Anda di halaman 1dari 12

RUANG LINGKUP PENYUSUNAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA ANGGOTA :Irene Sibuea (18)


Grace Sirait (14)
Juelsa Sinaga (23)
Lydwina Munthe (25)
Nadine Samosir (29)
KELOMPOK :4
KELAS : XII IPS 2

SMA BUDI MULIA PEMATANGSIANTAR


T.A. 2023/2024
A. LATAR BELAKANG RTRW NASIONAL

Rencana tata ruang wilayah atau RTRW adalah hasil perencanaan ruang pada wilayah yang
merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif (Permen PU No. 16/PRT/M/2009). Rencana tata ruang dibuat
karena pada dasarnya ruang memiliki keterbatasan, oleh karena itu dibutuhkan peraturan untuk
mengatur dan merencanakan ruang agar dapat dimanfaatkan secara
efektif. Produk atau hasil dari perencanaan tata ruang wilayah dituangkan dalam bentuk
dokumen berupa peta rencana tata ruang wilayah.

Dokumen tata ruang sebagai produk hasil dari kegiatan perencanaan ruang berfungsi untuk
mengefektifkan pemanfaatan ruang dan mencegah terjadinya konflik antar fungsi dalam proses
pemanfaatan ruang, selain itu juga bertujuan untuk melindungi masyarakat sebagai pengguna
ruang dari bahaya-bahaya lingkungan yang mungkin timbul akibat pengembangan fungsi ruang
pada lokasi yang tidak sesuai peruntukan.

Konsep penyusunan dokumen rencana tata ruang bersifat hierarkis, tujuannya agar fungsi
yang ditetapkan antar dokumen tata ruang tetap sinergis dan tidak saling bertentangan karena
dokumen tata ruang yang berlaku pada lingkup mikro merupakan penjabaran dan pendetilan dari
rencana tata ruang yang berlaku pada wilayah yang lebih makro.

Dokumen tata ruang yang memiliki tujuan untuk mengatur ruang agar dapat dimanfaatkan
secara efektif dan untuk mencegah terjadinya konflik antar fungsi dalam proses pemanfaatan
ruang, serta untuk melindungi masyarakat sebagai pengguna ruang dari bahaya-bahaya
lingkungan, untuk itu perlu dilakukan evaluasi agar dokumen tata ruang dapat berfungsi sesuai
dengan tujuannya.
B. PENGERTIAN RTRW NASIONAL

Menurut UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana
pembangunan jangka panjang nasional, penyusunan rencana pembangunan jangka menengah
nasional. Kemudian untuk pedomanan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
di wilayah nasional.

Serta untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan


antarwilayah provinsi, dan keserasian antarsektor. Selain itu juga untuk penetapan lokasi dan
fungsi ruang untuk investasi,penataan ruang kawasan strategis nasional, dan penataan ruang
wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

RTRWN disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang, antara


lain tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan antara
Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia, kondisi fisik wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global,
pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai, penanganan
kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang.

Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan nasional juga


harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang
lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber daya, dapat diarahkan secara berhasil guna dan
berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut adalah
peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan, yang
secara spasial dirumuskan dalam RTRWN.

Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung
jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek pengganda yang
maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRWN yang
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional merupakan matra spasial dalam
pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dan
pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien. RTRWN
memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna
sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta
ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui
pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial.

Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan
penataan ruang wilayah nasional, antara lain, meliputi perwujudan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian
perkembangan antarwilayah, yang diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan
struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.
C. TUJUAN RTRW NASIONAL

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:


ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
 keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
 keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
 keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
 pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
 keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
 keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
 pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional

D. MANFAAT RTRW NASIONAL

Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dalam berbagai bidang antara lain:
 RTRWN dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pembangunan ekonomi.
Sehingga, iklim investasi dapat terjaga dan pembangunan berjalan sesuai kebutuhan
penduduk setempat.
 Kebutuhan penduduk di suatu daerah dapat diidentifikasi dengan perencaan tata ruang,
penataan ruang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dapat menciptakan lingkungan
yang aman dan nyaman.
 dapat mencegah risiko kerusakan lingkungan akibat pembangunan.
 Pemanfaatan lahan sesuai karakteristiknya dan pembangunan infrastruktur di suatu
wilayah dapat berjalan secara efektif dan membawa dampak positif disegala sektor,
Sehingga tidak menimbulkan permasalah yang berkelanjutan.

E. STRUKTUR RTRW NASIONAL

Sruktur Ruang Wilayah Nasional meliputi:


 Sistem Perkotaan Nasional. Sistem perkotaan nasional terdiri atas hal-hal berikut:
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yakni ditetapkan dengan kriteria:
 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional
atau yang melayani beberapa provinsi
 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau
melayani beberapa provinsi
 Kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang
berfungsi atau berpotensi sebagai pelabuhan hub
internasional dan pintu gerbang ekspor hasil kegiatan
kelautan dan perikanan
2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yakni ditetapkan dengan kriteria:

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi


kegiatan industri dan jasa yang melayani
skala provinsi atau beberapa kabupaten
 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul transportasi yang melayani skala
eberapa kabupaten
 Kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang
berfungsi atau berpotensi mendukung ekonomi kelautan nasional
3) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yakni ditetapkan dengan kriteria:
 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau
berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa yang melayani skala kabupaten atau
beberapa kecamatan
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau
berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan
• Kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang
berfungsi atau berpotensi mendukung ekonomi
kelautan lokal

4) Pusat Kegiatan Stategis Nasional (PKS), yakni ditetapkan dengan kriteria:


 pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang
internasional yang menghubungkan dengan negara
tetangga;
• pusat perkotaan yang merupakan simpul utama
transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya;
dan/atau
• pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan
ekonomi yang dapat mendorong perkembangan
kawasan di sekitarnya.

 Sistem jaringan transportasi yang terdiri dari hal-hal berikut:


1) Sistem jaringan transportasi darat yang terdiri atas jaringan jalan nasional,
jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan.
2) Sistem jaringan transportasi laut yang terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan
alur pelayaran.
3) Sistem jaringan transportasi udara yang terdiri atas tatanan kebandarudaraan
dan ruang udara untuk penerbangan.

 Sistem jaringan energi nasional yang terdiri atas jaringan pipa minyak dan gas bumi,
pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik.

 Sistem jaringan telekomunikasi nasional yang terdiri atas jaringan terestrial dan
jaringan satelit.

 Sistem jaringan sumber daya air, yakni sistem sumber daya air pada setiap wilayah
sungai dan cekungan air tanah
F. PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG

Hal-hal pokok yang menjadi pedoman dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah
nasional adalah sebagai berikut:
1) Rencana pembangunan jangka panjang nasional.
2) Rencana pembangunan jangka menengah nasional.
3) Wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
4) Ketentuan hukum laut internasional.
5) Perjanjian internasional.
6) Perkembangan permasalahan regional dan globalserta hasil pengkajian implikasi
penataan ruang nasional.
7) Upaya pemerataan pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
8) Kondisi dan potensi sosial masyarakat.
9) Pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi.
10) Kebijakan pembangunan nasional yang bersifat strategis.
11) Rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten, dan/atau
rencana tata ruang wilayah kota.

G. TANTANGAN DALAM PENATAAN TATA RUANG


1) Meningkatnya DAS yang kritis

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi


punggungnya. dimana, udara hujan yang jatuh pada daerah tersebut
akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan
melalui sungai-sungai kecil kesungai utama perlunya pembangun DAS
secara berkelanjutan guna jadi ada ruang untuk udara bergerak dari
suatu tempat ketempat yang lain agar tidak berkumpul disatu tempat
untuk mencegah berkumpulnya udara sehingga menyebabkan
kebanjiran.

2) Penurunan luas hutan daerah tropis


Hutan hujan tropis banyak menyimpan manfaat bagi kehidupan
manusia yakni memproduksi oksigen, tempat menyimpan udara
dan mengatur udara, mencegah erosi dan menyuburkan tanah. Jika
tidak dijaga maka akan banyak menimbulkan dampak yang bisa
dirasakan oleh makhluk hidup.
3) Alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan non pertanian

Tingginya kebutuhan akan tanah dari masa ke masa yang


mengakibatkan krisis tanah untuk pembangunan
merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari di zaman
sekarang. Hal ini karena tingginya mobilisasi masyarakat
sehingga yang seharusnya lahan produktif untuk bertani
di alih fungsikan untuk kepentingan permukiman bagi
kegiatan pembangunan, baik yang dilakukan pemerintah
maupun oleh swasta yang membawa konsekuensi pada
pemerintah untuk menyediakan lahan bagi kegiatan
tersebut.

Kasus alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian menjadi bukti bahwa lemahnya
pelaksanaan peraturan tata ruang dan pertahanan, alih fungsi lahan akan menurunkan produktivitas
pertanian, menurunkan pendapatan usaha tani dan kesempatan kerja pada pertanian. Selain itu hal
ini akan berdampak pada industri tani seperti industri beras akibat berkurangnya lahan pertanian
maka produktivitas pertanian juga semakin berkurang. Dengan berkurangnya produktivitas lahan
pertanian ini, secara tidak langsung akan berdampak pada usaha-usaha di bidang industri pertanian
seperti traktor dan penggilingan padi.

H. KEBIJAKAN DALAM PERENCANAAN TATA RUANG


WILAYAH NASIONAL

1) Pembangunan Millenium ( Millennium Development Goals/MDGs)


Saat ini MDG telah menjadi salah satu acuan penting dalam pelaksanaan pembangunan di
Indonesia, mulai dari tahap perencanaan seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) hingga tahap pelaksanaannya. MDG telah pula menjadi
dasar perumusan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di tingkat nasional dan daerah.
Prioritas pembangunan dan arah kebijakannya adalah seperti penanggulangan kemiskinan
dan pengurangan pengangguran, peningkatan investasi, revitalisasi pertanian, perikanan dan
kehutanan, pembangunan perdesaan dan pengurangan ketimpangan antar wilayah, peningkatan
akses masyarakat terhadap pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas, peningkatan
perlindungan dan kesejahteraan sosial, pembangunan kependudukan yang berkualitas, dan
percepatan pembangunan infrastruktur.

2) Penataan ruang dalam pembangunan wilayah

Kebijakan sentralisasi pada masa lalu membuat ketergantungan daerah-daerah kepada pusat
semakin tinggi dan nyaris mematikan kreatifitas masyarakat beserta seluruh perangkat
Sementara itu dalam era desentralisasi, partisipasi masyarakat dan azas keterbukaan cenderung
dijadikan pedoman dengan asumsi bahwa pelaksanaan prinsip tersebut akan menghasilkan
kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, terdapat rasa memiliki
masyarakat terhadap kebijakan yang ditetapkan dan muncul komitmen untuk melaksanakannya
sehingga pembangunan yang berkelanjutan dapat diwujudkan.
Penataan ruang diharapkan dapat mendorong pengembangan wilayah dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup masyarakat ( city as engine of economic growth ) yang berkeadilan
sosial ( social justice ) dalam lingkungan hidup yang lestari ( environmentaly sound ) dan
berkesinambungan ( sustainability sound ) melalui penataan ruang.

3) Paradigma penataan ruang


Otonomi Daerah (UU No.22/1999)/( UU 32/2004) , mengatur kewenangan Pemerintah Daerah
dalam pembangunan Globalisasi Pembangunan wilayah tidak terlepas dari pembangunan dunia,
investor akan menanamkan modalnya di daerah yang memiliki kondisi politik yang stabil dan
didukung sumberdaya yang memadai. Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan
tuntutan yang harus dipenuhi Good Governance atau pemerintahan yang baik. Iklim dan kinerja
yang baik dalam pembangunan perlu dijalankan. Karakteristiknya adalah partisipasi masyarakat,
transparasi, responsif dan akuntabilitas.

4) Strategi partisipatif masyarakat dalam perencanaan tata ruang


Walaupun pengertian partisipasi masyarakat sudah menjadi kepentingan bersama ( common
interest ), akan tetapi dalam prakteknya masih terdapat pemahaman yang tidak sama. Hal ini
ditunjukkan dimana pemerintah sudah melakukan sosialisasi dan konsultasi dengan masyarakat,
akan tetapi masyarakat merasa tidak cukup hanya dengan proses tersebut. Jadi semua proses
keputusan yang diambil harus melibatkan masyarakat.

Tidak optimalnya kemitraan atau sinergi antara swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan
penataan ruang. Persoalan yang dihadapi dalam perencanan partisipatif saat ini antara lain,
panjangnya proses pengambilan keputusan. Jarak antara penyampaian aspirasi hingga jadi
keputusan relative jauh. UU 32/2004 (UU No. 22 Tahun 1999 dan PP No. 25 Tahun 2000)
tentang Otonomi Daerah maka telah menggeser pemahaman dan pengertian banyak pihak
tentang usaha pemanfaatan sumber daya alam, terutama aset yang selama ini diangap untuk
kepentingan.
I. RENCANA POLA RUANG WILAYAH NASIONAL

Kawasan Lindung

Dalam UU Perencanaan, baik UU No 24 tahun 1994 maupun UU no 26 tahun 2007.


Menyebutkan pembagian kawasan atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pengertiannya
adalah kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

Menurut Permen no 15 tahun 2009 ( permen15-2009 ) kawasan lindung terdiri atas:

a) kawasan hutan lindung;


b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi:
kawasan bergambut dan kawasan resapan udara;
c) kawasan perlindungan setempat, meliputi: sepadan pantai, sepadan sungai, kawasan
sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual
dan kearifan lokal;
d) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka
alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka satwa liar dan suaka
satwa liar, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai hutang bakau, taman
nasional dan taman nasional laut , taman hutan raya, taman wisata alam dan taman
wisata alam laut, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
e) kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsor, kawasan
rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir;
f) kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan
bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air
tanah; dan
g) kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan
perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan
kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.
Kawasan Budidaya

Sementara kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
budidaya atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan.

kawasan peruntukan hutan produksi, yang dapat dirinci meliputi:

a) kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap, dan kawasan hutan
yang dapat dikonversi;
b) hutan kawasan rakyat;
c) kawasan peruntukan pertanian, yang dapat dirinci meliputi: pertanian lahan basah,
pertanian lahan kering, dan hortikultura;
d) kawasan peruntukan perkebunan, yang dapat ditentukan berdasarkan jenis komoditas
perkebunan yang ada di wilayah provinsi;
e) kawasan peruntukan perikanan, yang dapat dirinci meliputi kawasan: kawasan
perikanan tangkap, kawasan budi daya perikanan, dan kawasan pengolahan ikan;
f) kawasan peruntukan pertambangan, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan:
mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, dan air tanah di kawasan
pertambangan;
g) kawasan peruntukan industri, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan:
industri kecil/rumah tangga, industri agro, industri ringan, industri berat, industri
petrokimia, dan industri lainnya;
h) kawasan peruntukan pariwisata, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan:
semua jenis wisata alam, wisata budaya, wisata buatan/taman rekreasi, dan wisata
lainnya;
i) kawasan peruntukan permukiman, yang dapat dirinci meliputi kawasan peruntukan:
permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan; dan
j) peruntukan kawasan budi daya lainnya, yang antara lain meliputi kawasan
peruntukan: instalasi pembangkit energi listrik, instalasi militer, dan instalasi lainnya
Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan
keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.

Kawasan Strategis Nasional (KSN) merupakan salah satu amanat dari Undang-undang No.
26 Tahun 2007 yang didefinisikan sebagai kawasan di mana di dalamnya berlangsung kegiatan
yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain, dan
atau kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

J. PENYUSUNAN DAN PROSES RENCANA TATA RUANG


NASIONAL
Penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional meliputi:

1. Proses penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional.


2. Pelibatan peran masyarakat di tingkat nasional dalam penyusunan rencana tata ruang
nasional.
3. Pembahasan rancangan tata ruang nasional oleh pemangku kepentingan di tingkat
nasional.

Proses penyusunan rencana tata ruang wilayah meliputi:


1. Penyusunan kerangka acuan kerja
2. Pengumpulan data
3. Pengolahan data dan analisis
4. Perumusan konsepsi rencana tata ruang wilayah nasional
5. Penyusunan rancangan peraturan pemerintah tentang rencana tata ruang wilayah nasional

Anda mungkin juga menyukai