PROGRAM :
KEGIATAN :
PEKERJAAN :
A. Latar Belakang
Disamping itu kondisi lokasi harus jelas letak, luas dan batas fisik (clear) dan
sudah bebas dari tuntutan hak-hak masyarakat atau hak-hak lainnya (clean).
Pengukuhan lokasi yang sudah clear and clean oleh Bupati/Walikota/Gubernur
menjadi dasar untuk menyusun rencana dan pengembangan Lokasi Permukiman
Transmigrasi untuk disesuaikan dengan jenis transmigrasi dan pola usaha pokok
yang dikembangkan.
Secara hirarki kewilayahan, WPT atau LPT terdiri dari SKP-SKP (Satuan
Kawasan Pengembangan) dan SKP terdiri dari SP-SP (Satuan Permukiman).
Sesuai hirarki kewilayahan tersebut, perencanaan permukiman dibagi dalam 3
tahap yaitu :
Perencanaan Tahap III harus mengacu arahan dan rekomendasi dari hasil
perencanaan Tahap II. Salah satu arahan tersebut dapat berupa perencanaan
SP yang terintegrasi dengan desa-desa setempat dalam satu kesatuan
pengembangan permukiman.
Dalam rangka mewujudkan suatu permukiman transmigrasi yang sesuai
dengan fungsinya dan sejalan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah, maka
perlu diselenggarakan suatu Rencana Teknik Unit Permukiman Transmigrasi
yang dapat mendukung rencana tata ruang wilayah daerah setempat.
B. Maksud
Kerangka acuan kerja pekerjaan ini dimaksudkan sebagai pengarah
pelaksanaan Perencanaan Teknis Unit Permukiman Transmigrasi bagi
konsultan yang ditujuk, sekaligus petunjuk teknis pengadaan jasa konsultan.
Selain itu untuk menyamakan pola pikir, pengertian dan memberikan
pedoman pelaksanaan teknis dan administratif yang lebih jelas, sehingga
memudahkan Konsultan dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
tugas, fungsi dan perannya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
C. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. Agar konsultan dapat menyusun rencana teknis tata ruang unit
permukiman transmigrasi sesuai dengan kaidah-kaidan/norma
perencanaan teknis yang berlaku,
2. Agar konsultan dapat menyusun arahan pengembangan permukiman dan
penempatan transmigrasi sesuai dengan amanat undang-undang,
peraturan/ keputusan menteri terkait serta peraturan turunan lainnya,
3. Agar konsultan dapat menyusun arahan pengembangan usaha
transmigran yakni :
a. Tersedianya lahan pertanian atau peluang usaha yang memenuhi
syarat untuk kegiatan produksi;
b. Tersedianya sarana dan prasarana produksi pengelolaan yang
diperlukan;
c. Tersedia prasarana jalan yang menghubungkan antar lokasi
permukiman maupun dengan pusat pemasaran (Ibukota
Kecamatan/Ibukota Kabupaten).
D. Sasaran
E. Lokasi Kegiatan
Calon Lokasi Transmigrasi Baru yang akan dibuat Design Rencana Teknis
Unit Permukiman Transmigrasi ini berada di Kec. Mangoli Utara, Kabupaten
Kepulauan Sula dengan batas-batas administratif sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Saniahaya
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Buya
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Minaluli
F. Sumber Pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan Dana Alokasi Umum (DAU)
Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Kepulauan Sula, Tahun Anggaran 2015.
H. Data Dasar
1. Dokumen yang berhubungan dengan legalitas lokasi seperti SK
Pencadangan Areal dari Bupati/Gubernur, IPPKH, dan lain sebagainya
2. Peta Rupa Bumi Indonesia dari Bakosurtanal skala 1 : 100.000 atau lebih
besar (1 : 50.000 atau 1 : 25.000),
3. Peta Kesesuaian Lahan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000, dari Puslinat,
Bogor
4. Peta Geologi skala 1 : 100.000, dari Direktorat Geologi dan Sumberdaya
Mineral
5. Peta Kawasan Hutan dan Perairan skala 1 : 250.000, dari Baplan Peta
Batas Hutan dari Baplan atau instansi lain dengan tugas serupa seperti
(BPKH/BIPHUT) skala 1 : 50.000
6. Data Legalitas Lahan (Status Hutan)\
7. Data Usulan Masyarakat
8. Surat pernyataan, penyerahan lahan dari masyarakat/perorangan
9. Hasil musyawarah yang telah disepakati oleh semua pihak.
I. Standar Teknis
1. Lahan
Perencanaan dari RTUPT sekurang-kurangnya telah dapat menjelaskan
tata ruang/letak, luas, batas, jaringan jalan dan sumber air pada Lokasi
Permukiman Transmigrasi. Luas lahan yang akan diukur oleh team
survey konsultan disesuaikan dengan rencana jumlah KK yang akan
ditempatkan pada unit permukiman transmigrasi termasuk kebutuhan
lahan untuk sarana dan prasaran penunjang lainnya.
Untuk Satuan Permukiman/Unit Permukiman Transmigrasi luasnya
antara 500 s/d 2000 Ha atau setara dengan 300 s/d 500 KK;
Untuk Bagian Satuan Permukiman luasnya antara 100 s/d 500 Ha
atau setara dengan 100 s/d 300 KK.
Pengukuran tata batas lahan dan pembuatan peta berskala 1 :
50.000.000
Pengukuran lahan menggunakan pita ukur dan dikontrol dengan jarak
optis melalui alat ukur theodolite
Sedapat mungkin penetapan luas lahan terdiri dari Lahan
Pekarangan : ¼ Ha, Lahan Usaha I : ¾ Ha dan Lahan Usaha II : 1 Ha
Potensi tegakan kayu diklasifikasikan : Diameter < 10 cm : >10 – 30
cm dan >30 cm
Pembukaan lahan harus memperhatikan standar-standar berikut :
100 meter dari kiri-kanan tepi sungai
50 meter dari kiri-kanan anak sungai
200 meter di sekeliling anak sungai
500 meter di sepanjang tepi waduk
200 meter di sepanjang tepi pantai
Dua kali (2 x) damanya jurang di tepi jurang
2. Jalan
Perencanaan jalan Poros / Penghubung mengacu kepada :
Standar perencanaan geometrik jalan raya yang berlaku di
Indonesia
Ukuran standar jalan poros / penghubung yaitu Daerah Milik Jalan
(DAMIJA) = 20 meter, lebar badan jalan 10 meter, lebar
perkerasan 4,5 meter, tebal perkerasan sub base kelas C 15 cm
Kecepatan rencana kendaraan antara 40 Km/jam sampai dengan
60 Km/jam
3. Jembatan
Untuk perencanaan teknik jembatan dengan bentang < 20 meter
menggunakan desain typical Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Sedangkan jembatan dengan
panajang bentang > 20 meter perlu dilakukan desain teknis dengan
mengacu kepada :
Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya
(P3JR)
Knstruksi jembatan semi permanen meliputi :
a. Bangunan bawah (Sub struktur) permanen (pasangan batu
kali, beton bertulang)
b. Bangunan atas (super struktur) semi permanen (kayu, baja
dan lain sebagainya)
c. Konstruksi beton mengikuti standar Peraturan Beton
Bertulang Indonesia (PBI’71, Pedoman Beton Bertulang
Indonesia dan SNI lainnya)
d. Bangunan atas jembatan rangka baja memenuhi Peraturan
Konstruksi Baja Indonesia dan SNI lainnya.
4. Drainase
Perencanaan teknis saluran/drainase dilakukan pada lokasi transmigrasi
pola tanaman lahan basah dan atau lokasi yang tergenang air secara
permanen dan berpotensi banjir.
6. Tambatan Perahu
Perencanaan Teknis Tambatan Perahu dilakukan pada lokasi transmigrasi
dengan kondisi sebagai berikut :
Pencapaian lokasi hanya dapat dilakukan melalui jalan air
Kedalaman air sungai/saluran memungkinkan untuk dilalui perahu
dengan bobot 2 – 3 ton (DWG)
Konstuksi dapat berupa kayu kelas I atau beton bertulang
Memenuhi persyaratan konstruksi yang berlaku
Secara teknis aman dan kuat
Kantor Unit
a. Jenis konstruksi panggung (lahan basah) dan non panggung (lahan
kering)
b. Luas standar minimal 124 m2
c. Penetapan type bangunan berdasarkan perhitungan kebutuhan
ruangan dengan norma luasan minimal 6 m2/orang
d. Bentuk desain dapat dimodifikasi sesuai arsitektur lokal dengan
material lokal sepanjang tidak melampaui norma biaya standar yang
ditetapkan
Gudang Unit
a. Jenis konstruksi panggung (lahan basah) dan non panggung (lahan
kering)
b. Luas standar minimal 67,50 m2
c. Penetapan type bangunan berdasarkan perhitungan kebutuhan
ruangan dengan norma luasaan minimal 3 m2/orang
d. Bentuk desain dapat dimodifikasi sesuai arsitektur lokal dengan
material lokal sepanjang tidak melampaui norma biaya standar yang
ditetapkan
Balai Desa
a. Jenis konstruksi panggung (lahan basah) dan non panggung (lahan
kering)
b. Luas standar minimal 135 m2
c. Penetapan type bangunan berdasarkan perhitungan kebutuhan
ruangan dengan norma luasan minimal 6 m2/orang
d. Bentuk desain dapat dimodifikasi sesuai arsitektur lokal dengan
material lokal sepanjang tidak melampaui norma standar biaya yang
ditetapkan kecuali jika ada tambahan biaya dari pemerintah daerah
setempat
Rumah Kepala Unit
a. Jenis konstruksi panggung (lahan basah) dan non panggung (lahan
kering)
b. Luas standar minimal 64 m2
c. Penetapan type bangunan berdasarkan perhitungan kebutuhan
ruangan dengan norma luasan minimal 6 m2/orang
d. Bentuk desain dapat dimodifikasi sesuai arsitektur lokal dengan
material lokal sepanjang tidak melampaui norma standar biaya yang
ditetapkan kecuali jika ada tambahan biaya dari pemerintah daerah
setempat
Rumah Petugas
a. Jenis konstruksi Rumah Petugas adalah Kopel panggung (lahan
basah) dan Kopel non panggung (lahan kering)
b. Luas standar minimal 138 m2
c. Penetapan type bangunan berdasarkan perhitungan kebutuhan
ruangan dengan norma luasan minimal 6 m2/orang
d. Bentuk desain dapat dimodifikasi sesuai arsitektur lokal dengan
material lokal sepanjang tidak melampaui norma standar biaya yang
ditetapkan kecuali jika ada tambahan biaya dari pemerintah daerah
setempat
Rumah Ibadah
a. Jenis konstruksi panggung (lahan basah) dan non panggung (lahan
kering)
b. Luas standar minimal 110 m2
c. Penetapan type bangunan berdasarkan perhitungan kebutuhan
ruangan dengan norma luasan minimal 2 m2/orang
d. Bentuk desain dapat dimodifikasi sesuai arsitektur lokal dengan
material lokal sepanjang tidak melampaui norma standar biaya yang
ditetapkan kecuali jika ada tambahan biaya dari pemerintah daerah
setempat
Sekolah Dasar
a. Jenis konstruksi panggung (lahan basah) dan non panggung (lahan
kering)
b. Luas standar minimal 215 m2
c. Penetapan type bangunan berdasarkan perhitungan kebutuhan
ruangan dengan norma luasan minimal 4 m2/orang
d. Bentuk desain dapat dimodifikasi sesuai arsitektur lokal dengan
material lokal sepanjang tidak melampaui norma standar biaya yang
ditetapkan kecuali jika ada tambahan biaya dari pemerintah daerah
setempat
CATATAN :
J. Referensi Hukum
DATA KEGIATAN
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Survey Lapangan
1. Tahap Persiapan
a. Kegiatan Persiapan
Theodolite (T-0)
GPS,
Klinometer
Compass,
Munsel Soil Color Chart,
Soil Test Kit
pH meter,
Bor tanah
Pisau Pandu
Haga meter
Cangkul
Linggis
Meteran
Unting-unting
Alat – alat tulis
Hasil analisa data sekunder dan informasi yang diperoleh dari desk
study,
a. Mobilisasi Tim
Dalam pertemuan ini jika sudah jelas dan benar, sekalian konsultan
mengajukan satu orang staf dari provinsi atau dari kabupaten untuk
mendampingi konsultan ke lapangan, untuk mempermudah informasi di
kemudian hari dalam pelaksanaan pekerjaan tahap berikutnya.
1) Orientasi lokasi
c. Pengukuran Horizontal
Koordinat (X,Y), horizontal diukur dengan metoda poligon,
dengan persyaratan sebagai berikut :
Jarak poligon diukur dari 2 (dua) arah yakni arah pergi dan
arah pulang, pembacaan dilakukan minimal 3 (tiga) kali. Sudut
vertikal alat dibaca dalam keadaan B dan LB ;
d. Pengukuran Ketinggian
Beda tinggi seksi diukur dari 2 (dua) arah yang berbeda yakni
arah pergi dan pulang ;
e. Pengukuran Pengikatan
Pada titik awal pengikatan (BM-O) yang dipasang pada
tempat yang mudah diidentifikasi di lapangan
3. Pengukuran Pengikatan
a. Pada titi awal pengikatan (BM-0) yang dipasang pada tempat yang
mudah diidentifikasi di lapangan.
b. Pemasangan titik-titik kontrol pengukuran disepanjang jalur
pengikatan, BM, dengan jarak antara tiap BM 3-4 Km.
c. Pengukuran dilakukan dengan metode poligon sebagai berikut :
1) Pengukuran Poligon
Jalur pengikatan harus dirintis bersih dan dipasang patok kayu
pada setiap jarak 250 m dan dikedua ujungnya.
Jarak antara titik bantu poligon (patok kayu sementara) harus
diusahakan sejauh mungkin.
Sudut poligon diukur dengan alat ukur sudut yang memiliki skala
terkecil 1 detik (1 second theodolite) dalam 1 seri ganda (B, B,
LB, LB) selisih sudut B dengan LB 12 detik.
Jarak poligon diukur dengan alat ukur jarak elektronik (EDM) dari
2 (dua) arah yakni arah pergi dan arah pulang. Pembacaan
dilakukan minimal 3 (tiga) kali. Sudut vertikal alat dibaca dalam
keadaan B dan LB.
2) Pengukuran Sifat Datar
Elevasi (Z) titik poligon jalur pengikatan diukur dengan alat ukur sifat
datar otomatis (automatic level) dengan syarat sebagai berikut :
Tabel 1.1. Jenis Analisa untuk Contoh Profil dan Contoh Kesuburan
Penyusunan peta tanah dan peta kesesuaian lahan dari hasil survey
dilakukan dengan mengelompokkan jenis lahan atas dasar sifat-sifat
tanah yang sama kedalaman satu Satuan Peta Lahan (SPL).
1. Penelitian Iklim
Data penunjang yang dibutuhkan antara lain hasil studi yang pernah
ada, peta hodrologi, peta tipologi sumberdaya air, peta isohyet, peta
DAS dan data iklim setempat.
Data iklim diambil dari stasiun penakar hujan setempat selama
periode minimal 10 tahun terkahir. Bila berjarak lebih dari 10 km dari
lokasi studi, maka akan diambil data iklim dari stasiun penakar
terdekat dengan mempertimbangkan Peta Isohyet yang ada.
2. Sumberdaya Air
Penyelidikan sumber daya air harus dilakukan untuk semua daerah
analisa sungai (DAS dan Sub DAS) yang akan mempengaruhi
daerah tersebut, berdasarkan pada laporan sebelumnya, dan peta
yang ada.
3. Ketersediaan Air
- Tersedianya sumber air minum harus diteliti, sumber air minum
yang dianjurkan adalah dari sumber dangkal, juga air permukaan
dan pengumpulan serta penyimpanan air hujan.
- Pengamatan Sumber Air Tanah dengan melakukan pemboran
pada titik-titik yang reseprentatif untuk mendapatkan
kisaran/sebaran kedalaman air tanah dan volume maupun
debitnya.
- Air Tanah yang dapat diperoleh dari sumur yang dangkal harus
diuji, yaitu dengan membuat sumur uji pada lahan pekarangan
dan pusat SP, sekurang-kurangnya 2 pada tempat yang mewakili
daerah yang diteliti.
- Variasi kedalaman air tanah harus ditentukan dengan
mewawancarai penduduk setempat dan dengan mengamati
permukaan air selama studi. Letak sumur uji dan daerah yang
cocok untuk sumur uji yang dangkal harus diplot pada peta
hidrologi.
- Air permukaan yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih
harus diteliti. Sumber air permukaan yang dipilih sebagai air
harus digambarkan baik dari segi letak maupun penyalurannya.
- Penelitian tempat-tempat yang dipakai untuk pengumpulan dan
penyimpanan air permukaan perlu dilakukan sebagai dasar untuk
penentuan penelitian selanjutnya (pembuatan check dam).
- Pengumpulan dan penyimpanan air hujan dari atap harus diteliti.
Analisa terperinci data hujan harus dibuat untuk menentukan
volume air yang harus dikumpulkan dari atap rumah transmigran
yang standar ( 36 m2)
- Penyelidikan ini perlu melihat semua sub wilayah aliran sungai
yang mempengaruhi daerah studi, dengan berdasarkan hasil
studi yang ada, interpretasi foto udara, peta DAS atau data
sekunder lainnya
- Potensi sumberdaya air diamati dengan mwmbuat sumur uji di
lahan pekarangandan pusat satuan permukiman (SP) sekurang-
kurangnya 4 titik. Sumur uji dibuat sampai kedalaman 10 m
dengan menggunakan alat bor tangan untuk mengetahui
kedalaman aquifer. Sedangkan untuk menghitung debit sumur uji
digunakan metoda Recovery Test.
- Hasil analisa laboratorium kualitas air minum yang
direkomendasikan dibandingkan dengan SK Menteri Kesehatan
Nomor 416/MenKes/Per/IX/1990. untuk air pertanian
dibandingkan dengan standar/kriteria FAO dan US Salinity Staf.
Dimana :
V = Volume pohon (M³)
C = 3,14 (merupakan nilai konstanta)
Dbh = Diameter pohon setinggi dada/dbh (cm)
t = Tinggi pohon dari bebas banir sampai bebas cabang
0,7 = Faktor pembentuk batang
Tenaga Ahli yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah adalah sebagai berikut:
A. Professional Staf
M. Keluaran (Output)
Seluruh kegiatan konsultan pada Design Design RTUPT Calon Lokasi Transmigrasi
Baru Calon Lokasi Transmigrasi Baru akan menghasilkan dokumen-dokumen atau
rekomendasi sebagai berikut :
1. Dokumen Laporan Pendahuluan
2. Laporan Hasil Survey/Album Peta A3
3. Draft Laporan Akhir
4. Laporan Akhir
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan di dalam pekerjaan ini berisikan uraian tentang evaluasi dan
pemahaman konsultan terhadap tujuan, metodologi, model analisa, langkah-langkah
/jadwal pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi pelaksaan pekerjaan, rencana
kegiatan, rencana survey dan pedoman / kriteria / standar yang akan digunakan. Inti
dari laporan pendahuluan ini adalah review terhadap penempatan permukiman
calon transmigrasi baru.
Laporan pendahuluan diserahkan kepada pihak pemberi pekerjaan sebanyak 5
(lima) exemplar, cetak jilid dalam format kertas A4 termasuk laporan aslinya.
Laporan akan disetujui oleh pemberi pekerjaan apabila team teknis telah melakukan
koreksi dan perbaikan terhadap laporan tersebut berdasarkan hasil masukan hasil
diskusi dan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) serta Penelitian Panitia
Pemeriksa Barang/Jasa atau Panitia Penerima Hasil Pekerjaan terhadap hasil yang
diserahkan yang selanjutnya dibuat dalam Berita Acara Laporan Pendahuluan /
Berita Acara Kemajuan Pekerjaan.
R. Format Laporan
Seluruh Produk Laporan yang dihasilkan oleh konsultan dibuat dalam bentuk tulisan
yang dilengkapi dengan gambar, peta, foto, dan tabel, dengan format sebagai berikut :
1. Kertas :
Ukuran kertas : A4 (21,5 cm x 29,7 cm), 70 gram.
Jenis kertas : Polos, HVS, warna putih
Pembatas : Kertas tipis berwarna sebagai pembatas antar bab.
2. Tulisan :
Jenis huruf : Tegak, standar
Bentuk huruf : Jelas, huruf cetak
Spasi : 1,5 spasi
Warna : Tulisan, peta, gambar dan foto yang penting berwarna sesuai kebutuhan
3. Sampul/Cover :
Bahan sampul : Kertas tebal, jenis buffalo, dilaminasi, hard cover.
Warna sampul : Akan disepakati kemudian
Jilid : Dijilid Rapi
Format sampul : Desain dan tata letak tulisan pada sampul didesain konsultan
dan disetujui oleh pihak Pengguna Jasa.
4. Gambar dan peta :
Ukuran kertas : A0/A3
Warna : Warna harus jelas
Skala : 1 : 500 atau lebih besar (disesuaikan denga kebutuhan)
5. Tabel:
Ukuran kertas : A3
Format tabel : kreatifitas konsultan, lebih mudah dibaca dan dimengerti
S. Hal-hal Lain
a. Produksi dalam negeri
Semua kegiatan konsultan dalam pekerjaan jasa konsultan berdasarkan KAK ini
harus menggunakan produksi dalam negeri baik Tenaga Ahli, sub professional
staff, tenaga pendukung maupun kegiatan langsung non personil.
b. Persyaratan kerja sama
Persyaratan kerja sama diperlukan jika kerja sama antar konsultan benar-benar
diperlukan dengan harus membuat surat perjanjian kerja sama (KSO)
c. Pedoman pengumpulan data
Pengumpulan data lapangan harus mengikuti kaidah-kaidah penelitian yang telah
ditetapkan
d. Alih Pengetahuan
Jika diperlukan penyedia jasa konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan
pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil
proyek / Satuan Kerja Pejabat Pembuat Komitmen.