Dalam pelaksanaan secara teoritis. penyusunan tata ruang di Indonesia bersifat hirarki.
Mulai dari perencanaan yang bersifat makro yang berlaku pada tingkat nasional hingga
perencanaan detil yang hanya berlaku pada kawasan tertentu saja. Perencanaan tata ruang tersebut
adalah a) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); b) Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRWP); c) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK); d) Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) dan e) Rencana Tata Bangunan & Lingkungan (RTBL).
(sumber: dadang-solihin.blogspot.com)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang. Jangka waktu
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun, ditinjau kembali satu kali
dalam lima tahun. RTRWN merupakan perencanaan makro strategis jangka panjang dengan
menggunakan skala ketelitian 1 : 1,000,000.
B. Muatan, Isi dan Fungsi RTRWN
2. RTRWN berisi a) penetapan kawasan lindung, kawasan budi daya, dan kawasan tertentu
yang ditetapkan secara nasional; b) norma dan kriteria pemanfaatan ruang dan c) pedoman
pengendalian pemanfaatan ruang.
Penyusunan RTRWN berlandaskan 1) Dasar Penataan Ruang; 2) Kesatuan Ruang Darat, Laut
dan Udara, dan 3) Pendekatan Wilayah.
1. Dasar Penataan Ruang berdasarkan pada a) Fungsi Utama Kawasan; b) Fungsi Kawasan
dan Kegiatan dan c) Aspek Administrasi.
a) Berdasarkan fungsi utama kawasan, ruang wilayah nasional dibagi atas kawasan berfungsi
lindung dan kawasan budi daya. Kawasan berfungsi lindung direncanakan untuk mewujudkan
pemanfaatan ruang yang memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan serta optimasi dalam
penggunaan sumber daya alam sesuai dengan daya dukung lingkungan hidup untuk mencapai
pembangunan yang berkelanjutan.
Kawasan budi daya direncanakan untuk mencapai pemanfaatan sumber daya seoptimal
mungkin sesuai dengan daya dukung lingkungan dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup. Di dalam kawasan budi daya terdapat (diindikasikan) sebaran pengembangan
kegiatan produksi, jasa dan permukiman beserta prasarana wilayah pendukungnya.
Di dalam Kawasan budi daya terdapat kawasan yang memiliki potensi tertentu baik yang
sudah berkembang maupun yang prospektif untuk dikembangkan. Kawasan ini srategis bagi
pembangunan serta pengembangan ruang wilayah nasional sehingga dapat disebut sebagai
kawasan andalan.
Kawasan andalan yang sudah berkembang mempunyai potensi untuk lebih dikembangkan
karena didalamnya terdapat antara lain aglomerasi kota, aglomerasi kegiatan sektor produksi yang
didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia, sumber daya alam, kedekatan lokasi terhadap
pusat-pusat pertumbuhan regional dan mempunyai infastruktur pendukung.
b) Fungsi kawasan didasarkan pada pengamatan dominasi kegiatan atau sifat tertentu dari
suatu kawasan. Dalam kaitan ini ruang wilayah nasional dapat terdiri atas kawasan perdesaan,
kawasan perkotaan dan kawasan tertentu.
Selanjutnya strategi dan struktur pemanfaatan ruang propinsi tersebut dijabarkan kedalam
rencana pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten/kotamadya Dati II. Rencana ini disebut Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/kotamadya Daerah Tingkat II (RTRWK). Kawasan prioritas di
RTRWP menjadi salah satu dasar dalam penentuan kawasan prioritas di RTRWK. Daerah tingkat
II dengan pertimbangan tertentu dapat menentukan kawasan prioritas tambahan di luar kawasan
prioritas dalam RTRWP.
(sumber: Bappenas)
2. Kesatuan Ruang Darat, Laut dan Udara
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu
kesatuan wilayah tempat manusia dan mahluk hidup lainnya melakukan kegiatan serta memelihara
kelangsungan hidup. Dengan pengertian itu yang diatur dalam RTRWN adalah ruang yang
merupakan tempat manusia dan mahluk lain hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara
kelangsungan kehidupan, yaitu a) ruang darat yang meliputi bagian muka bumi yang dibatasi garis
pantai dan ruang di bawahnya sampai kedalaman 100 (seratus) meter. (Catatan : batas kedalaman
100 meter ini diambil berdasarkan kenyataan bahwa hingga kini kegiatan kehidupan manusia di
bawah permukaan tanah yang berkaitan dengan kegiatan di atasnya, tidak ada yang lebih dalam
dari 100 m, kecuali kegiatan pertambangan). Hal yang berkaitan dengan penggunaan lebih dalam
dari 100 meter diatur oleh peraturan perundangan lain. b) ruang laut yang meliputi wilayah
perairan laut dalam dan laut teritodal sebatas 12 mil dari garis pangkal sesuai dengan konvensi
hukum laut intemasional. Pemanfaatan sumber daya laut, dimungkinkan saryai batas Zona
Ekonomi Eksklusif- ZEE dan c) ruang udara yang meliputi wilayah udara yang berada di atas
wilayah teritorial nasional setinggi 1 (satu) kilometer.
Ruang darat, ruang laut dan ruang udara, yang dilihat sebagai suatu kesatuan, digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat dan perlu dipelihara kelestariannya. Oleh karena
itu, dalam pemanfaatan ruang, disamping kegiatan pengembangan budi daya, dilakukan kegiatan
perlindungan kawasan-kawasan di darat, di laut dan di udara untuk menjaga kelestarian
lingkungan. Kedua kegiatan ini dikembangkan dengan suatu pendekatan kesatuan sistem wilayah.
3. Pendekatan Wilayah
Pendekatan wilayah pada prinsipnya memandang wilayah sebagai suatu sistem. Keseluruhan
unsur pembentuk wilayah yang meliputi sumber daya alam, sumber daya buatan dan manusia
beserta kegiatannya yang meliputi politik ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan
negara berinteraksi membentuk suatu wujud ruang.
UUPR menjelaskan bahwa wujud pemanfaatan ruang wilayah yang direncanakan atau tidak
disebut tata ruang. Dengan demikian tata ruang dapat juga diidentifikasikan sebagai wujud
interaksi unsur-unsur pembentuk ruang.
Mengingat wilayah adalah suatu sistem dan merupakan tempat manusia bermukim serta
mempertahankan hidupnya maka dalam penataan ruang yang paling utama diwujudkan adalah
meningkatkan kinerja atau kualitas ruang wilayah untuk penyediaan produksi dan jasa yang cukup,
permukiman sehat dan kelestarian lingkungan hidup.
Oleh karena itu suatu hal yang mendasar dalam penataan ruang dengan pendekatan wilayah
adalah memadukan unsur pembentuk ruang wilayah agar kinerja wilayah meningkat dalem
lingkungan yang tetap lestari dan kondusif terhadap pengembangan kesejahteraan masyarakat
yang berkelanjutan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah provinsi. Dalam penyusunannya harus mengacu pada RTRWN, pedoman
bidang penataan ruang, dan rencana pembangunan jangka panjang daerah. RTRW Propinsi
merupakan perencanaan makro strategis jangka menengah pada skala ketelitian 1 : 250,000.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) memuat tujuan, kebijakan, strategi
penataan ruang wilayah provinsi; rencana struktur ruang wilayah provinsi; rencana pola ruang
wilayah provinsi; penetapan kawasan strategis provinsi; arahan pemanfaatan ruang wilayah
provinsi; dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.
1. Tujuan RTRWP
tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi yang merupakan arahan perwujudan
visi dan misi pembangunan jangka panjang provinsi pada aspek keruangan, yang pada dasarnya
mendukung terwujudnya tujuan penataan ruang nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Tujuan penataan ruang wilayah provinsi berfungsi sebagai dasar untuk memformulasi
kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi, memberikan arah bagi penyusunan
indikasi program utama dalam RTRW provinsi dan sebagai dasar dalam penetapan arahan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.
Tujuan penataan ruang wilayah provinsi dirumuskan berdasarkan visi, misi, dan rencana
pembangunan jangka panjang daerah, karakteristik tata ruang wilayah provinsi, isu strategis tata
ruang wilayah provinsi dan kondisi objektif yang diinginkan.
Tujuan penataan ruang wilayah provinsi dirumuskan dengan kriteria tidak bertentangan
dengan tujuan penataan ruang nasional, jelas dan dapat dicapai dalam jangka waktu perencanaan
dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi guna
mencapai tujuan penataan ruang wilayah provinsi dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi berfungsi sebagai dasar untuk memformulasikan
strategi penataan ruang wilayah provinsi, sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang
wilayah provinsi, memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW
provinsi dan sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
provinsi.
Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi dirumuskan berdasarkan tujuan penataan ruang
wilayah provinsi, karakteristik tata ruang wilayah provinsi;, kapasitas sumber daya wilayah
provinsi dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya, aspirasi kabupaten/kota yang berada di
wilayahnya dan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi dirumuskan dengan kriteria mengakomodasi
kebijakan penataan ruang wilayah nasional yang berlaku pada wilayah provinsi bersangkutan,
jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah
provinsi bersangkutan, mampu menjawab isu-isu strategis tata ruang baik yang ada sekarang
maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan dating, dan tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
Strategi penataan ruang wilayah provinsi berfungsi sebagai arahan untuk penyusunan
rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis provinsi, memberikan
arahan bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW provinsi dan sebagai arahan dalam
penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.
Strategi penataan ruang wilayah provinsi dirumuskan berdasarkan kebijakan penataan ruang
wilayah provinsi, kapasitas sumber daya dan persoalan yang dihadapi dan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait.
Strategi penataan ruang wilayah provinsi dirumuskan dengan kriteria memiliki kaitan logis dengan
kebijakan penataan ruang, tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan
ruang wilayah nasional, jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan pada wilayah provinsi bersangkutan, harus dapat dijabarkan secara spasial dalam
rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah provinsi dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
Pusat-pusat kegiatan pada wilayah provinsi merupakan pusat pertumbuhan wilayah provinsi, yang
dapat terdiri atas 1) PKN yang berada di wilayah provinsi, 2) PKW yang berada di wilayah
provinsi, 3) PKSN yang berada di wilayah provinsi; dan PKL yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah provinsi.
Sistem jaringan prasarana wilayah provinsi meliputi sistem jaringan transportasi, energi,
telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi pusat-
pusat kegiatan yang ada di wilayah provinsi.
Rencana struktur ruang wilayah provinsi berfungsi sebagai pembentuk sistem pusat kegiatan
wilayah provinsi yang memberikan layanan bagi wilayah kabupaten dan wilayah kota yang berada
dalam wilayah provinsi; dan sebagai arahan perletakan sistem jaringan prasarana antarwilayah
kabupaten/kota yang juga menunjang keterkaitan pusat kabupaten/kota antarwilayah provinsi.
Rencana struktur ruang wilayah provinsi dirumuskan berdasarkan 1) kebijakan dan strategi
penataan ruang wilayah provinsi, 2) kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah provinsi
dalam rangka mendukung kegiatan sosial, ekonomi, 3) daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup wilayah provinsi, 4) kedudukan provinsi di dalam wilayah yang lebih luas dan 5) ketentuan
peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana struktur ruang wilayah provinsi dirumuskan dengan kriteria 1) mengakomodasi rencana
struktur ruang nasional dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah provinsi yang
berbatasan, 2) jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah provinsi bersangkutan, 3) pusat-pusat di dalam struktur ruang wilayah provinsi memenuhi
ketentuan sebagai berikut: a. mengadopsi pusat-pusat kegiatan yang kewenangan penetapannya
berada pada pemerintah pusat yang terdiri atas: PKN, PKW, dan PKSN yang berada di wilayah
provinsi bersangkutan; b. memuat penetapan PKL; dan c. harus berhirarki dan tersebar secara
proporsional di dalam ruang wilayah provinsi serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem
perkotaan. 4) dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf 3
(butir pertama) di atas dengan ketentuan sebagai berikut: a. pusat kegiatan yang dipromosikan
untuk di kemudian hari dapat ditetapkan sebagai PKN (dengan notasi PKNp); b. pusat kegiatan
yang dipromosikan untuk di kemudian hari dapat ditetapkan sebagai PKW (dengan notasi
PKWp); c. pusat kegiatan yang dapat ditetapkan sebagai PKNp hanya pusat kegiatan yang sudah
berstatus PKW; d. pusat kegiatan yang dapat ditetapkan sebagai PKWp hanya kotakota yang
memenuhi persyaratan PKL; dan e. pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf d angka 1
dan angka 2 harus ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi dan mengindikasikan program
pembangunannya ke dalam arahan pemanfaatan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong
untuk memenuhi kriteria PKN atau PKW. 5) pusat permukiman di dalam kawasan perkotaan
metropolitan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai PKN dapat ditetapkan menjadi PKL
dalam sistem pusat-pusat permukiman dalam struktur ruang wilayah provinsi sesuai dengan fungsi
yang diemban dalam skala provinsi, 6) sistem jaringan prasarana wilayah provinsi dibentuk oleh
sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem
jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 7) merujuk pada
ketentuan struktur ruang wilayah provinsi yang terdiri atas sistem prasarana utama pembentuk
ruang dan sistem prasarana lainnya, yang terdiri atas: Sistem prasarana utama pembentuk ruang
dan Sistem prasarana lainnya.
Gambar 3. Peta Ilustrasi Struktur Ruang Kota
(sumber: Bakosurtanal)
Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
wilayah provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Rencana pola ruang wilayah provinsi berfungsi sebagai alokasi ruang untuk kawasan budi
daya bagi berbagai kegiatan sosial ekonomi dan kawasan lindung bagi pelestarian lingkungan
dalam wilayah provinsi, mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang, sebagai dasar
penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun dan
sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang skala besar pada wilayah provinsi.
Rencana pola ruang wilayah provinsi dirumuskan berdasarkan kebijakan dan strategi
penataan ruang wilayah provinsi yang memperhatikan kebijakan dan strategi penataan ruang
wilayah nasional, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah provinsi, kebutuhan
ruang untuk pengembangan kawasan budi daya dan kawasan lindung dan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait.
Rencana pola ruang wilayah provinsi dirumuskan dengan kriteria harus sesuai dengan
rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN dan rencana rincinya; mengakomodasi
kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di wilayah provinsi
bersangkutan; memperhatikan rencana pola ruang wilayah provinsi yang berbatasan; mengacu
pada klasifikasi pola ruang wilayah provinsi yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi
daya.
Ketentuan Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Rencana pola ruang wilayah provinsi
harus dapat mengidentifikasi kawasan-kawasan atau pola ruang yang harus dilindungi fungsinya
dan yang harus didorong perkembangannya; Rencana pola ruang wilayah provinsi harus jelas,
realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah provinsi
bersangkutan; Rencana pola ruang wilayah provinsi harus mengikuti ketentuan pemetaan pola
ruang wilayah provinsi. Rencana pola ruang untuk ruang laut, ruang udara; dan ruang di dalam
bumi wilayah provinsi diatur dengan pedoman tersendiri dan Rencana pola ruang harus mengikuti
peraturan perundang-undangan terkait.
Ketentuan Pemetaan Pola Ruang Provinsi adalah rencana pola ruang wilayah provinsi harus
menggambarkan delineasi arahan peruntukan ruang yang dapat digambarkan dengan ketelitian
peta skala minimal 1:250.000; pemetaan rencana pola ruang wilayah provinsi harus mengikuti
ketentuan sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, pemetaan
rencana pola ruang wilayah provinsi perlu memuat sistem jaringan prasarana utama (jalan) dan
sungai; kawasan lindung dan kawasan budi daya yang dipetakan dalam rencana pola ruang
provinsi merupakan delineasi untuk kawasan peruntukan tanpa rinciannya, sebagai berikut: 1)
untuk kawasan lindung meliputi kawasan hutan lindung; kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya; kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian
alam dan cagar budaya; kawasan rawan bencana alam; kawasan lindung geologi; serta kawasan
lindung lainnya. 2) untuk kawasan budi daya meliputi kawasan peruntukan hutan produksi,
kawasan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perkebunan, kawasan
peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan
peruntukan pariwisata, dan kawasan peruntukan permukiman; Kawasan lindung dan budi daya
yang tidak dapat dipetakan dalam bentuk delineasi karena terlalu kecil luasannya digambarkan
dalam bentuk simbol; dapat digambarkan dalam beberapa lembar peta yang tersusun secara
beraturan mengikuti indeks peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau mengikuti ketentuan Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Untuk wilayah provinsi yang memiliki
wilayah pesisir dan kelautan perlu dilengkapi dengan peta batimetri (yang menggambarkan kontur
laut) skala 1:250.000; untuk peruntukan pola ruang yang luasannya relatif kecil (sempit), tidak
perlu dipetakan dalam peta pola ruang wilayah provinsi, namun tetap dijelaskan dalam narasi
rencana pola ruang pada RTRW provinsi; dan penggambaran rencana pola ruang wilayah provinsi
harus mengikuti peraturan perundangan-undangan terkait dengan pemetaan rencana tata ruang.
Kawasan strategis provinsi merupakan bagian wilayah provinsi yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi, baik di bidang
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis provinsi lebih bersifat
indikatif. Batasan fisik kawasan strategis provinsi akan ditetapkan lebih lanjut dalam rencana tata
ruang kawasan strategis.
Kawasan strategis provinsi berfungsi untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak
bisa terakomodasi dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang; sebagai alokasi ruang
untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam
wilayah provinsi yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah provinsi
bersangkutan; dan sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi.
Kawasan strategis provinsi ditetapkan berdasarkan kebijakan dan strategi penataan ruang
wilayah provinsi; nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
penanganan kawasan; kesepakatan para pemangku kepentingan berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan; daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup lingkungan hidup wilayah provinsi;
dan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
RTRW Kabupaten dan Kota merupakan perencanaan mikro operasional jangka menengah
(5-10 tahun) dengan skala ketelitian 1 : 20,000 hingga 100,000, yang kemudian diikuti dengan
rencana-rencana rinci yang bersifat mikro-operasional jangka pendek dengan skala ketelitian
dibawah 1 : 5,000.
Rencana tata ruang kabupaten meliputi tentang :Tujuan, Rencana stuktur dan dan pola
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, Rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/Kota.
Dibedakan menjadi tiga macam : Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), Rencana
Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK).
2.5.4 Rencana detail tata ruang kabupaten/kota (RTDR)
Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Pasal 59 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
menetapkan bahwa setiap RTRW kabupaten/kota harus menentukan bagian dari wilayah
kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR nya. Pertimbangan penetapan kawasan yang akan
disusun RDTR harus merupakan kawasan perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota.
Kawasan strategis kabupaten kota dapat disusun rencana detilnya apabila merupakan kawasan
yang mempunyai ciri perkotaan atau akan direncanakan menjadi kawasan perkotaan. RDTR
merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan
ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan dalam kawasan fungsional
agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam
kawasan fungsional tersebut.
RDTR berfungsi sebagai kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan
RTRW, acuan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang
yang diatur dalam RTRW, acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang, acuan bagi
penerbitan izin pemanfaatan ruang, dan acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL). Selanjutnya sebagai ketentuan intensitas pemanfaatan ruang di setiap
wilayah yang sesuai dengan fungsinya perlu ditetapkan kawasan yang diprioritaskan, kemudian
disusun program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang pada tingkat BWP
atau Sub BWP. Dalam sistem rencana detil tata ruang kawasan perkotaan, peraturan zonasi
merupakan pengaturan lebih lanjut untuk pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam pola
pemanfaatan ruang suatu wilayah. Peraturan Zonasi ini dapat menjadi rujukan untuk menyusun
RTRK/RTBL.
Rencana detail tata ruang kabupaten/ko ta Memiliki skala peta 1 : 5.000 dengan
penggambaran geometrik yang dibantu dengan titik-titik kendali.
Bangunan adalah semua elemen dan struktur buatan manusia, yang diadakan sesuai dengan
kebutuhan hidup manusi baik secara individual maupun secara kolektif, baik memanfaatkan
kaidah desain yang baik maupun semata-mata fungsional belaka.
Lingkungan adalah area fisik/spasial dengan ragam fakor alami maupun buatan,
merupakan tempat keberadaan bangunan-bangunan (sarana dan prasarana), yang pemanfaatannya
diatur dan dilakukan oleh manusia baik secara individual maupun kolektif, perseorangan maupun
kelembagaan.
Secara Umum, Tata bangunan dan lingkungan, adalah suatu kondisi fisik/spasial
lingkungan-binaan “built-environment” yang pada area tersebut didapati berbagai fakta bentuk-
fisik/spasial buatan manusia berupa bangunan-bangunan (sarana dan prasarana lingkungan),
berdampingan langsung dengan fakta bentuk fisik/spasial yang alami (natural). Kedua fakta bentuk
buatan dan alami tersebut saling jalin-menjalin, yang seringkali jalinan bentuk buatan lebih
mendominasi keberadaanya daripada jalinan bentuk-bentuk alami. Eksistensi fakta bentuk buatan
di latar belakangi kebutuhan hidup manusia, baik secara individual maupun secara kolektif, dengan
dilandasi norma-norma kehidupan individual maupun kolektif pula. Prinsip makna penataan atau
arti kata tatanan adalah ketika kebutuhan dan norma kolektif lebih dominan daripada kebutuhan
dan norma individual.
Dokumen RTBL ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota. Pihak swasta atau
masyarakat dapat menyusun RTBL atas dasar kesepakatan sendiri, asal tetap memenuhi
persyaratan yang berlaku pada kawasan yang bersangkutan dengan persetujuan Pemda setempat.
Dengan demikian, RTBL akan efektif ketika dokumen RDTRK Kab/Kota dan RTRK sudah ada.
Substansi Inti RTBL terdiri dari a) Substansi/materi pokok penataan. b) Cakupan Wilayah
Penataan. c) Jenis Penataan. d) Rencana Umum Tata Bangunan dan Lingkungan. e) Batasan Area
Penataan. f) Konsep Dasar Penataan. g) Prinsip Penataan Struktur Ruang & Peruntukannya. h)
Pemrograman Bangunan dan Lingkungan. i) Komponen Rancangan/ desain kawasan. j)
Komponen Penataan Bangunan dan Lingkungan. k) Panduan Rancangan Kawasan (Desain Detail
Kawasan). l) Panduan Rencana Investasi Kawasan. m) Program dan rencana pengendalian. n)
Arahan pengendalian pelaksanaan pembangunan.
Cakupan Wilayah Penataan dilaksanakan pada suatu kawasan/ lingkungan bagian wilayah
kabupaten/kota, baik kawasan perkotaan maupun perdesaan meliputi: 1. kawasan baru
berkembang cepat; 2. kawasan terbangun; 3. kawasan historis yang dilestarikan; 4. kawasan rawan
bencana; 5. kawasan gabungan atau campuran dari keempat jenis kawasan pada butir (1), (2), (3)
dan/atau (4) di atas.
Arahan Pengendalian Pelaksanaan ini memuat antara lain : a. Arahan materi teknis untuk
penyusunan Peraturan Daerah b. Arahan yang bersifat “performance-based” c. Arahan manajemen
pelaksanaan pembangunan.