2.3.
Musyawarah
Hasil analisis terekomendasiuntuk desa-desa yang potensial untuk dijadikan
2.4.
31 | P a g e
SP Baru adalah SP yang berdiri sendiri pada areal potensial yang status
lahannya bebas dari peruntukan lahan lainnya atau perolehan lahannya
berasal dari tanah adat / ulayat yang telah diserahkan untuk permukiman
transmigrasi, atau berasal dari tanah negara.
Areal konservasi;
pengembangan
usaha
di
kawasan
merupakan
integral
Subsistem Input;
b.
c.
d.
e.
: RTSP
Pugar, RTSP baru dan RTSP Tempatan) dan Rencana Teknis Detail Jalan
dari SP ke pusat SKP ;
d. Penyusunan Rencana Jalan Penghubung antara Pusat SKP ke jalan
kabupaten terdekat;
e. Penyusunan Rencana Teknis Detail Prasarana (Jembatan, Dermaga,
Saluran Drainase) dan Sarana sesuai kebutuhan (Rumah Transmigran,
Fasum/Fasos, SAB Non Standar, Tenaga Listrik, Sub Terminal, Shelter);
f. Pembangunan jalan penghubung/poros ;
g. Pelaksanaan pembukaan Lahancalon pemukiman transmigrasi pendatang;
h. Pembangunan jalan desa baik di lahan Calon transmigran dan di desa
Pugar;
i. Pembangunan Fasum , rumah transmigran , pemugaran rumah-rumah
transmigran, dan pembangunan pecahan KK;
j. Penempatan transmigran. Prioritas penduduk setempat yang berhak
menjadi TPS (transmigran dari penduduk setempat) untu SP Pugar : dapat
dilihat pada tabel.
III.
TENAGA AHLI
Untuk menyusun R-SKP perlu melibatkan beberapa Tenaga ahli yang
34 | P a g e
Tabel
Tenaga Ahli
No
Profesi/Keahlian
Ahli Perencanaan
Wilayah
Ahli Geodesi
Ahli Hidrologi
Ahli Tanah
Ahli Ekonomi
Pertanian/
Ahli Kehutanan
Ahli Sosial Budaya
Pengalaman
Kerja
(Tahun)
Jabatan
Dalam
Proyek
S1 Geodesi
S1 Geologi/ Agrometerologi/
Geografi/Sipil Hidrologi
S1 Ilmu Tanah
S1 Sosek Pertanian
Ketua Tim
Anggota
2,5
Anggota
Anggota
Anggota
6
S1 Kehutanan
2
7
S1 Sosiologi
3
Catatan :
-Salah satu dari tenaga ahli harus mempunyai sertifikat Amdal minimal A untuk melakukan Telaahan Lingkungan.
Anggota
Anggota
- TA diatas untuk Pola Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan , untuk pola lain , tenaga ahli ditambah /dikurangi sesuai kebutuhan.
No.
Profesi/Keahlian
Bulan
III
II
IV
OB
Ahli Perencanaan
Wilayah
Ahli Geodesi
Ahli Hidrologi
2,5
Ahli Tanah
Ahli Kehutanan
Ahli Sosiologi
b. Ahli geodesi
- Melakukan
analisis
kelerengan
untuk
mendapatkan
informasi
c. Ahli tanah
- Mengarahkan, mengevaluasi dan memberi petunjuk kepada surveyor
tanah;
- Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya dalam melakukan pekerjaan
penilaian kondisi fisik dan kimia tanah;
- Bertanggungjawab terhadap analisa tanah dan penyusunan peta
kesesuaian lahan.
d. Ahli hidrologi
- Mengidentifikasi daerah-daerah bahaya banjir, pengamatan pasang
surut dan intrusi air laut serta genangan-genangan yang ada di
daerah survai;
- Mengevaluasi ketersediaan sumber daya air untuk keperluan air
minum transmigran dan keperluan lainnya;
- Menganalisa data iklim, minimal 10 tahun terakhir;
- Bertanggungjawab terhadap perhitungan dan peta sumber daya air.
e. Ahli kehutanan
- Melakukan survai tentang flora dan fauna;
- Menghitung perkiraan potensi kayu;
- Melakukan deliniasi status dan fungsi kawasan, serta kelas hutan;
- Bertanggungjawab terhadap analisa penggunaan lahan dan peta
status hutan.
analisa
pasar
terhadap
komoditas
yang
akan
dikembangkan;
- Menganalisa usaha tani;
- Bertanggungjawab terhadap evaluasi kelayakan pengembangan
kawasan dan peta penyebaran fasilitas sosial dan ekonomi.
36 | P a g e
g. Ahli Sosiologi
- Melakukan pengumpulan data sebagai bahan fasilitator dalam
musyawarah;
- Melaksanakan analisa data untuk sasaran pengarahan (desa-desa)
untuk menjadi saran perpindahan penduduk;
- Melaksanakan analisa data bkesesuaian kultural untuk calon TPS
dengan TPA;
- Melaksanakan analisa potensi SDM calon transmigran penduduk
setempat dan penataan persebaran penduduk;
- Melaksanakan analisa data sesuai dengan aspek demografi, aspek
sosiografi, aspek geografi dan aspek psikografi;
IV.
JADWAL PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan untuk penyusunan Rencana SKP ini adalah 4(empat ) bulan:
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
No.
JENIS KEGIATAN
Bulan I
Tahap Persiapan
Presentasi Laporan
Pendahuluan
Presentasi Laporan
Lapang
Penyusunan Draft
Laporan Akhir
V.
Bulan II
Presentase Draft
Laporan Akhir
Penyempurnaan
Laporan
Penyerahan Laporan
1.2.
Peta-peta
37 | P a g e
Bulan III
Bulan IV
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
VI.
PELAPORAN
Mekanisme pelaporan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan, yang berisi metode dan rencana pelaksanaan
pekerjaan, yang juga dilengkapi dengan pemahaman dan tinjauan awal
terhadap substansi pekerjaan. Laporan pendahuluan diserahkan 1 (satu)
bulan semenjak diterbitkannya SPMKsebanyak 5 eksemplar;
2. Laporan Antara, yang berisi hasil laporan survai lapangan dan berita
acara hasil musyawarah dan berita acara penyerahan lahan yang akan
dikonsilodasi lahan;
38 | P a g e
luas SKP,
rencana Struktur Tata Ruang dan perkiraan daya tampung, Rencana pola
pemanfaatan ruang, rencana pengembangan usaha dan kelayakan
usahanya, rencana jenis transmigrasi yang dilaksanakan, rencana
persebaran penduduk dan indikasi program. Draft Laporan Akhir
diserahkan 4 (empat ) bulan semenjak diterbitkannya SPMK 5 eksemplar.
5. Laporan Akhir,yang merupakan penyempurnaan draf laporan akhir
Laporan akhir diserahkan 5 lima) bulan semenjak diterbitkannya SPMK
sebanyak 10 eksemplar;
6. Buku Executive Summary.
VII.
3
4
39 | P a g e
Uraian
Kawasan
Dampala
SKP.
A
Kabupaten
Morowali
Provinsi
Sulawesi Tengah
Kawasan Rauta SKP. A Kabupaten
Konawe
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
Kawasan Taliabu SKP A Kabupaten
Taliabu Provinsi Maluku Utara
Kawasan
Tomage
SKP
A
Kabupaten Fak-Fak Provinsi Papua
Barat
Kawasan
Bunguran
SKP
A
Kabupaten
Natuna
Provinsi
Kepulauan Riau
Biaya
Rp 558,164,200,-
Rp 542,251,600,-
Rp 594,279,400,Rp 604,054,000,-
Rp 526,273,000,-
VIII.
PENUTUP
Demikian kerangka acuan pekerjaan ini dibuat agar dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Rinci SKP
TahunAnggaran2015.
Direktur
Perencanaan Pembangunan
Dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi
40 | P a g e
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB. I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Tujuan
1.3. Sasaran
1.4. Manfaat
1.5. Luaran
1.6. Peristilahan
1.7. Metode pendekatan
1.7.1. Kerangka penyusunan SKP
1.7.2. Metode pelaksanaan pekerjaan
41 | P a g e
2.2.5.1.
Sungai
2.2.5.2.
2.2.5.3.
2.2.5.4.
Kualitas air
3.2.
43 | P a g e
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.5.2.
3.6.2.
sebaran SP
3.7.2.
Sebaran pusat-pusat
3.7.3.
3.9.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2. Peta RWPT
skala 1 :50.000
skala 1 : 25.000
skala 1 : 25.000
skala 1 : 25.000
skala 1 : 25.000
skala 1 :100.000
skala 1 : 25.000
skala 1 : 25.000
skala 1 : 25.000
45 | P a g e