D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Rencana tata ruang wilayah atau RTRW adalah hasil perencanaan ruang pada wilayah yang
merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif (Permen PU No. 16/PRT/M/2009). Rencana tata ruang dibuat
karena pada dasarnya ruang memiliki keterbatasan, oleh karena itu dibutuhkan peraturan untuk
mengatur dan merencanakan ruang agar dapat dimanfaatkan secara
efektif. Produk atau hasil dari perencanaan tata ruang wilayah dituangkan dalam bentuk
dokumen berupa peta rencana tata ruang wilayah.
Dokumen tata ruang sebagai produk hasil dari kegiatan perencanaan ruang berfungsi untuk
mengefektifkan pemanfaatan ruang dan mencegah terjadinya konflik antar fungsi dalam proses
pemanfaatan ruang, selain itu juga bertujuan untuk melindungi masyarakat sebagai pengguna
ruang dari bahaya-bahaya lingkungan yang mungkin timbul akibat pengembangan fungsi ruang
pada lokasi yang tidak sesuai peruntukan.
Konsep penyusunan dokumen rencana tata ruang bersifat hierarkis, tujuannya agar fungsi
yang ditetapkan antar dokumen tata ruang tetap sinergis dan tidak saling bertentangan karena
dokumen tata ruang yang berlaku pada lingkup mikro merupakan penjabaran dan pendetilan dari
rencana tata ruang yang berlaku pada wilayah yang lebih makro.
Dokumen tata ruang yang memiliki tujuan untuk mengatur ruang agar dapat dimanfaatkan
secara efektif dan untuk mencegah terjadinya konflik antar fungsi dalam proses pemanfaatan
ruang, serta untuk melindungi masyarakat sebagai pengguna ruang dari bahaya-bahaya
lingkungan, untuk itu perlu dilakukan evaluasi agar dokumen tata ruang dapat berfungsi sesuai
dengan tujuannya.
B. PENGERTIAN RTRW NASIONAL
Menurut UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana
pembangunan jangka panjang nasional, penyusunan rencana pembangunan jangka menengah
nasional. Kemudian untuk pedomanan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
di wilayah nasional.
Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung
jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek pengganda yang
maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRWN yang
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional merupakan matra spasial dalam
pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dan
pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien. RTRWN
memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna
sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta
ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui
pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan
penataan ruang wilayah nasional, antara lain, meliputi perwujudan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian
perkembangan antarwilayah, yang diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan
struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.
C. TUJUAN RTRW NASIONAL
Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dalam berbagai bidang antara lain:
RTRWN dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pembangunan ekonomi.
Sehingga, iklim investasi dapat terjaga dan pembangunan berjalan sesuai kebutuhan
penduduk setempat.
Kebutuhan penduduk di suatu daerah dapat diidentifikasi dengan perencaan tata ruang,
penataan ruang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dapat menciptakan lingkungan
yang aman dan nyaman.
dapat mencegah risiko kerusakan lingkungan akibat pembangunan.
Pemanfaatan lahan sesuai karakteristiknya dan pembangunan infrastruktur di suatu
wilayah dapat berjalan secara efektif dan membawa dampak positif disegala sektor,
Sehingga tidak menimbulkan permasalah yang berkelanjutan.
Sistem jaringan energi nasional yang terdiri atas jaringan pipa minyak dan gas bumi,
pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik.
Sistem jaringan telekomunikasi nasional yang terdiri atas jaringan terestrial dan
jaringan satelit.
Sistem jaringan sumber daya air, yakni sistem sumber daya air pada setiap wilayah
sungai dan cekungan air tanah
F. PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG
Hal-hal pokok yang menjadi pedoman dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah
nasional adalah sebagai berikut:
1) Rencana pembangunan jangka panjang nasional.
2) Rencana pembangunan jangka menengah nasional.
3) Wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
4) Ketentuan hukum laut internasional.
5) Perjanjian internasional.
6) Perkembangan permasalahan regional dan globalserta hasil pengkajian implikasi
penataan ruang nasional.
7) Upaya pemerataan pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
8) Kondisi dan potensi sosial masyarakat.
9) Pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi.
10) Kebijakan pembangunan nasional yang bersifat strategis.
11) Rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten, dan/atau
rencana tata ruang wilayah kota.
Kasus alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian menjadi bukti bahwa lemahnya
pelaksanaan peraturan tata ruang dan pertahanan, alih fungsi lahan akan menurunkan produktivitas
pertanian, menurunkan pendapatan usaha tani dan kesempatan kerja pada pertanian. Selain itu hal
ini akan berdampak pada industri tani seperti industri beras akibat berkurangnya lahan pertanian
maka produktivitas pertanian juga semakin berkurang. Dengan berkurangnya produktivitas lahan
pertanian ini, secara tidak langsung akan berdampak pada usaha-usaha di bidang industri pertanian
seperti traktor dan penggilingan padi.
Kebijakan sentralisasi pada masa lalu membuat ketergantungan daerah-daerah kepada pusat
semakin tinggi dan nyaris mematikan kreatifitas masyarakat beserta seluruh perangkat
Sementara itu dalam era desentralisasi, partisipasi masyarakat dan azas keterbukaan cenderung
dijadikan pedoman dengan asumsi bahwa pelaksanaan prinsip tersebut akan menghasilkan
kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, terdapat rasa memiliki
masyarakat terhadap kebijakan yang ditetapkan dan muncul komitmen untuk melaksanakannya
sehingga pembangunan yang berkelanjutan dapat diwujudkan.
Penataan ruang diharapkan dapat mendorong pengembangan wilayah dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup masyarakat ( city as engine of economic growth ) yang berkeadilan
sosial ( social justice ) dalam lingkungan hidup yang lestari ( environmentaly sound ) dan
berkesinambungan ( sustainability sound ) melalui penataan ruang.
Tidak optimalnya kemitraan atau sinergi antara swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan
penataan ruang. Persoalan yang dihadapi dalam perencanan partisipatif saat ini antara lain,
panjangnya proses pengambilan keputusan. Jarak antara penyampaian aspirasi hingga jadi
keputusan relative jauh. UU 32/2004 (UU No. 22 Tahun 1999 dan PP No. 25 Tahun 2000)
tentang Otonomi Daerah maka telah menggeser pemahaman dan pengertian banyak pihak
tentang usaha pemanfaatan sumber daya alam, terutama aset yang selama ini diangap untuk
kepentingan.
I. RENCANA POLA RUANG WILAYAH NASIONAL
Kawasan Lindung
Sementara kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
budidaya atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan.
a) kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap, dan kawasan hutan
yang dapat dikonversi;
b) hutan kawasan rakyat;
c) kawasan peruntukan pertanian, yang dapat dirinci meliputi: pertanian lahan basah,
pertanian lahan kering, dan hortikultura;
d) kawasan peruntukan perkebunan, yang dapat ditentukan berdasarkan jenis komoditas
perkebunan yang ada di wilayah provinsi;
e) kawasan peruntukan perikanan, yang dapat dirinci meliputi kawasan: kawasan
perikanan tangkap, kawasan budi daya perikanan, dan kawasan pengolahan ikan;
f) kawasan peruntukan pertambangan, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan:
mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, dan air tanah di kawasan
pertambangan;
g) kawasan peruntukan industri, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan:
industri kecil/rumah tangga, industri agro, industri ringan, industri berat, industri
petrokimia, dan industri lainnya;
h) kawasan peruntukan pariwisata, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan:
semua jenis wisata alam, wisata budaya, wisata buatan/taman rekreasi, dan wisata
lainnya;
i) kawasan peruntukan permukiman, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan:
permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan; dan
j) peruntukan kawasan budi daya lainnya, yang antara lain meliputi kawasan
peruntukan: instalasi pembangkit energi listrik, instalasi militer, dan instalasi lainnya
Kawasan Strategis Nasional
Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
Kawasan Strategis Nasional (KSN) merupakan salah satu amanat dari Undang-undang No.
26 Tahun 2007 yang didefinisikan sebagai kawasan di mana di dalamnya berlangsung kegiatan
yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain, dan
atau kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.